Anda di halaman 1dari 31

STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN MEMBACA

AL QURAN PADA SISWA DI SDN 4 PAKIS KRADENAN GROBOGAN


TAHUN PELAJARAN 2020/2021

PROPOSAL
Ditulis sebagai Syarat Penelitian dan Penulisan Skripsi Pada
Program Studi Pendidikan Agama Islam

OLEH : DWI RAHAYU


NIM : 11910157
NIRM :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN SEMARANG
TAHUN 2020
A. Judul
STRATEGI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN
MEMBACA AL QURAN PADA SISWA DI SDN 4 PAKIS KRADENAN
GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2020/2021

B. Latar Belakang Masalah


Al-Quran adalah wahyu Allah yang di turunkan melalui malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad Saw. Beliau telah terbukti menjadi pelita agung
dalam memimpin manusia mengarungi pelajaran hidupnya. Melalui beliaulah
kitab al-Qur’an bisa di pelajari manusia bisa dibaca dan diamalkan. Tanpa
membaca, manusia tidak akan mengerti akan isinya dan tanpa
mengamalkannya manusia tidak akan dapat merasakan kebaikan dan
keutamaan petunjuk Allah dalam al-Qur’an. Di era globalisasi ini, banyak
sekali pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat dikarenakan para generasi
kita masih banyak yang belum mampu membaca al-Qur’an secara baik apalagi
memahaminya. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus mengusahakan sedini
mungkin untuk mendidik dan membiasakan anak-anaknya membaca al-
Qur’an.
Dalam kehidupan kaum muslimin tidak akan terlepas dari al-Qur’an
karena al-Qur’an yang sangat lengkap dan sempurna isinya itu diyakini
sebagai petunjuk yang sekaligus menjadi pedoman hidup dalam urusan
duniawi dan ukhrawi, sehingga tidaklah mengherankan jika kaum muslimin
selalu kembali kepada al-Qur’an setiap menghadapi permasalahan kehidupan.
Di samping itu al-Qur’an juga berfungsi sebagai sumber ajaran Islam, serta
sebagai dasar petunjuk di dalam berfikir, berbuat dan beramal sebagai kholifah
di muka bumi. Untuk dapat memahami fungsi al-Qur’an tersebut, maka setiap
manusia yang beriman harus berusaha belajar, mengenal, membaca dengan
fasih dan benar sesuai dengan aturan membaca (ilmu tajwidnya), makharijul
huruf, dan mempelajari baik yang tersurat maupun yang terkandung di
dalamnya (tersirat), menghayatinya serta mengamalkan isi kandungan al-
Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

1
Sebagaimana janji Allah dalam al-Qur’an surat Al-Qamar pada ayat 22
yang berbunyi:

‫لذ ْك ِر َف َه ْل ِمن ُّم َّدكِ ٍر‬


ِّ ِ‫س ْرنَا ٱلْ ُق ْر َءا َن ل‬
َّ َ‫َولََق ْد ي‬
Artinnya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk
pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran”.1

Ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa wajib hukumnya bagi setiap
muslim yang beriman kepada Allah dan Kitab-kitabnya. Namun demikian,
dewasa ini banyak sekali di tengah masyarakat generasi muda Islam yang
belum mampu atau bahkan ada yang sama sekali tidak dapat membaca al-
Qur’an padahal bacaan al-Qur’an termasuk juga bacaan dalam sholat.
Pemandangan lain yang cukup memprihatinkan adalah akhir-akhir ini
dirasakan kecintaan membaca al-Qur’an di kalangan umat Islam sendiri agak
semakin menurun. Bahkan sebagian umat Islam kurang membaca al-Qur’an di
rumah-rumah orang Islam, padahal mereka tahu membaca al-Qur’an
merupakan ibadah yang bernilai pahala dari Allah SWT. Jika umat Islam
sudah merasa tidak penting untuk membaca al-Qur’an, maka siapakah yang
akan mau membaca al-Qur’an kalau bukan orang Islam itu sendiri. Dapat
diketahui bahwa setiap muslim mempunyai tanggung jawab dan berkewajiban
untuk mengajarkan dan mengamalkan al-Qur’an sebagai petunjuk dan
pedoman hidup seluruh umat manusia yang ada di dunia ini. Apalagi dalam
menghadapi tantangan zaman di abad modern dengan perkembangan
dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seperti
sekarang ini.
Masyarakat muslim, secara khusus orang tua, ulama terutama guru di
sekolah perlu khawatir dan prihatin terhadap anak-anak sebagai generasi
penerus terhadap maju dan pesatnya IPTEK yang berdampak pada terjadinya
pergeseran budaya hingga berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan
pembelajaran al-Qur’an, manusia di zaman ini cenderung lebih menekankan
ilmu umum yang condong pada kepentingan dunia dan melupakan ilmu
keagamaan sebagai tujuan di akhirat kelak. Ketidakpedulian manusia dalam
1
Al-Quran Terjemah, Kementrian Agama RI, hal. 529

2
belajar al-Qur’an akan mengakibatkan terjadinya peningkatan buta huruf al-
Qur’an yang pada akhirnya al-Qur’an yang merupakan Kalamullah tidak lagi
di baca ataupun dipahami apalagi diamalkan.
Membaca al-Qur’an dengan fasih dan benar, mengerti akan kandungan
ayat yang dibacanya apalagi mau mengamalkannya, niscaya dilagukan dengan
suara yang merdu, sebab itu termasuk Sunnah Rasul. Sabda Nabi Saw:

‫ َز ِّينُ وا الْ ُق ْرآ َن‬:‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ‫َع ِن الْبر ِاء ر‬
َ َ‫ ق‬،ُ‫ض َي اللَّهُ َع ْنه‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ ََ
‫ْح َس َن يَ ِزي ُد الْ ُق ْرآ َن ُح ْسنًا‬
َ ‫ت ال‬ َّ ‫ فَِإ َّن‬،‫َص َواتِ ُك ْم‬
َ ‫الص ْو‬ ْ ‫بِأ‬
Artinya: “Dari Al-Barra bin ‘Azib, Rasulullah SAW bersabda: “Hiasilah
Alquran dengan suaramu (yang merdu), karena sesungguhnya
suara yang indah (merdu) itu dapat menambah Alquran
semakin indah.” (HR Abu Dawud No. 1648, Al-Nasa-i No.
1015, dan Al-Darimi No. 3501)2

