Anda di halaman 1dari 10

TELAAH TENTANG MENGAMBIL PELAJARAN DI SETIAP

PERISTIWA

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas

Mata kuliah: Telaah Kitab Pendidikan

Dosen Pengampu: Drs., H., Abd. Muin, M.A.

Disusun oleh:

1. M. Alfi Nashrul Amal (2118142)


2. Miftachurrochman Zain (2118144)
3. Muhamad Wahirin (2118288)

Kelas F

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kitab Ta’limul Muta’alim merupakan kitab karangan Syaikh Az-Zarnuji


yang membahas mengenai adab seorang guru dan murid ketika melakukan suatu
kegiatan mencari dan mengamalkan ilmu. Di dalam kitab ini, Az-Zarnuji
membagi pokok pembahasannya menjadi 13 pasal atau bab. Di antara pasal dalam
kitabnya, yaitu pasal kesepuluh Az-Zarnuji mengupas tentang mengambil
pelajaran di setiap peristiwa. Di pasal ini, secara lebih detail lagi dibagi menjadi
tiga sub bahasan, yaitu saat-saat mengambil pelajaran, mengambil pelajaran dari
para sesepuh serta prihatin dan rendah di mata manusia.

Menjadi penting untuk ditelaah bagi mahasiswa sebagai pencari ilmu,


karena pada dewasa ini amat banyak mahasiswa yang menuntut ilmu, begitu
banyak jenis pengetahuan yang dipelajari namun menjadi sedikit yang bisa
terwujud menjadi sebuah amalan baik. Lebih lanjut banyak mahasiswa yang sudah
melupakan orang yang lebih tua sebagai sumber yang dapat diambil pelajaran
darinya. Bahkan karena perkembangan zaman yang menjurus ke sifat hedonism
membuat banyak mahasiswa merasa paling benar dan jumawa di antara
sesamanya.

Oleh sebab itu, penulis akan menelaah tentang kitab ta’limul muta’alim
bab mengambil pelajaran di setiap peristiwa. Supaya bisa menjadi sumber
informasi yang mengedukasi bahwa penulis secara pribadi dan pembaca makalah
ini secara umumnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana seorang siswa mengambil pelajaran di setiap peristiwa sesuai


kitab ta’limul muta’alim?
2. Bagaimana analisis tentang mengambil pelajaran di setiap peristiwa?
BAB II

PEMBAHASAN

Pada kitab ta’limul muta’alim dibagi dalam 13 bab, di bab kesepuluh

menjelaskan tentang mengambil pelajaran di setiap peristiwa (‫أ ِأل ْس ِت َفا َد ِة‬ ‫)فَ ْص ٌل ىِف‬. Di
bab ini mengulas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan mengambil
pe;ajaran di setiap peristiwa. Mulai dari saat-saat mengambil pelajaran,
mengambil pelajaran dari para sesepuh dan prihatin dan rendah di mata manusia.
Ketiga sub bab tersebut lebih jelas dijabarkan pada pembahasa sebagai berikut:

A. Saat-saat mengambil pelajaran

Imam Zarnuji menyatakan bahwa mengambil faidah pelajaran (istifādah)


bagi pelajar harus dilakukan setiap saat sampai memperoleh kemuliaan dengan
cara selalu menyediakan alat tulis untuk mencatat segala pengetahuan yang baru
didapatkan. Hal tersebut didasarkan pada sebuah ungkapan “man hafidha farra,
wa man kataba syaian qarra”, artinya barangsiapa menghafal akan sirna, dan
barangsiapa menulis sesuatu akan tetap tegak. Pada era kecanggihan teknologi
seperti sekarang ini tidak terlalu sulit untuk mencatat segala ilmu pengetahuan
yang didapat. Seorang pelajar bisa membuat blog untuk menyimpan catatan ilmu
yang diperolehnya.1

Dalam kitab ta’lim muta’alim disebutkan sebagai berikut:

‫ َو َط ِريْ ُق‬٠‫َويَن ْ َب ِغ ْى َأ ْن يَ ُك ْو َن َطا ِل ُب الْ ِعمْل ِ ُم ْس َت ِف ْيدً ا ىِف ْ لُك ِ ّ َو ْق ٍت َحىَّت حَي ْ ُص َل هَل ُ الْفَضْ ٍل والكامل ىف العمل‬
َ‫ َم ْن َح ِفظ‬:َ‫ ِق ْيل‬٠ ‫ْا ْس ِت َفا َد ِة َأ ْن يَ ُك ْو َن َم َع ُه ىِف ْ لُك ِ ّ َو ْق ٍت ِم ْحرَب َ ٌة َحىَّت يَ ْك ُت َب َما ي َْس َم ُع ِم َن الْ َف َوائِ ِدالْ ِعلْ ِم َّي ِة‬
‫ِإل‬
،‫ َأِلهَّن ُ ْم حَي ْ َف ُظ ْو َن َأ ْح َس َن َما ي َْس َم ُع ْو َن‬، ِ‫ َالْ ِعمْل ُ َما يُ ْؤخ َُذ ِم ْن َأفْ َوا ِه ّ ِالر َجال‬:َ‫ َو ِق ْيل‬٠‫فَ َّر َو َم ْن َك َت َب َشيْئًا قَ َّر‬
‫الش ْيخَ اإْلَ َمام اَأْل ِديْ َب اُأْل ْس َتا َذ َز ْي َن ا ْساَل ِم الْ َم ْع ُر ْو َف اِب َأْل ِديْ ِب‬
َّ ‫ َومَس ِ ْع ُت‬٠‫َوي َ ُق ْولُ ْو َن َأ ْح َس َن َما حَي ْ َف ُظ ْو َن‬
‫ِإْل‬
Arif Muzayin Shofwan, “Metode Belajar Menurut Imam Zarnuji: Telaah Kitab Ta’lim
1

Al Muta’alim”, Jurnal Riset dan Konseptual. Vol. 2 No. 4, November 2017, hal. 418.
ُ ‫ َرَأيْ ُت النَّىِب َّ َصىَّل‬:‫ قَا َل هِاَل ُل [بن زيد] ْب ُن ي ََس ٍار‬:‫الْ ُم ْخ َت ِار ي َ ُق ْو ُل‬
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ ي َ ُق ْو ُل َأِلحْص َا ِب ِه َشيْئًا ِم َن‬
‫ َما َم ِع ْى‬:‫ هل َم َع َك ِم ْحرَب َ ٌة؟ فَ ُقلْ ُت‬: ‫ فَ َقا َل ىِل‬،‫هللا َأ ِعدْ ىِل َما قُلْ ُت لَه ُْم‬ ِ ‫ فَ ُقلْ ُت اَي َر ُس ْو َل‬،‫الْ ِعمْل ِ َوالْ ِحمْك َ ِة‬

‫ِإ‬ َّ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو‬


‫ اَي هِاَل ُل اَل تُ َف ِار ِق الْ ِم ْحرَب َ َة َأِل َّن الْ َخرْي َ ِفهْي َا َوىِف ْ َأ ْه ِلهَا ىَل ي َ ْو َم‬:‫الساَل َم‬ ُ ‫ فَ َقا َل النَّىِب ُّ َصىَّل‬٠‫ِم ْحرَب َ ٌة‬

٠2‫الْ ِق َيا َم ِة‬


Pelajar hendaknya menggunakan setiap kesempatan waktunya untuk
belajar terus menerus sampai memperoleh keutamaan. Caranya bisa dilakukan
dengan selalu menyediakan pena dan tinta untuk mencatat segala hal-hal ilmiah
yang didapatinya.

Ada yang mengatakan: “Seorang yang menghafal maka hafalannya itu


akan hilang, sedangkan seorang yang menulis suatu hal maka hal itu akan abadi”.
Ada yang berkata: “Ilmu yang sempurna itu diperoleh dari perkataan orang laki-
laki yang pintar dan sempurna”.3

Ada yang berkata: “Hafalan akan lari, tapi tulisan tetap berdiri”. Dikatakan
lagi: “Yang disebut ilmu yaitu segala apa yang didapat dari ucapan ahli ilmu,
karena mereka telah menghafal hal-hal yang bagus dari hasil pendengarannya dan
mengucapkan yang bagus itu dari hafalan tersebut”. Saya mendengar ucapan
Syaikhul Ustadz Zainul Islam yang terkenal dengan gelar Adibul Mukhtar: Hilal
bin Yasar berkata: “Kulihat Nabi saw. Mengemukakan sepatah ilmu dan hikmah
kepada sahabat beliau, lalu usulku: ‘Ya Rasulullah, ulangilah untukku apa yang
telah tuan sampaikan kepada mereka’, Beliau bertanya kepadaku: ‘apakah engkau
bawa botol dawat?’ Jawabku: ‘tidak’ Beliaupun lagi bersabda: ‘Oh Hilal,
janganlah engkau berpisah dari botol dawat, karena sampai hari kiamat kebagusan
itu selalu disana dan pada yang membawanya’”.

