Anda di halaman 1dari 138

1

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran adalah firman Allah yang turun melalui perantara malaikat Jibril

kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an merupakan petunjuk dan pedoman

hidup bagi seluruh umat islam. Tidak ada keraguan di dalamnya (Al-Qur’an).1

Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al-Baqarah ayat 22 :

َ ِ‫ب فِي ۛ ِه هُ ٗدى لِّ ۡل ُمتَّق‬


٢ ‫ين‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
َ ۛ ‫ك ۡٱل ِك ٰتَبُ اَل َر ۡي‬
Artinya : “ Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa. “

Mengingat Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia, maka mempelajarinya

adalah sebuah kewajiban bagi seluruh umat muslim tidak terikat batasan usia.

Setiap muslim harus bisa membaca Al-Qur’an. Karena membaca merupakan

syarat pertama dan utama dalam memperoleh ilmu dan pengetahuan. 3 Perintah

membaca juga merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad

shallallahu ‘aliahi wa sallam. Wahyu pertama tersebut adalah Al-Qur’an surat

Al-Alaq ayat 1-5.

Membaca Al-Qur’an juga tidak boleh hanya sekedar bisa dalam membacanya,

tetapi juga harus sesuai dengan kaidah dan hukum cara membacanya (tartil). Dari

1
Yussuf Al-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2000),59.
2
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Al-Hidayah
Surabaya,2002),2.
3
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan Media Utama, 2005), 6.
2

pelafalan setiap huruf, tajwid, serta ghoroibul qur’annya. Sebagaimana firman

Allah dalam dalam Al-Qur’an surat Al-Muzammil ayat 44 :

َ ‫َأ ۡو ِز ۡد َعلَ ۡي ِه َو َرتِّ ِل ۡٱلقُ ۡر َء‬


٤ ‫ان تَ ۡرتِياًل‬
Artinya : “ atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu
dengan perlahan-lahan.”

Di Indonesia terdapat banyak buku panduan-buku panduan pembelajaran Al-

Qur’an. Buku panduan-buku panduan tersebut dapat memfasilitasi banyak orang

untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan tartil. Buku panduan ummi merupakan

salah satu buku panduan belajar mengajar Al-Qur’an yang ada di Indonesia.

Buku panduan ini memperkenalkan diri sebagai salah satu buku panduan yang

dapat membantu dengan mudah semua orang dalam belajar Al-Qur’an. Buku

panduan ini memiliki visi untuk menjadi lembaga terdepan dalam melahirkan

generasi qur’ani. Konsep dasar buku panduan ini menggunakan kata “ummi”

yang berarti ibuku. Hal ini untuk memberikan penghormatan dan mengingat jasa

ibu yang telah mengajarkan bahasa kepada kita. Serta pendekatannya juga

menggunakan pendekatan bahasa ibu. Pendekatan dengan bahasa ibu diantaranya

ada 3 unsur. Yang pertama yaitu direct method (langsung tidak banyak

penjelasan). Yang kedua, repeatition (diulang-ulang). Dan yang ketiga adalah

kasih sayang yang tulus. Dalam pengajarannya, buku panduan ini tidak hanya

mengunggulkan kekuatan buku yang ada. Kekuatan utama yang lain, yaitu

metoda, mutu guru, dan sistem yang berbasis mutu.5

4
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an, 846.
5
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Buku panduan Ummi (Surabaya:
Lembaga Ummi Foundation, 2017), 5.
3

SD Islam Sari Bumi merupakan lembaga pendidikan Islam yang memiliki

program belajar mengajar Al-Qur’an dengan buku panduan ummi. Dimana

lulusannya diharapkan memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan

baik dan benar (tartil). Peneliti tertarik melakukan suatu penelitian di lembaga ini

karena adanya program unggulan yang dimiliki sekolah ini yaitu Al-Qur’an dan

kewirausahaan. Sekolah ini memiliki banyak sekali prestasi di dalam bidang Al-

Qur’an, baik di tingkat gugus, kecamatan, sampai nasional. Selain itu, penerapan

unggulan Al-Qur’an ini tidak hanya untuk santrinya saja, tetapi untuk seluruh

warga sekolah. Mulai dari santri, guru, cleaning service, juru masak dan wali

santri. Sekolah ini kedepannya juga berharap dapat meenjadi Qur’anic Centre di

wilayah Sidoarjo.

Di lembaga ini, terdapat perkumpulan ummahat wali santri yang mengadakan

kegiatan belajar membaca Al-Qur’an atau yang dinamakan dengan tahsin Al-

Qur’an. Belajar mengajar Al-Qur’an tersebut menggunakan buku panduan ummi.

Ummahat tersebut merupakan kumpulan dari beberapa walisantri SD Islam Sari

Bumi dari walisantri kelas satu sampai kelas enam. Mereka membuat suatu

kelompok belajar yang berisi kegiatan-kegiatan seperti tahsin Al-Qur’an,

turjuman Al-Qur’an dan belajar Bahasa Arab. Pembelajaran tahsin Al-Qur’an ini

dilaksanakan 2 kali dalam setiap pekan. Kelompok belajar ini terbentuk karena

banyaknya perbincangan dikalangan ummahat, terkait banyaknya ummahat yang

masih belum lancar dalam membaca Al-Qur’an. Selain itu, banyak ummahat

yang selesai mengantarkan anak-anaknya mengisi waktunya hanya dengan

mengobrol dengan sesama wali santri, dan konten pembicaraannya banyak yang
4

kurang bermanfaat. Dari sini muncullah ide dari beberapa ummahat untuk

membuat suatu kegiatan untuk mengisi waktunya agar bisa lebih bermanfaat dan

bisa menjadi salah satu wadah untuk memfasilitasi ummahat yang ingin untuk

belajar membaca Al-Qur’an. Dengan terbentuknya program kegiatan tersebut,

banyak ummahat yang antusias untuk mengikuti karena banyak dari mereka yang

belum lancar dalam membaca Al-Qur’an, serta untuk mengisi waktu luang

mereka di pagi hari. Selain itu, mereka juga dituntut untuk bisa membantu

menyimak anak-anak mereka muraja’ah Al-Qur’an dirumah sebagai bentuk

kerjasama mereka dengan sekolah. Dari sini dapat diketahui bahawasannya

belajar Al-Qur’an merupakan suatu kewajiban bagi semua orang, tidak hanya

untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Peneliti tertarik untuk

melakukan suatu penelitian di lembaga ini, karena peneliti menganggap

bahwasannya proses belajar Al-Qur’an dengan menggunakan buku panduan

ummi yang dilakukan oleh para ummahat cukup sukses, baik dilihat dari bacaan,

kelancaran, maupun target yang dicapai.

Berdasarkan keadaan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di

kelompok belajar ummahat di SD Islam Sari Bumi dengan judul “Penerapan

Tahsin Dengan Menggunakan Buku panduan Ummi Untuk Pembelajaran

Membaca Al-Qur’an Pada Ummahat di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo”.

B. Penegasan Istilah

1. Penerapan tahsin
5

Kata “tahsin” memiliki arti memperbaiki, menghiasi, membaguskian,

memperindah, atau membuat lebih baik dari semula. Tahsin merupakan

aplikasi (praktek atau penerapan) dari teori atau kaidah-kaidah dalam

membaca Al-Qur’an. Jadi, penerapan tahsin merupakan pelaksanaan

untuk memperbaiki atau membuat lebih baik dalam membaca Al-Qur’an.

2. Buku panduan ummi

Buku panduan ummi merupakan buku yang berisi cara pembelajaran Al-

Qur’an, menggunakan cara bahasa ibu. Diantaranya yaitu tidak banyak

penjelasan, tidak diulang-ulang, dan kasih sayang tulus.

3. Pembelajaran membaca Al-Qur’an

Pembelajaran yang bertujuan untuk mengajarkan bagaimana cara

melafalkan huruf, kata dan kalimat yang ada di dalam Al-Qur’an dengan

baik dan benar sesuai kaidah cara membacanya.

4. Ummahat

Ummahat adalah istilah yang biasa disematkan kepada kaum ibu-ibu. Di

SD Islam Sari Bumi terdapat kelompok ibu-ibu (ummahat) wali santri

yang memiliki semangat untuk selalu belajar. Mereka belajar bersama di

ruang math’am SD Islam Sari Bumi dengan didampingi oleh guru yang

ahli dibidang tersebut.

C. Perumusan Masalah
6

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan, rumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan tahsin Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi

dengan menggunakan buku panduan ummi?

2. Bagaimana keberhasilan pembelajaran tahsin Al-Qur’an ummahat di SD

Islam Sari Bumi dengan menggunakan buku panduan ummi?

3. Apa kendala dalam menerapkan buku panduan ummi pada pembelajaran

tahsin Al-Qur’an untuk ummahat di SD Islam Sari Bumi?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian :

a. Mengetahui penerapan tahsin Al-Qur’an dengan menggunakan buku

panduan ummi ummahat di SD Islam Sari Bumi.

b. Menguraikan keberhasilan belajar mengajar tahsin Al-Qur’an dengan

buku panduan ummi ummahat di SD Islam Sari Bumi .

c. Mengetahui kendala dalam menerapkan buku panduan ummi untuk

ummahat di SD Islam Sari Bumi.

2. Kegunaan penelitian :

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan diperoleh banyak manfaat.

Diantaranya sebagai berikut :

a. Secara teoritis
7

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bantuan untuk

pengembangan khazanah keilmuan. Khususnya dalam pengembangan

metode pembelajaran Al-Qur’an.

b. Secara Praktis

1) Peneliti

Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, serta

wawasan dalam menjalankan kehidupan di masyarakat.

2) Universitas

Diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk pengembangan

khazanah keilmuan. Dapat membantu dalam memberikan informasi

untuk mengadakan penelitian selanjutnya yang mampu didapatkan

hasil penelitian yang lebih baik lagi.

3) Lembaga pendidikan

Diharapkan mampu menjadi pendorong untuk bisa lebih baik

dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an. Serta mampu menjadi

salah satu lembaga yang bisa menjadi wadah untuk semua orang

yang ingin untuk belajar membaca Al-Qur’an.

E. Penelitian Terdahulu

1. Dedi Indra Setiawan tahun 2015, meneliti dengan judul “Pelaksanaan

Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca

Al-Qur’an Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam

Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pelaksanaan dan kendala dalam tahsin Al-Qur’an. Dalam


8

penelitian ini menggunakan buku panduan dengan pendekatan kualitatif

deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara

dan studi dokumentasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan

analisis deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwasannya

kegiatan tahsin dapat menambah kecintaan mahasiswa pada Al-Qur’an.6

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

ruang lingkup penelitian membahas tentang tahsin Al-Qur’an,

pengumpulan data menggunakan observasi lapangan, wawancara dan

studi dokumentasi, menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif

serta penelitian membahas tentang perilaku sosial. Perbedaan penelitian

ini adalah subyek penelitian yaitu pada mahasiswa, sedangkan penulis

akan meneliti pada orang dewasa perempuan yang sebagian besar

berprofesi sebagai ibu rumah tangga, kegiatan tahsin pada penelitian ini

tidak menggunakan buku panduan pembelajaran secara khusus dalam

pembelajaran tahsin. Sedangakan pada penelitian ini menggunakan buku

panduan ummi dalam pembelajaran tahsin.

2. Muhamad Habibi Kafabih tahun 2014, melakukan penelitian yang judul “

Penerapan Buku panduan Ummi Dalam Pembelajaran Al-Qur’an pada

Orang Dewasa di Lembaga Qur’an Training Centre Malang”. Penelitian

ini untuk mengetahui karakteristik, penerapan, kelebihan dan kelemahan

pembelajaran buku panduan ummi bagi orang dewasa. Dalam penelitian

ini menggunakan buku panduan dengan pendekatan kualitatif deskriptif.


6
Dedi Indra Setiawan, Skripsi: Pelaksanaan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang” (Skripsi S-1, UIN Malang, 2015),84.
9

Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, interview dan

dokumentasi. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan analisis

deskriptif kualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini, bahwasannya buku

panduan ummi sangat praktis dan mudah untuk digunakan oleh orang

dewasa dalam belajar Al-Qur’an.7 Persamaan penelitian ini adalah ruang

lingkup penelitian membahas tentang penerapan buku panduan ummi,

pengumpulan data menggunakan observasi lapangan, interview dan

dokumentasi, menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif,

penelitian membahas tentang perilaku sosial. Perbedaan penelitian ini

adalah tujuan dari penelitian ini hanya digunakan untuk menunjukkan

bahwasannya buku panduan ummi sangat praktis untuk digunakan oleh

orang dewasa. Sedangkan peneliti pada penelitiannya bertujuan untuk

menguraikan keberhasilan pembelajaran tahsin Al-Qur’an.

3. Lusi Kurnia Wijayanti tahun 2016, melakukan penelitian dengan judul

“Penerapan Buku panduan Ummi Dalam Pembelajaran Al-Qur’an

Orang Dewasa untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di

Lembaga Majlis Qur’an (MQ) Madiun”. Penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan bagaimana cara pembelajaran Al-Qur’an buku panduan

ummi pada orang dewasa. Penelitian ini menggunakan buku panduan

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik

pengumpulan data dengan observasi, interview dan dokumentasi.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kemampuan membaca Al-Qur’an


7
Muhammad Habibi Kafabih, Skripsi: “Penerapan Buku panduan Ummi Dalam Pembelajaran
Al-Qur’an pada Orang Dewasa di Lembaga Qur’an Training Centre Malang” (Skripsi S-1, UIN
Malang,2014),93.
10

buku panduan ummi untuk orang dewasa mengalami peningkatan yang

baik.8 Persamaan dari penilitian ini adalah ruang lingkup penelitian

membahas tentang penerapan buku panduan ummi, pengumpulan data

menggunakan observasi lapangan, interview dan dokumentasi,

menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, penelitian membahas

tentang perilaku sosial. Perbedaannya adalah subyek penelitian yaitu

orang dewasa yang tidak memiliki hubungan atau keterikatan dengan

lembaga. Sedangkan pada penelitian oleh peneliti subyeknya adalah orang

dewasa yang terikat dalam suatu lembaga dengan status wali santri dari

lembaga tempat penelitian tersebut.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi yang akan disusun ini, terbagi menjadi lima bab

dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Berisi pendahuluan yang di dalamnya berisi latar belakang masalah,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta

sistematika pembahasan.

Bab II Kajian Teori, di dalamnya meliputi pembahasan mengenai buku

panduan ummi, tahsin buku panduan ummi, pembelajaran buku panduan

ummi, ummahat dan bagaimana penerapan buku panduan ummi kepada

ummahat.

8
Lusi Kurnia Wijayanti, Skripsi: “Penerapan Buku panduan Ummi Dalam Pembelajaran Al-
Qur’an Orang Dewasa untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an di Lembaga Majlis
Qur’an (MQ) Madiun” (Skripsi S-1, UIN Malang,2016),106.
11

Bab III Buku panduan penelitian, penulis memaparkan cara apa yang

dilakukan dalam penelitian ini yang meliputi : jenis penelitian, subyek

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data yang meliputi

observasi, wawancara dan dokumentasi,serta teknik analisis dan interpretasi

data.

Bab IV Penyajian dan Analisis Hasil Penelitian. Peneliti mendeskripsikan

obyek penelitian dan analisis hasil pengumpulan data penelitian. Peneliti akan

menguraikan secara jelas tentang temuan-temuan yang telah didapatkan

selama proses penelitian berlangsung.

Bab V Penutup, berisi kesimpulan dari rangkaian seluruh pembahasan, dari

bab pertama sampai terakhir yang menjelaskan penerapan tahsin

menggunakan buku panduan ummi untuk pembelajaran membaca Al-Qur’an

pada ummahat di SD Islam Sari Bumi Sidoarjo.


12

BAB II

KERANGKA TEORI

1. Buku Panduan Ummi

a. Pengertian buku panduan ummi

Secara sederhana, buku panduan berarti cara atau jalan yang

ditempuh. Sehingga fungsi buku panduan adalah sebagai alat untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.9

Buku panduan ummi merupakah salah satu buku yang berisi cara

pembelajaran Al-Qur’an yang ada di Indonesia yang dikelola oleh lembaga

Ummi Foundation. Buku panduan ummi memiliki 3 motto yaitu mudah,

menyenangkan dan menyentuh hati. Buku panduan ini di desain untuk

mudah dipelajari, diajarkan dan diimplementasikan dalam pembelajaran

Al-Qur’an. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan buku

panduan ummi dilakukan dengan menarik dan menggembirakan. Proses

tersebut untuk menghapus kesan tertekan dalam belajar Al-Qur’an. Tidak

hanya memberikan pembelajaran secara material teoritik. Guru juga

mengimplementasikan akhlak Al-Qur’an dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan buku panduan ummi

menggunakan sebuah sistem yang mampu menjamin mutu setiap anak

atau orang yang belajar membaca Al-Qur’an agar cepat dan mudah

9
Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta : Prestasi Pustaka
Publisher, 2012), 4.
13

membaca Al-Qur’an secara tartil. Oleh karena itu buku panduan ummi ini

banyak sekali digunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan diseluruh

wilayah dari sabang sampai merauke. 10

b. Visi misi ummi foundation11

Visi yang dimiliki oleh Ummi Foundation adalah untuk menjadi

lembaga terdepan dalam melahirkan generasi qur’ani. Buku panduan ini

mengedepankan pada kualitas dan kekuatan sistem dalam

pembelajarannya.

Dalam mewujudkan suatu visi, pasti tentunya tidak lepas dari

adanya misi untuk tercapainya visi tersebut. Misi dari lembaga ini

diantaranya :

1) Mewujudkan lembaga profesional dalam pengajaran Al-Qur’an

yang berbasis sosial dan dakwah.

2) Membangun sistem manajemen pembelajaran Al-Qur’an yang

berbasis pada mutu.

3) Menjadi pusat pengembangan pembelajaran dan dakwah Al-

Qur’an pada masyarakat.

c. Latar belakang terbentuknya buku panduan ummi

Buku panduan pembelajaran Al-Qur’an ini menggunakan nama

“ummi” yang memiliki arti “ibuku”. Makna ini ditujukan untuk

memberikan penghormatan dan mengingat jasa ibu. Anak bisa mengerti

bahasa karena pengajaran seorang ibu. Sehingga kita semua dapat

10
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 3.
11
Ibid.,4.
14

berbicara bahasa ibu sejak kita berumur 5 tahun. Pendekatan bahasa ibu

adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran Al-Qur’an buku

panduan ummi, yang meliputi:12

1) Direct Methode (Buku panduan Langsung)

Yaitu langsung dibaca tidak banyak penjelasan, tanpa dieja / diurai.

