Anda di halaman 1dari 32

PERAN TKA-TPA DALAM MENINGKATAN KUALITAS

KEMAMPUAN BACA AL-QUR’AN PADA ANAK DI TKA-


TPA NURUL HIKMAH DI KABUPATEN GOWA

OLEH :
KELOMPOK 9

 SRI DEVIARNI 105611106619


 NASRA WIDIA NATA 105611107619
 RAHMADANI AS 105611107819
 WINDI ALISTRIANI 105611108219
 WERMAN 105611101917

JURUSAN ILMU ADMINISRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MKAASSAR
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahiim Alhamdulillah,
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas
segala ridho-Nya lah kami dapat menyelesaikan proposal kegiatan lomba mengaji di TKA -TPA
NURUL HIKMAH
Sebuah kesempurnaan tentunya sulit ditemukan, kami selaku penyusun proposal ini tentunya tak luput
dari kesalahan, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat memotivasi menuju ke arah
perbaikan.
Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada pihak-pihak yang telah membantu dan berkontribusi
dalam pelaksanaan kegiatan ini. Kami mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan sebagai
panitia penyelenggara.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat. Sehubungan dengan itu Allah
mengajarkan kepada Nabi Adam dan semua keturunannya dengan ilmu pengetahuan
itu manusia dapat melaksanakan tugasnya dalam kehidupan ini. Oleh karena itu
Rasulullah menyuruh, menganjurkan, dan memotivasi umatnya agar menuntut ilmu
pengetahuan. Sehubungan dengan sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS: At-
taubah ayat 122: ُ “Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”
Jika dilihat dari aspek keagamaan pada masa anak-anak belum mempunyai
kesadaran beragama, tetapi ia telah memiliki potensi kejiwaan dan dasar-dasar
kehidupan berkeTuhanan, perkembangan kesadaran dan beragama anak-anak sangat
dipengaruhi oleh keimanan, sikap, dan tingkah laku keagamaan orang tuanya.
Dewasa ini, banyak anak yang mempunyai keterbatasan ilmu pengetahuan
baik umum maupun ilmu agama. Melihat fenomena tersebut, kaitannya dengan ilmu
agama karena sumber hukum agama yang paling dominan adalah Al-Quran, anak
harus diberi pengetahuan tentang Al-Quran yang cukup. Langkah pertama yang harus
dipersiapkan orang tua terhadap anak-anaknya yaitu membaca Al-Qur‟an dan
memahami maknanya.
Al-Qur-an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad
SAW sebagai salah satu rahmat dan petunjuk bagi umat manusia. Di dalamnya
terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa
yang mempercayai serta mengamalkannya. Bukan itu saja, tetapi Al-Qur-an juga
adalah kitab suci yang paling sempurna diturunkan Allah, yang isinya mencakup
sebagai pokok-pokok syari‟at yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan
sebelumnya. Oleh karena itu setiap orang yang mempercayai Al-Qur-an, akan
bertambah cinta kepadanya, cinta untuk membaca, untuk mempelajari dan
memahaminya.
Al-Quran dijadikan sebagai sumber pendidikan islam yang pertama dan utama
karena ia memiliki nilai absolute yang diturunkan dari Tuhan, Allah SWT
menciptakan manusia dan Dia pulalah yang mendidik manusia, yang mana isi
pendidikan itu telah termaktub dalam wahyu-Nya, tidak satupun persoalan termasuk
persoalan pendidikan yang dari jangkauan Al-Quran.
Membaca Al-Quran itu suatu yang harus bagi setiap umat islam, karena Al-
Quran merupakan sumber hukum atau sebagai petunjuk kehidupan umat islam, maka
hendaklah setiap umat islam mampu membacanya sesuai dengan ketentuan-ketentuan
ilmu tajwid untuk dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Ysng mana
dalam hal ini sebaiknya mengajarkan sedini mungkin.
Al-Qur‟an mengarahkan manusia pada jalan yang benar dan lurus, sehingga
bisa mencapai kesempurnaan manusiawi yang merealisasikan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat. Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang paling sempurna bagi umat
Islam. Tidak hanya mempelajari dan mengamalkan isinya saja yang menjadi
keutamaannya, tetapi membacanya juga sudah bernilai ibadah. Membaca Al-Qur‟an
adalah suatu ilmu yang mengandung seni, seni baca Al-Qur‟an. Al-Qur‟an itu ialah
wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai
suatu mu‟jizat, membacanya dianggap ibadah, sumber utama ajaran islam. Oleh
karena itu belajar membaca Al-Qur‟an harus dimulai sejak kecil agar kelak bisa
menjadi orang yang berguna dan berakhlak mulia serta menambah ketaqwaan
kepadanya.
Belajar Al-Qur‟an merupakan kewajiban yang paling utama bagi setiap
mu‟min, Begitu juga mengajarkannya. Belajar Al-Qur-an hendaknya dimulai sejak
kecil dari usia 5 atau 6 tahun, karena pada masa anak-anak merupakan masa yang
amat kondusif untuk pembiasaan perilaku keagamaan, seperti pembiasaan mendirikan
sholat lima waktu, pembiasaan membaca kitab suci Al-Qur-an, pembiasaan berdo’a,
pembiasaan berbakti kepada orang tua, dan lain-lain. Pembiasaan ini bila dilakukan
dengan strategi yang tepat dapat menumbuh kembangkan nilai-nilai akhlaq karimah
bagi anak-anak.
Dengan demikian, perilaku keagamaan bila dibiasakan sejak kecil, dapat
berpengaruh lebih mendalam pada masa dewasanya kelak. Oleh karena itu orang tua,
keluarga, masyarakat serta tokoh agama di sekitar anak-anak memiliki peranan
penting dalam membantu pembiasaan berperilaku keagamaan yang baik bagi mereka.
Sementara itu, saya melihat dalam masyarakat muslim di Indonesia di
pedesaan dan perkotaan bisa dengan mudah dijumpai anak-anak dan remaja muslim
yang belum mampu membaca Al-Qur‟an. Padahal Al-Qur‟an diakui sebagai kitab
sucinya dan menjadi pedoman hidup sehari-hari. Hal seperti ini bukanlah perkara
yang tabu pada zaman sekarang, karena terjadi benturan antara sekolah formal dengan
sekolah non formal yang dalam lingkup TPA, hal ini karena sekolah formal
mempunyai wajib belajar bagi anak-anak, meskipun pendidikan nonformal juga sudah
didukung oleh DEPAG (Departemen Agama) namun tanggapan atau pandangan
masyarakat masih memandang sebelah mata.
Di sisi lain banyak orang tua yang cenderung menyekolahkan anaknya di
lembaga-lembaga formal saja, dengan harapan kelak kemudian hari anaknya bisa
menjadi orang-orang yang pandai dan intelek, namun mereka lupa dengan pendidikan
agamanya, sehingga secara tidak sadar orang tua menjauhkan anak-anaknya dari
pendidikan agama, sebab mereka menganggap pelajaran keagamaan tidak begitu
penting. Bagi mereka yang terpenting adalah kepandaian yang mampu menghasilkan
materi sebanyak-banyaknya
Pendidikan merupakan suatu sistem dan proses yang melibatkan berbagai
komponen, komponen-komponen tersebut adalah komponen tujuan, pendidik, peserta
didik, alat, lingkungan atau lembaga, kurikulum, dan evalusi. Antara satu komponen
dan komponen lain saling bekerja sama dalam mencapai tujuan.apabila ada komponen
yang baik, tetapi juga ada yang jelek maka tujuan tidak akan tercapai dengan baik.
Lembaga pendidikan islam adalah tempat atau organisasi yang
menyelenggarakan pendidikan islam, yang mempunyai struktur yang jelas, dan
bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan islam. Oleh sebab itu lembaga
pendidikan islam tersebut harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan
terlaksananya pendidikan dengan baik, menurut tugas yang diberikan kepadanya.
TKA-TPA (Taman Pendidikan Al Qur’an) adalah lembaga atau kelompok
masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam
yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al Qur’an sejak usia dini,