Berdasarkan keterangan hadits tersebut dapat dimengerti bahwa membaca


al-Qur’an dengan suara merdu akan mendapat tambahan pahala dari Allah.
Suara merdu tidak hanya dipakai untuk menyanyikan lagu saja, melainkan
sebaiknya digunakan untuk membaca al-Qur’an dan juga mengetahui isi
kandungannya. Nilai-nilai agama telah mulai luntur dan ditinggalkan sama
sekali. Budaya membaca al-Qur’an di rumah-rumah setelah sholat fardhu
sudah jarang didengarkan. Membaca al-Qur’an telah digantikan dengan
bacaan- bacaan atau media-media informasi lain seperti: koran atau surat
kabar, majalah, televisi dll. Lebih parah lagi menurunnya kemampuan orang-
orang muslim dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
Dalam proses pendidikan upaya atau usaha guru sangatlah penting demi
kelangsungan proses belajar mengajar yang baik. Dalam pengertian upaya
atau usaha mempunyai arti yang sama yaitu ikhtiar untuk mencapai sesuatu
yang hendak di capai. Sedangkan pengertian guru itu sendiri adalah pendidik
profesional, karena ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul

2
Muslim, Abu Husain Ibnu, Al-Qur’an Hajjaj Ibnu Muslim Al-Qur’an Qusyairi, Jilid I,
Shahih Muslim, hlm. 987.

3
sebagian tanggungjawab pendidikan yang sebenarnya menjadi tanggungjawab
orang tua.
Pada saat ini tidaklah asing lagi apabila mendengar para pendidik yang
menyatakan keluhan-keluhan tentang pengajaran materi PAI dalam hal
membaca al-Qur’an khususnya di sekolah. Salah satu sekolah tersebut adalah
SD Negeri 4 Pakis Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan, hal itu
disebabkan banyak faktor yaitu:
1. Dari segi pemahaman materi berbeda antara siswa yang satu dan
lainnya.
2. Tidak semua siswa lancar dalam membaca dan menulis ayat-ayat Al-
Qur’an.
3. Siswa menganggap mata pelajaran PAI adalah momok yang paling
menyulitkan untuk dipelajari atau untuk menerimanya. Dan tidak semua
siswa menyukai mata pelajaran PAI khususnya membaca al-Qur’an
serta kurang sebuah motivasi belajar siswa.
Persoalan yang sekarang terjadi adalah di SD Negeri 4 Pakis, di sekolah
tersebut merupakan sebuah lembaga yang menargetkan pada tiap siswanya
untuk bisa membaca al-Qur’an dan menjadi mata pelajaran yang wajib
ditempuh oleh siswa SD Negeri 4 Pakis. Dalam perjalanannya ternyata
pembelajaran membaca al-Qur’an menghadapi permasalahan yang tidak
sedikit. Di antara permasalahan yang dihadapi adalah jumlah jam pelajaran
(alokasi waktu), guru, dan metode pembelajaran membaca al-Qur’an yang
terbatas. Mengenai input siswa yang beragam tersebut, bahwasanya ada siswa
yang sudah lancar dalam membaca al-Qur’an, ada yang belum lancar, dan ada
yang buta terhadap huruf al-Qur’an. Heterogenitas siswa ini menjadi
masalah ketika mereka berkumpul dalam satu kelas.
Masalah lain yang dihadapi guru PAI adalah bagaimana menentukan
metode dan pendekatan yang tepat sehingga para siswa mampu meraih target
yang dicanangkan pihak kurikulum. Padahal Pendidikan Agama Islam pada
sekolah Umum dilihat dari segi alokasi jam pelajaran setiap mingggunya
hanya mendapatkan porsi 2 jam pelajaran. Di antara hal yang kurang

4
memuaskan adalah masih banyak ditemui kesalahan siswa dalam membaca al-
Qur’an, misalnya ada beberapa siswa yang masih kurang lancar tajwidnya
seperti terbata-bata dalam membaca ayat al-Qur’an, belum mampu
mempraktikkan bacaan mad dengan benar yaitu terkadang bacaan mad tidak
dibaca panjang dan yang seharusnya pendek malah dibaca panjang. Siswa juga
masih banyak melakukan kesalahan dalam membaca hukum bacaan yang
dibaca dengung dan yang tidak dibaca dengung.
Dalam membaca makharijul hurufnya siswa masih belum bisa

membedakan antara ,‫ س‬- ‫ ث‬dan ‫ ذ‬- ‫د‬, di samping itu juga mereka

masih belum bisa melagukan dan melantunkan ayat-ayat al-Qur’an dengan


benar dan menarik. Sedangkan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada
kelas IV di SD Negeri 4 Pakis Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan
berusaha memperbaiki kesulitan siswa dalam membaca al- Qur’an. Hal inilah
yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang berjudul
“METODE UMMI GURU PAI DALAM MENGATASI KESULITAN
MEMBACA AL QURAN PADA SISWA DI SDN 4 PAKIS KRADENAN
GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2020/2021.”

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan rangkaian latar belakang di atas, peneliti menarik beberapa
masalah yaitu:
1. Bagaimana kemampuan dan kesulitan membaca al-Qur’an siswa kelas IV
di SD Negeri 4 Pakis Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan?
2. Bagaimana upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan belajar membaca al-
Qur’an pada siswa kelas IV di SD Negeri 4 Pakis Kecamatan Kradenan
Kabupaten Grobogan?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat upaya guru PAI dalam mengatasi
kesulitan belajar membaca al-Quran pada siswa kelas IV di SD Negeri 4
Pakis Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan?

