Anda di halaman 1dari 19

TAUHID DALAM IBADAH

SHALAT, DO’A, TAWAKKAL, DAN ISTI’ANAH

Disusun Sebagai Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran


Akidah Akhlak
Dosen Pengampu: Zikriadi, S.Pd.I., M. Pd.

Oleh:

Ade Mulyawan
NIM: 20.0121.2407

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) SYARIF ABDURRAHMAN

SINGKAWANG

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin.

Shalawatullahu wa salamahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa

shahbih. Atas rahmat dan taufiq dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, penulis bisa

menyelesaikan makalah yang berjudul "Tauhid Dalam Ibadah, Shalat, Do’a,

Tawakkal, dan Isti’anah".

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zikriadi,

S.Pd.I., M.Pd., selaku Dosen Pengampu yang telah membimbing penulis dalam

mengerjakan makalah ini.

Penulis menyadari masih ada banyak kekurangan yang ada pada makalah

ini. Oleh sebab itu, kritik dan saran senantiasa diharapkan demi perbaikan karya

ilmiah penulis selanjutnya. Penulis juga berharap semoga makalah ini mampu

memberikan sedikit pengetahuan mengenai tauhid dalam ibadah kepada Allah,

khususnya ibadah shalat, do’a, tawakkal, dan isti’anah.

Singkawang, 11 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................5

C. Tujuan......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................6

A. Shalat.......................................................................................................6

B. Do’a.........................................................................................................9

C. Tawakkal...............................................................................................10

D. Isti’anah.................................................................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................13

A. Kesimpulan............................................................................................13

B. Dokumentasi..........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah

kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُد ْو ِن‬ Pُ ‫َو َما َخلَ ْق‬
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah

kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk.

Sedangkan menurut terminologi, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi

makna dan maksudnya satu, yakni sebagai berikut:

1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya

melalui lisan para rasul-Nya.

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah, yaitu tingkatan tunduk

yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling

tinggi.

3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan

diridhai oleh Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang lahir

maupun yang batin. Adapun yang ketiga ini adalah definisi yang paling

lengkap.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitahukan bahwa hikmah

penciptaan jin dan manusia adalah agar melaksanakan ibadah hanya kepada-

1
2

Nya. Dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah Maha Kaya, tidak

membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan

Allah. Maka barangsiapa yang menolak untuk beribadah kepada Allah, ia

adalah orang yang sombong.

Dalam agama Islam, ada berbagai macam jenis ibadah. Yang mana

semua ibadah tersebut harus dilandasi dengan tauhid. Tauhid adalah

menunggalkan Allah dalam ibadah. Artinya hendaklah seseorang beribadah

hanya kepada Allah, tidak mempersekutukan-Nya dengan siapapun, baik itu

malaikat, nabi, raja, orang shalih, atau apapun. Jadi hanya beribadah kepada

Allah semata, diiringi dengan rasa cinta, pengagungan, harapan, dan

kecemasan.

Di antara ibadah-ibadah yang ada dalam Islam adalah shalat, berdo’a,

tawakkal, dan isti’anah (permintaan tolong). Empat jenis ibadah ini sering

dilakukan oleh umat muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Shalat merupakan salah satu rukun Islam, yang mana tidak akan tegak

agama seorang muslim jika tidak melaksanakannya. Sedangkan do’a adalah

penyerahan diri kepada Allah dalam memohon keinginan dan meminta

dihindarkan dari hal yang dibenci. Tawakkal sendiri berarti berserah diri

sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil dari suatu

usaha, setelah melakukan ikhtiar. Isti’anah merupakan permohonan

pertolongan seorang hamba kepada Allah, agar Allah menolongnya dalam

perkara yang menyusahkannya.


