Anda di halaman 1dari 39

1

A. Latar Belakang
Al-Quran adalah firman Allah yang turun melalui perantara malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman
hidup bagi seluruh umat islam. Tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Qur’an).1
Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 22 :

َ ۛ ‫ٰ َذلِكَ ۡٱل ِك ٰتَبُ اَل َر ۡي‬


َ‫ب فِي ۛ ِه هُ ٗدى لِّ ۡل ُمتَّقِين‬
Artinya : “ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertakwa. “
Mengingat Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia, maka mempelajarinya
adalah sebuah kewajiban bagi seluruh umat muslim tidak terikat batasan usia.
Setiap muslim harus bisa membaca Al-Qur’an. Karena membaca merupakan
syarat pertama dan utama dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan. 3 Perintah
membaca juga merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad
shallallahu ‘aliahi wa sallam. Wahyu pertama tersebut adalah Al-Qur’an surat
Al-Alaq ayat 1-5.

Membaca Al-Qur’an juga tidak boleh hanya sekedar bisa dalam membacanya,
tetapi juga harus sesuai dengan kaidah dan hukum cara membacanya (tartil). Dari
pelafalan setiap huruf, tajwid, serta ghoroibul qur’annya. Sebagaimana firman
Allah dalam dalam Al-Qur’an surat Al-Muzammil ayat 44 :

‫َأ ۡو ِز ۡد َعلَ ۡي ِه َو َرتِّ ِل ۡٱلقُ ۡر َءانَ ت َۡرتِياًل‬

Artinya : “ atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu
dengan perlahan-lahan.”
Di Indonesia terdapat banyak metode-metode pembelajaran Al-Qur’an.
Metode-metode tersebut dapat memfasilitasi banyak orang untuk bisa membaca
Al-Qur’an dengan tartil. Metode UMMI merupakan salah satu metode belajar

1
Yussuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, (Jakarta:Pustaka Al-
Kautsar,2000),59.
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:Al-Hidayah
Surabaya,2002),2.
3
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an,(Bandung: Mizan Media Utama, 2005), 6.
4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an……………, 846.
2

mengajar Al-Qur’an yang ada di Indonesia. Metode ini memperkenalkan diri


sebagai salah satu metode yang dapat membantu dengan mudah semua orang
dalam belajar Al-Qur’an. Metode ini memiliki visi untuk menjadi lembaga
terdepan dalam melahirkan generasi qur’ani. Konsep dasar metode ini
menggunakan kata “UMMI” yang berarti ibuku. Hal ini untuk memberikan
penghormatan dan mengingat jasa ibu yang telah mengajarkan bahasa kepada
kita. Serta pendekatannya juga menggunakan pendekatan bahasa ibu. Pendekatan
dengan bahasa ibu diantaranya ada 3 unsur. Yang pertama yaitu direct method
(langsung tidak banyak penjelasan). Yang kedua, repeatition (diulang-ulang).
Dan yang ketiga adalah kasih sayang yang tulus. Dalam pengajarannya, metode
ini tidak hanya mengunggulkan kekuatan buku yang ada. Kekuatan utama yang
lain, yaitu metoda, mutu guru, dan sistem yang berbasis mutu.5

SD Islam Sari Bumi merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki


program belajar mengajar Al-Qur’an dengan metode UMMI. Dimana lulusannya
diharapkan memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar (tartil). Di lembaga ini, juga terdapat perkumpulan ummahat wali santri
yang mengadakan kegiatan belajar membaca Al-Qur’an. Belajar mengajar Al-
Qur’an tersebut menggunakan metode UMMI. Ummahat tersebut merupakan
kumpulan dari beberapa walisantri SD islam Sari Bumi dari walisantri kelas satu
sampai kelas enam. Mereka membuat suatu kelompok belajar yang berisi
kegiatan-kegiatan seperti tahsin Al-Qur’an, turjuman Al-Qur’an dan belajar
Bahasa Arab. Pembelajaran tahsin Al-Qur’an ini dilaksanakan 2 kali dalam setiap
pekan. Kelompok belajar ini terbentuk karena banyaknya perbincangan
dikalangan ummahat, terkait banyaknya ummahat yang masih belum lancar
dalam membaca Al-Qur’an dan membutuhkan wadah untuk memfasilitasi
kegiatan tersebut. Dengan terbentuknya program tersebut, banyak ummahat yang
antusias untuk mengikuti karena banyak dari mereka yang belum lancar dalam
membaca Al-Qur’an dan juga untuk mengisi waktu luang di pagi hari. Selain itu,
mereka juga dituntut untuk bisa membantu menyimak anak-anak mereka untuk

5
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Metode Ummi, (Surabaya : Lembaga
Ummi Foundation, 2017), 5.
3

muraja’ah Al-Qur’an dirumah sebagai bentuk kerjasama mereka dengan sekolah.


Dari sini dapat diketahui bahawasannya belajar Al-Qur’an merupakan suatu
kewajiban bagi semua orang, tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk
orang dewasa. Peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian di lembaga ini,
karena peneliti menganggap bahwasannya proses belajar Al-Qur’an dengan
menggunakan metode UMMI yang dijalankan oleh para ummahat cukup sukses,
baik dilihat dari bacaannya maupun kelancarannya.

Berdasarkan keadaan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di


kelompok belajar ummahat di SD Islam Sari Bumi dengan judul “Penerapan
Tahsin Metode Ummi Untuk Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Pada Ummahat
di Sd Islam Sari Bumi Sidoarjo”.

B. Penegasan Istilah
1. Penerapan Tahsin
Kata “tahsin” memiliki arti memperbaiki, menghiasi, membaguskian,
memperindah, atau membuat lebih baik dari semula. Tahsin merupakan
aplikasi (praktek atau penerapan) dari teori atau kaidah-kaidah dalam
membaca Al-Qur’an. Jadi, penerapan tahsin merupakan pelaksanaan
untuk memperbaiki atau membuat lebih baik dalam membaca Al-Qur’an.
2. Metode Ummi
Metode ummi merupakan cara pembelajaran Al-Qur’an yang
menggunakan cara bahasa ibu. Diantaranya yaitu tidak banyak penjelasan,
tidak diulang-ulang, dan kasih sayang tulus.
3. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Pembelajaran yang bertujuan untuk mengajarkan bagaimana cara
melafalkan huruf, kata dan kalimat yang ada di dalam Al-Qur’an dengan
baik dan benar sesuai kaidah cara membacanya.
4. Ummahat
Ummahat adalah istilah yang biasa disematkan kepada kaum ibu-ibu. Di
SD Islam Sari Bumi terdapat kelompok ibu-ibu (ummahat) wali santri
yang memiliki semangat untuk selalu belajar. Mereka belajar bersama di
4

ruang math’am SD Islam Sari Bumi dengan didampingi oleh guru yang
ahli dibidang tersebut.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penerapan tahsin Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi
dengan menggunakan metode ummi?
2. Bagaimana keberhasilan pembelajaran tahsin Al-Qur’an ummahat di SD
Islam Sari Bumi dengan menggunakan metode ummi?
3. Apa kendala dalam menerapkan metode ummi pada pembelajaran tahsin
Al-Qur’an untuk ummahat di SD Islam Sari Bumi?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
a. Tujuan Penelitian :
a. Mengetahui penerapan tahsin Al-Qur’an dengan menggunakan
metode ummi ummahat di SD Islam Sari Bumi.
b. Menguraikan keberhasilan belajar mengajar tahsin Al-Qur’an dengan
metode ummi ummahat di SD Islam Sari Bumi .
c. Mengetahui kendala dalam menerapkan metode ummi untuk ummahat
di SD Islam Sari Bumi.
b. Kegunaan Penelitian :
Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan diperoleh banyak manfaat.
Diantaranya sebagai berikut :
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bantuan untuk
pengembangan khazanah keilmua. Khususnya dalam pengembangan
metode pembelajaran Al-Qur’an.
b. Secara Praktis
1) Peneliti
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, serta
wawasan dalam menjalankan kehidupan di masyarakat.
2) Universitas
5

Diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan


khazanah keilmuan. Dapat membantu dalam memberikan
informasi untuk mengadakan penelitian selanjutnya.
3) Lembaga pendidikan
Diharapkan mampu menjadi pendorong untuk bisa lebih baik
dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an.
E. Penelitian Terdahulu
1. Dedi Indra Setiawan tahun 2015, meneliti dengan judul “Pelaksanaan
Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca
Al-Qur’an Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelaksanaan dan kendala dalam tahsin Al-Qur’an. Dalam
penelitian ini menggunakan metode dengan pendekatan kualitatif
deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara
dan studi dokumentasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan
analisis deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwasannya
kegiatan tahsin dapat menambah kecintaan mahasiswa pada Al-Qur’an.6
2. Muhamad Habibi Kafabih tahun 2014, melakukan penelitian yang judul “
Penerapan Metode Ummi Dalam Pembelajaran Al-Qur’an pada Orang
Dewasa di Lembaga Qur’an Training Centre Malang”. Penelitian ini
untuk mengetahui karakteristik, penerapan, kelebihan dan kelemahan
pembelajaran metode ummi bagi orang dewasa. Dalam penelitian ini
menggunakan metode dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, interview dan dokumentasi.
Selain itu, penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Kesimpulan dari penelitian ini, bahwasannya metode ummi sangat
praktis dan mudah untuk digunakan oleh orang dewasa dalam belajar Al-
Qur’an.7
6
Dedi Indra Setiawan, Skripsi: Pelaksanaan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”(Malang:UIN Malng, 2015),84.
7
Muhammad Habibi Kafabih, Skripsi: “Penerapan Metode Ummi Dalam Pembelajaran Al-
Qur’an pada Orang Dewasa di Lembaga Qur’an Training Centre Malang”(Malang:UIN
6