D. Tujuan Penelitian

5
Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti buat di atas, peneliti
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan dan kesulitan membaca al-Qur’an
siswa kelas IV di SD Negeri 4 Pakis Kecamatan Kradenan Kabupaten
Grobogan tahun pelajaran 2020/2021.
2. Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca al-
Qur’an pada siswa kelas IV di SD Negeri 4 Pakis Kecamatan Kradenan
Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2020/2021.
3. Apa faktor pendukung dan penghambat upaya guru PAI dalam mengatasi
kesulitan belajar membaca al-Quran pada siswa kelas IV di SD Negeri 4
Pakis Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan tahun pelajaran
2020/2021.

E. Kajian Pustaka, Kajian Teori dan Kerangka Teori


1. Kajian Pustaka
Sebelum mengadakan penelitian penulis berusaha menelusuri dan
menelaah berbagai hasil kajian antara lain:
a) Zawawie, Mukhlishoh. 2011. Pedoman Membaca, Mendengar dan
Mengahafal Al-Qur’an. Solo: Tinta Medina.3
Buku ini berisikan mengenai kajian tentang keterkaitan antara
kemampuan teoritik dan praktik pembelajaran serta teori dan aplikasi
metode pembelajaran.
b) Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan edisi
2, Bumi aksara, Jakarta, 2012.4
Buku ini secara umum membahas tentang; pengertian, subyek dan
sasaran, dan prinsip dan alat evaluasi.

Zawawie, Mukhlishoh. 2011. Pedoman Membaca, Mendengar dan Mengahafal Al-


3

Qur’an. Solo: Tinta Medina.


Prof. Dr. Suharsimi Arikunto.2021. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan edisi 2. Jakarta:
4

Bumi Aksara.

6
c) Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan
praktik, Yogyakarta, 2010.5
Buku ini secara umum membahas tentang penjelasan penelitian
kualitatif dan kuantitatif serta meode-metode dalam melakukan
penelitian.

2. Kajian Teori
a. Pengertian Pembelajara
Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang
hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran,
walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Secara psikologis
pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku secara menyeluruh, sebagai
hasil dari interaksi individu itu dengan lingkungannya.6
Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan nilai
yang baru. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk
mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi
kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar
belakang ekonominya, dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk
mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal
utama penyampaian bahan belajar dan menjadi indikator suksesnya
pelaksanaan pembelajaran.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah usaha sadar
dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan

5
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto.2010. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik.
Yogyakarta: Bumi Aksara.
6
Mohamamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi dari Guru untuk Guru,
(Bandung: Alfabeta,2013), hlm. 111.

7
tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu
dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu
yang relatif lama dan karena adanya usaha.

b. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Ini berarti
metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung
pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena suatu
strategi pembelajaran hanya mungkin dapat di implementasikan
melalui penggunaan metode pembelajaran.
Metode merupakan sebuah cara, yaitu cara kerja untuk memahami
persoalan yang akan di kaji. Menurut Peter R. Senn yang dikutip
Mujamil Qomar bahwa metode merupakan suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis. 7
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan, yang dimaksud
dengan pembelajaran adalah suatu aktivitas atau proses yang
mengarahkan siswa melakukan proses belajar, dengan melibatkan unsur-
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan metode pembelajaran adalah cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Ini berarti metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah
ditetapkan. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran, karena
suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat di implementasikan
melalui penggunaan metode pembelajaran.

7
Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Erlangga, 2005), hlm. 2.

8
c. Kedudukan Metode Pembelajaran
Dikalangan masyarakat masih terdapat anggapan bahwa untuk
menjadi guru tidak perlu mempelajari metode pengajaran, karena
kegiatan mengajar bersifat praktis dan alami, siapapun asal mempunyai
keberanian berdiri di depan siswa dan mempunyai bekal pengetahauan,
dapat mengajar dikelas.
Anggapan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena sekecil apapun
suatu pekerjaan jika dilakukan dengan asal-asalan dan tidak di imbangi
dengan strategi yang dan cara yang baik, maka dipastikan pekerjaan
tersebut tidak bisa menghasilkan sesuatu yang maksimal. Terlebih dalam
hal pendidikan. Dalam tataran inilah, diketahui bahwa keberadaan
metode pengajaran jauh memberikan kemudahan bagi guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar. 8 Kegiatan belajar
mengajar yang interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu
proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar
berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah,
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen
yang ikut ambil bagian dari keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik Sebagai salah satu komponen
pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya
dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satu
pun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode
pengajaran. Ini berarti guru memehami benar kedudukan metode
sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.

d. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Qur’an

8
Ahmad munjin dan Lilik, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,
(Bandung: Refika Aditama, 2013), hlm. 30.

9
Kemampuan adalah kesanggupan untuk mengingat, artinya dengan
adanya kemampuan untuk mengingat pada siswa berarti ada suatu
indikasi bahwa siswa tersebut mampu untuk menyimpan dan
menimbulkan kembali dari sesuatu yang diamatinya.9
Membaca merupakan salah satu dari kemampuan (penguasaan)
bahasa seseorang. Kemampuan lainnya dalam membaca yaitu
kemampuan menyimak (mendengarkan), berbicara, dan menulis.
Kemampuan mendengarkan dan berbicara dikelompokkan kepada
komunikasi lisan sedang kemampuan membaca dan menulis termasuk
dalam komunikasi tulisan.10 Sedangan Kemampuan memiliki unsur
yaitu skill (keterampilan). keterampilan merupakan salah satu unsur
kemampuan yang dapat dipelajari pada unsur penerapannya. Suatu
keterampilan merupakan keahlian yang bermanfaat untuk jangka
panjang.11
Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara
mempelajarinya di sekolah sebagai pendidikan formal walaupun
faktor- faktor pendukung khususnya kemampuan membaca al-Qur’an
berawal dari pendidikan non formal maupun informal. Keterampilan
membaca ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta
berperan penting bagi perkembangan pengetahuan, dan sebagai alat
komunikasi bagi kehidupan manusia.
Seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan serta
pengalaman-pengalaman baru dengan cara membaca. Semua yang
diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut
mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya,
dan memperluas wawasannya. Dalam hal ini penulis berpendapat
9
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta 1998.), hlm. 70.
10
MaidirHharun dan Munawiroh, Kemampuan Baca Tulis Al-quran siswa SMA, ( Jakarta
timur: puslitbang lektur keagamaan badan litbang dan diklat Departemen Agama RI. 2007),
hlm. 11.
11
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta, Prismasophie, 2004),
hlm. 144.