Dapat disebut learning by doing belajar yang dilakukan secara

langsung. Model pembelajaran learning by doing merupakan model

pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran

di kelas. Pembelajaran dengan model pembelajaran learning by

doing ini siswa lebih ditekankan untuk berinteraksi langsung dengan

objek yang dipelajarinya atau dengan kata lain berajar sambil

berbuat.13

2) Repeatation (diulang-ulang)

Membaca berkali-kali ayat atau surat dalam Al-Qur’an. Seperti

ketika seorang ibu mengulang-ulang kata atau kalimat ketika kita

kecil. Hal ini dilakukan agar semakin terlihat kekuatan, keindahan,

serta kemudahannya dalam membaca.

3) Kasih sayang yang tulus

Setiap anak di didik oleh seorang ibu dengan penuh kasih sayang dan

kesabarannya. Seorang guru juga hendaknya mencontoh sikap

seorang ibu dalam pembelajaran agar dapat menyentuh hati.

12
Ibid.
13
Sriyati, “Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Learning By Doing
Pada Siswa Kelas V SDN 06 Tawangmangu”, (Jurnal Publikasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Univesditas Muhammadiyah Surakarta, 2013), 4.
15

d. Kekuatan buku panduan ummi

Buku panduan ummi tidak hanya mengandalkan kekuatan buku yang

digunakan, tetapi memiliki 3 kekuatan utama :

1) Buku panduan yang bermutu (buku belajar membaca Al-Qur’an

buku panduan ummi)

Buku panduan yang bermutu sangat diperlukan dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini dikarenakan buku teks pelajaran merupakan

salah satu sarana yang signifikan dalam menunjang proses kegiatan

pembelajaran.14 Buku belajar membaca Al-Qur’an menggunakan

buku panduan ummi meliputi :

a) Buku yang digunakan untuk anak usia TK yang disebut buku

ummi Pra TK.

b) Buku yang biasa digunakan untuyk anak usia SD yang disebut

buku ummi jilid 1-6.

c) Buku yang biasa digunakan untuk orang dewasa yang disebut

buku ummi dewasa.

d) Buku yang digunakan untuk mempelajari kata-kata asing yang

ada di dalam Al-Qur’an yang disebut buku gharib .

e) Buku yang digunakan untuk mempelajari cara/kaidah dalam

membaca Al-Qur’an yang disebut buku tajwid dasar,

14
Maman Suryaman, Dimensi-Dimensi Kontekstual di Dalam Penulisan Buku Teks Pelajaran
Bahasa Indonesia, DIKSI, Vol. 13 No. 2, Juli 2006, 166.
16

f) Media yang digunakan oleh guru dalam mengajar yang disebut

dengan alat peraga

g) Cara yang digunakan dalam mengajar yang disebut dengan

metodologi pembelajaran.

2) Guru yang bermutu

Semua guru yang mengajar Al-Qur’an dengan menggunakan buku

panduan ummi harus memiliki kualitas dalam mengajar. Guru sangat

menentukan keberhasilan peserta didik dan terciptanya proses dan

hasil pendidikan yang berkualitas. Oleh karena itu, diperlukan guru

yang bekualitas, yaitu guru yang mempunyai karakteristik, 1)

Mengembangkan sumber belajar, 2) Menciptakan kelas kondusif, 3)

Menciptakan kelas interaktif, 4) Teknik kuis, 5) Memanfaatkan

media belajar, 6) Pengembangan media belajar, 7) Pemanfaatan

sumber belajar, 8) Memanfaatkan potensi lingkungan sekolah

sebagai sumber belajar, 9) Strategi motivasi, 10) Membimbing siswa

untuk berkarya, 11) Menciptakan suasana kelas yang komptetitif, 12)

Diskusi dan kolaborasi antarteman sejawat, 13) Diskusi dan

kolaborasi dalam organisasi profesi, 14) Aktif dan produktif, 15)

Mengembangkan materi, 16) Melakukan penelitian. Untuk mencapai

guru yang berkualitas, perlu adanya pembekalan ilmu, ketrampilan

dan keahlian sesuai dengan kompetensinya.15

15
Warih Jatarahayu, Guru Berkualitas Kunci Mutu Pendidikan, (https://journal.uny.ac.id, diakses
tanggal 7 Agustus 2019), 1.
17

Oleh karena itu, guru ummi harus melalui 3 tahapan yaitu

tashih, tahsin, dan sertifikasi guru Al-Qur’an. Guru Al-Qur’an yang

diharapkan buku panduan ummi adalah :

a) Tartil dalam membaca Al-Qur’an.

b) Mampu mengomentari ghoroibul Qur’an dan mengurai tajwid

dasar.

c) Mempunyai kebiasaan untuk membaca Al-Qur’an setiap hari.

d) Mampu menerapkan dan menjalankan metodologi ummi.

e) Memiliki jiwa seorang da’i dan murabbi.

f) Disiplin dalam memulai dan mengakhiri waktu pembelajaran.

g) Dapat berkomitmen pada mutu.

3) Sistem berbasis mutu

Sistem berbasis mutu dalam buku panduan ummi meliputti 10 pilar

sistem mutu, diantaranya:16

a) Dukungan dari pemimpin berupa pengembangan kurikulum,

ketersediaan SDM, kesejahteraan guru dan sarana prasarana

menunjang. Hal ini biasa disebut dengan goodwill management.

b) Upaya untuk menstandarkan mutu guru pengajar Al-Qur’an. Hal

ini dinamakan dengan sertifikasi guru.

c) Prosedur yang dijalankan dalam mengajar harus sesuai dengan

tahapan yang baik dan benar sesuai dengan metodologi ummi..

d) Target jelas dan terukur, penetapan target sangat penting untuk

melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Hal ini untuk melihat


16
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 5.
18

apakah pembelajaran yang telah dilakukan telah berhasil atau

tidak.

e) Mastery learning yang konsisten. Ketuntasan materi sebelumnya

oleh siswa harus diperhatikan sebelum ke materi sesudahnya.

Karena ketuntasan tersebut sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan ketuntasan materi sesudahnya.

f) Waktu yang digunakan dalam pembelajaran harus memadai,

karena membutuhkan ketrampilan dan skill dalam belajar.

Semakin banyak diulang dan dilatih senakin terampil pula dalam

membaca Al-Qur’an.

g) Dalam pembelajaran buku panduan ummi dibutuhkan quality

control yang intensif. Kontrol kualitas ini ada 2 jenis yaitu

quality control internal dan eksternal. Quality Control ini

berkaitan dengan kegiatan operasional dan teknik yang

digunakan untuk memenuhi persyaratan kualitas.17

h) Perbandingan guru dan siswa sangat berpengaruh pada

komunikasi dan interaksi yang efektif antara keduanya. Oleh

karena itu, rasio guru dan siswa yang proporsional sangatlah

dibutuhkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang

berkualitas.

i) Laporan perkembangan hasil belajar siswa sangat diperlukan

untuk mengetahui progress report setiap siswa.

17
Budi Kho, Pengertian Quality Qontrol dan Quality Assurance,
(https://ilmumanajemenindustri.com, diakses tanggal 7 Agustus 2019), 1.
19

j) Dari banyaknya lembaga membuktikan bahwasannya

koordinator sangat menentukan keberhasilan pembelajaran yang

ada di lembaga. Pembelajaran Al-Qur’an yang baik sebagian

besar karena adanya koordinator yang handal, dan juga

sebaliknya.

e. Motode pembelajaran buku panduan ummi

Dalam pembelajaran buku panduan ummi ada 4 metode pembelajaran,

yaitu :10 18

1) Privat / Individual

Metodologi individual adalah metodologi pembelajaran dengan cara

memanggil satu murid. Untuk murid yang lainnya ditugasi untuk

membaca secara mandiri atau menulis buku ummi. Cara ini

digunakan jika :

a) Murid memiliki kuantitas banyak sementara gurunya hanya

sendiri.

b) Dalam satu kelompok, jilid ummi dan halamannya berbeda.

c) Digunakan untuk jilid ummi awal ( 1 dan 2).

d) Banyak digunakan untuk anak usia dini (TK).

2) Klasikal Individual

Metodologi klasikal individual adalah dilakukan dengan cara

membaca klasikal halaman yang ditentukan pengajar. Kemudian,

evaluasi pembelajaran dilanjutkan dengan individual.

1810
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 9.
20

Cara ini dapat digunakan jika :

a) Jilidnya sama dalam satu halaqah dan halamannya tidak sama.

b) Digunakan untuk jilid 2, 3 keatas.

3) Klasikal Baca Simak

Metodologi klasikal baca simak adalah pembelajaran dengan cara

membaca klasikal halaman yang ditentukan pengajar. Kemudian,

pembelajaran dilakukan dengan pola baca simak. Baca simak

dilakukan dengan cara satu siswa membaca, dan disimak oleh

seluruh temannya. Pola ini dilakukan dalam satu kelompok tersebut,

meskipun halamannya berbeda. Cara ini dapat digunakan jika:

a) Dalam satu halaqah jilidnya sama halamannya tidak sama.

b) Dipakai untuk jilid 3 sampai jilid 6 atau pembelajaran kelas Al-

Qur’an.

4) Klasikal Baca Simak Murni

Metodologi klasikal baca simak murni hampir sama dengan

metodologi pembelajaran Al-Qur’an buku panduan klasikal baca

simak. Perbedaannya adalah jilid dan halaman anak dalam satu

kelompok sama.11 19

f. Tahapan-tahapan pembelajaran buku panduan ummi

Tahapan-tahapan dalam pembelajaran sangat penting untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dalam pembelajaran buku

panduan ummi juga memiliki tahapan-tahapan dalam pembelajarannya.

1911
Ibid.,10.
21

Langkah-langkah tersebut harus dilakukan oleh guru dalam proses

mengajar. Diantaranya :

a. Pembukaan

Pada bagian ini digunakan oleh guru untuk mengkondisikan siswa

agar siap belajar. Di dalamnya berisi salam dan do’a pembuka

belajar.

b. Apersepsi

Apersepsi berasal dari bahasa Inggris apperception yang berarti

mentafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan mengasimilasi suatu

pengamatan berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki dan dengan

memahami dan dapat menafsirkannya.1220Apersepsi dalam

pembelajaran menggunakan buku panduan ummi adalah mengulang

kembali materi yang sudah diajarkan. Serta mengaitkan dengan

materi baru yang akan diajarkan pada hari ini.

c. Penanaman konsep

Berisi penjelasan materi atau pokok bahasan yang akan dipelajari

oleh siswa hari ini.

d. Pemahaman konsep

2012
Fariz Pangestu, “Pengaruh Pemberian Apersepsi Terhadap Kesiapan Belajar Siswa Pada
Pelajaran Akuntansi Kelas XI SMA Islamiyah Pontianak”, (Artikel Penelitian, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura, 2018), 3.
22

Melatih anak untuk membaca contoh-contoh yang tertulis dibawah

pokok bahasan. Hal ini dilakukan agar anak paham dengan konsep

yang telah diajarkan.

e. Ketrampilan

Membaca contoh atau latihan pada halaman pokok bahasan dengan

cara diulang-ulang, untuk melancarkan bacaan anak.

f. Evaluasi

Proses pengamatan dan penilaian kemampuan serta kualitas bacaan

anak satu persatu. Tahapan ini dilakukan dengan menulis hasil

evaluasi di buku prestasi.

g. Penutup

Guru mengkondisikan siswa untuk tetap tenang. Dilanjutkan dengan

membaca do’a dan salam penutup.

Dari tahapan-tahapan pembelajaran tersebut, maka terdapat pembagian

waktu dalam pembelajaran buku panduan ummi yang harus diperhatikan

oleh semua pengajar Al-Qur’an, diantaranya :13 21

a. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi di

sekolah Jilid 1-6 dan Al-Qur’an (60 menit). a) 5 menit pembukaan

yang berisi salam, do’a pembuka, dll. b) 10 menit hafalan surat-surat

pendek sesuai target. c) 10 menit klasikal menggunakan alat peraga. d)

30 menit Individual / Baca Simak / Baca Simak Murni. e) 5 menit

penutup yang berisi drill dan do’a penutup.


2113
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 11.
23

b. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi di

sekolah Jilid Gharib dan Tajwid Dasar (60 menit). a) 5 menit

pembukaan yang berisi salam, do’a pembuka, dll. b) 10 menit hafalan

surat-surat pendek sesuai target. c) 20 menit materi Gharib / Tajwid

menggunakan alat peraga dan buku. d) 20 menit tadarus Al-Qur’an

(Baca Simak Murni). e) 5 menit penutup yang berisi drill dan do’a

penutup.

c. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi di

TKQ/TPQ Jilid 1-6 dan Al-Qur’an (90 menit). a) 5 menit pembukaan

yang berisi salam, do’a pembuka, dll. b) 10 menit hafalan surat-surat

pendek sesuai target. c) 10 menit klasikal menggunakan alat peraga. d)

30 menit Individual / Baca Simak / Baca Simak Murni. e) 30 menit

materi tambahan (hafalan do’a sehari-hari, wudhu, sholat, fiqih,

aqidah,akhlaq, menulis, dll). f) 5 menit penutup yang berisi drill dan

do’a penutup.

d. Pembagian waktu pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi di

TKQ/TPQ Jilid Gharib dan Tajwid Dasar (90 menit). a) 5 menit

pembukaan yang berisi salam, do’a pembuka, dll. b) 10 menit hafalan

surat-surat pendek sesuai target. c) 20 menit materi Gharib / Tajwid

menggunakan alat peraga dan buku. d) 20 menit tadarus Al-Qur’an

(Baca Simak Murni). e) 30 menit materi tambahan (hafalan do’a

sehari-hari, wudhu, sholat, fiqih, aqidah,akhlaq, menulis, dll). f) 5

menit penutup yang berisi drill dan do’a penutup.


24

Spesifikasi dan kompetensi yang harus dicapai dalam setiap jilid ummi :

Tabel 2.2
Spesifikasi dan kompetensi jilid ummi
JILID SPESIFIKASI KOMPETENSI

a. Pengenalan huruf hijaaiyah


dari Alif sampai Ya'.  “ Mengenal dan mampu membaca
b. Pengenalan huruf hijaiyah huruf hijaiyah dari Alif sampai Ya'
1 berharakat fathah dari Alif dengan baik dan benar.
sampai Ya'.  Mampu membaca 2-3 huruf tunggal
c. Membaca 2 sampai 3 huruf yang berharakat fathah dengan tartil
tunggal berharakat fathah tanpa berfikir lama.”14 22
dari Alif sampai Ya'.
a. Pengenalan tanda baca  “ Mampu membaca ummi jilid 2
(Harakat) selain fathah. tentang bacaan berharakat selain
fathah dengan tartil tanpa berfikir
b. Pengenalan huruf sambung
lama.
dari Alif sampai Ya'.
2  Memahami nama-nama harakat
selain fathah. Mampu membaca
c. Pengenalan angka arab dari bacaan yang berharakat selain fathah
1-99. dengan tepat.
 Mengenal dan faham angka arab dari
1-99.”15 23
a. Pengenalan bacaan Mad
Thobi'I dibaca panjang satu  “ Mampu membaca bacaan panjang /
alif (satu ayunan). Mad Thobi'I dibaca panjang satu alif.
b. Mengenal bacaan Mad  Menguasai bacaan Mad Wajib
3
Wajib Muttashil dan Mad Muttashil dan Mad Jaiz Munfashil
Jaiz Munfashil. dibaca panjang 2 alif.
 Faham dan mampu menyebutkan
c. Mengenal angka arab dari angka arab 100-900.”16 24
100-900.
a. Pengenalan huruf yang  “ Mampu membaca dengan tartil
disukun dan huruf yang di dengan menitik beratkan pada setiap
tasydid di tekan huruf yang disukun dan ditasydid
membacanya. ditekan membacanya, tidak dibaca
4 kendor / tawallut.
b. Pengenalan huruf-huruf  Mampu membedakan huruf-huruf
Fawatikhusuwar yang ada yang mempunyai kesamaan suara
di halaman 20. ketika di sukun atau ditasydid
dengan baik dan benar.”17 25
a. Pengenalan tanda baca  “ Mampu dan lancar membaca
5 waqaf. latihan / ayat-ayat yang sudah ada
b. Pengenalan bacaan tanda waqafnya.
dengung.  Mampu membaca semua bacaan

2214
Masruri dan A.Yusuf , Ummi Jilid 1, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2013), 7.
2315
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 2, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
2416
Masruri dan A.Yusuf ,Ummi Jilid 3, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
2517
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 4, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
25

c. Pengenalan hukum lafadz


Allah (Tafkhim dan
yang dibaca dengung.
Tarqiq).
 Mampu membaca dan membedakan
lafadz Allah "Tafkhim dan Tarqiq".
a. Pengenalan bacaan  “ Mampu membaca bacaan Qolqolah
Qolqolah. baik yang dibaca tipis maupun yang
b. Pengenalan bacaan yang dibaca tebal.
tidak dengung.  Mampu membaca dengan trampil
c. Pengenalan Nun Iwadh bacaan yang dibaca tidak dengung.
6 baik di awal dan di tengah  Menguasai dan faham bacaan Ana
ayat. yang tulisannya panjang dibaca
pendek.
d. Pengenalan bacaan Ana  Menguasai tanda waqaf dan tanda
(tulisannya panjang dibca washal yang ada di dalam Al-Qur'an.
pendek).  Mampu membaca dengan lancar dan
trampil halaman 36-39.”19 27
a. Pengenalan tentang bacaan  “ Mampu memberikan tanda pada
tartil dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an dengan panduan buku
Waqaf dan Ibtida'.
Al-Qur'an

b. Pengenalan cara memberi  Mampu membaca Al-Qur'an dengan


tanda waqaf dan ibtida' lancar dan tartil tidak terbatah-
dalam AL-Qur'an. batah.”
a. Pengenalan bacaan yang  “ Mampu membaca bacaan gharib
memerlukan kehati-hatian dan musykilat dalam Al-Qur'an
Ghoroibul Qur'an

dalam membacanya. dengan tartil, baik dan benar.


 Mampu mengomentari dan hafal
b. Pengenalan bacaan gharib semua komentar pelajaran gharib
dan musykilat dalam Al- yang ada di buku gharib dengan
Qur'an. lancar dan cepat.”20 28
 “ Faham dan hafal teori tajwid dasar
dari hukum nun sukun atau tanwin
sampai dengan hukum mad. Mampu
a. Pengenalan teori ilmu
menyebutkan contoh-contoh bacaan
tajwid dasar dari hukum
di setiap materi yang ada di buku
nunsukun atau tanwin
tajwid dasar.
Tajwid Dasar

sampai dengan hukum


 Mampu menguraikan secara praktik
Mad.
bacaan tajwid yang ada di dalam Al-
Qur'an dengan lancar dan trampil
tanpa berfikir lama.”21 29

2618
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 5, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
2719
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Jilid 6, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
2820
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Gharib, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
2921
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Tajwid Dasar, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation, 2017), 7.
26

a. Jilid 1  “ Mengenal dan mampu


 “Pengenalan huruf membaca huruf hijaiyah dari
tunggal berharakat Alif sampai Ya' dengan baik
fathah A-Ya. dan benar.
 Membaca 2-3 huruf  Mampu membaca 2-3 huruf
tunggal berharakat tunggal yang berharakat
fathah A-Ya. fathah dengan tartil tanpa
 Pengenalan huruf berfikir lama.
sambung Alif-Ya.  Mampu membaca ummi
 Membaca 3-5 huruf tentang bacaan berharakat
sambung berharakat selain fathah dengan tartil
fathah, kasroh, tanpa berfikir lama.
dhommah, fathah  Memahami nama-nama
tanwin, kasroh tanwin harakat selain fathah. Mampu
dan dhommah tanwin. membaca bacaan yang
 Pengenalan harakat berharakat selain fathah
fathah, kasroh, dengan tepat.
Ummi Dewasa

dhommah, fathah  Mengenal dan faham angka


tanwin, kasroh tanwin arab dari 1-99.”22 30
dan dhommah tanwin.
 Pengenalan angka arab
1-99.”

3022
Masruri dan A.Yusuf, Ummi Remaja dan Dewasa, (Surabaya : Lembaga Ummi Foundation,
2017), 7.
27

b. Jilid 2  “ Mampu membaca bacaan


 “ Pengenalan tanda baca panjang / Mad Thobi'I dibaca
panjang (Mad Thobi’i) : panjang satu alif.
a. Fathah diikuti alif  Menguasai bacaan Mad Wajib
dan fathah panjang. Muttashil dan Mad Jaiz
b. Kasroh diikuti ya’ Munfashil dibaca panjang 2 alif.
sukun dan kasroh  Faham dan mampu
panjang. menyebutkan angka arab 100-
c. Dhommah diikuti 900.
wawu sukun dan  Mampu membaca dengan tartil
dhommah panjang. dengan menitik beratkan pada
 Pengenalan tanda baca setiap huruf yang disukun dan
panjang ( Mad Wajib ditasydid ditekan membacanya,
Muttashil dan Mad Jaiz tidak dibaca kendor / tawallut.
Munfashil).  Mampu membedakan huruf-
 Pengenalan huruf yang huruf yang mempunyai
disukun ditekan kesamaan suara ketika di sukun
membacanya. atau ditasydid dengan baik dan
 Pengenalan tanda benar.”23 31
tasydid ditekan
membacanya.
 Membedakan cara
membaca huruf-huruf
a. Tsa’, sin dan syin
yang disukun.
b. ‘Ain dan hamzah
yang disukun.
c. Ha’, Kho’ dan Hha’
yang disukun.
 Pengenalan angka arab
100-500.
 Pengenalan fathah
panjang, kasrah panjang,
dhommah panjang, dan
sukun.”

3123
Ibid.,3.
28

c. Jilid 3
 “ Pengenalan cara
membaca
waqaf/mewaqofkan.  “ Mampu dan lancar membaca
latihan / ayat-ayat yang sudah
 Pengenalan bacaan
ada tanda waqafnya.
ghunnah / dengung.
 Mampu membaca semua
 Pengenalan bacaan
bacaan yang dibaca dengung.
ikhfa’ / samar.
 Mampu membaca dan
 Pengenalan bacaan
membedakan lafadz Allah
idgham bighunnah.
"Tafkhim dan Tarqiq".
 Pengenalan bacaan
 Mampu membaca
iqlab.
Fawatikhusuwar dengan baik
 Pengenalan cara
dan benar.
membaca lafadz Allah
 Mampu membaca bacaan
(tafkhim/tarqiq).
Qolqolah baik yang dibaca tipis
 Pengenalan bacaan
maupun yang dibaca tebal.
Qolqolah.
 Mampu membaca dengan
 Pengenalan bacaan
trampil bacaan yang dibaca
idgham bilaghunnah.
tidak dengung.
 Pengenalan bacaan
 Menguasai dan faham bacaan
idhar.
Ana yang tulisannya panjang
 Cara membaca nun
dibaca pendek.
iwadl (awal/tengah)
 Menguasai tanda waqaf dan
 Membaca Ana, Na-nya
tanda washal yang ada di dalam
dibaca pendek. Al-Qur'an.
 Pengenalan macam-
 Mampu membaca dengan
macam tanda waqaf dan lancar dan trampil halaman 36-
washal.
39.”24 32
 Latihan membaca tartil
Al-Qur’an di surat Al-
Baqarah ayat 1-7.”

Dalam menjalankan buku panduan ini, Ummi Foundation juga

mempunyai kebijakan-kebijkan untuk menjaga mutu Ummi. 10 kebijakan

mutu Ummi Foundation diantaranya :25 33

a. Untuk menjaga mutu, Ummi Foundation tidak menjual buku. Buku

ummi juga tidak dijual secara bebas. Ummi Foundation lebih

menawarkan pada sistem.

b. Kualitas pembelajaran Al-Qur’an sangat dipengaruhi langsung oleh

tiga hal, yaitu guru, buku/buku panduan dan sistem yang bermutu.

3224
Ibid.
3325
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi,33.
29

c. Buku ummi hanya dapat dibeli jika sudah memiliki sertifikat ummi :

1) Untuk pembelian perorangan harus dengan menunjukkan sertifikat

ummi, banyaknya santri dan basis lembaga yang diikuti.

2) Dalam suatu lembaga, 60 % pengajar harus bersertifikat Ummi.

Yang belum memiliki sertifikat diberi kesempatan paling lambat 2-

3 bulan.26 34

d. Untuk menjaga mutu pengajaran Al-Qur’an, semua pengguna ummi

harus berkomitmen untuk bersama menjaga mutu. Selain itu juga mutu

akhlak para pengajar dan para santri.

e. Yang berhak mengeluarkan sertifikat adalah Ummi Foundation.

Sertifikat santri dikeluarkan melalui tahap munaqosyah. Untuk

sertifikat pengajar dikeluarkan melalui tahap sertifikasi.

f. Nomor registrasi didapatkan oleh seluruh lembaga yang menggunakan

sistem ummi. Selain itu lembaga-lembaga tersebut juga mendapatkan

piagam yang harus dipasang di kantor lembaga.

g. Ummi Foundation akan memberikan kesempatan 2x6 bulan untuk

lembaga yang belum memenuhi syarat. Lembaga-lembaga tersebut

juga akan mendapatkan bimbingan dari pihak Ummi Foundation.

h. Penilaian akreditasi untuk lembaga memiliki tiga tingkatan predikat,

yaitu (A) Predikat Baik, (B) Cukup, (C) Kurang. Predikat tersebut

diperoleh atas dasar penilaian terhadap kuantitas guru yang

bersertifikat ummi, banyaknya hari efektif pembelajaran, kuantitas

3426
Ibid.
30

guru dan siswa, penerapan pembelajaran dan tingkat kelulusan yang

dicapai.

i. Kontrol kualitas / Quality Control (QC) untuk menjaga mutu hasil

sistem ummi dilakukan oleh tiga pihak. Kontrol kualitas dari kepala

TPQ/ koordinator sekolah, Korcam dan Korcab.

j. Peningkatan mutu tidak hanya ada pada lembaga yang menggunakan

ummi. Pada tiap tingkatan struktur Ummi Foundation dan jaringannya

juga ada. Mulai dari tingkat TKQ-TPQ/ sekolah, Korcam, Korcab,

Korwil maupun koordinator buku panduan ummi pusat.

2. Tahsin Buku panduan Ummi

Tahsin berasal dari kata hasana, yahsunu, husnan. Yang artinya

memperbaiki, menghiasi, membaguskian, memperindah, atau membuat

lebih baik dari semula.27 Tahsin merupakan upaya memperbaiki dan


35

membaguskan bacaan Al-Qur’an sesuai dengan hukum tajwid. Buku

panduan ummi juga mempunyai program tahsin untuk orang dewasa yang

ingin belajar Al-Qur’an.28 36

Tahsin pada hakikatnya sama dengan kegiatan pengajaran Al-

Qur’an buku panduan ummi pada umumnya. Yang membedakan adalah

jika tahsin buku panduan ummi sudah tuntas maka harus mengikuti tashih

dan sertifikasi. Sedangkan dalam proses pengajaran Al-Qur’an anak-anak

3527
Dedi Indra Setiawan, Skripsi: Pelaksanaan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang” (Skripsi S-1, UIN Malang, 2015),8.
3628
Hisyam Bin Mahrus Ali Al-Makky, Tahsin dan tajwid : Dari Buku Bimbingan Tahsin Tilawah
Al-Qur’an, (www.ibnumajjah.com diakses 2018).
31

di sekolah, harus mengikuti tes munaqosyah setelah menyelesaikan semua

tahapan belajar untuk mendapatkan ijazah/sertifikat ummi.

Tahsin buku panduan ummi dilakukan untuk membantu semua

orang dalam upaya untuk memperbaiki dan membaguskan bacaan Al-

Qur’an. Dalam tahsin ini, peserta tahsin akan dibimbing untuk bisa

memperbaiki bacaannya sesuai dengan sifatul huruf, cara membacanya

dan hukum bacaannya. Tahsin buku panduan ummi dapat diikuti oleh

semua kalangan, baik yang belum bisa membaca Al-Qur’an maupun yang

sudah bisa membacanya.

Kegiatan tahsin buku panduan ummi dilakukan dengan beberapa

tahapan. Yang pertama, calon peserta tahsin harus mengikuti tes/ tashih

membaca Al-Qur’an terlebih dahulu untuk menentukan kemampuan yang

dimiliki sampai pada tahap jilid berapa. Setelah diketahui kemampuan

yang telah dimiliki, maka peserta tahsin akan ditempatkan pada

kelas/kelompok/halaqah yang sesuai dengan penempatan jilid yang sudah

ditentukan dari hasil tes. Yang kedua, peserta tahsin akan dibimbing dan

mengikuti pembelajaran Al-Qur’an sesuai dengan capaian jilidnya. Dalam

pembelajaran tersebut, pada setiap halaqah akan dibimbing oleh satu guru

Al-Qur’an. Dalam pembelajaran tahsin Al-Qur’an menggunakan buku

panduan ummi, Ummi Foundation telah menyiapkan sebuah buku jilid

khusus untuk orang dewasa. Dimana dalam satu buku tersebut telah

mencakup keseluruhan materi dari jilid satu sampai jilid enam. Dalam satu

buku ummi dewasa tersebut terdiri dari tiga jilid, diantaranya jilid satu
32

mencakup materi yang ada di dalam jilid satu dan dua buku ummi anak-

anak. Jilid dua mencakup materi yang ada di dalam jilid tiga dan empat

buku ummi anak-anak. Jilid tiga mencakup materi yang ada di dalam jilid

lima dan enam buku ummi anak-anak. Pembuatan jilid ummi dewasa ini

dimaksudkan agar semua orang dewasa tidak merasa malu dalam belajar

menggunakan jilid yang identik dengan anak-anak. Selain itu, buku ummi

dewasa ini dibuat sesimpel mungkin untuk memudahkan orang dewasa

dalam belajar. Tulisan huruf yang digunakan juga tidak sebesar tulisan

yang ada di buku jilid anak-anak, karena untuk membentuk pemikiran

orang dewasa bahwa ada perbedaan antara ummi jilid anak-anak dengan

khusus untuk dewasa.29 37Dengan ini orang dewasa diharapkan memiliki

semangat yang tinggi dalam belajar Al-Qur’an meskipun dengan

kesibukan dan faktor usia yang dimilikinya.

Setelah menyelesaikan pembelajaran jilid, peserta tahsin akan

masuk ke kelas Al-Qur’an, dimana pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan mushaf Al-Qur’an, gharib, dan tajwid dasar. Dalam kelas

Al-Qur’an, peserta tahsin harus dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar

dan tartil. Tahapan pertama di dalam pembelajaran Al-Qur’an, peserta

tahsin mulai dikenalkan dan mempelajari bacaan-bacaan yang asing yang

ada di dalam Al-Qur’an atau ghoroibul Qur’an. Setelah tuntas

pembelajaran gharib, peserta tahsin akan masuk ke tahapan yang kedua

pada kelas Al-Qur’an, yaitu pembelajaran tajwid dasar. Peserta tahsin akan

3729
Ummi Foundation, Ummi Dewasa, (https://ummifoundation.org, diakses tanggal 7 Agustus
2019), 3.
33

diajarkan setiap hukum tajwid dari hukum nun sukun atau tanwin sampai

hukum mad. Disini peserta tahsin harus mampu membaca Al-Qur’an

sesuai hukum tajwid dan diharapkan mampu mengurai setiap ayatnya.

Setelah peserta tahsin menyelesaikan semua rangkaian kegiatan

pembelajaran dan dinyatakan oleh guru Al-Qur’an bisa mengikuti

tes/tashih, maka peserta akan mengikuti tashih oleh Ummi Foundation.

Jika hasil yang di dapat oleh peserta dalam tashih tersebut dinyatakan

lulus, maka peserta bisa mengikuti tahap selanjutnya untuk memperoleh

sertifikat dengan mengikuti kegiatan sertifikasi oleh pihak Ummi

Foundation. Jika hasil yang diperoleh dalam tashih masih belum lulus dan

dinyatakan masih naik jilid, maka peserta akan dibimbing kembali dengan

mengikuti rangkaian kegiatan tahsin seperti semula.30 38

3. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an

a. Pengertian pembelajaran membaca Al-Qur’an

Pembelajaran adalah suatu proses yang saling berpengaruh antara

beberapa komponen. Diantaranya adalah peserta didik dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan proses dua arah. Di mana guru sebagai pendidik bertugas untuk

mengajar, sedangkan peserta didik bertugas untuk belajar. 3139 Pembelajaran

bertujuan untuk memberikan bantuan kepada peserta didik agar dapat

memperoleh ilmu dan pengetahuan. Peserta didik mampu untuk


3830
Ibid.
3931
Asep Hermawan, Konsep Belajar dan Pembelajaran Menurut Al-Ghazali, Jurnal Qathruna,
Vo.1 No.1, Periode Januari-Juni, 2014, 89.
34

mengarahkan penguasaan bakat kemampuannya, membentuk sikap dan

kepercayaan diri. Jadi, pembelajaran merupakan proses membantu siswa

agar dapat belajar dengan baik.3240

Secara bahasa lafal Al-Qur’an sama dengan qira’ah, yaitu akar dari

qara’a, qira’atan wa qur’anan. Bentuk kata kerjanya adalah qara’a yang

artinya mengumpulkan dan menghimpun. Jadi, qira’ah berarti menyatukan

dan memadukan sebagian huruf & kata dengan sebagian lainnya. Menurut

Subhi As-Shalih, Al-Qur’an adalah kalam ilahi dari sumber mutawattir dan

membacanya bernilai ibadah.3341Sedangkan menurut Zakiah Darajat, Al-

Qur’an adalah wahyu Allah yang dibukukan yang menjadi sumber utama

ajaran Islam, dan membacanya dianggap ibadah.3442

Pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah sangat penting bagi seluruh

umat Islam. Gerbang menuju pengetahuan Islamiyah seperti akidah,

ibadah, dan akhlak didapat dengan membaca Al-Qur’an. Membaca adalah

proses pertama dan utama dalam membuka kunci petunjuk umat Islam.

Sebagaimana wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada umat

manusia melalui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :

‫ ۡٱق| َر ۡأ‬٢ ‫ق‬ ٍ |َ‫نس| َن ِم ۡن َعل‬ َ ٰ ‫ق ٱِإۡل‬


َ |َ‫ َخل‬١ ‫ق‬ ۡ ِ‫ۡٱق َر ۡأ ب‬
َ |َ‫ٱس ِم َرب َِّك ٱلَّ ِذي َخل‬
٥ ۡ‫ َعلَّ َم ٱِإۡل ن ٰ َس َن َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬٤ ‫ ٱلَّ ِذي َعلَّ َم بِ ۡٱلقَلَ ِم‬٣ ‫َو َرب َُّك ٱَأۡل ۡك َر ُم‬
“Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, dia telah menciptakan manusia dari segumpal

4032
Muhammad Aman Ma’mun, Kajian Pembelajaran Baca tulis Al-Qur’an, Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 4 No. 1, Maret, 2018, 55.
4133
Ibid.,56.
4234
Ibid.
35

darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang


mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. AL-Alaq : 1-
5)3543

Perintah membaca juga ada dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat

45:

َّ ‫ٱلص|لَ ٰو ۖةَ ِإ َّن‬


‫ٱلص|لَ ٰوةَ تَ ۡنهَ ٰى‬ َّ ‫ب َوَأقِ ِم‬ ِ َ‫ك ِم َن ۡٱل ِك ٰت‬ ِ ‫ۡٱت| ُل َم||ٓا ُأ‬
َ |‫وح َي ِإلَ ۡي‬
َ ‫ص|نَع‬
‫ُون‬ ۡ َ‫َع ِن ۡٱلفَ ۡح َشٓا ِء َو ۡٱل ُمن َك ۗ ِر َولَ | ِذ ۡك ُر ٱهَّلل ِ َأ ۡكبَ| ۗ ُر َوٱهَّلل ُ يَ ۡعلَ ُم َم||ا ت‬
٤٥
Artinya : “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu
Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat
itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”3644

Sebagai suatu kegiatan interaksi belajar mengajar, pengajaran Al-

Qur’an juga memiliki tujuan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh prof.

Dr. Mahmud Yunus tujuannya adalah agar semua pelajar mampu

membaca Al-Qur’an menurut tajwid, terbiasa dengan Al-Qur’an dalam

kehidupan sehari-hari, wawasan bahasa yang banyak, indah, dan

menarik.3745

Secara umum, terdapat isi dalam pengajaran Al-Qur’an, meliputi :3846

1) Mengenal dan mengetahui huruf hijaiyah, dari alif sampai ya’.


4335
Departemen Agama republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta:Al-Hidayah
Surabaya,2002), 904.
4436
Ibid.,566.
4537
Muhammad Aman Ma’mun, “Kajian Pembelajaran, 56.
4638
Ibid.,57.
36

2) Cara melafalkan huruf hijaiyah sesuai makhroj.

3) Mengenal bentuk dan fungsi tanda baca yang terdapat pada Al-

Qur’an.

4) Mengenal bentuk dan fungsi tanda waqof.

5) Cara membaca dan melagukan dengan menggunakan bermacam-

macam irama dan qiraat.

6) Adabut tilawah, berisi adab-adab atau etika dalam membaca Al-

Qur’an.

Jadi pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah suatu proses interaksi

belajar mengajar yang bertujuan untuk bisa membaca Al-Qur’an

sebagaimana kaidah membacanya.

b. Strategi pembelajaran

Pembelajaran adalah hubungan yang berpengaruh antara siswa dengan

pengajar dan sumber belajar. Interaksi tersebut terjadi pada suatu

lingkungan belajar. Sedangkan strategi pembelajaran merupakan suatu

kegiatan untuk mencapai suatu pembelajaran yang bembawa hasil yang

tepat.3947

Begitupun dalam pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an. Seorang guru

harus mempunyai strategi sebelum melaksanakan kegiatan belajar

mengajar. Strategi tersebut juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran

4739
R.Andi Ahmad Gunadi, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri Terhadap Hasil
Belajar Mata Kuliah Ilmu Pendidikan, Jurnal Ilmiah WIDYA, Vol. 2 No. 3, Agustus-Oktober,
2014, 12.
37

yang hendak dicapai. Karena proses pemilihan strategi sangat berpengaruh

terhadap hasil pembelajaran.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran membaca Al-


Qur’an

Belajar mengajar membaca Al-Qur’an adalah sesuatu sangat penting

yang harus dilakukan seluruh umat Islam. Hal ini disebabkan Al-Qur’an

adalah pedoman hidup dan sumber utama semua aspek kehidupan

manusia. Dalam pembelajaran Al-Qur’an terdapat faktor-faktor yang

berpengaruh, diantaranya :4048

1) Guru

Guru merupakan faktor penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Seorang guru Al-Qur’an harus memiliki kemampuan dalam mengajar

maupun membaca Al-Qur’an. Pengajar Al-Qur’an harus sudah lulus

tashih dan juga mengikuti penataran / diklat. Selain itu, guru juga

harus mempersiapkan media yang harus digunakan dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut sangat penting untuk

diperhatikan oleh semua guru Al-Qur’an, karena proses keberhasilan

dalam pembelajaran ada di tangan seorang guru.

2) Peserta Didik/ Siswa

4840
Gusman, Analisis Faktor Penyebab Kurangnya Kemampuan Siswa Dalam Baca Tulis Al-
Qur’an di MTsN Kedurang Bengkulu Selatan, Al-Bahtsu: Vol. 2 No. 2, Desember 2017, 234.
38

Tidak ada artinya apabila dalam suatu proses belajar mengajar tidak

mempunyai siswa sama sekali. Oleh karena itu, siswa memiliki peran

yang sangat besar dalam terselenggaranya kegiatan pembelajaran.

3) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang harus terpenuhi dalam pembelajaran Al-

Qur’an meliputi buku/kitab/jilid, alat peraga, dan media belajar yang

lain.

4. Ummahat (Ibu-Ibu)

a. Pengertian ummahat

Bentuk mufrad dari kata “ummahat” yakni “ummun”. Artinya adalah

sebuah status yang hanya disandang oleh seseorang yang telah melahirkan

seorang anak. Dari sini dapat diartikan bahwasannya ummahat adalah

istilah yang biasa disematkan kepada kaum ibu-ibu.4149

Seorang ibu dapat digolongan dalam kategori orang dewasa

perempuan. Karena seorang ibu sudah memiliki sifat dan ciri-ciri orang

dewasa. Ciri-ciri dewasa yang dimaksud adalah dilihat dari kondisi fisik

dan usia. Selain itu, kejiwaan dan perannya terhadap tuntutan tugas dari

status yang dimilikinya. Menurut Elias dan Sharen B. Merriam

menyebutkan bahwa kedewasaan seseorang dapat dilihat dari :4250

4941
Siti Maslahah, Al-Qur’an Mengagungkan Ibu Dengan Kata Ummahat, Apa Alasannya?,
(https://kabarjombang.com, diakses 11 September 2015).
5042
Zainuddin, Implementasi Andragogi di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang,
Jurnal Qolamuna, Vol. 2, No. 1, Juli, 2016, 118.
39

1) Age

Dewasa berdasarkan usia adalah setiap orang yang mulai berusia

21 tahun (meskipun belum menikah). Orang dewasa pada usia 20-30 an

adalah masa-masa aktif seseorang untuk menuju puncak karirnya.

Seseorang akan sangat antusias dan memiliki semangat yang tinggi dalam

melakukan tugas-tugas dan kewajiban yang dimilikinya. Pada usia ini

adalah masa puncak pertumbuhan fisik yang prima dan usia tersehat dari

usia manusia, sehingga dapat dikatakan bahwasannya usia ini adalah masa

aktif-aktifnya manusia untuk mencapai tujuan hidupnya. Selain itu,

seseorang dikatakan dewasa dari segi usia jika sudah mengalami

perubahan pada fisik/biologisnya. Hal tersebut ditandai dengan

kematangan tubuhnya secara optimal dan kesiapan serta kemampuannya

untuk melakukan reproduksi.

Pada usia dewasa seseorang akan mulai melakukan pemantapan

kesadaran dalam beragama. Kebutuhan untuk menjalankan agama dengan

benar mulai dirasakan, karena dengan keyakinan bahwasannya semakin

bertambahnya usia seseorang maka akan semakin dekat dirinya dengan

kematian. Selain itu juga karena merasa memiliki tugas dan tanggung

jawab untuk mengajari anak-anaknya dalam mempelajari ilmu agama.

Sehingga pada masa-masa ini pendidikan agama sangat dibutuhkan dan

dicari oleh semua orang. Hal ini dikarenakan mulai munculnya kesadaran

beragama pada diri orang tua.

2) Psychological maturity43 51
5143
Ibid.,119.
40

Seseorang dikatakan dewasa ditandai dengan kematangan

psikologisnya, meliputi emosi yang stabil, tidak menyalahkan seseorang

jika mengalami kegagalan, toleransi dan optimis. Pada masa ini seseorang

akan memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang

telah diambil, yang meliputi pengamalan ajaran agama, memasuki dunia

kerja, memilih pasangan hidup, memasuki pernikahan, belajar hidup

berkeluarga, merawat dan mendidik anak, mengelola rumah tanggga,

memperoleh karier yang baik, berperan dalam masyarakat, mencari

kelompok sosial yang menyenangkan. Ciri-ciri kematangan yang dimiliki

oleh individu diantaranya:

a) Minatnya yang tidak berorientasi pada perasaan dan

kepentingannya sendiri, tetapi lebih mengarah kepada tugas-tugas

atau tanggung jawab yang dimilikinya.

b) Kebiasaan kerja yang dimiliki sangat efisien serta tujuan-tujuan

yang dikembangkan dalam konsep dirinya jelas.

c) Dapat mengendalikan perasaan pribadinya dalam bergaul.

d) Setiap keputusan yang diambil memiliki pandangan yang obyektif.

e) Menerima kritik dan saran untuk meningkatkan diri.

f) Bertanggung jawab terhadap setiap yang dilakukan.

g) Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.

3) Social roles

Dewasa secara sosial dapat dilihat dari kesiapan individu dalam

menerima tanggung jawab yang diberikan kepadanya, baik itu tugas yang
41

berhubungan dengan dirinya maupun lingkungan dimana dia berada.

Tugas-tugas pribadi dan sosialnya dikerjakan dan diselesaikan dengan

kesadarannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan belajarnya. Peran sosial

ini juga meliputi sikap dan tindakan seseorang sesuai dengan status yang

dimilikinya dalam masyarakat. Karena keterlibatan dalam peran social,

orang dewasa membutuhkan dan memiliki minat belajar yang terkait

dengan pengembangan peran sosialnya.4452Mereka menginginkan kegiatan

belajarnya dapat mendukung karier dan kesuksesan kerja mereka. Oleh

karena itu orang dewasa seolah-olah selalu siap belajar sesuatu yang

terkait dengan tugas sosialnya.

Kesadaran untuk belajar biasanya banyak ditemukan pada orang

dewasa di daerah perkotaan, karena karena selain faktor ekonomi yang

memadai, juga karena latar belakang pendidikan yang mereka miliki.

Dengan ekonomi yang memadai, orang-orang tersebut dapat melakukan

dan mendapatkan apa saja dengan mudah. Mereka dapat memenuhi setiap

kebutuhan maupun keinginannya dengan cepat, tanpa harus mengeluarkan

banyak tenaga. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh orang-orang

dewasa ekonomi atas di daerah perkotaan biasanya sebagian besar adalah

orang yang berpendidikan. Tidak sedikit dari mereka adalah para sarjana.

Dengan semua yang mereka miliki, ternyata banyak dari mereka yang

merasakan bahwa ada yang masih kurang dari kehidupan mereka, yaitu

kesadaran dalam beragama. Banyak dari mereka yang merasakan

kegundahan, kebosanan, dan kehampaan dalam hidupnya. Dengan ini


5244
Ibid.
42

tidak heran jika banyak sekali minat belajar yang tumbuh dari orang

dewasa, terutama di daerah perkotaan.45 53

Berbeda dengan orang di daerah pedesaan, banyak dari mereka

yang belum memiliki kesadaran dalam belajar. Hal ini terjadi karena

ketidaktahuan mereka akan pentingnya pendidikan untuk kehidupannya.

Mereka berpikir bahwasannya belajar itu tidak penting, yang utama adalah

mereka bisa mencari uang sendiri (jika sudah bisa mencari uang, maka

tidak perlu sekolah). Selain itu, mahalnya biaya pendidikan juga menjadi

salah satu faktor yang sangat penting dalam permasalahan ini. Dengan

penghasilan yang hanya cukup untuk makan, belum untuk beli peralatan

sekolah, seragam, uang saku, dll, membuat mereka berpikir dua kali untuk

belajar di suatu unit pendidikan.46 54

b. Pendidikan orang dewasa

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang untuk mendewasakan manusia melalui pengajaran dan

pelatihan. Sedangkan orang dewasa merupakan manusia pada fase setelah

remaja. Dalam arti lain, pendidikan orang dewasa merupakan proses

interaksi antara pendidik dan peserta didik dewasa , baik dalam lingkup

pendidikan formal maupun nonformal.47 55

Pendidikan orang dewasa sering disebut dengan istilah andragogi,

yaitu seni dan ilmu membantu orang dewasa untuk belajar. Rumusan

5345
Beni Ahmad Saebani, Sosiologi Perkotaan: Memahami Masyarakat Kota dan Problematikanya
(Bandung: CV Pustaka Setia,2015), 28.
5446
Ibid.,30.
5547
Mohammad Al-Farabi, Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Kencana,
2018),29.
43

tersebut lebih menekanklan pada teknik belajar orang dewasa agar dapat

belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Orientasi belajar orang

dewasa adalah untuk meningkatkan kemampuan diri untuk

mengembangkan orientasinya. Orientasi belajar orang dewasa terpusat

pada kegiatan yang sesuai dengan yang mereka harapkan dan pemecahan

masalah kehidupan.48 56

Pendidikan orang dewasa meliputi pendidikan formal dan non

formal. Pendidikan formal dilaksanakan pada tingkat SLTA dan PT.

sedangkan dalam pendidikan nonformal dilaksanakan dalam bentuk

Pendidikan Luar Sekolah oleh Masyarakat (PLSM), kursus, bimbingan,

penyuluhan, pengajian agama atau majelis taklim, pelatihan organisasi-

organisasi dan sejenisnya.49 57

Dalam pendidikan orang dewasa diperlukan konsep belajar yang

efektif dan efisien, diantaranya :50 58

1. Partisipasi aktif, pada umumnya orang dewasa memiliki rasa dan sifat

untuk bisa menguasai dalam setiap perkumpulan. Misalnya dalam

suatu kegiatan pembelajaran, mereka juga saling berlomba-lomba

untuk bisa menunjukkan keberadaan dirinya dalam aktivitas tersebut.

Hal ini terjadi karena setiap orang dewasa merasa dirinya sudah

mampu untuk mengambil keputusan sendiri dengan pengalaman hidup

yang telah dimilikinya. Sehingga setiap dari apa yang diutarakan oleh

5648
Sunhaji, Konsep Pendidikan Orang Dewasa, Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No.1, Nopember,
2013, 4.
5749
Mohammad Al-Farabi, Pendidikan,32.
5850
Ibid.,122.
44

orang dewasa harus mendapatkan penghargaan dan penghormatan dari

setiap orang yang mendengarkannya.

2. Materinya menarik, semua orang dewasa cenderung memiliki rasa

malas untuk mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, apalagi jika tidak

sesuai dengan keinginannya. Mereka cenderung dalam memilih semua

kegiatan adalah dengan yang sesuai dengan kehidupannya sehari-hari

serta kebutuhan hidupnya. Jika dalam suatu kegiatan pembelajaran

yang materinya tidak menarik dan tidak sesuai dengan apa yang

dibutuhkan dalam kehidupannya, maka orang dewasa tidak akan

mengikutinya. Sebaliknya, jika suatu kegiatan pembelajaran yang

dilakukan dengan menarik yang sesuai dengan kebutuhan orang

dewasa, maka oarang dewasapun akan mengikutinya. Hal ini

dikarenakan mereka menganggap dengan ia belajar, maka akan

membantu dalam memecahkan masalah (problem solving) yang ada

dalam kehidupannya.

3. Bermanfaat, orang dewasa dalam mengerjakan segala sesuatu selalu

memperkirakan manfaat apa yang akan dia capai jika melakukan suatu

kegiatan tersebut. Mereka akan belajar dengan sangat baik jika apa

yang diusahakan dengan belajar dapat bermanfaat dan dapat diterapkan

dalam kelompoknya.5159

4. Dorongan dan pengulangan, semua orang dewasa perlu mendapatkan

semanagat untuk mau belajar kembali. Karena pada usia tersebut,

mereka sering merasa malu untuk ikut belajar. Mereka merasa sudah
5951
Ibid.
45

tidak pantas untuk bisa masuk ke suatu program pendidikan, karena

masih menganggap bahwasannya sekolah hanya untuk anak-anak,

bukan untuk oarang tua. Untuk membantu agar orang dewasa belajar

lebih baik lagi, maka perlu untuk selalu mengadakan pengulangan

yang dilakukan secara terus-menerus. Dengan melakukan pengulangan

tersebut diharapkan orang dewasa mampu menerima dan mengingat

setiap ilmu yang di dapat dari proses pembelajaran.

5. Kesempatan mengembangakan, orang dewasa akan belajar dengan

baik jika dia memiliki kesempatan untuk bisa mengembangakan

kemampuan, ketrampilan yang dimilikinya. Orang dewasa cenderung

memiliki keinginan, cita-cita yang ingin dituju dari setiap apa yang

dilakukannya. Dengan adanya tujuan tersebut, seseorang akan

memiliki semangat yang memacu dirinya untuk selalu bisa menjadi

lebih baik lagi.

6. Pengaruh pengalaman, dalam proses belajarnya orang dewasa sangat

dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan daya pikirnya. Oleh karena

itu, dalam melakukan segala sesuatu orang dewasa akan

memikirkannya terlebih dahulu secara matang. Mereka dapat

mengambil setiap keputusan dalam hidupnya dengan dengan baik

karena pengalaman yang dimilikinya. Begitupun dengan pengaruh

pengalaman dalam belajar, orang dewasa cenderung ingin selalu

dihormati setiap pendapatnya, karena mereka menganggap diri mereka


46

lebih paham karena pengalaman-pengalaman yang dia dapatkan

selama hidupnya, baik langsung maupun tidak langsung.52 60

7. Saling pengertian, dalam melakukan proses pembelajaran orang

dewasa, semua orang harus mampu bertoleran dengan pendapat yang

dimiliki oleh temannya, karena mereka semua memiliki rasa untuk

ingin dihargai oleh orang lain. Jika seluruh orang dewasa dalam

kegiatan pembelajaran bisa mengerti dan saling memahami keadaan

masing-masing, maka pembelajaran akan dapat terwujud sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai.

8. Belajar situasi nyata, dalam melakukan kegiatan pembelajran orang

dewasa cenderung selalu mengaitkan segala apa yang dipelajari

dengan keadaan atau situasi nyata yang dialami dalam kehidupannya.

Dengan itu mereka akan mudah untuk menerima dan memahami setiap

ilmu yang didapatkannya dalam kegiatan pembelajaran.

9. Pemusatan perhatian, waktu konsentrasi yang dimiliki oleh setiap

orang itu berbeda-beda. Sebagaimana juga orang dewasa, mereka juga

tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama hanya untuk

mendengarkan saja. Oleh karena itu, dalam pembelajaran orang

dewasa perlu untuk konsep cara mengajar yang menarik dan sesuai

dengan keadaanya.53 61

Pembelajaran kepada orang dewasa tidak semudah seperti

pembelajaran kepada anak-anak. Hal ini disebabkan karena adanya


6052
Jauhan Budiwan, Pendidikan Orang Dewasa:Andragogy (Qalamuna, Vol. 10 No. 2, Juli-
Desember 2018), 113
6153
Ibid., 114.
47

perbedaan usia yang mempengaruhi ingatan dan semangatnya.

Pembelajaran akan dapat lebih cepat melekat pada ingatannya, jika

pembimbing tidak terlalu mendominasi kelompok kelas. Hal ini dapat

dilakukan dengan mengurangi banyak bicara, dan mengupayakan agar

mereka mampu mengembangkan kepribadiannya. Orang dewasa sangat

menginginkan dihormati setiap pendapatnya. Dengan ini mereka akan

mampu untuk belajar lebih baik. Mereka akan senang jika dapat

memberikan saran pemikiran dan ide yang mereka miliki. Oleh karena itu,

sifat belajar orang dewasa lebih bersifat subyektif, dan unik. Yang pada

dasarnya terletak pada sifat saling menghormati dan menghargai.

Proses belajar manusia adalah sampai akhir hayat. Sebagaimana yang

islam ajarkan, bahwasannya menuntut ilmu itu wajib dimulai dari buaian

sampai masuk ke liang lahat. Tetapi ada hubungan yang terbalik antara

pertambahan usia dan kemampuan belajar orang dewasa. Semakin usianya

bertambah maka semakin sulit untuk belajar. Hal tersebut terjadi karena

menurunnya daya ingat, kekuatan fisik, kemampuan menalar dan

berkonsentrasi. Ciri-ciri belajar yang dimiliki orang dewasa menurut Haris

Mujiman adalah :54 62

“Kegiatan belajarnya bersifat self directing (mengarahkan diri).


Menjawab pertanyaan atas dasar pengalaman, bukan
mengharapkan jawaban guru. Tidak mau didekte guru, karena
akan sadar akan kemampuan dirinya. Lebih senang dengan
pembelajaran pemecahan masalah. Lebih senang partisipasi aktif
dari pada aktif. Selalu memanfaatkan pengalaman yang telah
dimiliki. Lebih senang collaborative learning, dengan tukar
pengalaman dan sharing.”
6254
Sunhaji, Konsep Pendidikan, 7.
48

Dalam pembelajaran yang dilakukan kepada orang dewasa ini, maka

seorang pendidik harus mampu untuk :55 63

1) Membuat suasana belajar yang menyenangakan dan cocok untuk

mereka.

2) Membuat kontrak belajar atau perencanaan belajar yang disukai

oleh mereka secara bersama-sama.

3) Mengidentifikasi semua kebutuhan belajar yang diperlukan oleh

mereka.

4) Merusmuskan tujuan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan

belajar mereka.

5) Membuat perencanaan pola pengalaman belajar.

6) Melakukan pengalaman belajar ini dengan teknik dan meteri yang

memadai.

7) Menilai hasil belajar mereka.

5. Penerapan Buku Panduan Ummi

Penerapan buku panduan sangat penting untuk diperhatikan dalam

kegiatan pembelajaran. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat

tertuju pada arah yang akan dicapai.5664

Dalam pelaksanaan buku panduan ummi terdapat banyak tahapan jilid

dalam pembelajarannya. Dari mulai jilid 1, jilid 2, jilid 3, jilid 4, jilid 5, jilid 6,

gharib dan tajwid dasar. Ummi Foundation juga mempunyai jilid untuk

6355
Ibid.,9.
6456
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi,4.
49

pelaksanaan pembelajaran orang dewasa yang dinamakan “Ummi Dewasa”.

Di dalam ummi dewasa, isinya juga hampir sama dengan isi yang ada di

dalam ummi jilid 1-6. Yang membedakan hanyalah isinya lebih diringkas

menjadi satu buku yang berisi 3 jilid.

Selain buku ummi dewasa, dalam pengajaran Al-Qur’an ummi dewasa

juga dilanjutkan dengan belajar Al-Qur’an beserta gharib dan Tajwid Dasar.

Agar orang dewasa lebih mudah dalam mempraktekkan pembelajaran

menggunakan Al-Qur’an.
50

BAB III

METODE PENELITIAN

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang jenis datanya bersifat nonangka. Bisa berupa kalimat, pernyataan,

dokumen, serta data lainnya yang bersifat kualitatif.65 Penelitian kualitatif

bersifat diskriptif, yaitu menggambarkan, mengungkap, dan menjelaskan

peristiwa, sehingga data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar,

dan tidak menekankan pada angka. Data-data tersebut bisa berasal dari

wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau

memo, dan dokumen resmi lainnya.66 Menurut Bogdan dan Tylor

mengatakan :

“ Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan


data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.”67
Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan akan dapat

menggambarkan bagaimana setting penelitian, baik situasi maupun informan.

Data yang di dapat umumnya berbentuk narasi melalui lisan, baik berupa

ucapan informan, dokumen pribadi dan catatan lapangan.68


65
Musfiqon, Panduan Lengkap,70.
66
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2005), 11.
67
Ibid.,4.
68
Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan (Bandung: PT
Refika Aditama, 2012), 188.
51

Penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi tentang status

gejala pada saat penelitian berlangsung yang bersifat alamiah serta untuk

memaparkan keseluruhan data hasil penelitian untuk dibahasakan secara rinci.

b. Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif adalah informan yang terlibat

dan dapat menjadi sumber data dalam penelitian. Informan adalah pihak yang

memberikan informasi mengenai masalah penelitian. Informan akan

memberikan data informasi yang mendalam mengenai fokus masalah dalam

penelitian. Dalam penelitian kualitatif informan disebut dengan responden.69

Jumlah informan yang menjadi subyek penelitian ini akan terus bertambah

sesuai dengan kebutuhan.

Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian diantaranya adalah

pengajar Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi, ummahat wali santri

yang mengikuti kegiatan tahsin, dan Kepala SD Islam Sari Bumi. Dengan ini

peneliti berharap dapat mendapatkan informasi secara mendalam mengenai

fokus masalah penelitian.

c. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata, tindakan, selebihnya berupa data tambahan. Berkaitan dengan hal

itu, maka jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data

tertulis, foto dan data statistik. Kata-kata dan tindakan didapatkan dari

69
Musfiqon, Panduan Lengkap, 97.
52

pengamatan terhadap kata maupun tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai. Selain itu, terdapat juga data tambahan yang juga sangat

penting dalam suatu penelitian yaitu berupa sumber data tertulis, foto dan data

statistik. Sumber data tertulis dapat berupa buku, majalah ilmiah, arsip,

dokumen pribadi atau resmi. Data tambahan selanjutnya adalah foto. Foto

dapat memberikan gambaran yang cukup berharga dalam menelaah suatu

keadaan, sehingga dapat memudahkan peneliti dalam menganalisis hasil

penelitian. Data statistik juga salah satu data tambahan yang cukup penting

dalam suatu penelitian. Data statistik dapat memberikan gambaran

kecenderungan subjek, apakah mengalami suatu kemajuan atau kemunduran

pada latar penelitian.70

Oleh karena itu, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jenis data primer dan sekunder. Data ini berkaitan langsung dengan masalah

penelitian dan didapatkan langsung dari responden sebagai bahan analisis.

Data primer merupakan sumber data utama, data ini diperoleh langsung dari

sumbernya (subyek penelitian), diamati dan dicatat, yang untuk pertama

kalinya dilakukan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara.

Sedangkan, data sekunder yaitu data yang tidak dilakukan secara langsung

oleh peneliti atau berupa data tambahan seperti buku, majalah ilmiah, arsip,

dokumentasi pribadi dan resmi dan sebagainya.71

Sumber data yang diperlukan peneliti diantaranya adalah:

70
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, 157.
71
Ibid.,151.
53

1) Data Lapangan berupa wawancara kepala SD Islam Sari Bumi, observasi

dan wawancara pengajar di kelompok ummahat, observasi dan

wawancara ummahat di SD Islam Sari Bumi

2) Data buku berupa Al-Qur’an, buku pedoman sertifikasi metode ummi,

buku prestasi belajar, hasil tes, buku penunjang lainnya.

d. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk

kata yang menghasilkan deskripsi cerita terperinci, analisis dan interpretasi

fenomena. Menurut Mc Millan dan Schumacher mengatakan bahwasannya :

“ Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif antara lain,


obsevasi partisipan, observasi lapangan, wawancara mendalam, dokumen
dan artefak, dan teknik tambahan berupa audio visual.”
Pengumpulan data merupakan suatu kegiatan yang memerlukan ketepatan

dan kejelian dalam memilah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data

primer merupakan hal yang sangat penting untuk keperluan penelitian. Serta

langkah yang amat penting dalam sebuah penelitian ilmiah. Tetapi data

sekunder juga sangat diperlukan untuk memperkuat keakuratan data dalam

penelitian. Oleh karena itu peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan

data kualitatif dengan mengumpulkan data primer maupun sekunder dalam

melakukan penelitian ini. Pengumpulan data tersebut diantaranya adalah

observasi, wawancara dan dokumentasi.

1) Observasi
54

Observasi adalah proses pengamatan dari suatu kegiatan pengumpulan

data. Pengamatan atas gejala, fenomena dan fakta empiris yang terkait

dengan masalah penelitian. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dalam

obyek penelitian secara langsung. Dimana peneliti bisa berinteraksi

langsung dengan obyek yang diteliti.72 Observasi merupakan alat

pengumpul data dengan cara melihat dan mendengarkan objek yang

diamati.73 Sebagaimana yang dikatakan oleh Cartwright

bahwasannya :1074“Observasi ialah suatu kegiatan mencari data yang

dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis.”

Observasi dilakukan untuk mendapatkan pengalaman secara langsung

untuk peneliti, melihat dan mengamati, memahami sendiri peristiwa dan

situasi di lapangan, menjadi alat bantu jika sudah tidak memungkinkan

menggunakan alat komunikasi yang lain untuk melakukan penelitian.1175

Dalam hal ini, peneliti datang langsung ke lokasi penelitian, yaitu SD

Islam Sari Bumi. Peneliti berharap dapat mengetahui bagaimana

pembelajaran Al-Qur’an oleh Ummahat di SD Islam Sari Bumi.

Peneliti menggunakan teknik observasi terstruktur, dimana peneliti

telah menyiapkan pedoman wawancara dengan menuangkan pertanyaan-

pertanyaan beserta altenatif jawabannya serta dirancang secara sistematis

tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya.1276

72
Musfiqon, Panduan Lengkap, 120.
73
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1992), 66.
7410
Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian, 209.
7511
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, 174.
7612
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),
(Bandung: CV. Alfabeta, 2010), 205.
55

2) Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab yang dilakukan

oleh peneliti dan informan dalam suatu kegiatan penelitian. Wawancara ini

bertujuan agar peneliti dapat mengkonstruksi pemikiran, kejadian,

kegiatan, pengalaman serta opini mendalam mengenai masalah

penelitian.1377

Peneliti menggunakan teknik penelitian wawancara tidak terstruktur.

Dimana peneliti tetap menyiapkan pedoman data wawancara yang

formatnya tidak sedetail dalam wawancara terstruktur. Pedoman data

wawancara tersebut adalah sebagai rambu-rambu fokus masalah dalam

kegiatan wawancara tersebut.

Dalam kegiatan wawancara ini, peneliti akan melakukan pencatatan,

perekaman, atau pendokumentasian, agar data tersusun sistematis. Yang

pertama, peneliti akan melakukan wawancara kepada pengajar Al-Qur’an

untuk mendapatkan data mengenai pembelajaran yang dilaksanakan di

tempat tersebut. Yang kedua, peneliti akan melakukan wawancara kepada

ummahat yang mengikuti program belajar bersama, untuk mendapatkan

data bagaimana cara yang dilakukan agar bisa membaca Al-Qur’an dengan

tartil. Yang ketiga, peneliti akan melakukan wawancara kepada kepala

sekolah SD Isam Sari Bumi serta Komite SD Islam Sari Bumi mengenai

profil dan sejarah berdirinya lembaga ini, serta bagaimana

terselanggaranya program tersebut.

3) Dokumentasi
7713
Musfiqon, Panduan Lengkap, 117.
56

Dokumen merupakan bentuk teks ataupun artefak yang menyimpan

kumpulan fakta dan data.1478Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data

dengan dokumen, yaitu catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat

berbentuk tulisan, gambar, sejarah kehidupan, biografi, peraturan,

kebijakan, dan lain-lain.1579Bentuk teks ini juga bisa berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar dan data lainnya yang dimiliki oleh lembaga

pendidikan. Dari data-data tersebut peneliti berharap mampu untuk

memberi gambaran dan menganalisis setiap komponen data dokumentasi

yang didapatkan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data-data mengenai

ummahat di SD Islam Sari Bumi, baik berupa tulisan, foto, maupun profil

lembaga pendidikan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat

memperoleh data mengenai identitas lembaga, srtuktur kepengurusan, dan

denah lembaga pendidikan ini.

e. Teknik Analisis dan Intepretasi Data

Proses analisis data menggunakan analisis data kualitatif secara

induktif dan berlangsung secara terus-menerus selama pengumpulan data di

lapangan. Menurut Nasution dan Moleong bahwa analisis data yang

dilakukan meliputi mereduksi data, menyajikan data, display data, menarik

kesimpulan dan melaksanakan verifikasi.1680Proses analisis dalam penelitian

ini menggunakan model analisis dari Miles dan Huberman antara lain :1781

7814
Ibid.,131.
7915
Sugiyono, Metode Penelitian, 329.
8016
Uhar Suharsaputra, Metodologi Penelitian, 216.
8117
Ibid.,218.
57

1. Pengumpulan data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Disini

peneliti akan

2. Reduksi data

Data yang sudah terkumpul akan direduksi oleh peneliti. Data akan

diolah mulai dari editing, kategorisasi, hingga analisis data. Data dari

lapangan akan diolah, dipilih dan disederhanakan dengan merangkum

yang penting-penting sesuai fokus masalah penelitian yaitu penerapan

tahsin serta hasil dari proses tahsin tersebut dalam membaca Al-Qur’an.

3. Penyajian data

Untuk mensistematiskan data hasil reduksi agar terlihat utuh, maka

dilakukan pemaknaan data, gambaran keseluruhan data dan penggalian

data kembali untuk bisa ditarik kesimpulan. Peneliti akan

menghubungkan, membandingkan, dan mendeskripsikan data sesuai

dengan focus masalah untuk diberikan makna. Pemberian makna ini akan

menjadi bahan simpulan penelitian.

4. Menarik kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung

atau sejak awal data diperoleh, hingga pada akhirnya akan didapatkan

kesimpulan akhir yang utuh setelah semua data benar-benar lengkap.


58

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Profil SD Islam Sari Bumi

Nama Sekolah : SD Islam Sari Bumi

Alamat : Jl. Raya Lingkar Timur Km. 06 Sidoarjo

No. Telp : 031 807 1631

Kepala Sekolah : M.Lis Haryanto, S.Pd.

2. Latar belakang berdirinya

Yayasan Grup Sari Bumi didirikan pada tahun 2011 yang diawali

dari perkumpulan orang-orang yang ingin mendirikan suatu amal

usaha. Sebagaimana hasil wawancara dengan kepala sekolah :

“Lembaga pendidikan ini mulai berdiri pada tahun 2011-2012


sejak awal didirikannya Yayasan Group Sari Bumi. Awal didirikan
yayasan ini juga tidak langsung mendirikan sekolah, karena
yayasan ini terbentuk dari adanya beberapa orang, maka ada yang
berkeinginan untuk mendirikan POM bensin, rumah sakit, pondok
pesantren dan sekolah. Setelah berunding pada akhirnya
diputuskanlah untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan
islam.”82

Pada mulanya orang-orang tersebut berpikir untuk mendirikan pom

bensin, kemudian ada yang berpikir untuk mendirikan rumah sakit,

pondok, dan sebuah sekolah. Setelah lama bermusyawarah pada

akhirnya tercetuslah untuk mendirikan sebuah sekolah islam yang

82
Wawancara dengan kepala sekolah, Rabu 27 Maret 2019, 13.00 WIB.
59

dinamakan Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi. Lembaga tersebut

mendapatkan izin untuk mendirikan sekolah mulai tingkat PG, TK dan

SD. Lembaga pendidikan ini didirikan karena mereka berharap amal

usaha yang mereka dirikan dapat menjadi investasi bagi mereka di

akhirat yaitu dalam bidang pendidikan yang dapat membantu negara

dalam mencerdaskan kehidupan bangsa terutama dalam bidang

pembelajaran Al-Qur’an dan dakwah. Dengan pendidikan tersebut

diharapkan dapat memunculkan generasi-generasi islam yang unggul

dalam bidang akademik maupun agama yang sesuai dengan Al-Qur’an

dan sunnah.

Lembaga ini menggunakan buku panduan ummi dalam

pembelajaran Al-Qur’an karena motto ummi yaitu mudah dan

menyenangkan.83 Selain itu karena didasari oleh ketua yayasan yang

mendapatkan anaknya yang belajar di suatu sekolah dasar yang

menggunakan buku panduan ummi, dan anaknya dapat membaca Al-

Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan hukum tajwidnya. Dari

sini dia mengambil buku panduan ummi untuk diterapkan di lembaga

tersebut dengan harapan anak-anak yang bersekolah di lembaga

tersebut dapat belajar Al-Qur’an dengan baik. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh kepala sekolah bahwasannya :

83
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Buku panduan Ummi (Surabaya:
Lembaga Ummi Foundation, 2017), 3.
60

“Lembaga ini menggunakan metode ummi menjadi program


unggulan dalam pembelajaran Al-Qur’an karena metode ini bagus
dalam penerapannya dan telah terbukti di beberapa sekolah yang
memiliki kualitas yang baik.”84

Pengembangan mutu yang selalu dilakukan oleh lembaga ini

adalah dengan melakukan evaluasi dari target pencapaian dalam

pembelajaran Al-Qur’an. Dengan demikian akan dapat diketahui

inovasi kedepannya agar target pembelajaran Al-Qur’an dapat tercapai

seluruhnya.

Latar belakang berdirinya kelompok belajar membaca Al-Qur’an

ummahat ini sendiri karena pada awalnya banyak sekali dilihat

ummahat yang setelah selesai mengantar anak-anaknya tidak memiliki

kesibukan yang dapat dikatakan bermanfaaat, karena dapat dilihat

hanya duduk-duduk santai dan mengobrol dengan yang lainnya.

Karena ditakutkan obrolan tersebut terlalu jauh dan tidak bermanfaat

malah menuju kepada dosa, mending diarahkan kepada sesuatu yang

berpahala. Dari sini muncullah ide dari para pengurus komite untuk

membentuk suatu program khusus ummahat, yaitu kegiatan

pembelajaran untuk tahsin Al-Qur’an, turjuman Al-Qur’an dan Bahasa

Arab. Program ini disambut dengan antusias oleh semua kalangan,

baik ummahat maupun pihak sekolah/lembaga. Sebagaimana

wawancara yang telah dilakukan kepada salah satu perwakilan dari

pengusrus komite bahwasannya :

84
Wawancara dengan kepala sekolah, Rabu 27 Maret 2019, 13.00 WIB.
61

“Awalnya saya hanya ngobrol biasa dengan salah satu ummahat


yang juga pengurus komite, beliau mengajak saya untuk ikut kelas
belajar Bahasa Arab di luar. Tetapi saya menolak dan saya
menjawab kepada beliau, saya mau ikt belajar bahasa arab kalau
diadakan disini. Saya tidak mau kalau terlalu jauh. Kemudian
muncullah ide untuk membuat suatu kelas belajar yang
menampung semua ummahat untuk bisa memperajari Al-Qur’an,
Bahasa Arab dan turjuman Al-Qur’an. Rencana ini juga kami
sampaikan kepada ketua komite dan pengurus yayasan. Mereka
semua menyambut dengan baik dan sangat mendukung rencana
kami agar dapat berjalan dengan lancar.”85

Pengembangan program ini dilakukan dengan menyebarkan form

kepada semua walisantri lama maupun baru setiap tahun ajaran baru.

Selain itu juga dari mulut ke mulut sehingga bisa tersebar baik di

kalangan wali santri maupun ibu-ibu diluar wali santri. Karena belum

seluruh dari wali santri yang terserap untuk mengikuti program

kegiatan ini, pihak komite pada akhirnya juga menerima beberapa

orang yang memang benar-benar mau belajar Al-Qur’an dari luar wali

santri.

Program kegiatan ini menggunakan buku panduan ummi karena

dianggap buku panduan ini lebih mudah, fleksibel, praktis dan dapat

diterima dari setiap kalangan manapun.

3. Visi misi

a. Visi SD Islam Sari Bumi :

Menjadi sekolah dasar Islam yang islami, mandiri, dan berprestasi

berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

85
Wawancara dengan pengurus komite yaitu ustadzah Riris, Rabu 1 Mei 2019, 08.06 WIB.
62

b. Misi SD Islam Sari Bumi :

1) Membimbing anak ta’at kepada Allah Ta’ala dan Rasulnya dan

cinta kebenaran.

2) Menumbuhkan semangat beribadah, ikhlas, sabar, sungguh-

sungguh, disiplin, percaya diri, memiliki etos belajar dan

bekerja tinggi, tanggung jawab dan jujur.

3) Menyiapkan anak yang berprestasi, inovatif dan kreatif di

bidang akademik, olahraga dan teknologi, serta

kewirausahaan.86

Pada program ini sendiri mempunyai tujuan agar semua wali santri

tidak ada yang buta huruf dalam membaca tulis Al-Qur’an. Selain itu

diharapkan dengan ini wali santri bisa menjadi wadah bagi anak-

anaknya dalam belajar dirumah sehingga sinergi antara wali santri dan

sekolah bisa lebih menyatu untuk bisa menjadikan anak-anak menjadi

generasi qur’ani.87 Visi dan misi yang dimiliki oleh sekolah akan dapat

terwujud apabila kerja sama wali santri dan sekolah berjalan dengan

baik. Kerja sama yang dimaksud oleh peneliti adalah wali santri

dirumah mau memberikan pendampingan ketika anak-anak belajar,

baik untuk pelajaran umum maupun Al-Qur’an.

86
Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi, Visi dan Misi SD Islam Sari Bumi,
(www.groupsaribumi.com diakses 2019).
87
Wawancara dengan pengurus komite yaitu ustadzah Riris, Rabu 1 Mei 2019, 08.06 WIB.
63

4. Daftar biodata ustadzah pengajar Al-Qur’an

Tabel 4.1

Nama Ustadzah Pengajar Tahsin

No Nama TTL Alamat Pengajar


Turjuman Al-Qur’an
Sorong, 8
Kurnia Taman Puspa (Pasca Ummi) +
1 September
Barus Anggaswangi Ketua Koordinator
1969
Pengajar Tahsin
Istana Candimas Kelas Tahsin Dasar 1
Wiwin Nganjuk,
2. Regency Blok G3 Ummi Dewasa Jilid
Sistiati 4 Juni 1988
No. 3 Candi 1&2
Gresik, Kelas Tahsin Dasar 2
Siti Ds. Tenggulunan
3. 15 Juni Ummi Dewasa Jilid
Musfiroh RT 1, Candi
1980 3&4
Surabaya, Kelas Tahsin Dasar 3
Anna Kemiri Indah
4. 15 Juni Ummi Dewasa Jilid
Rahardini Barat 1 Sidoarjo
1980 5&6
Graha Kuncara
Riswatin Ngawi, 26 Kelas Tahsin Al-
5. Lok. G19,
Chasanah Maret 1981 Qur’an 1
Sidoarjo
Istana Candimas
Endang Sidoarjo, 2 Kelas Tahsin Al-
6. Regency B4-23
Yuliasih Juli 1974 Qur’an 2
Sidoarjo
Dewi Malang, 9 Rusunawa Bulu
Kelas Tahsin Al-
7. Ummu Agustus Sidokare Gedung
Qur’an 3
Najwa 1981 B lantai 3 No. 43

5. Jadwal pembelajaran Al-Qur’an ummahat

Tabel 4.2

Jadwal Pembelajaran

No Hari Pukul
1 Selasa 08.00 – 10.00 WIB
2 Rabu 08.00 – 10.00 WIB
64

6. Daftar ummahat yang mengikuti pembelajaran Al-Qur’an

Tabel 4.3

Daftar Ummahat Pembelajaran Tahsin

No Nama Keterangan
1. Ibu Bella
2. Ibu Nizma
3. Ibu Puspita
4. Ibu Izza
5. Ibu Beta
6. Ibu Debby
7. Ibu Lisa Kelas Tahsin Dasar 1
8. Ibu Nina Pengajar : Ustdzah Wiwin
9. Ibu Novi
10. Ibu Lia
11. Ibu Setyorini
12. Ibu Luthfiya
13. Ibu Adina
14. Ibu Rini
15. Ibu Andita Rochil
16. Ibu Nur Fitria
17. Ibu Fidya Shohifatum
18. Ibu Nadendra Winayu
19. Ibu Kartika
20. Ibu Dian Puspita Kelas Tahsin Dasar 2
21. Ibu Murniati Pengajar : Ustdzah
22. Ibu Novarita Lestari Musfiroh
23. Ibu Zunaida Ulfa
24. Ibu Siti Nur Hidayah
25. Ibu Hidayatul Laili
26. Ibu Mulyo Prihati
27. Ibu Rina Mala
28. Ibu Yenni Aniati Kelas Tahsin Dasar 1
29. Ibu Ilva Zumaroh Pengajar : Ustdzah Anna
30. Ibu Zulfira Tri Luthfiyani
31. Ibu Lia Susanti
32. Ibu Dhian Ratnasari
65

33. Ibu Ely Eka


34. Ibu Yuni Kurniati
35. Ibu Indah Nur Aini
36. Ibu Afrida
37. Ibu Noor Astina
38. Ibu Mas Ulfa Istiani
39. Ibu Ulfa
40. Ibu Icha
41. Ibu Candra
42. Ibu Ririn
43. Ibu Ratih
44. Ibu Riza
Kelas Tahsin Al-Qur’an 1
45. Ibu Vivin
Pengajar : Ustadzah
46. Ibu Sapta
Riswatin Chasanah
47. Ibu Matina
48. Ibu Wiwik
49. Ibu Diana
50. Ibu Itha
51. Ibu Adelia
52. Ibu Yuni
53. Ibu Retno Suci
54. Ibu Lina
55. Ibu Masyitah Kelas Tahsin Al-Qur’an 2
56. Ibu Ade Nurlian Pengajar : Ustadzah
57. Ibu Bunga Agusti Endang Yuliasih
58. Ibu Intan Suci
59. Ibu Dian
60. Ibu Siti Amanah
61. Ibu Laila Khusniati
62. Ibu Suwiji
Kelas Tahsin Al-Qur’an 3
63. Ibu Ilul Mahmuda
Pengajar : Ustadzah Dewi
64. Ibu Lilis
65. Ibu Nina
66. Ibu Reni
66

7. Kondisi sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana merupakan aset penting dalam mendukung

keberhasilan suatu proses pembelajaran. Sarana dan prasarana

diadakan untuk memberikan kemudahan dalam pencapaian tujuan dari

kegiatan pembelajaran. 88

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat dikatakan

bahwasannya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan tahsin ini

banyak yang belum terpenuhi. Diantaranya yaitu ruang belajar, ruang

belajar yang dimiliki untuk menyelenggarakan program kegiatan ini

adalah ruang math’am yang dimiliki oleh lembaga untuk tempat

makan siang santri SD Islam Sari Bumi. Sebagaimana wawancara

yang diperoleh peneliti dari ustadzah Riris :

“Disini kebanyakan dari kami semua kan bercadar, jadi yang


menjadi kendala disini adalah ruangan/tempat yang belum
kondusif. Sehingga ketika mendekati jam makan siang santri,
banyak sekali bapak cs yang sering lalu lalang di math’am untuk
menyiapkan makanan, padahal banyak ummahat yang ingin
menambah jam untuk belajar. Secara tidak langsung kami pun
harus segera menyelesaikan kegiatan pembelajaran.”89

Kendala yang dialami diantaranya yaitu tempat terlalu bising jika

digunakan untuk semua kelompok ketika semuanya sedang membaca

meskipun dibatasi oleh tabir, sehingga pembelajaran menjadi kurang

88
Gusman, Analisis Faktor Penyebab Kurangnya Kemampuan Siswa Dalam Baca Tulis Al-
Qur’an di MTsN Kedurang Bengkulu Selatan, Al-Bahtsu: Vol. 2 No. 2, Desember 2017, 234.
89
Wawancara dengan Ustadzah Riris, Rabu 8 Mei 2019, 09.38 WIB.
67

efektif. Selain itu, tempat juga akan digunakan untuk makan siang

santri, sehingga belum selesai kegiatan pembelajaran sering terganggu

dengan bapak-bapak CS (cleaning service) yang menyiapkan makan

siang di meja-meja santri. Selain ruangan yang dianggap kurang

memadai, tersedianya alat peraga ummi dalam pembelajaran pada

setiap kelompok juga masih belum terpenuhi. Sehingga ruh dalam

pembelajarn ummi sendiri yang pada dasarnya sangat mengutamakan

peraga untuk menentukan keberhasilan pembelajaran masih belum

dapat dilihat.

8. Kondisi pengajar Al-Qur’an ummahat

Semua pengajar Al-Qur’an untuk ummahat di lembaga ini

berjumlah 6 orang dan sudah bersertifikasi ummi semua. Pengajar pun

semua juga berasal dari wali santri sendiri. Sebagaimana hasil

wawncara dengan ustadzah Riris bahwasannya:90

“semua pengajar Al-Qur’an disini semuanya adalah dari wali


santri sendiri, semuanya sudah bersertifikasi guru Al-Qur’an oleh
ummi foundation”

Kondisi pengajar berdasarkan observasi yang dilakukan oleh

peneliti, semuanya dalam keadaan baik dan sangat sabar dalam

menghadapi berbagai macam karakter orang dewasa. Dari sini dapat

dilihat bahwasannya pengajar pun adalah seorang yang profesional

90
Wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
68

dalam bidangnya, sehingga pembelajaran juga dapat berjalan dengan

baik, efektif dan menyenangkan.

9. Kondisi peserta dalam pembelajaran Al-Qur’an ummahat

Dalam pembelajaran Al-Qur’an disini semua ummahat sangat

antusias dan bersemangat dalam belajar. Meskipun terkadang ada

kendala dari segi daya tangkap maupun ingatan dari setiap individu

yang berbeda dalam menerima dan menangkap penjelasan materi yang

disampaikan oleh ustadzahnya. Menurut ustadzah Anna, mengatakan

bahwasannya :10 91

“ Daya serap materi oleh setiap personal itu berbeda. Hari ini
disampaikan salah satu materi dan ketika ditanya sudah faham, tetapi
besok ditanya lagi sudah lupa. Hal ini wajar dialami pada dasarnya
mereka semua adalah oarang dewasa yang banyak sekali yang mereka
pikirkan selain materi ini, juga yang utama karena faktor usia.”

Untuk jumlah ummahat yang mengikuti program kegiatan tahsin

pada tahun ajaran 2018-2019 ini kurang lebih sebanyak 50 orang.

Kebanyakan dari mereka semua berusia sekitar 30 sampai 40 tahun.

Tetapi usia yang mereka miliki tidak menghambat semangat dan juang

mereka dalam menghapus buta huruf mereka pada Al-Qur’an yang

menjadi pedoman hidup mereka.

9110
Wawancara dengan Ustadzah Anna, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
69

B. Paparan Data Penelitian

1. Penerapan tahsin Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi

dengan menggunakan buku panduan ummi

Untuk mengetahui penerapan tahsin Al-Qur’an pada ummahat dengan

buku panduan ummi di SD Islam Sari Bumi, peneliti melakukan observasi

dan wawancara secara langsung pada proses pembelajaran Al-Qur’an.

Wawancara ini dilakukan kepada kepala sekolah dan pengajar Al-Qur’an

ummahat di SD Islam Sari Bumi. Sehingga diperoleh data sebagai berikut :

Pelaksanaan tahsin Al-Qur’an untuk orang dewasa di SD Islam Sari

Bumi dapat dikatakan baik dan berjalan dengan lancar. Tahsin Al-Qur’an

disini diutamakan untuk memperbaiki bacaan dari segi makhroj, panjang

pendek, dan kelancarannya.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengajar disini yaitu

ustadzah Riris, beliau mengatakan bahwasannya:11 92

“ Tahsin ini harus dilakukan dengan penuh kesabaran, karena mengajar


orang dewasa itu lebih banyak membutuhkan pengulangan dan lebih
banyak tantangannya daripada mengajar anak-anak. Ibaratnya kita itu
sedang melukis diatas air, atau melukis diatas kertas yang sudah banyak
coretan. Sehingga membutuhkan kesabaran dalam mengajarnya.”

Dari sini dapat disimpulkan bahwasannya mengajar orang dewasa yang

pada dasarnya secara tidak langsung sudah memiliki pengetahuan, baik

banyak maupun sedikit dalam membaca Al-Qur’an membutuhkan waktu

9211
Ibid.
70

yang lebih banyak dalam menguatkan daripada mengajari anak kecil yang

belum ada goresan tinta / pengetahuan membaca Al-Qur’an sebelumnya.

Penerapan Tahsin Al-Qur’an untuk orang dewasa di SD Islam Sari

Bumi menggunakan buku ummi dewasa yang terdiri dari tiga jilid, Al-

Qur’an, ghorib dan tajwid. Kegiatan tahsin ini terbagi menjadi 6 kelompok

dimana ada 3 kelompok tahsin dasar atau kelas jilid, dan 3 kelompok

tahsin Al-Qur’an yang berisi pembelajaran Al-Qur’an, gharib, dan tajwid.

Hal tersebut dilakukan agar tahsin yang dilakukan dapat terfokus pada

tingkatan masing-masing kelas.

Berdasarkan wawancara dengan salah satu pengajar yaitu ustadzah

Riris, bahwasannya tahsin Al-Qur’an pada ummahat berlangsung selama

120 menit. Dalam satu minggu masuk selama 2 kali yaitu hari Selasa dan

Rabu. Sebagaimana pembelajaran Al-Qur’an buku panduan ummi pada

umumnya, proses tahsin Al-Qur’an pada ummahat di lembaga ini juga

terdiri dari 7 tahapan pembelajaran, sebagaimana wawancara peneliti

dengan ustadzah Nia:12 93

“Tahapan pembelajaran Al-Qur’an dengan buku panduan ummi pada


kegiatan tahsin ummahat terdiri dari 7 tahapan yaitu pembukaan,
apersepsi, penanaman konsep, pemahaman konsep, ketrampilan,
evaluasi dan penutup.”

Adapun 7 tahapan pembelajaran tersebut meliputi:

9312
Wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
71

a. Pembukaan

Pada tahap pembukaan, ustadzah memberikan komando untuk

mengkondisikan ummahat sebelum memulai pembelajaran. Setelah itu,

ustadzah mengucapkan salam, memimpin do’a dan memberikan motivasi-

motivasi yang membangun untuk memberikan semangat belajar kepada

ummahat.

b. Apersepsi

Setelah selesai pembukaan, tahapan pembelajaran selanjutnya adalah

appersepsi. Apersepsi yaitu pengulangan kembali materi atau halaman

yang sebelumnya sudah dipelajari. Hal ini dilakukan untuk bisa

mengaitkan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

Pada tahapan ini, ustadzah mengajak semua ummahat untuk membuka

halaman pada buku ummi yang sebelumnya dipelajari, kemudian

membaca secara bersama-sama halaman tersebut. Selain membaca

bersama-sama, ustadzah juga seringkali menunjuk beberapa ummahat

untuk membaca bergantian secara individu secara bergantian maupun

acak. Sebagaimana hasil wawancara peneliti dengan salah satu pengajar,

yaitu ustadzah wiwin:13 94

“apersepsi dalam pembelajaran tahsin ini sangat penting. Disini


ummahat bisa mengulang kembali pelajaran yang telah disampaikan.
Kegiatan ini dapat membantu mereka dalam menguatkan materi serta
ingatan mereka dalam belajar.”

c. Penanaman Konsep

9413
Wawancara dengan Ustadzah Wiwin, Rabu 8 Mei 2019, 09.00 WIB.
72

Berdasarkan hasil penelitian, dalam penanaman konsep ustadzah tidak

secara langsung membacakan pokok bahasan/ materi baru yang akan

dipelajari. Disini ustadzah memberikan kesempatan kepada ummahat

untuk membaca sendiri terlebih dahulu pokok bahasan yang akan

dipelajari. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan dan mengaitkan pokok

bahasan yang pernah dipelajari dengan pokok bahasan baru yang akan

dipelajari. Setelah ummahat bisa membaca pokok bahasan yang ada,

ustadzah mulai menjelaskan maksud dari pokok bahasan tersebut. Setelah

selesai menjelaskan pokok bahasan, ustadzah mengajak semua ummahat

untuk membaca halaman latihan bersama-sama secara acak.

d. Pemahaman Konsep

Ketika ummahat sudah mulai mengerti pokok bahasan pada

penanaman konsep, ustadzah mengajak untuk membaca halaman latihan

yang ada dibawah pokok bahasan secara klasikal sampai benar-benar

paham cara membacanya. Seringkali juga dengan menunjuk beberapa

ummahat untuk membaca secara bergantian.

e. Ketrampilan

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas ustadzah

Anna, beliau mengajak ummahat untuk membaca secara bergantian

halaman latihan sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi. Ketika satu

kelompok membaca, kelompok yang lain menyimak dan begitu

sebaliknya. Setelah itu, ustadzah meminta satu persatu ummahat untuk

membaca halaman latihan secara acak. Hal ini dimaksudkan agar


73

kemampuan ummahat dalam memahami pokok bahasan baru bisa semakin

dioptimalkan dengan semakin banyak membaca dan diulang-ulang.

f. Evaluasi

Berdasarkan pengamatan di kelas ustadzah musfiroh, dapat

disimpulkan bahwasannya tahap evaluasi ini dilakukan dengan cara

klasikal baca simak, karena dalam satu kelompok sama jilidnya tetapi

berbeda halaman. Ketika ada satu ummahat yang membaca, yang lainnya

bertugas untuk menyimak dan mengingatkan ketika ada kesalahan.

Sebagaimana hasil wawancara dengan ustadzah musfiroh bahwasannya:14


95

“di halaqah saya menggunakan metode pembelajaran klasikal


baca simak, dikarenakan dalam satu kelompok ini semuanya sama
jilidnya, tetapi ada yang berbeda halamannya.”

