OLEH :
2021/2022
ABSTRAK
Minat untuk belajar dan membaca Al-Qur’an dikalangan sebagian anak usia sekolah
(usia 10-15 tahun) semakin berkurang ini dikarenakan anak pada usia tersebut masih
dalam pencarian jatidiri, mereka juga masih mudah terpengaruh dengan lingkungan
pergaulan teman-temannya. Dengan kesenangan mereka bermain-main mereka lupa
akan kewajibannya sebagai pelajar yaitu belajar. Hal ini juga berdampak dengan
kemalasan mereka untuk mempelajari Al-Qur’an, terutama dalam membacanya.
Mereka akan banyak mencari alasan apabila disuruh membaca Al-Qur’an inilah yang
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penyebab
menurunnya minat belajar dan membaca Al-Qur’an pada anak usia sekolah (usia 10-
15 tahun) kemudian membantu memberikan solusi dalam mengatasi menurunnya
minat belajar dan membaca Al-Qur’an bagi anak usia sekolah di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
Salah satu kebutuhan anak dalam belajar adalah adanya minat, dengan minat anak
akan terdorong untuk melakukan sesuatu. Membaca Al-Qur’an adalah salah satu
bentuk upaya yang di lakukan untuk memenuhi kebutuhan ilmu agama, dalam
membaca Al-Qur’an anak juga memerlukan suatu minat, ketika anak mempunyai
minat terhadap sesuatu maka ia akan bersungguh-sungguh mempelajarinya.
Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa menurunnya minat belajar dan membaca
Al- Qur’an pada anak usia sekolah (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat adalah dari
faktor intern dan faktor ekstern. Solusi untuk mengatasi menurunnya minat mengaji
tersebut adalah dengan cara pemberian motivasi terhadap anak, pendidikan
pembiasaan mengaji, bekerjasama dengan para orang tua dan menggerakan
lingkungan agar bersama-sama memberikan pendidikan agama yang baik pada anak
melalui membaca Al-Qur’an selain itu adanya inovasi pada sistem pembelajaran Al-
Qur’an.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memahami al-Qur’an adalah kewajiban setiap muslim. Allah memberikan
akal dan fikiran kepada manusia yang tujuannya semata-mata agar manusia
memikirkan apa-apa yang telah Allah turunkan semua yang ada di alam
semesta. Salah satunya adalah al-Qur’an yang dijadikan pedoman hidup oleh
umat islam. Al-Qur’an karim adalah kalamullah, kitab suci yang agung,
mukjizat terbesar yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad Shallallahu
'alahi wa sallam, yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya, sebagai syifa atau penyembuh jiwa, juga petunjuk dan rahmat.
Maka hal itu, setiap muslim di wajibkan mempelajari cara membaca Al-
Qur’an sehingga sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW di
baca sesuai dengan kemampuan, dengan tenang, dan diulang-ulang sehingga
betul-betul benar. Sungguh sangat disayangkan jika ada orang mengaku
muslim, lahir dari keluarga muslim di Kartu Tanda Penduduk (KTP) tertulis
beragama Islam, tetapi lidahnya kelu tidak bisa membacakan ayat-ayat Al-
Qur’an. Mengapa kita susah untuk mempelajari Al-Qur’an? Padahal ia akan
menjadi penolong di dunia dan di akhirat bagi pembacanya. (Kementrian
Agama, 2014: 38). 1
Membaca Al-Qur’an merupakan amal perbuatan yang sangat mulia dan akan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda sebab yang dibaca itu adalah kitab
suci. Al-Qur’an sebagai kitab suci adalah sebaik-baik bacaan bagi orang
mu’min, baik di kala senang maupun di kala susah. Malahan, membaca
AlQur’an bukan saja menjadi amal dan ibadah, tetapi juga menjadi obat dan
penawar bagi orang yang gelisah jiwanya. (Nasruddin Razak, 1984:38). 2
Kemampuan membaca merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan
manusia, terutama di era globalisasi saat sekarang ini. Seorang butuh untuk
bisa membaca guna Al Qur’an bagi umat Islam. Pembelajaran AlQur’an
merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan ditumbuh
1
Kementrian Agama. 2014. Al-Qur’an Hadits. Jakarta : Kementrian Agama
2
Razak, Nasruddin.1984. Dienul Islam, Cet 7. Bandung: Al-Ma’arif.
