Anda di halaman 1dari 30

Analisis Macam-Macam Faktor Penyebab

Kurangnya minat Belajar dan Membaca Al-Quran


pada Anak di Desa Batu Barat

OLEH :

Jody Pramoja (11901209)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

2021/2022
ABSTRAK

Minat untuk belajar dan membaca Al-Qur’an dikalangan sebagian anak usia sekolah
(usia 10-15 tahun) semakin berkurang ini dikarenakan anak pada usia tersebut masih
dalam pencarian jatidiri, mereka juga masih mudah terpengaruh dengan lingkungan
pergaulan teman-temannya. Dengan kesenangan mereka bermain-main mereka lupa
akan kewajibannya sebagai pelajar yaitu belajar. Hal ini juga berdampak dengan
kemalasan mereka untuk mempelajari Al-Qur’an, terutama dalam membacanya.
Mereka akan banyak mencari alasan apabila disuruh membaca Al-Qur’an inilah yang

melatar belakangi penulisan skripsi yang berjudul ” Analisis Macam-Macam


Faktor Penyebab Kurangnya minat Belajar dan Membaca Al-Quran pada Anak
di Desa Batu Barat”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab
menurunnya minat belajar dan membaca Al-Qur’an pada anak usia sekolah (usia 10-
15 tahun) kemudian membantu memberikan solusi dalam mengatasi menurunnya
minat belajar dan membaca Al-Qur’an bagi anak usia sekolah di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.

Salah satu kebutuhan anak dalam belajar adalah adanya minat, dengan minat anak
akan terdorong untuk melakukan sesuatu. Membaca Al-Qur’an adalah salah satu
bentuk upaya yang di lakukan untuk memenuhi kebutuhan ilmu agama, dalam
membaca Al-Qur’an anak juga memerlukan suatu minat, ketika anak mempunyai
minat terhadap sesuatu maka ia akan bersungguh-sungguh mempelajarinya.

Penelitian tersebut dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif dengan melakukan


penelitian di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
Datanya diperoleh dengan cara wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis
datanya dilakukan melalui reduksi data (data reduction), penyajian data (display data),
dan penarikan kesimpulan (verification).

Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa menurunnya minat belajar dan membaca
Al- Qur’an pada anak usia sekolah (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat adalah dari
faktor intern dan faktor ekstern. Solusi untuk mengatasi menurunnya minat mengaji
tersebut adalah dengan cara pemberian motivasi terhadap anak, pendidikan
pembiasaan mengaji, bekerjasama dengan para orang tua dan menggerakan
lingkungan agar bersama-sama memberikan pendidikan agama yang baik pada anak
melalui membaca Al-Qur’an selain itu adanya inovasi pada sistem pembelajaran Al-
Qur’an.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Memahami al-Qur’an adalah kewajiban setiap muslim. Allah memberikan
akal dan fikiran kepada manusia yang tujuannya semata-mata agar manusia
memikirkan apa-apa yang telah Allah turunkan semua yang ada di alam
semesta. Salah satunya adalah al-Qur’an yang dijadikan pedoman hidup oleh
umat islam. Al-Qur’an karim adalah kalamullah, kitab suci yang agung,
mukjizat terbesar yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad Shallallahu
'alahi wa sallam, yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya, sebagai syifa atau penyembuh jiwa, juga petunjuk dan rahmat.
Maka hal itu, setiap muslim di wajibkan mempelajari cara membaca Al-
Qur’an sehingga sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW di
baca sesuai dengan kemampuan, dengan tenang, dan diulang-ulang sehingga
betul-betul benar. Sungguh sangat disayangkan jika ada orang mengaku
muslim, lahir dari keluarga muslim di Kartu Tanda Penduduk (KTP) tertulis
beragama Islam, tetapi lidahnya kelu tidak bisa membacakan ayat-ayat Al-
Qur’an. Mengapa kita susah untuk mempelajari Al-Qur’an? Padahal ia akan
menjadi penolong di dunia dan di akhirat bagi pembacanya. (Kementrian
Agama, 2014: 38). 1
Membaca Al-Qur’an merupakan amal perbuatan yang sangat mulia dan akan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda sebab yang dibaca itu adalah kitab
suci. Al-Qur’an sebagai kitab suci adalah sebaik-baik bacaan bagi orang
mu’min, baik di kala senang maupun di kala susah. Malahan, membaca
AlQur’an bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan
penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. (Nasruddin Razak, 1984:38). 2
Kemampuan membaca merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan
manusia, terutama di era globalisasi saat sekarang ini. Seorang butuh untuk
bisa membaca guna Al Qur’an bagi umat Islam. Pembelajaran AlQur’an
merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan ditumbuh
1
Kementrian Agama. 2014. Al-Qur’an Hadits. Jakarta : Kementrian Agama
2
Razak, Nasruddin.1984. Dienul Islam, Cet 7. Bandung: Al-Ma’arif.
kembangkan bagi setiap individu muslim, karena terkait langsung dengan
ibadah ritual seperti sholat, haji dan berdo’a. Inilah yang menjadi argumentasi
mendasar ditetapkankannya keterampilan membaca sebagai prioritas pertama
dan utama dalam pendidikan Islam. Seperti dalam firman Allah Al-Qur’an
surah Al-Alaq ayat 1-5

