Anda di halaman 1dari 71

UNDANG-UNDANG NOMOR

38 TAHUN 2009
TENTANG POS

TANGGAL 14 OKTOBER
2009
Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud


dengan:
1. Pos adalah layanan komunikasi tertulis
dan/atau surat elektronik, layanan paket,
layanan logistik, layanan transaksi
keuangan, dan layanan keagenan pos
untuk kepentingan umum.
2. Penyelenggara Pos adalah suatu badan
usaha yang menyelenggarakan pos.
3. Penyelenggaraan Pos adalah
keseluruhan kegiatan pengelolaan dan
penatausahaan layanan pos.
4. Jaringan Pos adalah rangkaian titik
layanan yang terintegrasi baik fisik
maupun nonfisik dalam cakupan
wilayah layanan tertentu dalam
penyelenggaraan pos.
5. Interkoneksi adalah keterhubungan
jaringan pos antarpenyelenggara pos.
6. Layanan Pos Universal adalah layanan
pos jenis tertentu yang wajib dijamin
oleh pemerintah untuk menjangkau
seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang memungkinkan
masyarakat mengirim dan/atau
menerima kiriman dari satu tempat ke
tempat lain di dunia.
7. Kode Pos adalah sederetan angka atau
huruf atau gabungan angka dan huruf
yang dituliskan di belakang nama kota
untuk memudahkan penyortiran,
penyampaian kiriman, dan keperluan
lain.
8. Kiriman adalah satuan komunikasi
tertulis, surat elektronik, paket,
logistik, atau uang yang dikirim
melalui penyelenggara pos.
9. Prangko adalah label atau carik, atau
teraan di atas kertas dengan bentuk dan
ukuran tertentu, baik bergambar maupun
tidak bergambar, yang memuat nama
negara penerbit atau tanda gambar yang
merupakan ciri khas negara penerbit,
dan mempunyai nilai nominal tertentu
berupa angka dan/atau huruf.
10. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya
disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara
Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
11. Pemerintah Daerah adalah gubernur,
bupati/ wali kota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
Pasal 2
Pos diselenggarakan berdasarkan asas:
a. kemanfaatan;
b. keadilan;
c. kepastian hukum;
d. persatuan;
e. kebangsaan;
f. kesejahteraan;
g. keamanan dan keselamatan;
h. kerahasiaan;
i. perlindungan;
j. kemandirian; dan
k. kemitraan.
Pasal 3
Pos diselenggarakan dengan tujuan untuk:
a. meningkatkan dan memperkukuh
persatuan dan kesatuan bangsa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta
meningkatkan hubungan antarbangsa
dan antarnegara;
b. membuka peluang usaha, memperlancar
perekonomian nasional, dan
mendukung kegiatan pemerintahan;
c. menjamin kualitas layanan komunikasi
tertulis dan surat elektronik, layanan
paket, layanan logistik, layanan
transaksi keuangan, dan layanan
keagenan pos; dan
d. menjamin terselenggaranya layanan pos
yang menjangkau seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pasal 4
(1) Penyelenggaraan Pos dilakukan oleh
badan usaha yang berbadan hukum
Indonesia.
(2) Badan usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. badan usaha milik negara;
b. badan usaha milik daerah;
c. badan usaha milik swasta; dan
d. koperasi.
Pasal 5
(1) Badan usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) dapat melakukan kegiatan:
a. layanan komunikasi tertulis dan/atau
surat elektronik;
b. layanan paket;
c. layanan logistik;
d. layanan transaksi keuangan; dan
