Anda di halaman 1dari 15

KEDUDUKAN MANUSIA DI ALAM SEMESTA

Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Drs. Sutikno, M. Pd.I.

Disusun oleh:

Ayu Intan Fatimah (D01218011)


Amelya Fatma Devy (D01218010)
Chusni Mubarok (D01218013)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat, taufik, serta hidayah dan
inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan limpahkan kepada junjungan kita
baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membimbing kami menuju zaman
yang terang benderang ini yakni Addinul Islam.

Kami ucapkan terimakasih kepada bapak Drs. Sutikno, M. Pd.I. yang


membimbing kami selama satu semester ini dan dengan disusunnya makalah ini
kami dapat lebih mendalami tentang materi-materi yang diberikan. Tidak lupa,
kami sampaikan juga terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung serta
menjadi sumber wawasan pengetahuan bagi kami sebagai penulis.

Kami selaku penyusun makalah, menyadari banyak kesalahan baik dalam


penulisan maupun tatanan bahasa, kami dengan senang hati menerima saran dan
kritik pembaca untuk menyempurnakan makalah kami.

Surabaya, 28 Maret 2021

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii

BAB I .................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

C. Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II ................................................................................................................................ 2

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 2

A. Kedudukan Manusia di Alam Semesta ............................................................... 2

B. Makna Manusia Menurut Pandangan Islam ..................................................... 5

C. Eksistensi Manusia Sebagai Obyek Sekaligus Subyek Pendidikan .................. 8

BAB III............................................................................................................................. 11

PENUTUP........................................................................................................................ 11

Kesimpulan ...................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu makhluk Allah yang diciptakan dengan segala kelebihan
dan kekurangan, manusia di alam semesta diciptakan dengan tujuan, proses
penciptaan manusia bukanlah suatu kebetulan, melainkan dengan tujuan
yang telah ditentukan yaitu menjadi hamba dan khalifah. Tujuan diciptakan
nya manusia ini menurut perspektif islam berdasarkan ayat al quran yang
akan dipaparkan dipembahasan. Didalam al quran manusia memiliki
beberapa nama yang berbeda diantaranya adalah an nas al basyar al insan.
Penyebutan perbedaan naama didalam al quran ini juga memiliki makna
yang berbeda beda pula. Hal ini berhubungan dengan jatidiri manusia di
alam semesta. Menghubungkan manusia sebagai subyek dan obyek
pendidikan maka dalam makalah ini akaan dibahas pula mengenai eksistensi
manusia sebagai obyek dan subyek pendidikan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan manusia di alam semesta?
2. Apakah makna manusia menurut pandangan Islam?
3. Bagaimana eksistensi manusia sebagai obyek sekaligus subyek
pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kedudukan manusia di alam semesta
2. Untuk mengetahui makna manusia menurut pandangan Islam
3. Untuk mengetahui eksistensi manusia sebagai obyek sekaligus subyek
pendidikan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan Manusia di Alam Semesta


1. Manusia sebagai hamba

‫س اَِّْللِيَ ْعبُ ُد ْو َن‬ ِ ِْ ‫وما خلَ ْقت‬


َ ْ‫اْل َّن َو ْاْلن‬ ُ َ ََ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka


beribadah kepada-Ku”

Berdasarkan ayat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa


diciptakannya manusia di alam semesta adalah hamba dari tuhan nya,
maka dari itu peran sebagai hamba adalah mengabdi kepada tuhannya,
salah satunya adalah dengan merawat alam semesta. Manusia sebagai
hamba Allah Hamba Allah berarti orang yang senantiasa tunduk, patuh,
taat terhadap semua yang diberikan Allah atas dirinya. Seseorang yang
menjalankan semua hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah dan
menjalankan apa-apa yang diperintahkan-Nya. Dapat dimaknai pula
seseorang yang bergantung dalam hidup dan matinya hanya kepada Allah
semata, sehingga tidak ada pengingkaran, penghianatan, dan pengufuran
terhadap kekuasaan Allah. Setiap manusia mengetahui bahwa dirinya
adalah makhluk yang lemah dan terdapat kekuatan besar di atas segala-
galanya.