َ ُّ‫اِقْ َرْأ َو َرب‬٢ - ‫ق‬


‫ك‬ ٍ ۚ @َ‫ق ااْل ِ ْن َس@انَ ِم ْن َعل‬ َ @َ‫خَ ل‬١ - ‫ق‬ ْ ِ‫قْرْأ ب‬
َ ۚ @َ‫اس@ ِم َربِّكَ الَّ ِذيْ خَ ل‬ َ ِ‫ا‬
٥ – ‫لَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬٤َ - ‫الَّ ِذيْ َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬٣ - ‫ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬
Artinya :
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang
Maha Pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam Dia
mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Departemen Agama,
2004:957).
Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwasannya Allah telah memerintah kepada
seluruh umatnya untuk belajar membaca, terutama dalam membaca AlQur’an,
karena Al-Qur’an merupakan bukti kerasulan Nabi Muhammad SAW sebagai
mukjizat abadi dan sebagai kitab suci umat Islam serta sebagai hujjah dan
pedoman hidup sampai akhir zaman. Sudah menjadi rahasia umum bahwa
minat untuk membaca terutama membaca Al-Qur’an dikalangan sebagian anak
usia sekolah di Indonesia semakin berkurang. Apalagi anak usia 8-15 tahun
yang masih dalam pencarian jatidiri, dimana mereka masih senang mencoba
hal-hal baru dan menarik perhatian orang lain. Akan tetapi mereka juga masih
mudah terpengaruh dengan lingkungan pergaulan teman-temannya. Mereka
juga lebih suka menghabiskan waktu dengan dengan bermain-main dari pada
untuk belajar dan mengerjakan hal yang bermanfaat.
Dengan kesenangan mereka bermain-main mereka lupa akan kewajibannya
sebagai pelajar yaitu belajar. Maka hal ini juga berdampak dengan kemalasan
mereka untuk mempelajari Al-Qur’an, terutama dalam belajar membacanya.
Mereka akan banyak mencari alasan apabila disuruh membaca Al-Qur’an
karena kebanyakan dari mereka belum lancar membaca AlQur’an dan bahkan
juga belum ada yang bisa sama sekali.
Dalam lingkungan terdekat yaitu keluarga, orang tua memiliki tanggung jawab
besar dalam memberikan pembelajaran membaca Al-Qur’an kepada putra-
putrinya sejak dini. Apabila orang tua juga tidak menyadari akan
kewajibannya tersebut maka pembelajaran membaca Al-Qur’an itu akan
terabaikan dan anak akan otomatis memiliki kemampuan kurang dalam
membaca Al-Qur’annya. Lingkungan pergaulan juga menjadi hambatan bagi
anak dalam belajar membaca Al-Qur’an, apalagi mereka tidak memiliki
motivasi dan kemauan yang kuat dalam dirinya untuk belajar. Dukungan dari
jugalah yang menjadikan mereka termotivasi dalam belajar membaca Al-
Qur’an.
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya kelak menjadi anak yang
shaleh dan menggunakan Al-Qur’an sebagai pegangan hidup agar tidak
terjerumus kepada hal yang tidak baik dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Dari belajar AlQur’an inilah diharapkan anak-anak nantinya mempunyai
akhlak mulia dan taat pada orang tua dan guru-gurunya. Disamping juga akan
tertanam sifat tidak sombong, berlaku sopan, rendah hati, luwes, lemah
lembut, dan sikap-sikap lunak lainnya.
Namun gambaran di atas nampaknya tidak bisa berjalan dengan mulus sesuai
dengan apa yang diharapkan, karena anak sebagai penerus bangsa ini dengan
banyaknya berbagai faktor mereka menjadi susah atau malas apabila disuruh
untuk membaca Al-Qur’an. Dengan permasalahan di atas serta dengan realita
data-data yang didapat maka dengan penuh perhatian bertolak dengan
peristiwa ini dilakukanlah penelitian "Analisis Macam-Macam Faktor
Penyebab Kurangnya minat Belajar Al-Quran pada Anak di Desa Batu Barat".

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a) Penyebab menurunnya minat belajar dan membaca Al Quran pada anak
(usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir,
Kabupaten Kayong Utara.
b) Bagaimana solusi dalam meningkatkan minat belajar dan membaca Al
Quran pada anak (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat, kecamatan Simpang
Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAAN
1. Tujuan penelitian
a) Untuk mengetahui penyebab menurunnya minat belajar dan membaca
Al Quran anak (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat, kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
b) Untuk mengetahui solusi dalam meningkatkan minat belajar dan
membaca Al Quran pada anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara
2. Manfaat hasil penelitian
a) Adapun manfaat dari penelitiaan ini yaitu agar dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana menurunnya minat belajar dan membaca Al
Quran pada anak (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat, Kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, dan dengan gambaraan
tersebut dapat memberikan inovasi agar minat belajar dan membaca Al
Quran pada anak (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat, Kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara yang ada pada diri anak
makin bertambah.
b) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan
membaca Al Quran pada anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara dengan solusi
yang diberikan.
a)
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Minat Belajar dan Membaca Al Quran pada anak (usia 10-15 tahun)
1. Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang
berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah yang sesuai
dengan kebutuhannya.
Menurut Decroly, “minat itu ialah pernyataan suatu kebutuhan yang tidak
terpenuhi.” Kebutuhan itu timbul dari dorongan hendak memberi kepuasan kepada
suatu instink. Minat anak terhadap benda-benda tertentu dapat timbul dari
berbagai sumber antara lain perkembangan instink dan hasrat, fungsi-fungsi
intelektual, pengaruh lingkungan, pengalaman, kebiasaan, pendidikan dan
sebagainya.3
Menurut M. Buchori minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek,
seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Jadi
minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, kalau tidak demikian
minat itu tidak memiliki arti sama sekali. Sedangkan sardiman AM menyatakan,
bahwa minat seseorang terhadap suatu obyek akan lebih kelihatan apabila obyek
sasaran berkaitan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri, dengan kata lain ada
kecenderungan apa yang dilihat dan diamati seseorang adalah sesuatu yang
berhubungan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang tersebut. 4
Minat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kecenderungn hati
yang tinggi terhadap sesuatu gairah atau keinginan. Sama halnya dengan
membaca ketika seseorang tidak memiliki minat dalam hatinya untuk membaca
maka orang itu tidak akan melakukannya, karena minat bacapun harus timbul dari
dalam hati dengan dorongan yang sangat kuat. Apabila seseorang tidak memiliki
minat baca maka tidak akan menyenangi suatu bacaan yang dilihat atau hanya
sekedar dipandang.5
Berdasarkan definisi di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa minat adalah
kecenderungan jiwa yang relatif menetap pada diri seseorang dan biasanya disertai

3
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 133.
4
Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa
(Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 307.
5
Meliyawati, Pemahaman Dasar Membaca, Edisi I (Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 30.
dengan rasa senang. Minat timbul tidak secara tiba- tiba/spontan, melainkan
timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau
bekerja. Jadi jelas soal minat akan selalu terkait dengan soal kebutuhan atau
keinginan oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu
agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
2. Pengertian Belajar
Belajar menurut Muhibin Syah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.6
Belajar menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Alex Sobur adalah
memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap. Mereka juga
berpandangan bahwa belajar menunjuk adanya yang progresif dari tingkah laku
dan belajar juga dapat memuaskan individu untuk mencapai tujuan.7
Belajar menurut Skinner yang dikutip oleh Bimo Walgito adalah suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat progresif.8
Belajar menurut ahli psikologi adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkahlaku
yang baru berkat pengalaman dan latihan.9
Belajar menurut Muhibin Syah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.10
Belajar menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Alex Sobur adalah
memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap. Mereka juga
berpandangan bahwa belajar menunjuk adanya yang progresif dari tingkah laku
dan belajar juga dapat memuaskan individu untuk mencapai tujuan.11
Belajar menurut Skinner yang dikutip oleh Bimo Walgito adalah suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat progresif.12

6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, hlm. 92.
7
Alex Shobour, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: CV Pustaka, 2003), hlm. 220.
8
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum…, hlm. 160.
9
Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Social…, hlm. 279.
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, hlm. 92.
11
Alex Shobour, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: CV Pustaka, 2003), hlm. 220.
12
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum…, hlm. 160.
Belajar menurut ahli psikologi adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkahlaku
yang baru berkat pengalaman dan latihan.13
Beberapa beberapa definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa belajar itu
menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan perubahan itu
dilakukan lewat kegiatan atau usaha yang disengaja. Jadi yang dimaksud dengan
minat belajar adalah aspek psikologis seseorang yang menampakkan diri dalam
beberapa gejala, seperti gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses
perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari
pengetahuan dan ketertarikan seseorang atau siswa terhadap belajar yang
ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar.
3. Pengertian Minat Belajar
Menurut Ahmadi (2009), minat adalah sikap jiwa orang seorang termasuk
ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu dan
dalam hubungan itu unsur perasaan yang kuat. 14 Menurut Slameto (2003), minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. 15
Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut Elizabeth Hurlock
(dalam Susanto, 2013), ada tujuh ciri minat belajar sebagai berikut:
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan
mental
2. Minat tergantung pada kegiatan belajar
3. Perkembangan minat mungkin terbatas
4. Minat tergantung pada kesempatan belajar
5. Minat dipengaruhi oleh budaya
6. Minat berbobot emosional
1) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu,
maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.16
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar
adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

13
Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Social…, hlm. 279.
14
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
15
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
16
Hurlock, Elizabeth. 2003. Psikologi Perkembangan. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan
kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan
minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam
belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran
dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.
4. Pengertian Membaca
Aktifitas membaca adalah aktifitas yang paling banyak dilakukan
selama proses pembelajaran di sekolah. Karena membaca adalah jalan
menuju ke pintu ilmu pengetahuan, maka untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan tidak ada cara lain yang harus dilakukan kecuali
memperbanyak membaca. Kemampuan membaca saja sering tidak cukup,
perlu dilengkapi dengan keterampilan menuangkan pikiran dalam bahasa
tulis dan atau lisan yang sistematis dan runtut. Hal ini bisa dikembangkan
sebagiannya dengan banyak membaca.
Setiap orang mengalami pengalaman membaca. Pengalaman membaca
ini tentu saja beragam, berbeda antara satu dan lainnya. Namun, secara
sederhana membaca didefinisikan sebagai “proses mengambil makna dari
bahasa tulis.” Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan
berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Membaca juga merupakan satu dari dua aspek utama melek huruf (literacy),
yang terdiri dari membaca dan menulis.17
5. Pengertian Minat Membaca
Menurut Tarigan menyatakan minat baca merupakan kemampuan
seseorang berkomunikasi dengan diri sendiri untuk menangkap makna
yang terkandung dalam tulisan sehingga memberikan pengalaman emosi
akibat dari bentuk perhatian yang mendalam terhadap makna bacaan.18
Menurut Syaiful Jamarah Minat baca adalah keinginan dan kemauan
kuat untuk selalu membaca setiap kesempatan atau selalu mencari
kesempatan untuk membaca. Hal senada juga dikemukakan syaiful Rijal
dalam majalah Edukasi, No.03. Menurut Gage dalam Syaiful rijal, minat
baca dibagi menjadi dua, yaitu minat baca spontan dan minat baca terpola.

17
Joko D Muktiono, Aku Cinta Buku: Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2003), h. 23-24.
18
Dalman, Keterampilan Membaca (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h.141.
Minat baca spontan adalah minat baca yang tumbuh dari motivasi personil
pembaca (peserta didik). Sedangkan minat baca terpola adalah minat baca
yang berlangsung dalam kegiatan mengajar di sekolah. Minat baca perlu
ditanamkan dan dipupuk pada diri setiap manusia (peserta didik) baik oleh
diri sendiri atau oleh orang lain, untuk dapat diharapkan prestasinya terus
meningkat di masa yang akan datang. 19
6. Pengertian Al Quran
Kata Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca.
20
Sedangkan menurut istilah banyak berbagai pakar agama yang
mendefinisikan Al-Qur’an diantaranya;
Menurut istilah ahli agama (‘uruf syara) ialah:“Nama bagi kalamulloh
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam
mashaf.”21
Menurut Prof. K.H. Bustami A.Ghani “ Al-Qur’an adalah kitab suci
yang diwahyukan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dengan
perantara Jibril sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.”22
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan Allah
kepada rasulnya yang terakhir yaitu nabi Muhammad SAW sekaligus
sebagai mukjizat yang terbesar diantara mukjizat- mukjizat yang lain.
Turunnya Al-Qur’an dalam kurun waktu 23 tahun, dibagi menjadi dua
fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang biasa disebut dengan ayat-ayat
Makkiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-
ayat Madaniyah. (Muhammad Roihan Daulay, 2014). 23
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut
istilah, Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi umat
manusia. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang
ingin mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Al-Qur’an menggunakan

19
Zaencaem, Teori Minat Membaca, https://www.google.co.id/amp/s/nenengdotme.
wordpress.com/2012/01/01/tiori--minat-membaca/amp/, di akses 8 Januari 2018.
20
Hasbi Ash Shiddiqi, Sejarah dan Pangantar Ilmu Al Quran/ Tafsir, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 15.
21 13
Ibid., hlm. 16.
22
Bustami. A. Ghani, Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Al Quran, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 1.
23
Muhammad Roihan Daulay, 2014. Studi Pendekatan Al-Qur’an. http://docplayer.info/35916454-Studi-
pendekatan-alquran- oleh-muhammad-roihan-daulay-abstract.html, (Diakses 5 Mei 2018).
bahasa Arab dan merupakan mukjizat bagi rasul. Sebagian besar ayat-ayat
Al- Qur’an diturunkan di kota Mekah dan kota Madinah. Isi yang
terkandung dalam Al-Qur’an terdapat 6.236 ayat 114 surat dan 30 juz.
(Rudiyanto, 2014).24
B. Menurunnya minat Belajar dan Membaca Al Quran pada anak (usia 10-15
tahun)
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang mempuyai minat atau
kecenderungan yang berbeda-beda dalan hal ini minat tidak berarti timbul dengan
sendirinya melainkan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Untuk
mengetahui bagaimanakah minat belajar seseorang atau siswa ini dapat di tempuh
dengan mengungkapkan seberapa dalam/gauhnya keterkaitan seseorang atau siswa
terhadap obyek, aktivitas-aktivitas atau situasi yang spesifik yang berhubungan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar menurut Abdul Rohman dan
Muhbib Abdul Wahab sebagai berikut :
1) Yang berhubungan dengan keadaan individu yang belajar, pada perhatiannya,
motivasinya, cita-citanya, perasaannya di waktu belajar, kemampuannya,
waktu belajar dan lain-lain.
2) Yang berhubungan dengan lingkungan dalam belajar, dapat diketahui dari
hubungan dengan teman-temannya, guru-gurunya, keluarganya, orang lain
disekitarnya dan lain-lain.
Yang berhubungan dengan materi pelajaran dan peralatannya, ini dapat di
ketahui dari catatan pelajarannya, buku-buku yang dimiliki/ yang pernah
dibacanya, perlengkapan sekolah serta perlengkapan-perlengkapan lain yang
diperlukan untuk belajar.35

Berdasarkan penjelasan diatas, jelaslah bahwa ada fakror-faktor yang


mempengaruhi timbulnya minat belajar dan semakin kuat faktor yang
mempengaruhi, maka semakin kuat pula minat dan semangat belajarnya. Selain itu
berhasil atau tidaknya siswa dalam belajar di sebabkan beberapa hasil belajar,
dalam hal ini faktor-faktor yang mempengaruhi banyak jenisnya, tetapi secara
garis besar di golongkan menjadi dua yaitu :

24
Rudiyanto,2014. Aplikasi Pengenalan Ilmu Tajwid Berbasis android Android.
http://onlinepublication.amikompurwokerto.ac.id/index.p hp/publication/pdf/530/publikasi_530.pdf, (Diakses
8 Mei 2018).
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi kesehatan
jasmani dan rohani, yang meliputi kesehatan, bakat, perhatian, emosi.
2) Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan disekitar
siswa, yang meliputi seperti keluarga, sekolah, masyarakat.36
Dibawah ini peneliti akan mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
minat belajar tersebut :

1) Faktor-faktor internal:

a) Faktor biologis adalah faktor yang berhubungan dengan anak. Kesehatan


adalah faktor penting penting dalam belajar, siswa yang tidak sehat badannya,
tentu tidak dapat belajar dengan baik konsentrasinya akan terganggu, dan
pelajaran sukar masuk. Baik kesehatan maupun kemajuan belajarnya, maka
lama kita menunggu untuk memeriksakan kesehatannya, makin terbelakang
pula bagi anak dalam usaha menentukan minat belajarnya.

2). Faktor-faktor eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah faktor


keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat, uraian berikut akan membahas ketiga
faktor tersebut:

 Faktor orang tua


Cara orang tua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
anak diketahui bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Jika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anaknya atau acuh tak
acuh terhadap belajar anaknya seperti tidak meningkatkan anaknya untuk
belajar Al Quran sehingga anak terabaikan dari pendidikan dari orang tua.
 Faktor Media massa
Di era digital ini sudah tidak dipungkari rata-rata semua masyarakat di
Indonesia sudah memiliki handphone, laptop dan televisi. Semua ini dapat
memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap anak, sebab jika anak
berlebih-lebihan mencontoh/membaca, bahkan tidak dapat mengendalikannya,
apalagi sekarang ini sudah lagi trend aplikasi yang sangat digemari anak
seperti aplikasi games, YouTube, Whatsapp dan Tik Tok.
Sehingga semangat belajar mereka menjadi terpengaruh dam mundur sekali
dalam hal ini perlu penguasaan dan pengaturan waktu yang bijaksana.
 Teman bergaul
Teman bergaul yang tidak baik akan memberikan pengaruh yang tidak baik.
Karena Memilih teman yang baik adalah sesuatu yang tak bisa dianggap
remeh. Karena itu, Islam mengajarkan agar kita tak salah dalam memilihnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‫ين خَ لِيلِ ِه فَ ْليَ ْنظُرْ َأ َح ُد ُك ْم َم ْن يُخَ الِ ُل‬
ِ ‫ال َّر ُج ُل َعلَى ِد‬
"Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu
di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman".
(HR Abu Dâwud no. 4833 dan at-Tirmidzi no. 2378. (ash-Shahîhah no. 927)

BAB III

METODE PENELITIAN
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif yaitu studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang
seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu tertentu disebut studi
kasus.
Dalam penelitian ini studi kasus yang diteliti adalah menurunnya minat belajar dan
membaca Al-Qur’an dan solusinya bagi anak usia sekolah di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara (studi kasus pada anak usia 10-
15 tahun).
2) Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan adalah di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang
Hilir, Kabupaten Kayong Utara.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 Desember 2021 sampai dengan tanggal 13
Januari 2022.

3.Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah anak (usia 10-15tahun) di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.

4. Fokus Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, fokus penelitiannya adalah tentang menurunnya minat
belajar dan membaca Al-Qur’an dan solusinya bagi anak usia sekolah di Desa Batu
Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.(studi kasus anak usia 10-
15 tahun).

3) Sumber Penelitian
Sumber penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu sunber primer dan sumber
skunder.

a. Sumber Primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat (responden)
atau informasi yang dikumpulkan terutama untuk tujuan investigasi yang sedang
dilakukan. Sumber penelitian ini adalah anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara dimana mereka sebagai
informan, metode yang akan di lakukan dalam pengumpulan datanya menggunakan
wawancara mendalam dan observasi partisipatif.

b. Sumber skunder
Sumber data skunder adalah data yang diperoleh langsung melalui penelusuran
kepustakaan atau dokumentasi. Sedangkan data skunder ini di dapat dari beberapa
sumber yang terkait informasi tentang penelitian ini. Misalnya buku-buku atau orang
lain yang mengetahui data-data yang di butuhkan seperti lembaga yang juga di fokus
terhadap masalah yang di teliti ini.

4) Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang di gunakan dalam pelaksanaan penelitian
merupakan suatu cara untuk mendapatkan data yang di butuhkan berdasarkan kajian
yang di teliti oleh seorang peneliti.

a. Studi lapangan

Dalam studi lapangan, penulis terjun secara langsung di Desa Batu Barat, Kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara. Sehingga data yang di dapat merupakan
data fakta yang diproleh dari sumbernya langsung. Adapun dalam penelitian ini
menggunakan empat macam teknik pengumpulan data yaitu:

1) Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan


secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau
kelompok secara langsung. (Ngalim Purwanto, 2012:149). Peneliti melakukan
observasi Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.

2) Wawancara
Penentuan sumber data pada orang yang di wawancarai dilakukan secara purposive,
yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang berkaitan dengan
penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai anak (usia 10-15
tahun) di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
Selain itu juga wawancara bisa dilakukan kepada Orangtua atau yang mengajar
mengaji, pengurus Mushola, orang tua, dan teman sebaya yang bermukim di Desa
Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.

3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat
atau menganalisis dokumen-dokumen yang di buat oleh subjek sendiri atau oleh orang
lain tentang subjek. Bentuk dokumentasi yang dapat di jadikan bahan dalam studi
dokumentasi yaitu dokumentasi harian diantaranya: catatan harian (diary), surat
pribadi, autobiografi.

4) Triangulasi

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang


berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. (Sugiyono, 2012:330).

Dalam penelitian Menurunnya minat membaca Al-Qur’an dan solusinya bagi anak
usia sekolah di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara
(studi kasus pada anak usia 10-15 tahun di Desa Batu Barat), peneliti menggunakan
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data
yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Minat Belajar dan Membaca Al Quran pada anak (usia 10-15 tahun) di Desa
Batu Barat
Orangtua sangat berperan penting dalam menciptakan generasi yang sholeh
dan sholeha, karena agama islam sudah memberikan peran kepada orangtua yaitu
memiliki kewajiban memberikan pendidikan kepada anak salah satunya
memberikan pendidikan Agama Islam.
Berdasakan hal itulah para orang tua merupakan madrasah pertama yang di
tempuh seorang anak, oleh karena itu orang tua harus memberikan pendidikan
agama Islam yang ditanamkan sejak usia dini, karena pembiasaan-pembiasaan
pendidikan yang dilakukan sejak awal akan berdampak baik bagi kehidupan
seorang anak. Anak akan sulit di berikan pemahaman tentang pendidikan agama
ketika ia mulai beranjak remaja, karena pada usia tersebut anak sudah mulai
mencari jati dirinya, pada usia tersebut juga anak mulai mengenal dunia luar
disekitarnya.
Usaha para orang tua dalam memberikan pendidikan moral adalah dengan
mendekatkan anak dengan pendidikan Al-Qur’an yaitu dengan intensitas rutin
membaca Al-Qur’an, namun dalam praktinya di Desa Baru Barat, anak dengan
usia 10-15 tahun kurang berminat dalam mengaji, padahal di Desa Batu Barat
telah di bangun Tempat Pendidikan Al-Qur’an seperti TPA (Tempat Pendidikan
Al Quran) dan masjid, tujuan pembangunan tersebut guna merangkul anak-anak
untuk semangat menuntut ilmu, salah satunya dengan belajar dan membaca Al
Qur’an. Anak pada (usia 10-15 tahun) adalah usia yang seharusnya bersemangat
dalam menuntut ilmu, namun minat anak dalam mengikuti pembelajaran masihlah
minim, padahal minat sangat penting pada proses pembelajaran, karena minat
adalah daya dorong untuk melakaukan aktivitas, ketika seorang anak kehilangan
minatnya maka ia akan bermalas-malasan.
Menurunnya minat membaca Al-Qur’an itulah yang kini melanda anak (usia
10-15 tahun di desa Batu Barat) peristiwa tersebut sangat memprihatinkan, jika
dilihat dari jumlah anak yang mengaji di Masjid Nurul Ikhsan yaitu salah satu
tempat untuk anak belajar dan membaca Al-Qur’an, harapan peneliti dan semua
pihak adalah anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang
Hilir, Kabupaten Kayong Utara tersebut tidak mengaji di Masjid, ataupun Tempat
Pembelajaran Al-Qur’an anak tersebut mau dan membiasakan diri membaca Al-
Qur’an di rumah, namun setelah di lakukan observasi dan wawancara, anak
tersebut tidak mengaji di rumah dan tidak mengaji di tempat-tempat belajar
mengaji, seperti yang di tuturkan oleh Ibu Endang :
"Dia mengatakan kalau anak itu susah di suruh belajar ngaji ke Masjid,
apabila dia lagi asiknya bermain bersama teman sebayanya". (wawancara tanggal
20-12-2021).
Hendaknya Orang tua berusaha untuk membentuk kepribadian anak menjadi
anak yang sholeh dan sholeha dengan segala upaya agar terwujudnya impian
setiap orang tua untuk menjadikan anak yang cinta terhadap Al-Quran. Jika orang
tua sudah sadar atas peran yang sudah Allah amanahkan yaitu anak kepada
mereka selaku orang tua, maka sudah seharusnya orang tua memperhatikan
secara ketak dalam pendidikan Al Quran kepada anak.
Sangat diharapkan di Desa Batu Barat bisa menciptakan suasana religius
terhadap anak (usia 10-15 tahun) dengan menumbuhkan cinta terhadap Al-Quran
sehingga anak menjadi kebiasaan dalam belajar dan membaca Al-Quran di rumah
maupun di tempat belajar ngaji. Seperti setiap hari anak selalu memprioritaskan
belajar dan membaca Al-Quran yang mana kebiasaan ini bisa menciptakan
suasana lingkungan menjadi lingkungan yang cinta untuk membaca dan belajar
Al-Quran.
Namun dalam praktiknya sekarang ada saja problematika yang menjadi
penghambat tercapainya tujuan yang telah direncanakan. Seperti diungkap
Sarpawi:
“Sekarang ini anak-anak lebih gemar bermain hp, daripada belajar atau
membaca Al Quran dirumah maupun di masjid” (wawancara tanggal 21-12-
2021).
Berdasarkan data yang terkumpul melalui observasi dan wawancara
kemudian dianalisis, selanjutnya dapat di kategorikan bahwa menurunnya minat
membaca Al-Qur’an pada anak (usia 13-18 tahun) di Desa Batu Barat Kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara disebabkan oleh faktor-faktor yaitu
1. Faktor dari anak
2. Faktor dari orang tua
3. Faktor dari perkembangan teknologi informasi.
4. Faktor teman bermain.
Berikut ini akan di paparkan dengan jelas faktor penyebab menurunnya minat
membaca Al-Qur’an anak usia sekolah (usia 13-18 tahun di Blok Manis) Desa
Sidaresmi Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon sebagai berikut :
1) Faktor dari anak
Menurunnya minat membaca Al-Qur’an pada anak usia sekolah (usia 10-15
tahun) di Batu Barat Kecamatan Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara salah
satunya adalah pada diri anak itu sendiri. Menurunnya minat ini yang
menyebabkan si anak menjadi malas untuk belajar dan membaca Al-Quran.
Selain itu pada usia sekolah (usia 13-18 tahun) usia yang sangat rentan dengan
adanya pengaruh yang masuk dari luar dirinya sendiri, begitu juga dari
lingkungan sekitar tempat dia tinggal.
Data yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa anak, seperti dengan
Andri anak berusia 12 tahun, menyatakan bahwa:
"jujur ya.. Kalau yang membuat saya malas belajar dan memnaca Al-
Quran tu, gara-gara nonton film kartu di televisi sehingga minat untuk belajar
dan membaca Al-Quran tu tidak semangat lagi". (Wawancara pada tanggal 22-
12-2021).

Lain bagi anak lainnya seperti Fatir dan Fahmi, mereka mengatakan :

"yang menyebabkan kami malas bejalar dan membaca Al-Quran tu,


karena kami lebih banyak waktu bermain handphone seperti bermain game
dan menonton YouTube sehingga kami lupa waktu belajar dan membaca Al-
Quran. (wawancara pada tanggal 23-12-202).
Berdasarkan data-data yang telah direduksi terdapat beberapa sebab
menurunnya minat membaca Al-Qur’an pada anak (usia 10-15 tahun) di Batu
Barat Kecamatan Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara dipengaruhi oleh
faktor dari dalam diri anak sendiri, dengan data yang diperoleh melalui
wawancara kepada anak yang bersangkutan di ketahui bahwa faktor-faktor ini
beragam jenisnya setelah di analisis kita dapat memperoleh gambaran
penyebab dari menurunnya minat membaca Al-Qur’an pada anak (usia 10-15
tahun) di Batu Barat Kecamatan Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara ,
antara lain sebagai berikut:
1) Malas sebagai akibat perubahan dari pola pikir sesuai perkembangan kejiwaan
anak.
2) Bermain game di handphone, menonton YouTube maupun televisi.
3) Kurangnya semangat dan minat anak dalam beajar dan membaca Al-Qur’an
4) karena tidak ada yang memberi semangat ataupun memotivasi untuk berangkat
mengaji Al-Qur’an.
1. Faktor dari orang tua
Orang tua sangat berpengaruh besar dalam menentukan masa depan anak,
apakah anak tersebut menjadi anak yang sholeh dan sholeha atau tidak, karena jika
orang tua paham persoalan Agama Islam tentang apa yang di perintah oleh Allah
subahanu wata'ala, maka orang tua tidak akan mengabaikan pendidikan Agama Islam
terhadap anaknya. Terkadang karena minimnya pengetahuan Agama orang tua si anak
yang menyebabkan orang tua acuh tak acuh terhadap pendidikan agama islam kepada
anak.
Sebagai yang dikeluhkan seorang anak yang bernama Jumadi dengan uisa 13 tahun
dia mengatakan :
"Ketika saya berhenti untuk belajar ngaji di TPA, orang tua saya tidak terlalu
memperdulikan kenapa saya berhenti dan tanpa memarahi saya" (wawancara pada
tanggal 25-12-2021).
Dari fenomena yang telah dipaparkan oleh Jumadi, bisa disimpulkan bahwa
masih ada sebagian orang tua yang masih tidak peduli terhadap pendidikan agama
islam kepada anaknya. Padahal jika orang tua tau peran mereka selaku orang tua yang
sudah di amanahi oleh Allah untuk menciptakan anak yang sholeh dan sholeha, dan
memiliki akhlak yang mulia mungkin sebagian orang tua mereka sangat marah ketika
anaknya tidak mau belajar tentang Agama Allah subahanu wata'ala.
2. Faktor dari perkembangan teknologi informasi
Manusia hidup dihadapkan kepada tantangan, pada jaman modern ini
tantangan yang di hadapi adalah sebuah proses modernisasi dimana ketika kita tidak
bisa mengontrolnya justru perkembangan tersebut kurang baik efeknya pada diri kita.
Kemajuan kehidupan di abad modern ini karena kemajuan ilmu dan teknologi,
tantangan yang dihadapi oleh manusia tidak kalah banyak dan dahsyatnya
dibandingkan masyarakat primitif.
Kemajuan modernisasi yang kian meroket sangatlah baik, namun buruk jika
tidak adanya pengetahuan yang mendasar dalam memilih kemajuan modernisasi yang
baik. Modernisasi yang menyentuh pada anak biasanya melalui 3f ( food, fashion and
fun) untuk memberikan filter kepada modernisasi yang diterima anak perlulah suatu
pegangan hidup yaitu Al-Qur’an, dengan mempelajari AlQur’an dengan cara
membaca dan mengerti dan memahami dari makna ayatayat yang dilantunkan maka
sebesar apapun kemajuan yang ada kita bisa memilah dan memilih modernisasi mana
yang dapat kita manfaat kan dalam jalur positif.
Sebagaimana yang terjadi kepada anak yang bernama Eman yang tidak memiliki
Handphone dengan anak yang bernama Alif memiliki handphone.
"saye bang kalau udh main hp dan main game, lupa same belajar dan
membaca Al-Quran padahal dirumah udah ade jadwal ngaji yang diberi guru".
(Wawancara tanggal 27-12-2021).
Sedangkan saudara Eman ketika saya tanya tentang dirumah ada belajar ngaji
atau tidak? Dia mengatakan "Jujur bang saye kalau dirumah selalu belajar dan
membaca Al-Quran dan saya juga sambil menghafal surah-surah pendek yang di
suruh oleh guru gaji". (wawancara tanggal 28-12-2021).
Dari peristiwa dua anak di atas sudah bisa menyimpulkan bahwa di era
modern ini dengan semua serba canggih, seperti handphone didalamnya serba ada
dengan satu genggaman yang mana membuat pengaruh besar bagi seorang anak, jika
anak tersebut tidak didampingi dalam penggunaannya.
3. Faktor teman bermain
Teman bergaul dan lingkungan yang Islami, sungguh sangat mendukung seseorang
menjadi lebih baik dan bisa terus istiqomah. Sebelumnya bisa jadi malas-malasan.
Namun karena melihat temannya semangat berangkat untuk belajar Al-Quran di
masjid ataupun TPA dirinya pun bisa tertular.
Namun bisa juga sebaliknya jika berteman dengan yang tidak pernah belajar Al-
Quran, yang mana mereka hanya senang bermain dari pada belajar Al-Quran, dari
sifat teman ini juga bisa membuat si anak menjadi malas untuk belajar dan membaca
Al-Quran.
Seperti yang terjadi pada anak yang bernama Zaki, setelah saya tanya kenapa sering
tidak hadir belajar Al-Quran, lalu mengatakan :
"Saye bang e ngikut kawan saye mancing keliling di parit". (wawancara
tanggal 29-12-2021).
Dari peristiwa yang menimpa anak tersebut, bahwa salah dalam bergaul atau
salah memilih teman bisa menjerumuskan kita dalam ketidak tahuan persoalan agama.
Sebagaimana dalam hadist :
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ْال َمرْ ُء َعلَى ِدي ِن خَ لِيلِ ِه فَ ْليَ ْنظُرْ َأ َح ُد ُك ْم َم ْن يُ َخالِ ُل‬
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya,
perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” (HR. Abu Daud, no.
4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini shahih).
Al Ghozali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-
orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat
dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia.
Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.”[5]Tuhfatul
Ahwadzi, Abul ‘Ala Al Mubarakfuri, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Beirut, 7/42
Oleh karena itu, pandai-pandailah memilih teman bergaul. Jauhilah teman
bergaul yang jelek jika tidak mampu merubah mereka. Jangan terhanyut dengan
pergaulan yang malas-malasan dan penuh kejelekan. Banyak sekali yang menjadi baik
karena pengaruh lingkungan yang baik. Yang sebelumnya malas shalat atau malas
shalat jama’ah, akhirnya mulai rajin. Sebaliknya, banyak yang menjadi rusak pula
karena lingkungan yang jelek.
B. Solusi Meningkatkan Minat Membaca Al-Qur’an bagi Anak (usia 10-15tahun) di
Desa Batu Barat.
Banyaknya faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya minat membaca Al-
Qur’an bagi anak usia sekolah (usia 13-18 tahun) yang telah diuraikan di atas, maka
perlu adanya langkah-langkah strategis sebagai solusi untuk mengatasi minat mengaji.
Setelah didiskusikan bersama pengurus mushola dan bapak RT setempat
menghasilkan rencana-rencana program untuk meningkatkan minat membaca Al-
Qur’an anak usia sekolah (usia 13-18 tahun).Beberapa solusi yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1.Solusi untuk anak
Penyebab menurunnya minat membaca Al-Qur’an pada diri anak adalah
hilangnya semangat dan rasa malas, sehingga anak membutuhkan adanya motivasi.
Motivasi sangatlah penting bagi anak yang sedang belajar, begitu juga minat pada
membaca Al-Qur’an seperti yang di ungkap oleh A.M Sardiman (2000: 72) motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan di dahului dengan tanggap terhadap adanya tujuan.
Dengan adanya motivasi maka anak akan melakukan sesuatu demi tercapainya
tujuan yang diinginkan. Ketika anak diarahkan untuk mengaji dan diberikan
penjelasan tujuan dan keutamaan dari membaca Al-Qur’an salah satunya adalah Al-
Quran akan memberikan syafaat kelak bagi yang gemar membacanya, maka anak
akan termotivasi dalam mengaji karena untuk pegangan hidup yang akan dijalani.
Dalam rangka memberikan pendidikan agama yang baik dalam aspek mengaji
diharapkan setiap anak bisa melaksanakan pembiasaan membaca AlQur’an baik itu
dilakukan setelah sholat magrib maupun pada jam-jam tertentu. Pembiasaan ini
sangtalah baik ditanamkan pertama kali dilingkungan keluarga dimana lingkungan
keluarga ini adalah lingkungan belajar pertama dan utama bagi seorang anak. Anak
yang biasa tinggal di lingkungan keluarga yang religius akan terbiasa dengan aktifitas
keagamaan termasuk didalamnya adalah mengaji. Lain halnya dengan anak yang
tinggal pada keluarga yang biasa saja maka adanya kekuatan ekstra utuk
menumbuhkan minat anak (usia 10-15 tahun) dalam membaca Al-Qur’an.

