Tentang
“ KONSEP MANDI WAJIB DALAM AJARAN ISLAM “
Untuk Ujian Tengah Semester (UTS)
Dosen Pengampu : Aden Sudarman, S. Ag., M.Pd.I
Disusun oleh :
KELOMPOK 8
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Pengertian Mandi Wajib..........................................................................................3
2.2 Dasar Hukum Mandi Wajib.....................................................................................3
2.3 Syarat dan Fardu Mandi Wajib................................................................................4
2.4 Hal-Hal Yang Wajib Dilakukan Dengan Mandi Wajib...........................................5
2.5 Hal-Hal Yang Membatalkan Mandi Wajib..............................................................7
2.6 Sunnah Dalam Mandi Wajib..................................................................................11
2.7 Tata Cara Mandi Wajib..........................................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................12
3.2 Saran.......................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................13
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mandi wajib
2. Untuk mengetahui dasar hukum mandi wajib
3. Untuk mengetahui syarat dan fardu mandi wajib
4. Untuk mengetahui hal yang wajib dilakukan dengan mandi wajib
1
5. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan mandi wajib
6. Untuk mengetahui sunnah dalam mandi wajib
7. Untuk mengetahui tata cara mandi wajib
2
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya :
“Dan jika kamu junub maka mandilah”.
3
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
(jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi”.
3. Hadits Bukhari
“Bahwasanya Nabi Muhammad apabila mandi janabah ia memulai dengan
membasuh kedua tangannya kemudian wudhu seperti wudhu untuk salat
lalu memasukkan jari-jarinya ke dalam air kemudian menyisirkannya ke
pangkal rambut lalu mengalirkan air ke kepalanya tiga cawukan dengan
kedua tangannya kemudian meratakan air pada seluruh kulit badannya”.
4
Imam Ar Rafi’i. Berdasarkan pendapat ini, maka satu basuhan tidak
cukup untuk menghilangkan hadats dan najis sekaligus.
Imam An Nawawi (menguatkan) bahwa satu basuhan sudah
dianggap cukup untuk menghilangkan hadats dan najis sekaligus.
Pendapat Imam An Nawawi ini adalah ketika najis yang berada di
badan adalah najis hukmiyah . Sedangkan jika berupa najis ‘ainiyah ,
maka wajib melakukan dua basuhan untuk najis dan hadats tersebut.
5
Selain itu, sebagaimana Rasulullah SAW dalam sebuah hadist,
mengatakan bahwa :
6
3. Haid dan Nifas
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu
adalah suatu kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri
dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka,
sebelum mereka suci. apabila mereka telah suci, Maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri” (QS : Al-Baqarah : 222)
Darah yang dikeluarkan dari proses Haidh dan Nifas statusnya adalah
suatu kotoran, najis, dan membuat tidak suci diri wanita. Untuk itu wanita
yang telah melewati haidh dan nifas, maka wajib baginya untuk bersuci
dengan mandi wajib, agar bisa kembali beribadah. Hal ini disebabkan
ada larangan saat haidh dan nifas untuk melangsungkan salat dan puasa,
sebelum benar-benar suci dari hadast. Sedangkan menundanya, merupakan
dosa karena meninggalkan hal wajib, yang dalam kondisi telah melewati
haidh atau nifas.
Melakukan mandi atau keramas saat haidh tentunya tidak menjadikan
diri muslimah suci, sebelum benar-benar berhentinya darah haidh dan
nifas. Hal ini pun sebagaimana dalam Hadist Rasulullah, wanita dalam
kondisi haidh dilarang salat dan wajib untuk mandi setelahnya.
Sabda Rasulullah SAW kepada Fatimah binti Abu Hubaisy ra
adalah,”Tinggalkan salat selama hari-hari engkau mendapatkan haid,
lalu mandilah dan salatlah.” (Muttafaq Alaih)
Sebetulnya bagi wanita, ada kondisi dimana melahirkan diwajibkan juga
untuk mandi wajib. Namun, hal ini terjadi perbedaan pendapat antar ulama
fiqh. Secara umum mewajibkan, sedangkan yang lainnya ada yang tidak
mewajibkan. Muslimah bisa mengambil mana yang sesuai dengan
keyakinan hati dan pertanggungjawaban masing-masing ulama.
4. Karena kematian
“Dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya Rasulullah saw bersabda dalam
keadaan berihram terhadap seorang yang meninggal terpelanting oleh
ontanya,”Mandikan dia dengan air dan daun bidara.” (HR.Bukhori
Muslim)
Orang yang mengalami kematian, ia wajib untuk dimandikan. Untuk
itu mandi wajib ini berlaku pula bagi yang meninggal, walaupun ia bukan
mandi oleh dirinya sendiri, melainkan dimandikan oleh orang-ornag yang
lain. Untuk pelaksanaannya, maka setelah dimandikan ada
pelaksanaan salat jenazah dalam islam, sebagai salat terakhir dari mayit.