3. Lusi Kurnia Wijayanti tahun 2016, melakukan penelitian dengan judul


“Penerapan Metode Ummi Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Orang
Dewasa untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di
Lembaga Majlis Qur’an (MQ) Madiun”. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana cara pembelajaran Al-Qur’an metode ummi pada
orang dewasa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan
observasi, interview dan dokumentasi. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah kemampuan membaca Al-Qur’an metode ummi untuk orang
dewasa mengalami peningkatan yang baik.8
F. Kajian Teori
1. Metode Ummi
a. Pengertian Metode Ummi
Secara sederhana, metode berarti cara atau jalan yang ditempuh.
Sehingga fungsi metode adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.9 Metode ummi merupakah salah satu cara pembelajaran Al-
Qur’an yang ada di Indonesia yang dikelola oleh lembaga Ummi
Foundation. Metode ummi memiliki 3 motto yaitu mudah, menyenangkan
dan menyentuh hati. Metode ini di desain untuk mudah dipelajari,
diajarkan dan diimplementasikan dalam pembelajaran Al-Qur’an.
Pelaksanaan pembelajaran metode ummi dilakukan dengan menarik dan
menggembirakan. Proses tersebut untuk menghapus kesan tertekan dalam
belajar Al-Qur’an. Tidak hanya memberikan pembelajaran secara material
teoritik. Guru juga mengimplementasikan akhlaq Al-Qur’an dalam proses
pembelajaran. 1010
b. Visi Misi Ummi Foundation1111

Malang,2014),93.
8
Lusi Kurnia Wijayanti, Skripsi: “Penerapan Metode Ummi Dalam Pembelajaran Al-Qur’an
Orang Dewasa untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di Lembaga Majlis Qur’an
(MQ) Madiun” ”(Malang:UIN Malang,2016),106.
9
Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher, 2012), 4.
1010
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi………, 3.
1111
Ibid, 4.
7

Visi yang dimiliki oleh Ummi Foundation adalah untuk menjadi


lembaga terdepan dalam melahirkan generasi qur’ani. Metode ini
mengedepankan pada kualitas dan kekuatan sistem dalam
pembelajarannya.
Dalam mewujudkan suatu visi, pasti tentunya tidak lepas dari
adanya misi untuk tercapainya visi tersebut. Misi dari lembaga ini
diantaranya :
1) Mewujudkan lembaga profesional dalam pengajaran Al-Qur’an
yang berbasis sosial dan dakwah.
2) Membangun sistem manajemen pembelajaran Al-Qur’an yang
berbasis pada mutu.
3) Menjadi pusat pengemabangan pembelajaran dan dakwah Al-
Qur’an pada masyarakat.
c. Latar Belakang Terbentuknya Metode Ummi
Metode pembelajaran Al-Qur’an ini menggunakan nama “UMMI”
yang memiliki arti “ibuku”. Makna ini ditujukan untuk memberikan
penghormatan dan mengingat jasa ibu. Anak bisa mengerti bahasa karena
pengajaran seorang ibu. Sehingga kita semua dapat berbicara bahasa ibu
sejak kita berumur 5 tahun. Pendekatan bahasa ibu adalah pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an metode ummi, yang
meliputi:1212
1) Direct Methode (Metode Langsung)
Yaitu langsung dibaca tidak banyak penjelasan, tanpa dieja / diurai.
Dapat disebut learning by doing belajar yang dilakukan secara
langsung.

2) Repeatation (diulang-ulang)
Membaca berkali-kali ayat atau surat dalam Al-Qur’an. Seperti
ketika seorang ibu mengulang-ulang kata atau kalimat ketika kita

1212
Ibid.
8

kecil. Hal ini dilakukan agar semakin terlihat kekuatan, keindahan,


serta kemudahannya dalam membaca.
3) Kasih sayang yang tulus
Setiap anak di didik oleh seorang ibu dengan penuh kasih sayang dan
kesabarannya. Seorang guru juga hendaknya mencontoh sikap
seorang ibu dalam pembelajaran agar dapat menyentuh hati.
d. Kekuatan Metode Ummi
Metode ummi tidak hanya mengandalkan kekuatan buku yang digunakan,
tetapi memiliki 3 kekuatan utama :13 13
1) Metode yang bermutu (buku belajar membaca Al-Qur’an metode
ummi)
Buku belajar membaca Al-Qur’an metode ummi meliputi :
a) Buku yang digunakan untuk anak usia TK yang disebut buku
ummi Pra TK.
b) Buku yang biasa digunakan untuyk anak usia SD yang disebut
buku ummi jilid 1-6.
c) Buku yang biasa digunakan untuk orang dewasa yang disebut
buku ummi dewasa.
d) Buku yang digunakan untuk mempelajari kata-kata asing yang
ada di dalam Al-Qur’an yang disebut buku gharib .
e) Buku yang digunakan untuk mempelajari cara/kaidah dalam
membaca Al-Qur’an yang disebut buku tajwid dasar,
f) Media yang digunakan oleh guru dalam mengajar yang disebut
dengan alat peraga
g) Cara yang digunakan dalam mengajar yang disebut dengan
metodologi pembelajaran.
2) Guru yang bermutu
Semua guru yang mengajar Al-Qur’an metode ummi harus memiliki
kualitas dalam mengajar. Oleh karena itu, harus melalui 3 tahapan

1313
Ibid, 5.
9

yaitu tashih, tahsin, dan sertifikasi guru Al-Qur’an. Guru Al-Qur’an


yang diharapkan metode ummi adalah :
a) Tartil dalam membaca Al-Qur’an.
b) Mampu mengomentari ghoroibul Qur’an dan mengurai tajwid
dasar.
c) Mempunyai kebiasaan untuk membaca Al-Qur’an setiap hari.
d) Mampu menerapkan dan menjalankan metodologi ummi.
e) Memiliki jiwa seorang da’i dan murabbi.
f) Disiplin dalam memulai dan mengakhiri waktu pembelajaran.
g) Dapat berkomitmen pada mutu.
3) Sistem berbasis mutu
Sistem berbasis mutu dalam metode ummi meliputti 10 pilar sistem
mutu, diantaranya:
a) Dukungan dari pemimpin berupa pengembangan kurikulum,
ketersediaan SDM, kesejahteraan guru dan sarana prasarana
menunjang. Hal ini biasa disebut dengan goodwill management.
b) Upaya untuk menstandarkan mutu guru pengajar Al-Qur’an. Hal
ini dinamakan dengan sertifikasi guru.
c) Prosedur yang dijalankan dalam mengajar harus sesuai dengan
tahapan yang baik dan benar sesuai dengan metodologi ummi..
d) Target jelas dan terukur, penetapan target sangat penting untuk
melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Hal ini untuk melihat
apakah pembelajaran yang telah dilakukan telah berhasil atau
tidak.
e) Mastery learning yang konsisten. Ketuntasan materi sebelumnya
oleh siswa harus diperhatikan sebelum ke materi sesudahnya.
Karena ketuntasan tersebut sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan ketuntasan materi sesudahnya.
f) Waktu yang digunakan dalam pembelajaran harus memadai,
karena membutuhkan ketrampilan dan skill dalam belajar.
10

Semakin banyak diulang dan dilatih senakin terampil pula dalam


membaca Al-Qur’an.
g) Dalam pembelajaran metode ummi dibutuhkan Quality control
yang intensif. Kontrol kualitas ini ada 2 jenis yaitu quality
control internal dan eksternal.
h) Perbandingan guru dan siswa sangat berpengaruh pada
komunikasi dan interaksi yang efektif antara keduanya. Oleh
karena itu, rasio guru dan siswa yang proporsional sangatlah
dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
berkualitas.
i) Laporan perkembangan hasil belajar siswa sangat diperlukan
untuk mengetahui progress report setiap siswa.
j) Dari banyaknya lembaga membuktikan bahwasannya
koordinator sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang
ada di lembaga. Pembelajaran Al-Qur’an yang baik sebagian
besar karena adanya koordinator yang handal, dan juga
sebaliknya.
e. Model Pembelajaran Metode Ummi
Dalam pembelajaran metode ummi ada 4 model pembelajaran, yaitu :14 14

1) Privat / Individual
Metodologi individual adalah metodologi pembelajaran dengan cara
memanggil satu murid. Untuk murid yang lainnya ditugasi untuk
membaca secara mandiri atau menulis buku ummi. Cara ini
digunakan jika :
a) Murid memiliki kuantitas banyak sementara gurunya hanya
sendiri.
b) Dalam satu kelompok, jilid ummi dan halamannya berbeda.
c) Digunakan untuk jilid ummi awal ( 1 dan 2).
d) Banyak digunakan untuk anak usia dini (TK).
2) Klasikal Individual
1414
Ibid, 9.
11

