Anda di halaman 1dari 17

1

MENERAPKAN HUKUM NUN MATI/TANWIN DAN MIM MATI


Sdwi Agustin
Iain Tulungagung

Abstrak

Pembelajaran Al-Qur‟an merupakan pembelajaran yang ada pada SD


Muhammadiyah, karena SD Muhammadiyah berbeda dengan sekolah
umum lainnya.SD Muhammadiyah menerapkan sistem pendidikan
integral, yaitu menggabungkan ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu
pengetahuan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
informasi tentang pelaksaan pembelajaran Al-Qur‟an dalam hal
penerapkan ilmu tajwid ke dalam bacaan Al-Qur‟an untuk
mengembangkan kemampuan membaca Al-Qur‟an pada siswa kelas
atas di SD Muhammadiyah 14 Surakarta. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pembelajaran Al-Qur‟an di SD Muhammadiyah
14 Surakarta untuk penerapan ilmu tajwid pada kelas atas ini berbeda-
beda materi untuk setiap kelasnya, karena sudah diatur dalam
kurikulum dari majelis pendidikan dasar dan menengah. Guru agama
sebagai pelaksana proses pembelajaran Al-Qur‟an, ketika melakukan
pembelajaran AlQur‟an guru biasanya mengajarkan materi yang ada
pada satu kompetensi dasar digunakan untuk dua kali pertemuan agar
hasilnya maksimal. Dalam pertemuan pertama guru lebih menekankan
kedalam pemahaman materi ilmu tajwid dan untuk pertemuan kedua
guru lebih memperbanyak praktek membaca Al-Qur‟an agar
kemampuan membaca Al-Qur‟an siswa terus berkembang.

Kata Kunci : pembelajaran Al-Qur‟an, Ilmu Tajwid, Kemampuan Membaca


Al-Qur‟an
Abstract
Quran learning is a learning that exists inSD Muhammadiyah, because
SD Muhammadiyahis different from other public schools. SD
Muhammadiyah implements integral education system, which
combines religious sciences with other sciences. The purpose of this
study was to get information about the implementation of Quran
learning in term of tajwid science implementationinto reading the
Quran to develop the ability to read the Quran on the students of high
class at SD Muhammadiyah 14 Surakarta. The result of this study
indicates that Quran learning inSD Muhammadiyah 14 Surakarta for
tajwid scienceimplementationinhigh class are using different materials
for each class, because it has regulated in the curriculum of primary
and secondary educational assembly. Religion teacher as the
implementerof Quran learning process, when conducting Quran
learning the teacher usually teaches the material which exsists in one
2

of basic competences and used for two meetings in order to get


maximum results. In the first meeting the teacher puts more emphasis
into the understanding of tajwid science material and for the second
meeting the teacher will conduct more practices for reading 2 the
Quran in order to make the ability to read the Quran on the students
continues to grow.
Keywords: Quran learning, Tajwid science, Quran reading ability

A. Pendahuluan
Al-Qur‟an merupakan pedoman, petunjuk bagi umat Islam baik dalam
kehidupan di dunia lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti.Maka setiap
mukmin yang mempercayai Al-Qur‟an mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab terhadap kitab suci itu. Diantaranya kewajiban dan tanggung jawab itu
ialah mempelajari dan mengajarkannya.Belajar dan mengajarkan Al-Qur‟an
adalah kewajiban suci lagi mulia. Belajar Al- Qur‟an merupakan kewajiban
utama bagi setiap mukmin dan harus dimulai semenjak kecil, sebaiknya
semenjak umur lima atau enam tahun, sebab umur tujuh tahun anak sudah
disuruh mengerjakan sembahyang.

Perintah Al-Qur‟an Allah menurunkan Al-Qur‟an kepada Nabi


Muhammad dan Dia memerintahkan beliau agar membacanya dengan tartil
sebagai firman-Nya: Maksud dari ayat dalam firman Allah tersebut adalah: „‟
Hendaknya kita membaca Al-Qur‟an sebagaiana Allah menurunkan yakni
dengan mengeluarkan setiap huruf dari makhrajnya dan menyempurnakan
harakatnya secara perlahan.