7
Membasuh alat kelamin dari kotoran dan najis
Mengambil wudhu sebagaimana biasa kecuali kaki (kaki dibasuh
setelah mandi)
Membasuh keseluruhan rambut di kepala
Membasuh kepala beserta dengan telinga sebanyak 3 kali dengan 3
kali menimba air
Meratakan air ke seluruh tubuh di sebelah lambung kanan dari atas
sampai ke bawah
Meratakan air ke seluruh tubuh di sebelah lambung kiri dari atas
sampai ke bawah
Menggosok bagian-bagian yang sulit seperti pusat, ketiak, lutut dan
lain-lain supaya terkena air
Membasuh kaki
Jika tidak sesuai dengan tata cara mandi wajib yang benar tersebut maka
mandi wajibnya menjadi tidak sah.
8
5. Tidak Mengenakan Air di Seluruh Badan
“Dahulu, jika Rasulullah SAW hendak mandi janabah (junub),
beliau membasuh kedua tangannya. Kemudian menuangkan air dari
tangan kanan ke tangan kirinya lalu membasuh kemaluannya. Lantas
berwuduk sebagaimana berwuduk untuk solat. Lalu beliau mengambil air
dan memasukkan jari-jemarinya ke pangkal rambut. Hingga beliau
menganggap telah cukup, beliau tuangkan ke atas kepalanya sebanyak 3
kali tuangan. Setelah itu beliau guyur seluruh badannya. Kemudian beliau
basuh kedua kakinya.”(HR. Al Bukhari dan Muslim)
9
demikian bersucinya menjadi kurang sempurna lantaran dia menutup
sesuatu yang semestinya wajib untuk dibasuh.
12. Ada Bagian Tubuh yang Masih Kering (Belum Kena Air)
Hadist dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah melihat ada bagian tubuh yang belum terkena air setelah mandi,
kemudian beliau memeras rambutnya yang basah, untuk mengusap bagian
yang kering. (HR. Ibnu Majah 663)
14. Memiliki Perawatan Tubuh yang Tak Bisa Ditembus Air (Sulam Alis,
Sulam Bibir, dsb)
“Allah melaknat tukang tato, orang yang ditato, al-mutanamishah,
dan orang yang merenggangkan gigi, untuk kecantikan, yang mengubah
ciptaan Allah.” (HR. Bukhari 4886, Muslim 2125, dan lainnya).
“Larangan tersebut adalah untuk alis dan ujung-ujung wajah.”
(Sharh Shahih Muslim, 14/106). “An-Namishah adalah wanita yang
mencukur bulu alis wanita lain atau menipiskannya agar kelihatan lebih
cantik. Sedangkan Al-Mutanamishah adalah wanita yang menyuruh orang
lain untuk mencukur bulu alisnya.” (Dalil al-Falihin, 8:482).
Sulam alis atau sulam bibir dan bentuk perawatan kecantikan lain
tentu tidak bisa ditembus air dan mengubah ciptaan Allah, sebab itu harus
dilakukan perbaikan terlebih dahulu misalnya dengan menghilangkannya,
namun jika sudah telanjur dilakukan dan orang tersebut dalam keadaan
bertaubat, maka dapat dilakukan mandi junub sesuai syariat islam dan
memohon ampun kepada Allah serta berusaha dengan sungguh untuk
menghilangkan perawatan yang dilarang tersebut.
10
tetap bisa melakukan mandi wajib sesuai anjuran islam dan menyerahkan
semuanya kepada Allah serta memohon ampun kepada Allah sebab ketika
melakukan tato dalam keadaan yang belum mengetahui sehingga dosa-
dosanya diampuni jika bertaubat dengan sungguh-sungguh dan menyadari
kesalahannya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berkenaan dengan bersuci tersebut tentunya seseorang harus memahami
cara-caranya agar bersuci tersebut benar-benar sesuai dengan ketentuan
ajaran Islam. Oleh karena itu, tentunya perlu adanya tuntunan dan bimbingan
untuk memahami hal tersebut agar dapat mengetahui cara-cara bersuci,
karena setiap orang sudah pasti mengalami yang namanya berhadas, baik
hadas besar maupun hadas kecil.
3.2 Saran
Kita sebagai umat Islam, haruslah mulai banyak belajar dalam mengkaji
tentang masalah fiqih ibadah terutama masalah thaharah (bersuci). Hal ini
sebagai upaya perbaikan pendidikan, agar supaya mampu melakukan tata cara
bersuci yang baik menurut ajaran Rasulullah SAW.
12
DAFTAR PUSTAKA
13