Metodologi klasikal individual adalah dilakukan dengan cara


membaca klasikal halaman yang ditentukan pengajar. Kemudian,
evaluasi pembelajaran dilanjutkan dengan individual.
Cara ini dapat digunakan jika :
a) Jilidnya sama dalam satu halaqah dan halamannya tidak sama.
b) Digunakan untuk jilid 2, 3 keatas.
3) Klasikal Baca Simak
Metodologi klasikal baca simak adalah pembelajaran dengan cara
membaca klasikal halaman yang ditentukan pengajar. Kemudian,
pembelajaran dilakukan dengan pola baca simak. Baca simak
dilakukan dengan cara satu siswa membaca, dan disimak oleh
seluruh temannya. Pola ini dilakukan dalam satu kelompok tersebut,
meskipun halamannya berbeda. Cara ini dapat digunakan jika:
a) Dalam satu halaqah jilidnya sama halamannya tidak sama.
b) Dipakai untuk jilid 3 sampai jilid 6 atau pembelajaran kelas Al-
Qur’an.
4) Klasikal Baca Simak Murni
Metodologi klasikal baca simak murni hampir sama dengan
metodologi pembelajaran Al-Qur’an metode klasikal baca simak.
Perbedaannya adalah jilid dan halaman anak dalam satu kelompok
sama.
6. Tahapan-Tahapan Pembelajaran Metode Ummi
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran sangat penting untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam pembelajaran metode ummi
juga memiliki tahapan-tahapan dalam pembelajarannya. Langkah-
langkah tersebut harus dilakukan oleh guru dalam proses mengajar.
Diantaranya :

a. Pembukaan
12

Pada bagian ini digunakan oleh guru untuk mengkondisikan siswa


agar siap belajar. Di dalamnya berisi salam dan do’a pembuka
belajar.
b. Apersepsi
Apersepsi adalah mengulang kembali materi yang kemarin sudah
diajarkan. Serta mengaitkan dengan materi baru yang akan diajarkan
pada hari ini.
c. Penanaman konsep
Berisi penjelasan materi atau pokok bahasan yang akan dipelajari
oleh siswa hari ini.
d. Pemahaman konsep
Melatih anak untuk membaca contoh-contoh yang tertulis dibawah
pokok bahsan. Hal ini dilakukan agar anak paham dengan konsep
yang telah diajarkan.

e. Ketrampilan
Membaca contoh atau latihan pada halaman pokok bahasan dengan
cara diulang-ulang, untuk melancarkan bacaan anak.
f. Evaluasi
Proses pengamatan dan penilaian kemampuan serta kualitas bacaan
anak satu persatu. Tahapan ini dilakukan dengan menulis hasil
evaluasi di buku prestasi.
g. Penutup
Guru mengkondisikan siswa untuk tetap tenang. Dilanjutkan dengan
membaca do’a dan salam penutup.

Dari tahapan-tahapan pembelajaran tersebut, maka terdapat pembagian


waktu dalam pembelajaran metode ummi yang harus diperhatikan oleh
semua pengajar Al-Qur’an, diantaranya :15 15

a. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an metode ummi di sekolah


Jilid 1-6 dan Al-Qur’an (60 menit)
1515
Ibid, 11.
13

 5 menit pembukaan yang berisi salam, do’a pembuka, dll.


 10 menit hafalan surat-surat pendek sesuai target.
 10 menit klasikal menggunakan alat peraga.
 30 menit Individual / Baca Simak / Baca Simak Murni.
 5 menit penutup yang berisi drill dan do’a penutup.
b. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an metode ummi di sekolah
Jilid Gharib dan Tajwid Dasar (60 menit)
 5 menit pembukaan yang berisi salam, do’a pembuka, dll.
 10 menit hafalan surat-surat pendek sesuai target.
 20 menit materi Gharib / Tajwid menggunakan alat peraga dan
buku.
 20 menit tadarus Al-Qur’an (Baca Simak Murni).
 5 menit penutup yang berisi drill dan do’a penutup.
c. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an metode ummi di TKQ/TPQ
Jilid 1-6 dan Al-Qur’an (90 menit).
 5 menit pembukaan yang berisi salam, do’a pembuka, dll.
 10 menit hafalan surat-surat pendek sesuai target.
 10 menit klasikal menggunakan alat peraga.
 30 menit Individual / Baca Simak / Baca Simak Murni.
 30 menit materi tambahan (hafalan do’a sehari-hari, wudhu,
sholat, fiqih, aqidah,akhlaq, menulis, dll).
 5 menit penutup yang berisi drill dan do’a penutup.
d. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an metode ummi di TKQ/TPQ
Jilid Gharib dan Tajwid Dasar (90 menit).
 5 menit pembukaan yang berisi salam, do’a pembuka, dll.
 10 menit hafalan surat-surat pendek sesuai target.
 20 menit materi Gharib / Tajwid menggunakan alat peraga dan
buku.
 20 menit tadarus Al-Qur’an (Baca Simak Murni).
14

 30 menit materi tambahan (hafalan do’a sehari-hari, wudhu,


sholat, fiqih, aqidah,akhlaq, menulis, dll).
 5 menit penutup yang berisi drill dan do’a penutup.
Spesifikasi dan kompetensi yang harus dicapai dalam setiap jilid ummi :

JILID SPESIFIKASI KOMPETENSI

a. Pengenalan huruf hijaaiyah


dari Alif sampai Ya'.  “ Mengenal dan mampu membaca
b. Pengenalan huruf hijaiyah huruf hijaiyah dari Alif sampai Ya'
1 berharakat fathah dari Alif dengan baik dan benar.
sampai Ya'.  Mampu membaca 2-3 huruf tunggal
c. Membaca 2 sampai 3 huruf yang berharakat fathah dengan tartil
tunggal berharakat fathah tanpa berfikir lama.”16 16
dari Alif sampai Ya'.
a. Pengenalan tanda baca  “ Mampu membaca ummi jilid 2
(Harakat) selain fathah. tentang bacaan berharakat selain
fathah dengan tartil tanpa berfikir
b. Pengenalan huruf sambung
lama.
dari Alif sampai Ya'.
2  Memahami nama-nama harakat
selain fathah. Mampu membaca
c. Pengenalan angka arab dari bacaan yang berharakat selain fathah
1-99. dengan tepat.
 Mengenal dan faham angka arab dari
1-99.”17 17
a. Pengenalan bacaan Mad
Thobi'I dibaca panjang satu  “ Mampu membaca bacaan panjang /
alif (satu ayunan). Mad Thobi'I dibaca panjang satu alif.
b. Mengenal bacaan Mad  Menguasai bacaan Mad Wajib
3
Wajib Muttashil dan Mad Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil
Jaiz Munfashil. dibaca panjang 2 alif.
 Faham dan mampu menyebutkan
c. Mengenal angka arab dari angka arab 100-900.”18 18
100-900.
a. Pengenalan huruf yang  “ Mampu membaca dengan tartil
disukun dan huruf yang di dengan menitik beratkan pada setiap
tasydid di tekan huruf yang disukun dan ditasydid
membacanya. ditekan membacanya, tidak dibaca
4 kendor / tawallut.
b. Pengenalan huruf-huruf  Mampu membedakan huruf-huruf
Fawatikhusuwar yang ada yang mempunyai kesamaan suara
di halaman 20. ketika di sukun atau ditasydid
dengan baik dan benar.”19 19
5 a. Pengenalan tanda baca  “ Mampu dan lancar membaca
waqaf. latihan / ayat-ayat yang sudah ada

1616
Masruri dan A.Yusuf , Ummi Jilid 1, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2013), 7.
1717
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 2, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
1818
Masruri dan A.Yusuf ,Ummi Jilid 3, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
1919
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 4, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
15

b. Pengenalan bacaan tanda waqafnya.


dengung.  Mampu membaca semua bacaan
yang dibaca dengung.
c. Pengenalan hukum lafadz  Mampu membaca dan membedakan
Allah (Tafkhim dan lafadz Allah "Tafkhim dan Tarqiq".
Tarqiq).  Mampu membaca Fawatikhusuwar
dengan baik dan benar.”20 20
a. Pengenalan bacaan  “ Mampu membaca bacaan Qolqolah
Qolqolah. baik yang dibaca tipis maupun yang
b. Pengenalan bacaan yang dibaca tebal.
tidak dengung.  Mampu membaca dengan trampil
c. Pengenalan Nun Iwadh bacaan yang dibaca tidak dengung.
6 baik di awal dan di tengah  Menguasai dan faham bacaan Ana
ayat. yang tulisannya panjang dibaca
pendek.
d. Pengenalan bacaan Ana  Menguasai tanda waqaf dan tanda
(tulisannya panjang dibca washal yang ada di dalam Al-Qur'an.
pendek).  Mampu membaca dengan lancar dan
trampil halaman 36-39.”21 21
a. Pengenalan tentang bacaan  “ Mampu memberikan tanda pada
tartil dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an dengan panduan buku
Al-Qur'an

Waqaf dan Ibtida'.


b. Pengenalan cara memberi  Mampu membaca Al-Qur'an dengan
tanda waqaf dan ibtida' lancar dan tartil tidak terbatah-
dalam AL-Qur'an. batah.”
a. Pengenalan bacaan yang  “ Mampu membaca bacaan gharib
Ghoroibul Qur'an

memerlukan kehati-hatian dan musykilat dalam Al-Qur'an


dalam membacanya. dengan tartil, baik dan benar.
 Mampu mengomentari dan hafal
b. Pengenalan bacaan gharib semua komentar pelajaran gharib
dan musykilat dalam Al- yang ada di buku gharib dengan
Qur'an. lancar dan cepat.”22 22
 “ Faham dan hafal teori tajwid dasar
dari hukum nun sukun atau tanwin
sampai dengan hukum mad. Mampu
a. Pengenalan teori ilmu
Tajwid Dasar

menyebutkan contoh-contoh bacaan


tajwid dasar dari hukum
di setiap materi yang ada di buku
nunsukun atau tanwin
tajwid dasar.
sampai dengan hukum
 Mampu menguraikan secara praktik
Mad.
bacaan tajwid yang ada di dalam Al-
Qur'an dengan lancar dan trampil
tanpa berfikir lama.”23 23