Perintah Hadits Rasulullah memotivasi kita untuk mempelajari dan


mengajarkan AlQur‟an, sebagaimana sabda beliau:

‫„ خريكن هي تعلن القراى وعلوه‬

‟Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan


mengajarkannya.”

Sabda Rosul ini menjadi teladan bagi orang yang mengimaninya, lalu
menumbuhkan semangat dan dorongan untuk mencapai kemahiran dalam
3

membaca Al-Qur‟an. Menjadikan anak-anak dapat belajar Al-Qur‟an


menjadi tanggung jawab orang tua masing-masing, berdosalah orang tua yang
mempunyai anak, tetapi anak-anaknya tidak pandai membaca Al-Qur‟an.

Dalam membaca Al-Qur‟an tentunya tidak lepas dari yang namanya


ilmu tajwid, karena ilmu tajwid termasuk ilmu terpenting yang harus
diketahui setiap muslim. Tanpa memahami ilmu ini seorang muslim pasti
kesulitan dan melakukan banyak kesalahan dalam membaca Kitabullah, Al-
Qur‟an. Agar kegiatan membaca kita minim dari kesalahan kita harus
mengetahui ilmu tajwid dengan cara mempelajarinya. Karena itulah ilmu ini
selalu dipelajari secara antusias oleh setiap generasi muslim, secara turun
temurun.

Dalam mempelajari Al-Quran, bukan hanya memperhatikan isinya atau


artinya saja, tetapi perlu juga membacanya dengan secara tartil (teratur dan
benar). Karena apabila salah pembacaannya akansalah juga dalam
pengartiannya. Mempelajari Al-Qur‟an tentunya kita harus belajar kepada
ahlinya atau seorang guru yang mahir agar ilmu yang kita dapatkan benar dan
sesuai dengan apa yang telah ditetapkan didalam Al-Qur‟an. Sebagai upaya
untuk menciptakan generasi anak yang mahir dalam membaca Al-Qur‟an,
banyak usaha yang telah dilakukan baik oleh perorangan, kelompok maupun
pemerintah. Hal ini terbukti dengan berdirinya majelis-majelis ta‟lim, Taman
Pendidikan Al-Qur‟an dan sebagainya. Adapun usaha yang telah dilakukan
oleh pemerintah diantaranya adalah dengan diterbitkannya Kurikulum Baca
tulis Al-Qur‟an.

Setelah siswa dibekali ilmu tajwid, siswa jadi tahu dan mengerti tentang
ilmu tajwid, setelah siswa tahu tentunya akan dapat meminimalisir
kesalahankesalahan dalam membaca Al-Qur‟an. Setelah kesalahan-kesalah
tersebut terus berkurang, yang terjadi adalah kualitas kemampuan membaca
Al-Qur‟an siswa akan terus mengalami perkembangan karena siswa sudah
mengerti dan menguasai ilmu tajwid yang berada pada bacaan Al-Qur‟an.
Dengan pemahaman ilmu tajwid yang siswa dapatkan dari pembelajaran Al-
4

Qur‟an yang menjadi bekal untuk dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik
dan benar, maka penulis ingin mengetahui upaya yang dilakukan sekolah
dalam mencipatakan genarasi yang mahir dalam membaca Al-Qur‟an dengan
mengambil judul “penerapan 5 ilmu tajwid dalam pembelajaran Al-Qur‟an
untuk mengembangkan kemampuan membaca Al-Qur‟an pada siswa kelas.

B. Penguasaaan Hukum Bacaan Tajwid

Pengertian Ilmu Tajwid


Tajwid merupakan bentuk masdar yang berasal dari fi’il madhi

jawwada yang berarti membaguskan.1 Adapun pengertian tajwid menurut

Imam Dzarkasyi, ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta

cara-cara membaca Al Qur’an dengan sebaik-baiknya.2

Menurut Abdullah Asy’ari, ilmu tajwid adalah ilmu yang digunakan

untuk mengetahui bagaimana sebenarnya membunyikan huruf-huruf

dengan betul, baik huruf yang berdiri sendiri maupun huruf dalam

rangkaian.3 Kegunaan ilmu tajwid ialah memelihara bacaan Al Qur’an dari

kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan dari kesalahan

membacanya.

Mempelajari Ilmu Tajwid hukumnya Fardhu Kifayah, membaca Al

Qur’an dengan baik sesuai dengan Ilmu Tajwid hukumnya Fardhu ‘Ain.4

Jadi pengertian ilmu tajwid adalah ilmu cara membaca Al Qur’an secara

tepat, yaitu dengan mengeluarkan bunyi huruf dari asal tempat keluarnya

(makhraj) sesuai dengan sifatnya dan konsekuensi dari sifat yang dimiliki

1
Akhmad Yassin Andy, Ilmu Tajwid Pedoman Membaca Al Qur’an, (Jombang: Pelita Offset,
2010), hal. 1.
2
Imam Dzarkasyi, Pelajaran Tajwid, (Ponorogo : Trimurti, 1955), hal. 6.
3
Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid, (Surabaya:Apollo Lestari, 1987), hal. 7.
4
Ibid
5

huruf tersebut, mengetahui di mana harus berhenti (waqf) dan di mana

harus memulai bacaannya kembali (ibtida’).5

C. Ruang Lingkup Ilmu Tajwid


Di dalam buku 20 Hari Hafal 1 Juz karya Ummu Habibah, dijelaskan
bahwa ruang lingkup pembahasan ilmu tajwid meliputi: Makharijul huruf,
sifatul huruf, Ahkamul huruf, Ahkamul Maddi Wal Qasr, Ahkamul Waqf wal
Ibtida’, dan al-Khat dan al-Usmani.6 Akan tetapi dalam penelitian ini, ruang
lingkup pembahasan ilmu tajwid hanya dibatasi pada pokok pembahasan
Ahkamul Huruf (Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati) sebagai berikut:
1) Ahkamul Huruf

Pembahasan Ahkamul Huruf meliputi :

a) Hukum Nun Mati atau tanwin


Hukum nun mati atau tanwin apabila bertemu dengan salah satu
huruf hijaiyah maka mempunyai 4 hukum, yaitu:
1) Idzhar

Idzhar menurut bahasa (etimologi) adalah jelas atau

tampak. Sedangkan menurut istilah (terminologi) adalah

mengeluarkan huruf idzhar dari makhrajnya dengan jelas tanpa

dengung. Huruf idzhar ada 6, yaitu: ‫غ‬،‫ع‬،‫ح‬،‫خ‬،‫ه‬،‫ ء‬yang disebut

dengan huruf halaq/halqi (tenggorokan). Adapun pedoman bacaan

idzhar yaitu: Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah

satu huruf halaq/halqi maka hukumnya wajib dibaca

idzhar/jelas.

5
Ahmad Shams Madyan, Peta Pembelajaran al Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hal. 106.
6
Ummu Habibah, 20 Hari Hafal 1 Juz, (Yogyakarta: Diva Press, 2015), hal. 38-39.
6

ٍ ‫أ َِم ْي‬
Contoh: ‫ن‬ ‫ َر ُس ْو ٌل‬،‫َم ْن َعلِ َم‬
2) Idgham

Idgham menurut bahasa adalah memasukkan sesuatu

pada sesuatu. Sedangkan menurut istilah adalah bertemunya

huruf yang mati dan huruf yang hidup sekiranya menjadi satu

sehingga seperti huruf yang bertasydid. Idgham terbagi menjadi

dua, yaitu:

a) Idgham Bigunnah atau Idgham Naqis

Yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah

satu huruf idgham : ‫ي‬ ، ‫ ن‬، ‫ م‬، ‫ و‬tidak dalam satu

kalimat, contoh:
‫ ِم ْن َو َر ِاء ِه ْم‬-‫أَ ْن َي ُق ْو ُل‬

Jika bertemu dalam satu kalimat maka wajib dibaca idzhar.