3. Bekerja sama dengan unsur-unsur terkait.

Solusi yang bisa diberikan kepada anak yang menurun minat belajar dan
membaca Al-Quran, akibat dari pengaruh luar si anak, hal ini perlu adanya kerja sama
dengan orang tua, guru ngaji di Masjid maupun di tempat pendidikan Al-Quran
Unsur-unsur tersebut mempunyai peran tersendiri yang dapat membangkitkan
semngat anak untuk mau membaca Al-Qur’an. Berikut ini akan diuraikan beberapa
kerjasama yang telah di usahakan untuk menekan rendahnya minat membaca Al-
Qur’an bagi anak (usia 10-15 tahun), seperti yang terjadi di bawah ini:
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama bagi anak, orang tua
mempunyai kewajiban mendidik anak-anaknya, tidaklah benar orang tua hanya
mendidik dengan ilmu pengetahuan umum, namun dibarengi dengan itu haruslah anak
dididik dengan pengetahuan ilmu agama islam, sehingga si anak mendapatkan
pendidikan yang seimbang untuk dunianya maupun di akhirat kelak.
Namun realita yang terjadi di masyarakat desa Batu Barat belum sepenuhnya
memandang penting pendidikan agama bagi anaknya. Orang tua masih berkeyakinan
bahwa pendidikan ilmu pengetahuan umum jauh lebih penting karena dengan
pendidikan umum anaknya dapat memperoleh ijazah dan dengan ijazah itu anakya
dapat bekerja sehingga perekonomian keluarga akan meningkat.
Dalam hal inilah perlu adanya penjelasan kepada orang tua bahwa ilmu
pendidikan agama itu penting bagi anak. Sedari itu penulis mencoba membantu
memberikan solusi dengan cara bekerja sama dengan pihak manajemen masjid
mengumpulkan para orang tua khususnya para orang tua dengan anak (usia 10-15
tahun) . Langkah strategis yang diambil sebagai solusi yang dilaksanakan adalah.
1) Melalui rapat pertemuan setiap sebulan sekali kepada orang tua anak.
Rapat ini dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada orang tua anak,
mengenai "peningkatan minat belajar dan membaca Al-Quran". Orang tua
menjadi sasaran utama dalam meningkatkan minat belajar dan membaca Al-
Quran si anak, karena orang tua memiliki kewajiban untuk menyuruh dan
mengajak anak untuk belajar dan membaca Al-Quran. Namun sebagian orang
tua anak di Desa Batu Barat masih kurang peduli terhadap pendidikan agama,
sehingga biar pun si anak tidak belajar ngaji tidak menjadi permasalahan bagi
orang tua.
2) Pemberian motivasi kepada orang tua.
Selain penting bagi anak, motivasi juga penting diberikan kepada orang tua
anak karena motivasi merupakan dorongan untuk mencapai sebuah tujuan,
sehingga dengan motivasi yang berikan kepada orang tua dapat memberikan
semangat untuk selalu memberikan dukung kepada si anak dalam
meningkatkan minat belajar dan membaca Al-Quran.