10
sumber bacaan terdahsyat adalah al-Qur’an. Dalam membaca al-
Qur’an melafalkan apa yang tertulis adalah termasuk melafalkan huruf
hijaiyah, melafalkan al-Qur’an berdasarkan kaidah tajwid, dan semua
yang berkaitan dengan membaca al-Qur’an. Membaca al-Qur’an dalam
arti luas bukan hanya melisankan huruf, akan tetapi mengerti apa
yang di ucapkan, diresapi isinya serta mengamalkannya. Secara
keseluruhan yang dimaksud dengan kemampuan membaca al- Qur’an
yaitu kecakapan atau kemampuan melafalkan apa yang tertulis dalam
al-Qur’an serta memahami isi yang terkandung didalamnya. Dan
berdasarkan kaidah tajwid dengan baik dan benar.
Dengan demikian membaca al-Qur’an bisa dikategorikan Tuntas
jika pencapaian taraf penguasaan minimal ditetapkan untuk setiap unit
bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok, dengan
kata lain apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya. 12 Jadi
dapat disimpulkan, Tuntas membaca al-Qur’an adalah suatu kegiatan
yang dilaksanakan dengan melibatkan siswa, guru, serta materi
pembelajaran berisi materi membaca al-Qur’an dapat berjalan dengan
lancar dan mampu diserap oleh peserta didik dengan baik.

e. Macam-Macam Metode Pembelajaran Al Qur’an


a. Metode Al-Baghdadi13
Buku metode Al-Baghdady ini hanya terdiri dari satu jilid
dan biasa dikenal dengan sebutan Al-Qur’an kecil atau turutan.
Cara mengajarkan metode ini dengan bimbingan guru, yaitu guru
mencontohkan, murid mengikuti kemudian murid membaca guru
menyimak dan terakhir pemantapan materi dengan membaca
bersama-sama guru dan murid.
b. Metode Iqra14

12
Moh. User Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT
Remaja Rodakarya,1993), hlm. 96.
13
Muzammil MF, Qooidah Baghdadiyah, ( Jakarta : Markas Quran ; 2004 ), hlm. Xxi.

11
Metode pengajaran ini pertama kali disusun oleh H. As’ad
Human, di Yogyakarta. Prinsip-prinsip dasar metode Iqra’ terdiri
dari lima tingkatan pengenalan yaitu:
1) Tariqat Asshauiyah (penguasaan atau pengenalan bunyi).
2) Tariqat Adtadrij (pengenalan dari yang mudah ke yang sulit)
3) Tariqat Biriyadhotil Atfal (pengenalan melalui latihan-latihan
dimana lebih menekankan pada anak didik untuk aktif)
4) Attawasuk Fi Maqosid La Fil Alat adalah pengajaran yang
berorientasi pada tujuan ,yakni anak bisa membaca Al-Qur‟an
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid yang ada.
5) Tariqat Bimuraat Al Isti’dadi Wattabik adalah pengajaran yang
harus memperhatikan kesiapan, kematangan, potensi-potensi
dan watak anak didik.
c. Metode An-Nahdliyah15
Metode An-Nahdliyah adalah salah satu metode membaca
Al-Qur’an yang muncul di daerah Tulungagung, Jawa Timur.
Metode ini disusun oleh sebuah lembaga pendidikan Ma‟arif
Cabang Tulungagung. Karena metode ini merupakan metode
pengembangan dari Metode Al-Baghdady, maka materi
pembelajaran al-Qur’an tidak jauh berbeda dengan Metode Qiro’ati
dan Iqra’ Metode ini memang pada awalnya kurang dikenal di
kalangan masyarakat karena buku paketnya tidak dijual bebas dan
bagi yang ingin menggunakannyaatau ingin menjadi guru atau
ustadz-ustadzah pada metode ini harus sudah mengikuti penataran
calon ustadz Metode An-Nahdliyah.
d. Metode Al-Barqi16

14
As'ad Humam, Buku Iqra, (Yogyakarta: Team Tadarrus : 2000 ), hlm. 2.
15
Maksum and Madrasah, Sejarah Dan Perkembangannya, (jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 2000), hlm. 4.
16
Muhadjir Sulthan, Al-Barqy Belajar Baca Tulis Huruf Al-Qur’an, (Surabaya: Sinar
Wijaya, 1991), hlm. 12.

12
Metode ini ditemukan oleh Drs. Muhadjir Sulthan, dan
disosialisasikan pertama kali sebelum tahun 1991, yang sebenarnya
sudah dipraktekkan pada tahun 1983. Metode ini tidak disusun
beberapa jilid akan tetapi hanya dijilid dalam satu buku saja. Pada
metode ini lebih menekankan pada pendekatan global yang bersifat
struktur analitik sistetik, yang dimaksud adalah penggunaan
struktur kata yang tidak mengikuti bunyi mati (sukun). Metode ini
sifatnya bukan mengajar, namun mendorong hingga gurunya: tut
wuri handayani dan santri dianggap telah memiliki persiapan
dengan pengetahuan tersedia. Dalam perkembangannya Al-Barqy
ini menggunakan metode yang diberi nama metode lembaga (kata
kunci yang harus dihafal) dengan pendekatan global
e. Metode Al-Husna17
Metode Al-husna adalah metode membaca Al-Qur’an dengan
3 langkah pembelajaran :
1) Penguasaan huruf-huruf hijaiyyah, dengan menggunakan teknik
scanning, story, dan saying, peserta didik akan mampu
mengusai serta melafalkan seluruh huruf hijaiyyah dengan
cepat, tepat dan benar.
2) Penguasaan sistm tanda baca, salah satu keistimewaan dari
mushaf rasm al ustmani terbitan al madinah an nabawiyah
yaitu memudahkan peserta didik dalam mengusai ilmu tajwid
hanya dengan system tanda bacanya.
3) Muroja’ah, karna Al-Qur’an memiliki sifat yang unik atau
dalam ungkapan memiliki sifat pencemburu yakni jika kita
meninggalkannya dalam sehari maka ia akan meninggalkan
kita dalam sebulan. Maka murojaah merupakan kaidah yang
tidak terpisahkan dan tidak bisa dipisah dalam kegiatan belajar
dan mengajarkan Al-Qur’an.