e. layanan keagenan pos.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pelaksanaan layanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 12
(1) Penyelenggara Pos asing dapat
menyelenggarakan pos di Indonesia
dengan syarat:
a. wajib bekerja sama dengan
Penyelenggara Pos dalam negeri;
b. melalui usaha patungan dengan
mayoritas saham dimiliki
Penyelenggara Pos dalam negeri;
c. Penyelenggara Pos dalam negeri yang
akan bekerja sama sahamnya tidak boleh
dimiliki oleh warga negara atau badan
usaha asing yang berafiliasi dengan
Penyelenggara Pos dalam negeri;
d. Penyelenggara Pos asing dan afiliasinya
hanya dapat bekerja sama dengan satu
Penyelenggara Pos dalam negeri; dan
e. kerja sama Penyelenggara Pos asing
dengan Penyelenggara Pos dalam
negeri dibatasi wilayah operasinya
pada ibukota provinsi yang telah
memiliki pelabuhan udara dan/ atau
pelabuhan laut internasional.
(2) Pengiriman antarkota dilaksanakan oleh
Penyelenggara Pos dalam negeri bukan
usaha patungan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b.
Pasal 14
(1) Penyelenggara Pos wajib menyediakan
Jaringan Pos sesuai dengan izin
penyelenggaraannya.
(2) Penyelenggara Pos dapat melakukan
Interkoneksi dengan Penyelenggara Pos
lain untuk menjamin layanan pos di
setiap daerah.
(3) Setiap Penyelenggara Pos wajib
menyediakan Interkoneksi terhadap
Penyelenggara Pos lainnya untuk
Layanan Pos Universal.
(4) Interkoneksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan
secara nondiskriminatif, transparan,
bertanggung jawab, dan saling
menguntungkan.
Pasal 15
(1) Pemerintah wajib menjamin
terselenggaranya Layanan Pos
Universal di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
(2) Dalam menyelenggarakan Layanan
Pos Universal sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pemerintah menugasi
Penyelenggara Pos.
(3) Pemerintah memberikan kesempatan
yang sama kepada semua
Penyelenggara Pos yang memenuhi
persyaratan untuk menyelenggarakan
Layanan Pos Universal.
(4) Penyelenggara Pos wajib memberikan
kontribusi dalam pembiayaan Layanan
Pos Universal.
(5) Wilayah Layanan Pos Universal yang
disubsidi ditetapkan oleh Menteri.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Layanan Pos Universal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 16
(1) Setiap perusahaan angkutan darat,
Iaut, dan udara wajib
memprioritaskan pengangkutan
kiriman Layanan Pos Universal yang
diserahkan oleh Penyelenggara Pos
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (1) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Kewajiban mengangkut sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi
semua pihak yang menyelenggarakan
angkutan darat, laut, dan udara dengan
menerima imbalan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Setiap perusahaan angkutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyampaikan jadwal perjalanannya
atas permintaan Penyelenggara Pos.
Pasal 22
(1) Prangko dapat berfungsi sebagai:
a. bukti pembayaran biaya pengiriman
pos;
b. alat edukasi masyarakat;
c. alat penyebarluasan informasi publik;
dan/atau
d. benda filateli.
(2) Menteri menetapkan dan melaksanakan
penerbitan Prangko.
Pasal 23
Setiap orang dilarang:
a. meniru dan memalsukan Prangko;
b. memiliki, menjual, dan/atau
menggunakan Prangko palsu;
c. mencetak dan/atau mencetak ulang
Prangko.
Pasal 24

