Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN AKHLAK DENGAN IBADAH

DISUSUN

OLEH:
KELOMPOK 7

ROULY PASARIBU

NADILA MAWADDAH NASUTION

MATA KULIAH
ILMU TAUHID

DOSEN PEMBIMBING
MUHAZWAR M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TAPANULI


(STAITA)
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha pengasih lagi
maha penyayang. Sholawat serta salam kita haturkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad S.A.W karena berkat rahmat dan hidayatnya kita selalu berada dalam
lindungannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas presentasi
kelompok kami dalam mata kuliah Bahasa Indonesia dengan materi “Jenis - Jenis
Karangan”. Penyusun juga meminta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan. Penyusun mengharapkan kritik dan sarannya
demi penyempurnaan makalah ini. Harapan penyusun semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca pada umumnya.

Padangsidimpuan, 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Karangan..................................................................................... 3
B. Pengertian Wacana........................................................................................ 3
C. Ciri - Ciri Karangan Yang Baik.................................................................... 4
D. Kerangka Karangan...................................................................................... 5
E. Jenis - Jenis Karangan................................................................................... 6
F. Perbedaan Jenis - Jenis Tulisan atau Karangan............................................. 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 13
B. Saran.............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai
kemanusiaan, atau hubungan personal, interpesonal dan masyarakat secara Agung
dan Luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian,
yang mengikat semua aspek manusia. Karena islam yang berakar pada kata
“salima” dapat diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia
dan itu sifatnya fitrah, kedamaian, akan hadir. Jika manusia itu sendiri
menggunakan dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia
dan memposisikan dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik
tapi juga sempurna. Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak
berjalan, seiring fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang.
Tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang
dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki ahlak. Jika seseorang sudah
memahami ahlak maka akan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan
Rasul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati. Yaitu iman
(akidah), Islam (syariat/ibadah), dan ihsan (akhlak). sebagaimana firman Allah
ٍ ِ‫ تُؤْ تِي أ ُ ُكلَ َها ُك هل ح‬. ِ‫س َماء‬
‫ين‬ ‫ع َها فِي ال ه‬ ُ ‫صلُ َها ثَابِتٌ َوفَ ْر‬ ْ َ ‫طيِِّبَ ٍة أ‬ َ ‫طيِِّبَةً َك‬
َ ٍ‫ش َج َرة‬ َ ً‫َّللاُ َمثَال َك ِل َمة‬
‫ب ه‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫أَلَ ْم ت ََر َكي‬
َ ‫ْف‬
ِ ‫ت مِ ْن فَ ْو‬
‫ق‬ َ ‫ َو َمث َ ُل َك ِل َم ٍة َخ ِبيث َ ٍة َك‬. َ‫اس َل َع هل ُه ْم َيتَذَ هك ُرون‬
ْ ‫ش َج َرةٍ َخ ِبيث َ ٍة اجْ ت ُث ه‬ ‫ِبإِ ْذ ِن َر ِِّب َها َو َيض ِْربُ ه‬
ِ ‫َّللاُ األ ْمثَا َل لِلنه‬
ِ ‫ت فِي ْال َح َيا ِة الدُّ ْن َيا َوفِي اآلخِ َر ِة َوي‬
‫ُض ُّل ه‬
.ُ‫َّللا‬ ِ ‫َّللاُ ا هلذِينَ آ َمنُوا ِب ْالقَ ْو ِل الثها ِب‬
‫ يُث َ ِبِّتُ ه‬.‫ض َما لَ َها مِ ْن قَ َر ٍار‬
ِ ‫األر‬
ْ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak
dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;

1
dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aqidah, Ibadah dan Akhlak?
2. Apa Hubungan Aqidah, Ibadah dan Akhlak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Aqidah, Ibadah dan Akhlak.
2. Untuk mengetahui Hubungan Aqidah, Ibadah dan Akhlak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah, Ibadah dan Akhlak