Kekuatan supranatural yang dirasakan setiap manusia adalah


kekuatan Allah sang pemilik kerajaan langit dan bumi. Manusia yang
tidak memiliki pemahaman tentang kekuatan tersebut, akan
mengasumsikan Tuhan sebagai benda-benda yang memiliki kekuatan
gaib, sehingga muncullah keyakinan-keyakinan di luar ajaran yang telah
diajarkan Allah melalui para nabi. Namun, pada hakikatnya semua
manusia percaya bahwa pemilik kekuasaan yang Mahatinggi adalah

2
wujud (ada). Hal tersebut disebabkan karena manusia merupakan
makhluk beragama. Allah telah memberikan potensi beragama kepada
setiap manusia yang lahir ke dunia dalam wujud kesaksiannya kepada
Allah ketika berada di alam roh. Kesaksian tersebut dijelaskan dalam
Surah Al-A'raf ayat 172 yang artinya: "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
'Bukanlah aku ini Tuhanmu?' Mereka (anak-anak Adam menjawab:
'Betul, Engkau Tuhan kami') kami menjadi saksi." Konsekuensi logis
dari kesaksian terhadap ketuhanan adalah wujud penghambaan diri
kepada Tuhannya, yaitu menyembah dan beribadah kepada-Nya. Allah
swt. berfirman dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 56 berikut.

‫وما خلقت الجن واالنس االليعبدون‬

Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar


mereka beribadah kepada-Ku"

Berdasarkan ayat di atas, dapat dimaknai bahwa seluruh aktivitas


manusia di dalam kehidupan dunia dalam rangka beribadah kepada
Allah. Oleh karena itu, setiap perbuatan harus diniatkan ibadah dan hanya
mengharapkan rida Allah semata. Dalam literature Islam, dikenal ibadah
mahdah (khas) dan ibadah ghairu mahdah (ammah). Ibadah mahdah
berarti ibadah yang telah ditentukan tata cara dan waktu pelaksanaannya,
seperti: shalat, zakat, puasa, haji, sedekah, dan sebagainya tanpa adanya
penambahan sedikut pun. Jika ada penambahan, maka hal tersebut
disebut bid'ah. Adapun ibadah ghairu mahdah adalah adalah ibadah yang
tidak ditentukan tata cara dan waktu pelaksanaannya karena menyangkut
banyak aspek kehidupan manusia, sehingga manusia dituntut kreatif dan
inovatif mengembangkan ibadah tersebut asal tidak bertentangan dengan
hukum Islam, yaitu Alquran dan hadis. Pelaksanaan ibadah-ibadah
tersebut harus mengembangkam potensi Rabbaniyah, yaitu sifat-sifat

3
ketuhanan dalam diri manusia, sehingga sifat-sifat tersebut
teraktualisasikan dalam berbagai tindakan sehari-hari, baik kepada Allah,
diri sendiri, sesama manusia, dan alam sekitarnya.
2. Manusia sebagai Khalifah Manusia

ِ ‫اِنِِّي َجا ِع ٌل فِي ااالَ ار‬


‫ض َخ ِل ايفَة‬

“Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”

Manusia sebagai Khalifah Manusia memiliki kedudukan di bumi


sebagai khalifah dijelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 30. Istilah
khalifah, dalam bentuk mufrad (tunggal) dapat diartikan sebagai
penguasa politik, yaitu hanya ditujukan kepada nabi-nabi. Adapun untuk
manusia menggunakan istilah khalaif yang berarti penguasa yang lebih
luas daripada penguasa politik.1 Manusia sebagai penguasa di muka bumi
atau dalam kata lain manusia bertugas memakmurkan bumi dan segala
yang ada di dalamnya, baik tumbuhan, hewan, dan benda-benda. Selain
itu, manusia juga memiliki peran dalam memimpin sesamanya menuju
jalan Ilahi, saling bergantian dan pewarisan kepemimpinan agar tercipta
kemakmuran di muka bumi sebagaimana dipaparkan dalam Surah Hud
ayat 61 berikut.