Contoh: ‫ن‬
ٌ ‫ُب ْنيَا‬ -‫قِ ْن َو ٌن‬
Adapun cara membacanya yaitu dengan memasukkan huruf
yang mati ke huruf hidup di depannya dengan disertai
dengung (gunnah).

b) Idgham Bilagunnah atau Idgham Kamil

Yaitu apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu

huruf ‫ل‬ ، ‫ ر‬contoh: ‫ َيَبيِّ ْن لََّنا‬-‫ِمْنَربِِّه ْم‬


Adapun cara membacanya yaitu dengan memasukkan huruf
7

yang mati ke huruf hidup di depannya tanpa disertai dengung.


3) Iqlab

Menurut bahasa iqlab ialah memindahkan sesuatu dari

keadaannya. Sedangkan menurut istilah ialah menjadikan huruf pada

tempatnya huruf yang lain disertai dengan dengungan. Hurufnya

ada satu yaitu ‫ب‬. Adapun pedoman membacanya yaitu apabila ada

nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ‫ ب‬maka dibaca iqlab,
yaitu suara nun mati atau tanwin diganti dengan mim disertai

dengan dengung. Contoh : ‫ِمنْ بَ ْع ِد‬

4) Ikhfa’

Menurut bahasa ikhfa’ ialah tertutup atau sembunyi.

Sedangkan menurut istilah ialah mengucapkan huruf yang mati

dan sunyi dari tasydid dengan disertai dengung pada huruf yang

pertama yaitu nun mati atau tanwin. Sifatnya adalah diantara

idzhar dengan idgham. Huruf ikhfa’ ada 15 yaitu:

‫ك‬،‫ق‬،‫ف‬،‫ظ‬،‫ط‬،‫ض‬،‫ص‬،‫ش‬،‫س‬،‫ز‬،‫ج‬،‫ذ‬،‫د‬،‫ث‬،‫ت‬

Adapun pedoman membacanya adalah apabila ada nun

mati atau tanwin bertemu dengan salah satu dari 15 huruf ikhfa’

maka harus dibaca ikhfa’ yaitu dengan menyamarkan bunyi

huruf nun mati atau tanwin ke dalam huruf di depannya.7

b) Hukum Mim Mati


Hukum mim mati terbagi menjadi 3 macam yaitu:
1) Idzhar syafawy adalah jika ada mim mati bertemu dengan selain
7
M Qomari Sholeh, Ilmu Tajwid Penuntun Baca al Qur’an Fasih dan Benar, (Jombang:
Pondok Pesantren Nurul Qur’an, 1999), hal. 15-19.
8

huruf ‫ ب‬dan ‫م‬. Cara membunyikannya yaitu dengan membaca


huruf idzhar secara terang sambil bibir tertutup setelah itu

dilepas maka hukumnya wajib dibaca idzhar syafawy. Contoh: ‫ُْر‬

‫هم ِذ ْ ن ُت َ ْل‬

2) Idgham mimy atau mislain, adalah apabila ada mim mati

bertemu dengan huruf yang sama yaitu huruf mim maka

bacaannya disebut idgham mimy atau mislain, seperti contoh: ْ

‫م ُت َ ْس ب َك َما ْم ُك َوَل‬

3) Ikhfa’ syafawy, adalah apabila ada mim mati bertemu dengan

huruf ‫ ب‬maka hukumnya disebut ikhfa’ syafawy,cara

membacanya dengan dibunyikan antara idzhar (jelas) dan idgham

(memasukkan) dengan bibir tertutup. Hurufnya hanya ada satu

yaitu ‫ب‬
D. Penguasaan Hukum Bacaan Tajwid

Penguasaan berasal dari kata kuasa yang artinya kemampuan atau

kesanggupan untuk berbuat sesuatu. Sedangkan penguasaan sendiri berarti

pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan,

kepandaian, dsb).8 Dalam hal ini penguasaan merupakan pemahaman

terhadap sesuatu baik secara teoritis maupun praktisnya.