kembangkan bagi setiap individu muslim, karena terkait langsung dengan
ibadah ritual seperti sholat, haji dan berdo’a. Inilah yang menjadi argumentasi
mendasar ditetapkankannya keterampilan membaca sebagai prioritas pertama
dan utama dalam pendidikan Islam. Seperti dalam firman Allah Al-Qur’an
surah Al-Alaq ayat 1-5
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a) Penyebab menurunnya minat belajar dan membaca Al Quran pada anak
(usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir,
Kabupaten Kayong Utara.
b) Bagaimana solusi dalam meningkatkan minat belajar dan membaca Al
Quran pada anak (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat, kecamatan Simpang
Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAAN
1. Tujuan penelitian
a) Untuk mengetahui penyebab menurunnya minat belajar dan membaca
Al Quran anak (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat, kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
b) Untuk mengetahui solusi dalam meningkatkan minat belajar dan
membaca Al Quran pada anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara
2. Manfaat hasil penelitian
a) Adapun manfaat dari penelitiaan ini yaitu agar dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana menurunnya minat belajar dan membaca Al
Quran pada anak (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat, Kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, dan dengan gambaraan
tersebut dapat memberikan inovasi agar minat belajar dan membaca Al
Quran pada anak (usia 10-15 tahun) Desa Batu Barat, Kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara yang ada pada diri anak
makin bertambah.
b) Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan
membaca Al Quran pada anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara dengan solusi
yang diberikan.
a)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Minat Belajar dan Membaca Al Quran pada anak (usia 10-15 tahun)
1. Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap ke jurusan sesuatu hal yang
berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seseorang adalah yang sesuai
dengan kebutuhannya.
Menurut Decroly, “minat itu ialah pernyataan suatu kebutuhan yang tidak
terpenuhi.” Kebutuhan itu timbul dari dorongan hendak memberi kepuasan kepada
suatu instink. Minat anak terhadap benda-benda tertentu dapat timbul dari
berbagai sumber antara lain perkembangan instink dan hasrat, fungsi-fungsi
intelektual, pengaruh lingkungan, pengalaman, kebiasaan, pendidikan dan
sebagainya.3
Menurut M. Buchori minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek,
seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Jadi
minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar, kalau tidak demikian
minat itu tidak memiliki arti sama sekali. Sedangkan sardiman AM menyatakan,
bahwa minat seseorang terhadap suatu obyek akan lebih kelihatan apabila obyek
sasaran berkaitan dengan keinginan atau kebutuhan sendiri, dengan kata lain ada
kecenderungan apa yang dilihat dan diamati seseorang adalah sesuatu yang
berhubungan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang tersebut. 4
Minat di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti kecenderungn hati
yang tinggi terhadap sesuatu gairah atau keinginan. Sama halnya dengan
membaca ketika seseorang tidak memiliki minat dalam hatinya untuk membaca
maka orang itu tidak akan melakukannya, karena minat bacapun harus timbul dari
dalam hati dengan dorongan yang sangat kuat. Apabila seseorang tidak memiliki
minat baca maka tidak akan menyenangi suatu bacaan yang dilihat atau hanya
sekedar dipandang.5
Berdasarkan definisi di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa minat adalah
kecenderungan jiwa yang relatif menetap pada diri seseorang dan biasanya disertai
3
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 133.
4
Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa
(Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 307.