2020
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 5, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
2121
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 6, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
2222
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Gharib, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
2323
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Tajwid Dasar, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
16

a. Jilid 1  “ Mengenal dan mampu


 “Pengenalan huruf membaca huruf hijaiyah dari
tunggal berharakat Alif sampai Ya' dengan baik
fathah A-Ya. dan benar.
 Membaca 2-3 huruf  Mampu membaca 2-3 huruf
tunggal berharakat tunggal yang berharakat
fathah A-Ya. fathah dengan tartil tanpa
 Pengenalan huruf berfikir lama.
sambung Alif-Ya.  Mampu membaca ummi
Ummi Dewasa

 Membaca 3-5 huruf tentang bacaan berharakat


sambung berharakat selain fathah dengan tartil
fathah, kasroh, tanpa berfikir lama.
dhommah, fathah  Memahami nama-nama
tanwin, kasroh tanwin harakat selain fathah. Mampu
dan dhommah tanwin. membaca bacaan yang
 Pengenalan harakat berharakat selain fathah
fathah, kasroh, dengan tepat.
dhommah, fathah  Mengenal dan faham angka
tanwin, kasroh tanwin arab dari 1-99.”24 24
dan dhommah tanwin.
 Pengenalan angka arab
1-99.”

2424
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Remaja dan Dewasa, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation,
2017), 7.
17

b. Jilid 2  “ Mampu membaca bacaan


 “ Pengenalan tanda baca panjang / Mad Thobi'I dibaca
panjang (Mad Thobi’i) : panjang satu alif.
a. Fathah diikuti alif  Menguasai bacaan Mad Wajib
dan fathah panjang. Muttashil dan Mad Jaiz
b. Kasroh diikuti ya’ Munfashil dibaca panjang 2 alif.
sukun dan kasroh  Faham dan mampu
panjang. menyebutkan angka arab 100-
c. Dhommah diikuti 900.
wawu sukun dan  Mampu membaca dengan tartil
dhommah panjang. dengan menitik beratkan pada
 Pengenalan tanda baca setiap huruf yang disukun dan
panjang ( Mad Wajib ditasydid ditekan membacanya,
Muttashil dan Mad Jaiz tidak dibaca kendor / tawallut.
Munfashil).  Mampu membedakan huruf-
 Pengenalan huruf yang huruf yang mempunyai
disukun ditekan kesamaan suara ketika di sukun
membacanya. atau ditasydid dengan baik dan
 Pengenalan tanda benar.”25 25
tasydid ditekan
membacanya.
 Membedakan cara
membaca huruf-huruf
a. Tsa’, sin dan syin
yang disukun.
b. ‘Ain dan hamzah
yang disukun.
c. Ha’, Kho’ dan Hha’
yang disukun.
 Pengenalan angka arab
100-500.
 Pengenalan fathah
panjang, kasrah panjang,
dhommah panjang, dan
sukun.”

2525
Ibid, 3.
18

c. Jilid 3
 “ Pengenalan cara
membaca
waqaf/mewaqofkan.  “ Mampu dan lancar membaca
latihan / ayat-ayat yang sudah
 Pengenalan bacaan
ada tanda waqafnya.
ghunnah / dengung.
 Mampu membaca semua
 Pengenalan bacaan
bacaan yang dibaca dengung.
ikhfa’ / samar.
 Mampu membaca dan
 Pengenalan bacaan
membedakan lafadz Allah
idgham bighunnah.
"Tafkhim dan Tarqiq".
 Pengenalan bacaan
 Mampu membaca
iqlab.
Fawatikhusuwar dengan baik
 Pengenalan cara
dan benar.
membaca lafadz Allah
 Mampu membaca bacaan
(tafkhim/tarqiq).
Qolqolah baik yang dibaca tipis
 Pengenalan bacaan
maupun yang dibaca tebal.
Qolqolah.
 Mampu membaca dengan
 Pengenalan bacaan
trampil bacaan yang dibaca
idgham bilaghunnah.
tidak dengung.
 Pengenalan bacaan
 Menguasai dan faham bacaan
idhar.
Ana yang tulisannya panjang
 Cara membaca nun
dibaca pendek.
iwadl (awal/tengah)
 Menguasai tanda waqaf dan
 Membaca Ana, Na-nya
tanda washal yang ada di dalam
dibaca pendek. Al-Qur'an.
 Pengenalan macam-
 Mampu membaca dengan
macam tanda waqaf dan lancar dan trampil halaman 36-
washal.
39.”26 26
 Latihan membaca tartil
Al-Qur’an di surat Al-
Baqarah ayat 1-7.”

Dalam menjalankan metode ini, Ummi Foundation juga mempunyai


kebijakan-kebijkan untuk menjaga mutu Ummi. 10 kebijakan mutu Ummi
Foundation diantaranya :27 27
a. Untuk menjaga mutu, Ummi Foundation tidak menjual buku. Buku
ummi juga tidak dijual secara bebas. Ummi Foundation lebih
menawarkan pada sistem.
b. Kualitas pembelajaran Al-Qur’an sangat dipengaruhi langsung oleh
tiga hal, yaitu guru, buku/metode dan sistem yang bermutu.
c. Buku ummi hanya dapat dibeli jika sudah memiliki sertifikat ummi :
1) Untuk pembelian perorangan harus dengan menunjukkan sertifikat
ummi, banyaknya santri dan basis lembaga yang diikuti.
2626
Ibid, 3.
2727
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi………… 33.
19

2) Dalam suatu lembaga, 60 % pengajar harus bersertifikat Ummi.


Yang belum memiliki sertifikat diberi kesempatan paling lambat 2-
3 bulan.
d. Untuk menjaga mutu pengajaran Al-Qur’an, semua pengguna ummi
harus berkomitmen untuk bersama menjaga mutu. Selain itu juga mutu
akhlak para pengajar dan para santri.
e. Yang berhak mengeluarkan sertifikat adalah Ummi Foundation.
Sertifikat santri dikeluarkan melalui tahap munaqosyah. Untuk
sertifikat pengajar dikeluarkan melalui tahap sertifikasi.
f. Nomor registrasi didapatkan oleh seluruh lembaga yang menggunakan
sistem ummi. Selain itu lembaga-lembaga tersebut juga mendapatkan
piagam yang harus dipasang di kantor lembaga.
g. Ummi Foundation akan memberikan kesempatan 2x6 bulan untuk
lembaga yang belum memenuhi syarat. Lembaga-lembaga tersebut
juga akan mendapatkan bimbingan dari pihak Ummi Foundation.
h. Penilaian akreditasi untuk lembaga memiliki tiga tingkatan predikat,
yaitu (A) Predikat Baik, (B) Cukup, (C) Kurang. Predikat tersebut
diperoleh atas dasar penilaian terhadap kuantitas guru yang
bersertifikat ummi, banyaknya hari efektif pembelajaran, kuantitas
guru dan siswa, penerapan pembelajaran dan tingkat kelulusan yang
dicapai.
i. Kontrol kualitas / Quality Control (QC) untuk menjaga mutu hasil
sistem ummi dilakukan oleh tiga pihak. Kontrol kualitas dari kepala
TPQ/ koordinator sekolah, Korcam dan Korcab.
j. Peningkatan mutu tidak hanya ada pada lembaga yang menggunakan
ummi. Pada tiap tingkatan struktur Ummi Foundation dan jaringannya
juga ada. Mulai dari tingkat TKQ-TPQ/ sekolah, Korcam, Korcab,
Korwil maupun koordinator metode ummi pusat.
2. Tahsin Metode Ummi
Tahsin berasal dari kata hasana, yahsunu, husnan. Yang artinya
memperbaiki, menghiasi, membaguskian, memperindah, atau membuat
20

lebih baik dari semula. Tahsin merupakan upaya memperbaiki dan


membaguskan bacaan Al-Qur’an sesuai dengan hukum tajwid. Metode
Ummi juga mempunyai program tahsin untuk orang dewasa yang ingin
belajar Al-Qur’an.28 28
Tahsin pada hakikatnya sama dengan kegiatan pengajaran Al-
Qur’an metode ummi pada umumnya. Yang membedakan adalah jika
tahsin metode ummi sudah tuntas maka harus mengikuti tashih dan
sertifikasi. Sedangkan dalam proses pengajaran Al-Qur’an anak-anak di
sekolah, harus mengikuti tes Munaqosyah setelah menyelesaikan semua
tahapan belajar untuk mendapatkan ijazah/sertifikat ummi.
Tahsin metode ummi dilakukan untuk membantu semua orang
dalam upaya untuk memperbaiki dan membaguskan bacaan Al-Qur’an.
Dalam tahsin ini, peserta tahsin akan dibimbing untuk bisa memperbaiki
bacaannya sesuai dengan sifatul huruf, cara membacanya dan hukum
bacaannya. Tahsin metode ummi dapat diikuti oleh semua kalangan, baik
yang belum bisa membaca Al-Qur’an maupun yang sudah bisa
membacanya.
Kegiatan tahsin metode ummi dilakukan dengan beberapa tahapan.
Yang pertama, calon peserta tahsin harus mengikuti tes/ tashih membaca
Al-Qur’an terlebih dahulu untuk menentukan kemampuan yang dimiliki
sampai pada tahap jilid berapa. Setelah diketahui kemampuan yang telah
dimiliki, maka peserta tahsin akan ditempatkan pada
kelas/kelompok/halaqah yang sesuai dengan penempatan jilid yang sudah
ditentukan dari hasil tes. Yang kedua, peserta tahsin akan dibimbing dan
mengikuti pembelajaran Al-Qur’an sesuai dengan capaian jilidnya. Dalam
pembelajaran tersebut, pada setiap halaqah akan dibimbing oleh satu guru
Al-Qur’an. Dalam pembelajaran tahsin Al-Qur’an metode ummi, Ummi
Foundation telah menyiapkan sebuah buku jilid khusus untuk orang
dewasa. Dimana dalam satu buku tersebut telah mencakup keseluruhan