Hal ini dilakukan satu persatu sampai semuanya membaca. Setelah

selesai membaca, ustadzah menilai bacaan ummahat pada buku prestasi

dengan mencantumkan nilai serta kesalahan-kesalahan yang telah terjadi

ketika membaca Al-Qur’an serta bisa atau tidaknya naik ke halaman

selanjutnya.

g. Penutup

Berdasarkan pada hasil observasi dapat diketahui bahwasannya pada

proses penutupan pembelajaran, ustadzah mengkondisikan suasana agar

tetap tenang, kemudian memberikan pesan-pesan ataupun PR membaca

dirumah serta motivasi. Ummahat duduk tenang dan ustadzah memimpin

9514
Wawancara dengan Ustadzah Musfiroh, Rabu 8 Mei 2019, 08.00 WIB.
74

untuk membaca do’a kafaratul majelis secara bersama-sama dan diakhiri

dengan salam.

1) Evaluasi pembelajaran Al-Qur’an

Evaluasi adalah kegiatan menilai oleh pengajar dalam suatu

kegiatan pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk memperbaiki proses

belajar siswa serta dapat memberi umpan balik yang dapat dipergunakan

sebagai dasar untuk perencanaan di masa yang akan datang.1596Kegiatan

evaluasi dalam tahsin Al-Qur’an menggunakan buku panduan ummi untuk

ummahat di lembaga ini terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu evaluasi

harian, evaluasi kenaikan jilid dan evaluasi akhir pembelajaran

(Munaqasyah). Dalam melakukan kegiatan evaluasi, pengajar juga harus

selalu memperhatikan target pembelajaran untuk mengontrol seberapa jauh

keberhasilannya dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Target disini

berisi materi yang harus dicapai oleh guru dan siswa, sebagai acuan dalam

ketercapaian tujuan pembelajaran. Adapun target pembelajaran tahsin Al-

Qur’an dengan menggunakan buku panduan ummi yaitu:

Tabel 4.4
9615
Yulinda Erma Suryani, Pemetaan Kualitas Empirik Soal Ujian Akhir Semester Pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Klaten (Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
Vol. 21 No. 2, Desember 2017), 143.
75

Target pembelajaran tahsin Al-Qur’an

Kelas Keterangan Triwulan Program


PTS I JILID 1
KELAS 1
PAS I JILID 2
I-II
PTS II JILID 3
KELAS 2
PAS II JILID 4
PTS I JILID 5
KELAS 3
PAS I JILID 6
Al-Qur’an (Juz 1-
III-IV PTS II
15) + Gharib
KELAS 4
Al-Qur’an (Juz 16-
PAS II
30) + Tajwid
TASHIH
KELAS 5 PTS I – PAS I
KOORDINATOR
V-VI
TASHIH UMMI
KELAS 6 PTS II – PAS II
FOUNDATION

a) Evaluasi harian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, evaluasi

harian ini dilakukan setiap pertemuan dalam kegiatan tahsin Al-Qur’an.

Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan metode klasikal baca simak,

dimana satu orang membaca dan yang lainnya menyimak. Ummahat

membaca setiap baris dari halaman latihan secara bergantian dan hasilnya

dinilai dan ditulis oleh guru pada buku prestasi. Adapun kriteria

penilaiannya adalah dilihat dari kelancaran bacaan, fashohah, makhroj dan

panjang pendek. Untuk format/konversi penilaiannya adalah :16 97

Tabel 4.5

Konversi penilaian pada buku prestasi

9716
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru, 27.
76

Kesalaha
Konversi n Keterangan
A+ 0 Lanjutkan ke halaman berikutnya
A -1 Lanjutkan ke halaman berikutnya
B+ -2 Lanjutkan ke halaman berikutnya
B -3 Lanjutkan ke halaman berikutnya
Belum boleh melanjutkankan ke
B- -4 halaman berikutnya

Keterangan :
A+ : Jika siswa membaca satu halaman benar semua dan
kualitasnya bagus sekali
A : Jika siswa dalam membaca satu halaman benar semua dan
kualitas bacaannya bagus
B+ : Jika siswa dalam membaca satu halaman salah 1 kali dan
bisa membetulkan sendiri
B : Jika siswa dalam membaca satu halaman salah 2 dan bias
membetulkan sendiri
B- : Jika siswa dalam membaca satu halaman salah 3 kali dan
bisa membetulkan sendiri
b) Evaluasi kenaikan jilid

Berdasarkan hasil observasi oleh peneliti, setelah ummahat mampu

menyelesaikan pembelajaran sampai halaman terakhir jilid, maka

ummahat akan mengikuti tes kenaikan jilid. Untuk tes kenaikan jilid disini,

pihak lembaga menyerahkan sepenuhnya kepada pengajar masing-masing

kelompok. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu yang dimiliki oleh


77

penguji. Adapun yang dinilai dalam evaluasi ini meliputi fashohah, tartil,

dan ketelitiannya.

c) Evaluasi akhir pembelajaran (Munaqasyah)

(a) Evaluasi akhir pembelajaran oleh lembaga

Berdasarkan keterangan dari ustadzah Riris, bahwasannya:17 98

“evaluasi akhir pembelajaran dilaksanakan ketika ummahat sudah


mampu menyelesaikan program tahsin dasar (jilid) dan tahsin Al-
Qur’an (gharib+tajwid). Setelah ummahat dinyatakan sudah
meyelesaikan pembelajaran dari jilid sampai tajwid dasar serta
rekomendasi dari pengajar, ummahat akan mengikuti evaluasi
akhir pembelajaran oleh koordinator Al-Qur’an.

Evalusi ini dilakukan oleh koordinator bagian Al-Qur’an Lembaga

Pendidikan Islam Sari Bumi, yaitu ustadzah Kurnia Barrus. Materi yang

diujikan pada kegiatan evalusi ini meliputi fashohah, tartil, gharib dan

tajwid). Setelah dinyatakan lulus pada tahapan ini, ummahat bisa

langsung mengikuti tahapan selanjutnya yaitu evaluasi bersama ummi

foundation.

(b) Evaluasi akhir pembelajaran oleh ummi foundation

Setelah ummahat dinyatakan lulus pada tahap evalusi akhir oleh

koordinator, maka ummahat direkomendasikan untuk mengikuti tes oleh

ummi foundation. Pada tahapan ini, ummahat akan diuji langsung oleh tim

penashih dari ummi foundation. Untuk materi yang diujikan meliputi

fahohah, tartil, gharib dan tajwid. Setelah dinyatakan lulus pada tahapan

ini, ummahat bisa mengikuti sertifikasi guru buku panduan ummi dan

9817
Wawancara dengan Ustadzah Riris, Rabu 8 Mei 2019, 09. 35 WIB.
78

mendapatka sertifikat sebagai bentuk keberhasilannya dalam belajar Al-

Qur’an.

2. Keberhasilan pembelajaran Al-Qur’an pada ummahat dengan

menggunakan buku panduan ummi

Dari hasil observasi langsung di lapangan serta wawancara kepada

kepala sekolah, komite, pengajar, maupun ummahat wali santri, dapat

diketahui bahwasannya pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an dengan buku

panduan ummi untuk ummahat di lembaga ini cukup berhasil,

sebagaimana diungkapkan oleh perwakilan pengurus komite yaitu

ustadzah Kurnia Barrus sekaligus Koordinator Al-Qur’an di lembaga ini

yaitu :18
99

“ Sejauh ini program tahsin Al-Qur’an ini berjalan cukup baik dan
sesuai dengan yang diharapkan. Banyak ummahat yang sudah bisa
menyelesaikan program ini, mereka juga sudah mengikuti tes oleh
ummi foundation dan banyak yang dinyatakan lulus. Meskipun ada
beberapa yang belum lulus, itu bukan berarti mereka tidak bisa,
mungkin karena gerogi ataupun tegang saja. Yang saya nilai dari
mereka bukanlah dari sekedar secarik kertas dengan tulisan lulus,
tetapi lebih dari itu. Usaha dan perjuangan mereka meluangkan
waktu untuk mau belajar sampai mendapatkan hasil yang sangat
signifikan sekarang ini adalah lebih dari cukup untuk membuat saya
bersyukur dan bangga kepada mereka semua. Proses yang selama ini
mereka lalui adalah hal yang lebih penting dan utama daripada
hanya sekedar tulisan lulus. Bukan berarti saya mengesampingkan
hasil tes ini, tapi hasil dari tes ini hanyalah bonus dari kerja keras
mereka selama ini.”

Hal serupa juga diungkapkan oleh ustadzah Anna selaku pengajar :19 100

9918
Wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
10019
Wawancara dengan Ustadzah Anna, Selasa 31 April 2019, 08.38 WIB.
79

“Pembelajaran tahsin selama ini alhamdulillah berjalan dengan


lancar, kualitas bacaan ummahat juga alhamdulillah ada
peningkatan, dilihat dari awal masuk sampai sekarang.”

Dari hasil wawancara tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwasannya

tahsin Al-Qur’an untuk ummahat di lembaga ini mengalami kenaikan

kualitas bacaan yang signifikan dari pertama mereka masuk sampai pada

akhirnya dapat dinyatakan lulus dalam ujian. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh ustadzah pengajar, dan penelitian di lapangan di kelas

tahsin dasar dan kelas tahsin Al-Qur’an dapat diketahui perbedaan

bacaannya dari fashohah, tartil, tajwid, gharib maupun kelancarannya yang

semakin baik dan mengalami peningkatan ketika sudah naik tingkat di

kelas Al-Qur’an.

Disini peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa ummahat,

salah satunya adalah ibu Sri Wahyuni seorang ibu rumah tangga yang

memiliki 2 anak putra yang bersekolah di SD Islam Sari Bumi kelas 2 dan

kelas 4. Dulu beliau seorang guru di salah satu sekolah menengah pertama

di Sidoarjo, ketika masih anak pertamanya saja yang bersekolah. Karena

kesibukannya dan kemampuannya yang terbatas dalam membaca Al-

Qur’an menyebabkan beliau susah ketika menemani anaknya dirumah

dalam muraja’ah hafalan maupun Al-Qur’annya. Karena itu, anak

pertamanya tertinggal jauh target dalam pembelajaran Al-Qur’an yang ada

di sekolah. Karena hal ini beliau memutuskan untuk keluar dari

pekerjaannya dan memutuskan untuk fokus dalam mengajari anaknya.


80

Langkah awal yang beliau ambil adalah dengan mengikuti kegiatan tahsin

Al-Qur’an untuk

ummahat yang ada di Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi dan sekarang

sudah berada pada kelas tahsin Al-Qur’an. Dari sini beliau mengaku

bahwasannya bacaan yang dimilikinya sekarang jauh lebih baik dari

sebelum beliau mengikuti tahsin disini. Seperti yang beliau katakan:20 101

“ Saya sangat bersyukur karena sekarang saya sudah bisa membaca


Al-Qur’an dengan lebih baik. Dulu saya membaca Al-Qur’an hanya
sekedar bisa membaca, tidak mengetahui kaidahnya. Sekarang saya
sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan mengetahui hukum-hukum
tajwidnya serta mengetahui bacaan-bacaan gharib, dan yang paling
utama sekarang saya sudah bisa menemani anak-anak saya ketika
belajar dirumah. Saya ingin adiknya kali ini bisa lebih baik dalam
pembelajaran Al-Qur’annya dari kakaknya dulu.”

Selain dari hasil wawancara, peneliti juga melihat dari buku prestasi,

hasil tes kenaikan jilid, hasil tes evaluasi dari koordinator serta laporan

pencapaian per bulan yang menunjukkan adanya hasil yang baik yaitu

dengan dinyatakan lulus.

Gambar 4.1
Format buku prestasi harian

10120
Wawancara dengan Ibu Sri Wahyuni (siswa), Selasa 15 Januari 2019, 08.05 WIB.
81

Dalam wawancara dengan ustadzah Riris selaku pengajar Al-

Qur’an, diperoleh keterangan bahwasannya dari buku prestasi akan dapat

dilihat hasil evaluasi pembelajaran tahsin Al-Qur’an pada setiap

pekannya. Kolom hari/tanggal diisi hari dan tanggal berlangsungnya

evaluasi pembelajaran. Kolom jilid/juz diisi jilid atau juz dalam Al-

Qur’an yang dicapai oleh ummahat. Kolom halaman diisi dengan

halaman pencapaian ummahat yang pada hari tersebut. Kolom materi

diisi dengan materi pembahasan pada setiap pokok bahasan yang ada di

jilid yang telah dicapai. Kolom nilai berisi nilai bacaan ummahat pada

hari itu berdasarkan konversi nilai prestasi. Ummahat yang belum tuntas

pembelajarannya pada hari ini atau belum diperbolehkan naik halaman,

maka akan diulang kembali di hari berikutnya dengan mendapatkan tugas

untuk belajar dan diulang-ulang dirumah. Ummahat yang sudah tuntas

pembelajaran pada hari ini diperbolehkan menambah halaman pada

pertemuan berikutnya.21 102

10221
Hasil wawancara dengan Ustdazah Riris, Rabu 8 Mei 2019, 09.38 WIB.
82

Gambar 4.2

Surat keterangan tashih

Dalam wawancara dengan ustadzah Nia selaku koordinator Al-Qur’an,

diperoleh keterangan bahwasannya penilaian tes meliputi fashohah, tartil,

ghorib dan tajwid. Jika hasil tes oleh koordinator dinyatakan lulus, maka

ummahat diperbolehkan untuk mengikuti tes oleh ummi foundation.

Apabila hasil tes dinyatakan belum lulus, maka ummahat harus melakukan

remidi kembali setelah menguatkan materi kepada ustadzah pengajarnya.

Setelah ummahat menyelesaikan semua tahapan pembelajaran dan telah

dinyatakan lulus oleh koordinator maka diperbolehkan untuk mengikuti

tashih yang diadakan oleh ummi foundation.22103Setelah mengikuti tashih

dari ummi foundation dan dinyatakan lulus, maka ummahat dinyatakan

10322
Hasil wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
83

telah selesai dalam mengikuti kegiatan tahsin dan diperbolehkan

mengikuti sertifikasi ummi untuk mendapatkan syahadah.

Gambar 4.3

Laporan bulanan awal dan akhir tahun pembelajaran

Dalam wawancara dengan ustadzah Nia selaku koordinator Al-Qur’an,

diperoleh keterangan bahwasannya laporan bulanan tersebut menunjukkan

ada kenaikan kuantitas ummahat yang sebelumnya pada awal mulai

pembelajaran yaitu bulan Agustus 2018 untuk santri yang melampaui

target sebanyak 37 % menjadi 75 % di akhir masa pembelajaran di bulan

Maret 2019.23 104

Hal ini membuktikan bahwasannya pembelajaran Al-Qur’an untuk

ummahat di lembaga ini cukup berhasil dan ummahat mampu mengikuti

setiap tahapan pembelajaran dengan baik.

10423
Hasil wawancara dengan Ustadzah Nia, Rabu 8 Mei 2019, 08.59 WIB.
84

3. Kendala Dalam Pelaksanaan Buku panduan Ummi untuk

Ummahat

Adapun kendala yang menjadi tantangan untuk pengajar dalam

pelaksanaan tahsin ini adalah faktor usia yang menyebabkan daya tangkap

setiap orang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan perlunya pengulangan

berkali-kali bahkan adanya jam tambahan sendiri untuk beberapa orang.

Misalnya untuk pengucapan huruf, melatih orang dewasa dalam

mengucapkan huruf sesuai makhroj dan tempat keluarnya huruf

memerlukan waktu yang tidak sedikit, berbeda dengan lidah anak-anak

yang masih mudah untuk dilatih. Karena hal ini sangat berpengaruh pada

kualitas bacaan yang mereka miliki. Sebagaimana wawancara kepada

ustadzah Wiwin :24 105

“ melatih orang dewasa dalam mengucapkan huruf yang sesuai


dengan tempat keluarnya huruf itu gampang-gampang susah. Hal ini
disebabkan karena faktor usia dan juga logat yang mereka miliki dari
asal daerahnya yang berbeda-beda. Kalaupun hari ini dilatih bisa,
besok prakteknya masih lupa dan perlu untuk diulang-ulang lagi.
Tetapi hal ini tidak menjadi penghalang bagi kami selaku pengajar
untuk menyerah, kami tetap bersabar karena ketika mereka nanti bisa
membaca dengan baik adalah menjadi salah satu kepuasan tersendiri
untuk kami selaku pengajar.”

Hal serupa juga disampaikan oleh ustadzah Riris:25 106

“ Usia secara tidak langsung mempengaruhi lisan seseorang. Begitu


pula dalam pengucapan huruf maupun kalimat. Tetapi yang lebih
penting, kendala yang dialami salah satunya adalah ketersediaan alat
peraga pembelajaran. Dengan alat peraga pasti akan lebih
memudahkan ummahat dalam belajar, terutama dalam mengingat
huruf-huruf hijaiyah yang dapat ia lihat secara jelas. Selain itu, dari
segi tempat saya rasa sudah memadai, tetapi masih jadi satu dengan
pembatas tabir-tabir saja. Sehingga menyebabkan suara antar
10524
Wawancara dengan Ustadzah Wiwin, Rabu 1 Mei 2019, 09.00 WIB.
10625
Wawancara dengan Ustdazah Riris, Rabu 8 Mei 2019, 09.38 WIB.
85

kelompok saling bersaut-sautan dan menyebabkan sedikit


terganggunya konsentrasi ummahat.”

Dari wawancara diatas, kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

pembelajaran Al-Qur’an selama ini yang utama adalah belum tersedianya

alat peraga pembelajaran. Selama ini pembelajaran hanya mengandalkan

buku ummi dan penjelasan dari pengajarnya masing-masing.

C. ANALISA HASIL PENELITIAN

1. Penerapan tahsin Al-Qur’an ummahat di SD Islam Sari Bumi

dengan menggunakan buku panduan ummi

Penerapan tahsin Al-Qur’an dengan menggunakan buku panduan

ummi oleh ummahat SD Islam Sari Bumi terbagi menjadi kelas tahsin

dasar dan kelas tahsin Al-Qur’an. Kelas tahsin dasar terbagi menjadi 3

halaqah dengan menggunakan buku pegangan ummi dewasa. Di dalam

buku ummi dewasa tersebut terdapat 6 jilid ummi yang disederhanakan

menjadi satu buku. Dalam 3 halaqah tersebut terbagi atas kelas tahsin

dasar jilid 2,3 dan 4. Untuk kelas tahsin Al-Qur’an juga terbagi menjadi 3

halaqah yang terdiri dari kelas tahsin Al-Qur’an + ghorib dan kelas tahsin

Al-Qur’an + tajwid. Pada kelas tahsin Al-Qur’an mempelajari cara

membaca Al-Qur’an dengan memperhatikan setiap hukum maupun cara

membaca berdasarkan ghorib dan tajwid. Proses pembelajaran ini

berlangsung setiap pekan dua kali pada hari Rabu dan Kamis. Waktu

pembelajaran berlangsung selama 120 menit dalam setiap pertemuan. Hal

ini berbeda dengan waktu yang biasa ditetapkan dalam pembelajaran


86

ummi pada umumnya dikarenakan terbatasnya waktu pertemuan dalam

setiap pekannya serta siswa yang dihadapi juga berbeda, sehingga

memerlukan waktu dalam setiap pertemuan lebih panjang. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh ustadzah Riris pada hasil wawancara, bahwa

mengajar orang dewasa itu memerlukan kesabaran dan juga perlua

diulang-ulang. Dalam proses kegiatan tahsin ini berlaku juga 7 tahapan

pembelajaran ummi pada umumnya, yaitu :

1. Pembukaan

Pada bagian ini digunakan oleh guru untuk mengkondisikan siswa

agar siap belajar.26107Disini ummahat duduk disebuah kursi-kusi yang

mengelilingi satu meja besar yang kurang lebih panjangnya 2 meter,

mereka semua duduk dengan tertib dan penuh dengan kekhusyu’an.

Pembelajaran ini dimulai dengan salam dan do’a pembuka belajar.

Sebagaimana obsevasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas tahsin

dasar yang diajar oleh ustadzah Wiwin, dapat diketahui bahwasannya

pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam kemudian dilanjutkan

dengan menanyakan kabar. Selanjutnya membaca do’a pembuka secara

bersama-sama. Pengajar juga memberikan motivasi-motivasi yang

membangun untuk ummahat agar tetap semangat dalam belajar dan

menuntut ilmu.

2. Apersepsi

10726
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Buku panduan Ummi, (Surabaya :
Lembaga Ummi Foundation, 2017), 10.
87

Apersepsi adalah mentafsirkan buah pikiran, jadi menyatukan dan

mengasimilasi suatu pengamatan berdasarkan pengalaman yang telah

dimiliki dan dengan memahami dan dapat menafsirkannya, di dalam

pembelajaran ummi apersepsi adalah mengulang kembali materi yang

sudah diajarkan.27 108


Serta mengaitkan dengan materi baru yang akan

diajarkan pada hari ini.28109

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, dapat

dilihat bahwasannya yang pertama dilakukan oleh pengajar pada tahapan

ini adalah pengajar memberikan instruksi untuk membuka halaman materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Kemudian pengajar mengajak semua

ummahat untuk membaca kembali materi yang telah dipelajari tersebut

secara bersama-sama. Agar pembelajaran tidak membosankan, guru perlu

membuat suatu cara agar pembelajaran bisa bervariasi dan menyenangkan.

Pada proses apersepsi ini, guru membagai halaqahnya menjadi dua

kelompok untuk membaca materi tersebut secara bergantian pada setiap

kelompoknya, dan setelah itu guru menunjuk beberapa siswa untuk

membaca secara individu. Setelah itu, pengajar memberikan instruksi

untuk membuka materi baru pada halaman sebelumnya, dan mengaitkan

materi sebelumnya dengan materi yang baru tersebut.

3. Penanaman Konsep

10827
Fariz Pangestu, “Pengaruh Pemberian Apersepsi Terhadap Kesiapan Belajar Siswa Pada
Pelajaran Akuntansi Kelas XI SMA Islamiyah Pontianak”, (Artikel Penelitian, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura, 2018), 3.
10928
Tim Ummi Foundation, Modul Sertifikasi, 10.
88

Berisi penjelasan materi atau pokok bahasan yang akan dipelajari

oleh siswa hari ini.29110

Berdasarkan hasil penelitian, dalam penanaman konsep guru tidak

secara langsung membacakan pokok bahasan/ materi baru yang akan

dipelajari. Disini guru memberikan kesempatan kepada ummahat untuk

membaca sendiri terlebih dahulu pokok bahasan yang akan dipelajari. Hal

ini dilakukan untuk mengingatkan dan mengaitkan pokok bahasan yang

pernah dipelajari dengan pokok bahasan baru yang aan dipelajari. Setelah

ummahat bisa membaca pokok bahasan yang ada, guru mulai menjelaskan

maksud dari pokok bahasan tersebut. Setelah selesai menjelaskan pokok

bahasan, guru mengajak semua ummahat untuk membaca halaman latihan

bersama-sama secara acak.

4. Pemahaman Konsep

Setelah penanaman konsep, guru melatih anak untuk membaca

contoh-contoh yang tertulis dibawah pokok bahasan. Hal ini dilakukan

agar anak paham dengan konsep yang telah diajarkan.30111

Ketika ummahat sudah mulai mengerti pokok bahasan, guru

mengajak untuk membaca halaman latihan yang ada dibawah pokok

bahasan secara klasikal.

5. Ketrampilan

11029
Ibid.
11130
Ibid.
89

Membaca contoh atau latihan pada halaman pokok bahasan dengan

cara diulang-ulang, untuk melancarkan bacaan anak.31112

Ketrampilan dalam buku panduan ini ditujukan agar anak bisa

semakin faham dan mengerti cara membaca halaman pada pokok bahasan

baru. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas ustadzah

Anna, guru mengajak ummahat untuk membaca secara bergantian halaman

latihan sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi. Ketika satu kelompok

membaca, kelompok yang lain menyimak dan begitu sebaliknya. Setelah

itu, guru meminta satu persatu ummahat untuk membaca halaman latihan

secara acak. Hal ini dimaksudkan agar kemampuan ummahat dalam

memahami pokok bahasan baru bisa semakin dioptimalkan dengan

semakin banyak membaca dan diulang-ulang.

6. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses pengamatan dan penilaian kemampuan

serta kualitas bacaan anak satu persatu.32113Tahapan ini dilakukan dengan

menulis hasil evaluasi di buku prestasi.

Berdasarkan pengamatan di kelas ustadzah musfiroh, dapat

disimpulkan bahwasannya tahap evaluasi ini dilakukan dengan cara

klasikal baca simak, karena dalam satu kelompok sama jilidnya tetapi

berbeda

halaman. Ketika ada satu ummahat yang membaca, yang lainnya bertugas

untuk menyimak dan mengingatkan ketika ada kesalahan. Hal ini

11231
Ibid.
11332
Ibid.
90

dilakukan satu persatu sampai semuanya membaca. Setelah selesai

membaca, guru menilai bacaan ummahat pada buku prestasi dengan

mencantumkan nilai serta kesalahan-kesalahan yang telah terjadi ketika

membaca Al-Qur’an serta bisa atau tidaknya naik ke halaman selanjutnya.

7. Penutup

Dalam proses ini dilakukan dengan memberi penjelasan

kesimpulan yang lebih memahamkan peserta didik terkait materi yang

diajarkan.33 114Guru mengkondisikan siswa untuk tetap tenang. Dilanjutkan

dengan membaca do’a dan salam penutup.34115Berdasarkan pada hasil

observasi dapat diketahui bahwasannya pada proses penutupan

pembelajaran, guru memberikan pesan-pesan ataupun PR membaca

dirumah serta motivasi. Ummahat duduk tenang dan guru memimpin

untuk membaca do’a kafaratul majelis secara bersama-sama dan diakhiri

dengan salam.

Pada tahapan evaluasi terdapat tiga jenis evaluasi yaitu, evaluasi

harian, evaluasi kenaikan jilid dan evaluasi akhir pembelajaran

(munaqasyah).

2. Keberhasilan pembelajaran Al-Qur’an pada ummahat dengan

menggunakan buku panduan ummi

11433
Prasetyaningtyas, Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Penerapan Manajemen
Kelas Beginning Of Effective Teaching Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (Jurnal
Refleksi Edukatika, Vol. 8 No. 2, Juni 2018), 203.
11534
Ibid.
91

Dari hasil observasi di lapangan serta wawancara kepada kepala

sekolah, komite, pengajar, maupun ummahat wali santri, dapat diketahui

bahwasannya pelaksanaan pembelajaran tahsin Al-Qur’an dengan buku

panduan ummi untuk ummahat di lembaga ini mengalami peningkatan,

sebagaimana diungkapkan oleh perwakilan pengurus komite serta ustadzah

pengajar Al-Qur’an bahwasannya terdapat peningkatan pada ummahat

selama menggunakan ummi.

Peningkatan tersebut dapat dilihat dari bacaan Al-Qur’an ummahat dari

awal masuk sampai saat ini yang semakin lebih baik dari fashohah, tartil,

ghorib dan tajwid sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah Anna.

selain itu juga diungkapkan oleh salah seorang ummahat yang mengaku

bahwasannya bacaan yang dimilikinya sekarang jauh lebih baik dari

sebelum beliau mengikuti tahsin disini. Beliau mengaku bahwasannya

sekarang sudah bisa membedakan bacaan-bacaan yang ada di ghorib, serta

mampu menguraikan tajwid sendiri.

Selain dari observasi dan wawancara, peneliti juga melihat dari buku

prestasi, hasil tes serta laporan bulanan pada awal pembelajaran sampai

bulan terakhir pembelajaran yang menunjukkan ada kenaikan kuantitas

ummahat yang sudah mencapai maupun melampaui target. Dengan ini

dapat dibuktikan bahwasannya proses tahsin dengan menggunakan buku

panduan ummi mengalami peningkatan baik dari segi kualitas maupun

kuantitas.
92

3. Kendala Dalam Pelaksanaan Buku panduan Ummi untuk

Ummahat

Dari data yang didapatkan dari hasil penelitian dilapangan, peneliti

menemukan ada ketidaksamaan antara teori dan praktik dalam penerapan

pembelajaran tahsin Al-Qur’an yaitu, alat peraga merupakan ruh dalam

pembelajaran ummi. Disini dapat dikatakan bahwasannya peraga

mempunyai peran yang sangat penting untuk mencapai berhasilnya suatu

kegiatan pembelajaran. Tetapi disini yang peneliti lihat, bahwasannya

penerapan pembelajaran tahsin di lembaga ini belum menggunakan alat

peraga ummi. Sehingga ustadzah pun merasa sedikit kesulitan dalam

melakukan penanaman konsep. Begitupun dengan ummahat yang

merasakan sedikit kesulitan ketika ustadzah hanya menjelaskan dengan

menggunakan buku pegangan ummi, sehingga proses penanaman konsep

pun membutuhkan waktu yang sedikit lama.

Dalam sebuah program kegiatan pasti tidak lepas dari adanya

kekurangan-kekurangan. Dari kekurangan yang ada ini akan membuat

suatu lembaga bangkit untuk menjadi lebih baik dengan selau mengadakan

perbaikan-perbaikan dalam segala sudut yang berpengaruh pada program

ini. Kendala-kendala yang dialami tersebut akan menjadi salah satu

pijakan bagi lembaga untuk bisa melakukan perbaikan yang lebih baik

lagi.
93

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan rumusan masalah penelitian diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan tahsin Al-Qur’an metode ummi pada ummahat di SD Islam

Sari Bumi dilaksanakan 2 kali pada setiap pekan, yaitu hari Selasa dan

Rabu. Pada setiap tatap muka berlangsung selama 120 menit.

Kegiatan pembelajaran ini terbagi menjadi 6 kelompok dimana ada 3

kelompok tahsin dasar atau kelas jilid, dan 3 kelompok tahsin Al-

Qur’an yang berisi pembelajaran Al-Qur’an, gharib, dan tajwid.

Sebagaimana pembelajaran Al-Qur’an metode ummi pada umumnya,

proses pembelajaran Al-Qur’an pada ummahat di lembaga ini juga

terdiri dari 7 tahapan pembelajaran, yaitu pembukaan, appersepsi,

penanaman konsep, pemahaman konsep, ketrampilan, evaluasi,

penutup.

2. Keberhasilan pembelajaran tahsin Al-Qur’an metode ummi pada

ummahat di SD Islam Sari Bumi dapat dikatakan cukup berhasil.

Pembelajaran Al-Qur’an untuk ummahat di lembaga ini mengalami

kenaikan kualitas bacaan yang signifikan dari pertama mereka masuk

sampai pada akhirnya dapat dinyatakan lulus dalam ujian.


94

Sebagaimana yang diungkapkan oleh ustadzah pengajar, dan

penelitian di lapangan di kelas tahsin dasar dan kelas tahsin Al-Qur’an

dapat diketahui perbedaan bacaannya dari fashohah, tartil, tajwid,

gharib maupun kelancarannya yang semakin baik dan mengalami

peningkatan ketika sudah naik tingkat di kelas Al-Qur’an.

3. Kendala dari pelaksanaan pembelajaran tahsin Al-Qur’an metode

ummi pada ummahat di SD Islam Sari Bumi adalah terpenuhinya

sarana dan prasarana pembelajaran, diantaranya yang paling utama

adalah alat peraga pembelajaran. Selain itu, faktor usia yang dimiliki

oleh para ummahat yang menyebabkan daya tangkap setiap orang

berbeda-beda. Hal ini menyebabkan perlunya pengulangan berkali-

kali bahkan adanya jam tambahan sendiri untuk beberapa orang.

B. SARAN

1. Bagi para ummahat diharapkan agar tetap selalu semangat untuk

mempelajari Al-Qur’an, meskipun terkadang timbul kejenuhan dalam

diri karena menganggap sulit dan bosan karena lama waktu belajar.

Allah pasti akan memudahkan setiap usaha hambanya yang

bersungguh sungguh dalam memperjuangkan agamanya.

2. Untuk ustadz dan ustadzah pengajar Al-Qur’an diharapkan untuk

selalu bersabar dalam mengajar dan selalu berusaha untuk

memunculkan ide-ide ataupun cara pembelajran yang mudah dan

menyenangkan untuk diikuti oleh orang dewasa.


95

3. Untuk Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi untuk senantiasa

menyediakan fasilitas guna mendukung lancarnya kegiatan

pembelajaran Al-Qur’an yang lebih baik lagi kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Farabi, Mohammad. Pendidikan Orang Dewasa dalam Al-Qur’an, Jakarta:


Kencana, 2018.

Al-Qaradhawi, Yusuf. Bagaimana Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, Jakarta:


Pustaka Al-Kautsar, 2000.

Aman Ma’mun, Muhammad. Kajian Pembelajaran Baca tulis Al-Qur’an, Jurnal


Pendidikan Islam, Vol. 4 No. 1, Maret, 2018.

Budiwan, Jauhan Budiwan. Pendidikan Orang Dewasa:Andragogy, Qalamuna,


Vol. 10, No. 2, Juli-Desember 2018.

Departemen Agama republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta:


Al-Hidayah Surabaya, 2002.

Gunadi, R.Andi Ahmad. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Konsep Diri


Terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Ilmu Pendidikan, Jurnal Ilmiah
WIDYA, Vol. 2 No. 3, Agustus-Oktober, 2014.

Gusman. Analisis Faktor Penyebab Kurangnya Kemampuan Siswa Dalam Baca


Tulis Al-Qur’an di MTsN Kedurang Bengkulu Selatan, Al-Bahtsu:
Vol. 2 No. 2, Desember 2017.

Hermawan, Asep. Konsep Belajar dan Pembelajaran Menurut Al-Ghazali, Jurnal


Qathruna, Vo.1 No.1, Periode Januari-Juni, 2014.
96

Jatarahayu,Warih.Guru Berkualitas Kunci Mutu Pendidikan,


https://journal.uny.ac.id, diakses tanggal 7 Agustus 2019.

Kafabih, Muhammad Habibi. Penerapan Metode Ummi Dalam Pembelajaran Al-


Qur’an pada Orang Dewasa di Lembaga Qur’an Training Centre
Malang, Malang: UIN Malang, 2014.
Kho,Budi. Pengertian Quality Qontrol dan Quality Assurance,
https://ilmumanajemenindustri.com, diakses tanggal 7 Agustus 2019.

Lembaga Pendidikan Islam Sari Bumi. Visi dan Misi SD Islam Sari Bumi,
www.groupsaribumi.com diakses 2019.

Maslahah, Siti. Al-Qur’an Mengagungkan Ibu Dengan Kata Ummahat, Apa


Alasannya?, https://kabarjombang.com, 2015.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Dewasa, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,


2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Gharib, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,


2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 1, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,


2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 2, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,


2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 3, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,


2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 4, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,


2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 5, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,


2017.
97

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Jilid 6, Surabaya: Lembaga Ummi Foundation,


2017.

Masruri dan A.Yusuf. Ummi Tajwid Dasar, Surabaya: Lembaga Ummi


Foundation, 2017.

Musfiqon. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Prestasi


Pustaka Publisher, 2012.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, Bandung:


Remaja Rosda Karya, 2005.

Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1992.

Pangestu, Fariz. Pengaruh Pemberian Apersepsi Terhadap Kesiapan Belajar


Siswa Pada Pelajaran Akuntansi Kelas XI SMA Islamiyah Pontianak,
Artikel Penelitian, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura, 2018.

Prasetyaningtyas. Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Melalui Penerapan


Manajemen Kelas Beginning Of Effective Teaching Mata Kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan, Jurnal Refleksi Edukatika, Vol. 8, No.
2, Juni 2018.

Saebani, Beni Ahmad.Sosiologi Perkotaan: Memahami Masyarakat Kota dan


Problematikanya, Bandung: CV Pustaka Setia,2015.

Setiawan, Dedi Indra. Pelaksanaan Kegiatan Tahsin Al-Qur’an Dalam


Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa di
Ma’had Sunan Ampel Al-Aly Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang, Malang: UIN Malang, 2015.

Shihab, Quraish. Wawasan AL-Qur’an, Bandung: Mizan Media Utama, 2005.

Sriyati. Peningkatan Kreativitas Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran


Learning By Doing Pada Siswa Kelas V SDN 06 Tawangmangu,
98

Jurnal Publikasi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesditas


Muhammadiyah Surakarta, 2013.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D), Bandung: CV. Alfabeta, 2010.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kulitatif dan Tindakan,


Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Sunhaji. Konsep Pendidikan Orang Dewasa, Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No.1,


Nopember, 2013.

Suryani,Yulinda Erma. Pemetaan Kualitas Empirik Soal Ujian Akhir Semester


Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA di Kabupaten Klaten,
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol. 21, No. 2, Desember
2017.

Tim Ummi Foundation. Modul Sertifikasi Guru Al-Qur’an Metode Ummi,


Surabaya: Lembaga Ummi Foundation, 2017.

Wijayanti, Lusi Kurnia Wijayanti. Penerapan Metode Ummi Dalam


Pembelajaran Al-Qur’an Orang Dewasa untuk Meningkatkan
Kemampuan Membaca Al-Qur’an di Lembaga Majlis Qur’an (MQ)
Madiun, Malang: UIN Malang, 2016.

Zainuddin. Implementasi Andragogi di Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Hikam


Malang, Jurnal Qolamuna, Vol. 2, No. 1, Juli, 2016.
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120

Anda mungkin juga menyukai