Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KEWAJIBAN MANUSIA BERIBADAH KEPADA ALLH SWT


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Fiqh Smp/MTs
Dosen Pengampu : Ibu Sri Ardela, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 2

Eva Meilinda (2011010218)


M. Akbar Nurohman (2011010212)
Shintia Septiana (2011010210)

KELAS F
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Kewajiban Manusia Beribadah Kepada Allah SWT” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ibu Sri Adelia,M.Pd.I pada mata kuliah Materi Pembelajaran Fiqih Smp/Mts
Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Kewajiban Manusia Beribadah Kepada Allah SWT” bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Adelia,M.Pd.I selaku dosen
mata kuliah Materi Pembelajaran Fiqih Smp/Mts yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuna dan wawasan sesuai dengan mata
kuliah yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Lampung. 17 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2
A. Pengertian Beribadah Kepada Allah SWT.............................................................. 2
B. Macam-Macam Bentuk Kewajiban Manusia Kepada Allah SWT ......................... 5
BAB III............................................................................................................................... 9
PENUTUP.......................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibadah kepada Allah SWT merupakan suatu hal yang sangat penting,
karena Allah SWT adalah dzat yang menciptakan manusia, bahkan dunia dan
seisinya. Allah mewajibkan ibadah kepada umat manusia bukan untuk
kepentingannya. Melainkan untuk kebaikan manusia itu sendiri, agar dapat
mencapai derajat ketaqwaan yang dapat menyucikan seseorang dari kesalahan
dan kemaksiatan. Agar menusia mendapat keuntungan dengan keridhoan
Allah SWT dan surga-Nya serta dijauhkan dari api neraka dan Azab-Nya.

Al-qur’an juga menegaskan bahwa tujuan utama diciptakannya manusia di


muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Termaktub dalam
(QS. Al-Zuriyat/51:56)
‫ُون‬ َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ٱ ْل ِجن َوٱ ْ ِْل‬
ِ ‫نس ِإَّل ِل َي ْعبُد‬
Artinya :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (Qs. Al-Zuriyat/51:56)

Menyembah kepada Allah sebagaimana dalam ayat diatas berarti


mengabdi diri kepada-Nya. Dengan demikian, tujuan manusia dicipatakan
untuk beribadah adalah untuk mengabdikan seluruh aktivitas kehidupannya
dalam rangka beribadah kepada Allah SWT. Dapat disimpulkan bahwa bahwa
ibadah disini merupakan kebutuhan primer bagi manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Beribadah Kepada Allah SWT?
2. Apa Sajakah Macam-Macam Bentuk Kewajiban Manusia
Kepada Allah SWT?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Perintah Beribadah Kepada Allah SWT
2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Bentuk Kewajiban Manusia
Kepada Allah SWT

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Beribadah Kepada Allah SWT

Secara etimologis, kata ibadah merupakan bentuk Masdar dari kata-kata


Abada yang tersusun dari huruf ain, ba, dan dal. Arti dari kata tersebut
mempunyai dua makna pokok yang tampak bertentangan atau bertolak
belakang. Pertama mengandung pengertian lin wa zull yang berarti kelemahan
dan kerendahan. Kedua mengandung pengertian syiddat wa qilazh yang
berarti kekerasan dan kekasaran. Terkait dengan dua makna ini, Prof. Dr. H.
Abd. Muin Salim menjelaskan bahwa, dari makna pertama diperoleh kata ‘abd
yang berarti mamluk (yang dimiliki) dan mempunyai bentuk jamak ‘abid dan
‘ibad. Bentuk pertama menunjukan makna budak-budak dan yang kedua
untuk makna “hamba-hamba Tuhan”. Dari makna terakhir inilah bersumber
dari kata abada, ya’budu, ibadatan yang secara leksikal bermakna “tunduk
merendah, dan menghinakan diri kepada Allah”. Prof. TM. Hasbi AS=sh-
Shiddqiy juga menjelaskan bahwa ibadah dari segi Bahasa adalah “taat,
menurut, mengikuti, tunduk dan do’a”.
Kemudian secara istilah, para ulama tidak ada pengertian yang disepakati
tentang pengertian ibadah. Oleh karena itu, ibadah secara terminology
ditemukan dalam ungkapan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, Prof. TM.
Hasbi As-Shiddqi dalam mengutip beberapa pendapat, ditemukan pengertian
ibadah yang beragam, diantaranya yaitu sebagai berikut :
Ulama tauhid mengartikan ibadah dengan
‫توحيد هللا وتعظيمه غاية التعظيم مع التذلل والخضوع له‬