‫هو انشاكم من االرض واستعمركم فيها‬

Artinya: ".... Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan


menjadikanmu pemakmurnya"

Hubungan manusia dengan alam semesta, bukan merupakan


hubungan antara penakhluk dan yang ditakhluk atau hubungan hamba

1
https://nurhanifwachidah.blogspot.com/2018/02/kedudukan-manusia-di-alam-
semesta.html?m=1#:~:text=manusia%20di%20alam%20semesta%20memiliki%20kedudukan%20
sebagai%20hamba%20Allah%20dan%20khalifah.&text=Hamba%20Allah%20berarti%20orang%
20yang,yang%20diberikan%20Allah%20atas%20dirinya.&text=Setiap%20manusia%20mengetah
ui%20bahwa%20dirinya,besar%20di%20atas%20segala-galanya Diakses pada tgl 31 Maret 2021
pukul 22.00

4
dan tuan, melainkan hubungan partner dalam ketundukan kepada Allah.
Kemampuan manusia mengelola dan memakmurkan bumi, bukan semata
kekuatan manusia, melainkan Allah telah menundukkan alam semesta
untuk manusia, sehingga manusia dapat memanfaatkan apa yang ada
dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, perlunya sikap moral dan etika
dalam melaksanakan fungsi kekhalifahannya di muka bumi. Pada
dasarnya, kekuasaan manusia tidaklah bersifat mutlak, sebab
kekuasannya dibatasi oleh kekuasaan Allah, sehingga seorang khalifah
tidak boleh melawan hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah.
Kekhalifahan tidak dapat dijalankan dengan begitu saja, sebab
kekhalifahan membutuhkan ilmu pengetahuan, pengajaran, keterampilan
dalam mengelola dan memimpin. Oleh karena itu, pentingnya pendidikan
untuk membentuk khalifah yang unggul dan senantiasa mengajak kepada
ketaatan kepada Allah swt.

B. Makna Manusia Menurut Pandangan Islam


Dalam pandangan Islam secara keseluruhan, manusia adalah mahluk
ciptaan Allah SWT. manusia di karunia berbagai kelebihan di bandingkan
dengan mahluk lainnya. Manusia juga berbeda dengan malaikat, jin, hewan.
Derajat manusia jauh di atas semua mahluk Allah lainnya. Jika merujuk
pada surat al-tin, kita dapat dengan jelas penjelasan tentang manusia
menurut pandangan islam secara subtantif, Secara umum surat al-Tin
memberikan gambaran tentang keberadaan manusia sebagai makhluk yang
memiliki kesempurnaan rohani dan jasmani.2
Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam, yaitu:3
1. Manusia Sebagai al-Nas
Manusia, di dalam al-Qur’an juga disebut dengan al-nas. Konsep
al-nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam kaitannya
dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan fitrahnya

2
Abbas Mahmud al-‘Aqqad. (1993) Al-Insan fi al-Qur’an. terj. Manusia diungkap al-Qur’an.
Jakarta: Pustaka Firdaus.
3
Desmita, Psikologi Perkembangan(Bandung:Rosda Karya, 2007) h. 18-31

5
manusia memang makhluk sosial. Dalam hidupnya manusia
membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan berpasang-pasangan
seperti dijelaskan dalam QS.An Nisa ayat 1
َّ ۡ َ َ ۡ َّ ُ ََ َ َّ ُ ْ ُ َّ ُ َّ َ ُّ َ َٰٓ َ
‫اس ٱتقوا َر َّبك ُم ٱَّلِي خلقكم مِن نف ٖس َوَٰح َِدة ٖ َوخل َق مِن َها َز ۡو َج َها َو َبث‬ ‫يأيها ٱنل‬
َ َ َ َّ َّ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ُ ٓ َ َّ َ َّ ْ ُ َّ َ ‫ۡ ُ َ َ ا َ ا َ َ ٓ ا‬
‫ٱَّلل َكن‬ ‫ٱَّلل ٱَّلِي ت َسا َءلون بِهِۦ وٱۡلرحام ۚٗ إِن‬ ‫مِنهما رِجاٗل كثِريا ون ِساء ۚٗ وٱتقوا‬
‫ك ۡم َرقِ ا‬ُ َۡ َ
١ ‫يبا‬ ‫علي‬
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

