Anda di halaman 1dari 14

AKHLAK KEPADA ALLAH DAN RASULULLAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Pendidikan Akidah”

Kelompok 9
Muhammad Rifa’i

Dosen Pembimbing
Zainal Abidin, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Alah SWT pencipta segala alam semesta beserta
isinya. Karena atas segala limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW
sebagai panutan dan ikutan terbaik bagi umat yang membawa cahaya islam.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Akidah yang berjudul “Akhlak Kepada Allah dan Rasulullah”

Dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, saya


berharap para pembaca agar dapat memakluminya. Karena kesempurnaan itu
hanya milik Allah SWT, dan kekurangan adalah milik kita. Oleh karena itu
diharapkan bagi para pembaca dimohon untuk memberikan kritik dan sarannya
kepada saya demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Panyabungan, Desember 2021

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan .......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2


A. Cara Berakhlak Kepada Allah ..................................................................2
B. Cara Berakhlak Kepada Rasulullah ..........................................................4

BAB III PENUTUP ............................................................................................10


A. Kesimpulan ..............................................................................................10
B. Saran ........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak merupakan sebuah sistem yang mengatur tindakan dan pola sikap
manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama islam,
sistem nilai tersebut merupakan sumber ijtihad sebagai salah satu metode
berpikir secara islami. Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau
perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk,
kepada Tuhan sebagai khalik. Dan sebagai titik tolak akhlak kepada
Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Cara Berakhlak Kepada Allah?
2. Bagaimanakah Cara Berakhlak Kepada Rasulullah?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah Cara Berakhlak Kepada Allah!
2. Untuk mengetahui bagaimanakah Cara Berakhlak Kepada Rasulullah!
.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Berakhlak Kepada Allah


Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Dan sebagai titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Karena Allah-lah yang telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
air, udara, binatang ternak dan lainnya.
Kita sebagai hambanya haruslah berakhlah serta mencintai yang telah
menciptakan kita.karena apabila kita memiliki akhlak yang baik kepada
ALLAH SWT maka keridhaanya lah yang kita dapatkan.semoga kita termasuk
golongan orang yang mencintaiNya. Allah-lah yang telah memuliakan
manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan lautan. Allah-lah yang
telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,
penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang
kokoh dan sempurna kepada manusia. Adapun cara berakhlak kepada Allah
Yaitu:
1. Taqwa kepada Allah SWT.
2. Cinta kepada Allah SWT.
3. Ikhlas kepada Allah SWT.
4. Khauf dan raja’ terhadap Allah SWT.
5. Bersyukrur terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT.
6. Muraqobah
7. Taubat kepada Allah SWT.1
8. Berbaik sangka kepada Allah SWT.
9. Bertawakal kepada Allah SWT.
10. Senantiasa mengingat Allah SWT.

1 Ghazali, Imam, Taubat, Sabar dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H. A Suminto,
Jakarta: Tintamas Indonesia, 1983.

2
11. Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT.
12. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT.
13. Menjauhi apa yang dilarang Allah SWT.
Berbicara mengenai takwa, disebutkan dalam surah al-Baqarah: 177
dengan istilah “al-birru” yang berarti kebaikan. Ayat tersebut mengandung
empat komponen takwa, di antaranya;
1. Pertama, mengimani adanya Allah, hari kiamat, malaikat, kitab dan para
nabi-Nya sebagai bentuk hubungan vertikal manusia kepada Allah.
2. Kedua, berinfak atau bersedekah kepada kerabat, anak yatim, orang miskin,
musafir, peminta-minta dan hamba sahaya sebagai bentuk hubungan
horizontal manusia terhadap sesama.
3. Ketiga, bentuk religiusitas seorang hamba yang diwujudkan dengan ibadah
(melaksanakan salat, menunaikan zakat) serta amanah dalam menepati
janji. Keempat, bersikap sabar dalam kemelaratan dan penderitaan sebagai
bentuk mentalitas seseorang yang bertakwa. Dari ayat tersebut, dapat
dipahami bahwa takwa adalah suatu integrasi hubungan antara iman
(kepada Allah), Islam (bentuk ibadah mahdah) dan ihsan (sosial
kemasyarakatan).2
Takwa ini juga disinggung dalam surah Ali-Imran: 102 yang mana Allah
memerintahkan orang-orang mukmin supaya bertakwa dengan “sebenar-benar
takwa”. Merujuk pada hadis masyhur Nabi, “bertakwalah kamu kepada Allah
dimana saja kamu berada, dan ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya
kebaikan itu akan menghapusnya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak
yang baik”, dipahami bahwa maksud sebenar-benar takwa adalah suatu
bentuk perilaku yang melampui dimensi ruang dan waktu, dengan kata lain
bukan parsial (setengah-setengah). Sebagai contoh orang yang sholeh ketika di
dalam masjid, namun rendah moralnya ketika berada di ruang publik belum
dapat disebut dengan takwa yang sesungguhnya.