2
Meng Esakan Allah, menta’dhimkan-Nya dengan sepenuh-sepenuhnya
ta’dhim serta menghinakan diri kita dan menundukkan jiwa kepada-Nya
menyembah Allah sendiri-Nya.
Ulama akhlak mengartikan ibadah dengan :
‫العمل بالطاعة البدنية والقيام بالشرائع‬
Mengerjakan segala tha’at badaniyah dan menyelenggaran segala syariat
(hukum).
Ulama tasawuf mengartikan ibadah dengan :
‫فعل المكلف على خالف هوى نفسه تعظيما لربه‬
Seorang mukallaf mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan ke-
inginan nafsunya untuk membesarkan Tuhannya.
Ulama fiqih mengartikan ibadah dengan :
‫ما أديت ابتغاء لوجه هللا وطلبا لثوبه فى اآلخرة‬
Segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan meng-
harap pahala-Nya di akhirat.
Ulama tafsir Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA mengatakan bahwa : ibadah
adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya
sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati
seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat
adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang kepadanya
ditujukan ibadah itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau
hakikatnya.
Masih dalam pengertian ibadah, ulama tafsir yakni Prof. Dr. H. Abd. Muin
Salim menyatakan bahwa : Ibadah dalam bahasa agama merupakan sebuah
konsep yang berisi pengertian cinta yang sempurna, ketaatan dan khawatir.
Artinya, dalam ibadah terkandung rasa cinta yang sempurna kepada Sang
Pencipta disertai kepatuhan dan rasa khawatir hamba akan adanya penolakan
sang Pencipta terhadapnya.
Pengertian-pengertian ibadah dalam ungkapan yang berbeda-beda
sebagaimana yang telah dikutip, pada dasarnya memiliki kesamaan esensial,
yakni masing-masing bermuara pada pengabdian seorang hamba kepada Allah
swt, dengan cara mengagungkan-Nya, taat kepada-Nya, tunduk kepada-Nya,
dan cinta yang sempurna kepada-Nya. Dengan merujuk pada pengertian-
pengertian ini, maka tampak bahwa ada beberapa pengertian yang memiliki

3
makna sama dengan ibadah itu sendiri yang ditemukan di dalam Alquran,
yaitu antara lain:
1. Al-tha’ah (‫)الطاعة‬, yang di dalam Alquran ditemukan sebanyak 128 kali
Pada dasarnya, kata al-tha’ah ini mengandung arti “senantiasa
menurut, tunduk dan patuh kepada Allah dan rasul-Nya”.
2. Khada’a (‫)خضع‬, yang di dalam Alquran ditemukan sebanyak 2 kali,
yakni QS. alSyu’ara (26): 4 dan QS. al-Ahzab (33): 32. Pada dasarnya,
kata khada’a ini mengandung arti “merendahkan, dan menundukkan”.
3. al-Zulli/al-Zillat (‫الذل‬/‫)الذلة‬, yang di dalam Alquran ditemukan sebanyak
24 kali. Pada dasarnya, kata ini dapat pula berarti “kerendahan atau
kehinaan”.
Oleh karena itu, maka ibadah menurut Muhammmad Abduh dalam tafsir
al-Manar adalah :
‫إن العبادة ضرب من الخضوع بالغ حدا النهاية شئي عن استعار القلب بعظمته المعبود ل يعرف‬
‫منسأهاواعتقاد بسلطة ل تدرك كنهها وما هيتها‬
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa ibadah adalah suatu
keataatan hamba yang mencapai peuncaknya dari kesadaran hati seseorang
sebagai akibat pengagungan kepada Allah. Keagungan-Nya oleh karena
tidak diketahui sampai dimana batas-batas kekuasan-Nya, dan hakekat
keberadan-Nya. Di sisi lain, dipahami bahwa ibadah adalah perbuatan
manusia yang menunjukkan ketaatan kepada aturan atau perintah dan
pengakuan kerendahan dirinya di hadapan yang memberi perintah.
Adapun yang memberi perintah untuk beribadah, adalah tiada lain kecuali
Allah sendiri, sebagaimana dalam QS. al-Baqarah (2): 21,
َ‫ي َخلَقَ ُك ْم َوال ِذيْنَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَل ُك ْم ت َتقُ ْون‬ ُ ‫ٰٓياَيُّ َها الن‬
ْ ‫اس ا ْعبُد ُْوا َرب ُك ُم ال ِذ‬
Artinya :
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu
dan orangorang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.
Dari ayat di atas, maka dapat dipahami bahwa sasaran ibadah
hanya-lah kepada Allah swt. Dengan kata lain, bahwa manusia beribadah

4
adalah untuk mengabdikan dirinya kepada Allah sebagai Tuhan yang telah
menciptakan mereka.