1. Pengertian Aqidah
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia.
Keyakinan hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk
mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. Pedoman hidup ini dijadikan
pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan aktifitas manusia
Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka
dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah
merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan
dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan terhadap allah.1
Apabila aqidah telah dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia,
maka kedua hal tersebut harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu
diperlukan adanya suatu peraturan yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut
Muamalah. Muamalah adalah segala aturan islam yang mengatur hubungan antar
sesama manusia. Muamalah dikatakan berjalan baik apabila telah memiliki
dampak sosial yang baik.
Rasulullah bersabda:
‫ ولكن وظنوا انفسكم ان‬،‫ ان احسن الناس احسنث وان اساءوا اسأث‬،‫ انا مع الناس‬: ‫اليكن احدكم أمعة يقول‬
)‫حسن الناس ان ثحسنوا وان اساءوا ان ثجثنبوا اساءثهم (رواه الترذي‬
“Janganlah ada di antara kamu menjadi orang yang tidak mempunyai pendirian, ia
berkata: Saya ikut bersama orang-orang. Kalau orang berbuat baik, saya juga
berbuat baik; dan kalau orang berbuat jahat, saya juga berbuat jahat. Akan tetapi
teguhlah pendirianmu. Apabila orang berbuat baik, hendaklah kamu juga berbuat
baik dan kalau mereka berbuat jahat, hendaklah kamu jauhi perbuatan jahat itu.”
(HR. Turmuzi)
Al-Maududi mengemukakan beberapa pengaruh kalimat tauhid ini dalam
kehidupan manusia.

1
Safrida, Dewi Andayani · 2016, Aqidah dan Etikah Dalam Biologi.-Hal 1

3
Manusia yang percaya dengan kalimat ini tidak mungkin orang yang
berpandangan sempit dan berakal pendek.
Keimanan mengangkat manusia ke derajat yang paling tinggi dalam harkatnya
sebagai manusia.
Bersamaan dengan rasa harga diri yang tinggi, keimanan juga mengalirkan ke
dalam diri manusia rasa kesederhanaan dan kesahajaan.
Keimanan membuat manusia menjadi suci dan benar.
Orang yang beriman tidak bakal putus asa atau patah hait pada keadaan yang
bagaimanapun.
Orang yang beriman mempunyai kemauan keras, kesabaran yang tinggi dan
percaya teguh kepada Allah SWT.
Keimanan membuat keberanian dalam diri manusia.
Keimanan terhadap kalimat La Ilaha illa al-Allah dapat mengembangkan sikap
cinta damai dan keadilan menghalau rasa cemburu, iri hati dan dengki.
Pengaruh yang terpenting adalah membuat manusia menjadi taat dan patuh
kepada hukum-hukum Allah.

2. Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk.
Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi,
tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan
para Rasul-Nya.
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.
Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun
yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut),
raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).

4
Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah
ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad
adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi
macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
‫الر هزاقُ ذُو ْالقُ هو ِة‬ َ ‫ون ِإ هن ه‬
‫َّللا ه َُو ه‬ ْ ‫ق َو َما أ ُ ِريدُ أَن ي‬
ِ ‫ُط ِع ُم‬ ٍ ‫ُون َما أ ُ ِريدُ مِ ْن ُهم ِ ِّمن ِ ِّر ْز‬
ِ ‫نس ِإ هال ِل َي ْعبُد‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج هن َو‬
َ ‫اْل‬
ُ‫ْال َمتِين‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan
Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku.
Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat: 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia
adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan
Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka
barangsiapa yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa
yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya,
maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah
kepada-Nya hanya dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin
muwahhid (yang mengesakan Allah).
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak
disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
‫علَ ْي ِه أَ ْم ُرنَا فَ ُه َو َرد‬ َ ‫ع َمالً لَي‬
َ ‫ْس‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫عمِ َل‬
“Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan
tersebut tertolak.”2