Pemberian motivasi ini dilakukan pada sela-sela perkumpulan kegiatan rutinan


yasian setiap seminggu sekali dilaksanakan di rumah orang tua anak yang terletak di
Desa Batu Barat. Dengan motivasi diharapakan orang tua lebih bersemangat dalam
memberikan pendidikan agama kepada anaknya, terkhusus membaca Al-Qur’an
karena intensitas kegiatan membaca Al-Qur’an sangat menurun.

Syukurnya pada pertemuan yasinan rutin mingguan ini banyak ibu-ibu yang
hadir lebih dari seperti biasanya sehingga informasi mengenai pentingnya dorongan
bagi orang tua untuk menyuruh anak membaca Al-Qur’an dapat tersampaikan lebih
banyak kepada para ibu.

3) Pengawasan terhadap media massa


Di era modern ini sudah seharusnya orang tua selalu memantau dan
menadamping anak dalam menggunakan media seperti handphone, karena
sekarang ini handphone sudah dirasakan oleh anak (usia 10-15 tahun). Dapat
ketahui bersama di dalam handphone semua serba ada yang di inginkan anak
pun tinggal dalam satu genggam, apalagi sekarang ini lagi viralnya aplikasi
yang sangat digemari anak, contoh seperti aplikasi game online, aplikasi
hiburan tik tok mau pun tonton YouTube. Sehingga semua ini jika tidak
diperhatikan penuh oleh orang tua sangat memberikan efek yang sangat tidak
baik bagi anak.
Selain itu, untuk mengatasi transfer budaya barat yang sangat deras
maka perlu adanya perhatian lebih terhadap anak-anak seperti pembagian
waktu menonton televisi, mengarahkan atau memberikan pengertian kepada
anak terhadap acara televisi yang mereka tonton. Bahkan realita yang terjadi
sekarang adalah acara-acara televisi untuk anak-anak yang semula kebanyakan
ditayangkan pada hari libur sekolah atau hari minggu, sekarang jam
penayangannya pun mengalami pergeseran yaitu pada waktu antara sholat
maghrib dan sholat isya. Hal ini perlu menjadi pemikiran bersama karena pada
waktu itu adalah waktu yang sangat baik digunakan untuk belajar yaitu belajar
membaca Al-Qur’an. Sehingga para orang tua perlu mengambil tindakan atas
hal ini supaya perhatian anak untuk belajar tidak teralihkan dengan acara-acara
televisi tersebut.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Menurunnya minat membaca Al-Qur’an pada anak usia sekolah (usia 13-18 tahun) di Blok
Manis, Desa Sidaresmi Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon di sebabkan oleh beberapa
faktor yaitu: (a) Faktor dari anak, (b) faktor dari orang tua, (c) Teman bermain, (d)
Perkembangan IT.

2. Dengan mendapatkan gambaran mengenai menurunnya minat membaca AlQur’an bagi


anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat Kecamatan Simpang Hilir Kabupaten Kayong
Utara , kemudian didiskusikan bersama pihak-pihak terkait guna memberikan suatu langkah
strategis untuk melakukan solusi yang akan di laksanakan dalam rangka meningkatkan minat
membaca Al-Qur’an bagi anak (usia 10-15 tahun) di Batu Barat Kecamatan Simpang Hilir
Kabupaten Kayong Utara, kemudian di buatlah program-progam seperti berikut ini: (a) Solusi
untuk anak. Solusi untuk meningkatkan minat mengaji bagi anak adalah dengan memberikan
motivasi dan prilaku membiasakan membaca Al-Qur’an, (b) Melakukan kerjasama dengan
unsurunsur terkait. Kerjasama yang dilakukan dengan menggandeng beberapa pihak yaitu:
orang tua selaku pendidik dalam lingkungan keluarga, maupun para guru ngaji yang berada di
Desa Batu Barat.

B. SARAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab menurunnya minat membaca Al-Qur’an
dan solusinya bagi anak usia sekolah di Desa Sidaresmi, Kecamatan Pabedilan Kabupaten
Cirebon, dengan tujuan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya anak usia sekolah
(usia 13-18 tahun), peneliti perlu memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat Kecamatan Simpang Hilir Kabupaten
Kayong Utara, diharapkan agar membiasakan membaca Al-Qur’an.

2. Bagi para orang tua sebaiknya lebih memperhatikan lagi pendidikan anaknya baik itu
pendidikan formal maupun non formal. Lebih jauh lagi jika para orang tua memberikan
perhatian yang khusus terhadap pendidikan agama terutama membaca Al-Qur’an, kebiasaann
membaca Al-Qur’an harus diterapkan sejak usia dini pada anak dalam lingkungan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Agama. 2014. Al-Qur’an Hadits. Jakarta : Kementrian Agama

Razak, Nasruddin.1984. Dienul Islam, Cet 7. Bandung: Al-Ma’arif.


Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Cet. IV; Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), h. 133.

Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar


Siswa (Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 307.

Meliyawati, Pemahaman Dasar Membaca, Edisi I (Cet. I; Yogyakarta: Deepublish,


2016), h. 30.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, hlm. 92.

Alex Shobour, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: CV Pustaka, 2003),
hlm. 220.

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum…, hlm. 160.

Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Social…, hlm. 279.

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, hlm. 92.

Alex Shobour, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: CV Pustaka, 2003),
hlm. 220.

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum…, hlm. 160.

Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Social…, hlm. 279.

Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Cetakan ke-2. Jakarta:
Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Hurlock, Elizabeth. 2003. Psikologi Perkembangan. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Joko D Muktiono, Aku Cinta Buku: Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak (Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2003), h. 23-24.

Dalman, Keterampilan Membaca (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014),
h.141.

Zaencaem,Teori Minat Membaca, https://www.google.co.id/amp/s/nenengdotme.


wordpress.com/2012/01/01/tiori--minat-membaca/amp/, di akses 8 Januari 2018.
Hasbi Ash Shiddiqi, Sejarah dan Pangantar Ilmu Al Quran/ Tafsir, (Yogyakarta: Bulan
Bintang, 1980), hlm. 15.

13Ibid., hlm. 16.

Bustami. A. Ghani, Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Al Quran, (Jakarta: Litera Antar
Nusa, 1994), hlm. 1.

Muhammad Roihan Daulay, 2014. Studi Pendekatan Al-Qur’an.


http://docplayer.info/35916454-Studi-pendekatan-alquran- oleh-muhammad-roihan-daulay-
abstract.html, (Diakses 5 Mei 2018).

Rudiyanto,2014. Aplikasi Pengenalan Ilmu Tajwid Berbasis android Android.


http://onlinepublication.amikompurwokerto.ac.id/index.p
hp/publication/pdf/530/publikasi_530.pdf, (Diakses 8 Mei 2018).

Anda mungkin juga menyukai