serta memahami dasar-dasar agama Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah
dasar dan madrasah ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan yang lebih tinggi.
Pondok pesantren, majelis ta‟lim, TKA/TPA adalah beberapa bentuk dari
banyaknya lembaga pendidikan keagamaan islam yang hidup subur di tengah-tengah
masyarakat. Hampir di setiap komunitas muslim terdapat lembaga-lembaga ini, dan
selama ini pula lembaga-lembaga tersebut telah banyak berperan dalam
pengembangan masyarakat. Perkembangan lembaga pendidikan Al-Quran yang
begitu pesat menandakan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya kemampuan baca tulis Al-Quran dan keberadaannya di muka bumi ini.
Keberadaan pendidikan Al-Quran membawa misi yang sangat mendasar terkait
dengan pentingnya memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai Al-Quran sejak usia
dini.
Keberadaan TKA/TPA mempunyai potensi dan pengaruh yang sangat besar
dalam pertumbuhan pendidikan keagamaan, karena TKA dan TPA berperan besar
dalam membangun akhlak dan moral calon generasi penerus bangsa. Kini lembaga
pendidikan Al-Quran berupa TKQ/TPQ atau sejenisnya telah cukup eksis. Dengan
disahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan pendidikan
keagamaan, makin memperkokoh keberadaan lembaga pendidikan Al-Quran ini,
sehingga menuntut penyelenggarannnya untuk lebih professional.
Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) adalah suatu lembaga yang bergerak di
bidang kegiatan-kegiatan agamis, begitupun seyogyanya taman pendidkan Al-Quran
(TPA) yang ada Kabupaten Gowa yang seharusnya merupakan lembaga yang sangat
tepat untuk mengembangkan syi‟ar Islam dalam hal pendalaman membaca Al-Qur‟an
dengan baik dan benar dan kegiatan agama lainnya sesuai dengan visi, misi, dan
tujuan dari taman pendidikan Al-Quran tersebut. Keterampilan membaca Al-Quran
yang baik dan benar atau lebih dikenal dengan istilah mengaji merupakan
keterampilan penting pada fase awal guna memahami isi kandungan Al-Quran.
Mengaji juga memiliki keterkaitan erat dengan ibadah-ibadah ritual kaum muslim,
seperti pelaksanaan shalat, haji dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Taman pendidikan Al-Qur-an (TPA) Nurul Hikmah yang terletak di
Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Di tengah kesibukan aktifitas yang
sangat padat ini, ternyata masih ada sebagian orang tua yang masih mempunyai
kesadaran akan pentingnya agama bagi anak-anak mereka. Bahkan ada sebagian
orang tua yang meluangkan waktuknya untuk mengantar anak-anaknya agar anaknya
mau belajar di TPA Masjid Quba yang terletak di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi
Selatan. Problematika dalam proses pembelajaran di TPA Nurul Hikmah saat ini
masih kurangnya upaya peningkatan pembelajaran Al-quran baik itu datang dari anak-
anak itu sendiri maupun dari pengajar. Masih kurangnya kualitas bacaan Al-Qur-an
anak-anak. Sehingga jauh dari harapan orang tua dan anak-anak untuk mencapai
kualitas bacaan yang diharapkan. Untuk itu peneliti ingin melihat upaya TPA dalam
meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur-an anak-anak. Misalnya masih kurangnya guru
dalam pengelolaan kelas, anak-anak yang menunggu gilirannya mengaji sibuk
bermain pada saat pembelajaran berlansung, sehingga proses belajar mengajar
menjadi kurang kondusif. Semestinya guru harus memberikan tugas atau pekerjaan
bagi anak-anak yang menunggu gilirannya mengaji supaya anak tidak ribut dengan
temannya, menurut saya cara ini sangat cocok dilakukan supaya dalam proses
pembelajaran bisa menjadi lancar.
Membaca dan memahami al-Qur’an adalah suatu keharusan bagi umat Islam,
karena Al-qur’an merupakan sumber utama bagi umat Islam dalam menjalankan
kehidupan sehari-harinya. Akan tetapi, berbicara mengenai kemampuan membaca dan
memahami al-Qur’an, yang akan diperoleh adalah hasil yang bervariasi.
Terkadang orang mampu membaca dengan baik akan pandai memahami isi
kandungannya, ada juga orang yang begitu bagus dalam membaca al-Qur’an tetapi
tidak pandai memahami isi kandungan al-Qur’an, ada juga orang yang kurang begitu
bagus dalam membaca al-Qur’an tetapi ia mampu memahami isi kandungan alQur’an
dan yang terakhir adalah orang yang seimbang, dalam arti ia mampu membaca dan
memahami al-Qur’an dengan baik dan benar.
Mengingat pentingnya pendidikan al-Qur’an ini, maka para guru TPA dan
orang tua selalu berupaya agar setiap peserta didiknya mampu membaca dan menulis
al-Qur’an dengan baik dan benar dan kemudian mengamalkan isi kandungannya
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan baca
tulis al-Qur’an adalah pembenahan kualitas sistem pendidikan Al-qur’an melaui
Taman Pendidikan al-Qur’an (TPA) yang diselenggarakan di masjid-masjid atau
rumah-rumah masyarakat.
TPA atau Taman Pendidikan al-Qur’an sering juga disebut TPQ (Taman
Pendidikan Qur’an) adalah suatu lembaga pendidikan formal yang terorganisir yang
secara khusus memberikan pelajaran tentang baca tulis al-Qur’an dan ibadah-ibadah
dasar bagi peserta. Dalam kurikulum TPA yang disusun oleh Kementrian Agama
sangat jelas bahwa diadakannya TPA ini bertujuan kepada beberapa hal yaitu Peserta
didik/Santri dapat terbiasa mambaca al-Qur’an dengan lancar dan fasih serta
memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah dan ilmu tajwid, mereka
juga dapat mengagumi dan mencintai al-Qur’an sebagai bacaan istimewa dan
pedoman utama, kemudian peserta didik juga dapat mengerjakan shalat lima waktu,
menghapal surah-surah pendek dan doa harian serta dapat menulis ayat-ayat al-Qur’an
dengan baik dan benar.
Namun pada saat peneliti melakukan observasi awal didapati bahwa
kurangnya pengembangan strategi dalam kegiatan pembelajaran Al-Quran terutama
pada hukum bacaan Al-Quran atau ilmu tajwid menyebabkan kurangnya kualitas
membaca Al-Quran pada anak. Yang mana dari jumlah keseluruhan anak di TPQ Ar-
Rahman berjumlah 30 anak, ada beberapa anak yang mengalami kesulitan membaca
Al-Quran sesuai dengan hukum-hukum bacaan Al-Quran atau ilmu tajwid berjumlah
25 anak dan anak yang telah dapat membaca AL-Quran sesuai dengan hukum bacaan
Al-Quran atau ilmu tajwid berjumlah 5 anak.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis merasa tertarik untuk mengangkatnya dalam sebuah karya tulis ilmiah yang
berjudul “PERAN TKA-TPA DALAM MENINGKATAN KUALITAS
KEMAMPUAN BACA AL-QURAN PADA ANAK DI TKA-TPA NURUL
HIKMAH DI KABUPATEN GOWA”
 Alasan memilih meneliti DI TKA-TPA NURUL HIKMAH :
 Untuk mengetahui peran TKA-TPA dalam meningkatkan kualitas
kemampuan baca Al-Quran pada anak di TKA-TPA Nurul Hikmah di
Kabupaten Gowa.
 Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Al-
Qur’an di TKA-TPA Nurul Hikmah di Kabupaten Gowa.
 Metode PAR yang di gunakan yaitu Kualitatif :
Karena penelitian kualitatif dapat mendeksripsikan dalam bentuk kata-kata
dan bahasa tentang fenomena apa yang dialami oleh sujek peneliti misalnya
pelaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan cara mengumpulkan data sedalam-
dalamnya.
 Manfaat TKA-TPA dalam masyrakat:
Agar setiap peserta didiknya mampu membaca dan menulis al-Qur’an dengan
baik dan benar dan kemudian mengamalkan isi kandungannya dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Kurangnya pengembangan strategi dalam kegiatan pembelajaran Al-Quran
2. Kurangnya kualitas anak dalam membaca Al-Quran
3. Anak kurang bisa membaca Al-Quran sesuai ilmu tajwid

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran TKA-TPA dalam meningkatkan kualitas kemampuan baca Al-
Qur’an pada anak di TKA-TPA Nurul Hikmah di Kabupaten Gowa?
2. Apa sajakah kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Al-Quran di TKA-TPA
Nurul Hikmah di Kabupaten Gowa?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran TKA-TPA dalam meningkatkan kualitas kemampuan
baca Al-Quran pada anak di TKA-TPA Nurul Hikmah di Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala yang dihadapi dalam pembelajaran Al-
Qur’an di TKA-TPA Nurul Hikmah di Kabupaten Gowa.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis diharapkan dapat menjadi bahan penelitian dan pengkajian lebih
lanjut oleh berbagai pihak yang ingin mempelajari tentang peran TKA-TPA dalam
peningkatan kualitas kemampuan baca AL-Quran pada santri.
2. Manfaat praktis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan memberikan
kesadaran penuh bagi penulis yang dapat diterapkan bagi pembinaan anak-anak
dimasa yang akan datang.
BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN


Gambaran Umum Lokasi Penelitian
A. Sejarah Terbentuknya Gowa
Di Gowa bendera Merah putih berkibar di depan istana kerjaan
Gowa, yang pertama kali dikibarkan oleh Andi Baso Eran dan kawan-
kawan. Sedangkan di kecamatan bajeng kabupaten gowa bendera merah
putih sudah dikibarkan pada tanggal 4 agustus 1945 di bungung barania.
Atas pengibaran bendera itu, tentara Netherlands Indies Civil
Administration (NICA) di Sungguminasa mengadakan penyerbuan dan
menurunkan bendera merah puutih menggantinya dengan bendera
belanda. Setelah proklamasi kemerdekaan, kondisi di wilayah Gowa tidak
berrati sudah aman. Kedatangan tentara NICA yang diboncengi belanda
serta kekejaman tentara Westerling tahun 1946-1947 menyebabkan
rakyat sulawesi selatan menderita begitupun rakyat gowa. Dengan
semngat Abbulo Sebatang, rakyat Gowa semakin gigih dan semnagta
mempertahankan kermerdekaannya. Hal ini tergambar dari
perlawanannya dalam beberapa pertempuran melawan sekutu dan belada.
Di kampung samata, somba opu, rumah rakyat dibakar, hartanya
dirampas, para peuang di tangka dan dieksekusi mati oleh tentara
westeing. Dikampung amata tepatnya di daerah kassi dengan senjata
tradisional beberapa pejuang melakukan perlwnann dan 3 oang menjadi
korban pertempura yaitu sempo bi Balo, Condang dan Hayo.
Pada masa revolusi fisik ini banyak terjadi beberapa peristiwa
perlawnan rakyat terhadap tentara sekutu dan belanda, di antaranya
kontak senjata di kompleks makam sultan hasanussin katanka, oktober
1946 terjadi kontak senjata di limbung dengan tujuan serangan kantor
kepala distrik dan rumah apparat NICA. Selain itu juga pada bulan
desemer 1946 terjadi peristiwa berdarah di malino dan tercatat 92 laskar
merah putih yang gugur diantaranya Abd Wahab Dg. Sele, muh. Jafar gh
rombo, Abd salam sembo, muh. Tahair, Muh. Ilyas, larigau gd. Tayang
dan lain-lain. Dalam peritiwa ini belanda merampas harta benda
masyarakat serta membakar rumah penduduk di kampung limbua,
kampung tombolo dan kampung padang malulu.
Berdasarlam undang-undang n0. 44 tahun 1950, daerah gowa
terbenuk sebagai daerah swapraja dari 30 daerah swapraja lainnya dalam
13 daerah indonesia bagian timur. Dalam kurun waktu 1946-1950 raja
gowa andi idjo diangkat menjadi wakil ketua hadat tinggi yaitu majeleis
pemerintah gabungan celebes selatan. Seteleah negara indonesia timur
(NIT). Dibubarkan maka seajarah pemerintah di gowa mengalami
peruabahan sesuai dengan sistem pemerintah republik indonesia.
Pada tanggal 17 januari 1957 ditetapkan berdirinya kembali daerah
gowa sebagai daerah tingkat II. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29
tahun 1957 sebagai penjabaran Undang-Undang Nomor 1 tahun 1957
mencabut Undang-Undang Darurat nomor 2 tahun 1957 dan
menengaskan gowa sebagai darah tingkat II yag berahk mengurus rumah
tangganya sendiri. Melalui surat keputusan menteri dalam negeri nomor
U.P/7/2/24 tanggal 6 februari 1957 mengangkat Andi idja karaeng
lalolang sebagai kepala daerah yang memimpin 12 daerah bawahan
distrik yang dibagi dalam 4 lingkungan kerja pemerintahan yang di sebut
koordinator masing-masing :
 Koordinatir gowa utara, meliputi distrik mangasa, tambalo,
pattaasang, borongloe, manuju dan barisallo, koordinatornya
berkedududkan di sungguminasa.
 Koordinator gowa timur, meliputi distrik parigi, inklusif malino
kota dan tombolopao, koordinatornya berkedudukan di malino.
 Koordnatornya gowa selatan, meliputi distrik limbung dan
bontonompo, koordinatornya berkeduduka di limbung.
 Koordinator gowa tenggara, meliputi distrik malakaji
koordinatornya berkedudukan di malkaji.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1960 berdasarkan
kebijakan pemerintah pusat di seluruh wilayah republik indoneis
diadakan reorganisasi distrik menjadi kecamatan sehinga daerah TK. II
Gowa yang berdiri dari 12 distrik di ubah menjadi 8 kecamatan yaitu :
 Kecamatan tamate dari distrik mangasa dan tombolo;
 Kecamatan panakukang dari distrik pattalasang;
 Kecamatan bajeng dari distrik limbung;
 Kecamatan palnga dari disrik limbung;
 Kecamatan bontonompo dari distrik bontonompo;
 Kecamatan tinggimoncong dari distrik parigi dan tombolompao;
 Kecamatan tombpbulu dari distrik malakaji;
 Kecamatan bontomarannu dari distrik borongloe, manuju dan
barisallo.
Sebagaimana peraturan pememrintah nomor 51 tahun 1971 tentang
perluasan kotamadya ujungpandang sebagai ibukota provinsi,
pememrintahan kabupatent gowa menyerahkan 2 kcematan yangberada di
wilayahna, yaitu kecamatan panakuan dan sebagian kecata tamlate dan
desa barombong kecamtan pallangga kepada pemerintah kotamadya ujun
pandang. Dampaknya pemerintah kabupate gowa menempuh kebijakan
yangdidukung oleh gubernur sulawesi selatan, membentuk 2 kecamatan
yaitu kecamtan somba opu dan kecamatan parangloe. Berdasarkan
keputuan gubernur sulawesi selatan no. 574/1975 dibentuklah
kecamaatan bungaya hasil pemekaran kecamtan tombobulu. Sehingga
pada tahun 1984, jumlah kecamta di kabupaten gowa menjadi 9. Dalam
perkembagan selanjutnya jumlah kecamatan di kabupaten gowa
bertambah menjai 6 kecamtan. Kelimabelas kecamtan tersebut adalah
somba opu, pallangga, barombo, pallangga, bajeng, bontonompo,
bontonompo elatan, bontomarannu, patallasang, parangloe, manuju,
tinggimoncng, tombolopao, bungaya, bontolempangan, biingbulu da
tompobulu.
B. Geografis dan kedaan alam
Kabupaten Gowa adalah salah satu Daerah Tingkat
II di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak
di Kota Sungguminasa. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.883,32
km² atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan
dan berpenduduk sebanyak ± 652.941 jiwa, dimana bahasa yang
digunakan di kabupaten ini adalah bahasa Makassar dengan suku Konjo
Pegunungan yang mendiami hampir seluruh Kabupaten Gowa. Penduduk
di kabupaten ini mayoritas beragama Islam. Kabupaten ini berada pada
12°38.16' Bujur Timur dari Jakarta dan 5°33.6' Bujur Timur dari Kutub
Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya antara 12°33.19' hingga
13°15.17' Bujur Timur dan 5°5' hingga 5°34.7' Lintang Selatan dari
Jakarta.
Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi
Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah
Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di
sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan
Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan
Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar
dan Takalar.
Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan
jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 169 dan 726
Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa
dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9
kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong,
Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan
Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi
tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu,
Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng
Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.
Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan
tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe,
Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan
bentuk topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi.
Wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang
sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah
satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai
Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km.
Di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa
yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek
multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km2 yang dapat
menyediakan air irigasi seluas + 24.600 Ha, konsumsi air bersih (PAM)
untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000
m3 dan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air yang berkekuatan 16,30
Mega Watt.
Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten
Gowa hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan.
Biasanya musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September,
sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret.
Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa
peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-November.
Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu
27,125°C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos
pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676
mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli - September yang
bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.
Kabupaten Gowa berada pada 12° 38.16' Bujur Timur dari Jakarta
dan 5 °33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah
administrasinya antara 12 °33.19' hingga 13 °15.17' Bujur Timur dan 5
°5' hingga 5 °34.7' Lintang Selatan dari Jakarta.
Kabupaten yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi
Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah
Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di
sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan
Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan
Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar
dan Takalar.
Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama
dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah
Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah
Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan.
Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-
bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan
Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya,
Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa
dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan
yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga,
Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo
Selatan.
Pengembangan dan pendayagunaan pariwisata secara optimal
mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Di kabuapaten gowa sektor
pariwisata memiliki potensi besar untuk dikelola, dikembangkan dan
dipasarkan. Mengingat potensi obyek wisata yang dimiliki kbupten gowa
sangat beragam meliputi kawasan wisaa seperti wisata sejarah/buadaya,
wisata alam an wisata argo. Kekayaan wisata sejarah/buaya dikabupate
gowa terlihat dari beberapa herritage dan benda caggar buadaya yang
merupakan warisan dari kerajaan gowa tmpo dulu yang
menggambarkankejayaan dan kekuatan gowa sebagai kerajaan maritim,
Warisan heritage dianaranya, benteng Rotterdam, istana raja goa di
sungguminasa (museum balla lompoa), kompleks makam-makan tua di
bulutana, kompleks makam sultan hasanuddin, makam paccalaya
pertama, bungung barania, bungung lompoa. Selain itu juga beberapa
perhiasan kerajaan gowa (cincin gaukang, bankara ta’roe, rante
kalompoang, dan kolara(rante kelompoang) serta mahkota kerjaan gowa
masih tersimpan dengan baik di museum baa lompoa. Adapun lontara
makassara yang dibuat Daeng Pamatte maruapkan catatan-catatan penting
di kerajaan gowa. Prosesi acara pergantian pasukan jaga pasukan tubarani
dan pasukan yang menampilkan panji-panji bate salapang merupakan
warisan buadaya kerajaan gowa.
Wisata agro di kabupaten gowa diantaranya malino Highland
dengan perkebunan teh enga uadra yang sejuk serta museum teh di daerah
malino.
C. Letak geografis TKA-TPA Nurul Hikmah
Kabupaten Gowa adalah salah satu Daerah Tingkat
II di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak
di Kota Sungguminasa. Dataran rendah dengan topografi tanah yang datar
meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu,
Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat,
Bontonompo dan Bontonompo Selatan. Letak TKA-TPA Nurul Hikmah
berada di daerah kelurahan panciro, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa
Sulawesi-Selatan.
D. Pendidikan dan kesehatan
Sejaka masa kolonial di wilayah gowa sudah didirikan SR (sekolah
rakyat) yang berada di daerah samata, begitupun tempat penddikan dan
pelatihan didirikan di sungguminasa. Pada saat ini di kabupaten gowa
telah berdiri kampus Universitas Islam Negeri Sultan Alauddin dan
Fakultas Tekhik Universitas Hasanuddin.
Saat ini, keseriusa peerintah kabupaten gowa dalam bidang
pendidian yaitu menyukseskan pendiidkan gratis. Tujua utamanya
membantu terlaksananya program nasional wajib belajar 9 tahun
dena menetapkan peraturan daerah no 10 taun 2008 tentang wajib
belajar bagi usia sekolah kabupaten gowa. Dalam bidang kesehatan
pun sejak tahun 1969, di kabupaten gowa teah di resmikan gedung
pusat kesehatan masyarakat.
E. Transportasi
Raja gowa membangun bandar niaga somba opu yang merupakan bandar
transito serta ramai dikunjugi pedagang dari luar negeri serta menjadikan
gowa sebagai kerjaan maritim terenal di wilayahnusantara bahkan sampai
ke luar negeri. Pelabuhan makasaar sebagai salah satu tempat singah
pelayaran/perdangan di indonesia bagian timur sejak masa kolonial.
Kapal laut merupakan salah satu sarana transportasi utama sejak masa
kerajaan gowa sampai saat ini dalam melakukan pelayaran dan
perniagaan ke bebrapa daerah dan negara.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya TKA-TPA Nurul Hikmah