17
Tri Wahyudi, Metode Al Husna, (Solo ; Maulana Media: 2015 ) hlm, 1.

13
f. Metode At-Tibyan18
Sebuah metode baca Al Qur’an dengan cara mengeja huruf
demi huruf dan menghafal hukum hukum tajwid dengan berbahasa
arab yang di susun oleh Abdurrahman Al-Bakr dari Mesir pada
tahun 2012 dan beliau pernah menjabat sebagai menteri pendidikan
di Mesir pada era Husni Mubarak. Metode tibyan dilengkapi juga
dzikir pagi dan sore, pelajaran aqidah, dan siroh.
g. Metode Qiroah19
Metode membaca Al Qur’an dengan cara mengenalkan
semua huruf hijaiyyah memalui sebuah gambar agar lebih mudah
dipahami, metode qiroah diciptakan oleh Andi Suriadi di Makassar
pada tahun 2014 di ciptakan metode ini yang memudahkan
pembelajaran Al Qur’an agar anak anak cepat dan fasih serta tartil
dalam membaca Al Qur’an. Mteode Qiroaah memiliki 1 pegangan
buku dan jumlah halaman sebanyak 102 halaman dilengkapi
dengan materi materi lain, seperti materi sholat, materi wudhu,
materi asmaaul husna, materi doa doa pilihan dan lainnya, dengan
warna yang beraneka ragam dalam setiap kunci halaman dalam
bukunya.

3. Kerangka Berfikir
Kebiasaan membaca siswa berkaitan erat dengan hasil belajar. Hal ini
ditunjukkan dengan pelafalan bacaan al-Qur’an yang tercantum dalam
pelajaran PAI yang terdapat lafat arab di dalamnya. Kesulitan membaca al-
Qur’an yang dialami siswa cenderung kurang memuaskan karena belum
terbentuknya metode atau cara belajar efektif. Strategi Guru PAI
merupakan salah satu cara untuk melatih anak untuk membaca al-Quran
dengan mudah. Dengan demikian, siswa di kelas IV SD Negeri 4 Pakis

18
Abdurrahman Bakr, At Tibyan, ( Mesir: Madinatul Munawwaroh : 2012 ), hlm.13.
19
Andi Suriadi, Buku Qiroah, ( Makassar : Yayasan Foslamic ; 2014 ) hlm. xxvi.

14
Kecamatan Keradenan Kabupaten Grobogan bisa berlatih membaca al-
Qur’an. Adapun kerangka berpikir dapat digambarkan sebagaiberikut:

Stategi Guru PAI

Metode Turutan Metode Iqro’

Kesulitan Membaca al-Quran siswa


kelas VI SD Negeri 4 Pakis

Ada dan tidaknya pengaruh siswa


terhadap kelacaran anak membaca
al-Quran

F. Rumusan Hipotesis
Dengan demikian Hipotesis yang akan peneliti coba adalah upaya-upaya
guru untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode
Ummi dengan waktu tambahan sepulang sekolah di mushola sekolah.
Kegiatan ini akan di awali dengan memberikan motivasi, menumbuhkan
minat, pendekatan individual, penerapan metode ummi yang efektif,
memberikan tugas/ PR untuk siswa berlatih dan memberikan jam tambahan.
Adapun faktor-faktor pendukung adalah kitab ummi, tempat ibadah,
komputer dan LCD.

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu suatu proses
menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai
alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Metode
penelitian yang akan digunakan merupakan penelitian eksperimen. Sifat
penelitian ini adalah studi kausalitas yang mengukur kekuatan hubungan

15
antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan antara
variabel bebas dan terikat.20
Jenis eksperimen yang akan digunakan adalah quasi experimental
design dimana individu-individu yang menjadi subjek penelitian telah
berada dalam kelompok-kelompok tertentu dengan tujuan tertentu, pada
penelitian ini individu yang akan menjadi subjek adalah siswa. Quasi
experimental design digunakan karena tidak mungkin untuk mengontrol
semua variabel yang relevan kecuali beberapa variabel saja.21
Dalam penelitian ini, responden akan dikelompokkan menjadi dua
kelompok. Kelompok yang pertama adalah kelompok eksperimen
sedangkan kelompok kedua adalah kelompok kontrol. Di dalam kelompok
eksperimen siswa akan dinilai kemampuan membaca Al-Qur’an dengan
menggunakan metode turutan sedangkan kelompok kedua siswa akan
dinilai kemampuan membaca Al-Qur’an dengan menggunakan perlakuan
metode iqro’. Design penelitian yang akan digunakan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Desain Penelitian
KELOMPOK PELAKU POSTTEST
E Xe O2
K Xk O4

Keterangan:
E : kelompok eksperimen dipilih secara acak
K : kelompok kontrol dipilih secara acak
Xe : perlakuan dengan menggunakan metode turutan
Xk : perlakuan dengan menggunakan metode iqro’
O2, O4 : posttest (tes akhir)
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Pakis Kecamatan
Kradenan Kabupaten Grobogan. Peneliti memilih SD Negeri 4 Pakis
sebagai pusat penelitian karena kebetulan jarak dengan lokasi rumah tidak
20
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 5.
21
Achmadi & Cholid Narbuko, Metodelogi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm.
34.