2
Isnan Ansory, Lc, MA, Silsilah Tafsir Ayat Ahkam Q.S Al-Baqarah 21

5
3. Pengertian akhlak
Akhlak (berasal dari kata al-akhlak, jamak dari al-khulq = kebiasaan,
perangai, tabiat, dan agama). Tingkah laku yang lahir dari manusia dengan
sengaja, tidak dibuat-buat, dan telah menjadi kebiasaan. Kata akhlak dalam
pengertian ini disebut dalam Al-Quran dengan bentuk tunggalnya, khulq, pada
firman Allah SWT yang merupakan konsiderans pengangkatan Muhammad
sebagai Rasul Allah. Dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut
Artinya :
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pengerti yang
agung (QS Al-Qalam, 68 :4)
Beberapa istilah yang bekaitan dengan akhlak. Menurut jamil salibah (ahli bahasa
arab kontemporer asal suriah), adalah akhlak yang baik dan ada yang buruk.
Akhlak yang baik disebut adab (adab). Kata adab juga digunakan dalam arti etika
yaitu tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik
antar mereka.
Selanjutnya, dikalangan Ulamah terdapat perbedaan pendapat tentang apakah
akhlak yang lahir dari manusia merupakan hal pendidikan dan latihan ataukah
pembawah sejak lahir. Sebagian mengatakan bahwa akhlak merupakan pembawah
sejak lahir orang yang bertingkah laku baik atau buruk karena pembawanya sejak
lahir. Karenanya, akhlak tidak bisa diubah melalui pendidikan atau latihan.
Pandangan ini dipegang oleh kaum jabariah, salah satu aliran dalam teologi islam.
Sebagian lain berpendapat bahwa akhlak merupakan hasil pendidikan. Karenanya,
akhlak bisa diubah melalui pendidikan, dan itulah sebabnya mengapa Rasulullah
SAW “diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Malik). Pendapat ini
dipegang oleh kebanyakan ulamah. Ibnu maskawaih, ketika mengeritik pandangan
pertama, mengatakan bahwa pandangan negatif tersebut antara lain akan
memebuat segalah bentuk normal dan bimbingan jadi tertolak, orang jadi tunduk
pada kekejaman dan kelaliman, serta nak-anak jadi liar karena tubuh dan
perkembangan tanpa nasihat dan pendidikan.3

3
Ali Abdul Halim Mahmud · 1996, Karakteristik Umat Terbaik-Hal. 95

6
B. Hubungan Aqidah, Ibadah dan Akhlak
Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak / Dasar pendidikan akhlak bagi
seorang muslim adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak
tersarikan dari aqidah, aqidah pun terpancarkan melalui ibadah. karena
sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah dan
ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah. Oleh karena itu jika seorang
beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam
juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan
benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah
allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku
yang telah ditetapkanya.
Pendidikan akhlak yang bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh
perilaku yang harus diikuti oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam
kehidupan mereka, karena hanya inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan
ridha allah dan atau membawa mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan iman seseorang terletak pada
kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus
akhlaknya”. (HR. Muslim)
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman yang kuat itu akan
melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak berpangkal dari lemahnya
iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh Nabi sebagi orang yang
kehilangan iman. Beliau bersabda:
)‫الحياء وااليمان قرناء جميعا فاذا رفع احدهما رفع االخر (رواه الكاريم‬
”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika hilang salah satunya, maka
hilang pula yang lain”. (HR. Hakim)

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Aqidah merupakan suatu keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia.
Keyakinan hidup ini diperlukan manusia sebagai pedoman hidup untuk
mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk alam. aqidahlah Pondasi aktifitas
manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya
sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk
pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap allah.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-
Nya melalui lisan para Rasul-Nya, merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla,
yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi. dan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir
maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling lengkap.
Sedangkan Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan kepribadian
individu dan ruh stabilitas kehidupan ummat.
Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak. Dasar pendidikan akhlak bagi seorang
muslim adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak
tersarikan dari aqidah, aqidah pun terpancarkan melalui ibadah. karena
sesungguhnya aqidah yang kokoh senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah dan
ibadah pun akan menciptakan akhlakul karimah. Oleh karena itu jika seorang
beraqidah dengan benar, niscahya akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus.
Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah
seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam
juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan
benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah
allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan meninggalkan perilaku-perilaku
yang telah ditetapkanya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hamka. 1982. Iman dan Amal Shaleh. Jakarta: Pustaka Panjimas


Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai