Anda di halaman 1dari 13

AKHLAK KEPADA ALLAH

DAN RASULULLAH

Mata Kuliah : Akidah Akhlak MI


Dosen Pengampu : Ridho Agung Juwantara, M.Pd

Disusun Oleh :
Nabilla Nur Aisyah (2111100260)
Nada Naurah Putri Azizah (2111100261)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


KATA PENGANTAR

Puji syukur al-hamdulillah kehadlirat Allah Swt., yang menciptakan,


mengatur dan menguasai seluruh makhluk di dunia dan akhirat. Semoga kita
senantiasa mendapatkan limpahan rahmat dan ridha-Nya. Shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
beserta keluarganya yang telah membimbing manusia untuk meniti jalan
lurus menuju kejayaan dan kemuliaan.

Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak terdapat


kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kami meminta kritik dan saran
demi perbaikan dan kesempurnaan pada makalah ini diwaktu yang akan
datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya
dan pembaca umumnya.

Bandar Lampung, 20 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................2
A. Pengertian Akhlak..................................................................2
B. Akhlak Kepada Allah ............................................................2
C. Akhlak Kepada Rasulullah.....................................................4
BAB III PENUTUP..........................................................................9
A. Kesimpulan.............................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ajaran Islam yang bersifat universal harus bisa diaktualisasikan
dalam kehidupan individu, masyarakat, berbangsa dan bernegara secara
maksimal. Aktualisasi tersebut tentu terkait dengan pelaksanaan hak dan
kewajibannya seseorang kepada Tuhan-Nya, rasul-Nya, sesamanya dan
lingkungannya. Khusus aktualisasi akhlak ( hak dan kewajiban ) seorang
hamba kepada Tuhannya terlihat dari pengetahuan, sikap, prilaku dan gaya
hidup yang dipenuhi dengan kesadaran tauhid kepada Allah SWT, Hal itu
bisa dibuktikan dengan berbagai perbuatan amal shaleh, ketaqwaan,
ketaatan dan ibadah kepada Allah SWT secara ikhlas.
Untuk itulah dalam menata kehidupan, diperlukan norma dan nilai,
diperlukan standard an ukuran untuk menentukan secara obyektif apakah
perbuatan dan tindakan yang dipilih itu baik atau tidak, benar atau salah,
sehingga yang dilihat bukan hanya kepentingan diri sendiri, melainkan
juga kepentingan orang lain, kepentingan bersama, kepentingan umat
anusia secara keseluruhan.
Dan untuk itulah setiap individu dituntut memiliki komitmen
moral, yaitu spiritual pada norma kebajikan dan kebaikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Akhlak ?
2. Bagaimana perspektif Islam terhadap Akhlak kepada Allah ?
3. Bagaimana perspektif Islam terhadap Akhlak kepada Rasulullah ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian Akhlak
2. Untuk mengetahui perspektif Islam terhadap Akhlak kepada Allah
3. Untuk mengetahui perspektif Islam terhadap Akhlak kepada
Rasulullah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak
Istilah akhlak sudah sangat akrab di tengah kehidupan kita, mungkin
hamper semua orang mengetahui arti kata “akhlak“ karena perkataan
akhlak selalu dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Akan tetapi, agar
lebih jelas dan meyakinkan, kata “akhlak” masih perlu untuk diartikan
secara bahasa maupun istilah. Dengan demikian, pemahaman terhadap
kata “ akhlak” tidak sebatas kebiasaan praktis yang setiap hari kita dengar,
tetapi sekaligus dipahami secara filosofis, terutama makna subtansialnya.
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab, yaitu Jama’ dari kata
“khuluqun” yang secara linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabiat, tata karma, sopan santun, adab, dan tindakan.
Kata “ akhlak “ juga berasal dari kata “khlaqa“ atau “khalqun“, artinya
kejadian, serta erat hubungannya dengan “Khaliq“, artinya menciptakan,
tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata “al-Khaliq“, artinya
pencipta atau dan “makhluq“, artinya yang diciptakan.
Islam adalah agama yang mengatur cara berperilaku manusia.
Tanpa perilaku yang baik manusia akan sangat berpotensi membuat
kerusakan. Perlunya membina akhlak adalah sebagai salah satu misi Nabi
Muhammad ‫ ﷺ‬dalam haditsnya :
‫ار َم ُأل َت ِّم َم ُب ِع ْثتُ ِإ َّن َما‬ ِ ‫اَأل ْخ‬
ِ ‫ َم َك‬ ‫الق‬
‘Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keutamaan–
keutamaan akhlak.’1

