Disusun Oleh :
Kelompok 8 :
Safira Ramadhany : 180209027
Tina Marizka Sihite : 180209038
Ulfa Dinda Al-Ratahsya : 180209018
Dosen Pembimbing :
Darmiah, M.A.
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Akhlak Kepada Rasul “ makalah ini
disususn guna memenuhi tugas dari pengajar dari mata pelajaran Konsep Aqidah Akhlak
MI.
Kata pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan ........................................................................................................
A. Latar belakang masalah .......................................................................................
B. Rumusan masalah ...............................................................................................
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................
Bab II Pembahasan .......................................................................................................
A. Pengertian Akhlak .............................................................................................
B. Akhlak Rasulullah ...............................................................................................
C. Akhlak Terhadap Rasulullah ................................................................................
D. Cara Berakhlak Kepada
Rasulullah...........................................................................................................
E. Berziarah Kemakam Rasulullah............................................................................
Bab III Penutup .............................................................................................................
Kesimpulan...................................................................................................................
Saran ...........................................................................................................................
Daftar pustaka...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam
jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut
akhlak mulia, atau perbuatan buruk, disebut akhalak yang tercela sesuai dengan
pembinaannya.
Jadi akhlak pada hakikatnya khulk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi
atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat
dan tanpa memerlukan pemikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik
dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi
pekerti yang tercela.
Mengejar nilai materi saja, tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai
kebahagiaan yang hakiki. Bahkan hanya menimbulkan bencana yang hebat, karena
orientasi hidup manusia semakin tidak memperdulikan kepentingan orang lain, asalkan
materi yang dikejar-kejarnya dapat dikuasainya, akhirnya timbul persaingan hidup yang
tidak sehat. Sementara manusia tidak memerlukan lagi agama untuk mengendalikan
segala perbuatannya, karena dianggapnya tidak dapat digunakan untuk memecahkan
persoalan hidupnya.1
Di samping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga harus berakhlak
kepada Rasulullah saw, meskipun beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya,
namun keimanan kita kepadanya membuat kita harus berakhlak baik kepadanya,
sebagaimana keimanan kita kepada Allah swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-
Nya. Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang tidak bisa kita
wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara langsung sebagaimana para
sahabat telah melakukannya. Pada dasarnya, utusan Tuhan (rasulullah) adalah manusia
biasa yang tidak berbeda dengan manusia lain. Namun demikian, terkait dengan status
“rasul” yang disandangkan Tuhan ke atas dirinya, terdapat ketentuan khusus dalam
bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap orang lain
pada umumnya.
1
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 16-17.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Sebelum melangkah lebih jauh membahas masalah akhlak terhadap Rasulullah,
seyogyanya perlu dimengerti terlebih dahulu tentang definisi Ilmu Akhlak itu.
Secara etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk
mufradnya khuluqun ( )خلقyang diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku dan
tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan
perkataan khalkun ( )خلقyang berarti kejadian, serta erat hubungannya
dengan khaliq ( )خالقyang berarti pencipta dan makhluk ( ) مخلوقyang berarti diciptakan.2
Secara terminologi, akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang
tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya.Sifat itu dapat berupa perbuatan baik,
atau perbuatan buruk yang tercela sesuai dengan pembinaannya.3
Akhlak pada hakikatnya ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam
jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan
dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan
syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila
yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah budi pekerti yang tercela.
B. Akhlak Rasulullah
Untuk meneladani dan mengikuti Rasulullah Saw., kita terlebih dahulu harus
mengetahui bagaimana Beliau dalam kehidupannya. Maka pada kali ini, mari kita sedikit
mengingat kembali tentang keagungan pribadi dan akhlak Baginda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Pribadi Rasulullah Saw. adalah pribadi yang sangat agung, yang menjunjung
tinggi akhlak mulia. Akhlak Beliau memadukan antara pemenuhan terhadap hak Allah,
sebagai Rabbnya dan penghargaan kepada sesama manusia.
Rasulullah Saw. adalah seorang hamba yang banyak sekali bersyukur kepada
Allah Swt. atas nikmat-nikmat-Nya dan sering bertaubat dan beristigfar. Beliau juga
sangat takut terhadap murka Allah Swt. Jika beliau melihat gumpalan awan, terlihat di
2
Asmaran, ibid.
3
Bang Al Hapidz, Akhlak Terhadap Rasulullah, Blog Pendidikan Islam dan Sejarahnya. (diakses 28 November 2014)
wajah Beliau isyarat seakan tidak suka. Aisyah r.a pernah menanyakan hal tersebut,
“Wahai Rasulullah !orang-orang umumnya senang melihat gumpalan awan karena
berharap guyuran hujan, sementara engkau terlihat tidak suka.”