5
Meliyawati, Pemahaman Dasar Membaca, Edisi I (Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 30.
dengan rasa senang. Minat timbul tidak secara tiba- tiba/spontan, melainkan
timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau
bekerja. Jadi jelas soal minat akan selalu terkait dengan soal kebutuhan atau
keinginan oleh karena itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu
agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
2. Pengertian Belajar
Belajar menurut Muhibin Syah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.6
Belajar menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Alex Sobur adalah
memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap. Mereka juga
berpandangan bahwa belajar menunjuk adanya yang progresif dari tingkah laku
dan belajar juga dapat memuaskan individu untuk mencapai tujuan.7
Belajar menurut Skinner yang dikutip oleh Bimo Walgito adalah suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat progresif.8
Belajar menurut ahli psikologi adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkahlaku
yang baru berkat pengalaman dan latihan.9
Belajar menurut Muhibin Syah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.10
Belajar menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Alex Sobur adalah
memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan sikap. Mereka juga
berpandangan bahwa belajar menunjuk adanya yang progresif dari tingkah laku
dan belajar juga dapat memuaskan individu untuk mencapai tujuan.11
Belajar menurut Skinner yang dikutip oleh Bimo Walgito adalah suatu proses
adaptasi perilaku yang bersifat progresif.12
6
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, hlm. 92.
7
Alex Shobour, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: CV Pustaka, 2003), hlm. 220.
8
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum…, hlm. 160.
9
Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Social…, hlm. 279.
10
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…, hlm. 92.
11
Alex Shobour, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: CV Pustaka, 2003), hlm. 220.
12
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum…, hlm. 160.
Belajar menurut ahli psikologi adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkahlaku
yang baru berkat pengalaman dan latihan.13
Beberapa beberapa definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa belajar itu
menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan perubahan itu
dilakukan lewat kegiatan atau usaha yang disengaja. Jadi yang dimaksud dengan
minat belajar adalah aspek psikologis seseorang yang menampakkan diri dalam
beberapa gejala, seperti gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses
perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari
pengetahuan dan ketertarikan seseorang atau siswa terhadap belajar yang
ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar.
3. Pengertian Minat Belajar
Menurut Ahmadi (2009), minat adalah sikap jiwa orang seorang termasuk
ketiga fungsi jiwanya (kognisi, konasi, dan emosi), yang tertuju pada sesuatu dan
dalam hubungan itu unsur perasaan yang kuat. 14 Menurut Slameto (2003), minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. 15
Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut Elizabeth Hurlock
(dalam Susanto, 2013), ada tujuh ciri minat belajar sebagai berikut:
1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan
mental
2. Minat tergantung pada kegiatan belajar
3. Perkembangan minat mungkin terbatas
4. Minat tergantung pada kesempatan belajar
5. Minat dipengaruhi oleh budaya
6. Minat berbobot emosional
1) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap sesuatu,
maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.16
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat belajar
adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
13
Abu Ahmadi, dkk, Psikologi Social…, hlm. 279.
14
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
15
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
16
Hurlock, Elizabeth. 2003. Psikologi Perkembangan. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
mengenang sesuatu secara terus menerus, memperoleh kebanggaan dan
kepuasan terhadap hal yang diminati, berpartisipasi pada pembelajaran, dan
minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam
belajar maka siswa akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran
dan akan memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.
4. Pengertian Membaca
Aktifitas membaca adalah aktifitas yang paling banyak dilakukan
selama proses pembelajaran di sekolah. Karena membaca adalah jalan
menuju ke pintu ilmu pengetahuan, maka untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan tidak ada cara lain yang harus dilakukan kecuali
memperbanyak membaca. Kemampuan membaca saja sering tidak cukup,
perlu dilengkapi dengan keterampilan menuangkan pikiran dalam bahasa
tulis dan atau lisan yang sistematis dan runtut. Hal ini bisa dikembangkan
sebagiannya dengan banyak membaca.