B. Berakhlak Kepada Rasulullah

2 Jauziyah, Ibnu Qayim Al-, Tobat Kembali kepada Allah, Jakarta: Gema Insani, 2006.

3
Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW,
meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun
keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya,
sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat kita harus berakhlak baik
kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak
berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status
“Rasul” yang disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan
khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan
sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman.
Sebagai umat islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta
risalah yang dibawanya. Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui
dan mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik
banyak pelajaran dan hikmah. Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul,
serta utusan Allah kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah hamba yang
tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah
sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah, derajatnya
paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.3
Bentuk akhlak kepada Rasul adalah mengimani terhadap seluruh apa yang
terdapat pada diri Nabi Muhammad Saw. Nabi merupakan sosok yang hadir
dari kalangan manusia, bukan malaikat. Sosok yang memiliki empati luar
biasa terhadap kondisi umat manusia, sudah sepantasnya menjadi tauladan dan
inspirasi. Cara sederhananya adalah merasakan keberadaan beliau dari dalam
diri, sehingga ketika disebut nama Rasulullah sudah otomatis mengantarkan
shalawat atasnya.
Di antara salah satu misi dakwah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
untuk menyempurnakan akhlak manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
‫ِإَّنَم ا ُبِع ْثُت ُأِلَتِّم َم َص اِلَح اَأْلْخ اَل ِق‬

3 Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI, 2007.

4
“Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
luhur.” (HR. Ahmad no. 8952 dan Al-Bukhari dalam Adaabul Mufrad no. 273.
Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Adaabul Mufrad.)
Dalam hadits di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan
“menyempurnakan akhlak”; dan bukan mengajarkan akhlak dari nol setelah
sebelumnya tidak tahu sama sekali. Hal ini karena dulu masyarakat musyrik
jahiliyyah telah memiliki sebagian bentuk akhlak yang luhur sebelum
diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah menepati
janji; memuliakan tamu; dan suka memberi makan orang yang membutuhkan.
Sehingga akhlak-akhlak yang baik itu dipertahankan, sedangkan akhlak
mereka yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, itulah yang menjadi sasaran
perbaikan.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala menyebut orang-orang kafir sebagai
seburuk-buruk makhluk, tanpa melihat sebagus dan seluhur apa pun akhlak
dan perbuatan mereka terhadap sesama manusia. Allah Ta’ala berfirman,
‫ِإَّن اَّلِذ يَن َكَفُروا ِم ْن َأْهِل اْلِكَتاِب َو اْلُم ْش ِرِكيَن ِفي َناِر َجَهَّنَم َخ اِلِد يَن ِفيَها ُأوَلِئَك ُهْم َش ُّر اْلَبِرَّيِة‬
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir, yakni ahli Kitab dan orang-orang
yang musyrik, (akan masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di
dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah
[98]: 6)
Bukti lainnya bahwa akhlak kepada sesama makhluk itu tidak ada nilainya
selama manusia tidak berakhlak kepada Allah Ta’ala adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerangi kaum musyrikin,
sampai mereka mau berakhlak kepada Allah Ta’ala dengan mentauhidkan-
Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ُأِم ْر ُت َأْن ُأَقاِتَل الَّناَس َح َّتى َيْش َهُدوا َأْن َال ِإَلَه ِإَّال ُهَّللا َو َأَّن ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا‬
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi
bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” (HR. Bukhari no. 25 dan Muslim
no. 138)

5
Sebagian akhlak mulia kepada sesama manusia yang kaum musyrikin
miliki itu tidak ada nilainya, sampai mereka mau beriman kepada Allah Ta’ala
dan mentauhidkan Allah Ta’ala dalam seluruh aktivitas peribadatan mereka.
Disamping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus
berakhlak kepada Rasulullah Saw, meskipun beliau sudah wafat, akhlak baik
kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk
lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para sahabat telah
melakukannya.
1. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul Saw merupakan salah satu bagian dari rukun iman.
Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat manakala kita memiliki rasa
ridha dalam keimanan. Ridha dalam beriman kepada Rasul inilah sesuatu
yang harus kita nyatakan sebagaimana hadits Nabi Saw: "Aku ridha kepada
Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi
dan Rasul" (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu
Majah).
2. Mencintai dan Memuliakan Rasul
Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada
Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt.
Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul setelah kecintaan kepada
Allah disebutkan dalam firman Allah yang artinya: "Katakanlah, jika bapak-
bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai
daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari) berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS 9:24).
3. Mengikuti dan Mentaati Rasul
Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak
bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu
bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan Allah Swt akan
menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang

6
tinggi dan mulia. Hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: "Dan
barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi,
orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (QS 4:69).
4. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul
Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang berarti do’a,
istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat kepada Nabi, itu berarti
Allah memberi ampunan dan rahmat kepada Nabi, inilah salah satu makna
dari firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (QS
33:56).4
Adapun, bila kita bershalawat kepada Nabi hal itu justeru akan membawa
keberuntungan bagi kita sendiri, hal ini disabdakan oleh Rasul Saw:
"Barangsiapa bershalawat untukku satu kali, maka dengan shalawatnya itu
Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali" (HR. Ahmad).
5. Menghidupkan Sunnah Rasul
Kepada umatnya, Rasulullah Saw tidak mewariskan harta yang banyak,
tapi yang beliau wariskan adalah Al-Qur’an dan sunnah, karena itu kaum
muslimin yang berakhlak baik kepadanya akan selalu berpegang teguh
kepada Al-Qur’an dan sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:
"Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan tersesat selamanya
bila berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunnahku"
(HR. Hakim).
6. Menghormati Pewaris Rasul
Berakhlak baik kepada Rasul Saw juga berarti harus menghormati para
pewarisnya, yakni para ulama yang konsisten dalam berpegang teguh
kepada nilai-nilai Islam, yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab
ilmu yang dimilikinya. "Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi

4 Amin, Ahmad, Etika Ilmu Akhlak, terj. Farid Makruf, Jakarta: Bulan Bintang, 1998.

7
Maha Pengampun" (QS 35:28). Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi
dinyatakan oleh Rasulullah Saw: "Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris
Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau dirham,
sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmui kepada mereka, maka
barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti telah mengambil mbagian
yang besar" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
7. Melanjutkan Misi Rasul
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam.
Menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita tidak
menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw.
"Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani
Israil tidak ada larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan
sengaja, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka"
(HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at pada
waktu-waktu yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah
muakaddah. Diantara waktu itu adalah ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir
qunud, saat khutbah seperti khutbah jum’at dan khutbah hari raya, setelah
menjawab mu’adzin, ketika berdo’a, ketika masuk dan keluar masjid, juga
ketika menyebut nama beliau.
Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata
cara mengucapkan shalawat. Rasulullah menyarankan agar memperbanyak
shalawat kepadanya pada hari jum’at, sebangaimana sabdanya :
‫ َفَم ْن َص ّلى َع َلَّي َص َالًة َص َّلى ِهَّللا َع ْش ًرا‬،‫َأْك ِثْيُر الَّصَالَة َع َلَّي َيْو َم اْلُج ُمَعِة‬
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam
jum’at, barang siapa yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah
bershalawat untuknya 10 kali.”
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca
shalawat kepada Nabi, diantaranya adalah :
1. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.
2. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali
untuk beliau.

8
3. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.
4. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi
permohonan kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang
tinggi) kepada beliau pada hari kiamat.
5. Sebab diampuninya dosa-dosa.
6. Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang mengucapkan
shalawt dan salam kepadanya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan sebagai
khalik. Dan sebagai titik tolak akhlak kepada Allah adalah pengakuan dan
kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Karena Allah-lah yang telah
menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,
air, udara, binatang ternak dan lainnya.
Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW,
meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun
keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya,
sebagaimana keimanan kita kepada Allah, membuat kita harus berakhlak baik
kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah manusia yang tidak
berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan status
“Rasul” yang disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan
khusus dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan
sikap kita terhadap orang lain pada umumnya.

B. Saran
Saya mengakui apabila ada kesalahan pada makalah ini saya mohon maaf,
dan kepada pembaca saya berharap agar dapat memberikan kritikan agar saya
dapat memperbaiki makalah dengan baik di masa yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Amin, Ahmad, Etika Ilmu Akhlak, terj. Farid Makruf, Jakarta: Bulan Bintang,
1998.

Elmubarok, Zaim dkk. (2013). Islam Rahmatan Lil’alamin. Semarang : UNNES


Press.

Ghazali, Imam, Taubat, Sabar dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H. A


Suminto, Jakarta: Tintamas Indonesia, 1983.

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI, 2007.

Jauziyah, Ibnu Qayim Al-, Tobat Kembali kepada Allah, Jakarta: Gema Insani,
2006.

11

Anda mungkin juga menyukai