3

Semua ibadah yang disebutkan di atas harus ditujukan kepada Allah

Subhanahu wa Ta’ala semata, tidak boleh seseorang berdo’a kepada Allah

namun juga berdo’a kepada selain Allah, inilah yang disebut dengan syirik,

yakni menyekutukan Allah dalam ibadah, atau bahasa sederhananya

menduakan Allah dalam hal yang hanya Allah yang memiliki kuasa atau hak

dalam hal tersebut.

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, penulis berinisiatif

untuk memberikan materi yang sangat penting, yaitu mentauhidkan Allah

dalam ibadah. Penulis memilih lokasi untuk menyampaikan materi di Rumah

Qur’an Syahidatul Akmal, yang beralamat di Jl. Gunung Merapi No. 4,

Kelurahan Pasiran, Kecamatan Singkawang Barat, Kota Singkawang.

Alasan penulis memilih lokasi tersebut yaitu rata-rata santri yang

belajar adalah anak Sekolah Dasar (SD) dengan rata-rata usia 7-13 tahun.

Menurut penulis, usia-usia tersebut merupakan usia yang tepat untuk

diberikan materi tentang tauhid. Mengingat betapa pentingnya tauhid dalam

kehidupan seorang muslim, dan maraknya praktik kesyirikan yang disadari

maupun yang tidak disadari oleh umat muslim. Hal ini tentunya juga menjadi

bekal mereka untuk beribadah kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari agar

jangan sampai menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Itulah alasan

mengapa penulis ingin memberikan materi ini kepada santri di tempat

tersebut. Penulis menyampaikan materi pada hari Senin, 21 November 2022,

saat jadwal belajar mengajar, yaitu pukul 16:00.


4

Pada awal-awal penyampaian materi, para santri sudah terlihat antusias

dan memerhatikan apa yang penulis ingin sampaikan. Untuk diketahui,

biasanya anak-anak usia SD itu sangat susah untuk diam saat pembelajaran,

sebagaimana di tempat-tempat lain, di Rumah Qur’an Syahidatul Akmal juga

demikian. Namun kali ini, penulis melihat mereka sangat penasaran dengan

materi yang akan penulis sampaikan, ini merupakan suatu hal yang baik,

artinya anak-anak ada rasa ingin tahu mengenai hak-hak Rabb mereka.

Selama penyampaian materi berlangsung, ada beberapa santri yang

bertanya kepada penulis, hal ini semakin menunjukkan bahwa sebenarnya

rasa penasaran anak-anak terhadap ilmu agama itu ada, dan mungkin cukup

besar.

Setelah penyampaian materi selesai, penulis bertanya kepada santri,

“Apakah kalian pernah melewati suatu pohon atau tempat, lalu meminta

perlindungan dan ucapan permisi kepada ‘penunggu’ tempat tersebut?” Ada

beberapa santri yang menjawab, “Pernah.” Kemudian penulis memberikan

penjelasan bahwa sesungguhnya langit dan bumi seisinya kepunyaan Allah

semata, dan tidak ada yang dapat menimpakan bahaya dan manfaat kecuali

Allah, maka tidak sepatutnya kita meminta perlindungan kepada ‘penunggu’

suatu tempat yang dikatakan keramat dan semacamnya, sebab perbuatan

tersebut termasuk kesyirikan, karena menyelewengkan kekuasaan Allah

kepada selain-Nya, dalam hal ini adalah kuasa untuk menimpakan bahaya

ataupun manfaat.
5

Kemudian setelah itu penulis menutup penyampaian materi, dan kelas

dilanjutkan dengan pelajaran membaca al-Qur’an dan menulis kalimat

thayyibah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian shalat?

2. Apa pengertian berdo’a?

3. Apa pengertian tawakkal?

4. Apa pengertian isti’anah?

C. Tujuan

1. Memahami pengertian shalat.

2. Memahami pengertian berdo’a

3. Memahami pengertian tawakkal.

4. Memahami pengertian isti’anah.


6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Shalat

Pengertian shalat secara etimologi berarti do’a, karena kata shalat itu

sendiri mencakup makna do’a. Kata shalat apabila dari Allah maka berarti

pujian yang baik dan apabila dari malaikat maka berarti do’a.