B. Macam-Macam Bentuk Kewajiban Manusia Kepada Allah


SWT

Manusia diciptakan oleh Allah ke dunia sebenarnya memiliki tanggung jawab


yang harus dipenuhi dalam hidupnya. Tanggung jawab ini sejalan dengan hak-
hak yang Allah anugerahkan kepadanya. Tentunya hak-hak tersebut ia peroleh
dibarengi dengan kewajiban yang ia tanggung. Karena hak dan kewajiban
haruslah berjalan bebarengan. Keduanya tidak dapat berjalan sendiri-sendiri.
Jika keadaannya tidak seimbang maka akan mengakibatkan
ketidakseimbangan yang akan merugikan manusia itu sendiri.
Nabi bersabda :
“ Tunaikanlah kewajibanmu dan mintalah kepada Allah untuk mendapatkan
hakmu” (HR:Bukhari-Muslim).
Jika dihubungkan dengan kewajiban yang dikenal dalam islam, maka dapat
difahami bahwa manusia sebagai makhluk Allah memiliki kewajiban.
Kewajiban ini dimiliki oleh setiap pemeluknya. Setiap dari mereka memikul
tanggung jawab yang dipikul masing-masing. Sehingga setiap individu
memiliki beban dalam memenuhi kewajibannya tersebut.
Memenuhi kewajiban-kewajiban kita sebagai seorang muslim juga bisa
diartikan sebagai bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas segala hak-hak
kita yang telah terpenuhinya. Jika kita memenuhi kewajiban kita dengan baik,
maka Allah senantiasa selalu menambahkan nikmat kepada kita. Selalu
memenuhi hak-hak yng kita peroleh. Tentunya dalam memenuhi kewajiban
disin harus lillahi ta’alla, yaitu dikerjakan karena mengharap ridha Allah
semata.
Kewajiban kita terhadap Allah SWT adalah menjadi kewajiban terpenting.
Kita harus berusaha melaksanakannya dengan hati dan kemauan suci.
Beberapa kewajiban yang dikenal anatara lain :

5
1. Mengenal Allah SWT
Sebab, wujud Allah SWT adalah sumbernya maujudnya setiap makhluk
dan fenomena. Maka dari itu, mengenalnya akan mencerahkan pandangan setia
maujud yang mampu melihat. Orang-orang yang berpaling dari mengenal Allah
dan tidak memperhatikan pentingnya kebenara ini dalam kehidupan mereka,
cenderung kehilangan nilai-nilai spiritual kemanusiaan sepenuhnya.
2. Beribadah kepada Allah SWT
Beribadah kepada Allah SWT dan mematuhi perintahNya menjadi
kewajiban penting sebelum tugas-tugas lainnya.
Allah SWT berfirman :

‫َِّل اِياهُ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن اِحْ سنً ۗا اِما يَ ْبلُغَن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر ا َ َحدُ ُه َما ٰٓ ا َ ْو‬ ٰٓ ‫َوقَضى َربُّكَ اََّل ت َ ْعبُد ُْٰٓوا ا‬
‫ف و ََّل ت َ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل ل ُه َما قَ ْو ًَّل َك ِر ْي ًما‬
ٍّ ُ ‫ِكل ُه َما فَ َال تَقُ ْل ل ُه َما ٰٓ ا‬
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik”.
Kita berkewajiban mengetahui status penghambaan dan kebutuhan kita
agar secara sadar mengingat keagungan dan kebesaran tak terbatas Allah SWT
dan demi mematuhi perintah-Nya. Sebab, kita tahu bahwa dia meliputi dan
mngetahui maujud kita dalam segala hal. Kita tidak boleh menyembah sesuatu
selain Allah dan tidak boleh menyerahkan kepatuhan kepada seseorang kecuali
kepada Rasulullah SAW.

3. Menyembah Allah dan taat pada perintahnya


Sebagai seorang muslim yang beriman, maka diwajibkan
kepadanya untuk beribadah hanya kepadanya. Tidak dibenarkan seorang
hamba menyembah kepada selainnya. Jika kita mengingat awal penciptaan
manusia, maka kita akan melihat bahwa Allah SWT menciptakan manusia

6
hanyala untuk beribadah kepadanya. Allah berfirman dalam QS. Adz-
Dzariyat,56 :
‫ُون‬ َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ٱ ْل ِجن َوٱ ْ ِْل‬
ِ ‫نس ِإَّل ِل َي ْعبُد‬
Artinya : “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.
Sudah tergambar jelas bahwa Allah menciptakan makhluknya terutama
manusia dalam konteks ini adalah untuk menyembah kepadaNya. Selanjutnya
kewajiban manusia sebagai makhluk Allah adalah menaati semua yang telah
Allah perintahkan kepada hambanya.

4. Tidak menyekutukan Allah dengan makhluknya


Sebagai sang pencipta maka tidak ada suatu apapun didunia ini yang
dapat disamakan (disamakan) dengan Allah SWT. Hanya Allah yang wajib
disembah. Adalah dosa besar bagi seseorang yang menyekutukan Allah.
Sesuai firman Allah dalam surat An-Nisa: 116

ۗ ‫ش ۤا ُء‬
َ ‫ّٰللاَ ََّل يَ ْغ ِف ُر ا َ ْن يُّ ْش َركَ بِ ٖه َويَ ْغ ِف ُر َما د ُْونَ ذلِكَ ِل َم ْن ي‬
‫اِن ه‬
‫ضل ًال ۢ بَ ِع ْيدًا‬ ‫َو َم ْن يُّ ْش ِر ْك بِ ه‬
َ ‫اّٰللِ فَقَ ْد‬
َ ‫ضل‬
Artinya : “ Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan dia,
dan dia mengamouni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan barang siapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka
sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa: 116)
Seseorang yang menyekutukan Allah dengan makhlunya adalah termasuk orang-
orang yang merugi. Sebagai seorang muslim yang beriman, maka wajib berusaha
menghindari perilaku-perilaku yang bisa mendekatkan dirinya dari kesyrikan.

5. Bersyukur segala nikmat Allah


Tidak ada yang lebih pantas bagi sesuatu yang telah diberi selain berterima
kasih dan memanfaatkan segala sesuatu yang telah diberikan untuk tujuan
diberikannya. Adapun manusia yang telah diberi banyak kenikmatan,

7
seharusnya selalu bersyukur kepadaNya. Dalam surat Al-Baqarah ayat:152
Allah berfirman :

‫فَا ْذ ُك ُر ْونِ ْٰٓي ا َ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوا ِل ْي َو ََّل ت َ ْكفُ ُر ْو ِن‬


Artinya : karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepdamu,
dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS.
Al-Baqarah: 152)

Ketika nikmat kita peroleh, maka aka nada dua kemungkinan yang dialami
manusia. Yang pertama adalah lalai bersyukur karena nikmat tersebut. Dan yang
kedua sesnantiasa mengingat untuk selalu bersyukur atas apa yang diperoleh pada
hari itu. Sebagai seorang mukmin sejati, wajib hukumnya kita selalu mengingat
untuk mensyukuri segala hal yang kita dapatkan. Kita bisa bersyukur dengan
berbagai cara. Misalnya, dengan membelanjakan harta kita dijalan yang
dibenarkan oleh agama, bersedekah, mencari nafkah dengan cara yang halal, dan
lain sebagainya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibadah adalah suatu keataatan hamba yang mencapai peuncaknya dari
kesadaran hati seseorang sebagai akibat pengagungan kepada Allah. Keagungan-
Nya oleh karena tidak diketahui sampai dimana batas-batas kekuasan-Nya, dan
hakekat keberadan-Nya. Di sisi lain, dipahami bahwa ibadah adalah perbuatan
manusia yang menunjukkan ketaatan kepada aturan atau perintah dan pengakuan
kerendahan dirinya di hadapan yang memberi perintah. Adapun yang memberi
perintah untuk beribadah, adalah tiada lain kecuali Allah sendiri. Sebagai makhluk
Allah yang baik tentunya kita sebagai makhluknya telah diperintahkan untuk
melakukan semua perintahnya dan menjauhi larangannya. Sebagai pahala yang
kita dapat dariNya adalah kita tidak akan mendapat siksa di akhirat kelak.

B. Saran
Sebagai penyusun makalah kami sadar sebagai manusia yang tidak luput
dari kesalahan dan khilaf. Tentunya dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan. Oleh krena itu, kritik dan saran kami harapkan dari pembaca sebagai
pelajaran agar nantinya untuk penyusunan makalh selanjutnya kami dapat
memperbaikinya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin. H. (2005). Psikologi Agama. Jakarta.Raja Grafindo


Moch.Soedirman. (1995). Eksistensi Manusia dan Agama. Jakarta.
Yayasan annash.
Ma’mun sukron. (2020). Tanggung Jawab Manusia Terhadap Allah.
Binus Greater Jakarta.
Andi. (2002). Kewajiban Manusia Terhadap Allah SWT.
Jakarta.Ahlulbait.
Dr.Anwar Khoirul.(2019). Fiqh Ibadah. Bandar Lampung. Arjasa
Pratama.

10

Anda mungkin juga menyukai