Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH AIK

MAKALAH
THAHARAH

Di susun Oleh:

Alexander Zulkarnain Tsani

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT
karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
berjudul “THAHARAH”
Penyusunan makalah ini di buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas dalam
mempelajari mata kuliah AIK. penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Bapak la
Ijaa yang telah membimbing penulis pada mata kuliah AIK.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna baik
materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan sebaik-
baiknya.Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Baubau, 28 April 2021

Alexander Zulkarnain Tsani

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
I. Latar Belakang...........................................................................................................................1
II. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
I. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
1. Pengertian Thaharah.................................................................................................................2
2. Syarat Wajib Thaharah...............................................................................................................2
3. Bentuk Thaharah.......................................................................................................................3
1) Wudhu...................................................................................................................................3
2) Tayamum...............................................................................................................................4
3) Mandi Wajib..........................................................................................................................5
4) Istinja’....................................................................................................................................6
4. Fungsi Thaharah........................................................................................................................7
5. Manfaat Thaharah.....................................................................................................................7
6. Empat Keadaan Air Dalam Thaharah.........................................................................................7
7. Pengertian hadas dan najis........................................................................................................9
a. Hadas.....................................................................................................................................9
b. Najis.....................................................................................................................................10
BAB III..................................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................10
I. Kesimpulan..............................................................................................................................10
II. Saran........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani. Kebersihan
badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci sebelum mereka melakukan ibadah
menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat muslim terhindari dari
kotoran atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak sengaja membatalkan
rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.

Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa bersuci
itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya sesuai
syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu “Thaharah” mempunyai makna yang luas
tidak hanya berwudhu saja.

Berangkat dari semua ini maka makalah ini disusun, dengan harapan agar bisa menjadi
tambahan wawasan terutama dalam hal ini untuk mengenal dan mengetahui kedudukan Al Qur’an
sebagai kitab yang mulia, kalamullah.

II. Rumusan Masalah


1. Apa itu pengertian thaharah dan syaratnya?
2. Apa saja macam thaharah dan cara melakukannya?
3. Apa fungsi dan manfaat thaharah?
4. Bagaimana penjelasan air dalam thaharah?
5. Apa itu hadas dan najis?

I. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian thaharah dan syaratnya?
2. Untuk mengetahui apa saja macam thaharah dan cara melakukannya?
3. Untuk mengetahui apa fungsi dan manfaat thaharah?
4. Untuk mengetahui bagaimana penjelasan air dalam thaharah?
5. Untuk mengetahui apa itu hadas dan najis?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Thaharah

1. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersih” Sedangkan menurut istilah syara’ thaharah
adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan mengerjakan pekerjaan
yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan menghilangkan najis.[1]

Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi SAW juga
bersabda:

‫ َوتَحْ لِ ْيلُهَا التَّ ْسلِ ْي ُم‬،ُ‫ َوتَحْ ِر ْي ُمهَا التَّ ْكبِ ْير‬،ُ‫صاَل ِة َألطََّهَا َرة‬
َّ ‫ ِم ْفتَا ُح ال‬:‫قال عليه الصالة والسالم‬

Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan
perhiasannya adalah salam.”

Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan. Dalam hal ini
banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita senantiasa menjaga
kebersihan lahir dan batin.

Firman Allah Swt :

ُ ‫طهُرْ نَ فَِإ َذا تَطَهَّرْ نَ فَْأتُوه َُّن ِم ْن َحي‬


ُ ‫ْث َأ َم َر ُك ُم هَّللا‬ ْ َ‫يض َوال تَ ْق َربُوه َُّن َحتَّى ي‬
ِ ‫يض قُلْ ه َُو َأ ًذى فَا ْعت َِزلُوا النِّ َسا َء فِي ْال َم ِح‬
ِ ‫َويَ ْسَألُونَكَ ع َِن ْال َم ِح‬
ْ
)٢٢٢( َ‫ِإ َّن َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َويُ ِحبُّ ال ُمتَطَه ِِّرين‬ ‫هَّللا‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-orang yang
suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)

Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.

