NIM :
A. Pendahuluan
Secara bahasa, hadits dapat berarti baru, dekat dan khabar (cerita). Sedangkan dalam
tradisi hukum Islam, hadits berarti segala perkataan, perbuatan dan keizinan Nabi
Muhammad SAW (aqwal, afal wa taqrir). Akan tetapi para ulama Ushul Fiqh, membatasi
pengertian hadits hanya pada ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan
hukum, sedangkan bila mencakup, pula perbuatan dan taqrir yang berkaitan dengan hukum,
maka ketiga hal ini mereka namai dengan Sunnah.
Beranjak dari pengertian-pengertian di atas, menarik dibicarakan tentang kedudukan
Hadits dalam Islam. Seperti yang kita ketahui, bahwa Al-Quran merupakan sumber hukum
primer/utama dalam Islam. Akan tetapi dalam realitasnya, ada beberapa hal atau perkara yang
sedikit sekali Al-Quran membicarakanya, atau Al-Quran membicarakan secara global saja,
atau bahkan tidak dibicarakan sama sekali dalam Al-Quran. Nah jalan keuar untuk
memperjelas dan merinci keuniversalan Al-Quran tersebut, maka diperlukan Al-Hadits/AsSunnah. Di sinilah peran dan kedudukan Hadits sebagai tabyin atau penjelas dari Al-Quran
atau bahkan menjadi sumber hukum sekunder/kedua_setelah Al-Quran.
Mengenai islan agama yang di bawa oleh Nabi Ibrahim dan agama manusia
sebelumnya, dinyatakan dalam al-qur`an sebagai berikut :
Artinya :
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini
bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".(Qs al-baqarah
,ayat 132).
Islam adalah agama Allah yang di wahyukan kepada rasul-rasulnya untuk di ajarkan
kepada manusia. Ia dibawa secara berantai dari satu generasi ke generasi lain, selanjutnya
dari satu angktan ke angkatan berikutnya. Itu adalah rahmat hidayah dan petunjuk bagi
manusia.
Meskipun demikian tidak berarti semua sama persis antara islam yang di bawa Nabi
Muhammad SAW dengan islam yang di bawa Nabi sebelumya.
Artinya :
``Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu``
B. Kedudukan Hadist Dalam Islam
Seluruh umat islam, telah sepakat bahwa hadis merupakan salah satu sumber ajaran
islam. Ia mempati kedudukannya setelah Al-Qur`an. Keharusan mengikuti hadis bagi umat
islam baik yang berupa perintah maupun larangannya, sama halnya dengan kewajiban
mengikuti Al-Qur`an. Hai ini karena, hadis merupakan mubayyin bagi Al-qur`an, yang
karenanya siapapun yang tidak bisa memahami Al-qur`an tampa dengan memahami dan
menguasai hadis. Begitu pula halnya menggunakan hadis tampa Al-qur`an. Karena Al-qur`an
merupakan dasar hukum pertama, yang di dalamnya berisi garis besar syari`at. Dengan
demikian, antara hadis dengan Al-qur`an memiliki kaitan erat, yang untuk mengimami dan
mengamalkannya
tidak
bisa
terpisahkan
atau
berjalan
dengan
sendiri-sendiri.
Al-Quran itu menjadi sumber hukum yang pertama dan Al-Hadits menjadi asas
perundang-undangan setelah Al-Quran. Perbendaharaan Al-Hadits terhadap Al-Quran, tidak
lepas dari salah satu dari tiga fungsi:
1. Berfungsi menetapkan dan memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Quran.
Maka dalam hal ini keduanya bersama-sama menjadi sumber hukum. Misalnya Allah didalam
Al-Quran mengharamkan bersaksi palsu dalam firman-Nya Q.S Al-Hajj ayat 30 yang artinya
Dan jauhilah perkataan dusta. Kemudian Nabi dengan Haditsnya menguatkan: Perhatikan!
Aku akan memberitahukan kepadamu sekalian sebesar-besarnya dosa besar! Sahut kami:
Baiklah, hai Rasulullah. Beliau meneruskan, sabdanya:(1) Musyrik kepada Allah, (2)
Menyakiti kedua orang tua. Saat itu Rasulullah sedang bersandar, tiba-tiba duduk seraya
bersabda lagi: Awas! Berkata (bersaksi) palsu[2] dan seterusnya (Riwayat Bukhari Muslim).
