Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengetahuan diperoleh dengan belajar dan membaca, karena dengan kita bisa

mendapatkan ilmu yang belum pernah kita dapatkan sebelumnya dan dengan belajar

juga kita bias mengatahui mana yang belum kita pahami, bisa bahkan mempelajarinya

sampai bias. Membaca Al-Quran tidaklah seperti mebaca buku, majalah, koran, novel

dan komik, karena dalam membaca Al-Quran ada tekniknya dan tidak sembarangan

dalam membaca karena salah sedikit dalam membaca mengakibatkan kacaunya bacaan

tajwidnya, harokatnya, panjang pendeknya serta artinya bisa berubah. Maka dari itu

dalam mempelajari dan membaca Al-Quran setiap individu harus bisa menguasai ilmu

tentang tatacara membaca Al-Quran baik tahsin ataupun tajwidnya.

Banyak sekali metode dalam membaca Al-Quran, seperti metode iqro, metode

tilawah, metode qiroati, dan metode tahsin, dll. Metode tahsin merupakan cara dalam

membaca Al-Quran yang berfokus pada menitikberatkan makhroj (tempat kelurnya

huruf) serta ilmu tajwid. Metode ini bisa digunakan untuk mempelajari Al-Quran melalui

seorang guru baik secara langsung maupun berhadapan.

Guru yang mengajarkan membaca Al-Quran menggunakan metode tahsin bukan

yang asal atau sembarangan karena ada tekhnik dan ilmunya sendiri. Bahkan kalau bisa

guru yang mengajarkan metode tahsin dalam membaca Al-Quran harus sanadnya sampai

ke Rasulullah SAW karena sesuai dengan apa yang telah Rasulullah ajarkan dahulu

sehingga menghasilkan bacaan yang banar sesuai hokum tajwid, kelurnya huruf dan

lancar. Karena di zaman sekarang mudah sekali kita belajar ilmu agama tetapi harus

1
selektif dalam memilih guru dan medianya. Banyak sekali ajaran yang diubah sehingga

ada perbedaan antara yang dahulu dengan sekarang.

Pembelajaran Al-Quran di rumah tahfiz al fawazi paok kambut salah satunya

menggunakan metode tahsin. Anak-anak yang mengaji disini usianya berbeda-beda, 4

tahun yang paling kecil hingga yang paling besar berusia 15. Guru yang mengajar di

rumah tahfiz al fawazi poak kambut merupakan warga desa setempat yang dulunya

pernah merasakan belajar di pondok pesantren dan sekarang menularkan ilmunya kepada

anak-anak desa setempat. Dalam mengjarkan metode tahsin dalam membaca AL-Quran

tidaklah mudah karena setiap anak mempunyai daya tangkap yang berbeda. Banyak yang

mengaji di rumah tahfiz al fawazi di karenakan orang tuanya yang kurang pasih

membaca Al-Quran atau ilmunya, kurang paham akan agama, sibuknya waktu orang tua,

ilmu agama yang di ajarkan di sekolah berbeda dengan di rumah tahfiz al fawazi

sehingga bertambah dan mempercayai bahwa rumah tahfiz al fawazi ini mampu

membuat anaknya lancar dalam membaca Al-Quran.

Sebagai seorang muslim, hal utama yang harus dipelajari adalah tentang kitab

sucinya sendiri, yaitu al quran. di samping mengajarkan, setiap manusia juga harus

memahami dan bisa mengamalkan kedalam kehidupan sehari-hari.untuk bisa memahami

hal itu,maka harus bisa membaca al quran dengan baik dan benar. Sebagaimana yang di

jelaskan dalam al quran surah Al-‘Alaq Ayat 1-5: “Bacalah dengan menyebut nama

Tuhan-mu yang menciptakan.dia telah menciptakan manusia dari seegumpal darah.