)‫النظافة من االيمان (رواه مسلم‬

Artinya : “Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.”(HR.Muslim)[2]

2. Syarat Wajib Thaharah


Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal yang harus
diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah Allah SWT. Syarat
wajib tersebut ialah :

1) Islam
2) Berakal
3) Baligh
4) Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5) Tidak lupa
6) Tidak dipaksa

2
7) Ada air atau debu tanah yang suci.
8) Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.

3. Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah taharah/suci dari
najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci menyucikan) dengan wudu, mandi,
dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh dosa dan maksiat,
seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.

Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk yaitu : wudhu,
tayamum, mandi wajib dan istinjak.

1) Wudhu
Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh anggota badan
tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan menghilangkan hadas kecil
sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 6.

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka basuhlah
mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu sampai mata
kaki.”(QS Al maidah :6)

Syarat Wudu :

Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.

a. Beragama Islam
b. Sudah mumayiz
c. Tidak berhadas besar dan kecil
d. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu, seperti cat, getah dsb.

Rukun Wudu:

Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.

a. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka.


b. Membasuh seluruh muka
c. Membasuh kedua tangan sampai siku
d. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
e. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
f. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir

Sunah Wudu:

Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan hal-hal yang disunahkan
dalam melakukan wudu, antara lain sebagai berikut.

a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu


b. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa

3
c. Membasuh dan membersihkan lubang hidung
d. Menyapu seluruh kepala
e. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
f. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
g. Membasuh anggota wudu tiga kali.
h. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
i. Membaca do’a sesudah wudu.

 Hal yang membatalkan wudu:


a. Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan hal-hal seperti
berikut.
b. Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus), baik
berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan
sebagainya)
c. Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
d. Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
e. Tidur dengan nyenyak
f. Hilang akal

2) Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena tidak
ada air atau adanya halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah menyapakan tanah
atau debu yang suci ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya
sebagai pengganti dari wudu atau mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan
air disebabkan sakit.

Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.

Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayammumlah
kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS An Nisa:43)

Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah melaksanakan


salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib mengulang sekalipun waktu
salat masih ada.

Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah sebagai
berikut.

 Syarat Tayamum:

Syarat tayamum adalah sebagai berikut :

a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan tayamum.
b. Sudah masuk waktu salat
c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh

4
e. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
 Rukun Tayamum:
a. Niat
b. Mengusap debu ke muka
c. Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
d. Tertib

 Sunah Tayamum:

Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-sunah


tayamum sebagai berikut.

a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum


b. Membaca ta’awuz dan basmalah
c. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
d. Merenggangkan jari-jari tangan
e. Menghadap kiblat
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g. Membaca do’a (seperti do’a sesudah wudu)

 Hal yang membatalkan Tayamum:

Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :

a. Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum


b. Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
c. Murtad (keluar dari agama Islam)[3]

3) Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi wajib
adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan disertai
niat mandi wajib di dalam hati.

Firman Allah Swt :

)٦( ‫َوِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّرُوا‬

Artinya : “.......dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS Al Maidah)

Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut :

‫نويت غسل الجنابة لرفع الحدث الكبر فرضا هلل تعا لى‬

Artinya : “Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah Ta’ala.’

Rukun mandi wajib:

5
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib, diantaranya
sebagai berikut :

a. Niat mandi wajib


b. Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.
c. Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke badan.

 Sunah Mandi Wajib:

Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :

a. Menghadap kiblat
b. Membaca basmalah
c. Berwudu sebelum mandi
d. Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan
e. Menggosok badan dengan tangan.

 Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib

Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:

a. Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur maupun dalam
keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai keluarnya mani, maka ia
tidak wajib mandi.
b. Selesainya haid bagi perempuan.
c. Selesai melahirkan.
d. Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan.
e. Meninggalnya seseorang (jenazah).

4) Istinja’
Pengertian istinja’ Menurut bahasa, istinja’ berarti terlepas atau bebas. Sedangkan menurut
istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu dubur dan qubul(anus dan penis)
dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar dari keduanya. Istinja’ hukumnya wajib.

