Disusun Oleh :
ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa Nabi Muhammad adalah sosok manusia yang
sempurna. Beliau adalah orang terpilih untuk dijadikan panutan bagi umat manusia. Beliau
mempunyai sifat-sifat yang Arif dan Bijaksana. Sifat-sifat baiknya itu ditunjukkan pada
semua umat manusia, baik pada kalangan keluarga, sahabat maupun semua penduduk
disekitar. Dalam lingkungan keluarga, Nabi mendapat rahmat yang diperuntukkan bagi
keluarganya.
Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan itu sendiri
merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin, harus ada
penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin
putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami istri hendaknya
memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami hukum berkeluarga,
pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada hukum yang benar. Apakah
dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian terhadap kemuliaan
akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena
terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada
orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dalam rumah tangganya, maka
dari itu akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah tangga dapat
berlayar di atas kebaikan, Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu
keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada orang yg bisa
bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar rumah namun
hal yg sama sulit ia lakukan di dlm rumah tangganya,Menyinggung akhlak Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga maka hal ini tdk hanya berlaku kepada para
suami sehingga para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia kepada
istrinya,Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera rumah
tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yg paling utama harus
menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga karena dia sebagai sebagai pimpinan.
Kemudian ia di haruskan utk mendidik anak istri di atas kebaikan sebagai upaya menjaga
mereka dari api neraka sebagaimana di firmankan Allah SWT
رهُ ْمEَ ا أَ َمEوْ نَ هللاَ َمEْص ُ دَا ٌد الَ يَعE ةٌ ِغالَظٌ ِشEا َمالَئِ َكEَ ا َرةُ َعلَ ْيهEا النَّاسُ َو ْال ِح َجEَارًا َوقُوْ ُدهEَ ُك ْم َوأَ ْهلِ ْي ُك ْم نEوا أَ ْنفُ َسEُيَا أَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوا ق
ََويَ ْف َعلُوْ نَ َما ي ُْؤ َمرُوْ ن
“Wahai orang – orang yg beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka
yg bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga malaikat-malaikat yg kasar, yg
keras, yg tdk pernah mendurhakai Allah terhadap apa yg diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yg diperintahkan.”
Hidup berkeluarga akan mendatangkan berbagai hikmah yang dapat dirasakan oleh para
pelakunya. Hidup berkeluarga berarti mengamalkan ajaran yang disyari’atkan. Setelah
berkeluarga, seseorang akan lebih serius dalam beribadah. Fikiran tidak lagi memikirkan
calon kekasih atau terganggu
B. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka penulis memperoleh beberapa
perumusan masalah.rumusan masalah itu antara lain adalah :
1. Bagaimana Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia?
2. Bagaimana Akhlak Suami atau Isteri?
3. Bagaimana Akhlak Orang Tua Kepada Anak?
4. Bagaimana Akhlak anak terhadap Orang Tua?
C. Tujuan
Tujuan penyusun makalah ini antara lain :
1. Untuk Mengetahui Urgensi Keluarga dalam Hidup Manusia.
2. Untuk Mengetahui Akhlak Suami atau Isteri
3. Untuk Mengetahui Akhlak Orang Tua Kepada Anak
4. Untuk Mengetahui Akhlak anak terhadap Orang Tua
BAB II
PEMBAHASAN
ِ ي ْال َم
صي ُر َ ِص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َوف
َّ َصالُهُ فِي عَا َم ْي ِن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْيكَ إِل َّ َو َو
Artinya:“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS.Al-Luqman:14)
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan menganiaya kepada anaknya.
Kalaulah itu terjadi penaniayaan orang tua kepada anaknya adalah disebakan perbuatan si
anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan penganiayaan orang tua kepada anaknya.
Didalam kasus demikian seandainya si orang tua marah kepada anaknya dan berbuat aniaya
sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si anak tersebut
lantaran orang tua
c. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah
Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si anak.
Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus kepada
anaknya, si anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan kata-
kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang digunakan
oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang lebih mudah ditiru
adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak berlaku
lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi contoh sehari-hari
oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan berbicara. Kewajiban anak
kepada orang tuanya menurut ajaran Islam harus berbicara sopan, lemah-lembut dan
mempergunakan kata-kata mulia. Sebagai pedoman dalam memberikan perlakuan yang baik
kepada kedua orang tua, ingatlah Firman Allah dalam surah Al Isra ayat 23 dan 24 yang
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil".
d. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada. Dalam hal
ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW, yang
diriwayatkan oleh Abu Usaid yang artinya: ”Kami pernah berada pada suatu majelis bersama
Nabi, seorang bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa
kebajikan setelah keduanya meninggal dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan
kepada kedua orang tuaku. “Rasulullah SAW bersabda: ”Ya, ada empat hal :”mendoakan dan
memintakan ampun untuk keduanya, menempati / melaksanakan janji keduanya, memuliakan
teman-teman kedua orang tua, dan bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih
sayang kecuali karena kedua orang tua”.
Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau
itu sudah tiada yaitu:
a. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Alloh SWT dari
segala dosa orang tua kita.
b. Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji
kepada seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut.
Umpamanya beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya, maka kewajiban
anaknya menunaikan haji orang tua tersebut.
c. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah
mempunyai teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya dalam
bermasyarakat. Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang telah tiada,
selain tersebut di atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup.
d. Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang
tua. Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka
hal itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.
Akhlak anak terhadap kedua orang tua menurut al-Ghazali masih relevan bagi pemuda Islam
pada masa sekarang, karena berdasarkan atas al-Qur'an dan Hadits. Akan tetapi anak yang
diterlantarkan orang tua sejak kecil, membuat mereka tidak dapat menghayati tanggung
jawab orang tua terhadapnya, tanggung jawab anak terhadap orang tua terhadap anak dan
akan menyebabkan mereka tidak berbuat baik kepada orang tua. Sayangilah, cintailah,
hormatilah, patuhlah kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah kepadanya. Oleh karena itu
orang tua dan anak harus sama-sama memperhatikan tanggung jawab dan haknya masing-
masing, antara hak-hak orang tua terhadap anak dan sebaliknya, supaya akhlak atau etika
anak terhadap kedua orang tua berjalan dengan baik dan sesuai dengan ajaran agama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak, karena merekalah anak mula-
mula menerima pendidikan-pendidikan serta anak mampu menghayati suasana kehidupan
religius dalam kehidupan keluarga yang akan berpengaruh dalam perilakunya sehari-hari
yang merupakan hasil dari bimbingan orang tuanya, agar menjadi anak yang berakhlak mulia,
budi pekerti yang luhur yang berguna bagi dirinya demi masa depan keluarga agama, bangsa
dan negara.
B. Saran
Hendaklah orang tua selalu memberikan perhatian yang jenuh kepada anaknya dalam
membina akhlak bukan hanya menyuruh anak agar melakukan perbuatan yang baik tetapi
hendaklah orang tua selalu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya
Serta orang tua tampil selalu tauladan baik, membiasakan berbagai bacaan dan menanamkan
kebiasaan memerintah melakukan kegiatan yang baik, menghukum anak apabila bersalah,
memuji apabila berbuat baik, menciptakan suasana yang hangat yang religius (membaca Al-
Qur'an, sholat berjamaah, memasang kaligrafi, Do'a-Do'a dan ayat-ayat Al-Qur'an).
DAFTAR PUSTAKA
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
Barsihannor, Studi Agama-Agama di Perguruan Tinggi. Makassar: UIN Press, 2010.
Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Rumah Tangga, Jakarta ; Kalam Mulia, 2001
A. Syifaul Qulub, Pendidikan Agama Islam untuk Pendidikan Perguruan Tinggi, Jakarta,
Laros, 2010
Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Yogyakarta, Belukar; 2004
Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, Yogyakarta, LKIS; 2004
Quraih Shihab, Wanita Dalam Islam, Jakarta, Lentera Hati ; 2010
Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahnya