RUBU’ IBADAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Imu Fiqih
Dosen Pengampu:
Drs. H. Ucin Muksin, M.Ag
Disusun Oleh:
Kelompok 1 - BKI 1A
Alifa Mustikaning Qolby 1224010012
Aliffia Zikrinisa Hayatudin 1224010013
Anisa Fujawati 1224010021
Aulia Salsabila Ahmad 1224010027
Dhita Salafiatunnisa 1224010038
Dita Purwanti 1224010041
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “RUBU’ IBADAH”
Ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Ucin Muksin, M.Ag. selaku
dosen pengampu mata kuliah Ilmu Fiqih yang telah memberikan tugas makalah ini
kepada kami, sehingga kami dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Ibadah merupakan sebuah ritual yang dilaksankan oleh setiap manusia dalam
rangka dedikasi atau kepatuhan kepada Tuhan-Nya. Dalam Islam ibadah bukan
hanya sebatas pada hubungan manusia dengan Allah SWT. melainkan terdapat
hubungan antara manusia dan manusia lainnya serta hubungan manusia dengan
alam.
Para ulama membagi ibadah ke dalam dua bentuk, yaitu ibadah mahdhah dan
ibadahah ghairu mahdhah. Ibadah mahdah merupakan ibadah yang hubungannya
antara manusia dan Allah swt. secara vertikal, yang telah diatur dan dijelaskan
secara rinci dalam Al-Qur’an dan hadits, seperti shalat, zakat, puasa, haji dan
umrah bagi yang mampu dan lain sebagaiannya. Sedangkan ibadah ghairu
mahdhah merupakan ibadah yang berhubungan antara manusia dan manusia
lainnya secara horizontal dengan niat karena Allah swt. seperti menuntut
ilmu, mencari nafkah, dan menolong diri sendiri dan orang lain .
Dari kedua bentuk ibadah tersebut dapat disimpulkan bahwa, ibadah tersebut
tidak hanya rangkaian ucapan dan perbuatan semata. Melainkan dalam ibadah
mengandung nilai-nilai yang mengatur hubungan manusia anatara sesamanaya.
Nilai-nilai ini disebut sebagai akhlak atau etika. Hal ini yang kemudian dijadikan
sebagai pijakan bagi umat Islam untuk dapat menjadikan kehidupannya menjadi
baik dan selalu bermanfaatbagi diri dan lingkungannya. Selanjutnya untuk lebih
jelasnya mengenai mcam-macam ibadah akan dipaparkan dalam bab
pemabahasan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum tharaharah dan penjelasannya?
2. Bagaimana adab-adab yang dilakukan ketika buang hajat?
3. Bagaimana hukum wudhu dan penjelasannya?
4. Bagaimana hukum mandi dan penjelasannya?
5. Bagaimana hukum tayamum dan penjelasannya?
6. Bagaimana tata cara mengusap khuf dan perban serta penrjelasannya?
7. Bagaimana hukum haid dan nifas serta penejelasannya?
a. Pengertian Thaharah
Kata thaharah berasal dari bahasa Arab yaitu َالَطَهارyang artinya kebersihan
atau bersuci. Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah mengerjakan sesuatu yang
dengannya kita boleh mengajarkan shalat, wudhu, mandi, tayamum, dan
menghilangkan najis. Menurut syara’, thaharah adalah suci dari hadats atau najis,
dengan cara yang telah ditentukan oleh syara’atau menghilangkan najis, yang dapat
dilakukan dengan mandi dan tayamum (Ibrahim Shalih, 2011;3).
Dari beberapa pengertian tentang thaharah tersebut, maka para peneliti
menyimpulkan thahatrah berarti menyucika dan membersihkan diri dari najis dan
hadts sebagai salah satu syarat melakukan ibadah yang dapat dilakukan dengan
wudhu, mandi, tayamum dengan alat yang digunakan yaitu air, debu, atau batu.
b. Hukum Thaharah dan Penjelasannya
ِاَّن َهّٰللا ُيِح ُّب الَّتَّو اِبْيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِر ْين
Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri”.