 Hal-hal yang dilarang ketika buang air:


a. Dilarang menjawab suara adzan
b. Dilarang menjawab salam
c. Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh menjawab dengan suara
keras
d. Dilarang mengucapkan kalimat-kalimat dzikir
e. Dilarang sambil makan, minum dan sebagainya

 Alat-alat yang digunakan untuk istinja’:


a. Air
b. Batu (jika tidak ada air)
c. Kertas atau tissue (jika tidak ada air)
d. Daun-daunan yang tidak biasa dimakan (jika tidak ada air)

6
 Tata cara istinja’:
a. Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Membasuh tempat
keluarnya najis dengan air hingga bersih
b. Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu. Jika tidak ada
batu dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.

4. Fungsi Thaharah
Dalam kehidupan sehari-hari, thaharah memiliki fungsi yaitu :

a. Membiasakan hidup bersih dan sehat


b. Membiasakan hidup yang selektif
c. Sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan Allah SWT melalui sholat
d. Sebagai sarana untuk menuju surga
e. Menjadikan kita dicintai oleh Allah SWT

5. Manfaat Thaharah
Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.

a. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat oleh orang
lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan.
b. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari-harinya
karena kebersihan adalah sebagian dari iman.
c. Seseorang yang menjaga kebersihan, baik badan, pakaian, ataupun tempat tidak mudah
terjangkit penyakit.
d. Seseorang yang selalu menjaga kebersihan baik dirinya, rumahnya, maupun lingkungannya,
maka ia menunjukan cara hidup sehat dan disiplin.[5]

6. Empat Keadaan Air Dalam Thaharah


Para ulama telah membagi air ini menjadi beberapa keadaan, terkait dengan hukumnya
untuk digunakan untuk bersuci. Kebanyakan yang kita dapat di dalam kitab fiqh, mereka
membaginya menjadi 4 macam, yaitu :

a. Air Mutlaq

Air mutlaq adalah keadaan air yang belum mengalami proses apapun. Air itu masih asli,
dalam arti belum digunakan untuk bersuci, tidak tercampur benda suci atau pun benda najis. Air
mutlaq ini hukumnya suci dan sah untuk digunakan bersuci, yaitu untuk berwudhu’ dan mandi
janabah. Air yang suci itu banyak sekali, namun tidak semua air yang suci itu bisa digunakan untuk
mensucikan. Diantara air-air yang termasuk dalam kelompok suci dan mensucikan ini antara lain
adalah :

a) Air Hujan

7
b) Salju
c) Embun
d) Air Laut
e) Air Zam-zam
f) Air Sumur atau Mata Air
g) Air Sungai

b. Air Musta’mal

Jenis yang kedua dari pembagian air adalah air yang telah digunakan untuk bersuci. Baik air
yang menetes dari sisa bekas wudhu’ di tubuh seseorang, atau sisa juga air bekas mandi janabah. Air
bekas dipakai bersuci bisa saja kemudian masuk lagi ke dalam penampungan. Para ulama seringkali
menyebut air jenis ini air musta'mal.

Kata musta'mal berasal dari dasar ista'mala - yasta'milu (‫ يستعمل‬- ‫ )استعمل‬yang bermakna
menggunakan. Maka air musta'mal maksudnya adalah air yang sudah digunakan untuk melakukan
thaharah, yaitu berwudhu atau mandi janabah.

Air musta’mal berbeda dengan air bekas mencuci tangan, atau membasuh muka atau bekas
digunakan untuk keperluan lain, selain untuk wudhu’ atau mandi janabah. Air sisa bekas cuci tangan,
cuci muka, cuci kaki atau sisa mandi biasa yang bukan mandi janabah, statusnya tetap air mutlak
yang bersifat suci dan mensucikan. Air itu tidak disebut sebagai air musta’mal, karena bukan
digunakan untuk wudhu atau mandi janabah. Perbedaan pendapat itu dipicu dari perbedaan nash
dari Rasulullah SAW yang kita terima dari Rasulullah SAW. Beberapa nash hadits itu antara lain :

Artinya: Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Janganlah sekali-kali seorang
kamu mandi di air yang diam dalam keadaan junub. (HR. Muslim)

”Janganlah sekali-kali seorang kamu kencing di air yang diam tidak mengalir, kemudian dia mandi di
dalam air itu”. Riwayat Muslim,”Mandi dari air itu”. Dalam riwayat Abu Daud,”Janganlah mandi
janabah di dalam air itu. (HR. Muslim)