Kelurahan Panciro terdapat banyak TKA-TPA, salah satunya yaitu
TKA-TPA Nurul Hikmah. Berdirinya Taman Pendidikan al-Qur’an
(TPA) Nurul Hikmah ini dilatar belakangi oleh adanyan keinginan dari
salah satu masyarakat yang peduli akan kondisi pendidikan yang ada di
kelurahan panciro kala itu, terutama menyadari betapa pentingnya belajar
membaca al-Qur’an dengan baik dan
benar serta mempelajari ilmu agama bagi anak-anak.
Sejarah awal sebelum terbentuknya TKA-TPA, seorang ibu
mengajak anak-anak untuk ikut serta membentuk kelompok dalam
pelaksanaan pengajian yang dilaksanakan tiap hari Jum’at sampai dengan
Sabtu dirumahnya di kelurahan panciro, kecamatan bajeng. Hal ini
dilakukan agar anak-anak tidak terlalu minim akan pengetahuan tentang
ilmu agama. Kemudian hal tersebut mendapatkan respon yang baik dari
masyarakat sekitar sehingga terbentuklah kelompok pengajian.Kelompok
yang dibentuk ini memiliki anggota yang lumayan banyak yaitu 10 orang
anggota yang ingin memperdalam ilmu agama mereka. Setiap kali
diadakannya pengajian, anak-anak serta masyarakat selalu berkumpul di
rumah ibu .......
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh kiyai Zainal Abidin selaku
PemilikTKA-TPA Nurul Hikmah, dalam wawancara sebagaimana
dijelaskan:
Dahulu, sebelum dibentuknya atau berdirinya TKA-TPA ini, kami selalu
berkumpul di rumah saya dan kemudian langsung melakukan perjalanan
untuk belajar al-Qur’an dan ilmu agama lainnya..Eeem dulu anak-anak
pergi pengajian dengan berjalan kaki dan kadang juga menggunakan
dan perjalanan itu tetap mereka nikmati. Karena pendidikan Islam
adalah ilmu yang sangat penting untuk membina karakter umat untuk
mempunyai prinsip hidup yang bagus.
Setelah lama bergulirnya waktu dan berbagai ilmu yang telah
didapatkan oleh anak-anak yang ikut serta dalam pengajian tersebut,
maka terbesitlah minat dalam pembentukan kelompok ngaji. Setelah
melakukan musyawarah kepada orang tua dan kelurahan dan kemudian
mendapatkan persetujuan, maka kelompok tersebut membentuk
kelompok ngaji yang bernama Nurul Hikmah. Dan mulai mendirikan
mushola sebagai tempat pelaksanaannya. Kegiatan yang dilakukan oleh
kelompok ini yaitu mempelajari bagaimana membaca al-Qur’an,
memperdalam ilmu agama untuk melanjutkan pengajian. Kemudian juga
pembelajaran bagaimana baca tulis al-Qur’an dengan baik dan benar,
menghafal al-Qur’an, tartil, tilawah serta selalu melaksanakan diskusi
kekeluargaan bersama.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh kiyai Zainal Abidin selaku
pemilik TKA-TPA Nurul Hikmah mengenai sejarah awal
berdirinyaTKA-TPA Nurul Hikmah, dalam wawancara sebagaimana
disampaikan:
Awalnya dulu dari berdirinya TKA-TPA Nurul Hikmah ini,. Dari cerita
tadi kan sudah disampaikan awalnya kami belajar agama ya di rumah
ini. Jadi TKA-TPA ini sudah berdiri dari tahun 2010an dulu.Saya
mengelola dan berlangsung sampai dengan hari ini. Dasar nama Nurul
Hikmah itu karna saya kan namanya Hamid, makanya itu diambil dari
namanya. Sekarang muridnya lumayan banyak karena yang berhenti
juga sudah banyak dan sekitaran 20 orang di TPQ Daarul Hamid ini.
Dari paparan data di atas, maka peneliti memahami bahwa pendirian
Taman Pendidikan al-Qur’an Nurul Hikmah merupakan Taman
Pendidikan al-Qur’an didirikan di kelurahan panciro yaitu pada tahun
1970. Dengan alasan akan pedulinya terhadap kondisi pendidikan
terutama bagi pendidikan agama di kelurahan panciro sehingga kiyai
memilih untuk mendirikan lembaga sebagai tempat untuk mempelajari al-
Qur’an dan ilmu agama. Yang awalnya rumah ini sebagai tempat
mempelajari ilmu agama, pengajian serta mempelajari al-Qur’an. Namun
seiring berkembangnya zaman, kelompok pengajian yang dilaksanakan di
rumah ini, kemudian membentuk Taman Pendidikan al- Qur’an yang
dikhususkan bagi anak-anak yang memiliki banyak santri dan terus
bertambah.