Hummam Nashiruddin, Tafhimul Muta’alim fii Tarjamati Ta’limul Muta’alim,


2

(Magelang: Manar Kudus, 1963), hlm. 204-208.


3
Hamim, Muhammad Zamroji, Nailul Huda, Kajian dan Analisis Ta’lim Muta’alim
Dilengkapi Dengan Komponen-komponen Pendidikan Yang Terdapat Dalam Ihya’ Ulumudin,
(Lirboyo: Santri Salaf Press, 2017), hlm. 50-51.
‫الصدْ ُر الشَّ هِ ْي ِد ُح َّسا ُم ّ ِادل ْي ِن بْنَ ُه مَش ْ َس ّ ِادل ْي ِن َأ ْن حُي ْ ِفظَ لُك َّ ي َ ْو ٍم ي َِسرْي ً ا ِم َن الْ ِعمْل ِ َوالْ ِحمْك َ ِة‬ َّ ‫َو َوىَّص‬
‫ِإ‬
، ِ‫ َو ْاشرَت َ ى ِع َصا ُم ْب ُن يُ ْو ُس َف قَلَ ًما ِب ِديْنَ ٍار ِل َي ْك ُت َب َما ي َْس َم ُع ُه ىِف الْ َحال‬.‫ َو َع ْن قَ ِريْ ٍب يَ ُك ْو ُن َك ِثرْي ً ا‬، ٌ ‫فَ ن َّ ُه ي َِسرْي‬
‫ِإ‬
٠ ٌ ‫فَالْ ُع ْم ُر قَ ِصرْي ٌ َوالْ ِعمْل ُ َك ِثرْي‬.

‫ حيىك َع ْن حَي ْ ىَي ْب ُن ُم َعا ٍذ‬٠‫ات َوي َ ْغ َتمِن َ الل َّ َياىِل ْ َوالْ َخلَ َو ِات‬ ِ َ‫الساع‬ َّ ‫ات َو‬ ِ َ‫فَ َي ْن َب ِغ ْى َأ ْن اَل يُضَ ِ ّي َع طالب العمل اَأْل ْوق‬
‫ َوالهَّن َ ُار ُم ِضئْي ٌ فَاَل تُ َك ِّد ْر ُه ِبآاَث ِم َك‬،‫ َّالرا ِز ْى [َأن َّ ُه قَا َل] َالل َّ ْي ُل َط ِويْ ٌل فَاَل تُقْرِص ْ ُه ِب َمنَا ِم َك‬4

Yang mulya Hasanudin berwasiat kepada Syamsuddin putra beliau, agar


setiap hari menghafal sedikit ilmu dan sepatah hikmah. Hal itu mudah dilakukan,
dan dalam waktu singkat menjadi semakin banyak. Isham bin Yusuf membeli
pena seharga satu dinar guna mencatat apa yang ia didengar seketika itu. Umur
cukup pendek, sedang pengetahuan cukup banyak.

Pelajar jangan sampai membuang-buang waktu dan saatnya, serta


hendaknya mengambil kesempatan di malam hari dan di kala sepi. Dari Yahya bin
Mu'adz Ar-Razi disebutkan: “Malam itu panjang, jangan kau potong dengan tidur;
dan siang itu bersinar cemerlang, maka jangan kau kotori dengan perbuatan dosa”.