2828
Hisyam Bin Mahrus Ali Al-Makky, Tahsin dan tajwid : Dari Buku Bimbingan Tahsin Tilawah
Al-Qur’an, (www.ibnumajjah.com diakses 2018).
21

materi dari jilid satu sampai jilid enam. Dalam satu buku ummi dewasa
tersebut terdiri dari tiga jilid, diantaranya jilid satu mencakup materi yang
ada di dalam jilid satu dan dua buku ummi anak-anak. Jilid dua mencakup
materi yang ada di dalam jilid tiga dan empat buku ummi anak-anak. Jilid
tiga mencakup materi yang ada di dalam jilid lima dan enam buku ummi
anak-anak. Pembuatan jilid ummi dewasa ini dimaksudkan agar semua
orang dewasa tidak merasa malu dalam belajar menggunakan jilid yang
identik dengan anak-anak. Selain itu, buku ummi dewasa ini dibuat
sesimpel mungkin untuk memudahkan orang dewasa dalam belajar.
Tulisan huruf yang digunakan juga tidak sebesar tulisan yang ada di buku
jilid anak-anak, karena untuk membentuk pemikiran orang dewasa bahwa
ada perbedaan antara ummi jilid anak-anak dengan khusus untuk dewasa.
Dengan ini orang dewasa diharapkan memiliki semangat yang tinggi
dalam belajar Al-Qur’an meskipun dengan kesibukan dan faktor usia yang
dimilikinya.
Setelah menyelesaikan pembelajaran jilid, peserta tahsin akan
masuk ke kelas Al-Qur’an, dimana pembelajaran dilakukan dengan
menggunakan mushaf Al-Qur’an, gharib, dan tajwid dasar. Dalam kelas
Al-Qur’an, peserta tahsin harus dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar
dan tartil. Tahapan pertama di dalam pembelajaran Al-Qur’an, peserta
tahsin mulai dikenalkan dan mempelajari bacaan-bacaan yang asing yang
ada di dalam Al-Qur’an atau ghoroibul Qur’an. Setelah tuntas
pembelajaran gharib, peserta tahsin akan masuk ke tahapan yang kedua
pada kelas Al-Qur’an, yaitu pembelajaran tajwid dasar. Peserta tahsin akan
diajarkan setiap hukum tajwid dari hukum nun sukun atau tanwin sampai
hukum mad. Disini peserta tahsin harus mampu membaca Al-Qur’an
sesuai hukum tajwid dan diharapkan mampu mengurai setiap ayatnya.
Setelah peserta tahsin menyelesaikan semua rangkaian kegiatan
pembelajaran dan dinyatakan oleh guru Al-Qur’an bisa mengikuti
tes/tashih, maka peserta akan mengikuti tashih oleh Ummi Foundation.
Jika hasil yang di dapat oleh peserta dalam tashih tersebut dinyatakan
22

lulus, maka peserta bisa mengikuti tahap selanjutnya untuk memperoleh


sertifikat dengan mengikuti kegiatan sertifikasi oleh pihak Ummi
Foundation. Jika hasil yang diperoleh dalam tashih masih belum lulus dan
dinyatakan masih naik jilid, maka peserta akan dibimbing kembali dengan
mengikuti rangkaian kegiatan tahsin seperti semula.
3. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
a. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Pembelajaran adalah suatu proses yang saling berpengaruh antara
beberapa komponen. Diantaranya adalah peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan proses dua arah. Di mana guru sebagai pendidik bertugas untuk
mengajar, sedangkan peserta didik bertugas untuk belajar.29 29

Pembelajaran bertujuan untuk memberikan bantuan kepada peserta didik


agar dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan. Peserta didik mampu untuk
mengarahkan penguasaan bakat kemampuannya, membentuk sikap dan
kepercayaan diri. Jadi, pembelajaran merupakan proses membantu siswa
agar dapat belajar dengan baik.30 30
Secara bahasa lafal Al-Qur’an sama dengan qira’ah, yaitu akar dari
qara’a, qira’atan wa qur’anan. Bentuk kata kerjanya adalah qara’a yang
artinya mengumpulkan dan menghimpun. Jadi, qira’ah berarti menyatukan
dan memadukan sebagian huruf & kata dengan sebagian lainnya. Menurut
Subhi As-Shalih, Al-Qur’an adalah kalam ilahi dari sumber mutawattir dan
membacanya bernilai ibadah.31 31Sedangkan menurut Zakiah Darajat, Al-
Qur’an adalah wahyu Allah yang dibukukan yang menjadi sumber utama
ajaran Islam, dan membacanya dianggap ibadah.32 32

Pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah sangat penting bagi seluruh


umat Islam. Gerbang menuju pengetahuan Islamiyah seperti akidah,
2929
Asep Hermawan, Konsep Belajar dan Pembelajaran Menurut Al-Ghazali, Jurnal Qathruna,
Vo.1 No.1, Periode Januari-Juni, 2014, 89.
3030
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 4 No. 1, Maret, 2018, 55.
3131
Ibid, 56.
3232
Ibid, 56.
23

ibadah, dan akhlak didapat dengan membaca Al-Qur’an. Membaca adalah


proses pertama dan utama dalam membuka kunci petunjuk umat Islam.

Sebagaimana wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada umat


manusia melalui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :

َ ُّ‫ق ا ْق{ َرْأ َو َرب‬


‫ك اَأْل ْك{ َر ُم‬ ٍ {َ‫نس{انَ ِم ْن َعل‬ َ ‫ق اِإْل‬ َ {َ‫ق َخل‬َ َ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذي خَ ل‬
‫الَّ ِذي عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم عَلَّ َم اِإْل ن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬

“Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang


menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.” (QS. AL-Alaq : 1-5) 33 33

Perintah membaca juga ada dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat


45:

َّ ‫ٱلص{{{لَ ٰو ۖةَ ِإ َّن‬


‫ٱلص{{{لَ ٰوةَ ت َۡنهَ ٰى َع ِن‬ َّ ‫ب َوَأقِ ِم‬ ِ َ‫ۡٱت{{{ ُل َم{{{ٓا ُأو ِح َي ِإلَ ۡي{{{ كَ ِمنَ ۡٱل ِك ٰت‬
ۡ ‫ۡٱلفَ ۡح َشٓا ِء َو ۡٱل ُمن َك ۗ ِر َولَ ِذ ۡك ُر ٱهَّلل ِ َأ ۡكبَ ۗ ُر َوٱهَّلل ُ يَ ۡعلَ ُم َما ت‬
َ‫َصنَعُون‬

Artinya : “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al


Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 34 34

Sebagai suatu kegiatan interaksi belajar mengajar, pengajaran Al-


Qur’an juga memiliki tujuan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh prof.
Dr. Mahmud Yunus tujuannya adalah agar semua pelajar mampu
membaca Al-Qur’an menurut tajwid, terbiasa dengan Al-Qur’an dalam

3333
Departemen Agama republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:Al-Hidayah
Surabaya,2002), 904.
3434
Ibid, 566.
24

kehidupan sehari-hari, wawasan bahasa yang banyak, indah, dan menarik.


35 35

Secara umum, terdapat isi dalam pengajaran Al-Qur’an, meliputi : 36 36

1) Mengenal dan mengetahui huruf hijaiyah, dari alif sampai ya’.


2) Cara melafalkan huruf hijaiyah sesuai makhroj.
3) Mengenal bentuk dan fungsi tanda baca yang terdapat pada Al-
Qur’an.
4) Mengenal bentuk dan fungsi tanda waqof.
5) Cara membaca dan melagukan dengan menggunakan bermacam-
macam irama dan qiraat.
6) Adabut tilawah, berisi adab-adab atau etika dalam membaca Al-
Qur’an.
Jadi pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah suatu proses interaksi
belajar mengajar yang bertujuan untuk bisa membaca Al-Qur’an
sebagaimana kaidah membacanya.

b. Strategi pembelajaran
Pembelajaran adalah hubungan yang berpengaruh antara siswa dengan
pengajar dan sumber belajar. Interaksi tersebut terjadi pada suatu
lingkungan belajar. Sedangkan strategi pembelajaran merupakan suatu
kegiatan untuk mencapai suatu pembelajaran yang bembawa hasil yang
tepat. 37 37
Begitupun dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an. Seorang guru
harus mempunyai strategi sebelum melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Strategi tersebut juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang hendak dicapai. Karena proses pemilihan strategi sangat berpengaruh
terhadap hasil pembelajran.