(1) Setiap orang dapat menyalurkan


kegemaran mengumpulkan, merawat,
mempelajari Prangko, dan benda pos
lainnya melalui filateli.
(2) Filateli sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan dengan
dukungan dari unsur Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Penyelenggara Pos,
dan masyarakat.
(3) Benda filateli sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 ayat (1) huruf d dapat
digunakan sebagai sarana perdagangan
dan investasi.
Pasal 25

(1) Pemerintah menyusun dan


mengembangkan sistem Kode Pos wilayah
layanan pos Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
(2) Penyelenggara dan pengguna layanan pos
harus mencantumkan Kode Pos untuk
mengidentifikasi alamat atau wilayah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem
Kode Pos sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
Pasal 26
Setiap Orang berhak mendapat layanan
pos.

Pasal 27
(1) Hak milik atas kiriman tetap merupakan
hak milik pengguna layanan pos selama
belum diserahkan kepada penerima.
(2) Pengguna layanan pos berhak atas
jaminan kerahasiaan, keamanan, dan
keselamatan kiriman.
Pasal 28
Pengguna layanan pos berhak mendapatkan
ganti rugi apabila terjadi:
a. kehilangan kiriman;
b. kerusakan isi paket;
c. keterlambatan kiriman; atau
d. ketidaksesuaian antara barang yang
dikirim dan yang diterima.
Pasal 29
(1) Penyelenggara Pos berhak mendapatkan
informasi yang benar dari pengguna
layanan pos tentang kiriman yang
dinyatakan pada dokumen pengiriman.
(2) Penyelenggara Pos berhak membuka
dan/atau memeriksa kiriman di hadapan
pengguna layanan pos untuk
mencocokkan kebenaran informasi
kiriman sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
(3) Penyelenggara Pos tidak dapat dituntut
apabila terbukti isi kiriman tidak sesuai
dengan yang dinyatakan secara tertulis
oleh pengguna layanan pos pada
dokumen pengiriman dan tidak dibuka
oleh Penyelenggara Pos.
(4) Penyelenggara Pos sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat dituntut
apabila terbukti mengetahui isi kiriman
dan tetap mengirim barang yang
dilarang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
Pasal 30

Penyelenggara Pos wajib menjaga


kerahasiaan, keamanan, dan keselamatan
kiriman.
Pasal 31

(1) Penyelenggara Pos wajib memberikan


ganti rugi atas kerugian yang dialami
oleh pengguna layanan pos akibat
kelalaian dan/atau kesalahan
Penyelenggara Pos.
(2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
jika kehilangan atau kerusakan terjadi
karena bencana alam, keadaan darurat,
atau hal lain di luar kemampuan
manusia.
(3) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan oleh Penyelenggara
Pos sesuai kesepakatan antara
pengguna layanan pos dan
Penyelenggara Pos.
(4) Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak ditanggung oleh
Penyelenggara Pos apabila:
a. kerusakan terjadi karena sifat atau
keadaan barang yang dikirim; atau
b. kerusakan terjadi karena kesalahan
atau kelalaian pengguna layanan pos.
(5) Tenggang waktu dan persyaratan yang
harus dipenuhi untuk memperoleh
ganti rugi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antara Penyelenggara Pos
dan pengguna layanan pos.
(6) Barang yang hilang dan ditemukan
kembali diselesaikan berdasarkan
kesepakatan antara Penyelenggara Pos
dan pengguna layanan pos.
Pasal 32

(1)Pengguna layanan pos dilarang


mengirimkan barang yang dapat
membahayakan barang kiriman lainnya,
lingkungan, atau keselamatan orang.
(2) Barang terlarang yang dapat membahayakan
kiriman atau keselamatan orang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. narkotika, psikotropika, dan obat-obat
terlarang lainnya;
b. barang yang mudah meledak;
c. barang yang mudah terbakar;
d. barang yang mudah rusak dan dapat
mencemari lingkungan;
e. barang yang melanggar kesusilaan; dan/atau
f. barang lainnya yang menurut peraturan
perundang-undangan dinyatakan terlarang.
(3) Pengiriman barang terlarang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 51

Untuk mempersiapkan badan usaha milik


negara dalam menghadapi pembukaan
akses pasar, perlu dilakukan upaya
penyehatan yang harus diselesaikan dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun.
HIRARKI PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