Secara terminologi, shalat adalah sebuah peribadahan kepada Allah

Subhanahu wa Ta’ala yang di dalamnya ada perkataan dan perbuatan yang

dilakukan secara khusus seperti ruku’, sujud, berdiri tegak, dan menghadap

kiblat, dibuka dengan takbiratul ihram dan ditutup dengan salam.

Shalat adalah tiang agama yang tidak akan tegak agama seorang muslim

kecuali dengan mendirikannya, apabila tiang tersebut runtuh maka runtuhlah

agama seseorang.

Shalat adalah kewajiban pertama yang Allah wajibkan dalam

peribadahan dan merupakan kewajiban badaniyah yang paling utama. Hal ini

ditunjukkan dengan tidak diwajibkannya perintah shalat melalui perantara

malakait Jibril ‘alaihissalam seperti ibadah-ibadah lainnya, akan tetapi Allah

wajibkan perintah shalat secara langsung kepada Nabi Muhammad

Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra’ Mi’raj di atas langit ketujuh.

‫صالَةً فِى ُك ِّل يَ ْو ٍم َولَ ْيلَ ٍة‬ َ ‫ى َما َأ ْو َحى فَفَ َر‬
َّ َ‫ض َعل‬
َ ‫ى َخ ْم ِس‬
َ ‫ين‬ َّ َ‫فََأ ْو َحى هَّللا ُ ِإل‬

‫ض َرب َُّك َعلَى‬ ُ ‫فَنَ َز ْل‬


َ َ‫ فَق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ت ِإلَى ُمو َسى‬
َ ‫ال َما فَ َر‬

َ ِ‫ك فَا ْسَأ ْلهُ التَّ ْخف‬


‫يف فَِإ َّن‬ َ ِّ‫ال ارْ ِج ْع ِإلَى َرب‬
َ َ‫ ق‬.ً‫صالَة‬ َ ‫ت َخ ْم ِس‬
َ ‫ين‬ َ ِ‫ُأ َّمت‬
ُ ‫ك قُ ْل‬

7
‫‪8‬‬

‫يل َو َخبَرْ تُهُ ْم‪ .‬قَ َ‬


‫ال‬ ‫ك فَِإنِّى قَ ْد بَلَ ْو ُ‬
‫ت بَنِى ِإس َْراِئ َ‬ ‫ون َذلِ َ‬ ‫ُأ َّمتَ َ‬
‫ك الَ ي ُِطيقُ َ‬

‫ف َعلَى ُأ َّمتِى‪ .‬فَ َحطَّ َعنِّى َخ ْمسًا‬ ‫ْت ِإلَى َربِّى فَقُ ْل ُ‬
‫ت يَا َربِّ َخفِّ ْ‬ ‫فَ َر َجع ُ‬

‫ال ِإ َّن ُأ َّمتَ َ‬


‫ك الَ ي ُِطيقُ َ‬
‫ون‬ ‫ت َحطَّ َعنِّى َخ ْمسًا‪ .‬قَ َ‬
‫ْت ِإلَى ُمو َسى فَقُ ْل ُ‬
‫فَ َر َجع ُ‬

‫يف‪ – .‬قَا َل – فَلَ ْم َأزَلْ َأرْ ِج ُع بَي َْن‬


‫ك فَارْ ِج ْع ِإلَى َرب َِّك فَا ْسَأ ْلهُ التَّ ْخفِ َ‬
‫َذلِ َ‬

‫ك َوتَ َعالَى َوبَي َْن ُمو َسى – َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم – َحتَّى قَ َ‬