Setiap orang mengalami pengalaman membaca. Pengalaman membaca
ini tentu saja beragam, berbeda antara satu dan lainnya. Namun, secara
sederhana membaca didefinisikan sebagai “proses mengambil makna dari
bahasa tulis.” Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan
berbahasa, yakni mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Membaca juga merupakan satu dari dua aspek utama melek huruf (literacy),
yang terdiri dari membaca dan menulis.17
5. Pengertian Minat Membaca
Menurut Tarigan menyatakan minat baca merupakan kemampuan
seseorang berkomunikasi dengan diri sendiri untuk menangkap makna
yang terkandung dalam tulisan sehingga memberikan pengalaman emosi
akibat dari bentuk perhatian yang mendalam terhadap makna bacaan.18
Menurut Syaiful Jamarah Minat baca adalah keinginan dan kemauan
kuat untuk selalu membaca setiap kesempatan atau selalu mencari
kesempatan untuk membaca. Hal senada juga dikemukakan syaiful Rijal
dalam majalah Edukasi, No.03. Menurut Gage dalam Syaiful rijal, minat
baca dibagi menjadi dua, yaitu minat baca spontan dan minat baca terpola.
17
Joko D Muktiono, Aku Cinta Buku: Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2003), h. 23-24.
18
Dalman, Keterampilan Membaca (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h.141.
Minat baca spontan adalah minat baca yang tumbuh dari motivasi personil
pembaca (peserta didik). Sedangkan minat baca terpola adalah minat baca
yang berlangsung dalam kegiatan mengajar di sekolah. Minat baca perlu
ditanamkan dan dipupuk pada diri setiap manusia (peserta didik) baik oleh
diri sendiri atau oleh orang lain, untuk dapat diharapkan prestasinya terus
meningkat di masa yang akan datang. 19
6. Pengertian Al Quran
Kata Al-Qur’an menurut bahasa adalah bacaan atau yang dibaca.
20
Sedangkan menurut istilah banyak berbagai pakar agama yang
mendefinisikan Al-Qur’an diantaranya;
Menurut istilah ahli agama (‘uruf syara) ialah:“Nama bagi kalamulloh
yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam
mashaf.”21
Menurut Prof. K.H. Bustami A.Ghani “ Al-Qur’an adalah kitab suci
yang diwahyukan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW dengan
perantara Jibril sebagai petunjuk dan pedoman bagi manusia untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.”22
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan Allah
kepada rasulnya yang terakhir yaitu nabi Muhammad SAW sekaligus
sebagai mukjizat yang terbesar diantara mukjizat- mukjizat yang lain.
Turunnya Al-Qur’an dalam kurun waktu 23 tahun, dibagi menjadi dua
fase. Pertama diturunkan di Mekkah yang biasa disebut dengan ayat-ayat
Makkiyah. Dan yang kedua diturunkan di Madinah disebut dengan ayat-
ayat Madaniyah. (Muhammad Roihan Daulay, 2014). 23
Al-Qur’an menurut bahasa berarti bacaan atau yang dibaca. Menurut
istilah, Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi umat
manusia. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang
ingin mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Al-Qur’an menggunakan
19
Zaencaem, Teori Minat Membaca, https://www.google.co.id/amp/s/nenengdotme.
wordpress.com/2012/01/01/tiori--minat-membaca/amp/, di akses 8 Januari 2018.
20
Hasbi Ash Shiddiqi, Sejarah dan Pangantar Ilmu Al Quran/ Tafsir, (Yogyakarta: Bulan Bintang, 1980), hlm. 15.
21 13
Ibid., hlm. 16.
22
Bustami. A. Ghani, Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Al Quran, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1994), hlm. 1.
23
Muhammad Roihan Daulay, 2014. Studi Pendekatan Al-Qur’an. http://docplayer.info/35916454-Studi-
pendekatan-alquran- oleh-muhammad-roihan-daulay-abstract.html, (Diakses 5 Mei 2018).
bahasa Arab dan merupakan mukjizat bagi rasul. Sebagian besar ayat-ayat
Al- Qur’an diturunkan di kota Mekah dan kota Madinah. Isi yang
terkandung dalam Al-Qur’an terdapat 6.236 ayat 114 surat dan 30 juz.