Adapun hukum bacaan tajwid adalah hukum-hukum/ketetapan

bagaimana cara membaca dan mengucapkan kalimat-kalimat al Qur’an

dengan tepat dan benar. Jadi penguasaan ilmu tajwid adalah pemahaman

terhadap hukum bacaan tajwid dan sanggup untuk menggunakan

pemahamannya tersebut dalam membaca al Qur’an secara tepat dan benar.

Akan tetapi dalam penelitian ini penguasaan hukum bacaan tajwid yang

dimaksud hanya meliputi penguasaan secara teoritisnya saja. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa penguasaan hukum bacaan tajwid adalah pemahaman

terhadap pokok- pokok pembahasan ilmu tajwid terutama tentang hukum

bacaan tajwid untuk dapat membaca al Qur’an secara tepat dan benar.

Mempelajari ilmu tajwid sangat dianjurkan bagi semua umat Islam

supaya dapat membaca al Qur’an dengan lancar, baik dan benar. Sebab

membaca al Qur’an bukan sekedar membaca saja, melainkan membacanya

harus benar sesuai dengan kaidah yang ditetapkan. Oleh karena itu, supaya

dapat mengetahui tata cara membaca al Qur’an yang benar maka harus

terlebih dahulu menguasai pokok-pokok pembahasan hukum bacaan yang ada

di dalam ilmu tajwid, seperti: hukum nun mati atau tanwin, hukum mim mati,

idgham, hukum mad, dll.9


8
Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed III, Cet Ke 3, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), hal. 604.

9
Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal al-Quran Super Kilat, (Yogyakarta: Diva Press, 2015),
hal. 51-52.
Dari kerangka teoritik tentang ilmu tajwid yang telah dipaparkan di

atas, maka terdapat beberapa indikator untuk mengetahui tingkat penguasaan

hukum bacaan tajwid, yaitu:

1) Memahami hukum nun mati atau tanwin

Yaitu pemahaman mengenai pokok pembahasan hukum nun mati

atau tanwin yang terdiri dari bacaan Idzhar, bacaan Idgham, bacaan

Iqlab dan bacaan Ikhfa’.

2) Memahami hukum mim mati

Yaitu pemahaman mengenai pokok pembahasan hukum mim mati

yang terdiri dari hukum bacaan Idgham mimy atau mislain,

Ikhfa’syafawy dan Idzhar syafawy.Kemampuan Membaca Al

Qur’an

E. Konsep Kemampuan Membaca Al Qur’an

Kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan sesuatu dengan

baik dan benar.10 Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan

mengarahkan sejumlah tindakan.11 Menurut Mulyono Abdurrahman yang

mengutip pendapat Lerner, mengatakan bahwa kemampuan membaca adalah

merupakan dasar untuk menguasai bidang studi.

Alqur’an adalah firman Allah SWT yang disampaikan oleh malaikat

Jibril sesuai dengan redaksinya kepada Nabi Muhammad SAW dan diterima

oleh umat Islam secara tawatir.15 Menurut Amin Syukur Al Qur’an adalah

nama bagi firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

SAW yang ditulis dalam mushaf (lembaran) untuk dijadikan pedoman bagi

kehidupan manusia yang apabila dibaca mendapat pahala (dianggap ibadah).12

Menurut para ulama, Al Qur’an ialah wahyu yang diturunkan kepada

10
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi, (Yogyakarta : Liberty, 1987), hal. 126.
11
Oedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif, (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1988), hal. 4.
12
Amin Syukur, Pengantar Studi Islam, (Semarang: Bima Sejati, 2003), Cet.6, hal. 50.
Nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab yang apabila kita membaca

merupakan suatu ibadah, yang sampai kepada kita dengan jalan mutawatir.13

Dengan demikian yang dimaksud dengan kemampuan membaca Al

Qur’an adalah kesanggupan seseorang menerapkan tata cara untuk melakukan

aktifitas melihat serta melafalkan kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang

diturunkan dengan perantara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW

sampai kepada kita secara mutawatir dan membacanya merupakan ibadah.