B. Tujuan Didirikan TKA-TPA Nurul Hikmah


Tujuan didirikannya TKA-TPA Nurul Hikmah yaitu agar anak-
anak usia dini yang tumbuh di kabupaten Gowa dapat mempelajari al-
Qur’an dengan baik dan benar sehingga ilmu yang mereka dapatkan di
sekolah seimbang dengan ilmu yang mereka dapatkan di luar sekolah.
Hal ini sebagaimana ditegasakan oleh Kiyai H. Zainal Abidin
selaku pendiri TKA-TPA Nurul Hikmah di kabupaten gowa, yang
mengatakan:
Tujuan utama bagi saya mendirikan TKA-TPA ini ya tidak lain dan tidak
bukan karena kepedulian akan kondisi masyarakat terutama bagi
kalangan anak-anak sebelum terbentuknya TKA-TPA di Kabupaten
Gowa ini, melihat mereka ya saya ingin mereka tidak buta akan ilmu
agama dan saya ingin tetap memberikan pengajaran kepada mereka
sebagai pedoman hidup mereka. Karena anak memiliki ingatan yang kuat
ya dibanding dengan kita orang tua begitu, jadi berhubung ingatan
mereka masih kuat otak merekka masih bisa menerika ilmu-ilmu itu ya,
saya ingin menanamkan kepada mereka bahwa ilmu agama itu snagat
penting.Sehingga jika ada orang tua mereka tidah tahu, anaknya bisa
memberitahu karena sudah belajar disini. Dan syukur Alhamdulillah
anak-anak ini meski banyak bermain, mereka juga tidak melupakan
pentingnya belajar terutama juga saya biasakan mereka mengahafal
ayat-ayat pendek dan itu Alhamdulillah mereka juga senang. Selan itu
juga kami bertujuan untuk membentuk santri TKA-TPA sebagai generani
yang cinta Qur’an, selalu berakhlak yang baik di manapun mereka
berada, mampu melaksanakan shalat fardu 5 waktu, mampu mengahafal
surat pendek dan doa sehari-hari.
C. Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an Berdasarkan Tahsin, Tartil
dan Tilawah pada TKA-TPA Nurul Hikmah
1. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Tahsin, Tartil
dan Tilawah TKA –TPA Nurul Hikmah
Pelaksanaan pembelajarn al-Qur’an berdasarkan Tahsin, Tartil dan
Tilawah yang dilakukan pada TKA –TPA Nurul Hikmah, didukung
dan ditunjang dengan mengunakan strategi dan metode. Secara umum,
strategi mempunyai pengertian yaitu suatu garis-garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Strategi mengajar adalah “teknik yang digunakan guru dalam
melaksanakan pembelajaran agar dapat mempengaruhi sisi untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara lebih efektif dan efisiens”.
Strategi biasanya digunakan sebagai teknik yang harus dikuasai oleh
guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa,
agar pelajaran dapat ditangkap, dipahami oleh siswa dengan baik.
Dalam proses pembelajaran al-Qur’an berdasarkan tahsin, tartil dan
tilwah, TKA –TPA Nurul Hikmah menggunakan strategi klasikal
individu dan sorongan.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Kiyai H. Zainal Abidin selaku
ustad pendidik, beliau mengatakan:
Dari tahsin, tartil dan tilawah, kami mengguakan cara mengajar yang
sama. Ketika proses belajar mengajar, kami melakukan dua cara,
yaitu pertama, anak-anak ini maju ke ustad atau ustazahnya, lalu
membaca. bergilir. Ini si biasanya sering terjadi di anak-anak iqro’
ya.. kalau anak-anak yang tingkatan al-Qur’an kami gunakan klasikal
individu. Ini kami gunakan untuk yang sudah sampai di tahsin yang
belajar tilawah seperti itu.
Hal ini juga sebagaimana yang disampaikan oleh ustad Hamid
selaku ustad/gurudi TKA-TPA Nurul Hikmah, beliau mengatakan:
Saat proses belajar mengajar di TKA-TPA, kami menggunakan 2
cara, ada yang anak-anak ini maju kepada kami (pendidik) untuk
membaca sampai mana sudah batas bacaannya. Tapi ini kebanyakan
yang kelas anak-anak iqro’ tapi kalau di anak-anak yang tahsin yang
sudah besar, kami memberikan contah bacaannya lalu kemudia diikuti
dengan mereka.
Strategi pembelajaran yang diterapkan di TKA –TPA Nurul
Hikmah diantaranya juga alokasi waktu yang pembelajaran yang
cukup lama yakni sekitar 150 menit.Dengan adanya alokasi waktu
untuk pembelajaran yang cukup lama ini, diharapkan bisa
memaksimalkan pembelajaran al-Qur’an.
2. Kegiatan Pembelajaran al-Qur’an TKA –TPA Nurul Hikmah
Kegiatan yang bertujuan utuk mencapai suatu tujuan pembelajaran
di TKA TPA yaitu untuk menjadikan anak/santri yang pandai
membaca al-Qur’an berdasarkan tahsin, tartil dan tilawah, serta
berakhlakul karimah dan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman
hidup sehari-hari. Maka dari itu, Taman Pendidikan al-Qur’an Nurul
Hikmah sangat mengutamakan membimbing anak dengan
memberikan bimbingan keagamaan yang intensif kepada anak.
Adapun bentuk kegitan pembelajaran yang dilakukan oleh Taman
Pendidikan TKA –TPA NURUL HIKMAH , yaitu ketika hendak
dimulai proses belajar mengajar, yaitu pada pukul 13.30 atau sebelum
shalat asar, santri diwajibkan memulai dalam keadaan suci dengan
cara berwudhu dan membaca doa-doa. Kegiatan selanjutnya adalah
melaksanakan shalat Ashar berjamaah di Masjid Quba bersama
dengan ustad dan santri lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan
zikir bersama setelah shalat. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti
yaitu belajar mengajar membaca al-Qu’an, tahsin dan tartil. Bentuk
pengajarannya yaitu ustad atau pendidik memberikan cotoh dan
kemudian diikut oleh santri dan dilanjutkan denga mengulanginya.
Kemudian jika sudah selesai dilanjutkan dengan melanjutkan hafalan
serta membaca surat-surat pendek di juz 30 yang dimulai dari surat an-
Naas sampai minimal surat ad-Duha , yang kemudian pada sesi
terakhir pembelajaraan yang berakhir pada pukul 15.00 kegiatan yang
dilakukan adalah membaca shalawat kepada nabi secara bersama-
sama dan membaca doa sembari menutup kegiatan belajar mengajar
TKA- TPA NURUL HIKMAH dengan salam dan saling maaf
memaafkan.
D. Kemampuan Membaca al-Qur’an santri Berdasarkan Tahsin, Tartil
dan Tilawah di TKA-TPA Nurul Hikmah
1. Kemampuan Membaca al-Qur’an Berdasarkan Tahsin
Kemampuan membaca al-Qur’an yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah kelancaran dan ketepatan dalam membaa al-
Qur’an terutama pada tahsin.
Kemampuan tahsin santri TKA-TPA Nurul Hikmah, masih dalam
bentuk mengajarkan dan membiasakan. Karena santri TKA-TPA lebih
banyak yang masih dalam tingkatan belajar.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh kiyai H. Zainal Abidin selaku
ustad/pedidik di TKA-TPA yang mengatakan:
Sejauh ini, anak-anak tetap kami bimbing dalam tahsin. Dan
kemampuan anak-anak sudah lebih baik dari sebelumnya. Karena
kami masih dalam proses pengajaran. Tapi juga, ada anak-anak yang
sudah besar ya, yang sudah sampai ditingkatan al-Qur’an begitu,
sudah bagus tahsinnya. Jadi dalam tahsin sendiri, saya bilang masih
setengah karena anak-anak masih tetp diajarkan menuju tahap
perbaikan terus menerus.
Hal ini juga sebagaimana dijelaskan oleh ustad Hamid, dalam
wawancara beliau mengatakan:
Bagi saya sih, anak-anak ini sudah cukup baik. Karena tiap hari kami
ajarkan dan terus ajarkan, mereka mempunyai perubahan sedikit
demi sedikit dalam hal tahsin ini. Tapi namanya juga dalam proses
pengajaran, masih ada salah dan baiknya. Jadi bisa saya simpulkan
bahwa kemampuan santri disini 40% sudah baik dan 60% masih
dalam proses belajar mengajar. Mengapa saya ucapkan begini, ya
karena sudah banyak yang lulus atau bahasanya sudah berhenti dari
kakak-kakaknya jadinya yang tersisi sekarang lebih banyak yang
masih dalam proses belajar menuju lebih baik.
lagi.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulakan bahwa
kemampuan membaca berdasarkan tahsin santri TKA-TPA Nurul
Hikmah dapat dikatakan sedang. Karena pada saat ini, proses
pembelajaran menekankan pada perbaikan disebabkan juga faktor
santri yang tahsinnya bagus sudah banyak yang lulus atau selesai.
2. Kemampuan Membaca al-Qur’an Berdasarkan Tartil
Kemampuan membaca al-Qur’an santri di TKA-TPA Nurul
Hikmah sebagaimana dari hasil observasi peneliti, sudah terbilang
baik. Karena dilihat dari santri ketika membaca al-Qur’an dengan
tenang dan tidak terburu-buru.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh kiyai H. Zainal Abidin yang
mengatakan:
Adapun dari segi tartil, anak-anak disini Alhamdulillah..mereka
senantiasa membaca al-Qur’an dengan tartil dan tidak asal agar
mereka mengajinya cepat selesai. Disinilah kami menekankan
pembiasaan agar anak-anak membaca al-Qur’an dalam keadaan
tenang dan tidak asal cepat selesai namun tidak lihat mana yang
salah dan sebagainya.
Hal serupa juga disampaikan oleh ustazah Adila, beliau mengatakan:
Kami mengutamakan anak-anak ini dalam tahsin, artil dan tilawah.
Jadi jika ditanya kemampuan tartil, berdasarkan taril tadi, anakanak
disini masih dalam proses perbaikan namun, mereka senantiasa
membaca al-Qur’an dengan tartil karena kami menanamkan hal itu
pada diri mereka sejak awal.
Jadi, berdasakan hasil wawancara di atas, dapat disimplkan oleh
peneliti bahwa santri di TKA-TPA Nurul Hikmah senantiasa
membaca al- Qur’an dengan tartil.Karena pengajaran yang utama dan
penting serta harus ditekankan adalah membaca dengan tartil.
3. Kemampuan Membaca al-Qur’an Berdasarkan Tilawah TKA-
TPA Nurul Hikmah
Kemampuan membaca al-Qur’an berdasarkan tilawah di TKA-
TPA Nurul Hikmah sudah baik.Karena santri membaca al-Qur’an
dibiasakan dari awal dengan suara merdu.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh kiyai H. Zainal Abidin yang
mengatakan:
Kemampuan membaca al-Qur’an terutama tilawah pada anak-anak
disini, sejauh ini itu sudah cukup baik. Anak-anak dari tingkatan al-
Qur’an misalnya, mereka sudah lancar bagaimana penepatan
bacaanya, penyebutannya dan panjang pendeknya.Karena kami juga
sudah sering mengikut sertakan ank-anak ini lomba tilawah seperti
tingkatan desa dan lian sebagainya.Disisi lain juga, kami akan
mengajarkan anak-anak ini tilawah jika sudah lancar iqro’.
Pengajaran untuk anak-anak yang masih tingkatan iqro’ apalagi yang
masih di bawah, mereka harus diajarkan lebih serius lagi.
Hal ini juga sebagaimana dijelaskan oleh ustad Hamid, dalam
wawancara beliau mengatakan:
Kalau kemampuan membaca al-Qur’an anak-anak di TKA-TPA ini
menurut saya, sudah baik.Apalagi yang tilawah. Karena jika dilihat
juga dari cara membaca terutama bagi anak-anak yang sudah sampai
pada tingkatan al-Qur’an (biasanya anak-anak SMP) mereka sudah
cukup bagus dalam bacaannya serta lantunan yang merdu .Namun
jika kita lihat dari tingkatan anak-anak yang masih iqro’ (masih
kecil), itu perlu kita lebih ajarkan lagi kepada mereka.
4. Keadaan Ustad/Ustadzah (Tenaga Pendidik)
Taman Pendidikan al-Qur’an Nurul Hikmah memiliki 4 tenaga
pendidik (ustad/ustadzah) yang semuanya adalah pengajar tetap, yaitu:
Daftar Pendidik TPQ Daarul Hamid
NO Nama Jabatan
.
E. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an
Berdasarkan Tahsin, Tartil dan Tilawah pada TPQ Daarul Hamid
Selain adanya beberapa faktor pendorong pelekasanaan TKA-TPA
Nurul Hikmah, maka terdapat pula faktor penghambatnya. Berdasarkan
penelitian yang diperoleh dari hasil pengamatan (observasi) dan
wawancara dengan informan, yaitu bahwa faktor yang menjadi
penghambat pengajaran tahsin, tartil dan tilawah sama aja, adalah santri
yang masih pada tingkatan jilid yang rendah. Hal ini dikarenakan santri
masih dalam proses pengajaran sehingga memerlukan sedikit usaha yang
lebih.
Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Kiyai H. Zainal Abidin
yang mengatakan bahwa:
Jika ditanya mengenai penghambat yaa bisa saya katakan bahwa
hambatan ini tidak menjadi penghalang bagi kami disini untuk
mengajarkan al-Qur’an terutama tahsin, tartil dan tilawahnya.Mengapa
demikian, karena kami masih terus mengajarkan anak-anak untuk
menjadi lebih baik.Sehingga butuh usaha ekstra tapi sebelarnya ini
bukan hambatan, tapi hanya perlu usaha saja.Jadi, penghambatnya itu
karena karakteristik anak berbeda-beda.Ada yang cepat menerima
pelajaran dan ada yang lama.
Hal berikut, juga disampaikan oleh ustazah Dila, yang mengatakan:
Kalau bagi saya pribadi, yang menjadi penghambatnya adalah anakanak
lebih cendrung belajar dengan main-main. Tapi ini tidak bisa kita
salahkan juga karena usia mereka sekarang itu memang sedang
asikasiknya bermain, tapi disisi lain mereka mau untuk belajar.
Dari hasil pernyataan di atas, maka dapat dikatakan bahwa faktor
yang menjadi penghambat pembelajaran al-Qur’an berdsarkan tahsin,
tartildan tilwah, sama saja. Yaitu faktor dalam diri anak. Hal ini
disebabkan karena anak-anak yang sedang berada di fase pengajaran ini
masih senang dengan bermain-main dan juga karakter yang berbeda, yang
dimana ada anak yang lebih cepat paham dan bisa kemudian ada anak
yang harus diajarkan berulang agar bisa.