(Rudiyanto, 2014).24
B. Menurunnya minat Belajar dan Membaca Al Quran pada anak (usia 10-15
tahun)
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang mempuyai minat atau
kecenderungan yang berbeda-beda dalan hal ini minat tidak berarti timbul dengan
sendirinya melainkan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Untuk
mengetahui bagaimanakah minat belajar seseorang atau siswa ini dapat di tempuh
dengan mengungkapkan seberapa dalam/gauhnya keterkaitan seseorang atau siswa
terhadap obyek, aktivitas-aktivitas atau situasi yang spesifik yang berhubungan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar menurut Abdul Rohman dan
Muhbib Abdul Wahab sebagai berikut :
1) Yang berhubungan dengan keadaan individu yang belajar, pada perhatiannya,
motivasinya, cita-citanya, perasaannya di waktu belajar, kemampuannya,
waktu belajar dan lain-lain.
2) Yang berhubungan dengan lingkungan dalam belajar, dapat diketahui dari
hubungan dengan teman-temannya, guru-gurunya, keluarganya, orang lain
disekitarnya dan lain-lain.
Yang berhubungan dengan materi pelajaran dan peralatannya, ini dapat di
ketahui dari catatan pelajarannya, buku-buku yang dimiliki/ yang pernah
dibacanya, perlengkapan sekolah serta perlengkapan-perlengkapan lain yang
diperlukan untuk belajar.35
24
Rudiyanto,2014. Aplikasi Pengenalan Ilmu Tajwid Berbasis android Android.
http://onlinepublication.amikompurwokerto.ac.id/index.p hp/publication/pdf/530/publikasi_530.pdf, (Diakses
8 Mei 2018).
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yakni keadaan atau kondisi kesehatan
jasmani dan rohani, yang meliputi kesehatan, bakat, perhatian, emosi.
2) Faktor eksternal ( faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan disekitar
siswa, yang meliputi seperti keluarga, sekolah, masyarakat.36
Dibawah ini peneliti akan mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
minat belajar tersebut :
1) Faktor-faktor internal:
BAB III
METODE PENELITIAN
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif yaitu studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang terinci tentang
seseorang (individu) atau sesuatu unit sosial selama kurun waktu tertentu disebut studi
kasus.
Dalam penelitian ini studi kasus yang diteliti adalah menurunnya minat belajar dan
membaca Al-Qur’an dan solusinya bagi anak usia sekolah di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara (studi kasus pada anak usia 10-
15 tahun).
2) Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilaksanakan adalah di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang
Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 13 Desember 2021 sampai dengan tanggal 13
Januari 2022.
3.Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah anak (usia 10-15tahun) di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
4. Fokus Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, fokus penelitiannya adalah tentang menurunnya minat
belajar dan membaca Al-Qur’an dan solusinya bagi anak usia sekolah di Desa Batu
Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.(studi kasus anak usia 10-
15 tahun).
3) Sumber Penelitian
Sumber penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu sunber primer dan sumber
skunder.
a. Sumber Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat (responden)
atau informasi yang dikumpulkan terutama untuk tujuan investigasi yang sedang
dilakukan. Sumber penelitian ini adalah anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat,
Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara dimana mereka sebagai
informan, metode yang akan di lakukan dalam pengumpulan datanya menggunakan
wawancara mendalam dan observasi partisipatif.
b. Sumber skunder
Sumber data skunder adalah data yang diperoleh langsung melalui penelusuran
kepustakaan atau dokumentasi. Sedangkan data skunder ini di dapat dari beberapa
sumber yang terkait informasi tentang penelitian ini. Misalnya buku-buku atau orang
lain yang mengetahui data-data yang di butuhkan seperti lembaga yang juga di fokus
terhadap masalah yang di teliti ini.
a. Studi lapangan
Dalam studi lapangan, penulis terjun secara langsung di Desa Batu Barat, Kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara. Sehingga data yang di dapat merupakan
data fakta yang diproleh dari sumbernya langsung. Adapun dalam penelitian ini
menggunakan empat macam teknik pengumpulan data yaitu:
1) Observasi
2) Wawancara
Penentuan sumber data pada orang yang di wawancarai dilakukan secara purposive,
yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu yang berkaitan dengan
penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai anak (usia 10-15
tahun) di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
Selain itu juga wawancara bisa dilakukan kepada Orangtua atau yang mengajar
mengaji, pengurus Mushola, orang tua, dan teman sebaya yang bermukim di Desa
Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara.
3) Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat
atau menganalisis dokumen-dokumen yang di buat oleh subjek sendiri atau oleh orang
lain tentang subjek. Bentuk dokumentasi yang dapat di jadikan bahan dalam studi
dokumentasi yaitu dokumentasi harian diantaranya: catatan harian (diary), surat
pribadi, autobiografi.
4) Triangulasi
Dalam penelitian Menurunnya minat membaca Al-Qur’an dan solusinya bagi anak
usia sekolah di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara
(studi kasus pada anak usia 10-15 tahun di Desa Batu Barat), peneliti menggunakan
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data
yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
BAB IV
A. Minat Belajar dan Membaca Al Quran pada anak (usia 10-15 tahun) di Desa
Batu Barat
Orangtua sangat berperan penting dalam menciptakan generasi yang sholeh
dan sholeha, karena agama islam sudah memberikan peran kepada orangtua yaitu
memiliki kewajiban memberikan pendidikan kepada anak salah satunya
memberikan pendidikan Agama Islam.
Berdasakan hal itulah para orang tua merupakan madrasah pertama yang di
tempuh seorang anak, oleh karena itu orang tua harus memberikan pendidikan
agama Islam yang ditanamkan sejak usia dini, karena pembiasaan-pembiasaan
pendidikan yang dilakukan sejak awal akan berdampak baik bagi kehidupan
seorang anak. Anak akan sulit di berikan pemahaman tentang pendidikan agama
ketika ia mulai beranjak remaja, karena pada usia tersebut anak sudah mulai
mencari jati dirinya, pada usia tersebut juga anak mulai mengenal dunia luar
disekitarnya.
Usaha para orang tua dalam memberikan pendidikan moral adalah dengan
mendekatkan anak dengan pendidikan Al-Qur’an yaitu dengan intensitas rutin
membaca Al-Qur’an, namun dalam praktinya di Desa Baru Barat, anak dengan
usia 10-15 tahun kurang berminat dalam mengaji, padahal di Desa Batu Barat
telah di bangun Tempat Pendidikan Al-Qur’an seperti TPA (Tempat Pendidikan
Al Quran) dan masjid, tujuan pembangunan tersebut guna merangkul anak-anak
untuk semangat menuntut ilmu, salah satunya dengan belajar dan membaca Al
Qur’an. Anak pada (usia 10-15 tahun) adalah usia yang seharusnya bersemangat
dalam menuntut ilmu, namun minat anak dalam mengikuti pembelajaran masihlah
minim, padahal minat sangat penting pada proses pembelajaran, karena minat
adalah daya dorong untuk melakaukan aktivitas, ketika seorang anak kehilangan
minatnya maka ia akan bermalas-malasan.
Menurunnya minat membaca Al-Qur’an itulah yang kini melanda anak (usia
10-15 tahun di desa Batu Barat) peristiwa tersebut sangat memprihatinkan, jika
dilihat dari jumlah anak yang mengaji di Masjid Nurul Ikhsan yaitu salah satu
tempat untuk anak belajar dan membaca Al-Qur’an, harapan peneliti dan semua
pihak adalah anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat, Kecamatan Simpang
Hilir, Kabupaten Kayong Utara tersebut tidak mengaji di Masjid, ataupun Tempat
Pembelajaran Al-Qur’an anak tersebut mau dan membiasakan diri membaca Al-
Qur’an di rumah, namun setelah di lakukan observasi dan wawancara, anak
tersebut tidak mengaji di rumah dan tidak mengaji di tempat-tempat belajar
mengaji, seperti yang di tuturkan oleh Ibu Endang :
"Dia mengatakan kalau anak itu susah di suruh belajar ngaji ke Masjid,
apabila dia lagi asiknya bermain bersama teman sebayanya". (wawancara tanggal
20-12-2021).
Hendaknya Orang tua berusaha untuk membentuk kepribadian anak menjadi
anak yang sholeh dan sholeha dengan segala upaya agar terwujudnya impian
setiap orang tua untuk menjadikan anak yang cinta terhadap Al-Quran. Jika orang
tua sudah sadar atas peran yang sudah Allah amanahkan yaitu anak kepada
mereka selaku orang tua, maka sudah seharusnya orang tua memperhatikan
secara ketak dalam pendidikan Al Quran kepada anak.