2. Memberikan perincian dan penafsiran ayat-ayat Al-Quran yang masih Mujmal, memberikan
Taqyid (persyaratan) ayat-ayat Al-Quran yang masih umum. Misalnya: perintah
mengerjakan sholat, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji di dalam Al-Quran tidak
dijelaskan jumlah rakaat dan bagaimana cara-cara melaksanakan sholat, tidak diperincikan
nisab-nisab zakat dan jika tidak dipaparkan cara-cara melakukan ibadah haji. Tetapi
semuanya itu telah ditafshil (diterangkan secara terperinci dan ditafsirkan sejelas-jelasnya
oleh Al-Hadits). Nash-nash Al-Quran mengharamkan bangkai dan darah secara mutlak,
dalam surat Al-Maidah Ayat 3 Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi.
Dan seterusnya. Kemudian As-sunnah mentaqyidkan kemutlakannya dan mentakhsiskan
1.
Artinya:
``Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan
kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik
(mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang gaib,
akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu
berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka
bagimu pahala yang besa[5]r``Qs,Ali Imran (3):179).
Dan dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauhjauhnya[6]``(Qs, Al-Anisa (4):136)
Oleh karena itulah orang-orang mukmin di tuntut agar tetap beriman kepada Allah dan
Rasulnya.
Selain Allah memerintahkan umat islam agar pecaya kepada rasul SAW, juga menyuruhkan
agar menaati segala bentuk perundang-undagan dan peraturan atau petunjuk yang di bawanya
yaitu Al-qur`an dan hadist serta sunnahnya[7].
Allah juga berfirman dalam surat Ali imran ayat 32 yang berbunyi :
Artinya :
``Katakanlah: "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir[8]" (Qs, Ali Imran, (3):32)
Bentuk-bentuk ayat seperti ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan atau
kewajiban taat terhadap semua yang di sampaikan oleh Rasul SAW.
c.
Dasar sunnah
Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW berkenaan keharusan menjadikan hadist sebagai
pedoman hidup , di samping Al-qur`ansebagai pedoman utamanya.[9]
Yang di maksud As-sunnah adalah Sunnah Nabi, yaitu segala sesuatu yang bersumber
dari Nabi Muhammad berupa perkataan,perbuatan,atau persetuajunnya (terhadap perkataan
atau perbuatan para sahabatnya), yang di tunjukan sebagai syariat bagi umat ini.
Namun menunjukkan bahwa masalah-masalah yang terdapat dalam al-qur`an dan
juga di dalam hadist atau sunnah itu sangat penting untuk di imani, di jalankan dan di jadikan
pedoman dasar oleh sitiap muslim[16].
Diantara maslah-masalh yang terjadi dalam al-qur`an di kemukakan pula dalam
sunnah yaitu :
1. Kewajiban beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Di antaranya terdapat dalam surat al-a`raf
ayat 158 yang berbunyi :
Artinya :
``maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman
kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya
kamu mendapat petunjuk[17]
Adapun Nisbah as-sunnah dengan Al-Qur`an di tinjau dari segi penggunaan hujjah
dan pengambilan hukum-hukum yang sederajat lebih rendah daripada Al-Qur`an. Artinya
ialah bahwa seorang mujtahit dalam menetapkan hukum suatu peristiawa tidak akan mencari
dalam as-sunnah terlebih dahulu, kecuali bila ia tidak mendapat ketentuan hukumnya di
dalam Al-Qur`an. Hal itu di sebabkan karena Al-qur`an menajdi dasar perundang-undangan
dan sumber hukum pertama.
Dalam hubungan dengan Al-Quran, maka As-Sunnah berfungsi sebagai penafsir,
pensyarah, dan penjelas daripada ayat-ayat tertentu. Apabila disimpulkan tentang fungsi AsSunnah dalam hubungan dengan Al-Quran itu adalah sebagai berikut :
1. Bayan Tafsir,
yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak. Seperti
hadits : Shallu kamaa ro-aitumuni ushalli (Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku
shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-Quran yang umum, yaitu : Aqimushshalah (Kerjakan shalat). Demikian pula hadits: Khudzu anni manasikakum (Ambillah
dariku perbuatan hajiku) adalah tafsir dari ayat Al-Quran Waatimmulhajja[18] ( Dan
sempurnakanlah hajimu ).
2. Bayan Taqrir,
yaitu As-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan AlQuran. Seperti hadits yang berbunyi: Shoumu liruyatihiwafthiru liruyatihi (Berpuasalah
karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah memperkokoh ayat AlQuran dalam surat Al-Baqarah[19] : 185.
3. Bayan Taudhih,
yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Quran, seperti pernyataan
Nabi : Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang
sudah dizakati, adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Quran dalam surat at-Taubah:
34, yang artinya sebagai berikut : Dan orang-orang yang menyimpan mas dan perak
kemudian tidak membelanjakannya dijalan Allah maka gembirakanlah mereka dengan azab
yang pedih[20].