Rasulullah Saw. bersabda: “Wahai Aisyah! Adakah yang memberi jaminan kepadaku
bahwa tidak ada adzab dibalik awan itu?Karena ada juga kaum yang diadzab dengan
menggunakan angin”.4
Rasulullah Saw. juga seorang yang sangat lembut dan tidak tergesa-gesa. Beliau
tidak pernah memukul siapapun dengan tangan Beliau, meskipun seorang budak, kecuali
dalam kondisi jihad fi sabilillah.5
Betapa tinggi serta mulia akhlak Rasulullah Saw., sehingga Allah Swt. memuji
dalam Al-Qur’an :
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Qs. al-
Qalam: 4).6
Rasulullah Saw orang yang paling agung, paling mulia dan paling luhur
akhlaknya. Beliau tidak pernah melakukan perbuatan nista, tidak pernah mencela dan
beliau bukanlah tipe orang yang suka malaknat.
Ketika Rasulullah Saw. diberikan pilihan antara hidup di dunia semaunya ataukan
menemui Rabbnya, Beliau memilih untuk menemui Rabbnya. Beliau meninggalkan
dunia ini tanpa meninggalkan harta warisan berupa emas, perak maupun binatang ternak.
Rasulullah Saw. hanya meninggalkan senjata dan baju besi Beliau yang digadaikan
kepada seorang Yahudi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.7
Allah berfirman :
4
Bang Al Hapidz, ibid.
5
Khutbah Jumat.com, Akhlak Rasulullah SAW. (diakses 03 Desember 2014)
6
Kementrian Agama RI, Terjemahan Al-Qur’an, (Jakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h. 286.
7
Khutbah Jumat.com, ibid.
ٌ يص َعلَ ْي ُك ْم ِّبا ُ ْل ُمؤْ ِّم ِّنيْنَ َر ُء ْو
ف ر ِّح ْي ٌم ٌ سو ٌل ِّم ْن أ ُ ْنفُ ِّس ُك ْم َع ِّز
ٌ يز َعلَ ْي ِّه َما َعنِّت ُّ ْم َح ِّر ُ لَقَدْ َجا َء ُك ْم َر
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang
beriman.” (Q.S. at-taubah : 128)
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai
umat islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang
dibawanya. Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari
sejarah hidup beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.
Ditinjau dari silsilah keturunannya, nama lengkap Rasulullah adalah Abu Qasim
Muhammad bin ‘abdillah bin ‘abdil Muthathalib bin Khasyim bin Abdi Manaf bin
Qushayy bin Khilab bin Murrah bin Ka’ bin Lu-ayy bin Ghalib bin fihhr bin Malik bin
an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas binMudhar bin Nizar bin
Ma’add bin ‘adnan, dan Adnan adalah salah satu keturunan Nabi Allah Isma’il bin
Ibrahim al-Khalil. Beliau adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada
seluruh umat manusia.Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang
tidak boleh didustakan.Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia
dihadapan Allah, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk,
yang diutus oleh Allah sebagi rahmad bagi alam semesta.
Berakhlak kepada Rasulullah perlu dilakukan atas dasar pemikiran sebagai berikut:
1. Rasulullah SAW sangat besar jasanya dalam menyelamatkan kehidupan manusia dari
kehancuran. Berkenaan dengan tugas ini, beliau telah mengalami penderitaan lahir
batin, namun semua itu diterima dengan ridha.
2. Rasulullah SAW sangat berjasa dalam membina akhlak yang mulia.Pembinaan ini
dilakukan dengan memberikan contoh tauladan yang baik. Allah berfirman:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah. (Qs. Al-Ahzab ayat 21)
3. Rasulullah SAW berjasa dalam mejelaskan al-Qur’an kepada manusia, sehingga
menjadi jelas dan mudah dilaksanakan.Penjelasan itu terdapat dalam haditsnya.
Firman Allah: Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan
mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Qs. Al-Jumu’ah ayat
2).
4. Rasulullah SAW telah mewariskan hadits yang penuh dengan ajaran yang sangat
mulia dalam berbagai bidang kehidupan.
5. Rasulullah SAW telah memberikan contoh model masyarakat yang sesuai dengan
tuntunan agama, yaitu masyarakat yang Beliau bangun di Madinah.8
Disamping itu, manakala kita telah mengikuti dan mentaati Rasul Saw., Allah
akan mencintai kita yang membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah
manakala kita melakukan kesalahan. Hal tersebut wajar saja, karena Rasulullah Saw
diutus memang untuk ditaati, Allah SWT berfirman:
Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin
Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu
memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka,
tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Qs. An-
Nisaa’ ayat 64)]
8
Moh. Mansyur, Akidah Akhlak II, (Jakarta: Penerbit Ditjen Binbaga Islam, 1997), h. 176.
dan berhukum dengan ketetapannya. Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak
yang baik kepada Rasulullah adalah dengan mencintai Beliau.
Nabi Muhammad SAW, bersabda:
اليؤمن أحدكم حتى اكون أحب اليه من نفسه ووا ِّلده وولَده والناس أجمعين
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai
olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R.
Bukhari Muslim).
