TUGAS BESAR 2
Oleh:
JAKARTA
2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami
karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus
dapat menimba ilmu di Universitas Mercu Buana.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas besar dari dosen mata kuliah
Pendidikan Agama Islam, Pak Dede Abdul Fatah. Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang
dipelajari serta untuk memenuhi tugas besar.
Dengan tersusunnya makalah ini saya menyadari masih banyak terdapat kekurangan
dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini saya sangat berharap perbaikan, kritik,
dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Shalat
Shalat menurut Bahasa Arab As-sholah, sholat menurut Bahasa berarti Do’a dan secara
istilah, para ahli fiqh mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti
beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam., yang
dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-syarat yang telah ditentukan.
Shalat adalah rukun Islam yang kedua dan ia merupakan rukun yang sangat ditekankan
(utama) sesudah dua kalimat syahadat. Telah disyari’atkan sebagai sesempurna dan sebaik-
baiknya ibadah. Shalat ini mencakup berbagai macam ibadah: zikir kepada Allah, tilawah
Kitabullah, berdiri menghadap Allah, ruku’, sujud, do’a, tasbih, dan takbir (Abu Malik Kamal
bin as-Sayyid Salim,2007:277).
Shalat merupakan pokok semua macam ibadah badaniah. Allah telah menjadikannya
fardhu bagi Rasulullah SAW sebagai penutup para rasul pada malam Mi’raj di langit, berbeda
dengan semua syari’at. Hal itu tentu menunjukkan keagungannya, menekankan tentang
wajibnya dan kedudukannya di sisi Allah.
Adapun secara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepadaNya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesaranNya atau
mendhohirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan
pekerjaan atau kedua-duanya. (Sulaiman Rasjid:53).
B. Pengertian Takwa
Secara bahasa kata ini merupakan masdar dari kata ittaqā-yattaqī (( اقتا يقتيyang
berarti menjaga diri dari segala yang membahayakan. Sementara pakar berpendapat bahwa
kata ini lebih tepat diterjemahkan dengan berjaga-jaga atau melindungi diri dari sesuatu. Kata
takwa dengan pengertian ini dipergunakan didalam Alquran misalnya pada QS. al-Mu‟min
[40]: 45 dan QS. ath-Thur [52]: 27. Kata ini berasal dari kata waqā-yaqī-wiqāyah (ي قي هيقو
nad itikaynem tapad gnay alages irad utauses agajnem utiay iuhajnem nad iradnihgnem) وق ي
mencelakakan.
Penggunaan kata kerja waqā dapat dilihat antara lain QS. al-Insan [76]: 11, QS. ad-
Dukhān [44]: 56, dan QS. ath-Thūr [52]: 28. Penggunaan bentuk ittaqā (( اقتاdapat dilihat
antara lain dalam QS. al-„Arāf [7]: 96. Kata taqwā (( اوقتjuga sinonim dengan kata khauf
4
( ( فوخdan khasyah (( هيشخyang berarti takut, bahkan, kata ini mempunyai pengertian yang
hampir sama dengan kata ta‟at. Kata 53 takwa yang dihubungkan dengan kata ta‟ah (هعط
(dan khasyah (( هيشخdigunakan Alquran didalam QS. an-Nūr [24]: 52.1 Secara terminology
syar‟I (agama), kata takwa mengandung pengertian menjaga diri dari segala yang dilarang
Allah Swt. dan melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya
5
BAB II
PEMBAHASAN
Shalat bisa kita katakan sebagai salah satu cara beriman kepada Allah SWT karena shalat
merupakan sarana yang paling kokoh untuk seorang hamba mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Maka pengaruh shalat terhadap ketawaan sangatlah berpengaruh karena keimanan dan
ketakwaan memiliki korelasi yang sangat erat.
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang
bertakwa adalah orang yang beriman yaitu berpandangan dan bersikap hidup dengan ajaran
Allah menurut sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakn shalat, sebagai upaya pembinaan
iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.
Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhkan larangannya. Iman adalah
percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan ajaran Allah. Yaitu Al-Quran menurut
sunnah Rasul. Wujud iman menurut tiga unsur yaitu, isi hati, ucapan, dan laku perbuatan. Isi
hati dan perbuatan disebut pandangan hidup, sedangkan laku perbuatan yang mewujudkan
gerak berbuat dalam keseluruhan hidup manusia disebut sikap hidup.
Sikap hidup seseorang bisa bernilai haq dan bathil, tergantung pada pandangannya. Jika
pandangannya adalah pandangan haq, maka sikap hidupnya bernilai haq. Demikian juga
sebaliknya. Dengan demikian ada dua wujud iman yaitu wujud iman haq dan wujud iman
bathil.
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua,
yaitu tauhid teoritis(tauhid rububiyyah) dan tauhid praktis (tauhid uluhiyyah). Tauhid teoritis
adalah tauhid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan
Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan,
pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid
teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang
menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal ibadah
manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengartian tauhid praktis (tauhid
ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang
6
disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-
Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa
mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat
dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sampurna. Dalam pandangan Islam, yang
dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan
dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan
dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan sehari-
hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid
adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah
Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Sholat diawali dengan takbiratul ihrom dan diakhiri dengan salam yang mendo’akan
seluruh makhluk yang ada dibumi ini. Artinya dalam bacaan sholat pun ada hubungan antara
Allah dan sesama manusia. Begitu pun dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Puasa
merupakan ibadah yang penilaiannya langsung oleh Allah. Ikhlas tidaknya seseorang
melakukan ibadah puasa hanya Allah yang tahu. setelah satu bulan berpuasa yang merupakan
meningkatkan hubungan kita dengan Allah, maka di akhir bulan Ramadhan sebelum shalat
idul fitri kita diwajibkan untuk melaksanakan zakat fitrah yang merupakan peningkatan
hubungan kita kepada sesama manusia.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya Sahalat dan ketaqwaan adalah dua hal yang saling berpengaruh. Jika
seserang muslim yang bertaqwa biasa dipastikan bahawa ia menunaikan shalatnya. Maka dari
itu shalat terhadap ketawaan sangatlah berpengaruh karena keimanan dan ketakwaan
memiliki korelasi yang sangat erat. Takwa adalah melaksanakan perintah Allah dan
menjauhkan larangannya. Iman adalah percaya pada pandangan dan sikap hidup dengan
ajaran Allah. Yaitu Al-Quran menurut sunnah Rasul.
8
Daftar Pustaka
(https://id.scribd.com/document/343569500/Korelasi-Keimanan-Dan-Ketaqwaan)
(https://umb-post.mercubuana.ac.id/mod/resource/view.php?id=163524)
(https://umb-post.mercubuana.ac.id/mod/resource/view.php?id=150604)