Dari seseorang yang menjadi shahabat nabi SAW berkata,”Rasululllah SAW melarang
seorang wanita mandi janabah dengan air bekar mandi janabah laki-laki. Dan melarang laki-laki
mandi janabah dengan air bekas mandi janabah perempuan. Hendaklah mereka masing-masing
menciduk air. (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Nabi SAW pernah mandi dengan air bekas Maimunah ra. (HR. Muslim)

Riwayat Ashhabussunan: ”Bahwasanya salah satu isteri Nabi telah mandi dalam satu ember
kemudian datang Nabi dan mandi dari padanya lalu berkata isterinya, ”saya tadi mandi janabat,
maka jawab Nabi SAW.: ”Sesungguhnya air tidak ikut berjanabat”.

c. Air Yang Tercampur Dengan Barang Yang Suci

Jenis air yang ketiga adalah air yang tercampur dengan barang suci atau barang yang bukan najis.
Hukumnya tetap suci. Seperti air yang tercampur dengan sabun, kapur barus, tepung dan lainnya.
Selama nama air itu masih melekat padanya. Namun bila air telah keluar dari karakternya sebagai air

8
mutlak atau murni, air itu hukumnya suci namun tidak mensucikan. Misalnya air dicampur
dengan susu, meski air itu suci dan susu juga benda suci, tetapi campuran antara air dan susu sudah
menghilangkan sifat utama air murni menjadi larutan susu. Air yang seperti ini tidak lagi bisa
dikatakan air mutlak, sehingga secara hukum tidak sah kalau digunakan untuk berwudhu' atau mandi
janabah. Meski pun masih tetap suci.

d. Air Mutanajjis

Air mutanajjis artinya adalah air yang tercampur dengan barang atau benda yang najis. Air
yang tercampur dengan benda najis itu bisa memiliki dua kemungkinan hukum, bisa ikut menjadi
najis juga atau bisa juga sebaliknya yaitu ikut tidak menjadi najis. Keduanya tergantung dari apakah
air itu mengalami perubahan atau tidak, setelah tercampur benda yang najis. Dan perubahan itu
sangat erat kaitannya dengan perbandingan jumlah air dan besarnya noda najis.

Pada air yang volumenya sedikit seperti air di dalam kolam kamar mandi, secara logika bila
kemasukan ke dalamnya bangkai anjing, kita akan mengatakan bahwa air itu menjadi mutanajjis
atau ikut menjadi najis juga. Karena air itu sudah tercemar dengan perbandingan benda najis yang
besar dan jumlah volume air yang kecil.

Agar kita bisa menilai apakah air yang ke dalamnya kemasukan benda najis itu ikut berubah
menjadi najis atau tidak, maka para ulama membuat indikator, yaitu rasa, warna atau aromanya.

a) Berubah Rasa, Warna atau Aroma

Bila berubah rasa, warna atau aromanya ketika sejumlah air terkena atau kemasukan barang najis,
maka hukum air itu iut menjadi najis juga. Hal ini disebutkan oleh Ibnul Munzir dan Ibnul Mulaqqin.

b) Tidak Berubah Rasa, Warna atau Aroma

Sebaliknya bila ketiga krieteria di atas tidak berubah, maka hukum air itu suci dan mensucikan. Baik
air itu sedikit atau pun banyak.

7. Pengertian hadas dan najis


a. Hadas
Hadas menurut bahasa artinya berlaku atau terjadi. Menurut istilah, hadas adalah sesuatu
yang terjadi atau berlaku yang mengharuskan bersuci atau membersihkan diri sehingga sah untuk
melaksanakan ibadah.

Meurut fiqih, hadas dibagi menjadi dua yaitu :

1) Hadas kecil

Hadas kecil adalah adanya sesuatu yag terjadi dan mengharuskan seseorang berwudu
apabila hendak melaksanakan salat. Contoh hadas kecil adalah sebagai berikut :

a) Keluarnya sesuatu dari kubul atau dubur.


b) Tidur nyenyak dalam kondisi tidak duduk.

9
c) Menyentuh kubul atau dubur dengan telapak tangan tanpa pembatas.
d) Hilang akal karena sakit atau mabuk.