16
jauh, jadi akan lebih memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
Penelitian ini di tujukan untuk kelas IV SD Negeri 4 Pakis Selain itu pula
SD Negeri 4 Pakis Kecamatan Keradenan Kabupaten Grobogan adalah
Instansi dimana penulis melakukan kegiatan belajar mengajar setiap hari.

2. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
organisasi atau kegiatan yang mempunyain variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Secara sederhana variabel adalah jawaban atas pertanyaan
“apa yang diteliti”.22 Adapun variabel yang akan digunakan :
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel-variabel yang menyebabkan
dan mempengaruhi.23 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah srategi
guru PAI dalam metode turutan dan iqro’.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang bergantung pada variabel
bebas atau hasil dari pengaruh variabel bebas. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan membaca Al-Qur’an kelas IV SD
Negeri 4 Pakis Kecamatan Keradenan Kabupaten Grobogan.

3. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2018), hlm.57.
23
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2017), hlm. 2.

17
kesimpulannya.24 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SD
Negeri 4 Pakis Kecamatan Keradenan Kabupaten Grobogan.
2. Sampel
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data, dimana hanya
sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk
menentukan sifat serta ciri yang dikehendaki populasi.25 Dalam
penelitian ini sampel ditentukan dari VI kelas SD Negeri 4 Pakis akan
dipilih 1 kelas yaitu kelas IV. Satu kelas ini nanti di bentuk dua
kelompok. Kelompok pertama kelas eksperimen dan kelompok ke dua
kelas kontrol. Peneliti akan menggunakan teknik pengambilan sampel
berupa cluster random sampling. Total sample nya sesuai jumlah siswa
kelas IV.

4. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah cluster
random sampling. Kriteria kelompok yang digunakan sebagai sampel pada
penelitian ini yaitu kelompok yang diajar guru pai dengan strategi turutan
dan strategi iqro’..

5. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau
keterangan-keterangan dan karakteristik-karakteristik sebagian atau
seluruh populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian.
Metode Pengumpulan data adalah suatu proses pengumpulan data primer
dan skunder dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang
dimaksud di sini adalah suatu cara yang digunakan penulis dalam
mengumpulkan data yang diperlukan.

24
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
hlm. 36.
25
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17 ( Jakarta: PT.Bumi Aksara,2014),
hlm. 56.

18
a. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
pewawancara dan responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan panduan wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila penulis ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan suatu permasalahan yang akan diteliti dan jika
penulis ingin mengetahui hal-hal mendalam terkait responden. Dalam
hal ini sumber data yang peneliti dapatkan dari Kepala Sekolah, Wali
Kelas IV dan Guru PAI SD Negeri 4 Pakis. Metode ini digunakan
untuk mengambil data informasi tentang SD Negeri 4 Pakis, diantara
langkah-langkah dalam wawancara nya adalah:
1) Menetapkan kepada siapa wawancara akan dilakukan
2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan
3) Mengawali atau membuka alur wawancara
4) Menuliskan wawancara dalam lampiran wawancara
b. Tes
Tes dalam dunia pendidikan dipandang sebagai salah satu alat
ukur, oleh karna itu dalam penyusunan tes melibatkan aturan-aturan
seperti petunjuk pelaksanaan dan kriteria penskoran untuk menetapkan
bilangan-bilangan yang menggambarkan kemampuan seseorang. Tes
digunakan untuk mengetahui dan melihat hasil kemampuan membaca
Al-Qur’an. Tes yang akan diberikan adalah dengan cara menilai
kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas IV SD Negeri 4 Pakis
dengan membaca kitab ummi dengan kriteria 3 penilaian yaitu:
Kelancaran, Makhraj dan Tajwid.

c. Observasi

19
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung maupun tidak langsung tentang hal-hal yang diamati
dengan mencatatnya pada alat observasi. Hal-hal yang diamatai itu
bisa gejala-gejala, tingkah laku, benda hidup ataupun benda mati.
Dalam observasi ada 2 jenis observasi terhadap peran peneliti:
a) Observasi non partisipan
Peneliti mengumpulkan data yang diperlukan dan tidak
menjadi bagian dalam keadaan yang terjadi, walaupun peneliti
hadir ditempat yang ingin diteliti namun hanya mengamati dan
melakukan pencatatan dari apa yang telah diamati, seperti
pengamatan peniliti disebuah sekolah untuk mencatat kegiatan
proses belajar dan mengajar, tapi peneliti tidak bekerja di
sekolah tersebut.
b) Observasi partisipan
Peniliti termasuk dalam situasi yang berlangsung, pada jenis
ini peneliti termasuk salah satu yang menjdi aktivitas yang di
amati, seperti peneliti ikut bekerja di sebuah perusahaan untuk
mengetahui aktivitas dan kegiatan karyawan-karyawan di
perusahaan tersebut. Dalam hal ini peneliti mengamati keadaan
kegiatan-kegiatan selama berlangsungnya proses belajar dan
mengajar di kelas IV SD Negeri 4 Pakis dan menggunakan
jenis observasi non partisipan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Dokumentasi alat pelengkap dari observasi dan
wawancara, Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data umum
berupa foto saat penelitian di kelas IV SD Negeri 4 Pakis dan daftar
nama siswa dan nilai membaca Al Qur’annya.

e. Instrumen Penelitian

20
Sebelum melihat kemampuan membaca Al-Qur’an siswa kelas IV
SD Negeri 4 Pakis, terlebih dahulu akan dilakukan uji coba instrumen
kepada siswa diluar sampel yang sudah terlebih dahulu dinilai
kemampuan membaca Al-Qur’an. Uji coba instrumen dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kualitas kemampuan membaca Al-Qur’an
dalam penelitian yang akan digunakan. Instrumen penelitian diuji
dengan cara mengukur validitas, reliabilitas, dan uji taraf kesukaran.
a) Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-
tingkat kevalidan atau kesalahan suatu instrument, suatu alat
pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang
harus diukur dengan alat itu. Penelitian ini menggunakan
validitas isi. Validitas isi menunjuk kepada bahan yang diuji
atau di tes relevan dengan kemampuan, pelajaran atau latar
belakang orang yang diuji. Setelah dilakukan pengujian
instrumen berdasarkan isinya, selanjutnya instrumen tersebut
diuji validitas. Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid
jika instrumen dapat mengukur sesuatu yang hendak diukur.
Rumus yang digunakan untuk mengetahui validitas dari tes
adalah rumus korelasi product moment.
n ∑ x y−∑ x ∑ y
Rxy =
√¿¿¿
Keterangan :
Rxy : Koefisien Validitas Skor Butir Soal
N : Jumlah Responden
X : Skor Butir Soal Tertentu Untuk Setiap Responden
Y : Skor Total Untuk Setiap Santri
Nilai Rxy akan dibandingkan dengan koefisien Rtabel =
r(a,n-2). Jika Rhitung > Rtabel maka instrumen dikatakan valid
namun jika Rhitung ≤ Rtabel maka instrumen dikatakan tidak
valid.