4. Bayan at-Tasyri`
Kata at-tasyri` ,artinya pembuatan, mewujudkan,atau menetapkan aturan atau hukum.
Maka yangd di maksud dengan bayan at-tasyri` di sini ialah penjelasan hadis yang berupa
mewujudkan, mengadakan atau menetapkan suatu hukum atau aturan-aturan syara` yang di
dapati nashnya dalam Al-qur`an[21].
5. Bayan an-Nasakh
Kata an-nasakh secara bahasa, bermacam-macam arti. Bisa berarti al-ibthal
(membatalkan), atau al-ijalah (menghilangkan), atau at-tahwil (memindahkan), atau at-tagyir
(mengubah).
Dari pengertian di atas, bahwa ketentuan yang dating kemudian dapat menghapus
ketentuan yang dating terdahulu. Hadis sebagai ketentuan yang dating kemudian dari pada alQur`an dalam hal ini dapat menghapus ketentuan atau isi kandungan Al-qur`an[22].
Pada waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan
perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits
tersebut.
Jumhur ulama mengatakan bahwa al-sunnah merupakan urutan ke dua setelah alqur`an. Untuk hal ini al-suyuthi dan al-Qasimi mengemukakan argumentasi rasional dan
argumentasi tekstual[23]. Di antara argumentasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Al-qur`an bersifat qath`i al-wurud, sedangkan al-Sunnah bersifat zhanni al-wurud. Karena
itu yang qadh`i harus di dahulukan dari pada yang dzanni.
2.
Al-Sunnah berfungsi sebagai penjabaran al-Qur`an. Ini harus di artikan bahwa yang
Artinya :
``Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu[25].
Sunnah adalah sumber hukum Islam (pedoman hidup kaum Muslimin) kedua AlQuran. Bagi mereka yang telah beriman terhadap Al-Quran sebagai sumber hukum Islam,
maka secara otomatis harus percaya bahwa Sunnah juga merupakan sumber hukum Islam.
Bagi mereka yang menolak kebenaran Sunnah sebagai sumber hukum Islam, bukan saja
memperoleh dosa, tetapai juga murtad hukumnya. Ayat-ayat Al-Quran sendiri telah cukup
menjadi alasan yang pasti tentang kebenaran.
Al-Hadits, ini sebagai sumber hukum Islam. Di dalam Al-Quran dijelaskan antara lain
sebagai berikut:
1. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapatkan siksa. (Al-Anfal: 13, Al-Mujadilah: 5,
An-Nisa: 115).
Artinya :
Artinya :
``Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasinya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam
itu seburuk-buruk tempat kembali.[27]
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian singkat di atas tentang kedudukan hadis dalam islam,dalil yang
mewajibkan mengikuti sunnah dan fungsi sunnah terhadap Al-qur`an, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa :
1. Secara bahasa, hadits dapat berarti baru, dekat dan khabar (cerita). Sedangkan menurut
istilah, hadits berarti segala perkataan, perbuatan dan taqrir atau persetujuan yang
disandarkan pada Nabi Muhammad SAW (aqwal, afal wa taqrir).
2. Peran dan kedudukan Hadits adalah sebagai tabyin atau penjelas dari Al-Quran dan juga
menjadi sumber hukum sekunder/kedua_setelah Al-Quran.
3. Dalam beberapa kasus, As-Sunnah dapat saja berdiri sendiri dalam menentukan hukum, hal
ini didasarkan pada keterpeliharaan Nabi dari dosa dan kesalahan, khususnya dalam bidang
syariat.Dan hal ini terbatas pada suatu perkara yang Al-Quran tidak menyinggungnya sama
sekali, atau sulit ditemui dalil-dalilnya dalam Al-Quran.
4. Dalam hubungannya dengan Al-Quran, As-Sunnah memiliki beberapa fungsi seperti; bayan
tafsir yang menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak; Bayan Taqrir,
berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Quran, dan; Bayan Taudhih,
yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Quran.
Daftar Pustaka
Ash-Shiddieqy,Hasbi, 2004.Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,Jakarta,Bulan Bintang.
Nata,Abuddin, 2000, Al-qur`an Dan Hadis.Jakarata:PT RajaGrafindo.
Mudasir, 1999 , Ilmu Hadis. Cv.Pustaka Setia, Bandung.
Manna`Al-Qaththan, Syaikh 2005.Pengantar Studi Ilmu Hadis,Jakarta,Puataka Al-Kausar,
Saputra,Munzier, 2002, Ilmu Hadis.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada,
Ranuwijaya,Utang,1996, Ilmu Hadis. Gaya Media Pratama Jakarta,
Yahya, Muktar,1986, Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqih Islami.Bandung :
Almaafif.