B. Mengambil Pelajaran dari Para Sesepuh

Begitu pula, Imam Zarnuji juga menyatakan bahwa seorang pelajar


hendaknya memanfaatkan setiap waktu untuk istifādah dan tidak menyia-nyiakan
waktu, terlebih lagi pada malam hari dan pada saat hening (sepi/sunyi).
Hendaknya seorang pelajar bisa mengambil pelajaran dari orang yang lebih tua
dan tidak mengabaikan mereka. Orang yang lebih tua tetap mempunyai
pengalaman yang lebih dari pada orang muda, ibarat ungkapan Jawa “wis luwih
akeh lek ngrasakne asine uyah”, artinya sudah lebih banyak merasakan asam
garam kehidupan, lebih banyak pengalaman kehidupan yang dia lalui. Maka

Hummam Nashiruddin, Tafhimul Muta’alim fii Tarjamati Ta’limul Muta’alim,


4

(Magelang: Manar Kudus, 1963), hlm. 208-210.


mengambil pelajaran (istifādah) dari orang tua tentu harus tetap diusahakan oleh
para pelajar.5

ْ ‫إِلساَل ِم ىِف‬
ْ ‫ اَمَك قَا َل ُأ ْس َتا ُذ اَن َش ْيخُ ْا‬٠ ُ‫ات يُدْ َرك‬ َ َ‫ َولَي َْس لُك ُّ َما ف‬،‫الش ُي ْوخَ َوي َْس َت ِف ْيدَ ِمهْن ُ ْم‬ ُّ َ ‫َويَن ْ َب ِغ ْى َأ ْن ي َ ْغ َتمِن‬
‫ مَك ْ ِم ْن َش ْي ٍخ َك ِبرْي ٍ يِف ْ الْ ِعمْل ِ َوالْفَضْ لِ َأد َْر ْك ُت ُه َو َما ْاس َتخْ َر ْج ُت ُه َوَأقُ ْو ُل عَىَل ه ََذا الْ َف ْو ِت ُمن ْ ِشئًا َه َذا‬:َ‫َم ِش ْي َخ ِته‬
‫ ِش ْع ٌر‬٠‫الْ َبي ِْت‬:

‫ات َوي َ ْفىَن يُلْ َفى‬


َ َ‫لَهْ ًفا عَىَل فَ ْو ِت التَّاَل ىِق ْ لَهْف ًا ۞ َما لُك ُّ َما ف‬

٠‫اىل ِح ْزاًي َوخ ََس ًارا‬ ِ ِ ‫ َو َك َفى اِب ع َْر ِاض َع ْن ِعمْل‬،‫ َذا ُك ْن َت ىِف ْ َأ ْم ٍر فَ ُك ْن ِف ْي ِه‬:ُ‫هللا َع ْنه‬
َ ‫هللا تَ َع‬ ُ َ ‫َقا َل عَىِل ٌّ َرىِض‬
‫ِإْل‬ ‫ِإ‬
٠6‫َو ْاس َت ِع ْذ اِب ِهلل ِمنْ ُه لَ ْياًل َوهَن َ ًارا‬

Hendaknya pelajar bisa mengambil pelajaran dari para sesepuh dan


mencecap ilmu mereka. Tidak setiap yang telah berlalu bisa didapatkan kembali,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ustadz Syaikhul Islam di masa tua beliau:
“Banyaklah orang-orang tua yang agung ilmu dan keutamaannya, saya ketemu
tapi tidak mengambil sesuatu yang baik dari padanya”. Maka atas keteledoran
tersebut, kuberkata dalam menggubah satu bait syi'ir dibawah ini:

Sayang seribu sayang, aku terlambat dan tak mendapat


Apapun yang pana dan terlewat, tak mesti bisa didapat
Ali ra berkata : Jikalau kamu menghadapi suatu perkara, maka tekunilah
ia; berpaling dari ilmu Allah itu cukup akan membuat hina dan menyesal;
mohonlah perlindungan Allah di waktu siang dan malam agar tidak melakukan
tersebut diatas.

Arif Muzayin Shofwan, “Metode Belajar Menurut Imam Zarnuji: Telaah Kitab Ta’lim
5

Al Muta’alim”, Jurnal Riset dan Konseptual. Vol. 2 No. 4, November 2017, hal. 419.
6
Hummam Nashiruddin, Tafhimul Muta’alim fii Tarjamati Ta’limul Muta’alim,
(Magelang: Manar Kudus, 1963), hlm. 210-213.
C. Prihatin dan Rendah di Mata Manusia