‫ال يَا ُم َح َّم ُد‬ ‫َربِّى تَبَ َ‬
‫ار َ‬

‫صالَ ٍة َع ْش ٌر فَ َذلِ َ‬
‫ك َخ ْمس َ‬
‫ُون‬ ‫ت ُك َّل يَ ْو ٍم َولَ ْيلَ ٍة لِ ُكلِّ َ‬ ‫ِإنَّه َُّن َخ ْمسُ َ‬
‫صلَ َوا ٍ‬

‫ت لَهُ‬ ‫صالَةً‪َ .‬و َم ْن هَ َّم بِ َح َسنَ ٍة فَلَ ْم يَ ْع َم ْلهَا ُكتِبَ ْ‬


‫ت لَهُ َح َسنَةً فَِإ ْن َع ِملَهَا ُكتِبَ ْ‬ ‫َ‬

‫َع ْشرًا َو َم ْن هَ َّم بِ َسيَِّئ ٍة فَلَ ْم يَ ْع َم ْلهَا لَ ْم تُ ْكتَبْ َش ْيًئا فَِإ ْن َع ِملَهَا ُكتِبَ ْ‬
‫ت َسيَِّئةً‬

‫ْت ِإلَى ُمو َسى ‪-‬صلى هللا عليه‬ ‫ال – فَنَ َز ْل ُ‬


‫ت َحتَّى ا ْنتَهَي ُ‬ ‫اح َدةً – قَ َ‬
‫َو ِ‬

‫ال َرسُو ُل هَّللا ِ‬ ‫ال ارْ ِج ْع ِإلَى َرب َِّك فَا ْسَأ ْلهُ التَّ ْخفِ َ‬
‫يف‪ .‬فَقَ َ‬ ‫وسلم‪ -‬فََأ ْخبَرْ تُهُ فَقَ َ‬

‫ْت ِم ْنهُ‬
‫ْت ِإلَى َربِّى َحتَّى ا ْستَحْ يَي ُ‬ ‫‪-‬صلى هللا عليه وسلم‪ -‬فَقُ ْل ُ‬
‫ت قَ ْد َر َجع ُ‬

‫‪“Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah‬‬

‫‪mewajibkan kepadaku lima puluh shalat sehari semalam. Kemudian saya‬‬

‫‪turun menemui Musa, lalu dia bertanya, “Apa yang diwajibkan Rabbmu atas‬‬

‫‪umatmu?” Saya menjawab, “Lima puluh shalat”. Dia berkata, “Kembalilah‬‬

‫‪kepada Rabbmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya umatmu‬‬

‫‪tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan‬‬

‫‪mencoba bani Israil. Beliau bersabda, “Maka sayapun kembali kepada‬‬


9

Rabbku seraya berkata, “Wahai Rabbku, ringankanlah untuk umatku”. Maka

dikurangi dariku 5 shalat. Kemudian saya kembali kepada Musa dan

berkata, “Allah telah mengurangi untukku 5 shalat”. Dia berkata,

“Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka

kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan”. Maka terus menerus

saya pulang balik antara Rabbku dan Musa sampai pada akhirnya Allah

berfirman, “Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari

semalam, setiap shalat pahalanya 10 maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa

yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis

dosa baginya sedikitpun. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis baginya satu

kejelekan”. Kemudian saya turun sampai saya bertemu dengan Musa seraya

aku ceritakan hal ini kepadanya. Dia berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu

dan mintalah keringanan”, maka sayapun berkata: “Sungguh saya telah

kembali kepada Rabbku sampai sayapun malu kepada-Nya.” (HR. Muslim)

Shalat wajib hukumnya atas setiap muslim yang berakal dan sudah

mencapai akil baligh, baik itu laki-laki ataupun perempuan, kaya atau miskin,

yang mukim atau dalam keadaan bersafar, sehat atau sakit. Dan shalat-shalat

tersebut adalah sebagai berikut:

1. Shalat Fajar/Subuh

Jumlahnya dua raka’at, waktunya dimulai dari tampaknya cahaya

pagi di ufuk sampai sebelum matahari terbit, dan tidak boleh

diundur pelaksanaannya sampai akhir waktu.