Sangat diharapkan di Desa Batu Barat bisa menciptakan suasana religius
terhadap anak (usia 10-15 tahun) dengan menumbuhkan cinta terhadap Al-Quran
sehingga anak menjadi kebiasaan dalam belajar dan membaca Al-Quran di rumah
maupun di tempat belajar ngaji. Seperti setiap hari anak selalu memprioritaskan
belajar dan membaca Al-Quran yang mana kebiasaan ini bisa menciptakan
suasana lingkungan menjadi lingkungan yang cinta untuk membaca dan belajar
Al-Quran.
Namun dalam praktiknya sekarang ada saja problematika yang menjadi
penghambat tercapainya tujuan yang telah direncanakan. Seperti diungkap
Sarpawi:
“Sekarang ini anak-anak lebih gemar bermain hp, daripada belajar atau
membaca Al Quran dirumah maupun di masjid” (wawancara tanggal 21-12-
2021).
Berdasarkan data yang terkumpul melalui observasi dan wawancara
kemudian dianalisis, selanjutnya dapat di kategorikan bahwa menurunnya minat
membaca Al-Qur’an pada anak (usia 13-18 tahun) di Desa Batu Barat Kecamatan
Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara disebabkan oleh faktor-faktor yaitu
1. Faktor dari anak
2. Faktor dari orang tua
3. Faktor dari perkembangan teknologi informasi.
4. Faktor teman bermain.
Berikut ini akan di paparkan dengan jelas faktor penyebab menurunnya minat
membaca Al-Qur’an anak usia sekolah (usia 13-18 tahun di Blok Manis) Desa
Sidaresmi Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon sebagai berikut :
1) Faktor dari anak
Menurunnya minat membaca Al-Qur’an pada anak usia sekolah (usia 10-15
tahun) di Batu Barat Kecamatan Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara salah
satunya adalah pada diri anak itu sendiri. Menurunnya minat ini yang
menyebabkan si anak menjadi malas untuk belajar dan membaca Al-Quran.
Selain itu pada usia sekolah (usia 13-18 tahun) usia yang sangat rentan dengan
adanya pengaruh yang masuk dari luar dirinya sendiri, begitu juga dari
lingkungan sekitar tempat dia tinggal.
Data yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa anak, seperti dengan
Andri anak berusia 12 tahun, menyatakan bahwa:
"jujur ya.. Kalau yang membuat saya malas belajar dan memnaca Al-
Quran tu, gara-gara nonton film kartu di televisi sehingga minat untuk belajar
dan membaca Al-Quran tu tidak semangat lagi". (Wawancara pada tanggal 22-
12-2021).
Lain bagi anak lainnya seperti Fatir dan Fahmi, mereka mengatakan :
Solusi yang bisa diberikan kepada anak yang menurun minat belajar dan
membaca Al-Quran, akibat dari pengaruh luar si anak, hal ini perlu adanya kerja sama
dengan orang tua, guru ngaji di Masjid maupun di tempat pendidikan Al-Quran
Unsur-unsur tersebut mempunyai peran tersendiri yang dapat membangkitkan
semngat anak untuk mau membaca Al-Qur’an. Berikut ini akan diuraikan beberapa
kerjasama yang telah di usahakan untuk menekan rendahnya minat membaca Al-
Qur’an bagi anak (usia 10-15 tahun), seperti yang terjadi di bawah ini:
Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama bagi anak, orang tua
mempunyai kewajiban mendidik anak-anaknya, tidaklah benar orang tua hanya
mendidik dengan ilmu pengetahuan umum, namun dibarengi dengan itu haruslah anak
dididik dengan pengetahuan ilmu agama islam, sehingga si anak mendapatkan
pendidikan yang seimbang untuk dunianya maupun di akhirat kelak.