F. Keutamaan Membaca Al Qur’an

Al Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman bagi kehidupan manusia

mempunyai beberapa keutamaan bagi orang yang membaca dan

mempelajarinya.

M. Hasby Ash Shiddieqy memberikan beberapa point keutamaan

membaca Al Qur’an, diantaranya :

a. Ditempatkan dalam barisan orang-orang besar yang utama.

b. Memperoleh beberapa kebijakan dari tiap-tiap huruf

yang dibacanya dan bertambah derajatnya disisi Allah SWT.

c. Dinaungi dengan payung rahmat, dikelilingi oleh para malaikat dan

diturunkan Allah kepadanya ketenangan dan kewaspadaan.

d. Diterangi hatinya oleh Allah dan dipelihara dari kegelapan.

e. Diharumkan baunya, disegani dan dicintai oleh orang-orang shalih.

f. Tiada gundah hati dihari kiamat karena senantiasa dalam

pemeliharaan dan penjagaan Allah.

g. Terlepas dari kesusahan akhirat.14

G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al Qur’an

Menurut para pakar pembelajaran, bahwa keberhasilan belajar

13
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2005),
cet.6, hal.127.
14
M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Dzikir..., hal. 131-132.
dipengaruhi oleh banyak faktor, begitu juga dengan membaca Al- Qur’an.

Agar membaca Al Qur’an mencapai keberhasilan yang maksimal, maka harus

dipahami faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Hal itu

digunakan untuk mengetahui latar belakang dan penyebab kesulitan yang

dihadapi oleh para siswa. Secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi kemampuan membaca Alqur’an dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Faktor Internal
Adalah faktor yang diperoleh dari dalam, yaitu faktor yang ada pada
diri seorang anak itu sendiri, faktor intern ini dibagi menjadi 3 faktor, yakni
faktor jasmaniyah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.15
1) Faktor jasmaniyah (fisiologi)

Faktor Jasmani ini meliputi, faktor kesehatan. Sehat berarti

dalam keadaan baik, segenap badan bagian-bagiannya bebas dari

penyakit, kesehatan adalah keadaan atau hal sehat dan kesehatan

ini berpengaruh terhadap belajarnya.

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya

terganggu. Cacat tubuh, yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang

baik dan sempurna mengenai tubuh baik berupa kebutaan, tuli,

patah kaki, tangan dan lain-lain. Sehingga cacat tubuh ini

berpengaruh pada belajar.

Keadaan jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatar

belakangi aktivitas belajar, karena keadaan jasmani yang sehat

dan segar akan berpengaruh lain terhadap jasmani yang lelah.16

2) Faktor Psikologi

Disini yang termasuk dalam faktor psikologis dapat

dibedakan menjadi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan

15
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Cet. III, (Jakarta: Rineka Cipta,
1995), hal. 54.
16
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1986), hal. 251.
kemampuan kognitif.

Sedangkan menurut Slameto dalam buku “Belajar dan

Faktor-faktor yang mempengaruhinya” membedakan sekurang-

kurang ada 7 faktor yang tergolong dalam faktor psikologis.17

a) Inteligensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang

abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya

dengan cepat. Anak yang intelegensi tinggi akan lebih cepat

menangkap pelajaran dengan baik, sehingga ini berpengaruh.

b) Perhatian, menurut Imam al-Ghazali yang dikutip Drs.

