Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH AKHLAK KEPADA RASULULLAH

N
OLEH KELOMPOK 3
PRIYA AGATA : 1904300090
NURYADIN SYAHPUTRA : 1904300054
FARAS PRASTIA LUBIS : 1904300076
FEDRY RAHMAT AFRIANDI : 1904300087
NAZARUDDIN : 1904300052
EGO DWI WARDANA : 1904300050

DOSEN MATKUL : Drs. Mario Kasduri M.A

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
T.A 2019/2020
AKHLAK KEPADA RASULULLAH

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebagai seorang muslim kita harus berakhlak kepada Rasulullah SAW, meskipun
beliau sudah wafat dan kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya
membuat kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada Allah,
membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya. Pada dasarnya Rasulullah SAW adalah
manusia yang tidak berbeda dengan manusia pada umumnya. Namun, terkait dengan
status “Rasul” yang disandangkan Allah atas dirinya, maka terdapat pula ketentuan khusus
dalam bersikap terhadap utusan yang tidak bisa disamakan dengan sikap kita terhadap
orang lain pada umumny

B. Rumusan Masalah
1. Mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran Rasulullah Saw?
2. Bagaimana cara berakhlak kepada Rasulullah Saw ?
3. Bagaimana contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap Rasulullah ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


Agar kita tahu alasan mengapa kita wajib mencintai dan taat kepada ajaran yang
dibawakan Rasulullah Saw. Paham dan dapat mengimplementasikan cara berakhlak
kepada Rasulullah sebagai wujud rasa cinta dan ketaatan kita terhadap Rasulullah.
Mengetahui beberapa contoh kasus nyata implementasi akhlak terhadap Rasulullah
sehingga kita dapat mengambil pelajarannya.
.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Akhlak Kepada Rasulullah


Allah berfirman :
ُ ‫علَ ْي ُك ْم ِبا‬ َ ‫علَ ْي ِه َما‬
ٌ ‫عنِت ُّ ْم َح ِر‬
َ ‫يص‬ َ ‫سو ٌل ِم ْن أ ُ ْنفُ ِس ُك ْم‬
ٌ ‫ع ِز‬
َ ‫يز‬ ُ ‫ف َّر ِح ْي ٌم ْل ُمؤْ ِم ِن ْي لَقَدْ َجا َء ُك ْم َر‬
ٌ ‫نَ َر ُء ْو‬
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa
olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang
beriman.” (Q.S. at-taubah : 128)
Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat
islam, tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya.
Untuk memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup
beliau, sehingga dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.
Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh
umat manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak
boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan
Allah, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.
Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk,
yang diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.
Sebagaimana firman Allah :
‫س ْلن ََك أِالَّ َر ْح َمةً ِل ْلعَلَ ِم ْينَ َو َمآ أ َ ْر‬
َ
“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad
bagi seluruh alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).
Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas agama-
Nya, dan menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah melindunginya
dari kesalahan dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala mendukung nabi-Nya dengan
mukzizat-mukzizat yang nyata dan ayat-ayat yang jelas, memperbanyak makan untuk
beliau, memperbanyak air. Dan beliau mengabarkan sebagian perkara ghaib.

B. Kewajiban Mencintai Rasulullah


Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang
islam mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna
mengimani ajaran Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan
berhukum dengan ketetapannya.
Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para
sahabat beliau mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan
keluarga mereka, sebagaimana sabda Rasulullah :
‫اليؤمن أحدكم حتى اكون أحب اليه من نفسه ووا ِلده وولَده والناس‬
‫أجمعين‬.
Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai
olehnya daripada dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R.
Bukhari Muslim).
Allah swt berfirman:
َ ُ‫قُ ْل ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ت ُ ِحب ُّْونَ هللاَ فَات َّ ِبعُ ْو ِنى ي ُْح ِب ْب ُك ُم هللاُ َويَ ْغ ِف ْر َل ُك ْم ذُنُ ْوبَ ُك ْم َوهللا‬
‫غفُ ْو ٌر َّر ِح ْي ٌم‬
Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang (QS 3:31).