21
b) Uji Reliabilitas
Reliabilitas sering diartikan suatu keterandalan bilamana
tes tersebut dipakai mengukur berulang ulang hasilnya sama,
atau disebut dengan keajegan atau stabilitas. Uji reliabilitas ini
bertujuan untuk mengetahui taraf kepercayaan hasil instrumen.
Jika instrumen tersebut memberikan hasil yang tetap atau sama,
dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut memiliki taraf
kepercayaan yang tinggi atau dapat dipercaya. Pengujian
reliabilitas menggunakan rumus Koefisien Cronbach Alpha
sebagai berikut :

n ∑ si2
( )(
Ri = n−1 1−
∑ si2 )
Keterangan :
R : Nilai reliabilitas
∑si2 : Jumlah varians skor tiap-tiap item
St2 : Varians total
N : Jumlah item
Nilai koefisien alpha (r) akan dibandingkan dengan
koefisien korelasi table Rtabel = R (a,n-2). Jika R11 > Rtabel
maka instrumen dikatakan reliable namun jika R11 ≤ Rtabel
maka instrumen tidak reliable. Setelah didapat hasil analisis
dilihat dari reliabilitas soal maka hasil perhitungan reliabilitas
dikonsultasikan kedalam interprestasi nilai reliabilitas. Sebagai
berikut :

Table.3.2
Interpretasi reliabilitas

22
Interval Tingkat Kesukaran
0,00 ≤ R < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ R < 0,40 Rendah
0,40 ≤ R < 0,60 sedang
0,60 ≤ R < 0,80 Kuat
0,80 ≤ R ≤ 100 Sangat Kuat
Sumber : Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati Kualitatif Dan
R&D, Bandung, Alfabeta, 2017
f. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diambil dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak
normal Jika data tidak berdistribusi normal maka akan dilanjutkan
dengan statistik non parametrik. Pengujian normalitas data hasil
penelitian dengan menggunakan uji Kolmogrov – Smirnov. Uji ini
dibantu dengan program SPSS. Hipotesis yang akan diuji dalam
kasus ini adalah :
H0 = Distribusi Populasi normal, jika probabilitas > 0,05, H0
diterima
H1= Distribusi populasi tidak normal, jika probabilitas ≤ 0,05, H 0 di
tolak.
Uji normlitas dapat dihitung menggunakan software SPSS
dengan langkah-langkah berikut:
a. Membuka lembar kerja SPSS
b. Klik menu analyze, pilih eksplore, lalu klik pilihan plots pada
kotak dialog kemudian pilih normality plot with test kemudian
continue lalu ok.
c. Jika nilai signifikasi yang diperoleh > 0,05 maka dapat
dikatakan data tersebut berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui kedua kelompok
tersebut berasa dari populasi yang homogen. Uji homogenitas yang
dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji Levene Test dengan

23
menggunakan program SPSS. Kriterianya adalah apabila nilai
signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka data berasa dari
populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama, sedangkan
jika nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka data
berasal dari populasi populasi yang mempunyai varians yang sama.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan prosedur yang berisi kesimpulan
aturan yang menuju pada suatu keputusan apakah akan menerima
atau menolak hipotesis. Setelah dilakukan pengujian populasi data
dengan menggunakan normalitas dan homogenitas, maka
selanjutnya uji hipotesis dengan menggunakan bantuan Software
SPSS Versi 16 pada taraf α = 0,05. Untuk menguji dua rata-rata
digunakan formulasi uji-t. Menurut walpolpel hipotesis uji sebagai
berikut :
a. H0 = μA ≤ μB (rata-rata kemampuan membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan metode Iqro’ kurang dari atau sama
dengan rata-rata kemampuan membaca Al-Quran dengan
menggunakan metode turutan).
b. H1 = μA > μB (rata-rata kemampuan kemampuan membaca
Al-Qur’an dengan menggunakan metode iqro’ lebih dari
rata-rata kemampuan membaca Al-Qur’an dengan
menggunakan metode turutan). Untuk menguji hipotesis di
atas, peniliti dalam penelitian ini menggunakan rumus t-
test pooled varian.

( x 1−x 2 )
1 2
Thitung = ( n1−1 ) s 2+ ( n2−1 ) s2 1 + 1
n1 +n2−2 (n n )
1 2

24
ttabel = t ( α , n1 +n2−2 )
Keterangan :
x 1= Rata-rata nilai kelas eksperimen
x 2= Rata-rata nilai kelas kontrol

s21= Varian kelas eksperimen

s22= Varian kelas kontrol


n1= Jumlah santri kelas eksperimen
n2 = Jumlah santri kelas kontrol
Hipotesis uji :
H0 : μ A ≤ μ B
H1 : μ A > μ B
Kriteria pengujian adalah : jika | ttabel ≤ thitung | maka H1
diterima.