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan

perantara kalam. Dia Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak dikteahuinya.”1

Berbeda halnya jika bacaan al quran seseorang tidak baik dan tidak

menggunakan tajwid. Tentu saja, kalimat yang di baca dan di dengar tidak dapat

dipahami secara sempurn. Akibatnya, makna dan kandungannyapun kurang dapat


1
.Mushaf Al-Kamil.(2012). Al-quran dan terjemahannya. Jakarta: CV Darus Sunnah hlm 589.

2
diresapi dengan baik. Padahal, di dalam ayat –ayat al quran, terkandung banyak

pelajaran yang bisa di jadikan pedoman dalam kehidupan kita. Tentang hal ini, Allah

SWT. Berfirman: Yang artinya, “ Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu

penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya

mendapat pelajaran orang-orang yang punya pikiran.”(QS.Shad [38]: 29).

Firman Allah SWT. Dengan menyatakan bahwa al quran itu penuh berkah dan

mengandung banyak sekali pelajaran di dalamnya. Meskipun demikian, seseorang tidak

akan mendapatkan kandungan al quran tersebut dengan bacaan yang buruk. seseorang

yang membaca dengan buruk hampir di pastikan ia tidak dapat menghayati makna dan

kandungannya. Demikian orang yang mendengarkan bacaan tersebuat,ia tidak akan

mampu dan meresapi makna yang terdapat dalam setiap kata maupun kalimat al quran. 2

Berdasarkan faktor di atas, peneliti semakin terdorong untuk melakukan

penelitian disini, karena tidak semua rumah tahfiz mengajarkan metode tahsin dalam

membaca Al-Quran dan guru yang menguasai pun tidak semua ada di desa. Maka judul

penelitian “Implementasi metode tahsin dalam meningkatkan baca tulis Al-Quran di

rumah tahfiz al fawazi paok kambut masbagik utara tahun ajaran 2022/2023”

B. Rumusan Masalah

Berdaarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang di ungkap dalam

penelitian adalah:

1. Bagaimana implementasi metode tahsin dalam meningkatkan baca tulis al quran di

rumah tahfiz al fawazi paok kambut masbagik utara.

2. Apa saja langkah yang dilakukan dalam menghadapi problem implementasi metode

tahsin dalam meningkatkat baca tulis Al-Quran di rumah tahfiz al fawazi paok kambut.

C. Tujuan Penelitian
2
Raisya Maula Ibnu Rusyd, Panduan Praktis Dan Lengkap Tahsin, Tajwid, Tahfizh Untuk Pemula
.pt. laksana cetakan -1 2019 , hlm.16-18.

3
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini

sebagai berikut :

1. untuk mengetahui implementasi metode tahsin dalam meningkatkan baca tulis al

qur’an di rumah tahfiz al fawazi paok kambut?

2. runtuk mengetahui langkah apa saja yang dilakukan dalam menghadapi problem

implementasi metode tahsin dalam meningkatkan baca tulis al qur’an di rumah tahfiz

al fawazi paok kambut?

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitiian, pasti terdapat manfaat yang diperoleh oleh berbagai pihak.

Baik itu pihak internal maupun pihak eksternal.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan konstribusi

keilmuan bagi peneliti dan menjadi bahan penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan implementasi metode tahsin dalam meningkatkan baca tulis al qur’an di

rumah tahfiz al fawazi paok kambut.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Peneliti

Bermanfaat bagi peneliti dan bisa menambah keilmuannya tentang tahsin

maupun tajwid yang sbelumnya masih kurang ilmunya. Kedepannya bisa

membagikan ilmunya yang di dapat ini ke anak-anak, keluarga bahkan masyarakat

dalam membaca dan menulis al quran dengan lancar.

b. Bagi Lembaga

Untuk bahan referensi lanjutan terkait dengan implementasi manajement

mutu terpadu dalam mengembangkan kompetensi professional tenaga pendidik

c. Bagi Institut Agama Islam Hamzanwadi Nwdi pancor

4
Dari penelitian ini, maka dapat diambil manfaat adanya tambahan referensi

sebgai rujukan pengetahuan untuk digunakan di masa yang akan datang.

5
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teoritis

Metode tahsin merupakan salah satu metode pembelajaran Al – Qur’an yang

memfokuskan atau menitik beratkan pada ilmu tajwid , atau atat cara pembacaan Al-

Qur’an yang sesuai dengan Makhorijul hurufnya. Baik secara lansung atau dengan

menggunakan sistem Talaqqi ( Berhadapan ) dengan guru atau tutor , maka dengan

adanya metode tahsin ini maka akan dapat mempermudah seseorang dalam mempelajari

ataupun Menghafal Al-Qur’an.

1. Pengertian Metode

Pada umumnya metode pembelajaran diartikan sebagai prosedur

sistematis yang di gunakan dalam mengelola pengalaman belajar guna mencapai

tujuan pembelajaran. Sebagai suatu kerangka konseptual. Metode pembelajaran

akan di acu dosen dalam pembelajaran yang di lakukan (Di dalam metode

pembelajaran ini terlihat gambaran yang menyeluruh mengenai bentuk

pembelajaran yang di lakukan oleh dosen.

Menurut armai arif, metode di artikan sebagai suatu jalan yang dilalui

untuk mencapai tujuan. Menurut purwadarminta, metode adalah cara yang teratur

dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.3 Menurut ngalimun, Metode

adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.4

3
Sudjana S, Metode dan teknik pembelajaran partisipatif, Bandung: Falah prodution 2010,
Hlm. 7
4
Ngalimun, strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja pressindo, 2014, hlm. 14

6
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode tahsin adalah membaca Al-

Quran dengan cara membaguskan, menghiasi bacaan Al-Quran sesuai apa yang

sudah di cintohkan oleh Rrasulullah SAW.

Dalam membaca Al-Quran dengan menggunakan metode tahsin di nilai

tepat karena bisa sesuai kaidah tajwid, makhrojnya dan panjang pendek untuk bisa

menjaga keaslian atau kemurnian praktik tilawah yang sudah di anjurkan oleh

Rasulullah SAW.

2. Asumsi Metode Pembelajaran

Suatu model pembelajaran didasarkan pada asumsi-asumsi:

1) Pembelajaran merupakan aktivitas untuk menciptakan lingkungan yang sesuai.

Lingkungan pembelajaran seperti sarana dan perasarana fisik, lingkungan sosial

dan fasilitas lain dalam pembelajaran saling tergantung satu dengan yang lain,

sehingga di antara lingkkungan tersebut saling mempengaruhi, oleh karena itu

perlu diperhatikan dalam pembelajaran.

Dari kutipan yang di atas saya menjelaskan dengan penjelasan yang

sederhana bahwa pembelajaran adalah suatu seni dalam mentransfer ilmu

dengan menciptakan yang optimal, kondusif, dan nyaman sehingga

pembelajaran itu terasa nikmat dan khidmat.

Pembelajaran juga dapat di artikan sebagai suatu proses yang

berlangsung seumur hidup, karena sejatinya pembelajaran itu bukan hanya bisa

diraih di dalam lingkungan sekolah saja, melainkan bisa di dapat di luar

lingkungan sekolah (dalam lingkungan social).

Pembelajaran yang di maksud dalam hal ini adalah segala macam ilmu yang di

terima baik secara langsung (dalam proses pembelajaran), maupun secara tidak

langsung.

7
2) Faktor isi, sarana dan perasarana serta fasilitas fisik yang di gunakan,

keterampilan, hubungan sosial, dan kegiatan lain yang merupakan komponen

dalaam pembelajaran secara keseluruhan membentuk sebuah sistem lingkungan

yang saling berinteraksi.

Dari kutipan yang diatas saya menjenjelaskan dengan penjelasan yang

sederhana bahwa dalam menciptakan proses pembelajaran yang sesuai dengan

visi-misi sekolah maka sangat perlu sangat perlu faktor pendukung seperti

faktor isi, fasilitas, keterampilan guru, hubungan sosial. Hubungan sosial yang

di maksud ini pihak sekolah menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat

sekitar sekolah sehingga belajar mengajar terjadi lingkungan yang nyaman.

Secara prsarana juga sangat mendukung saat terjadi pembeljaran seperti papan

tulis yang layak, ruang belajar yang cukup luas yang di lengkapi dengan

bangku, meja, penerangan, dan fentilasi yang bisa membuat siswa dan guru

tidak gerah saat belajar, sehingga dari Kombinasi dari berbagai komponen

tersebut akan menciptakan kondisi lingkungan yang berbeda dan menghasilkan

hasil yang berbeda

3. Pengertian Tahsin Al-qur’an

Istilah “tahsin” sering kali dikaitkan dengan aktivitas membaca al-

quran. Istilah ini telah mendapatkan tempat di hati masyarakat, terutama mereka

yang menyadari pentingnya melaksanakan rutinitas membaca al-quran dengan

segala kemampuannya. Istilah ini muncul sebagai sinonim dari kata yang sudah

lebih dulu akrab di telinga kaum muslimin, yaitu”tajwid” yang sering kali di

pahami sebagai ilmu yang membahas tatacara membaca al-quran dengan baik dan

benar serta segala tuntunan kesempurnaannya, istilah tajwid yang disamakan

dengan tahsin ini memiliki arti yang sama, yaitu membaguskan. para ulama

8
memberikan batasan mengenai istilah in, yaitu mengelurkan huruf –huruf al-quran

dari tempat-tempat keluarnya (makharij huruf) dengan memberikan hak dan

mustahaknya. Yang di maksud dengan mustahak adalah mengaplikasikan sifat-

sifat tambahan disebabkan misalnya terjadinya seperti, idgham, ihkfa, iqlab atau

mengapikasikan kesempurnan kosistensi tanda panjang sesuai dengan

tuntutannya5.

4. Kewajiban tahsin Al-Quran

Kalau diperhatikan, ada beberapa hal yang menyebabkan kita harus

’tahsin’ dalam membaca Al-Quran:

a. Perintah Allah SWT

Allah SWT memerintahkan dalam QS. Al-muzammil: (4): dan bacalah

Al-Quran dengan tartil, demikianlah lebih kurang terjemahan ayat di atas. Para

ulama telah sepakat bahwa yang dimaksud dengan tartil adalah membaca

dengan pelan-pelan, penuh ketenangan dan perhatian yang serius dengan

memperjelas pengucapan huruf-hurufnya. Imam Al-baidhawi menambahkan

bahwa kesempurnaan tersebut dengan cara melatih lisan atau pengulangan dan

merutinkan bacaan sambil memperaktikkan kesempurnaan pembacaan huruf-

huruf yang tipis (taqiq) dan tebal (tafkhim), membedakan huruf yang pendek

dan memanjangkannya jika menuntut demikian serta mengaplikasikan kaidah

lainnya yang terangkum dalam materi tahsin Al-Quran. Pengertian ini juga

yang di tegaskan oleh seorang pakar tafsir, M. Ali As-Shabuni dalam tafsir

ayat ahkamnya sewaktu menerangkan tentang QS al-muzammil: 4 ini, dan

menambahkan agar pembacaan demikian dapat mengantarkan pada perasaan

ta’zhim (keagungan) yang di kandung Al-Quran dan berusaha merenungi

5
H. Suwarno, Tuntunan tahsin Al-Quran, Cv Budi utama. Cet. 2016. Hlm. 1-2

9
(tadabbur) makna-maknanya. Inilah yang dimaksud definisi singkat tentang

tartil yang di simpulkan oleh seorang sahabat terkenal, Ali Ibn Thalib. Beliau

menyimpulkan makna tartil dengan ungkapan yang cerdas “tajwiidul huruf wa

ma’rifatul wukuf’, men-tajwidkan/membaguskan pengucapan huruf-hurufnya

serta mengetahui tempat- tempat berhentinya.

5. Tujuan metode tahsin

Secara umum tujuan pembelajaran Al-Quran adalah untuk menanamkan

nilai ketuhanan sejak dini sekaligus sebagai bekal atau pedoman hidup. Metode

ahsin mempunyai tujuan yaitu agar dalam perngajarannya berjalan dengan baik

sesuai dengan sesuai dengan tuntunan ibadah sebagaimana yang sudah di

kehendaki oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Agar pembelajaran Al-Quran

menggunakan metode tahsin berhasil, maka sangat perlu memahami target atau

sasaran harus dicapai:

a. Membentuk kemampuan dalam melafalkan huruf-huruf dengan baik serta

benar, sesuai dengan makhraj beserta sifatnya.

b. Membentuk kemampuan dalam membaca ayat-ayat Al-Quran sesuai dengan

hokum ilmu tajwid

c. Membentuk kemampuan dalam membaca ayat-ayat Al-Quran dengan lancar,

tetap selalu memperhatikan ilmu tajwid, sehingga bisa melaksakan anjuran

Rasulullah SAW membaca 30 juz dalam sebulan.

d. Membentuk kemampuan dalam menghafal, minimal 1 juz serta melafalkan

dengan baik dan benar.

e. Membentuk kemampuan dalam menguasai ilmu tajwid, karena bagi pembaca

Al-Quran (Qari) yang mehami dan menguasai ilmu tajwid, kecil

10
kemungkinannya dalam melakukan kesalahan dalam saat membacaAl-Quran,

disisi lain juga ia bisa mengajarkannya kepada keluarga dan masyarakat.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan adalah penelitian yang di gunakan sebagai perbandingan

yang di gunakan untuk menghindari dari manipulasi terhadap sebuah karya ilmiyah dan

menguatkan bahwa penelitian yang penuis lakukan sama sekali belum pernah di teliti

oleh orang lain. Berikut ini akan di paparkan hasil penelitian terdahulu yang ada

kaitannya dengan maksud untuk menghindari manupulasi atau duplikasi.

1. Afika indriani (2021) dengan penelitianya yang berjudul : “ Impelementasi Metode

Tahsin Dalam Pembelajaran Al-qur’an Di Tpq Mafatihul Barokah Kebarongan

Kemranjen Banyumas ” Di dalam penelitianya sodari afika indriani lebih fokus

penelitiannya pada program tahsin al-quran adapun perbedaan antara penelitian

saudari afika lakukan dengan yang peneliti lakukan adalah lokasi penelitian dan

pariabel penelitian serta peneli lebih terfukus membahan tentan kemampuan baca

tulis al-qur’an.

2. Agus dwi prasojo (2019) dengan penelitiannya berjudul : “ pengunaan metode

tahsin terhadap kemampuan membaca al-qur’an pada mata pelajaran al-qur’an

hadits kelas V di mima IV sukabumi bandar lampung tp 2018/2019 ” di dalam

penelitiannya sodara agus dwi prasojo lebih fokus penelitianya pada kemampuan

membaca al-qur’an adapun perbedaan antara penelitian sodara agus dwi prasojo

lakukan dengan peneliti lakukan adalah lokasi penelitian dan pariabel penelitian

serta peneliti lebih fokus pada baca tulis al-qur’an.

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam metodologi penelitian dikenal adanya sebuah pendekatan dan jenis

penelitian, dimana dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan

jenis penelitian deskripsi.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang lebih menekankan pada

pengumpulan data yang bersipat kualitatif (tidak berbentuk angka) dan menggukan

analisis kualitatif dalam pemaparan data, analisis data dan pengambilan kesimpulan.

B. Tempat dan waktu penelitian

1. Tempat penelitian

Adapun penelitian yang akan di lakukan oleh penulis bertempat di rumah

tahfiz al fawazi paok kambut.

2. Waktu penelitian

Adapun waktu penelitian akan peneliti mulai pada tgl 15 juli 2023 di rumah

tahfiz al fawazi paok kambut

C. Jenis penelitian

Penelitian ini tergolong sebagai penelitian lapangan (Fiel Research). Oleh karena

itu, objek-objek penelitian adalah berupa objek di lapangan yang mampu memberikan

informasi tentang kajian penelitian.

Penelitian yang di lakukan peneliti di rumah tahfiz al-fawazi paok kambut ini

menggunakan pendekatan kualitatif . yakni prosedur penelitian yang dapat menghasilkan

12
data deskrifsi berupa kata-kata tertulis atau lisan, perilaku yang dapat di ambil dan di

arahkan pada latar alamiyah tersebut secara menyeluruh.6

D. Objek dan Subjek Penelitian

1. Obyek penelitian

Obyek penelitian kualitatif terdiri dari kelengkapan suasana sosial meliputi

tempat, pelaku, dan aktivitas yang berinteraksi dengan cara sinergis. 7 Target obyek

penelitian ini implementasi metode tahsin dalam meningkatkan baca tulis al-qur’an

di rumah tahfiz al-fawazi paok kambut.

2. Subyek penelitian

Sebelumnya, peneliti terlebih dahulu melakukan observasi ke rumah tahfiz

tersebut, peneliti mendapatkan beberapa infiomasi sebagai sebagai bahan untuk

penelitian. Setelah melakukan observasi tersebut peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Implementasi metode tahsin dalam meningkatkan baca

tulis al-qur’an di rumah tahfiz al-fawazi paok kambut.

E. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data

1. Metode Observasi (Pengamatan)

Pengamatan merupakan pengumpulan data yang di lakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.

Pengumpulan data dengan menggunakan observasi berperan serta di tunjukkan untuk

mengungkapkan makna suatu kejadian dari setting tertentu, yang merupakan

perhatian ensensial dalam penelitian kualitatif.

6
Lexy J. Melong, metodologi penelitian kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2018)
hlm.3
7
Sugiyono. Metode penelitian kualitatif, dan kuantitatif dan r&d, (bandung: alfabeta,2015)
hlm.229

13
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis.

Dua diantara yang penting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.8

Dengan demikian dapat di pahami bahwa observasi ialah melakukan

peninjauan secara cermat dan teliti lalu akan melakukan pencatatan tentang hal yang

akan diselidiki.

2. Medode Wancara ( interview )

Wawancara digunakan sebagai tekhnis pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus di teliti,

dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dan jumlah

respondenya sedikit/kecil.9

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan mengajukan semlah

pertanyaan kepada pihak-pihak terkait dengan tempat di lakukannya sebuah

penelitian, wawancara menggali segala informasi yang di temukan di lapangan

dengan sebanyak-banyaknya dari informan atau responden.

Jadi wawancara salah satu bagian terpenting dalam setiap suevei. Tanpa

wawancara penelitian akan kehilangan informasi yang yang hanya dapat di peroleh

dengan cara bertanya langsung kepada responden. Seperti yang kita lihat wawancara

merupakan tehnis yang sangat baik dalam menggali informasi sekaligus memberi

penerangan kepada masyarakat.

3. Dukumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan

mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang di dapat selama peroses

penelitian. Dalam hal ini dokumen yang di maksud adalah catatan-catatan suatu

8
Ibid, hlm. 203
9
Ibid, hlm 194

14
peristiwa yang telah lalu dan sengaja di simpan oleh suatu lembaga tertentu agar

suatu saat berguna jika sewaktu-waktu di butuhkan untuk keperluan tertentu. Metode

ini juga sangat penting dalam peroses penelitian karena seorang peneliti bisa

mendapatkan informasi lain yang tidak dia dapatkan saat itu, salah satunya tentang

informasi tentang gambaran umum sekolah, sejarah berdirinya sekolah dan

sebagainya.

F. Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menguraikan informasi data yang di peroleh dari

penelitian, agar data tersebut dapat di pahami baik oleh peneliti sendiri ataupun oleh

orang lain.

Adapun yang di lakukan dalam menganalisis data meliputi tiga tahap:

1. Reduksi Data

Mereduksi data adalah mencakup, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang

telah di reduksi akan memberikan gambar yang jelas, dan mempermudah peneliti

untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila di perlukan.

Reduksi data dapat di bantu dengan peralatan elektronik seperci computer mini,

dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.10

2. Pengujian Data

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah mandisplaykandata.

Dalam penelitian kualitatif, pennyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antara ketegori, flowchart, dan sejeninnya. Dalam hal ini

miles dan huberman (1994) menyatakan “ the most frequent from of display datafor

quantitative research data in the past has been narrative text “ yang paling sering

10
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan kualitatif, Dan R&D, (Bandung :
Alfabeta, 2015), hlm.247

15
digunakan untuk menyjikan data salam penelitian kualitatif adalah dengan text yang

bersifat naratif.11

3. Conclusion Drawing / Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut miles dan hurberman

adalah penarikan kesimpulan dalam verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan

masih bersifat sementaram dan akan dirubah bila di temukan bukti-bukti yang kuat

dan mendukung pada tahap pengumpulan dan berikunya.12

G. Keabsahan Data

Keabsahan data sangat mendukung dalam mentukan hasil akhir penelitian.

Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang di gunakan dalam penelitian ini

yaitu triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan

sesuatu yang lahir diluar data untuk keperluan pengecekan data atau sebagai

perbandingan terhadap data yang ada. Triangulasi dilakukan dan diguakan dan di

gunakan untuk mengecek keabsahan data yang terdiri dari sumber, metode dan

waktu.

1. Tringulasi Sumber

Tringulasi sumber merupakan untuk menguji keredibilitas data yang

dilakukan dengan mengecek cara mengecek data yang telah di peroleh beberapa

sumber.

2. Tringulasi Teknik

Tringulasi teknik merupakan untuk kreadibiltas data dilakukan dengan

cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data yang di peroleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,

dokumentasi atau kusioner.

11
Ibid.hlm. 249.
12
Ibid.hlm. 252.

16
3. Tringulasi Waktu

Tringulasi merupakan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

obervasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda, bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda maka di lakukan secara berlulang-ulang sampai

dittemukan data yang lebih valid.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teringulasi metode atau

teknik yang mana data yang di peroleh melalui wawancara dilakukan uji

keabsahan data dengan hasil pengamatan penelitian. Data tersebut nantinya akan

di bandingkan dengan data hasil analisis dokumentasi. Artinya penelitian

menggunakan teknik wawancara atau pengecekan terhadap keabsahan data.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis.(2012). Ilmu Pendididikan Islam:kalam mulia.hlm.31.


Rahendra maya.(2013).Esensi Guru Dalam Visi-Misi Pendidikan Islam.Edukasi
Islam:Jurnal Pendidikan Islam.vol 02 (2). Hlm. 286.
Mushaf Al-Kamil.(2012). Al-quran dan terjemahannya. Jakarta: CV Darus Sunnah hlm
589.
Raisya Maula Ibnu Rusyd, Panduan Praktis Dan Lengkap Tahsin, Tajwid, Tahfizh Untuk
Pemula .pt. laksana cetakan -1 2019 , hlm.16-18.
Tatik Suryani. Metode pembelajaran. Pt.Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan
Tinggi. Cetakan 2018. Hlm. 3-4
Suwarno. Tuntunan Tahsin Al-quran. Pt.CV Budi utama.Cet.1-Yogyakarta:2016. Hlm. 1-2
Lexy J. Melong, metodologi penelitian kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2018) hlm.3
Sugiyono. Metode penelitian kualitatif, dan kuantitatif dan r&d, (bandung: alfabeta,2015)
hlm.229
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan kualitatif, Dan R&D, (Bandung :
Alfabeta, 2015), hlm.247

18

Anda mungkin juga menyukai