C. Taat
Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang
diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan
konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam
banyak ayat al-Qur’an, Allah memerintahkan kita untuk menaati nabi Muhammad Saw.
diantaranya ada yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya
:
‫سو ُل‬ َّ ْ‫َّللاُ َوأ َ ِط ْيعُوا‬
ُ ‫الر‬ َّ ْ‫… َيـأيُّ َها اْلَ ِذيْنَ َءا َمنُواْ أ َ ِط ْيعُوا‬
“Wahai orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad)’…..” (Q.S. Annisa : 59).
Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai orang-
orang yg beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap
menerima perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman
merekapun menjadi semakin siap menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat
kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya
serta larangan-larangan -Nya.
Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat kepada
Allah dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha
Mengetahui segala sesuatu baik yang nampak maupun yang tersembunyi
Terkadang pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah,
sebagaimana firman-Nya :
…‫اب أ َ ِل ْي ٌم‬
ٌ َ‫صي َب ُه ْم َعذ‬ ِ ُ ‫أ َ ْن ت‬،‫فَ ْل َي ْحذَ ِرالَّ ِذيْنَ يُخَا ِلفُ ْونَ َع ْن أ َ ْم ِر ِه‬
ِ ُ‫ص ْي َب ُه ْم فِتْنَةٌ أ َ ْوي‬
“… Maka hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan
mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. An-Nur : 63).

Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq,
bid’ah, atau siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti
Rasulullah sebagai sebab hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas dosa-
dosanya, sebagai petunjuk dan mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.
Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-
Nya, karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkan
kepada kita ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya.
Ketaatan kepada Rasul sama kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila
manusia tidak mau taat kepada Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah
memberikan jaminan pemeliharaan dari azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an,
Allah swt berfirman:
‫ظا‬ َ ‫س ْلن‬
ً ‫َاك َعلَ ْي ِه ْم َح ِف ْي‬ َ ‫ع هللاَ َو َم ْن ت َ َولَّى فَ َما أ َ ْر‬ َ َ ‫س ْو َل فَقَ ْد أ‬
َ ‫طا‬ َّ ِ‫َم ْن ي ُِّطع‬
ُ ‫الر‬
“Barang siapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah.
Dan barangsiapa yang berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).
Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan
memperoleh kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang
jujur, orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik
teman yang harus kita miliki.
Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk
bisa masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa
yang dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman.

D. Menghidupkan Sunnah

Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan,
tetapi kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan
Rasul-Nya adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan
menaati sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :
ُ‫ش ِد ْيد‬ َّ ْ‫واتَّقُوا‬،
َّ ‫َّللاَ ِإ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َ ْ‫هثوا‬
ْ َ ‫َو َما نَ َه ُك ْم َع ْنهُ فَاْنَت‬
ُ‫س ُل فَ ُخذُوه‬
ُ ‫الر‬َّ ‫ب َو َمآ َءائَـى ُك ُم‬ ِ ‫… ال ِعقَا‬
“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras
hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).
Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan Rasul-
Nya, akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan banyak
persoalan yang sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan
bahwa semua bentuk amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa Rasulullah, selama
tiak melanggar syari’at dan mempunyai tujuan , niat mendekatkan diri kepada Allah dan
mendapatkan ridho-Nya, serta untuk mengingat Allah serta Rasul-Nya adalah sebagian
dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.
Sebagaimana nabi bersabda :
“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan
mendapat sekedar paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah
karena Alah dan Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)
Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda Rasulullah :
“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.
Juga hadis Rasulullah :
“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari
agama ia ditolak”.
Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu
membawa kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama
sedangkal itu orang tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.
Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah kata-
kata sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah memerintah dan mencontohkannya. Begitu
pula para sahabat tidak ada satupun diatara mereka yang mengerjakannya. Dan jikalau
perbuatan itu baik kenapa tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika mereka tidak melakukan
kenapa harus kita yang melakukannya. Bahkan dengan hal itu mereka menyebutkan
bahwa hal baru seperti tahlilan atau berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.
Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :
a. Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau
menyarankan suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah
mengerjakannya secara langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah Rasulullah yang
dalilnya sampai kepada kita bukan dengan cara dicontohkan, melainkan hanya
diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah hadis Rasulullah yang
menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum pernah mendengar
Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b. Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh
Rasulullah. Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan kanan,
dan lain-lain.
c. Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara
langsung dan tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya
mendiamkannya saja. Contohnya adalah beberapa amalan para sahabat yang saat
dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.

Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para
sahabat juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang
dilakukan oleh para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan
yasinan. Tidak lain para ulama yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil dari
kitabullah yang menganjurkan agar manusia selalu berbuat kebaikan atau dalil tentang
pahala bacaan dan amal ibadah. Dan berbuat kebaikan ini banyak caranya asalkan tidak
bertentangan dengan Islam.
Mari kita rujuk ayat al-qur’an berikut :
ِ ‫ش ِد ْيدُ ال ِعقَا‬
‫ب‬ َّ ْ‫واتَّقُوا‬،
َّ ‫َّللاَ ِإ َّن‬
َ َ‫َّللا‬ َ ْ‫َهثوا‬
ْ ‫ع ْنهُ فَاْنَت‬
َ ‫س ُل فَ ُخذُوهُ َو َما نَ َه ُك ْم‬ َّ ‫َو َمآ َءائ َـى ُك ُم‬
ُ ‫الر‬

“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah.dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat
keras hukum-Nya.” (Q.S. al-Hasyr : 7).
Dalam ayat ini jelas bahwa perintah untuk tidak melakukan segala sesuatu jika
telah tegas dan jelas larangannya.
Dan dalam hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh bukhari :
“Jika aku menyuruhmu melakukan sesuatu, maka lakukanlah semampumu dan jika aku
melarangmu melakukan sesuatu, maka jauhilah.”.
Maka para ulama mengambil kesimpulan bahwa bid’ah yang dianggap sesat
adalah menghalalkan sebagian dari agama yang tidak diizinkan oleh Allah. Serta
bertentangan dengan yang telah disyari’atkan oleh Islam. Contoh bid’ah sesat yang
mudah adalah sengaja shalat tidak menhadap kiblat, mengerjakan shalat dengan satu
sujud, atau yang lebih banyak terjadi adalah bagi masyarakat keraton yaitu mendo’akan
orang yang telah meninggal dengan sesaji serta memohon kepada Allah dan berdzikir
menggunakan sesaji. Itulah yang dianggap sesat karna sesaji tidak ada dalam Islam dan
itu menyimpang dari syari’at Islam.

Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi sesuatu yang amat


penting sehingga begitu ditekankan oleh Rasulullah Saw.
Contoh-contoh sunnah Rasulullah adalah :
a. Istighfar setiap waktu
b. Menjaga wudhu
c. Bersedekah
d. Shalat dhuha
e. Puasa Muharram dan shalat tahajud :
Dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : “ Rasulullah Saw bersabda :
ُ ‫صالَة‬ َ ‫صالَ ةِ بَ ْعدَالفَ ِر ْي‬
َ ‫ضة‬ َ َ ‫َّللاِ ال ُم َح َّر ُم َوأ‬
َّ ‫ض ُل ال‬ َّ ‫ش ْه ُر‬
َ َ‫ضان‬ ِ ‫ض ُل‬
َ ‫الصيَ ِام بَ ْعدَ َر َم‬ َ ‫أ َ ْف‬
‫اللَّ ْي ِل‬
“Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan adalah puasa dibulan Muharram dan
seutama-utama shalat sesudah shalat fardu ialah shalat malam.” ( H.R. Muslim
no.1163).

E. Membaca Shalawat Dan Salam


Diantara hak Nabi Saw yang disyariatkan Allah atas umatnya adalah agar mereka
mengucapkan shalawat dan salam untuk beliau. Allah Swt dan para malaikat-Nya telah
bershalawat kepada beliau dan Allah memerintahkan kepada para hamba-Nya agar
mengucapkan shalawat dan taslim kepada beliau.
Allah berfirman :
‫س ِل ُمواْتَ ْس ِل ْي ًما‬ َ ْ‫صلُّوا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ْ‫ يـآيُّها َ الَّ ِذيْنَ َءا َمنُوا‬,ِ‫علَى النَّ ِبي‬
َ َ‫صلُّون‬ َّ ‫ِإ َّن‬
َ ُ‫ ي‬,ُ‫َّللاَ َو َمل ِئ َكتَه‬
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Saw. ‘Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
dengan penuh penghormatan kepadanya.’” (Q.S. Al-Ahzab : 56).