Slameto adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun

semata-mata tertuju pada suatu objek, sehingga untuk

menjamin hasil belajar yang baik diperlukan perhatian

terhadap bahan yang dipelajarinya.

c) Bakat adalah kemampuan untuk belajar, dimana akan

terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih, sehingga bakat mempengaruhi belajar, jika bahan

pelajaran sesuai dengan bakatnya maka hasilnya lebih baik.

17
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya..., hal.55
d) Motif, erat sekali dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga

motif yang kuat sangat diperlukan dalam belajar baik dengan

latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan atau pengaruh lingkungan.

e) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau

bereaksi, jika anak sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya

juga baik.

f) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan dan ini pengaruh minat

besar terhadap belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari

sesuai dengan minat siswa/anak maka hasilnya juga akan baik.

g) Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam perkembangan

seseorang dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk

melaksanakan kecakapan baru.

3) Faktor Kelelahan

Walaupun sulit dibedakan kelelahan seseorang dapat

dibedakan menjadi 2 macam yaitu, jasmani dan rohani, pada

jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul

kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan rohani

dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat

dan dorongan menghasilkan sesuatu hilang.

b. Faktor Eksternal
Slameto dalam buku “Belajar dan Faktor-faktor yang
mempengaruhinya” mengelompokkan menjadi 3 faktor yaitu faktor
keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
1) Faktor keluarga, bagaimana cara orang tua mendidik, relasi

antara anggota keluarga, suasana RT dan keadaan ekonomi

keluarga.

2) Faktor sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi


guru dengan siswa, siswa dengan siswa, disiplin sekolah,

pelajaran dan waktu sekolah dan lain-lain.

3) Faktor masyarakat antara lain sejauh mana kegiatan anak dalam

masyarakat mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan

masyarakat dan lain-lain.

H. Pengaruh Penguasaan Hukum Bacaan Tajwid terhadap Kemampuan

1. Membaca Al Qur’an

a. Pengaruh penguasaan hukum bacaan nun mati/tanwin terhadap

kemampuan membaca Al Qur’an surat pendek siswa. Penguasaan

hukum bacaan nun mati/tanwin terhadap kemampuan membaca Al

Qur’an yang penulis maksud adalah siswa dapat membaca Al Qur’an

sesuai dengan hukum bacaan idzhar, idghom baik idghom bigunnah

ataupun idghom bilagunnah, iqlab, dan ikhfa’.

b. Pengaruh penguasaan hukum bacaan mim mati terhadap kemampuan

membaca Al Qur’an surat pendek siswa. Penguasaan hukum bacaan

mim mati terhadap kemampuan membaca Al Qur’an yang penulis

maksud adalah siswa dapat membaca Al Qur’an sesuai dengan

hukum bacaan idzhar syafawy, idghom mimy/mislain, dan ikhfa’

syafawi.

c. Pengaruh penguasaan hukum bacaan mad terhadap kemampuan

membaca Al Qur’an surat pendek siswa. Penguasaan hukum bacaan

mad terhadap kemampuan membaca Al Qur’an yang penulis maksud

adalah siswa dapat membaca Al Qur’an sesuai dengan hukum bacaan

mad assli/thabi’i dan mad Far’i yang meliputi mad wajib muttasil,

mad jaiz munfasil, mad ‘arid lissukun, mad badal, mad lin, mad silah

qosiroh, mad silah thowilah, mad ‘iwad, mad farq, mad lazim kilmy

musaqqal, mad lazim kilmy mukhoffaf, mad lazim harmi musaqqal,


mad harmi mukhoffaf, mad tamkin.

d. Pengaruh penguasaan hukum bacaan nun mati/tanwin, hukum bacaan

mim mati, dan hukum bacaan mad terhadap kemampuan membaca Al

Qur’an surat pendek siswa. Penguasaan hukum bacaan tajwid adalah

kemampuan atau kesanggupan seseorang tentang hukum-hukum

bacaan tajwid dengan cara membaca al Qur’an dengan baik dan benar.