I. TAP MPRS NO. XX/MPRS/1996 TENTANG MEMORANDUM


II. TAP MPR NO. III/MPR/2000 TENTANG SUMBER HUKUM
DPR-GR MENGENAI
URUTANNYA YAITUSUMBER
: TERTIB HUKUM REPUBLIK
1)UUD
DAN 1945;
TATA URUTAN PERATURAN UNDANG-UNDANG.
INDONESIA DAN TATA URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN
1) UUD
REPUBLIK1945;
INDONESIA. 2)2) TAP MPR;
2) KETETAPAN MPR;
3)3) UU;
3) UU;
4)4) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UU;
4) PERATURAN PEMERINTAH;
5)5) PP;
5) KEPUTUSAN PRESIDEN;
6) KEPPRES;
6) PERATURAN PELAKSANA YANG TERDIRI DARI :
6)7) PERATURAN DAERAH;
PERATURAN MENTERI DAN INSTRUKSI MENTERI.
KETENTUAN DALAM TAP MPR INI SUDAH TIDAK KETENTUAN DALAM TAP MPR INI SUDAH
BERLAKU. TIDAK BERLAKU.
UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG
BERDASARKAN KETENTUAN
PEMBENTUKAN PERATURAN INI, JENIS DAN
PERUNDANG-UNDANGAN. BERDASARKAN PERATURAN
PEMBENTUKAN KETENTUANPERUNDANG-UNDANGAN.
DALAM UNDANG-
HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG INI, JENIS DAN HIERARKI PERATURAN
REPUBLIK INDONESIA ADALAH SEBAGAI BERIKUT : PERUNDANG-UNDANGAN REPUBLIK INDONESIA
1) UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945; ADALAH SEBAGAI BERIKUT :

2) UU/PERPPU; 1)       UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945;


2)       KETETAPAN MPR;
3) PERATURAN PEMERINTAH;
3)       UU/PERPPU;
4) PERATURAN PRESIDEN;
4)       PERATURAN PRESIDEN;
5) PERATURAN DAERAH.
KETENTUAN DALAM UNDANG-UNDANG INI 5)       PERATURAN DAERAH PROVINSI;
SUDAH TIDAK BERLAKU. 6)       PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA.
DEFINISI :

• PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ADALAH PERATURAN TERTULIS YANG MEMUAT


NORMA HUKUM YANG MENGIKAT SECARA UMUM DAN DIBENTUK ATAU DITETAPKAN OLEH
LEMBAGA NEGARA ATAU PEJABAT YANG BERWENANG MELALUI PROSEDUR YANG
DITETAPKAN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

• UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 ADALAH HUKUM DASAR (KONSTITUSI)
YANG TERTULIS YANG MERUPAKAN PERATURAN NEGARA TERTINGGI DALAM TATA
URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL.

• KETETAPAN MPR MERUPAKAN PUTUSAN MPR YANG DITETAPKAN DALAM SIDANG MPR,
YANG TERDIRI DARI 2 (DUA) MACAM YAITU : KETETAPAN YAITU PUTUSAN MPR YANG
MENGIKAT BAIK KE DALAM ATAU KELUAR MAJELIS, KEPUTUSAN YAITU PUTUSAN MPR
YANG MENGIKAT KE DALAM MAJELIS SAJA.

• UNDANG-UNDANG (UU) ADALAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIBENTUK


OLEH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DENGAN PERSETUJUAN BERSAMA PRESIDEN.
• PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPPU) ADALAH PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG DITETAPKAN OLEH PRESIDEN DALAM HAL IHWAL KEGENTINGAN
YANG MEMAKSA, DENGAN KETENTUAN : PERPPU DIAJUKAN KE DPR DALAM PERSIDANGAN
BERIKUT; DPR DAPAT MENERIMA/MENOLAK PERPPU TANPA MELAKUKAN PERUBAHAN; BILA
DISETUJUI OLEH DPR, PERRPU DITETAPKAN MENJADI UNDANG-UNDANG; BILA DITOLAK OLEH
DPR, PERPPU HARUS DICABUT DAN DINYATAKAN TIDAK BERLAKU.

• PERATURAN PEMERINTAH (PP) ADALAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG


DITETAPKAN OLEH PRESIDEN UNTUK MENJALANKAN UNDANG-UNDANG SEBAGAIMANA
MESTINYA.

• PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) ADALAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG


DITETAPKAN OLEH PRESIDEN UNTUK MENJALANKAN PERINTAH PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN YANG LEBIH TINGGI ATAU DALAM MENYELENGGARAKAN KEKUASAAN
PEMERINTAHAN.