Al-Mubarrad berpendapat bahwa akar kata bershalawat berarti memohonkan rahmat


dengan demikian shalawat berarti rahmad dari Allah sedang shalawat malaikat berarti
pengagungan dan permohonan rahmad Allah untuknya.
Jika bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw hendaklah seseorang
menghimpunnya dengan salam untuk beliau. Karena itu, hendaklah tidak membatasi
dengan salah satunya saja. Misalnya dengan mengucapkan “Shallallaahu ‘alaih (semoga
shalawat dilimpahkan untuknya).” Atau hanya mengucapkan ‘alaihissalam (semoga
dilimpahkan untuknya keselamatan)”. Jadi digabung : “washshalaatu wassalaamu ‘ala
Rasulillah, atau Allahumma shalli wa sallim ‘ala Nabiyyina Muhammad, atau shallallahu
‘alaihi wa sallam.”. hal itu karena Allah memerintahkan untuk mengucapkan keduanya.
Mengucapkan shalawat untuk Nabi Saw, diperintakan oleh syari’at pada waktu-
waktu yang dipentingkan, baik yang hukumnya wajib dan sunnah muakaddah. Diantara
waktu itu adalah ketika shalat diakhir tassyahud, diakhir qunud, saat khutbah seperti
khutbah jum’at dan khutbah hari raya, setelah menjawab mu’adzin, ketika berdo’a, ketika
masuk dan keluar masjid, juga ketika menyebut nama beliau.
Rasulullah Saw telah mengajarkan kepada kaum muslimin tentang tata cara
mengucapkan shalawat. Rasulullah menyarankan agar memperbanyak shalawat kepadanya
pada hari jum’at, sebangaimana sabdanya :
‫ع ْش ًرا‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ً ‫صالَة‬ َّ َ‫عل‬
َ ‫ي‬ َ ‫ فَ َم ْن‬،‫ي يَ ْو َم ْال ُج ُمعَ ِة‬
َ ‫صلى‬ َّ ‫أ َ ْكثِي ُْر ال‬
َّ َ‫صالَة َ َعل‬
“Perbanyaklah kalian membaca shalawat untukku pada hari dan malam jum’at, barang
siapa yang bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya 10 kali.”
Kemudian ibnul qayyim menyebutkan beberapa manfaat dari membaca shalawat
kepada Nabi, diantaranya adalah :

a. Shalawat merupakan bentuk ketaatan kepada perintah Allah.


b. Mendapatkan 10 kali shalawat dari Allah bai yang bershalawat sekali untuk
beliau.
c. Diharapkan dikabulkannya do’a apabila didahului dengan shalawat.
d. Shalawat merupakan sebab mendapatkan syafaat dari Nabi, diiringi permohonan
kepada Allah agar memberikan wasilah (kedudukan yang tinggi) kepada beliau
pada hari kiamat.
e. Sebab diampuninya dosa-dosa.
f. Shalawat adalah sebab sehingga nabi menjawab orang yang mengucapkan
shalawt dan salam kepadanya.
F. Mencintai Keluarga Nabi
Mengikuti kerabat rasulullah Saw yang mulia dan berlepas diri dari musuh mereka,
adalah masalah penting yang telah diwajibkan oleh islam dan telah dianggapnya sebagai
bagian dari cabang agama. Rasulullah menggambarkan ahlil baitnya sebagai suatu benda
yang berat dan berharga, sebanding dengan al-qur’an dan benda berharga lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya aku tinggalkan dua
perkara yang besar untuk kalian, yang pertama adalah Kitabullah(Al-Quran) dan yang
kedua adalah Ithrati(Keturunan) Ahlul baitku. Barang siapa yang berpegang teguh
kepada keduanya, maka tidak akan tersesat selamanya hingga bertemu denganku ditelaga
al-Haudh.” (HR. Muslim dalam Kitabnya Sahih juz.2, Tirmidzi).
Nabi Saw bersabda :
“Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi. Sesungguhnya Nabi tidak mewariskan
uang dinar atau dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada mereka,
maka barangsiapa yang telah mendapatkannya, berarti telah mengambil
bagian yang besar”. (HR. Abu daud dan Tirmidzi).

Karena ulama disebut sebagai pewaris Nabi, maka orang yang disebut ulama
seharusnya tidak hanya memahami tentang beluk beluk agama Islam, tapi juga memiliki
sikap dan kepribadian sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama seperti
inilah yang harus kita hormati. Adapun orang yang dianggap ulama karena pengetahuan
agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan pribadi Nabi, maka orang seperti itu
bukanlah ulama yang sesungguhnya dan berarti tidak ada kewajiban bagi kita untuk
menghormatinya.
Rasulullah menyebut keluarga sucinya sebagai jalan kebebasan, pintu keselamatan,
dan cahaya petunjuk. Rasulullah juga mewajibkan kita untuk mencintai dan menaati
mereka.
Dari abi dzarr ia berkata, ‘saya mendengar Rasulullah Saw bersabda’: “Jadikanlah
ahlul baitku bagimu tidak ubahnya seperti kepala bagi tubuh dan tidak ubahnya dua mata
bagi kepala. Karena sesungguhnya tubuh tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan
kepala, dan begitu juga kepala tidak akan memperoleh petunjuk kecuali dengan kedua
mata.”.
Kecintaan kepada kerabat Rasulullah Saw yang di istilahkan sebagai ahlul bait
manfaatnya kembali kepada orang yang melakukannya. Rasulullah mengatakan bahwa
kecintaan ini merupakan upah dari Allah Swt atas risalah yang disampaikannya.
Sebagaimana firman Allah, “katakanlah, Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah
apapun atas seruanku, kecintaan kepada keluargaku” (Q.S. Asy-syura : 23).
Kecintaan yang disebutkan disini bukanlah kecintaan biasa, melainkan kecintaan
yang mendorong manusia kepada maqam kedekatan ilahi, dan mampu memasuki pintu
kebahagiaan abadi.

G. Berziarah Ke Makam Rasulullah


Berkunjung kemakam Rasulullah merupakan amalan sunnah, yakni amalan yang
sangat mulia dan sangat dianjurkan. Ibn Umar mengatakan bahwa Nabi Muhammad
bersabda yang arinya : “Barang siapa berziarah kemakamku, maka ia dijamin akan
mendapat syafaatku.”.
Saat melaksanakan haji merupakan kesempatan emas bagi umat Islam untuk
melaksanakan ibadah sebanyak-banyaknya. Beribadah di Haramain (Makkah dan
Madinah) mempunyai keutaman yang lebih dari tempat-tempat lainnya. Maka para jamaah
haji menyempatkan diri berziarah ke makah Rasulullah SAW.Berziarah ke makam
Rasulullah SAW adalah sunnah hukumnya.
Dari Ibn ‘Umar RA. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang
melaksanakan ibadah haji, lalu berziarah ke makamku setelah aku meninggal dunia, maka
ia seperti orang yang berziarah kepadaku ketika aku masih hidup.” (HR Darul Quthni)
Atas dasar ini, pengarang kitab I’anatut Thalibin menyatakan: ”Berziarah ke makam
Nabi Muhammad merupakan salah satu qurbah (ibadah) yang paling mulia, karena itu,
sudah selayaknya untuk diperhatikan oleh seluruh umat Islam”.
Dan hendaklah waspada, jangan sampai tidak berziarah padahal dia telah diberi
kemampuan oleh Allah SWT, lebih-Iebih bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah
haji. Karena hak Nabi Muhammad SAW yang harus diberikan oleh umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah seorang di antara mereka datang dengan kepala dijadikan kaki dari
ujung bumi yang terjauh hanya untuk berziarah ke Rasullullah SAW maka itu tidak akan
cukup untuk memenuhi hak yang harus diterima oleh Nabi SAW dari umatnya.
Mudah-mudahan Allah SWT membalas kebaikan Rasullullah SAW kepada kaum
muslimin dengan sebaik-baik balasan.
Lalu, bagaimana dengan kekhawatiran Rasulullah SAW yang melarang umat Islam
menjadikan makam beliau sebagai tempat berpesta, atau sebagai berhala yang disembah..
Yakni dalam hadits Rasulullah SAW:
“Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu
jadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, dan janganlah kamu jadikan rumahmu
sebagai kuburan. Maka bacalah shalawat kepadaku. Karena shalawat yang kamu baca
akan sampai kepadaku di mana saja kamu berada.” (Musnad Ahmad bin Hanbal: 8449).
Menjawab kekhawatiran Nabi SAW ini, Sayyid Muhammad bin Alawi Maliki al-
Hasani menukil dari beberapa ulama, lalu berkomentar : “Sebagian ulama ada yang
memahami bahwa yang dimaksud (oleh hadits itu adalah) larangan untuk berbuat tidak
sopan ketika berziarah ke makam Rasulullah SAW yakni dengan memainkan alat musik
atau permainan lainnya, sebagaimana yang biasa dilakukan ketika ada perayaan. (Yang
seharusnya dilakukan adalah) umat Islam berziarah ke makam Rasul hanya untuk
menyampaikan salam kepada Rasul, berdoa di sisinya, mengharap berkah melihat makam
Rasul, mendoakan serta menjawab salam Rasulullah SAW.
Maka, berziarah ke makam Rasulullah SAW tidak bertentangan dengan ajaran
Islam. Bahkan sangat dianjurkan karena akan mengingatkan kita akan jasa dan perjuangan
Nabi Muhammad SAW, sekaligus menjadi salah satu bukti mengguratnya kecintaan kita
kepada beliau.