Sedangkan membaca al Qur’an aktivitas melihat serta memahami isi

dari apa yang tertulis dengan melisankan atau dalam hati dengan

melafalkan apa yang tertulis. Dengan memperhatikan kedua hal

tersebut maka di duga ada pengaruh yang signifikan penguasaan

hukum bacaan tajwid terhadap kemampuan membaca al Qur’an.

Namun untuk membuktikan kebenaran dari teori tersebut perlu

dilakukan penelitian dan pengujian dengan benar.

I. Kesimpulan

Al-Qur‟an merupakan pedoman, petunjuk bagi umat Islam baik dalam


kehidupan di dunia lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti. Maka setiap
mukmin yang mempercayai Al-Qur‟an mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab terhadap kitab suci itu. Diantaranya kewajiban dan tanggung jawab itu
ialah mempelajari dan mengajarkannya.Belajar dan mengajarkan Al-Qur‟an
adalah kewajiban suci lagi mulia. Belajar Al- Qur‟an merupakan kewajiban
utama bagi setiap mukmin dan harus dimulai semenjak kecil, sebaiknya
semenjak umur lima atau enam tahun, sebab umur tujuh tahun anak sudah
disuruh mengerjakan sembahyang.

Ilmu tajwid adalah ilmu cara membaca Al Qur’an secara tepat, yaitu dengan
mengeluarkan bunyi huruf dari asal tempat keluarnya (makhraj) sesuai dengan
sifatnya dan konsekuensi dari sifat yang dimiliki huruf tersebut, mengetahui di
mana harus berhenti (waqf) dan di mana harus memulai bacaannya kembali
(ibtida’).

Di dalam buku 20 Hari Hafal 1 Juz karya Ummu Habibah, dijelaskan bahwa
ruang lingkup pembahasan ilmu tajwid meliputi: Makharijul huruf, sifatul
huruf, Ahkamul huruf, Ahkamul Maddi Wal Qasr, Ahkamul Waqf wal Ibtida’,
dan al-Khat dan al-Usmani. Akan tetapi dalam penelitian ini, ruang lingkup
pembahasan ilmu tajwid hanya dibatasi pada pokok pembahasan Ahkamul
Huruf (Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati). Yang terdiri dari; idzhar halqi,
idhgom, iqlab, ikhfa, idzhar syafawi, idhgom mimi dan ikhfa’ syafawi.

DAFTAR PUSTAKA
Andy, Akhmad Yassin, Ilmu Tajwid Pedoman Membaca Al Qur’an, Jombang: Pelita Offset, 2010.

Asy’ari, Abdullah, Pelajaran Tajwid, Surabaya: Apollo Lestari, 1987.

Azwar, Saifuddin Tes Prestasi, Yogyakarta : Liberty, 1987.

Dzarkasyi, Imam, Pelajaran Tajwid, Ponorogo : Trimurti, 1955.

Habibah, Ummu, 20 Hari Hafal 1 Juz, Yogyakarta: Diva Press, 2015.

Madyan, Ahmad Shams, Peta Pembelajaran al Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Oedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1988.

Shiddieqy, M. Hasbi Ash, Pedoman Dzikir dan Doa, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2005.

Sholeh, M Qomari, Ilmu Tajwid Penuntun Baca al Qur’an Fasih dan Benar, Jombang: Pondok Pesantren
Nurul Qur’an, 1999.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Cet. III, Jakarta: Rineka Cipta, 1995.

Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 1986.

Syukur, Amin, Pengantar Studi Islam, Semarang: Bima Sejati, 2003.

Tim Penyusun KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed III, Cet Ke 3, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.

Wahid, Wiwi Alawiyah, Panduan Menghafal al-Quran Super Kilat, Yogyakarta: Diva Press, 2015.

Anda mungkin juga menyukai