Namun realita yang terjadi di masyarakat desa Batu Barat belum sepenuhnya
memandang penting pendidikan agama bagi anaknya. Orang tua masih berkeyakinan
bahwa pendidikan ilmu pengetahuan umum jauh lebih penting karena dengan
pendidikan umum anaknya dapat memperoleh ijazah dan dengan ijazah itu anakya
dapat bekerja sehingga perekonomian keluarga akan meningkat.
Dalam hal inilah perlu adanya penjelasan kepada orang tua bahwa ilmu
pendidikan agama itu penting bagi anak. Sedari itu penulis mencoba membantu
memberikan solusi dengan cara bekerja sama dengan pihak manajemen masjid
mengumpulkan para orang tua khususnya para orang tua dengan anak (usia 10-15
tahun) . Langkah strategis yang diambil sebagai solusi yang dilaksanakan adalah.
1) Melalui rapat pertemuan setiap sebulan sekali kepada orang tua anak.
Rapat ini dengan tujuan untuk memberikan edukasi kepada orang tua anak,
mengenai "peningkatan minat belajar dan membaca Al-Quran". Orang tua
menjadi sasaran utama dalam meningkatkan minat belajar dan membaca Al-
Quran si anak, karena orang tua memiliki kewajiban untuk menyuruh dan
mengajak anak untuk belajar dan membaca Al-Quran. Namun sebagian orang
tua anak di Desa Batu Barat masih kurang peduli terhadap pendidikan agama,
sehingga biar pun si anak tidak belajar ngaji tidak menjadi permasalahan bagi
orang tua.
2) Pemberian motivasi kepada orang tua.
Selain penting bagi anak, motivasi juga penting diberikan kepada orang tua
anak karena motivasi merupakan dorongan untuk mencapai sebuah tujuan,
sehingga dengan motivasi yang berikan kepada orang tua dapat memberikan
semangat untuk selalu memberikan dukung kepada si anak dalam
meningkatkan minat belajar dan membaca Al-Quran.
Syukurnya pada pertemuan yasinan rutin mingguan ini banyak ibu-ibu yang
hadir lebih dari seperti biasanya sehingga informasi mengenai pentingnya dorongan
bagi orang tua untuk menyuruh anak membaca Al-Qur’an dapat tersampaikan lebih
banyak kepada para ibu.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Menurunnya minat membaca Al-Qur’an pada anak usia sekolah (usia 13-18 tahun) di Blok
Manis, Desa Sidaresmi Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon di sebabkan oleh beberapa
faktor yaitu: (a) Faktor dari anak, (b) faktor dari orang tua, (c) Teman bermain, (d)
Perkembangan IT.
B. SARAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penyebab menurunnya minat membaca Al-Qur’an
dan solusinya bagi anak usia sekolah di Desa Sidaresmi, Kecamatan Pabedilan Kabupaten
Cirebon, dengan tujuan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya anak usia sekolah
(usia 13-18 tahun), peneliti perlu memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi anak (usia 10-15 tahun) di Desa Batu Barat Kecamatan Simpang Hilir Kabupaten
Kayong Utara, diharapkan agar membiasakan membaca Al-Qur’an.
2. Bagi para orang tua sebaiknya lebih memperhatikan lagi pendidikan anaknya baik itu
pendidikan formal maupun non formal. Lebih jauh lagi jika para orang tua memberikan
perhatian yang khusus terhadap pendidikan agama terutama membaca Al-Qur’an, kebiasaann
membaca Al-Qur’an harus diterapkan sejak usia dini pada anak dalam lingkungan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Alex Shobour, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: CV Pustaka, 2003),
hlm. 220.
Alex Shobour, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah, (Bandung: CV Pustaka, 2003),
hlm. 220.
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Cetakan ke-2. Jakarta:
Rineka Cipta.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Joko D Muktiono, Aku Cinta Buku: Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak (Jakarta:
Elex Media Komputindo, 2003), h. 23-24.
Dalman, Keterampilan Membaca (Cet. II; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014),
h.141.
Bustami. A. Ghani, Beberapa Aspek Ilmiah Tentang Al Quran, (Jakarta: Litera Antar
Nusa, 1994), hlm. 1.