Juga dijelaskan dalam QS. Al Hujurat ayat 13


َّ ْ ُ َ َ َ َ ٓ َ َ َ ‫َ َ َ ُ َ َٰ َ َ َ ۡ َ َٰ ُ ۡ ُ ُ ا‬ ُ ۡ َ َ َّ ُ َّ َ ُّ َ َٰٓ َ
‫ارف ۚٗ ٓوا إِن‬‫اس إِنا خلق َنَٰكم مِن ذك ٖر وأنَث وجعلنكم شعوبا وقبائِل ِلِ ع‬ ‫يأيها ٱنل‬
َ ٌ َ َ َّ َّ ۡ ُ َٰ َ ۡ َ َّ َ ۡ ُ َ َ ۡ َ
١٣ ٞ‫ِيم خبِري‬ ‫أكرمكم عِند ٱَّللِ أتقىك ۚٗم إِن ٱَّلل عل‬
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dari beberapa dalil di atas bisa disimpulkan bahwa manusia adalah
makhluk sosial, yang dalam hidupnya membutuhkan manusia dan hal
lain di luar dirinya untuk mengembangkan potensi yang ada dalam

6
dirinya agar dapat menjadi bagian dari lingkungan soisal dan
masyarakatnya.4
2. Manusia Sebagai Bani Adam
Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai
keterangan dalam al-Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia adalah
keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi dari makhluk lain
seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam
mengacu pada penghormatan kepada nilai-nilai kemanusiaan. Konsep ini
menitikbertakan pembinaan hubungan persaudaraan antar sesama manusia
dan menyatakan bahwa semua manusia berasal dari keturunan yang sama.
Dengan demikian manusia dengan latar belakang sosia kultural,
agama, bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai sama, dan harus
diperlakukan dengan sama. Yang dijelaskan dalam QS. Al-A’raf ayat 26-27
َٞۡ َ َ ۡ َّ ُ َ َ ‫ُ ۡ َ ا‬ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ ٓ َ َٰ َ
ٗۚ ‫ٱِلق َو َٰ َٰٰل ِ خري‬ ‫ااا يُ ََٰٰرِي َا ۡوِتٰك ِكم ورِٗااو وَبِ اس‬
‫ك ۡم َبِ َ ا‬ ‫يب ِِن ءادم قد أنزنلا علي‬

ۡ َٓ َ َّ ُ َ ۡ َ َ ٓ َ َٰ َ َ ُ َّ َّ َ ۡ ُ َّ َ َ َّ َ َ َ
‫ِن َءاد َم ٗل َيفتِن َّنك ُم ٱلا ۡي َطَٰ ُن ك َما أخ َر َج‬
ِ ‫ يب‬٢٦ ‫ت ٱَّلل ِ لعلهم يذكرون‬ ِ َٰ ‫َٰٰل ِ م ِۡن َءاي‬

ُ َٰ َ َ ُ َّ ٓ َ ۡ َ َ ُ َ ُ َ ُ َ َ ِ‫َ ۡ َ َّ َ ُ َ ۡ ُ َ َب‬
ُ‫ك ۡم ُه َو َوقَبيلُهۥ‬ ُ َََۡ
ِ ‫ِرييهما اوِتٰك ِ ِهما ۚٗ إِنهۥ يرى‬
ِ ‫أبويكم مِن ٱۡلنةِ ينِع عنهما ااهما ل‬
َ ۡ َ َ َّ َ ٓ َ ۡ َ َ َٰ َ َّ َ ۡ َ َ َّ ۡ ُ َ ۡ َ َ َ ُ ۡ َ ۡ
٢٧ ‫ِين ٗل يُؤم ُِنون‬
‫مِن حيث ٗل كرونهمۗۡ إِنا جعلنا ٱلاي ِطني أو ِِلاء ل َِّل‬

Artinya: Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu


pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka
selalu ingat (26) Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu
oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari
surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan
kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya
melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.

4
Siti Khasinah Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat. Jurnal Ilmiah Didaktika.
Februari 2013.Vol. XIII, No. 2,.h. 296-317

7
Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan syaitan itu pemimpin-
pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.(27)
3. Manusia Sebagai al-Insan
Manusia disebut al-insan dalam al-Qur’an mengacu pada potensi
yang diberikan Tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah kemampuan
berbicara dalam QS.Ar Rahman ayat 4
َ ۡ ُ َّ َ
Artinya : Mengajarnya pandai berbicara.٤ ‫عل َمه ٱَبَ َيان‬