2. Shalat Zhuhur
10

Jumlahnya empat raka’at, waktunya dimulai dari tergelincirnya

matahari dari tengah langit sampai bayangan seseorang terlihat

sama dengan tingginya.

3. Shalat Ashar

Jumlahnya empat raka’at, waktunya dimulai dari akhir waktu

zhuhur sampai matahari tampak kemerah-merahan, dan tidak boleh

diundur pelaksanaannya sampai akhir waktu.

4. Shalat Maghrib

Jumlahnya tiga raka’at, waktunya dimulai dari setelah

tenggelamnya bundaran matahari secara langsung, dan berakhir

dengan hilangnya cahaya kemerahan di ufuk, dan tidak boleh

diundur pelaksanaannya sampai akhir waktu.

5. Shalat Isya

Jumlahnya empat raka’at, waktunya dimulai dari berakhirnya waktu

shalat maghrib sampai pertengahan malam, dan tidak boleh diundur

lagi setelah itu.

Islam juga mengajarkan shalat-shalat lain yang sifatnya sunnah atau

mustahab secara hukum, seperti shalat sunnah rawatib, shalat dhuha, shalat

tahajjud, shalat tahiyyatul masjid, shalat gerhana, dan lain-lain.

B. Berdo’a

Do’a adalah permohonan atau permintaan dari seorang hamba kepada

Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk meminta sesuatu sesuai dengan hajatnya.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


11

ُ‫ِإ َّن اَل ُّد َعا َء هُ َو اَ ْل ِعبَا َدة‬

“Sesungguhnya do’a adalah ibadah.” (HR. Ibnu Majah)

Perlu diketahui bahwa do’a itu terbagi menjadi dua macam, yaitu sebagai

berikut:

1. Do’a Masalah

Do’a untuk meminta kebutuhan. Do’a ini termasuk ibadah bila

dilakukan oleh seorang hamba kepada Rabbnya, karena mengandung

makna butuh dan bersandarnya seorang hamba kepada Allah, serta

keyakinan bahwa Allah menyandang sifat Maha Kuasa, Maha

Pemurah, serta memiliki karunia dan kasih sayang yang luas.

2. Do’a Ibadah

Do’a yang digunakan seorang hamba untuk beribadah kepada Allah,

dalam rangka mengharapkan pahala dari-Nya dan karena takut

terhadap azab-Nya.

C. Tawakkal

Tawakkal artinya menggantungkan diri kepada sesuatu. Bertawakkal

kepada Allah artinya menggantungkan diri kepada Allah sebagai pemberi

kecukupan dalam mendatangkan manfaat dan mencegah bahaya. Tawakkal

kepada Allah merupakan kesempurnaan dan tanda keimanan, Allah

Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫َو َعلَى هّٰللا ِ فَ ْليَتَ َو َّك ِل ْال ُمْؤ ِمنُ ْو َن‬


12

“Hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS.

al-Mujadilah: 10)

Tawakkal yang benar adalah bersandarnya hati kepada Allah setelah

melakukan usaha atau sebab. Jika seseorang telah berusaha semaksimal

mungkin dalam rangka mendapatkan sesuatu yang ia kehendaki, maka

hendaknya ia menyerahkan urusan setelahnya (hasilnya) kepada Allah, inilah

yang disebut dengan tawakkal. Sebuah kekeliruan jika ada yang menganggap

tawakkal sebagai perbuatan pasrah secara total tanpa melakukan usaha

terlebih dahulu.