(Al-Baqarah [2]:222)
Rasulullah saw.bersabda:
“Kunci pembuka shalat adalah bersuci” (HR Abu Dawud no. 61).
c. Macam-macam Thaharah
Thaharah atau bersuci terbagi menjadi dua yaitu thaharah batin dan thaharah lahir.
1. Bersuci batin adalah menyucikan jiwa dari bekas-bekas dosa dan maksiat. Ini
dilakukan dengan cara bertaubat yang benar dari segala dosa dan maksial. Begitu
pula dengan membersihkan hati dari nodanoda kemusyrikan, keraguan,
kedengkian, rasa sentimen, kebencian, kecurangan, kesombongan, ujub, riya, dan
sumah. Ini dilakukan dengan cara ikhlas, yakin, menyukai kebaikan, pandai
menahan amarah, jujur, tawadhu, serta menghendaki keridhaan Allah dalam
segala niat dan amal saleh.
2. Bersuci lahir adalah membersihkan kotoran dan menyucikan hadats.
Membersihkan kotoran dilakukan dengan cara menghilangkan najis dengan air
yang suci dari pakaian dan badan orang yang hendak shalat, termasuk tempat
shalatnya. Sementara menyucikan hadats adalah berwudhu, mandi, dan
tayammum.
d. Alat dan Sarana untuk Bersuci
Bersuci bisa menggunakan dua sarana yaitu:
1. Air Muthlaq, yaitu air suci yang menyucikan, maksudnya adalah air yang masih
murni baik sifat, bau maupun rasanya, dan dapat dikatakan sebagai air yang
benar-benar bebas dari kotoran dan kuman, dalam hukum fiqh air tersebut disebut
dengan air suci yang menyucikan, artinya, air tersebut halal diminum dan dapat
untuk dipakai menghilangkan najis, baik mukhafafah, mutawasithah, maupun
mughaladzah. Yang termasuk dalam kategori air mutlaq adalah air hujan, air laut,
air sungai, salju yang telah cair menjadi air, air embun, air sumur atau air mata
air.
Allah swt. berfirman:
2. Air Musta’mal, yakni air yang sudah dipakai, artinya air yang sudah dipakai
untuk menghilangkan hadats kecil maupun hadats besar. Hukumnya tidak dapat
menyucikan dari hadats atau najis , kecuali lebih dari dua kullah.
3. Permukaan tanah yang suci berupa pasir, batu, atau tanah rawa yang bersih,
berdasarkan sabda Rasulullah, "Tanah dijadikan bagiku sebagai tempat bersujud
dan sarana bersuci." (HR Ahmad no. 9412) Tanah tersebut menjadi menyucikan
ketika air tidak ada, atau ketika air tidak bisa digunakan karena sakit dan
sebagainya, berdasarkan firman Allah:
Atau:
2.3 WUDHU
a. Pengertian Wudhu
Wudhu secara etimologi berasal dari kata Al-Wadha’ah yang memiliki arti
kebersihan dan kecerahan. Sementara menurut istilah, wudu adalah menyucikan diri
dari hadas kecil dengan membasuh anggota badan tertentu seperti wajah, dua tangan,
kepala, hingga dua kaki.
2.3 MANDI
a. Pengertian
Menurut bahasa yaitu al-ghasl atau al-ghusl yang berarti mengalirnya air
pada sesuatu. Dalam Islam dikenal dengan istilah mandi wajib yaitu mengalirkan air
ke seluruh tubuh dengan tata cara yang khusus bertujuan untuk membersihkan hadast
besar. Mandi wajib dalam islam menjadi sebuah cara untuk membersihkan diri serta
mensucikan diri dari segala najis dan kotoran yang menempel pada tubuh.