B. Akhlak Terhadap Allah


Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Tuhan
sebagai sang khalik. Sikap atau perbuatan itu memiliki ciri-ciri perbuatan
akhlak sebagaimana telah disebut diatas. Sekurang-kurangnya ada empat
alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah.

1
Asmuni, Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Kalam Mulia, 2009.

2
Pertama, karena Allah-lah yang mencipatakan manusia. Dia yang
menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan keluar dari tulang
punggung dan tulang rusuk.

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan


panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati, di
samping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia.

Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan


dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak
dan lainnya.

Keempat, karena Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan


diberikannya kemampuan, daratan dan lautan.2

Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh  Allah,


terutama melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa,
haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin dengan
penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-Qur'an yang
harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya oleh umat
Islam.
Dari kesadaran terhadap hal tersebut lahirlah tingkah laku dan sikap
dari manusia kepada Allah SWT, akan di kemukakan beberapa akhlak
kepada Allah SWT, secara lebih rinci yaitu :
1. Mensucikan Allah dan memuji-Nya, yaitu membaca Tasbih,
Tahmid dan Takbir.
2. Bertawaakkal, yaitu berserah diri kepada Allah. Dalam Al-
Qur’an perintah tawakkal kepada Allah terulang dalam bentuk
tunggal sebanyak sembilan kali dan bentuk jamak sebanyak dua
kali. Semua didahului oleh perintah untuk melakukan sesuatu.
Dalam konteks tawakkal kepada Allah, manusia harus
mempercayakan diri kepada-Nya dalam melaksanakan sesuatu
pekerjan yang telah direncanakan secara matang dan mantap.
3. Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang dari Allah
kepada makhluknya hanya kebaikan.
4. Beribadah hanya kepada Allah, yaitu Sholat, Puasa, Zakat.

2
Assegaf dan Abdurrahman, Studi Islam Kontekstual Eloborasi Paradigma Baru Muslim
Kaffah, Yokyakarta : Gema Media, 2005.

3
5. Berdo’a kepada Allah, artinya meminta sesuatu kepada Sang
Pencipta, agar apa yang diupayakan atau sesuatu yang diinginkan
tercapai. Adapun diantara syarat-syarat diijabahnya do’a
seseorang oleh Allah sebagai berikut; bersungguh dalam
memanjatkan do’a; penuh keyakinan do’anya diterima; berdo’a
khusyuk, memohon yang masuk akal, dilakukan secara ikhlas,
menjauhkan diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah.
6. Zikrullah, yaitu ingat kepada Allah. Dalam Islam, manusia
diperintahkan untuk selalu ingat kepada Allah baik waktu lapang
maupun waktu sempit, baik waktu sendirian maupun waktu
bersama-sama, baik waktu sehat maupun waktu sakit, Zikir yang
disuruh dalam Islam tidak terbatas jumlahnya atau zikir yang
sebanyak-banyaknya.
7. Bersyukur kepada Allah, yaitu menyadari bahwa segala nikmat
yang ada merupakan karunia Allah dan anugerah dari Allah
semata. Sehingga, kalau manusia mendapatkan nikmat, maka
pergunakan sesuai dengan yang diperintahkan Allah.
Adapun syukur itu dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk,
yaitu :
a. Pertama, syukur dengan hati, yaitu manusia harus menyadari
dengan kesadaran mendalam bahwa seluruh nikmat
datangnya dari Allah, seraya memuji kebesaran Allah dengan
hatinya.
b. Kedua, syukur dengan lisan, yaitu dengan cara bersyukur
senantiasa memuji kepada Tuhannya, mengucapkan bacaan
tahmid ketika mendapatkan nikmat, bertutur kata baik
kepada sesame dan meminta maaf bila melakukan kesalahan.