Artinya: Orang yang kikir ialah orang yang menyebut namaku di dekatnya, tetapi
ia tidak bersholawat kepadaku. (H.R Ahmad)
Artinya: Siapa yang bersholawat kepadaku satu kali, Allah akan bersholawat
kepadanya sepuluh kali sholawat. (H.R Ahmad)
Artinya: Sesungguhnya orang yang paling dekat denganku pada hari kiamat, ialah
orang yang paling banyak bersholawat kepadaku. (H.R Turmudzi).
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.kamu Lihat
mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya.” (Qs. Al-Fath ayat 29)
9
Imam Syafi’I, Shalawat Nabi, (diakses 28 November).
Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang
mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak
akan mengutus lagi seorang Rasul.
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil
tidak ada larangan.Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia
mempersiapkan tempat duduknya di neraka” (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu
Umar).
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama seharusnya tidak
hanya memahami tentang seluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti inilah yang harus kita
hormati.Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan agamanya yang luas, tapi
tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang berarti tidak
ada kewajiban kita untuk menghormatinya.
Dari Abi Dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’: “Jadikanlah
ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak ubahnya dua mata
bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan
kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan kedua
mata.”.
Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul bait
manfaatnya kembali kepada orang yang melakukannya.
Rasulullah mengatakan bahwa kecintaan ini merupakan upah dari Allah Swt atas
risalah yang disampaikannya. Sebagaimana firman Allah, “katakanlah, Aku tidak meminta
kepadamu sesuatu upah apapun atas seruanku, kecintaan kepada keluargaku” (Q.S. Asy-
syura : 23).
Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan kecintaan
yang mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu memasuki pintu
kebahagiaan abadi.10
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk
melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya.Beribadah di Haramain (Makkah dan Madinah)
mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para jamaah haji
menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke makam Rasulullah
SAW adalah sunnah hukumnya.
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal dunia, maka ia
seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR Darul Quthni)
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut Thalibin menyatakan : ”Berziarah ke makam
Nabi Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang paling mulia, karena itu, sudah
selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia telah diberi
kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah
haji.Karena hak Nabi Muhammad SAW yang harus diberikan oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang dengan kepala dijadikan kaki dari
ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke Rasullullah SAW maka itu tidak akan
cukup untuk memenuhi hak yang harus diterima oleh Nabi SAW dari umatnya.
10
Mazhahiri Husain Syaikh. Mencintai Keluarga Rasulullah. (diakses 30 Oktober 2014)
11
Qodi ‘Iyad Ibn Musa Al-Yahsubi, Keagungan Kekasih Allah, Muhammad SAW, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002, hlm. 453.
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW yang melarang umat Islam
menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta, atau sebagai berhala yang disembah..
Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu
jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan rumahmu sebagai
kuburan. Maka bacalah shalawat kepadaku.Karena shalawat yang kamu baca akan sampai
kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad Ahmad bin Hanbal: 8449)
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid Muhammad bin Alawi Maliki al-
Hasani menukil dari beberapa ulama, lalu berkomentar : “Sebagian ulama ada yang
memahami bahwa yang dimaksud (oleh hadits itu adalah) larangan untuk berbuat tidak sopan
ketika berziarah ke makam Rasulullah SAW yakni dengan memainkan alat musik atau
permainan lainnya, sebagaimana yang biasa dilakukan ketika ada perayaan. (Yang
seharusnya dilakukan adalah) umat Islam berziarah ke makam Rasul hanya untuk
menyampaikan salam kepada Rasul, berdo di sisinya, mengharap berkah melihat makam
Rasul, mendoakan serta menjawab salam Rasulullah SAW (Itu semua dilakukan) dengan
tetap menjaga sopan santun yang sesuai dengan maqam kenabiannya yang mulia.” (Manhajus
Salaf fi Fahmin Nushush bainan Nazhariyyah wat-Tathbiq, 103)
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Bahkan sangat dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa dan perjuangan Nabi
Muhammad SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti mengguratnya kecintaan kita kepada
beliau.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kita wajib mencintai dan mentaati apa yang diajarkan Rasulullah sebagai wujud
kecintaan dan pengabdian kita sebagai hamba Allah Swt. Apabila kita benar-benar mencintai
Allah sudah semestinya kita juga mencintai Rasulullah, karena beliau merupakan kekasih beserta
utusan Allah untuk dijadikan uswatun khasanah bagi setiap ummatnya. Bentuk kita mencintai
dan mentaati Rasulullah dengan cara, mengikuti dan mengerjakan hal-hal yang diajarkan
Rasulllah, menghidupkan sunnah-sunnahnya, membaca shalawat serta salam yang ditujukan
kepada beliau, mencintai keluarga dan sahabat-sahabat Nabi, serta berziarah ke makam
Rasulullah.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku manusia biasa
menyadari adanya beberapa kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran
bagi kami yang bersifat membantu agar kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam
penyusunan makalah yang selanjutnya dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Daftar Pustaka
Kementrian Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.
Mansyur, Moh. Akidah Akhlak II. Jakarta: Penerbit Ditjen Binbaga Islam, 1997.
‘Iyad Qodi Ibn Musa Al Yahsubi.2002. Keagungan Kekasih Allah ‘Muhammad Saw’.Jakarta :
Raja Grafindo Persada.