• PERATURAN DAERAH (PERDA) PROVINSI ADALAH PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG


DIBENTUK OLEH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DENGAN PERSETUJUAN
GUBERNUR.
PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG POS

UU NO13/ 1969 TG 


UU NO 4/1959 TG POS
KONSTITUSI PERHI
MPUNAN POS SEDU PP NO 24/1959 TG PENETAPAN TANGGAL
NIA MULAI BERLAKUNYA UU POS

UU NO 38/2009 TG POS
UU NO 6/1984 TG POS
PP NO 15/2013 TG PELAKSANAAN UU
PP NO 5/1995 TG NO 38/2009 TENTANG POS
PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN
UMUM (PERUM) POS DAN GIRO MENJADI
PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
PER PRES NO158/2014 TG PENGESAHAN FINAL ACTS
UNIVERSAL POSTAL UNIONAS THE RESULT OF THE 25TH
KEPMENHUB NO : KM. 32/2002 TG DOHA CONGRESS, QATAR 2012 (AKTA-AKTA AKHIR
TARIF JASA POS DASAR DALAM PERHIMPUNAN POS SEDUNIA, SEBAGAI HASIL KONGRES KE-
NEGERI DAN LUAR NEGERI 25 DI DOHA, QATAR 2012)
DAFTA ISI UU NO 38 TH 2009 TG POS

BAB I KETENTUAN UMUM (1PSL)


TERDIRI DARI :
BAB II ASAS DAN TUJUAN (2PSL)
• 12 BAB BAB III PENYELENGGARAAN POS (18PSL)
• BAGIAN KESATU PENYLENGGARAAN
• 10 BAGIAN • BAGIAN KEDUA PERIJINAN
• BAGIAN KETIGA KERJASAMA
• 53 PASAL • BAGIAN KEEMPAT INTERKONEKSI
• BAGIAN KELIMA LAYANAN POS
UNIVERSAL
• BAGIAN KEENEM TARIF
DAFTA ISI UU NO 38 TH 2009 TG POS

BAB IV PERANGKO DAN KODE POS BAB VIII PENYIDIKAN (2PSL)


(4PSL) BAB IX SANKSI ADMINISTRASI (3PSL)
BAGIAN KESATU PERANGKO
BAB X KETENTUAN PIDANA (6 PSL)
BAGIAN KEDUA KODE POS
BAB XI KETENTUAN PERALIHAN (2
BAB V HAK DAN KEWAJIBAN (7PSL)
PSL)
BAGIAN KESATU HAK
BAGIAN KEDUA KEWAJIBAN BAB XII KETENTUAN PENUTUP (4 PSL)

BAB VI PEMERIKSAAN KIRIMAN (3PSL)


BAB VII PENIGKATAN DAN
PENGEMBANGAN
PENYELENGGARAAN POS (1PSL)
KETENTUAN UMUM = DEFINISI

• POS ADALAH LAYANAN KOMUNIKASI • JARINGAN POS ADALAH RANGKAIAN TITIK


TERTULIS DAN/ATAU SURAT ELEKTRONIK, LAYANAN YANG TERINTEGRASI BAIK FISIK
LAYANAN PAKET, LAYANAN LOGISTIK, MAUPUN NONFISIK DALAM CAKUPAN
LAYANAN TRANSAKSI KEUANGAN, DAN WILAYAH LAYANAN TERTENTU DALAM
LAYANAN KEAGENAN POS UNTUK PENYELENGGARAAN POS.
KEPENTINGAN UMUM • INTERKONEKSI ADALAH KETERHUBUNGAN
• PENYELENGGARA POS ADALAH SUATU JARINGAN POS ANTARPENYELENGGARA POS.
BADAN USAHA YANG ENYELENGGARAKAN • LAYANAN POS UNIVERSAL ADALAH
POS LAYANAN POS JENIS TERTENTU YANG WAJIB
• PENYELENGGARAAN POS ADALAH DIJAMIN OLEH PEMERINTAH UNTUK
KESELURUHAN KEGIATAN PENGELOLAAN MENJANGKAU SELURUH WILAYAH NEGARA
DAN PENATAUSAHAAN LAYANAN POS. KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
• KIRIMAN ADALAH SATUAN KOMUNIKASI • ORANG ADALAH ORANG
TERTULIS, SURAT ELEKTRONIK, PAKET,
PERSEORANGAN ATAUPUN BADAN
LOGISTIK, ATAU UANG YANG DIKIRIM
MELALUI PENYELENGGARA POS. HUKUM
• PRANGKO ADALAH LABEL ATAU CARIK, ATAU
TERAAN DI ATAS KERTAS DENGAN BENTUK
DAN UKURAN TERTENTU, BAIK BERGAMBAR
MAUPUN TIDAK BERGAMBAR, YANG MEMUAT
NAMA NEGARA PENERBIT ATAU TANDA
GAMBAR YANG MERUPAKAN CIRI KHAS
NEGARA PENERBIT, DAN MEMPUNYAI NILAI
NOMINAL TERTENTU BERUPA ANGKA
DAN/ATAU HURUF
JADI POS = LOGISTIK ?