Dalam melaksanakan kewajiban yang diperintahkan oleh  Allah,


terutama melaksanakan ibadah-ibadah pokok, seperti shalat, zakat, puasa,
haji, haruslah menjaga kebersihan badan dan pakaian, lahir dan batin
dengan penuh keikhlasan. Tentu yang tersebut bersumber kepada al-
Qur'an yang harus dipelajari dan dipelihara kemurnianya dan pelestarianya
oleh umat Islam.3

C. Akhlak Terhadap Rasulullah


Di samping akhlak kepada Allah Swt, sebagai muslim kita juga
harus berakhlak kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, meskipun beliau sudah wafat dan

3
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah, Bogor :
Pustaka Imam Syafi’I, 2013.

4
kita tidak berjumpa dengannya, namun keimanan kita kepadanya membuat
kita harus berakhlak baik kepadanya, sebagaimana keimanan kita kepada
Allah Swt membuat kita harus berakhlak baik kepada-Nya.
Meskipun demikian, akhlak baik kepada Rasul pada masa sekarang
tidak bisa kita wujudkan dalam bentuk lahiriyah atau jasmaniyah secara
langsung sebagaimana para sahabat telah melakukannya. 4
Akhlak kepada Rasul, di antaranya yaitu :
1. Ridha Dalam Beriman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul ‫ ﷺ‬merupakan salah satu bagian dari
rukun iman. Keimanan akan terasa menjadi nikmat dan lezat
manakala kita memiliki rasa ridha dalam keimanan sehingga
membuktikan konsekuensi iman merupakan sesuatu yang
menjadi kebutuhan. Karenanya membuktikan keimanan dengan
amal yang shaleh merupakan bukan suatu beban yang
memberatkan, begitulah memang bila sudah ridha. Ridha
dalam beriman kepada Rasul inilah sesuatu yang harus kita
nyatakan sebagaimana hadits Nabi ‫ ﷺ‬:
ُ ِ‫ ِباهَّلل ِ َرض‬ ‫ َر ًّبا‬ , ‫ َو ِباِإْلسْ اَل ِم‬ ‫ دِي ًنا‬, ‫َرسُو ًل َو ِبم َُح َّم ٍد‬
‫يت‬
‘Aku ridha kepada Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai
agama dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.’
(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’I dan
Ibnu Majah).

2. Mencintai dan Memuliakan Rasul


Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang
baik kepada Rasul adalah mencintai beliau setelah kecintaan
kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan
kepada Rasul setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam
firman Allah :
“Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-
saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih
kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS At-Taubah : 24).

4
Al-Hufi dan Ahmad Muhammad, Akhlak Nabi Muhammad SAW Keluhuran dan
Kemuliaan Terjemahan oleh Masdar Helmy, Bandung : Gema Risalah Press, 1995.

5
Disamping itu, manakala seseorang yang telah mengaku
beriman tapi lebih mencintai yang lain selain Allah dan Rasul-
Nya, maka Rasulullah SAW tidak mau mengakuinya sebagai
orang yang beriman.

3. Mengikuti dan Mentaati Rasul


Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang
bersifat mutlak bagi orang-orang yang beriman. Karena itu, hal
ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul,
bahkan Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati
Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi dan mulia, hal ini
terdapat dalam firman Allah yang artinya:
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka
itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar,
orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS An-Nisaa:69).
Di samping itu, manakala kita telah mengikuti dan
mentaati Rasul ‫ﷺ‬, Allah Swt akan mencintai kita yang
membuat kita begitu mudah mendapatkan ampunan dari Allah
manakala kita melakukan kesalahan.

4. Mengucapkan Shawalat dan Salam Kepada Rasul


Secara harfiyah, shalawat berasal dari kata ash shalah yang
berarti do’a, istighfar dan rahmah. Kalau Allah bershalawat
kepada Nabi, itu berarti Allah memberi ampunan dan rahmat
kepada  Nabi, inilah salah satu makna dari firman Allah:
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat
untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah
kamu untuk Nabi dan Ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (QS Al-Ahzab : 56)

5. Menghidupkan Sunnah Rasul


Kepada umatnya, Rasulullah ‫ ﷺ‬tidak mewariskan harta
yang banyak, tapi yang beliau wariskan adalah al-Qur’an dan
sunnah, karena itu kaum muslimin yang berakhlak baik
kepadanya akan selalu berpegang teguh kepada al-Qur’an dan
sunnah (hadits) agar tidak sesat, beliau bersabda:

6
‘Aku tinggalkan kepadamu dua pusaka, kamu tidak akan
tersesat selamanya bila berpegang teguh kepada keduanya,
yaitu kitab Allah dan sunnahku.’ (HR. Hakim)
Dengan demikian, menghidupkan sunnah Rasul menjadi
sesuatu yang amat penting sehingga begitu ditekankan oleh
Rasulullah ‫ﷺ‬.

