Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AIKA

MACAM - MACAM AKHLAK

Disusun oleh:

DANIK SUPRIYANTI

DWI LASMININGSIH

EKO SUGIYONO

UMI NINAATI

PROGRAM KHUSUS KELAS BLORA


STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Pujisyukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah AIKA tentang macam-macam akhlak.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca,sehingga penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan oleh penulis.

Blora , 13 Oktober 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat
di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW.
adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang
prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Quran; Kepada umat manusia,
khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar akhlak dan keluhuran budi Nabi
Muhamad SAW. itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang
mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat. Setiap muslim
meyakini, bahwa Allah adalah sumber segala sumber dalam kehidupannya. Allah adalah
Pencipta dirinya, pencipta jagad raya dengan segala isinya, Allah adalah pengatur alam
semesta yang demikian luasnya. Allah adalah pemberi hidayah dan pedoman hidup dalam
kehidupan manusia, dan lain sebagainya. Sehingga manakala hal seperti ini mengakar dalam
diri setiap muslim, maka akan terimplementasikan dalam realita bahwa Allah lah yang
pertama kali harus dijadikan prioritas dalam berakhlak. Jika kita perhatikan, akhlak terhadap
Allah ini merupakan pondasi atau dasar dalam berakhlak terhadap siapapun yang ada di muka
bumi ini. Jika seseorang tidak memiliki akhlak positif terhadap Allah, maka ia tidak akan
mungkin memiliki akhlak positif terhadap siapapun. Demikian pula sebaliknya, jika ia
memiliki akhlak yang karimah terhadap Allah, maka ini merupakan pintu gerbang untuk
menuju kesempurnaan akhlak terhadap orang lain.

B .RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah adalah
bagaimana akhlak terhadap Allah dan macam-macam akhlak terhadap Allah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa arab akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, jamanya
khuluqun yang berarti perangai (al-sajiyah), adat kebiasaan (aladat), budi pekerti, tingkah
laku atau tabiat (ath-thabiah), perbedaan yang baik (al-maruah), dan agama (ad-din).

Akhlak adalah suatu istilah agama yang dipakai menilai perbuatan manusia apakah itu
baik, atau buruk. Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang
berguna untuk memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat
kebaikan dan menghindarkan keburukan. Dalam hal ini dapat dikemukakan contohnya:
Perbuatan baik termasuk akhlak, karena membicarakan nilai atau kriteria suatu perbuatan.
Perbuatan itu sesuai dengan petunjuk Ilmu Akhlak; ini termasuk ilmunya, karena
membicarakan ilmu yang telah dipelajari oleh manusia untuk melakukan suatu perbuatan.

Adapun ayat yang menjelaskan tentang akhlak yaitu terdapat dalam (Q.S. al-ahzab,33:21)

Artinya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.

Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi dapat dilihat dari beberapa pendapat
para ahli :

Ibnu Maskawaih

Menyebutkan bahwa akhlak yaitu keadaan jiwa yang mendorong atau mengajak
melakukan sesuatu perbuatan tanpa melalui proses berpikir, dan pertimbangan terlebih
dahulu.

Prof. Dr. Ahmad Amin

Akhlak menurut Prof. Dr. Ahmad Amin yaitu suatu ilmu yang menjelaskan baik dan
buruk, menerangkan yang harus dilakukan, menyatakan tujuan yang harus dituju dan
menunjukkan apa yang harus di perbuat.
Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak adalah
keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan tanpa
pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan. Dorongan
jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari kekuatan batin yang
dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :

Tabiat (Pembawaan)
Yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi
disebabkan oleh naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau
nenek moyangnya.

Akal pikiran
Yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu,
mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai
sesuatu yang lahir (yang nyata)

Hati nurani
Yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat menilai hal-
hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan
(ilham) dari allah swt.

Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta
alam tiada sekutu bagi-Nya, dan demikianlah aku diperintahkan dan aku bagian dari
orang Islam, Ya Allah berilah aku amalan yang terbaik dan akhlak yang paling mulia,
tiada yang bisa memberi yang terbaik selain Engkau, dan lindungilah aku dari amalan
dan akhlak yang buruk, tidak ada yang bisa melindungiku dari hal yang buruk selain
Engkau".
[Sunan An-Nasa'i: Sahih]

Hadist tersebut menjelaskan betapa pentingnya akhlak mulia itu, terutama untuk umat
islam saat ini. Akhlak mulia merupakan cermin seorang muslim, mencerminkan kesucian hati
dan fikirannya, sedangkan akhlak buruk mencerminkaan seseorang yang telah gelap hatinya
sehingga ia tidak bisa menentukan mana yang baik dan buruk baginya karena keburukan itu
telah mendarah daging dalam dirinya.

