Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. KONTEKS PENELITIAN
Al- qur’an adalah sumber ajaran islam yang utama maka dari itu sangatlah
penting bagi kita para orang islam untuk mempelajari dan memahami isi kandungan al-
qur’an . sebelum memahami isi kandungan hendaknya kita belajar bagaimana cara
membaca al-qur’an yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang ada. Dalam
pekembanganya mempelajari al-qur’an tak lepas dari pengaruh keluarga dan masyarakat ,
sebab keluarga dan lingkungan masyarakat memberikan pengaruh yang sangat besar pada
pendidikan anak. Dengan demikian, keberhasilan dalam pembelajaran Al-Qur’an tidak
cukup hanya diberikan di sekolah saja, akan tetapi orang tua dan masyarakat juga
berperan dalam pendidikan tersebut.
Cara orangtua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak.
Karena sebagaimana yang telah dijelaskan keluaraga merupakan lingkuangan pendidikan
pertama dan yang utama bagi anak. Jika orangtua memperhatikan pendidikan anaknya
terhadap pendidikan Al-Qur’an, mislanya menumbuhkan benih-benih cinta terhadap Al-
Qur’an dengan menceritakan kisah-kisah dalam Al-Qur’an, rajin memperdengarkan Al-
Qur’an.
Pengajaran yang dilandasi asas yang benar akan menghantarkan anak untuk
mampu membaca, menghafal dan bahkan mengamalkan Al-Qur’an di kehidupannya.
Tetapi dalam sebuah pengajaran selalu ada permasalahan baik dalam
membaca,menghafal,bahkan mengamalkan Al- Qur’an. Untuk mengatasi permasalahan
siswa yang belum dapat membaca AlQur’an, guru Pendidikan Agama Islam dituntut
untuk mencari solusi yang tepat agar pembelajaran Pendidikan Agama Islam, khususnya
pada pembelajaran AlQur’an lebih diminati oleh peserta didik, yakni dengan
mengunakan metode yang tepat dalam pembelajaran tersebut. Dengan demikian, akan
menumbukan minat dan perhatian peserta didik sehingga proses belajar mengajar akan
dapat berhasil secara lebih maksimal.
Metode pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di TAQ’ ALAA NURIYAH
Arjosari ini mengunakan metode qiro’ati. Metode ini adalah metode membaca al-qur’an
yang langsung mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid yang
praktis, sederhana, dan juga dapat dilakuka sedikit demi sedikit yang artinya tidak
menambah ke halaman sekanjutnya sebelum membaca dengan lancar.
Lokasi penelitian ini terletak di jl teluk cendrawasih no 146, Rt/Rw 02/02,
Arjosari, Kecamatan Blimbing. Kabupaten Malang. Jawa Timur. TAQ PLUS ‘A LAA
Nuriyah ini memiliki letak yang cukup strategis, letaknya di pinggir jalan di Arjosari
berdasarkan latar belakangnya TAQ ini karena ingin membangun semangat anak-anak
setempat untuk belajar membaca al qur’an dengan kaidah pembacaan yang benar. Karena
pada saat itu di daerah TAQ ini sangat kurang untuk pengenalan tentang membac al-
qur’an dar itulah narasumber tergerak untuk mendirikan TAQ ini karena pengenalan
pembacaan al-qur’an sangatlah penting. Selain untuk tempat pembelajaran membaca al –
qur’an pada TAQ ini juga ada pendidikan jenjang taman kanak-kanak jadi pada TAQ ini
tidak hanya diajarkan bagaiman cara membaca al-qur’an tetapi juga pengenalan tentang
huruf alfabet dan juga pengetahuan umum yang mendasar. Untuk pembelajaran membaca
al-qur’an di TAQ ini mengunakan metode qiro’ati, tidak ada alasan khusus kenapa
narasumber memilih metode qiro’ati ini hanya saja beliau memandang bahwa dalam
metode ini tidak ada yang namanya guru dan juga murid kedudukan keduanya sama.
B. Fokus Penelitian
1. Apa yang di maksud dengan metode qiro’ati ?
2. Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan membaca Al-qur’an pada anak
usia dini ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian metode qiro’ati .
2. Untuk mendiskripsikan upaya peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an pada
anak usia dini.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoristis
Memberikan pengetahuan dan tambahan ilmuwan tentang pendidikan agama
islam khususnya tentang Al- Qur’an dan juga metode membacanya yang baik dan
benar.
2. Secara Praktis
a. Bagi lingkungan, dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat
khusunya orang tua dan juga guru , tentang metode membaca Al- Qur’an yang
baik, benar dan juga bias meningkatkan minat membaca Al- Qur’an.
b. Bagi Penulis , dapat dijadikan sebagai bahan kajian atau informasi terutama
dalam penelitian terkait pembelajaran membaca Al- Qur’an pada anak usia
dini .
c. Bagi pembaca umumnya, dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan
tentang pemebelajaran membaca Al-Qur’an pada anak usia dini sebagai cara
meningkatkan kecintaannya terhadap Al-Qur’an dan bias menerapkan isi
kandungan Al-Qur’an apada kehidupan sehari-hari.
E. Definisi Oprasional
Judul yang dipilih olh peneliti ialah “ Pembelajaran Membaca Al-Qur’an pada Anak Usia
Dini dengan Metode Qiro’ati di TAQ’ALAA NURIYAH Arjosari”. Untuk bias
memahami dan juga memperoleh penjelasan tentang materi ini maka penulis membatasi
pembahasan dalam laporan berikut ini:
1. Pembelajaran membaca Al-Qur’an

Pembelajaran membaca Al-Qur’an terdiri dari tiga kata , yakni


pembelajaran,membaca dan juga Al-Qur’an. Secara keseluruhan pembelajaran
membaca Al-Qur’an dapat diartikan dengan sebuah proses yang menghasilkan
perubahan-perubahan kemampuan melafalkan kata baik huruf maupun abjad yang
terdapat pada Al-Qur’an. Sesuai dengan kaidah ilmu tajwid secara baik dan benar.

2. Metode Qiro’ati
Banyak ditemukan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an mula dari al-
baghdadi, qiro’ati, al-barqi, iqro’, tartila, dan masih banyak lagi yang dapat
mempermudah pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan cepat dan tepat.
Metode qiro’ati adalah metode membaca al-qur’an yang langsung
mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid yang praktis,
sederhana, dan juga dapat dilakuka sedikit demi sedikit yang artinya tidak
menambah ke halaman sekanjutnya sebelum membaca dengan lancar.
Berdasarkan definisi oprasional diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa pembelajaran membaca Al-Qur’an pada anak usia dini sangat dibutuhkan
dan diperlukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Qiro’ati
1. Devinisi Metode Qiro’ati
a. Definisi metode adalah , suatu proses atau cara sistematis yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu dengan efisien dalam urutan langkah-langkah
yang teratur. Kata metode (method) berasal dari bahsa latin dan juga yunani,
methodus yang berarti yang berasal dari kata meta yang berarti sudah atau
diatas, dan juga kata hados yang berarti suatu jalan atau suatu cara. metode
juga bisa diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Dan cara itu mungkin
baik, tapi mungkin tidak baik. Baik dan tidak baiknsesuatu metode banyak
tergantung kepada beberapa faktor. Dan faktor-faktor tersebut, mungkin
berupa situasi dan kondisi serta pemakaian dari suatu metode tersebut. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara agar tujuan
pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik. Oleh
karena itu pendidik perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode
mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Metode disini hanya sebagai
alat, dan bukan sebagai tujuan sehingga metode mengandung implikasi
bahwasannya proses penggunaannya harus sistematis dan kondisional.
b. Definisi metode qiro’ati adalah, metode membaca Al-Qur'an secara langsung,
baik makhroj, huruf, maupun tajwidnya, langsung dibaca tartil dan benar
tanpa mengenalkan huruf, harakat dan tajwidnya lebih dahulu (mengeja), guru
hanya menerangkan pokok pelajaran (cara membacanya) dan memberi contoh
bacaannya dengan tartil dan benar. Metode qiro’ati ini dilakukan dilakuka
sedikit demi sedikit yang artinya tidak menambah ke halaman selanjutnya
sebelum membaca dengan lancar.
2. Tujuan metode qiro'ati
tujuan utama metode Qiraati bukan semata-mata menjadikan para peelajar bisa
membaca Al Qur’an dengan cepat dan singkat melainkan untuk menjadikan para
pelajar dapat membaca Al Qur’an secara baik dan benar sesuai dengan kaidah
ilmu tajwid.Ukuran standar kemampuan pelajar yaitu para pelajar mampu
membaca Al Qur’an dengan lancar dan benar dan tidak memberi kepada pelajar
yang bisa membaca tetapi tidak lancar. Implikasi dari sistem itu bahwa lama masa
belajar tidak dapat ditentukan,dan ditarget tergantung dari semangat, kemauan,
dan kepatuhan pelajar kepada bimbingan pengajar.
3. Prinsip-prinsip pembelajaran Qiro’ati
a. Praktis dan sederhana , yang dimaksud disini ialah kalimat atau kata yang
diajarkan itu dijelaskan dengan kalimat yang sedarhana, dan juga dijelaskan
secara langsung (tanpa dieja) menunjuk pada realitas bentuk tulisan teks yang
akan dibaca untuk menghindari kalimat yang bersifat deskriptif. Karena pada
anak usia dini kemampuan verbalnya masih terbatas pada hal-hal yang nyata,
dan masih kesulitan dalam menangkap informasi yang disampaikan. Karena
itu proses pembelajaran mengunakan bahasa yang singkat dan sederhana
dirasa lebih efektif dari pada mengunakan kata-kata yang diuraikan.
b. Sedikit demi sedikit, santai dan tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pada
bagian lain. Pebelajar dapat diperkenankan untuk menambah materi pada
pembelajaran berikutnya bila sudah bisa membaca dengan lancar dan
bertajwid. Demikian pula halnya dengan mengajarkan materi utama maupun
materi tambahan seperti mengajarkan materi menghafal surat Al Fatihah,
dilakukan dengan sedikit demi sedikit, dan tidak mengajarkannya secara utuh.
Tambahan materi diberikan jika telah manghafal dengan secara baik materi
yang diberikan. Demikian seterusnya, sehingga surat-surat pendek dihafal dan
anak mampu membaca Al Qur’an dengan bertajwid. pemberian materi ini
sesuai kemampuan pebelajar, apabila pebelajar hanya mampu satu halaman
sehari bahkan kurang dari itu maka janganlah dipaksa, demikian pula bagi
para pebelajar yang mampu beberapa halaman setiap harinya, maka sebaiknya
diberikan motivasi dan tetap dibimbing sebagai wujud menghargai
kemampuannya.
c. Bimbing dan arahkan, Seorang pelajar cukup mengulangi berkali-kali contoh
di atas pada setiap bab, tidak menuntut membaca pada bagian latihan di
bawahnya, sehingga anak mampu membaca sendiri setiap bab yang telah
diajarkan. Metode ini menjadikan anak-anak betul-betul paham dengan
pelajaran yang tidak dihafal. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat
sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa
dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain,
belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Belajar
menyangkut apa yang harus dikerjakan pebelajar untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif belajar harus datang dari dirinya sendiri. . Pembelajaran membaca Al
Qur’an dengan metode Qiraati lebih bersifat mengarahkan dan membimbing,
pebelajar untuk aktif, kreatif dalam belajar membaca Al Qur’an, sehingga
tidak dibenarkan dalam membaca Al Qur’an pelajar membacakan semua
tulisan yang ada pada setiap halamannya, pelajar hanya menegur dan
memperbaiki bacaan pelajar yang salah.
d. Memberikan motivasi untuk terus berusaha, Seperti telah dikemukakan
sebelumnya bahwa mengajarkan membaca Al Qur’an dengan metode Qiraati
kepada anak tidak boleh dipaksakan, apalagi dengan cara keras, sehingga daya
nalar dan kreativitas anak mati. Anak belajar membaca Al Qur’an karena
termotivasi oleh kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila
individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dengan
yang ia harapkan; dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan
kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan untuk dapat
membaca Al Qur’an dengan benar. Cara tepat diterapkan dengan
membiasakan berkompetisi dalam kelas, sebab kompetisi yang sehat dapat
mencerdaskan anak, sehingga metode Qiraati dibentuk dengan berjilid,
apabila anak naik tingkat maka secara otomatis temannya akan bersemangat
dan termotivasi.
e. Waspada dengan bacaan yang salah, Lupa menjadi sebuah kebiasaan bagi
setiap orang apalagi anak yang sedang belajar, maka dalam pembelajaran
membaca Al Qur’an dengan metode Qiraati lupa bukan sesuatu hal yang perlu
dirisaukan atau bahkan dianggap remeh. Kebiasaan lupa merupakan kebiasaan
yang harus diingatkan tidak kemudian dibiarkan, sehingga menyebabkan
kebiasaan selalu salah dalam membaca. Supaya kebiasaan salah tidak
berkelanjutan dalam proses pembelajaran, maka perlu diantisipasi dengan
mewaspadai jangan sampai membiarkan pebelajar membaca salah, menegur
langsung tidak menunggu waktu sampai akhir ayat atau akhir bacaan.
Kegiatan belajar diperlukan motivasi dari pembelajar dan usaha-usaha tentang
cara belajar efektif agar kesalahan dan lupa dapat dikurangi oleh pebelajar.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tes secara berkala dan kontinyu,
serta memberikan umpan balik kepada pelajar mengenai keberhasilan atau
kegagalan saat itu juga.
B. Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Pada Anak Usia Dini.
Kemampuan dasar membaca Al-Qur’an pada anak usia dini sangat penting
untuk penguasaan keterampilan membaca Al-Qur’an pada tahap-tahap usia
perkembangan selanjutnya. Tahap perkembangan anak usia dini (2-4 tahun)
berada pada tahap pra operasional yang memiliki keterbatasan pada pemusatan
perhatian pada satu karakteristik dan pengabaian karakteristik lain. Sebelum kita
membahas lebih lanjut disini kita akan membahas tentang anak usia dini.
1. Pengertian Anak Usia Dini
Ada beberapa pendapat tentang pengertian anak usia dini salah satunya
adalah, Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun
(Undangundang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar
pendidikan anak. Menurut Mansur (2005: 88) anak usia dini adalah kelompok
anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat
unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Pada masa ini merupakan
masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang.
Menurut berbagai penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kecerdasan
anak terbentuk dalam kurun waktu 4 tahun pertama. Setelah anak berusia 8 tahun
perkembangan otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100%.
Sesuai dengan Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pasal 1 ayat 14,
upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak usia 0-6 tahun tersebut dilakukan
melalui Pendidikan anak usia dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini dapat
dilaksanakan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan
anak usia dini jalur formal berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul
Athfal (RA) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur
nonformal berbentuk kelompok 9 bermain (KB), taman penitipan anak (TPA),
sedangkan PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan seperti bina keluarga balita
dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan PAUD
sejenis (SPS).
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah
anak yang berada pada rentang usia 0-6 tahun yang sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan
stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal.
Pemberian stimulasi tersebut harus diberikan melalui lingungan keluarga, PAUD
jalur non formal seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain
(KB) dan PAUD jalur formal seperti TK dan RA.
2. Karakteristik Anak Usia Dini
a. Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar Anak usia dini sangat tertarik dengan
dunia sekitar. Dia ingin mengetahui segala sesuatu yang terjadi di
sekelilingnya. Pada anak usia 3-4 tahun, selain sering membongkar pasang
segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga mulai gemar
bertanya meski dalam bahasa sederhana.
b. Merupakan Pribadi yang Unik Meskipun banyak terdapat kesamaan dalam
pola umum perkembangan, setiap anak memiliki keunikan masingmasing,
misalnya dalam hal gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga.
Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan lingkungan. Dengan adanya
keunikan tersebut, pendidik perlu melakukan pendekatan individual selain
pendekatan kelompok sehingga keunikan tiap anak dapat terakomodasi
dengan baik.
c. Suka Berfantasi dan Berimajinasi Anak usia dini sangat suka membayangkan
dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Anak dapat
menceritakan berbagai hal dengan sangat meyakinkan seolah-olah dia melihat
atau mengalaminya sendiri, padahal itu adalah hasil fantasi atau imajinasinya
saja.
d. Masa Potensial untuk Belajar Anak usia dini sering juga disebut dengan
istilah golden age atau usia emas karena pada rentang usia ini anak
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dalam
berbagai aspek.
e. Menunjukkan Sikap Egosentris Artinya anak usia dini pada umumnya hanya
memahami sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan sudut pandang
orang lain.
f. Memiliki Rentang Daya Konsentrasi yang Pendek Siti Aisyah mengutip
pendapat Berg mengatakan bahwa rentang perhatian anak usia anak 5 tahun
untuk dapat duduk tenang memperhatikan sesuatu adalah sekitar 10 menit,
kecuali untuk hal-hal yang membuatnya senang. Sebagai pendidik perlu
memperhatikan karakteristik ini sehingga selalu berusaha membuat suasana
yang menyenangkan dalam pembelajaran.
g. Sebagai Bagian dari Makhluk Sosial, Melalui interaksi sosial dengan teman
sebaya, anak terbentuk konsep dirinya. Anak juga belajar bersosialisasi dan
belajar untuk dapat diterima di lingkungannya.
3. Upaya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an

Dalam meningkatkan kemampuan membaca al-qur’an ini terutama pada


seorang anak usia dini tak lepas dari peranan orang-orang disekitarnya seperti
orang tua ,guru, lingkungan , dan juga tempat pendidikannya atau sekolahnya.
Terutama pada orang tua, orang tua disini sangat berperan penting dalam tumbuh
kembang anak . seperti yang kita tahu bahwa orang tua adalah pendididki pertama
bagi anak anak mereka. Orang tua disini juga berperan dalam upaya
meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Peran orang tua dalam upaya
meningkatkan kemapuan membaca Al-Qur’an antara lain :

a. Memberi Dorongan Anak dan juga motivasi , tidak dapat dipungkiri bahwa
setiap orang ketika akan melakukan sesuatu membutuhkan sebuah dorongan
dan juga motivasi terlebih lagi seorang anak yang masih berada di usia dini .
Dalam masalah peran orang tua dalam menumbuhkan minat anak membaca
al-Qur‟an anak maka disitu terjadi hubungan timbak balik. Pertama dalam diri
orang tua terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu yang ditujukan pada
anaknya. Misalnya agar orang tua mendorong anaknya agar mau mengaji di
mesjid dan mereka mengharapkan agar kelak anaknya menjadi anak yang
sholeh. Kedua akibat dari adanya dorongan itu dapat menambah semangat
anak untuk melakukan perbuatan-perbuatan tertentu sesuai dengan apa yang
diinginkan orang tuanya.
b. Pembiasaan, Orang tua harus selalu membiasakan dirinya untuk selalu berbuat
misalnya membiasakan membaca al-Quran pada setiap selesai sholat,
sehingga anak akan selalu melakukan hal tersebut. Karena kebiasaan yang
baik harus ditanamkan kepada anaknya sejak kecil. Karena adat atau
kebiasaan yang bersifat edukatif dilaksanakan sejak kecil sangat
mempengaruhi perkembangan kepribadianya.
c. Menyediakan Sarana Belajar, Salah satu upaya yang harus dilakukan orang
tua untuk menunjang keberhasilan pendidikan anak adalah dengan
memperhatikan sarana belajar anak. Sarana adalah merupakan wahana yang
sangat dibutuhkan anak untuk membantu kelancaran dalam belajarnya.
Tersedianya tempat belajar yang memadai dan peralatan belajar yang cukup
akan sangat membantu keberhasilan belajar anak. Misalnya orang tua ingin
agar anaknya semangat belajar, maka orang tua menyediakan waktu BIMBEL
(bimbingan belajar) selain itu juga menyediakan ruang belajar dengan alat-alat
belajar yang relatif cukup.
d. Memberikan hadiah dan hukuman, Dalam suatu keluarga, tentu mempunyai
aturan-aturan atau normanorma yang bisa menjamin kelangsungan hubungan
yang ada dalam keluarga, baik aturan itu bersifat tertulis maupun tidak
tertulis. Salah satu upaya supaya anak menaati aturan atau norma tersebut
kadang-kadang perlu diadakan hukuman. Menghukum adalah memberikan
atau mengadakan nistapa atau penderitaan dengan sengaja pada anak yang
menjadi usaha kita dengan maksud supaya penderitaan itu betul-betul
dirasakan untuk menuju kearah yang lebih baik. Dengan demikian adanya
hukuman dalam keluarga adalah merupakan pertanda bahwa orang tua
mempunyai perhatian yang sungguh-sungguh terhadap perkembangan
anaknya, sebaliknya anak yang tak pernah dihukum itu karna orang tua lalai
dalam mendidik anak.

Selain itu peran guru atau pendidik juga di butuhkan dalam upaya ini
karna guru atau pendidik adalah orang tua kedua bagi seorang anak. Yang
mana guru akan menjadi pendidik kedua pula setelah orang tua bagi seorang
anak. Apalagi anak yang dimaksud disini adalah seorang siswa atau peserta
didik yang mana mereka sangat membutuhkan bimbingan yang sangat ekstra
dari seorang guru apalagi dalam hal membaca Al-Qur’an yang mana membaca
Al-Qur’an ini membutuhkan ketrampilan yang disengaja tidak sama dengan
kemampuan berbicara, bercerita, dan juga mendengar yang termasuk
kemampuan yang diperoleh dengan sewajarnya, amaksudnya anak
mempelajari fungsi itu dengan sendirinya. Peran guru disini tak jauh berbeda
dengan peran orang tua , hanya saja disini guru memiliki peran dalam
mengajarkan secara formal dan yang dilakukan guru di sini ialah menunakan
sebuah metode agar upaya meningkatkan membaca Al-Qur’an lebih efektif.
Seperti yang dilakukan oleh para guru di TAQ’ ALAA NURIYAH yang mana
upaya guru dalam meningkatkan membaca Al-Qur’an disini ialah dengan
mengunakan metode Qiro’ati yang aman metode ini memberikan pengajaran
dalam membaca Al-Qur’an secara perlahan-lahan dan juga sedikit demi
sedikit dengan tetap mengunakan kaidah tajwid yang baik dan benar. Jadi
anak didik tidak merasa tertekan dan bisa belajar dengan enjoy, sehingga bisa
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

Agar penyusunan mini skripsi ini berhasil maka harus diperlkan metode penelitian
yang sesuai dengan judul dan permasalahan. Metode penelitian ini di gunakan untuk
sarana memperoleh data data yang lengkap dan dapat di percaya serta di pertanggung
jawaban adanya. Pembahasan metode penelitian ini dalam penelitian yang kelompok
kami angkat sebagai berikut ini :

Pada penelitian ini menggunakan jenis metode pendekatan kualitatif. Maksud


dan arti dari metode kualitatif sendiri adalah metode yang temuan temuannya tidak
berupa angka atau bentuk hitungan. Dalam metode ini berusaha memahamkan dan
menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi
tertentu. Tujuan dari metode ini adalah meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur’an dengan metode Qiro’ati pada TAQ’ ALAA NURIYAH pada ana usia dini.

B. LOKASI PENELITIAN
Pada penelitian kali ini saya mengambil lokasi atau objek penelitian di TAQ’
ALAA NURIYAH yang berada di jl teluk cendrawasih no 146,Rt/Rw 02/02, Arjosari,
Kecamatan Blimbing, Kabupaten Malang, Jawa Timur. TAQ’ ALAA NURIYAH ini
memiliki letak yang strategis yakni berada di pinggir jalan dalam TAQ’ ALAA
NURIYAH ini tidak hanya terdapat TPQ tetapi ada juga pendidikan formal berupa
RA ( Raudlatul Atfhal). Dalam penelitian ini peneliti melakuka wawancara dengan
pendiri yang juga termasuk guru disana.
Peneliti sengaja memilih TAQ’ ALAA NURIYAH sebagai lokasi penelitian
karena dirasa TAQ ini terstruktur dan masyarakat perkampungan tersebut sangat
peduli dan guyub dengan adanya TAQ’ ALAA NURIYAH di lingkungan mereka.
Dengan tersedianya TAQ’ ALAA NURIYAH ini diharapkan bisa membangun
semangat anak-anak setempat untuk belajar membaca Al-Qur’an dengan kaidah
bacaan yang benar. Tidak hanya mengajarkan membaca Al-Qur’an di TAQ’ ALAA
NURIYAH ini juga memiliki tujuan lain yakni membentuk akhlakul karimah kepada
semua orang terutama kepada kedua orang tua. Jadi diharapkan mereka bisa membaca
Al-Qur’an disertai dengan akhlakul karimah yang baik.
C. SUBJEK PENELITIAN
Subjek kami dalam penelitian kali ini yakni merupakan informan yakni orang yang
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi penelitian. Beliau termasuk pendiri
dan juga guru yang mengajar di TAQ tersebut. yang mana beliau pendiri dan pengajar
yang ada di TPQ tersebut. peneliti memilih beliau karena beliau termasuk orang yang
mengetahui tentang TAQ’ ALAA NURIYAH tersebut mulai dari latar belakang
berdirinya hingga perkembangan saat ini.
D. JENIS DAN SUMBER DATA
Dalam penelitian sumber data merupakan hal yang sangat penting. Jika kita
menggunakan dan memilih sumber data yang salah maka tujuan kita dalam mencapai
keberhasilan penelitian akan melesat dan tidak sesuai yang diharapkan. Menurut Elvis
F purba dan parulian Simanjuntak dalam Melly 2013 Data primer adalah data yang
langsung diperoleh dari sumber pertama. Sumber data terbagi menjadi dua yakni:
a. Sumber data primer, dari penelitian yang kami angkat kami memperoleh data
langsung dari pihak pihak yang berkaitan , Data primer dalam penelitian ini
adalah daya yang dihasilkan dari wawancara secara langsung dengan informan.
tetapi kami menggunakan media sosial guna mematuhi protokol kesehatan.
b. Sumber data Sekunder adalah data data yang diperoleh dari sumber kedua
merupakan pelengkap , meliputi buku buku,dan social media yang menjadi
refrensi yang mana terhadap tema yang di angkat.
E. TEKNIK DATA
Dalam meneliti yang akan melakukan sebuah penelitian, diharapkan untuk
memahami dan mengatahui metode dan metodologi dalam melakukan sebuah
penelitian. Dari teknik pengumpulan data ini kami menggunakan tiga cara dalam
mengumpulkan data data yang kita peroleh yakni dengan berikut :
a. Observasi
Observasi ini salah satu teknik pengumpulan data yang mana mengadakan
langsung pengamatan terhadap objek yang akan di teliti. Dengan metode
observasi ini, penulis dapat langsung menulis dan mencatat data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini.
b. Wawancara
Interview atau wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan
cara membuat pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang diperlukan sebagai
data penelitian. Hasil dari pengumpulan data dengan cara ini adalah jawaban-
jawaban. Dalam pelaksanaannya, metode ini dilakukan dengan menggunakan
interview bebas terpimpin, dimana penelitihanya membawa pedoman
wawancara secara garis besar dari pertanyaan-pertanyaan yang dikehendaki
penulis, agar jawaban dari responden lebih bebas dan terperinci.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini adalah teknik pengumpulan dan penyimpulan bukti-bukti
baik berupa foto,tulisan atau rekaman suara terhadap semua hal,mulai dari objek
hingga semua peristiwa yang terjadi.
F. METODE PENGOLAHAN DATA
Metode yang di gunakan dalam penulisan Penelitian kualitatif ini adalah
penulisan yang bersifat deskriptif kualitatif dengan tujuan memberi gambaran tentang
latarbelakang dari subjek yang di teliti.
Metode analisis ini digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode deskriptif
yang mana metode analisis yang terlebih dulu mengumpulkan data yang ada kemudian
di lasifikasi, di analisis lalu di interpetasikan , sehingga dapat memberikan gambaran
yang objektif mengenai data yang di teliti.
Menarik Kesimpulan merupakan rangkaian analisis data puncak. Walaupun
begitu, kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung.
Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang valid.
G. PENGECEKAN KEABSAHAN DATA
Dalam penelitian setiap penemuan harus dicek keabsahannya supaya hasil
peneletian dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan
keabsahannya. Untuk mengecek keabsahan temuan ini teknik yang sering digunakan
oleh peneliti adalah Trinaggulasi. Trinaggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang
memanfaatka sesuatu yang lain diluar data dan keperluan pengecekan atas sebagai
pembanding terhadap data.
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. PAPARAN DATA
1. Membaca Al-Qur’an dengan Metode Qiro’ati di TAQ’ ALAANURIYAH
Setelah melakukan wawancara pada narasumber yang dilaksanakan pada
tanggal 22 April 2021, maka pada wawancara tersebut beliau banyak
menjelaskan terkait kemampuan membaca Al-Qur’an menggunakan metode
Qiro’ati di TAQ’ ALAANURIYAH dan juga sedikit menjelaskan tentang
latar belakang beliau mendirikan TAQ’ ALAANURIYAH tersebut.
“Hati saya tergerak untuk mendirikan TAQ’ ALAANURIYAH ini dimulai
ketika saya dan suami melihat disekeliling kita bahwa pada saat itu di daerah
TAQ ini sangat kurang untuk pengenalan tentang membaca al-qur’an.” ucap
Bu Via selaku narasumber dan juga pendiri TAQ’ ALAANURIYAH ini. Dari
perkataan narasumber tersebut dapat disimpulkan bahwa latar belakang beliau
mendirikan TAQ’ ALAANURIYAH ini dimulai dari lingkungan sekitar
beliau. Beliau ingin membangun kesadaran orang sekitar bahwa pengenalan
tentang membaca Al-Qur’an itu penting dan untuk membantu mewujudkan
hal tersebut beliau mendirikan TAQ’ ALAANURIYAH. Beliau ingin
membangun semangat anak anak setempat untuk belajar membaca al qur’an
dengan kaidah pembacaan yang benar.
Dalam TAQ’ ALAANURIYAH ini beliau mengunakan metode Qiro’ati
untuk lebih mudah dalam pengajaran membaca Al-Qur’an. Membaca Al-
Qur’an dengan metode Qiro’ati ini para peserta didik langsung
mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwid yang praktis,
sederhana, dan juga dapat dilakukan sedikit demi sedikit yang artinya tidak
menambah ke halaman selanjutnya sebelum membaca dengan lancar.
Pengajaran yang digunakan ialah guru membaca terlebih dahulu kemudian
peserta didik menirukan apa yang telah di bacakan oleh guru tersebut.
Metode Qiro’ati adalah metode membaca Al-Qur'an secara langsung, baik
makhroj, huruf, maupun tajwidnya, langsung dibaca tartil dan benar tanpa
mengenalkan huruf, harakat dan tajwidnya lebih dahulu (mengeja), guru
hanya menerangkan pokok pelajaran (cara membacanya) dan memberi contoh
bacaannya dengan tartil dan benar. Metode qiro’ati ini dilakukan dilakuka
sedikit demi sedikit yang artinya tidak menambah ke halaman selanjutnya
sebelum membaca dengan lancar.

Untuk teknik pembelajaran di TAQ’ALAANURIYAH ini adalah


Pertama-tama aktivitas yang dilakukan murid sebelum masuk kelas adalah
murid berbaris terlebih dahulu kemudian membaca do’a, shoawat dan juga
surat-surat pendek dengan waktu 15 menit, dilanjutkan dengan pembelajaran 1
jam khusus di kelas. Untuk pembelajaran dilakukan pada hari senin sampai
dengan sabtu . Ada juga untuk menunjang pembelajaran itu diberikan materi
tambahan berupa surat-surat pendek, dan hafalan do’a sesuai jenjang
pendidikan. Pembelajaran metode qio’ati ini dimulai dari jenjang pra-TK yang
dilanjut kan dengan jilid satu,dua,tiga,empat dan seterusnya yang mana jika
bacaan belum benar- benar lancar dan benar maka tidak akan lanjut ke jilid
selanjutnya.

Berdasarkan hasil wawancara di atas dan hasil observasi peneliti, dapat


disimpulkan bahwa para pengajar sepakat menggunakan metode Qiro’ati
dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an, hal ini di
karenakan metode Qiro’ati merupakan metode yang cara penyampaian materi
pembelajaran dengan cara sedikit demi sedikit, yaitu tidak menambah ke
halaman selanjutnya sebelum membaca dengan lancar. Sehingga peserta didik
mudah memahami, mengingat serta menirukan bacaan yang diajarkan dan
tidak merasa tertekan.
2. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dengan Metode
Qiro’ati di TAQ’ ALAANURIYAH
Dalam meningkatkan kemampuan membaca al-qur’an ini terutama pada
seorang anak usia dini tak lepas dari peranan orang-orang disekitarnya seperti
orang tua ,guru, lingkungan , dan juga tempat pendidikannya atau sekolahnya.
Terutama pada orang tua, orang tua disini sangat berperan penting dalam
tumbuh kembang anak . seperti yang kita tahu bahwa orang tua adalah
pendididki pertama bagi anak anak mereka. Orang tua disini juga berperan
dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an. Peran orang
tua dalam upaya meningkatkan kemapuan membaca Al-Qur’an antara lain :
a. Memberi Dorongan Anak dan juga motivasi , tidak dapat dipungkiri
bahwa setiap orang ketika akan melakukan sesuatu membutuhkan sebuah
dorongan dan juga motivasi terlebih lagi seorang anak yang masih berada
di usia dini . Dalam masalah peran orang tua dalam menumbuhkan minat
anak membaca al-Qur‟an anak maka disitu terjadi hubungan timbak balik.
Pertama dalam diri orang tua terdapat dorongan untuk melakukan sesuatu
yang ditujukan pada anaknya. Misalnya agar orang tua mendorong
anaknya agar mau mengaji di mesjid dan mereka mengharapkan agar
kelak anaknya menjadi anak yang sholeh. Kedua akibat dari adanya
dorongan itu dapat menambah semangat anak untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tertentu sesuai dengan apa yang diinginkan orang tuanya.
b. Pembiasaan, Orang tua harus selalu membiasakan dirinya untuk selalu
berbuat misalnya membiasakan membaca al-Quran pada setiap selesai
sholat, sehingga anak akan selalu melakukan hal tersebut. Karena
kebiasaan yang baik harus ditanamkan kepada anaknya sejak kecil. Karena
adat atau kebiasaan yang bersifat edukatif dilaksanakan sejak kecil sangat
mempengaruhi perkembangan kepribadianya.
c. Menyediakan Sarana Belajar, Salah satu upaya yang harus dilakukan
orang tua untuk menunjang keberhasilan pendidikan anak adalah dengan
memperhatikan sarana belajar anak. Sarana adalah merupakan wahana
yang sangat dibutuhkan anak untuk membantu kelancaran dalam
belajarnya. Tersedianya tempat belajar yang memadai dan peralatan
belajar yang cukup akan sangat membantu keberhasilan belajar anak.
Misalnya orang tua ingin agar anaknya semangat belajar, maka orang tua
menyediakan waktu BIMBEL (bimbingan belajar) selain itu juga
menyediakan ruang belajar dengan alat-alat belajar yang relatif cukup.
d. Memberikan hadiah dan hukuman, Dalam suatu keluarga, tentu
mempunyai aturan-aturan atau normanorma yang bisa menjamin
kelangsungan hubungan yang ada dalam keluarga, baik aturan itu bersifat
tertulis maupun tidak tertulis. Salah satu upaya supaya anak menaati
aturan atau norma tersebut kadang-kadang perlu diadakan hukuman.
Menghukum adalah memberikan atau mengadakan nistapa atau
penderitaan dengan sengaja pada anak yang menjadi usaha kita dengan
maksud supaya penderitaan itu betul-betul dirasakan untuk menuju kearah
yang lebih baik. Dengan demikian adanya hukuman dalam keluarga
adalah merupakan pertanda bahwa orang tua mempunyai perhatian yang
sungguh-sungguh terhadap perkembangan anaknya, sebaliknya anak yang
tak pernah dihukum itu karna orang tua lalai dalam mendidik anak.

Selain itu peran guru atau pendidik juga di butuhkan dalam upaya ini
karna guru atau pendidik adalah orang tua kedua bagi seorang anak. Yang
mana guru akan menjadi pendidik kedua pula setelah orang tua bagi seorang
anak. Apalagi anak yang dimaksud disini adalah seorang siswa atau peserta
didik yang mana mereka sangat membutuhkan bimbingan yang sangat ekstra
dari seorang guru apalagi dalam hal membaca Al-Qur’an yang mana membaca
Al-Qur’an ini membutuhkan ketrampilan yang disengaja tidak sama dengan
kemampuan berbicara, bercerita, dan juga mendengar yang termasuk
kemampuan yang diperoleh dengan sewajarnya, amaksudnya anak
mempelajari fungsi itu dengan sendirinya. Peran guru disini tak jauh berbeda
dengan peran orang tua , hanya saja disini guru memiliki peran dalam
mengajarkan secara formal dan yang dilakukan guru di sini ialah menunakan
sebuah metode agar upaya meningkatkan membaca Al-Qur’an lebih efektif.
Seperti yang dilakukan oleh para guru di TAQ’ ALAA NURIYAH yang mana
upaya guru dalam meningkatkan membaca Al-Qur’an disini ialah dengan
mengunakan metode Qiro’ati yang aman metode ini memberikan pengajaran
dalam membaca Al-Qur’an secara perlahan-lahan dan juga sedikit demi
sedikit dengan tetap mengunakan kaidah tajwid yang baik dan benar. Jadi
anak didik tidak merasa tertekan dan bisa belajar dengan enjoy, sehingga bisa
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai kaidah.

Anda mungkin juga menyukai