3535
Muhammad Aman Ma’mun, “Kajian Pembelajaran……….., 56.
3636
Ibid, 57.
3737
R.Andi Ahmad Gunadi, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri Terhadap Hasil
Belajar Mata Kuliah Ilmu Pendidikan, Jurnal Ilmiah WIDYA, Vol. 2 No. 3, Agustus-Oktober,
2014, 12.
25

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Membaca Al-


Qur’an
Belajar mengajar membaca Al-Qur’an adalah sesuatu sangat penting
yang harus dilakukan seluruh umat Islam. Hal ini disebabkan Al-Qur’an
adalah pedoman hidup dan sumber utama semua aspek kehidupan
manusia. Dalam pembelajaran Al-Qur’an terdapat faktor-faktor yang
berpengaruh, diantaranya :38 38

1) Guru
Guru merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar mengajar.
Seorang guru Al-Qur’an harus memiliki kemampuan dalam mengajar
maupun membaca Al-Qur’an. Pengajar Al-Qur’an harus sudah lulus
tashih dan juga mengikuti penataran / diklat. Selain itu, guru juga
harus mempersiapkan media yang harus digunakan dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut sangat penting untuk
diperhatikan oleh semua guru Al-Qur’an, karena proses keberhasilan
dalam pembelajaran ada di tangan seorang guru.
2) Peserta Didik/ Siswa
Tidak ada artinya apabila dalam suatu proses belajar mengajar tidak
mempunyai siswa sama sekali. Oleh karena itu, siswa memiliki peran
yang sangat besar dalam terselenggaranya kegiatan pembelajaran.
3) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang harus terpenuhi dalam pembelajaran Al-
Qur’an meliputi buku/kitab/jilid, alat peraga, dan media belajar yang
lain.

4. Ummahat (Ibu-Ibu)
a. Pengertian Ummahat
Bentuk mufrad dari kata “ummahat” yakni “ummun”. Artinya adalah
sebuah status yang hanya disandang oleh seseorang yang telah melahirkan

3838
Gusman, Analisis Faktor Penyebab Kurangnya Kemampuan Siswa Dalam Baca Tulis Al-
Qur’an di MTsN Kedurang Bengkulu Selatan, Al-Bahtsu: Vol. 2 No. 2, Desember 2017, 234.
26

seorang anak. Dari sini dapat diartikan bahwasannya ummahat adalah


istilah yang biasa disematkan kepada kaum ibu-ibu.39 39
Seorang ibu dapat digolongan dalam kategori orang dewasa
perempuan. Karena seorang ibu sudah memiliki sifat dan ciri-ciri orang
dewasa. Ciri-ciri dewasa yang dimaksud adalah dilihat dari kondisi fisik
dan usia. Selain itu, kejiwaan dan perannya terhadap tuntutan tugas dari
status yang dimilikinya. Menurut Elias dan Sharen B. Merriam
menyebutkan bahwa kedewasaan seseorang dapat dilihat dari :40 40
1) Age
Dewasa berdasarkan usia adalah setiap orang yang mulai berusia
21 tahun (meskipun belum menikah). Orang dewasa pada usia 20-30 an
adalah masa-masa aktif seseorang untuk menuju puncak karirnya.
Seseorang akan sangat antusias dan memiliki semangat yang tinggi dalam
melakukan tugas-tugas dan kewajiban yang dimilikinya. Pada usia ini
adalah masa puncak pertumbuhan fisik yang prima dan usia tersehat dari
usia manusia, sehingga dapat dikatakan bahwasannya usia ini adalah masa
aktif-aktifnya manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Selain itu,
seseorang dikatakan dewasa dari segi usia jika sudah mengalami
perubahan pada fisik/biologisnya. Hal tersebut ditandai dengan
kematangan tubuhnya secara optimal dan kesiapan serta kemampuannya
untuk melakukan reproduksi.
Pada usia dewasa seseorang akan mulai melakukan pemantapan
kesadaran dalam beragama. Kebutuhan untuk menjalankan agama dengan
benar mulai dirasakan, karena dengan keyakinan bahwasannya semakin
bertambahnya usia seseorang maka akan semakin dekat dirinya dengan
kematian. Selain itu juga karena merasa memiliki tugas dan tanggung
jawab untuk mengajari anak-anaknya dalam mempelajari ilmu agama.
Sehingga pada masa-masa ini pendidikan agama sangat dibutuhkan dan
3939
Siti Maslahah, Al-Qur’an Mengagungkan Ibu Dengan Kata Ummahat, Apa Alasannya?,
(https://kabarjombang.com, diakses 11 September 2015).
4040
Zainuddin, Implementasi Andragogi di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang,
Jurnal Qolamuna, Vol. 2, No. 1, Juli, 2016, 118.
27

dicari oleh semua orang. Hal ini dikarenakan mulai munculnya kesadaran
beragama pada diri orang tua.
2) Psychological maturity
Seseorang dikatakan dewasa ditandai dengan kematangan
psikologisnya, meliputi emosi yang stabil, tidak menyalahkan seseorang
jika mengalami kegagalan, toleransi dan optimis. Pada masa ini seseorang
akan memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang
telah diambil, yang meliputi pengamalan ajaran agama, memasuki dunia
kerja, memilih pasangan hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup
berkeluarga, merawat dan mendidik anak, mengelola rumah tanggga,
memperoleh karier yang baik, berperan dalam masyarakat, mencari
kelompok sosial yang menyenangkan. Ciri-ciri kematangan yang dimiliki
oleh individu diantaranya:41 41
a) Minatnya yang tidak berorientasi pada perasaan dan
kepentingannya sendiri, tetapi lebih mengarah kepada tugas-tugas
atau tanggung jawab yang dimilikinya.
b) Kebiasaan kerja yang dimiliki sangat efisien serta tujuan-tujuan
yang dikembangkan dalam konsep dirinya jelas.
c) Dapat mengendalikan perasaan pribadinya dalam bergaul.
d) Setiap keputusan yang diambil memiliki pandangan yang obyektif.
e) Menerima kritik dan saran untuk meningkatkan diri.
f) Bertanggung jawab terhadap setiap yang dilakukan.
g) Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

3) Social roles
Dewasa secara sosial dapat dilihat dari kesiapan individu dalam
menerima tanggung jawab yang diberikan kepadanya, baik itu tugas yang
berhubungan dengan dirinya maupun lingkungan dimana dia berada.
Tugas-tugas pribadi dan sosialnya dikerjakan dan diselesaikan dengan
4141
Mohammad Al-Farabi, Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Kencana,
2018),30.
28

kesadarannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Peran sosial


ini juga meliputi sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan status yang
dimilikinya dalam masyarakat. Karena keterlibatan dalam peran social,
orang dewasa membutuhkan dan memiliki minat belajar yang terkait
dengan pengembangan peran sosialnya. Mereka menginginkan kegiatan
belajarnya dapat mendukung karier dan kesuksesan kerja mereka. Oleh
karena itu orang dewasa seolah-olah selalu siap belajar sesuatu yang
terkait dengan tugas sosialnya.
Kesadaran untuk belajar biasanya banyak ditemukan pada orang
dewasa di daerah perkotaan, karena karena selain faktor ekonomi yang
memadai, juga karena latar belakang pendidikan yang mereka miliki.
Dengan ekonomi yang memadai, orang-orang tersebut dapat melakukan
dan mendapatkan apa saja dengan mudah. Mereka dapat memenuhi setiap
kebutuhan maupun keinginannya dengan cepat, tanpa harus mengeluarkan
banyak tenaga. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh orang-orang
dewasa ekonomi atas di daerah perkotaan biasanya sebagian besar adalah
orang yang berpendidikan. Tidak sedikit dari mereka adalah para sarjana.
Dengan semua yang mereka miliki, ternyata banyak dari mereka yang
merasakan bahwa ada yang masih kurang dari kehidupan mereka, yaitu
kesadaran dalam beragama. Banyak dari mereka yang merasakan
kegundahan, kebosanan, dan kehampaan dalam hidupnya. Dengan ini
tidak heran jika banyak sekali minat belajar yang tumbuh dari orang
dewasa, terutama di daerah perkotaan.
Berbeda dengan orang di daerah pedesaan, banyak dari mereka
yang belum memiliki kesadaran dalam belajar. Hal ini terjadi karena
ketidaktahuan mereka akan pentingnya pendidikan untuk kehidupannya.
Mereka berpikir bahwasannya belajar itu tidak penting, yang utama adalah
mereka bisa mencari uang sendiri (jika sudah bisa mencari uang, maka
tidak perlu sekolah). Selain itu, mahalnya biaya pendidikan juga menjadi
salah satu faktor yang sangat penting dalam permasalahan ini. Dengan
penghasilan yang hanya cukup untuk makan, belum untuk beli peralatan
29

sekolah, seragam, uang saku, dll, membuat mereka berpikir dua kali untuk
belajar di suatu unit pendidikan.
b. Pendidikan Orang Dewasa
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang untuk mendewasakan manusia melalui pengajaran dan
pelatihan. Sedangkan orang dewasa merupakan manusia pada fase setelah
remaja. Dalam arti lain, pendidikan orang dewasa merupakan proses
interaksi antara pendidik dan peserta didik dewasa , baik dalam lingkup
pendidikan formal maupun nonformal.42 42
Pendidikan orang dewasa sering disebut dengan istilah andragogi,
yaitu seni dan ilmu membantu orang dewasa untuk belajar. Rumusan
tersebut lebih menekanklan pada teknik belajar orang dewasa agar dapat
belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Orientasi belajar orang
dewasa adalah untuk meningkatkan kemampuan diri untuk
mengembangkan orientasinya. Orientasi belajar orang dewasa terpusat
pada kegiatan yang sesuai dengan yang mereka harapkan dan pemecahan
masalah kehidupan.43 43
Pendidikan orang dewasa meliputi pendidikan formal dan non
formal. Pendidikan formal dilaksanakan pada tingkat SLTA dan PT.
sedangkan dalam pendidikan nonformal dilaksanakan dalam bentuk
Pendidikan Luar Sekolah oleh Masyarakat (PLSM), kursus, bimbingan,
penyuluhan, pengajian agama atau majelis taklim, pelatihan organisasi-
organisasi dan sejenisnya.44 44
Dalam pendidikan orang dewasa diperlukan konsep belajar yang
efektif dan efisien, diantaranya :45 45
1. Partisipasi aktif, pada umumnya orang dewasa memiliki rasa dan sifat
untuk bisa menguasai dalam setiap perkumpulan. Misalnya dalam