H. Sistematika Penulisan Skripsi


Sistematika pembahasan yang terdapat di bawah ini merupakan runtutan
pembahahasan yang akan di sajikab dalam penulisan ini, adapun sitematika
pembahasannya sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluan. Dalam bab ini pembahasan di
fokuskan pada Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, Batasan Masalah, Definisi Oprasional, Penelitian Terdahulu,
Hipotesis Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab kedua mendeskripsikan kajian pustaka. Bab ini mendiskrepsikan
tentang tema besar yang akan diteliti oleh peneliti secara global, mencangkup
tentang Strategi Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Quran
Pada Siswa SD Negeri 4 Pakis.
Bab ketiga Metode Penelitian dimana dalam bab ini merupakan unsur
terpenting dalam penelitian, karena dengan bepatokan pada metode penelitian
yang sudah di tetapkan oleh standar penelitian, maka arah penulisan akan
tesitematis. Pada bab ini berisikan tentang Jenis dan Lokasi Penelitian,

25
Variabel Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan Sampel,
Metode Pengumpulan Data dan Sitematika Penulisan.
Bab keempat bab ini berisikan peneliti akan menganalisis tetang data yang
sudah didapatkan pada bab sebelumnya, yaitu bagaimana kemampuan dan
kesulitan membaca al-Qur’an, upaya guru PAI dan faktor pendorong dan
penghambat dalam mengatasi kesulitan membaca al-Qur’an pada siswa kelas
IV di SD Negeri 4 Pakis Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan.
Bab kelima dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran. Peneliti menarik
kesimpulan dengan menguraikan secara singkat tentang Strategi Guru PAI
dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Quran pada Siswa Kelas IV SD
Negeri 4 Pakis Kecamataan Keradenan Kabupaten Grobogan.

I. Daftar Pustaka
Al-Quran Terjemah, Kementrian Agama RI, hal. 529
Muslim, Abu Husain Ibnu, Al-Qur’an Hajjaj Ibnu Muslim Al-Qur’an
Qusyairi, Jilid I, Shahih Muslim, hlm. 987.

26
Zawawie, Mukhlishoh. 2011. Pedoman Membaca, Mendengar dan
Mengahafal Al-Qur’an. Solo: Tinta Medina.
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto.2021. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan
edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto.2010. Prosedur Penelitian suatu
pendekatan praktik. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Mohamamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi dari Guru
untuk Guru, (Bandung: Alfabeta,2013), hlm. 111.
Mujamil Qomar, Epistimologi Pendidikan Islam. (Jakarta: Erlangga,
2005), hlm. 2.
Ahmad munjin dan Lilik, Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, (Bandung: Refika Aditama, 2013), hlm. 30.
Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta 1998.), hlm.
70.
MaidirHharun dan Munawiroh, Kemampuan Baca Tulis Al-quran siswa
SMA, ( Jakarta timur: puslitbang lektur keagamaan badan litbang dan diklat
Departemen Agama RI. 2007), hlm. 11.
Muhammad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta,
Prismasophie, 2004), hlm. 144.
Moh. User Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
(Bandung: PT Remaja Rodakarya,1993), hlm. 96.
Muzammil MF, Qooidah Baghdadiyah, ( Jakarta : Markas Quran ;
2004 ), hlm. Xxi.
As'ad Humam, Buku Iqra, (Yogyakarta: Team Tadarrus : 2000 ), hlm. 2.
Maksum and Madrasah, Sejarah Dan Perkembangannya, (jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 2000), hlm. 4.
Muhadjir Sulthan, Al-Barqy Belajar Baca Tulis Huruf Al-Qur’an,
(Surabaya: Sinar Wijaya, 1991), hlm. 12.
Tri Wahyudi, Metode Al Husna, (Solo ; Maulana Media: 2015 ) hlm, 1.
Abdurrahman Bakr, At Tibyan, ( Mesir: Madinatul Munawwaroh :
2012 ), hlm.13.

27
Andi Suriadi, Buku Qiroah, ( Makassar : Yayasan Foslamic ; 2014 ) hlm.
xxvi.
Afdal, Implementasi Metode Ummi Dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-Qur’an Siswa Kelas III B Ibnu Khaldun SD Al-Firdaus Islamic
School Samarinda Tahun Pembelajaran 2015/2016, Jurnal Pendas Mahakam,
Vol 1, 2016, hlm.77.
Modul Sertifikasi Guru Al-Qur'an Metode Ummi, 2015, hlm. 6.
Yuni Fatmasari, “Efektifitas Pembelajaran Metode Ummi Terhadap
Peningkatan Kemampuan Hafalan Surat Pendek Pada Siswa Kelas II SD
Taquma Surabaya" (On-line) Tersedia di: digilib.uinsby.ac.id/339/ ( 19 Januari
2019 ), hlm. 88.
Ahmad Alghifari Fajeri, “Studi Komparatif Antara Metode Ummi Dan
Metode Qiroati Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Pada
Siswa SDIT Ukhuwah Dan Madrasah Ibtidaiyah Fita‟limissibyan,” Jurnal
Hadratul Madaniyah, Vol.2 ( 2015), hlm.44.
Sigit Purwaka and Sukiman, “Efektivitas Pembelajaran Al Qur'an Di
Madrasah Ibtidaiyyah Negri Ygyakarta II Dan Sekolah Dasar Islam Terpadu
Al-Khairaat Yogyakarta (Studi Komparasi Metode Iqra‟ Dan Metode
Ummi”1, Vol.1 (2017), hlm. 279–304.
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm. 5.
Achmadi & Cholid Narbuko, Metodelogi Penelitian (Jakarta: Bumi
Aksara, 2015), hlm. 34.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2018),
hlm.57.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 2.
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), hlm. 36.
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17 ( Jakarta: PT.Bumi
Aksara,2014), hlm. 56.

28
J. Lampira-lampiran (Rancangan Kerangka Skripsi dan Instrumen
Penelitian)

Tabel 3.1
Desain Penelitian
KELOMPOK PELAKU POSTTEST

29
E Xe O2
K Xk O4

Table.3.2
Interpretasi reliabilitas
Interval Tingkat Kesukaran
0,00 ≤ R < 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ R < 0,40 Rendah
0,40 ≤ R < 0,60 sedang
0,60 ≤ R < 0,80 Kuat
0,80 ≤ R ≤ 100 Sangat Kuat

30

Anda mungkin juga menyukai