َ َ ۡ ْ ُ َّ َ ۡ َ َ َ ۡ ۡ َ ْ ُ َ َّ َ َۡ َ
‫ٱۡل ِق ل َّما‬ ِ ‫ت َرب ِ ِه ۡم إِٗل َكنوا عن َها ُمع ِر‬
‫ فقد كذبوا ِب‬٤ ‫ضني‬ ِ َٰ ‫َوما كأتِي ِهم م ِۡن َءايَةٖ م ِۡن َءاي‬

َ ْ ُ َ ْ ُ ََٰٓ َ ۡ ۡ َ َ ۡ َ َ ۡ ُ َ ٓ َ
٥ ‫ۢنبؤا َما َكنوا بِهِۦ ٗ َ ۡس َت ۡه ِز ُءون‬ ‫جاءهم فسوف يأتِي ِهم أ‬

Artinya: “Dan tidak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai
kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling dari padanya
(mendustakannya).(4)Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang haq
(Al-Quran) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada
mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-
olokkan.(5)”

Namun selain memiliki potensi positif ini, manusia sebagai al-insan juga
mempunyai kecenderungan berprilaku negatif(lupa). Misalnya dijelaskan
dalam QS Hud ayat 9
َُ ٞ َ َ ‫ۡح اة ُث َّم نَ َز ۡع َنَٰ َها م ِۡن ُه إِنَّ ُهۥ‬
َ ۡ ‫نس َن م َِّنا َر‬ ۡ َََۡ ۡ ََ
٩ ٞ‫ُوس كفور‬ ٔٔ‫ل‬ َٰ َ ‫ٱۡل‬
ِ ‫ولئِن أذقنا‬

Artinya: “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat)
dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia
menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.”
C. Eksistensi Manusia Sebagai Obyek Sekaligus Subyek Pendidikan
Pendidikan merupakan pondasi dalam membentuk bangsa yang
maju, pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencanana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
dapat mengembangkan segala potensi dalam dirinya untuk memiliki

8
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.5
Kegiatan pendidikan ini dilakukan oleh manusia dalam upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi, baik potensi fisik, potensi
cipta, rasa, maupun karsanya.
Manusia sendiri memiliki insting yang cenderung ingin mengetahui
segala hal yang belum diketahuinya. Berawal dari rasa keinginan untuk
mengetahui maka timbullah ilmu pengetahuan. Karena itu manusia disebut
“Homo Sapiens” makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu
pengetahuan. Manusia merupakan makhluk paling sempurna yang telah
diciptakan Allah SWT. Dalam konteks pedagogis, manusia dipahami
sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT untuk dididik dan
mendidik. Oleh karena itu manusia itu sebagai subjek (pelaku) dan objek
(sasaran) daripada pendidikan itu sendiri.6 Umumnya selama ini dikatakan,
manusia adalah objek pendidikan akan tetapi hal ini kurang tepat, sejatinya
manusia juga merupakan subjek pendidikan.
Sebagai objek pendidikan manusia menjadi sasaran dalam
melaksanakan pendidikan, sedangkan sebagai subjek pendidikan manusia
bertangggung jawab dalam melaksanakan pendidikan. Manusia dan
pendidikan memiliki hubungan yang bersifat simbiosis dimana manusia
mengembangkan pendidikan dan pendidikan mengembangkan manusia dan
kehidupannya. Tidak ada pendidikan tanpa manusia dan manusia tanpa
pendidikan.7
Mendidik manusia bermaksud mendidik insaniyah manusianya,
insaniyah manusia terdiri dari empat elemen yaitu akal, roh atau hati, nafsu
dan fisikal atau jasmani. Keempat-empat elemen inilah yang perlu dididik
dan dibangunkan. Hasil dari pendidikan insa- niah, lahirlah kemajuan

5
Aisyah Anggraeni, “Menegaskan Manusia sebagai Objek dan Subjek Ilmu Pendidikan”, Jurnal
PPKn & Hukum, Vol. 15 No. 1 April 2020, hal. 62.
6
Sutikno, “Manusia Dalam Konteks Pedagogis” Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 02 Nomor
01 Mei 2014, hal. 189.
7
Ibid, hal. 191.