Suatu keharusan bagi para pelajar untuk menanggung derita selama


menuntut ilmu. Sudah menjadi suatu keharusan bagi para pelajar untuk
mempertajam ilmu bersama guru, teman, dan orang lain untuk mengambil
pelajaran dari mereka. Seorang pelajar bisa mempertajam ilmu yang dia dapatkan
melalui diskusi-diskusi kecil bersama guru, teman dan orang lain. Bahkan di era
teknologi seperti sekarang, seorang pelajar bisa mempertajam ilmu yang dia
dapatkan dengan membuka artikel resmi pada google serta membandingkan
pemahaman yang dia miliki dengan pendapat para pakar.7

‫ َوالتَّ َمل ُّ ُق َم ْذ ُم ْو ٌم اَّل ىِف ْ َطلَ ِب الْ ِعمْل ِ فَ ن َّ ُه اَل‬، ِ ‫َواَل بُدَّ ِل َطا ِل ِب الْ ِعمْل ِ ِم ْن حَت َ ُّملِ الْ َمشَ قَّ ِة َوالْ َم َذةَّل ِ ىَف ْ َطلَ ِب الْ ِعمْل‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
٠‫ُأْلس َتا ِذ َوالرُّش َ اَك ِء َوغَرْي ِ مِه ْ ِل ْس ِت َفا َد ِة ِمهْن ُ ْم‬
ْ ‫بُدَّ هَل ُ ِم َن التَّ َمل ُّ ِق ِل‬
‫ِإْل‬
٠‫ اَل يُدْ َركُ اَّل ب ُِذ ٍ ّل اَل ِع َّز ِف ْي ِه‬،‫ َالْ ِعمْل ُ ِع ٌّز اَل ُذ َّل ِف ْي ِه‬:َ‫ِق ْيل‬
‫ِإ‬
‫وقَا َل الْ َقائِ ُل‬:َ
‫َأ َرى َكَل ن َ ْف ًسا ت َ ْشهَت ِْ¶ى َأ ْن تُ ِع َّزهَا ۞ فَلَ ْس َت تَنَ ُال الْ ِع َّز َحىَّت تُ ِذلَّهَا‬8

Para penuntut ilmu harus tahan menanggung penderitaan dan kehinaan


ketika mencari ilmu. Tamalluq (mencilat atau mencari muka) itu tercela kecuali
dalam urusan menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu itu tidak bisa terpisah dari
guru, teman-teman belajar, dan sebagainya.

Ada yang berkata: Ilmu itu luhur, tiada hina padanya. Namun ilmu tak
bisa didapat kecuali dengan merendah" (maksudnya didapat dengan penuh derita
yang terpandang rendah dimata manusia). Penyair berkata, “Aku tahu kamu
bernafsu ingin menjadi orang mulia. Namun kamu tak akan memperoleh
kemuliaan selama kamu tidak menghinakan diri sendiri.”9

Arif Muzayin Shofwan, “Metode Belajar Menurut Imam Zarnuji: Telaah Kitab Ta’lim
7

Al Muta’alim”, Jurnal Riset dan Konseptual. Vol. 2 No. 4, November 2017, hal. 419.
8
Hummam Nashiruddin, Tafhimul Muta’alim fii Tarjamati Ta’limul Muta’alim,
(Magelang: Manar Kudus, 1963), hlm. 213-214.
9
Abdul Kadir Aljufri, Terjemah Ta’lim Muta’allim, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2009), hlm.
90.
BAB III

ANALISIS MENGAMBIL PELAJARAN DI SETIAP PERISTIWA


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Aljufri, Abdul Kadir. 2009. Terjemah Ta’lim Muta’allim. Surabaya: Mutiara Ilmu.

Huda, Nailul dkk. 2017 Kajian dan Analisis Ta’lim Muta’alim Dilengkapi
Dengan Komponen-komponen Pendidikan Yang Terdapat Dalam Ihya’
Ulumudin. Lirboyo: Santri Salaf Press.

Nashiruddin, Hummam. 1963. Tafhimul Muta’alim fii Tarjamati Ta’limul Muta’alim.


Magelang: Manar Kudus.

Shofwan, Arif Muzayin. 2017. “Metode Belajar Menurut Imam Zarnuji: Telaah
Kitab Ta’lim Al Muta’alim”, Jurnal Riset dan Konseptual, Vol. 2, No. 4,
November 2017.

Anda mungkin juga menyukai