2) Hadas besar

Hadas besar adalah sesuatu yang keluar atau terjadi sehingga mewajibkan mandi besar atau
junub. Contoh-contoh terjadinya hadas besar adalah sebagai berikut :

a) Bersetubuh (hubungan suami istri)


b) Keluar mani, baik karena mimpi maupun hal lain
c) Keluar darah haid
d) Nifas
e) Meninggal dunia

b. Najis
Najis menurut bahasa adalah sesuatu yang kotor. Sedangkan menurut istilah adalah sesuatu
yang dipandang kotor atau menjijikkan yang harus disucikan, karena menjadikan tidak sahnya
melaksanakan suatu Macam-macam Najis dan Cara Mensucikannya:

Berdasarkan berat dan ringannya, najis dibagi menjadi tiga macam. Najis tersebut adalah
Mukhafafah, Najis Mutawasitah, dan Najis Muqalazah.

a) Najis Mukhafafah

Najis mukhafafah adalah najis ringan. Yang tergolong najis mukhafafah yaitu air kencing bayi
laki-laki yang berumur tidak lebih dua tahun dan belum makan apa-apa kecuali air susu ibunya. Cara
mensucikan najis mukhafafah cukup dengan mnegusapkan/ memercikkan air pada benda yang
terkena najis.

b) Najis Mutawasitah

Najis mutawasitah adalah najis sedang. Termasuk najis mutawasitah antara lain air kencing,
darah, nanah, tina dan kotoran hewan. Najis mutawasitah terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

 Najis hukmiah adalah najis yang diyakini adanya, tetapi, zat, bau, warna dan rasanya tidak
nyata. Misalnya air kencing yang telah mengering. Cara mensucikannya cukup dengan
mengalirkan air pada benda yang terkena najis tersebut.
 Najis ainiyah adalah najis yang nyata zat, warna, rasa dan baunya. Cara mensucikannya
dengan menyirkan air hingga hilang zat, warna, rasa dan baunya.

c) Najis Mugalazah

Najis mugalazah adalah najis berat, seperti najisnya anjing dan babi. Adapun cara
mensucikannya ialah dengan menyiramkan air suci yang mensucikan air suci yang mensucikan (air
mutlak) atau membasuh benda atau tempat yang terkena najis sampai tujuh kali. Kali yang pertama
dicampur dengan tanah atau debu sehingga hilang zat, warna, rasa, dan baunya.

10
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Thaharah memiliki pengertian secara umum yaitu mengangkat penghalang (kotoran) yang
timbul dari hadas dan najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di
badan. Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-
tiap mukallaf lelaki dan perempuan.

Syarat wajib melakukan thaharah yang paling utama adalah beragama Islam dan sudah akil
baligh. Sarana yang digunakan untuk melakukan thaharah adalah air suci, tanah, debu serta benda-
benda lain yang diperbolehkan. Air digunakan untuk mandi dan berwudhu, debu dan tanah
digunakan untuk bertayamum jika tidak ditemukan air, sedangkan benda lain seperti batu, kertas,
tisur dapat digunakan untuk melakukan istinja’.

Thaharah memiliki fungsi utama yaitu membiasakan hidup bersih dan sehat sebagaimana
yang diperintahkan agama. Thaharah juga merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Allah
Swt. Manfaat thaharah dalam kehidupan sehari-hari yaitu membersihkan badan, pakaian, dan
tempat dari hadas dan najis ketika hendak melaksanakan suatu ibadah.

II. Saran
Tentu saja dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan baik dalam
susunan materi maupun dalam penulisannya, oleh karena itu penulis terbukaatas masukan
yang membangun guna kesempurnaan dalam makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

1) Tafsir Al Wajiz, Shaikh Prof. Dr. Wahbab az Zuhaili


2) Tafsir Ibnu Katsir, al Hafiz al Muhaddits Imaduddin Ismail al Bashri ad
Dimasyqi asy Syafii
3) Majmu Fatawa, Lajnah Daimah Lil Buhuts al Ilmiah
4) H. Moch. Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif,
1987.

5) Syaikh Muhammad Nawawi al-Jawi, Fiqih Islam dan Tasawuf, Surabaya:


Mutiara Ilmu, 2013.

11

Anda mungkin juga menyukai