B. MACAM-MACAM AKHLAK

1. Akhlak Kepada Allah SWT.

Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya


sesuai dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan
terhadap perintah Allah. Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai
situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada
Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati. Berdoa kepada Allah, yaitu
memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan inti ibadah, karena ia merupakan
pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan
kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa dalam ajaran Islam sangat
luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu berusaha
dan berdoa merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam
aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdoa adalah orang yang tidak
menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang
sombong; suatu perilaku yang tidak disukai Allah. Tawakal kepada Allah, yaitu berserah
diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari
suatu keadaan. Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui
bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak
layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan
pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

2. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil


daripengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa
musibah.
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah,
sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan
memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang
tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain.

3. Akhlak Kepada Keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota


keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah
berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu
bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain :

Menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara
bertutur kata sopan dan lemah lembut.
Mentaati perintah.
Meringankan beban, serta.
Menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

4. Akhlak Kepada Sesama Manusia

Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan wujud dari rasa kasih sayang
dan hasil dari keimanan yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw, Mukmin yang
paling sempurna imanya ialah yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling baik diantara
kamu ialah mereka yang paling baik terhadap isterinya. (HR. Ahmad).

Diantara akhlak-akhlak itu diantaranya, adalah:

a. Akhlak terpuji ( Mahmudah )

Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang terpuji adalah sebagai
berikut:
Husnuzan

Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk
terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah
dan Rasul-Nya antara lain:

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya Adalah
untuk kebaikan manusia

Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.

Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada
sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan.
Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang
lain.

Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri
dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Rasulullah Saw bersabda :
Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat
derajatnya, dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan
merendahkannya (HR. Ath-Thabrani).

Tasamu

Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia.
Allah berfirman, Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6) Ayat
tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang
diyakini.

Taawun

Taawun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.
Allah berfirman, dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan(Q.S. Al
Maidah/5:2)

Selain sifat-sifat di atas masih banyak lagi sifat-sifat terpuji lainya yang menjadi patokan
akhlak kita antar sesame.

b. Akhlak Tercela ( Mazmumah )

Beberapa akhlak tercela yang harus kita hindari dalam kaitanya akhlak antar sesama
diantaranya:
Hasad

Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain
beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, Janganlah kamu saling membenci dan
janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling menjatuhkan. Dan hendaklah
kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak boleh seorang muslim mendiamkan
saudaranya lebih dari tiga hari. (HR. Anas).

Dendam

Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan. Allah
berfirman:

Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik bagi
orang yang sabar (Q.S. An Nahl/16:126)

Gibah dan Fitnah

Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya.
Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah.
Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu
disebut fitnah. Allah berfirman,

dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing

sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik (Q.S. Al Hujurat/49:12).

Namimah

Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum
tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya. Allah
berfirman,

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa
suatu berita maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu. (Q.S. Al
Hujurat/49:6

C. MANFAAT ILMU AKHLAK

kehidupan manusia Untuk meningkatkan derajat, menuntun kepada kebaikan,


memenuhi kebutuhan keluarga, mengatur memenuhi kebutuhan keluarga, adab pergaulan
berbangsa dan bernegara, serta tujuan dan manfaat lain dari mempelajari ilmu akhlak akan
dipaparkan lebih detail di bawah ini. Ilmu akhlak akan meningkatkan derajat kehidupan
manusia Orang yang beriman dan berilmu (termasuk di dalamnya adalah ilmu akhlak), akan
lebih utama daripada orang yang tidak beriman dan berilmu. Sebab dengan pengetahuan ilmu
akhlak, seseorang akan lebih sadar mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang
mengantarkan kepada kebahagiaan dan mana yang menjerumuskan kepada kesesatan dan
kesengsaraan untuk dirinya. Dengan demikian seseorang akan selalu berusaha untuk bisa
memilih dan melakukan kebaikan atas petunjuk Allah dan memperoleh keridloan Allah swt.
sehingga bisa menjauhkan diri dari hal-hal yang tercela dan dimurkai oleh Allah swt.

Allah swt dalam Al-Qur'an:

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. AL-Mujadalah : 11).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong melakukan suatu perbuatan secara spontan
tanpa pertimbangan dan proses berfikir terlebih dahulu dan tanpa ada unsur paksaan. ilmu
akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam yang berguna untuk memberikan
petunjuk-petunjuk kepada manusia, bagaimana cara berbuat kebaikan dan menghindarkan
keburukan Akhlak pun memiliki kaitan erat dengan etika, moral, kesusilaan dan kesopanan.

Pembahasan mengenai ruang lingkup ilmu akhlak adalah tentang perbuatan-perbuatan


manusia yang mendorong kepada baik atau buruknya. . ilmu akhlak bukanlah tingkah laku
manusia melainkan perbuatan yang dilakukan atas kemauan manusia itu sendiri yang selalu
dilakukannya dan kemudian mendarah daging dalam diri manusia itu sendiri.

B. SARAN

Dan diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun
dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-
hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W, setidaknya kita termasuk
kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, T. Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak, Solo : PT. Tiga


Serangkai Pustaka Mandiri, 2008

Ghoni Asykur, Abdul. Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan Bukhori Muslim.


Bandung: Husaini Bandung, 1992

Anda mungkin juga menyukai