H. Contoh Kasus Nyata Implementasi Akhlak Terhadap Rasulullah


Seiring berkembangya di dunia hiburan terutama dibidang musik, banyak
bermunculan entertainer-entertainer baru yang turut meramaikan dunia permusikan di
Indonesia. Namun ada beberapa orang yang sudah lama bergelut di dunia hiburan, justru
meninggalkan hingar bingar gemerlapnya dunia untuk lebih serius mengabdi kepada Allah
dan taat kepada Rasulnya.
Di dunia hiburan, yang notabene kehidupan orang-orang di dalamnya menghambur-
hamburkan uang, gaya hidup yang hedonis. Lain halnya yang dilakukan oleh Sakti,
personel/gitaris dari band Sheila On Seven. Dia meninggalkan bandnya untuk lebih serius
menjadi muslim yang sebenarnya. Namun dia tidak serta merta meninggalkan dunia musik
yang digemarinya. Hanya saja dia lebih sering membawakan lagu-lagu religi. Sama halnya
dengan Teguh personel/vokalis Vagetoz dan masih banyak lagi orang-orang yang lebih
memprioritaskan kepentingan akhiratnya kelak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kita wajib mencintai dan mentaati apa yang diajarkan Rasulullah sebagai wujud
kecintaan dan pengabdian kita sebagai hamba Allah Swt. Apabila kita benar-benar
mencintai Allah sudah semestinya kita juga mencintai Rasulullah, karena beliau
merupakan kekasih beserta utusan Allah untuk dijadikan uswatun khasanah bagi setiap
ummatnya. Bentuk kita mencintai dan mentaati Rasulullah dengan cara, mengikuti dan
mengerjakan hal-hal yang diajarkan Rasulllah, menghidupkan sunnah-sunnahnya,
membaca shalawat serta salam yang ditujukan kepada beliau, mencintai keluarga dan
sahabat-sahabat Nabi, serta berziarah ke makam Rasulullah.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku manusia
biasa menyadari adanya beberapa kesalahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik
maupun saran bagi kami yang bersifat membantu agar kami tidak melakukan kesalahan
yang sama dalam penyusunan makalah yang selanjutnya dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Elmubarok, Zaim dkk. (2013). Islam Rahmatan Lil’alamin. Semarang : UNNES Press.

Usamah, Abu Masykur. cetakan pertama (Juni 2006/Februari 2007). Aku Cinta Rosul
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penerbit: Darul Ilmi, Yogyakarta.

Yulie,Indah. (2015). Akhlak Kepada Rasulullah. Online].


Tersedia: http://bk14071.blogspot.co.id/2015/07/akhlak-kepada-
rasulullah.html [diakses Juli 2015].

Anda mungkin juga menyukai