Pos
Komuni
kasi
Badan usaha
tertulis

Keagen
paket
an pos

Berbadan hukum
Transak
indonesia
si
logistik
keuanga
n
ASAS

ASAS

a.KEMANFAATAN; g. KEAMANAN DAN


b.KEADILAN; KESELAMATAN;

c.KEPASTIAN HUKUM; h. KERAHASIAAN;

d.PERSATUAN; i. PERLINDUNGAN;

e.KEBANGSAAN; j. KEMANDIRIAN; DAN

f. KESEJAHTERAAN; k. KEMITRAAN.
TUJUAN

TUJUAN

a. MENINGKATKAN DAN MEMPERKUKUH PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA,


MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA, SERTA MENINGKATKAN HUBUNGAN
ANTARBANGSA DAN ANTARNEGARA;
b.MEMBUKA PELUANG USAHA, MEMPERLANCAR PEREKONOMIAN NASIONAL, DAN
MENDUKUNG KEGIATAN PEMERINTAHAN;
c. MENJAMIN KUALITAS LAYANAN KOMUNIKASI TERTULIS DAN SURAT
ELEKTRONIK, LAYANAN PAKET, LAYANAN LOGISTIK, LAYANAN TRANSAKSI
KEUANGAN, DAN LAYANAN KEAGENAN POS; DAN
d.MENJAMIN TERSELENGGARANYA LAYANAN POS YANG MENJANGKAU SELURUH
WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.
PENYELENGGARAAN POS
Berbadan Hukum Indonesia
• Didirikan oleh Negara a. layanan
BUMN • Minimal 51 % sahamnya milik Ngara (PP) komunikasi tertulis
dan/atau surat
elektronik;

kegiatan
• Didirikan oleh Daerah
BUMD • Miniml 51 % sahamnya milik Daerah (PD) b. layanan paket;
c. layanan logistik;
• Didirikan oleh Perorangan d. layanan transaksi
BUMS • Saham kepemilikannya sesuai AD (LN/PT) keuangan; dan
e. layanan keagenan
pos.
Koperas • Didirikan oleh beberapa orang
i • Berbadan hukum Koperasi (DepKop)
Tata cara pelaksanaan
pelayanan Diatur dalam PP
Ijin dari meteri yg diatur dalam PP
TATA CARA PELAKSANAAN

Khusus Tatacara dan pelaksanaan


transaksi keuangan sesuai ket UU
a. layanan komunikasi tertulis
dan/atau surat elektronik;
b. layanan paket;
c. layanan logistik; Pelayan prima dan Penyelenggaraan diatur
d. layanan transaksi standar pelayanan dalam PP
keuangan; dan
e. layanan keagenan pos.

Penyelenggaraan pos dinas militer Ketentuan penyelenggaraan diatur


Menteri & menteri bid pertahanan dalam PP
KERJASAMA PENYELENGGARA POS

1. Penyelenggara Pos dalam negeri;


Penyelenggara 2. Penyelenggara Pos asing;
Pos 3. badan usaha dalam negeri bukan
Penyelenggara Pos;
kerjasama 4. badan usaha asing bukan
Penyelenggara Pos.

Tidak kepemilikan modal dan


saham
PENYELENGGARA POS ASING

1. wajib bekerja sama dengan Penyelenggara Pos dalam


negeri;
2. melalui usaha patungan dengan mayoritas saham dimiliki
Penyelenggara Pos dalam negeri;
3. Penyelenggara Pos dalam negeri yang akan bekerja sama Penyelenggara
sahamnya tidak boleh dimiliki oleh warga negara atau
Pos
badan usaha asing yang berafiliasi dengan Penyelenggara

4.
Pos dalam negeri;
Penyelenggara Pos asing dan afiliasinya hanya dapat
kerjasama
bekerja sama dengan satu Penyelenggara Pos dalam negeri;
dan Ket UU
5. kerja sama Penyelenggara Pos asing dengan Penyelenggara
Pos dalam negeri dibatasi wilayah operasinya pada ibukota
provinsi yang telah memiliki pelabuhan udara dan/atau
pelabuhan laut internasiona

Go Publik ijin Menteri


INTERKONEKSI

1. Menyediakan jaringan pos


2. Interkoneksi antar Penyelenggara Pos di daerah
3. Interkoneksi untuk layanan pos universal
Penyelenggara Berprinsip :
Pos Nondiskriminatif
Transparan
Bertanggungjawab
Saling menguntungkan

Ket interkoneksi diatur dalam PP


LAYANAN POS UNIVERSAL

1. Kesempatan yang sama yg memenuhi


Penyelenggara
Pos
persyaratan layanan pos universal diatur dalam PP
2. Memberikan kontribusi pembiayaan terhadap
layanan pos universal tersebut
3. Wilayah layanan pos universal yg disubsirdi
ditetapkan oleh Menteri 1. Menerima imbalan
m

2. Menyampaikan jadual
e
n

3. Menjaga keamanan dan


u

keselamatan kiriman
g
a
s
k
a
n

Setiap layanan angkutan darat, laut, udara memprioritaskan pos universal

Pemerintah yang berkewajiban menjamin di seluruh NKRI


TARIF
*. Layanan Pos
Penyelenggara
Komersial
Pos

** Layanan Pos
Universal
** Pemrintah menetapkan tarif
yang diatur dalam PP

*. Menentukan Tarif, dengan formula berbasis biaya


*. Diaitur dalam penetapan menteri

Pembebasan tarif sekogram = darat dan laut s/d tingkat berat ttt
Pembebasan tarif kiriman ke/dari tawanan perang, sesuai ket UU
PRANGKO DAN KODEPOS

• Kegemaran filateli
Prangko • Dukungan
penyelenggaraan
filateli dari
a. Bukti pembayaran
b. Edukasi masyarakat
a. Meniru dan memalsukan pemberintah, pemda,
b. Memiliki, menual atau
c. penyebarluasan menggunakan prangko palsu penyelenggara pos dan
informasi c. Mencetak atau menceak ualng masyarakat
prangko
d. Benda filateli • Perdagangan dan
investasi
Ditetapkan dan diaitur oleh
Menteri

Pemerintah menyusun system kodepos NKRI yang diatur dalam PP


HAK DAN KEWAJIBAN

Pengirim Penerima
Penyelenggara
Pos

Setiap orang berhak mendapat


layanan pos Memperoleh informasi, membuka,
memeriksa, tidak dituntun bila tidak
sesuai, dituntut bila kiriman dilarang UU

Hak masih di Jaminan kerahasiaan, keamanan, Hak ganti rugi kehilangan, kerusakan,
pengirim keselamatan keterlambatan, ketidaksesuaian
HAK DAN KEWAJIBAN 2

Pengguna
Penyelenggara
Pos

Kes
t e n g e pa ka
g ta
dipe ang wa n dala
n uh k m
i, te tu, per hal : g
rm a y a
suk saratan nti rug Menjaga kerahasiaan,
Membahayakan kiriman kem bila y i,
b a li d i te g h a r u keamanan dan keselamatan
lainnya, lingkungan dan mu k s
an kiriman
keselamatan orang