2.5 TAYAMUM
a. Pengertian
Tayamum adalah cara bersuci dari hadas besar dan hadas kecil menggunakan
debu atau tanah sebagai pengganti air pada kondisi tertentu. Secara istilah, tayamum
artinya mengusap wajah dan kedua tangan dengan tanah atau debu sebagai pengganti
b. Dalil Disyriatkannya Tayamum
َو ِاْن ُكْنُتْم َّم ْر ٰٓض ى َاْو َع ٰل ى َس َفٍر َاْو َج ۤا َء َاَح ٌد ِّم ْنُك ْم ِّم َن اْلَغ ۤا ِٕىِط َاْو ٰل َم ْس ُتُم الِّنَس ۤا َء َفَلْم
ۗ َتِج ُد ْو ا َم ۤا ًء َفَتَيَّمُم ْو ا َص ِع ْيًدا َطِّيًبا َفاْمَس ُحْو ا ِبُوُجْو ِهُك ْم َو َاْيِد ْيُك ْم
Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air,
maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.
(An-Nisa’ [4]:43)
Rasulullah saw bersabda:
" Sesuatu dipermukaan bumi adalah tempat wudhu seorang muslim meskipun dia
tidak menemukan air selana sepuluh tahun" (H.R. An-Nasa’I dan Ibnu Hibban)
c. Rukun Tayamum
1. Membaca Niat
Tentunya setiap hal yang ingin kita lakukan harus berawal dari niat. Sama
seperti jika kita ingin beribadah atau melakukan persyaratan untuk ibadah
maka juga harus membaca niat. Niat ini dibaca saat melakukan tayamum agar
tayamum dilakukan dengan sah dan mendapat izin dari Allah untuk beribadah.
2. Mengusap Wajah
Gunakan kedua telapak tanganmu untuk mengusapkan debu ke seluruh wajah.
Gunakan tangan kanan untuk mengusap wajah di sisi kiri, lalu tangan kiri
digunakan untuk mengusap wajah pada sisi kanan.
3. Mengusap Kedua Tangan Sampai Siku
Usap kedua tangan kalian menggunakan debu yang telah menempel di telapak
tangan kalian. Usapan ini sama seperti ketika berwudu. Gunakan tangan kiri
untuk mengusap tangan kanan sampai siku, dan gunakan tangan kanan untuk
mengusap tangan kiri sampai siku.
4. Tertib
Lakukan tayamum dengan tertib. Perhatikan rukun dan tata cara tayamum
sesuai urutan, tidak boleh terbalik dan terlewat.
d. Syarat Sah Tayamum
1. Diperbolehkan melakukan tayamum jika benar-benar tidak ada air. Ketiadaan
air ini harus dipastikan dan harus mengusahakannya sampai dapat. Jika sudah
mengusahakannya namun tetap tidak dapat, maka boleh melakukan tayamum.
2. Tayamum boleh dilakukan bagi orang yang sedang sakit. Namun hal ini harus
ada persyaratan juga dari dokter. Jika dengan menyentuh air dapat
mengakibatkan penyakitnya semakin parah maka boleh melakukan tayamum.
3. Saat berada di daerah yang memiliki suhu air sangat dingin bahkan sampai
membeku, tentunya berwudu akan sangat sulit untuk dilakukan. Dengan
demikian seseorang diperbolehkan untuk tayamum.
4. Air yang tidak terjangkau. Artinya air yang dibutuhkan untuk berwudu ada,
namun ada risiko besar ketika ingin mengambil air tersebut. Misalnya
risikonya berupa harta maupun nyawa. Dengan demikian seseorang
diperbolehkan untuk tayamum.
5. Jika memiliki persediaan air yang sedikit maka wudhu boleh digantikan
dengan tayamum. Misalnya air tersebut adalah persediaan untuk minum. Oleh
karena itu boleh mendahulukan untuk keperluan minum daripada berwudu.
6. Sudah masuknya waktu salat. Ketika waktu salat sudah masuk bahkan mepet
dengan waktu salat yang lain serta kamu kekurangan air maka diperbolehkan
untuk melakukan tayamum.
7. Ketika sedang dalam perjalanan yang sulit untuk menemukan air, kamu dapat
mengganti wudu dengan tayamum. Misalnya saat sedang berada di pesawat
dan kereta.
8. Tayamum diperbolehkan, namun juga harus memperhatikan kebersihan debu
dan tanah yang kita gunakan. Jangan sampai ada najis pada debu dan tanah
tersebut.
e. Sunah-sunah Tayamum
Sunah tayamum berbeda dengan rukun tayamum. Sunah tayamum boleh tidak
dilakukan ketika melakukan tayamum. Namun hal ini hanya anjuran saja agar
tayamum lebih sempurna. Berikut adalah sunah tayamum :
1. Membaca "Basmallah"
2. Mendahulukan bagian kanan daripada kiri
f. Hal-hal yang membatalkan Tayamum
1. Sesuatu yang membatalkan wudhu maka membatalkan tayamum pula, seperti
tidur, buang air kecil, buang air besar, keluar angin, datangnya haid dan lain
sebagainya. Karena tayamun pada dasarnya adalah pengganti wudhu.
2. Sudah didapatkannya air bagi mereka yang tadinya tidak mendapatkannya,
yakni sebelum atau di tengah shalatnya. Adapun bila sudah selesai shalat baru
menemukan air, maka shalatnya tetap sah dan tidak perlu mengulangnya lagi.
g. Tata Cara Tayamum
Dalam pelaksanaannya, tayamum memiliki beberapa cara yaitu:
1. Siapkan atau carilah tanah atau debu yang bersih.
2. Menghadap ke kiblat, lalu mengucapkan basmalah dan niat tayamum:
Di zaman Rasulullah SAW, khuf sering dipakai oleh laki-laki sebagai perlindungan
untuk kaki mereka.
“... Dan usaplah kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki...” (QS. Al
Madah : 6)
Cara mengusap khuf adalah mengusap bagian punggung khuf (sepatu). Adapun
mengusap pembalut luka (al-jabirah) adalah mengusap bagian yang kena luka
seluruhnya.
Al-Jabirah adalah sesuatu yang digunakan untuk membalut tulang atau badan
yang terluka atau patah
Cara mengusap khuf telah diterangkan dalam hadits ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu, ia menyatakan,
َيْم َس ُح-صلى هللا عليه وسلم- َلْو َك اَن الِّديُن ِبالَّر ْأِى َلَك اَن َأْس َفُل اْلُخ ِّف َأْو َلى ِباْلَم ْس ِح ِم ْن َأْعَالُه َو َقْد َر َأْيُت َر ُسوَل ِهَّللا
َع َلى َظاِهِر ُخ َّفْيِه.
“Seandainya agama itu dengan logika semata, maka tentu bagian bawah khuf lebih
pantas untuk diusap daripada bagian atasnya. Namun sungguh aku sendiri telah
melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap bagian atas khufnya.”
(HR. Abu Daud, no. 162. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Hadits di atas menerangkan bahwa yang diusap dari khuf bukan seluruhnya, namun
cukup bagian punggungnya, bagian bawah tidak termasuk.
Cara mengusap khuf adalah tangan dibuat basah, lalu digunakan untuk
mengusap punggung khuf, dari ujung depan hingga bagian belakang, cukup
satu kali usapan saja.
Cara mengusap jabirah (pembalut luka) adalah tangan dibuat basah, lalu
digunakan untuk mengusap seluruh pembalut jika pembalut itu menutupi
anggota wudhu, atau bisa juga dilakukan untuk bersuci (mandi) saat
mengalami hadats besar.
Ada perbedaan mengusap khuf dan mengusap jabirah (pembalut luka) yaitu:
Referensi:
Fath Dzi Al-Jalali wa Al-Ikram bi Syarh Bulugh Al-Maram. Cetakan pertama, Tahun
1425 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Madarul Wathan.
1:676-681.
Syarh Manhaj As-Salikin. Cetakan ketiga, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin ‘Abdillah
Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj. hlm. 53-54.
Sumber https://rumaysho.com/17009-manhajus-salikin-cara-mengusap-khuf-dan-
pembalut-luka.html