4242
Mohammad Al-Farabi, Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Kencana,
2018),29.
4343
Sunhaji, Konsep Pendidikan Orang Dewasa, Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No.1, Nopember,
2013, 4.
4444
Mohammad Al-Farabi, Pendidikan…………., 32.
4545
Ibid, 122.
30

suatu kegiatan pembelajaran, mereka juga saling berlomba-lomba


untuk bisa menunjukkan keberadaan dirinya dalam aktivitas tersebut.
Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa merasa dirinya sudah
mampu untuk mengambil keputusan sendiri dengan pengalaman hidup
yang telah dimilikinya. Sehingga setiap dari apa yang diutarakan oleh
orang dewasa harus mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari
setiap orang yang mendengarkannya.
2. Materinya menarik, semua orang dewasa cenderung memiliki rasa
malas untuk mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, apalagi jika tidak
sesuai dengan keinginannya. Mereka cenderung dalam memilih semua
kegiatan adalah dengan yang sesuai dengan kehidupannya sehari-hari
serta kebutuhan hidupnya. Jika dalam suatu kegiatan pembelajaran
yang materinya tidak menarik dan tidak sesuai dengan apa yang
dibutuhkan dalam kehidupannya, maka orang dewasa tidak akan
mengikutinya. Sebaliknya, jika suatu kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan menarik yang sesuai dengan kebutuhan orang
dewasa, maka oarang dewasapun akan mengikutinya. Hal ini
dikarenakan mereka menganggap dengan ia belajar, maka akan
membantu dalam memecahkan masalah (problem solving) yang ada
dalam kehidupannya.
3. Bermanfaat, orang dewasa dalam mengerjakan segala sesuatu selalu
memperkirakan manfaat apa yang akan dia capai jika melakukan suatu
kegiatan tersebut. Mereka akan belajar dengan sangat baik jika apa
yang diusahakan dengan belajar dapat bermanfaat dan dapat diterapkan
dalam kelompoknya.
4. Dorongan dan pengulangan, semua orang dewasa perlu mendapatkan
semanagat untuk mau belajar kembali. Karena pada usia tersebut,
mereka sering merasa malu untuk ikut belajar. Mereka merasa sudah
tidak pantas untuk bisa masuk ke suatu program pendidikan, karena
masih menganggap bahwasannya sekolah hanya untuk anak-anak,
bukan untuk oarang tua. Untuk membantu agar orang dewasa belajar
31

lebih baik lagi, maka perlu untuk selalu mengadakan pengulangan


yang dilakukan secara terus-menerus. Dengan melakukan pengulangan
tersebut diharapkan orang dewasa mampu menerima dan mengingat
setiap ilmu yang di dapat dari proses pembelajaran.
5. Kesempatan mengembangakan, orang dewasa akan belajar dengan
baik jika dia memiliki kesempatan untuk bisa mengembangakan
kemampuan, ketrampilan yang dimilikinya. Orang dewasa cenderung
memiliki keinginan, cita-cita yang ingin dituju dari setiap apa yang
dilakukannya. Dengan adanya tujuan tersebut, seseorang akan
memiliki semangat yang memacu dirinya untuk selalu bisa menjadi
lebih baik lagi.
6. Pengaruh pengalaman, dalam proses belajarnya orang dewasa sangat
dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan daya pikirnya. Oleh karena
itu, dalam melakukan segala sesuatu orang dewasa akan
memikirkannya terlebih dahulu secara matang. Mereka dapat
mengambil setiap keputusan dalam hidupnya dengan dengan baik
karena pengalaman yang dimilikinya. Begitupun dengan pengaruh
pengalaman dalam belajar, orang dewasa cenderung ingin selalu
dihormati setiap pendapatnya, karena mereka menganggap diri mereka
lebih paham karena pengalaman-pengalaman yang dia dapatkan
selama hidupnya, baik langsung maupun tidak langsung.

7. Saling pengertian, dalam melakukan proses pembelajaran orang


dewasa, semua orang harus mampu bertoleran dengan pendapat yang
dimiliki oleh temannya, karena mereka semua memiliki rasa untuk
ingin dihargai oleh orang lain. Jika seluruh orang dewasa dalam
kegiatan pembelajaran bisa mengerti dan saling memahami keadaan
masing-masing, maka pembelajaran akan dapat terwujud sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
8. Belajar situasi nyata, dalam melakukan kegiatan pembelajran orang
dewasa cenderung selalu mengaitkan segala apa yang dipelajari
32

dengan keadaan atau situasi nyata yang dialami dalam kehidupannya.


Dengan itu mereka akan mudah untuk menerima dan memahami setiap
ilmu yang didapatkannya dalam kegiatan pembelajaran.
9. Pemusatan perhatian, waktu konsentrasi yang dimiliki oleh setiap
orang itu berbeda-beda. Sebagaimana juga orang dewasa, mereka juga
tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama hanya untuk
mendengarkan saja. Oleh karena itu, dalam pembelajaran orang
dewasa perlu untuk konsep cara mengajar yang menarik dan sesuai
dengan keadaanya.
Pembelajaran kepada orang dewasa tidak semudah seperti
pembelajaran kepada anak-anak. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan usia yang mempengaruhi ingatan dan semangatnya.
Pembelajaran akan dapat lebih cepat melekat pada ingatannya, jika
pembimbing tidak terlalu mendominasi kelompok kelas. Hal ini dapat
dilakukan dengan mengurangi banyak bicara, dan mengupayakan agar
mereka mampu mengembangkan kepribadiannya. Orang dewasa sangat
menginginkan dihormati setiap pendapatnya. Dengan ini mereka akan
mampu untuk belajar lebih baik. Mereka akan senang jika dapat
memberikan saran pemikiran dan ide yang mereka miliki. Oleh karena itu,
sifat belajar orang dewasa lebih bersifat subyektif, dan unik. Yang pada
dasarnya terletak pada sifat saling menghormati dan menghargai.

Proses belajar manusia adalah sampai akhir hayat. Sebagaimana yang


islam ajarkan, bahwasannya menuntut ilmu itu wajib dimulai dari buaian
sampai masuk ke liang lahat. Tetapi ada hubungan yang terbalik antara
pertambahan usia dan kemampuan belajar orang dewasa. Semakin usianya
bertambah maka semakin sulit untuk belajar. Hal tersebut terjadi karena
menurunnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar dan
berkonsentrasi. Ciri-ciri belajar yang dimiliki orang dewasa menurut Haris
Mujiman adalah :46 46

4646
Sunhaji, Konsep Pendidikan …………, 7.
33

“Kegiatan belajarnya bersifat self directing (mengarahkan diri).


Menjawab pertanyaan atas dasar pengalaman, bukan
mengharapkan jawaban guru. Tidak mau didekte guru, karena akan
sadar akan kemampuan dirinya. Lebih senang dengan pembelajaran
pemecahan masalah. Lebih senang partisipasi aktif dari pada aktif.
Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah dimiliki. Lebih
senang collaborative learning, dengan tukar pengalaman dan
sharing.”

Dalam pembelajaran yang dilakukan kepada orang dewasa ini, maka


seorang pendidik harus mampu untuk :47 47
1) Membuat suasana belajar yang menyenangakan dan cocok untuk
mereka.
2) Membuat kontrak belajar atau perencanaan belajar yang disukai
oleh mereka secara bersama-sama.
3) Mengidentifikasi semua kebutuhan belajar yang diperlukan oleh
mereka.
4) Merusmuskan tujuan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan
belajar mereka.
5) Membuat perencanaan pola pengalaman belajar.
6) Melakukan pengalaman belajar ini dengan teknik dan meteri yang
memadai.
7) Menilai hasil belajar mereka.

5. Penerapan Metode Ummi untuk Ummahat


Penerapan metode sangat penting untuk diperhatikan dalam kegiatan
pembelajaran. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat tertuju pada
arah yang akan dicapai.

Dalam pelaksanaan metode ummi terdapat banyak tahapan jilid dalam


pembelajarannya. Dari mulai jilid 1, jilid 2, jilid 3, jilid 4, jilid 5, jilid 6,
4747
Ibid, 9.
34

gharib dan tajwid dasar. Ummi Foundation juga mempunyai jilid untuk
pelaksanaan pembelajaran orang dewasa yang dinamakan “Ummi Dewasa”.
Di dalam ummi dewasa, isinya juga hampir sama dengan isi yang ada di
dalam ummi jilid 1-6. Yang membedakan hanyalah isinya lebih diringkas
menjadi satu buku yang berisi 3 jilid.