9
insaniah atau- pun apa yang kita namakan pembangu- nan insani. Apabila
insan telah terba- ngun, lahirlah akhlak yang baik, manu- sia yang jujur,
berkasih sayang, pemurah, takut akan Tuhan, bertakwa, meng- utamakan
orang lain, yang bisa berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat padanya,
dan berbagai sifat mulia lain- nya. Tampaklah bahwa manusia sa- ngat
membutuhkan pendidikan, karena melalui pendidikanlah manusia dapat
mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta
menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidi- kan pula perkembangan
kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui
pendidikan pula kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan
dianalisis secara murni.
Pada dasarnya, pendidikan mem- punyai arti penting bagi kehidupan
ma- nusia, yaitu pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat mendorong
manu- sia mencapai kemajuan peradaban. Selain itu, pendidikan
memberikan bekal kepada manusia untuk menyongsong hari esok yang
lebih cerah dan manu- siawi. Persoalan pendidikan memang masalah yang
sangat penting dan aktual sepanjang masa, karena hanya dengan
pendidikanlah manusia akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan
dalam kapabilitas mengelola alam yang dikaruniakan Tuhan kepada
makhluk- Nya. Hal ini menunjukkan bahwa pen- didikan sangat besar
kontribusinya dalam pembinaan moral, kesejahteraan dan kemajuan suatu
bangsa. Oleh karena itu, untuk mengukur kemajuan suatu umat atau bangsa
dapat dilihat seberapa jauh tingkat pendidikannya. Ketika ada kehidupan
manusia, di sana terdapat pendidikan, karena Pendidikan merupakan
fenomena yang fundamental atau asasi dalam ke- hidupan manusia.8

8
Aisyah Anggraeni, “Menegaskan Manusia sebagai…, hal 65 - 67

10
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kedudukan manusia di alam semesta ialah 1) sebagai hamba, maksudnya
adalah manusia di alam semester adalah hamba dari tuhannya, maka dari itu peran
sebagai hamba adalah mengabdi kepada tuhannya, salah satunya adalah dengan
merawat alam semesta. 2) sebagai khalifah manusia, maksudnya adalah manusia
sebagai penguasa di muka bumi atau dalam kata lain manusia bertugas
memakmurkan bumi dan segala yang ada di dalamnya, baik tumbuhan, hewan dan
benda-benda.

Dalam pandangan Islam secara keseluruhan, manusia adalah mahluk


ciptaan Allah SWT. manusia di karunia berbagai kelebihan di bandingkan dengan
mahluk lainnya. Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam, yaitu: 1)
manusia sebagai al-nas, 2) manusia sebagai bani Adam, 3) manusia sebagai al-
Insan.

Sebagai objek pendidikan manusia menjadi sasaran dalam melaksanakan


pendidikan, sedangkan sebagai subjek pendidikan manusia bertangggung jawab
dalam melaksanakan pendidikan. Manusia dan pendidikan memiliki hubungan
yang bersifat simbiosis dimana manusia mengembangkan pendidikan dan
pendidikan mengembangkan manusia dan kehidupannya. Tidak ada pendidikan
tanpa manusia dan manusia tanpa pendidikan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Aqqad, Abbas Mahmud. Al-Insan fi al-Qur’an. terj. Manusia diungkap al-


Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1993.

Anggraeni, Aisyah. Menegaskan Manusia sebagai Objek dan Subjek Ilmu


Pendidikan. Jurnal PPKn & Hukum. Vol. 15 No. 1 April 2020.

Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung:Rosda Karya. 2007.

Khasinah, Siti Hakikat. Manusia Menurut Pandangan Islam dan Barat. Jurnal
Ilmiah Didaktika. Februari 2013.Vol. XIII. No. 2.

Sutikno. Manusia Dalam Konteks Pedagogis. Jurnal Pendidikan Agama Islam


Volume 02 Nomor 01 Mei 2014.

https://nurhanifwachidah.blogspot.com/2018/02/kedudukan-manusia-di-alam-
semesta.html?m=1#:~:text=manusia%20di%20alam%20semesta%20memiliki%20kedud
ukan%20sebagai%20hamba%20Allah%20dan%20khalifah.&text=Hamba%20Allah%20b
erarti%20orang%20yang,yang%20diberikan%20Allah%20atas%20dirinya.&text=Setiap
%20manusia%20mengetahui%20bahwa%20dirinya,besar%20di%20atas%20segala-
galanya

12

Anda mungkin juga menyukai