6. Menghormati Pewaris Rasul


Berakhlak baik kepada Rasul ‫ ﷺ‬juga berarti harus
menghormati para pewarisnya, yakni para ulama yang
konsisten dalam berpegang teguh kepada nilai-nilai Islam,
yakni yang takut kepada Allah Swt dengan sebab ilmu yang
dimilikinya.
Kedudukan ulama sebagai pewaris Nabi dinyatakan
oleh Rasulullah ‫ﷺ‬:
‘Dan sesungguhnya ulama adalah pewaris Nabi.
Sesungguhnya Nabi tidak tidak mewariskan uang dinar atau
dirham, sesungguhnya Nabi hanya mewariskan ilmu kepada
mereka, maka barangsiapa yang telah mendapatkannya berarti
telah mengambil bagian yang besar.’ (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi)
Karena ulama disebut pewaris Nabi, maka orang yang
disebut ulama seharusnya tidak hanya memahami tentang seluk
beluk agama Islam, tapi juga memiliki sikap dan kepribadian
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi dan ulama
seperti inilah yang harus kita hormati.
Adapun orang yang dianggap ulama karena
pengetahuan agamanya yang luas, tapi tidak mencerminkan
pribadi Nabi, maka orang seperti itu bukanlah ulama yang
berarti tidak ada kewajiban kita untuk menghormatinya.

7. Melanjutkan Misi Rasul


Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-
nilai Islam. Tugas yang mulia ini harus dilanjutkan oleh kaum
muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan
mengutus lagi seorang Rasul. Meskipun demikian,
menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian agar kita
tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari
Rasulullah ‫ﷺ‬. Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini
ditegaskan oleh Rasul ‫ﷺ‬:

7
‘Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan
berceritalah tentang Bani Israil tidak ada larangan.
Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka
hendaklah ia mempersiapkan tempat duduknya di neraka.’
(HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar)5

BAB III
PENUTUP
5
Ritonga dan A. Rahman, Akhlak Merakit Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia,
Surabaya : Amelia, 2005.

8
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa salah satu
komponen utama agama islam adalah akhlak. Suatu perbuatan baru dapat
disebut sebagai cerminan akhlak jika dilakukan berulang-ulang sehingga
hampir menjadi suatu kebiasaan dan timbul dengan sendirinya tanpa
pertimbangan yang lama dan dipikir-pikir terlebih dahulu.

Sebagai konsekuensi dari keimanan, seorang mukmin haruslah


selalu tunduk dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Bila Allah dan
RasulNya memutuskan sesuatu tiada kata lain yang harus diucapkan
seorang mukmin kecuali sami‘na wa atha‘na (kami dengar dan kami
patuhi). Ucapan lisan tersebut haruslah dibuktikan dengan sikap dan amal
perbuatan.

DAFTAR PUSTAKA

9
Asmuni, Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Kalam Mulia,
2009.
Assegaf dan Abdurrahman, Studi Islam Kontekstual Eloborasi Paradigma
Baru Muslim Kaffah, Yokyakarta : Gema Media, 2005.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah Aqidah Islam Ahlussunnah wal
Jama’ah, Bogor : Pustaka Imam Syafi’I, 2013.
Al-Hufi dan Ahmad Muhammad, Akhlak Nabi Muhammad SAW
Keluhuran dan Kemuliaan Terjemahan oleh Masdar Helmy, Bandung :
Gema Risalah Press, 1995.
Ritonga dan A. Rahman, Akhlak Merakit Hubungan Manusia dengan
Sesama Manusia, Surabaya : Amelia, 2005.

10

Anda mungkin juga menyukai