Selain buku ummi dewasa, dalam pengajaran Al-Qur’an ummi dewasa juga
dilanjutkan dengan belajar Al-Qur’an beserta gharib dan Tajwid Dasar. Agar
orang dewasa lebih mudah dalam mempraktekkan pembelajaran
menggunakan Al-Qur’an.

G. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus. Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang jenis datanya bersifat nonangka. Bisa berupa kalimat, pernyataan,
dokumen, serta data lainnya yang bersifat kualitatif. 48 48Penelitian kualitatif
bersifat diskriptif, yaitu menggambarkan, mengungkap, dan menjelaskan
peristiwa, sehingga data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar,
dan tidak menekankan pada angka. Data-data tersebut bisa berasal dari
wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau
memo, dan dokumen resmi lainnya.49 49
Menurut Bogdan dan Tylor
mengatakan : “ Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.”50 50
Penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang status
gejala pada saat penelitian berlangsung serta untuk memaparkan keseluruhan
data hasil penelitian untuk dibahasakan secara rinci.

4848
Musfiqon, Panduan Lengkap …………..,70.
4949
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi,(Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), 11.
5050
Ibid, 8.
35

b. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah informan. Informan


adalah pihak yang memberikan informasi mengenai masalah penelitian.
Dalam penelitian kualitatif informan disebut dengan responden.51 51

Pada penelitian ini peneliti menggunakan subyek penelitian diantaranya


adalah pengajar Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi, ummahat wali
santri yang mengikuti kegiatan tahsin, dan Kepala SD Islam Sari Bumi.
Dengan ini peneliti berharap dapat mendapatkan informasi secara mendalam
mengenai fokus masalah penelitian.

c. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
data primer dan sekunder. Data ini berkaitan langsung dengan masalah
penelitian dan didapatkan langsung dari responden sebagai bahan analisis. 52 52
Data primer merupakan sumber data utama, data ini diperoleh langsung dari
sumbernya (subyek penelitian), diamati dan dicatat, yang untuk pertama
kalinya dilakukan

melalui observasi (pengamatan) dan wawancara. Sedangkan, data sekunder


yaitu data yang tidak dilakukan secara langsung oleh peneliti, seperti buku,
majalah ilmiah, arsip, dokumentasi pribadi dan resmi dan sebagainya.53 53

Sumber data yang diperlukan peneliti diantaranya adalah:

1) Data Lapangan
 Kepala SD Islam Sari Bumi
 Pengajar di kelompok ummahat
 Ummahat di SD Islam Sari Bumi
5151
Musfiqon, Panduan Lengkap……………..., 97.
5252
Ibid, 151.
5353
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian…………., 56.
36

2) Data buku
 Al-Qur’an
 Buku pedoman sertifikasi metode ummi
 Buku administrasi ummahat
 Buku penunjang lainnya
d. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang memerlukan ketepatan dan


kejelian dalam memilah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
primer merupakan hal yang sangat penting untuk keperluan penelitian. Serta
langkah yang amat penting dalam sebuah penelitian ilmiah.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,


wawancara dan dokumentasi.

1) Observasi
Observasi adalah proses pengamatan dari suatu kegiatan pengumpulan
data. Pengamatan atas gejala, fenomena dan fakta empiris yang terkait
dengan masalah penelitian. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dalam
obyek penelitian secara langsung. Dimana peneliti bisa berinteraksi
langsung dengan obyek yang diteliti.54 54
Observasi merupakan alat
pengumpul data dengan cara melihat dan mendengarkan objek yang
diamati.55 55
Dalam hal ini, peneliti datang langsung ke lokasi penelitian, yaitu SD
Islam Sari Bumi. Peneliti berharap dapat mengetahui bagaimana
pembelajaran Al-Qur’an oleh Ummahat di SD Islam Sari Bumi.
Peneliti menggunakan teknik observasi terstruktur, dimana peneliti
telah menyiapkan pedoman wawancara dengan menuangkan pertanyaan-
pertanyaan beserta altenatif jawabannya serta dirancang secara sistematis
tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya. 56 56
5454
Musfiqon, Panduan Lengkap……………..., 120.
5555
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1992), 66.
5656
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: CV. Alfabeta, 2010), 205.
37

2) Wawancara
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan
oleh peneliti dan informan dalam suatu kegiatan penelitian. Wawancara ini
bertujuan agar peneliti dapat mengkonstruksi pemikiran, kejadian,
kegiatan, pengalaman serta opini mendalam mengenai masalah
penelitian.57 57
Peneliti menggunakan teknik penelitian wawancara tidak terstruktur.
Dimana peneliti tetap menyiapkan pedoman data wawancara yang
formatnya tidak sedetail dalam wawancara terstruktur. Pedoman data
wawancara tersebut adalah sebagai rambu-rambu fokus masalah dalam
kegiatan wawancara tersebut.
Dalam kegiatan wawancara ini, peneliti akan melakukan pencatatan,
perekaman, atau pendokumentasian, agar data tersusun sistematis. Yang
pertama, peneliti akan melakukan wawancara kepada pengajar Al-Qur’an
untuk mendapatkan data mengenai pembelajaran yang dilaksanakan di
tempat tersebut. Yang kedua, peneliti akan melakukan wawancara kepada
ummahat yang mengikuti program belajar bersama, untuk mendapatkan
data bagaimana cara yang dilakukan agar bisa membaca Al-Qur’an dengan
tartil. Yang ketiga, peneliti akan melakukan wawancara kepada kepala
sekolah SD Isam Sari Bumi serta Komite SD Islam Sari Bumi mengenai
profil dan sejarah berdirinya lembaga ini, serta bagaimana
terselanggaranya program tersebut.
3) Dokumentasi
Dokumen merupakan bentuk teks ataupun artefak yang menyimpan
kumpulan fakta dan data.5858 Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data
dengan dokumen, yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat
berbentuk tulisan, gambar, sejarah kehidupan, biografi, peraturan,
kebijakan, dan lain-lain.59 Bentuk teks ini juga bisa berupa catatan,
59

5757
Musfiqon, Panduan Lengkap……………..., 117.
5858
Ibid, 131.
5959
Sugiyono, Metode Penelitian………….., 329.
38

transkrip, buku, surat kabar dan data lainnya yang dimiliki oleh lembaga
pendidikan.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data-data mengenai
ummahat di SD Islam Sari Bumi, baik berupa tulisan, foto, maupun profil
lembaga pendidikan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat
memperoleh data mengenai identitas lembaga, srtuktur kepengurusan, dan
denah lembaga pendidikan ini.
d. Teknik Analisis dan Intepretasi Data
Proses analisis data menggunakan analisis data kualitatif dengan
menggunakan teknik analisis domain. Dimana teknik analisis ini
digunakan untuk mencari makna / gambaran umum masalah penelitian
serta untuk menyusun data agar dapat ditafsirkan, artinya memberikan
makna, menjelaskan pola, dan mencari hubungan antar berbagai konsep. 60
60
Teknik analisis domain ini lebih mengarah pada deskripsi gejala,
fenomena, atau fakta yang diteliti. Teknik ini menggunakan pendekatan
semantic, menurut Spreadly cara melakukan analisis domain ini meliputi: 61
61
“Analisis jenis, ruang, sebab akibat, alasan, lokasi, cara mencapai tujuan,
fungsi, tahapan, dan atribut.”
Setelah data penelitian terkumpul, peneliti akan melakukan kegiatan
awal dalam analisis yaitu editing. Hal ini dilakukan dengan melakukan
reduksi data dan pemilihan data sesuai focus penelitian. Setelah itu, data
akan dikategorisasikan sesuai dengan fokus masalah penelitian serta
domain-domain yang akan dianalisis.
Setelah data dianalisis, peneliti akan melakukan pemaknaan data
atau temuan penelitian. Peneliti akan menghubungkan, membandingkan,
dan mendeskripsikan data sesuai dengan focus masalah untuk diberikan
makna. Pemberian makna ini akan menjadi bahan simpulan penelitian.
H. Sistematika Pembahasan

60
S. Nasution, MetodeI……………, 126.
6161
Musfiqon, Panduan Lengkap………....., 157.
39

Dalam penulisan skripsi yang akan disusun ini, terbagi menjadi lima bab
dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Berisi pendahuluan yang di dalamnya berisi latar belakang
masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan
penelitian, serta sistematika pembahasan.
Bab II Kajian Teori, di dalamnya meliputi pembahasan mengenai
metode ummi, tahsin metode ummi, pembelajaran metode ummi,
ummahat dan bagaimana penerapan metode ummi kepada ummahat.
Bab III Metode penelitian, penulis memaparkan cara apa yang
dilakukan dalam penelitian ini yang meliputi : jenis penelitian, subyek
penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data yang meliputi
observasi, wawancara dan dokumentasi,serta teknik analisis dan
interpretasi data.
Bab IV Penyajian dan Analisis Hasil Penelitian. Peneliti
mendeskripsikan obyek penelitian dan analisis hasil pengumpulan data
penelitian. Peneliti akan menguraikan secara jelas tentang temuan-temuan
yang telah didapatkan selama proses penelitian berlangsung
Bab V Penutup, berisi kesimpulan dari rangkaian seluruh
pembahasan, dari bab pertama sampai terakhir yang menjelaskan
penerapan tahsin metode ummi untuk pembelajaran membaca Al-Qur’an
pada ummahat di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo.

Anda mungkin juga menyukai