D. Isti’anah

Isti’anah adalah permintaan tolong kepada Allah dalam perkara dunia

dan akhirat. Isti’anah memiliki arti meminta bantuan dan mohon

perlindungan serta keselamatan dalam arti mengharapkan pertolongan untuk

dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup diselesaikan dengan

tenaga sendiri. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫َّاك نَ ْستَ ِعي ُْن‬


َ ‫َّاك نَ ْعبُ ُد َواِي‬
َ ‫اِي‬
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah

kami memohon pertolongan.” (QS. al-Fatihah: 5)

Ibadah didahulukan dari pada isti’anah di dalam surah al-Fatihah,

merupakan gambaran didahulukannya tujuan dari pada sarana. Hal ini karena

ibadah merupakan tujuan penciptaan hamba, sedangkan isti’anah merupakan

sarana untuk dapat melaksanakan ibadah.


13

Isti’anah diwujudkan dengan jalan yang disyariatkan-Nya yakni

beribadah sebelum meminta pertolongan dengan sabar dan shalat serta

menjauhi segala larangan-Nya. Dengan demikian pertolongan Allah akan

diperoleh bagi hamba yang senantiasa bertakwa kepada-Nya.

Dengan melakukan isti’anah kepada Allah, maka Allah akan

mendatangkan baginya jalan keluar dari masalah yang mendera batin dan

kebingungan yang membebani pikiran dan memberi rezeki dari arah yang

tidak disangka-sangkanya serta akan mencukupkan keperluannya.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa satu-satunya tujuan Allah menciptakan jin dan manusia hanyalah

untuk mengabdi kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, dengan ikhlas dan

tauhid, yakni memurnikan ibadah dan ketaatan hanya kepada Allah semata

tanpa memberikannya kepada selain-Nya.

Ada banyak jenis ibadah yang ada di dalam agama Islam, di antaranya

adalah shalat, berdo’a, tawakkal, dan isti’anah. Ibadah-ibadah tersebut wajib

ditujukan kepada Allah saja, jika seseorang melakukan ibadah-ibadah di atas

untuk Allah kemudian ia juga melakukannya untuk selain-Nya, baik itu

malaikat, nabi, jin, orang shalih, ataupun yang lainnya, maka ibadahnya tidak

akan diterima Allah, bahkan ia termasuk pelaku kesyirikan yang merupakan

seburuk-buruk dosa, yang dengannya seseorang akan kekal di neraka.

Shalat adalah ibadah yang paling utama dalam Islam, tidak akan tegak

agama seorang muslim sampai ia mendirikan shalat fardhu. Sedangkan do’a

adalah inti dari ibadah, ada dua jenis do’a, yaitu do’a masalah dan do’a

ibadah. Tawakkal berarti bersandar kepada Allah dalam setiap perkara,

setelah melakukan usaha dengan maksimal. Sementara isti’anah adalah

permintaan tolong kepada Allah dalam perkara dunia dan akhirat.

B. Dokumentasi

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. Shalat, Definisi, Anjuran and Ancamannya.

Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih. 1997. Syarh Tsalatsatil Ushul. Riyadh:

Darul Tsarya.

Andirja, Firanda. Doa Adalah Ibadah – Hadis 11. Diakses pada 10 Desember

2022, dari https://bekalislam.firanda.com/6622-doa-adalah-ibadah-

hadis-11.html/

Hartono, Yudi. Pengertian Doa Menurut Bahasa dan Istilah Dalam Agama Islam.

Diakses pada 10 Desember 2022, dari

https://www.muslimterkini.com/zikir-doa/pr-903785115/pengertian-doa-

menurut-bahasa-dan-istilah-dalam-agama-islam/

Kamaratih, Phooby. 2021. Istianah: Pengertian dan Macam-macamnya. Diakses

pada 10 Desember 2022, dari https://m.oase.id/read/37JQqw-istianah-

pengertian-dan-macam-macamnya/

Yazid. Pengertian Ibadah Dalam Islam. Diakses pada 10 Desember 2022, dari

https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.html/

Hadits Isra Mi’raj. Diakses pada 10 Desember 2022, dari

https://binaqurani.sch.id/hadits-isra-miraj/

16

Anda mungkin juga menyukai