Memberikan ganti rugi akibat kelalaian/kesalahan


Termasuk : narkotika dan kecuali force majeur
sejenisnya, mudah
meledak, terbakar, rusak, Tidak ditanggung dalam hal : karena sifat barang
melanggar kesusilaan, dan kesalahan pengguna
menurut UU dilarang.
PEMERIKSAAN KIRIMAN

Pengirim LN Penerima DN
Penyelenggara
Pos

• Pos universal maupun pos


lainnya, sebagai barang impor • Kewajiban membayar bea masuk,
dan ekspor keluar, cukai dan pajak lainnya
• Per UU kepabeanan
sesuai ket UU
dan/karantina • Tidak bertanggungjawab dalam
• Wajib didahuluakan hal kehilangan selama dibuka,
• Dalam hal terjadi
diperiksa oleh pejabat berwenang
pelanggaran, ket per UU
kepabeanan dan/karantina yg
berlaku
PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN
PENYELENGGARAAN POS

Optimalisasi pelayanan pos

Pemerintah

• Wajib mengupayakan peningkatan dan


pengembanan Penyelenggara
Pos
• Menteri melakuakn penetapan : kebijakan,
pengaturan, pengendalian dan fasilitasi
• Secara menyeluruh dan terpadu melihat
perkembangan masyarakat
• Menteri melakukan pertemuan berkala.
• Diatur dalam PP
PENYIDIKAN
Pengirim
POLRI

• Memeriks laporan, pengaduan, keterangan


• Memanggil saksi atau tersangka
• Pengeeledahan, penyegelan, penyitaan Penyelenggara
Pos
• Pemeriksaan tempat terjadinya tindak pidana dan
PPNS tempat lain yg diduga teerdaat barang bukti
• Melakukan penyitaan
• Diberi wewenang • Meminta keerangan dan barang bukti dari orang
• Sebagai penyidik tindak pidana atau badan hukum
• UU ini • Mendatangkan ahli Penerima
• Dibawah koordinasi dan pengawasan • Membuat dan menadatangani BAP
POLRI • Menghentikan penyidikan

Dalam hal terjadi tindak bidana dalam penyelenggaraan pos


SANKSI ADMINISTRATIF

Menteri

1. Teguran lisan Penyelenggara


2. Teguran tertulis Pos
3. Pencabutan ijin
Sanksi adm
Tata cara Diatur dalam PP

• Dengan sengaja dan tanpa ha


tidak menjaga kerahasiaan,
keamanan dan keselamatan
kiriman
Ket lebih lanjut mengenai
sanksi Diatur PP
KETENTUAN PIDANA
Dengan sengaja
mengirimkan barang
Meniru
dilarang Penjara 5
dan/memalsukan
tahun atau
perangko Penjara 6
Penyelenggara Denda max 1M
tahun atau
Pos
denda max 1,750M

Sengaja dan tanpa hak


tidak menjaga
orang kerahasiaan kiriman
Memiliki, menujal dan Penjara 3 tahun atau
Badan usaha yang tidak Denda max 500 jt
menggunakan perangko
mendapat ijin
palsu Penjara 5 tahun
atau
denda max 1,5M Sengaja dan Tanpa hak
Penjara 7 tahun atau
mencetak da / mencetak
denda max 1,750M
ulang perangko
Penjara 7 tahun atau
Denda max 2 M
KETENTUAN PERALIHAN

UU 6 tahun 1984

2 tahun Penyelenggara
Pos
Perusahaan
Semua peraturan pelaksana
tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan UU ini
Perjan, Prum dan
PT (Persero) Pos
Indonesia
KETENTUAN PENUTUP

Menjaga kesinambungan Badan Usaha Milik Negara


PT Pos Indonesia (Persero)
Layanan Pos Universal yang ditugaskan pemerintah

5 tahun

5 tahun

UU 6 tahun 1984
PP dan peraturan Upaya penyehatan
Dicabut dan tidak
pelaksana lainnya
berlaku
2 tahun

Anda mungkin juga menyukai