F. Upaya Guru Untuk mengatasi Faktor Penghambat Pelaksanaan


Pembelajaran al-Qur’an berdasarkan Tahsin, Tartil dan Tilawah
Dalam pelaksaan pembelajaran, tentu saja terdapat faktor yang
menjadi penghambatnya. Namun hal ini tidak menjadikan penghaalang
untuk kelangsungan suatu proses pembelajaran. Akan ada upaya-upaya
atau cara-cara yang dilakukan oleh pendidik agar faktor yang menjadi
penghambat tersebut bisa teratasi.
Faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan pembelajaran al-
Qur’an yang terdapat di TKA-TPA Nurul Hikmah terdapat pada santri
yang mayoritasnya masih berada dalam tingkatan yang paling dasar yaitu
iqro’. Namun hal ini tidak menjadikan utaz/ustazah pendidik di TKA-
TPA Nurul Hikmah kehilangan cara untuk bagaimana santri di TKA-TPA
Nurul Hikmah dapat dengan mudah dan lebih cepat mengerti dalam
mempelajari al-Qur’an terutama dalam penekanan pada tahsin, tartil dan
tilawah.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
kepada ustaz/kiyai Zainal Abidin selaku pengelola TKA-TPA, beliau
mengatakan:
Dalam pembelajaran, tentu saja ada faktor-faktor yang menjadi
menghalang untuk mencapai proses, tapi disini yang dapat mencapai
tujuan tersebut dengaan cepat kembali lagi kepada guru. Yang dimana
disini guru memiliki peran yang penting dalam mengupayakan faktor
penghambat tersebut tidaklah menjadi penghalang bagi kami para
ustazdalam mengajarkan anak-anak. Dalam hal ini, upaya yang dapat
dilakukan guru dalam mengatasinya adalah memberikan pengajaran
secara intes kepada anak-anak yang lama paham dan mengerti dalam
pembelajaran. Maksudnya disini, cara yang kami lakukan adalah
penyampaiannya. Jika anak yang masih belum paham, maka kami
berikan pengajaran khusus dan lebih kepada anak tersebut.
Hal ini juga disampaikan oleh ustaz Hamid selaku guru/ustaz di
TKA-TPA Nurul Hikmah beliau mengatakan:
Upaya yang dilakukan oleh guru/ustaz/ustazah disini adalah kami
mengelompokkan anak-anak yang sudah lumayan lancar dengan
anakanak yang sama sekali belum lancar. Hal ini kami lakukan agar
anakanak yang sudah sedikit bisa di atas teman-temannya yang sudah
bisa tidak terhalang. Dan untuk anak-anak yang masih pada tingkatan
yang rendah, maka kami berikan penajaranang lebih ekstra lagi seperti
kami melakukan pengajaran secara individu tatap muka antara ustazah
dengan santrinya. Hal ini dilakukan supaya anak ini akan cepat lebih
paham jika diajarkan dengan cara perseorangan atau individu.
Jadi, berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan oleh
peneliti bahwa, ustaz/ustazah pendidik TKA-TPA Nurul Hikmah dalam
mengupayakan faktor yang mengjadi penghambat adalah dengan cara
yang dimana ustaz/ustazah pendidik memberikan pengajaran ekstra
kepada anak-anak yang masih belum paham akan materi dengan cara
memberikan pembelajaran individu dari teman-teman yang sudah bisa.
Tujuannya yaitu agar santri lebih fokus dalam menerima pembelajaran.
BAB IV

A. Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an Berdasarkan Tahsin, Tartil dan Tilawah


pada TKA-TPA Nurul Hikmah
Taman Pendidikan al-Qur’an adalah “lembaga atau kelompok masyarakat
yang menyelenggarakan pendidikan non formal jenis keagamaan Islam yang
bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca al-Qur’an sejak usia dini, serta
memahami dasar-dasar diinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar
atau madrasah intidaiyah (SD/MI) atau bahkan lebih tinggi”. Keberadaan Taman
Pendidikan al-Qur’an merupakan penunjang pendidikan agama Islam pada lembaga-
lembaga formal yang dilaksanakan diluar jam pelajaran sekolah.
Adapun proses pembelajaran berlangsung dalam sekali pertemuan di masing-
masing tingkatan selama 1-2 jam. Pelaksanaan Taman Pendidikan al-Qur’an Nurul
Hikmah dilaksanakan dengan sistem sorong dan klasikal baca simak. Yang dimana,
sistem klasikal baca simak ini merupakan sistem pembelajaran yang dimana proses ini
ustaz/ustazah yang mengajar menghadapi satu kelompok tingkatan secara bersama-
sama sesuai dengan tingkatan al-Qur’an yang dipelajari santrinya.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, perlu adanya strategi
dalam pembelajaran.Strategi dalam pembelajaran bisa diartikan dengan langkah-
langkah yang tersusun secara terncana dan sistematis dengan menggunakan metode
atau teknik tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu tujuan
pembelajaran.Strategi pembelajaran yang digunakan di TKA-TPA Nurul-Hikmah ini
berupa strategi sistem sorongan dan klasikal individual.
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan yang diperoleh, adapun bentuk
pelaksaan yang dilakukan oleh Taman Pendidikan al-Qur’an Nurul Hakmah yaitu
dalam bentuk proses pembelajaran berdasarkan Tahsin, Tartil dan Tilawahyang dapat
dipaparkan dalam materi pembelajaran yaitu materi pokok dan materi penunjang.
Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang dirancang dengan strategi sorongan
klasikal individualdanstrategi sorongan.
1. Strategi Klasikal Individual
Klasikal individu, dalam prakteknya “sebagian waktu guru digunakan untuk
menerangkan dan mencontohkan materi pembelajaran yang kemudian membaca
bersama dengan santri”. Yang dimaksudkan dengan sistem sorongan ini berupa
sistem pembelajaran, dimana guru menyampaikan materi dengan baik dan mudah
dipahami oleh santri dan kemudian santri dan guru membacanya secara bersama-
sama. Hal ini dilakukan ketika proses pembelajaran telah dimulai kemudian
dipertengahan akan diikuti oleh santri.
Berkaitan dengan hal tersebut, TKA-TPA Nurul Hikmah menggunakan sistem ini
dalam pelaksaan kegiatan pembelajaran guna agar santri lebih mudah mengerti
terutama dalam pembelajaran tahsin, tartil dan tilawahnya. Sehingga demikian,
ustaz/ustadzah dapat lebih mudah dalam mengajarkan jiwa santri sudah paham,
sehingga pengajaran yang lebih intes diberikan kepada santri yang belum terlalu
lancar. Hal ini dilakukan agar santri lebih mudah memahami dan mengerti dari
materi ketika pembelajaran dan juga akan lebih mudah dalam proses pembelajaran
bagi santri dalam menerima materi.
2. Strategi Sistem Sorongan
Sistem sorongan atau individu (privat), dalam prakteknya “santri atau siswa
bergiliran satupersatu menurut kemampuan membacanya”. Yang dimaksudkan
dengan sistem sorongan ini berupa sistem pembelajaran, dimana guru berhadapan
dengan santri satu persatu secara bergantian ke hadapan guru. Hal ini dilakukan
agar seorang mendapatkan kesempatan untuk tanya jawab secara langsung.
Berkaitan dengan hal tersebut, TKA-TPA Nurul Hikmah menggunakan sistem ini
dalam pelaksaan kegiatan pembelajaran guna agar guru atau ustadz dan ustazah
bisa mengetahui santrinya baik dalam segi tahsin, tartil dan tilawahnya. Sehingga
demikian, ustaz/ustadzah dapat lebih mudah dalam menilai (evaluasi) dan
memilah santrinya yang sudah lancar dan yang belum, sehingga pengajaran yang
lebih intens diberikan kepada santri yang belum terlalu lancar. Hal ini dilakukan
ustad atau ustazah setiap hari dilakukan setelah penyampaian materi
pembelajaran.
B. Kemampuan Membaca al-Qur’an Siswa Berdasarkan Tahsin, Tartil dan
Tilawah pada TKA-TPA Nurul Hikmah
Kemampuan membaca al-Qur’an adalah “hal yang sangat penting dalam
proses pembelajaran karena merupakan kecakapan dalam membaca al-Qur’an”.
Berkaitan dengan itu, dalam hal ini selalu mendidik dan megajarkan santrinya
dalam proses pembelajaran agar bisa cakap dan lancar dalam membaca al-Qur’a.
Dalam meningkatkan kemampuan membaca al-Qur’an terutama tahsin, tartil dan
tilawah, dengan menggunakan strategi untuk mencapai hasil yang dituju dan
diharapkan, yaitu agar kualitas membaca santri dapat meningkat lebih baik seiring
dengan pembelajaran yang diterima oleh santri.
C. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an Berdasarkan Tahsin,
Tartil dan Tilawah pada TKA-TPA Nurul Hikmah
Faktor penghambat adalah “hal yang menjadi hambatan bagi tercapainya
tujuan yang diingikan”. Hambatan ini menjadi penyebab lama dalam mencapai tujuan.
Sehingga dapat menjadi penghalang dalam proses pembelajaran juga.
Berdasarkan hal tersebut TPQ Daarul Hamid juga memiliki faktor yang dapat
menjadi penghambat proses pembelajaran terutama dalam tahsin, tartil dan tilawah.
Hal ini berasal dari dalam diri santri. Namun, TKA-TPA Nurul Hikmah tetap
mengusahakan agar faktor penghambat tersebut bisa segera teratasi dengan harapan
dapat mencapai tujuan serta visi misi yang baik yaitu menghasilkan santri yang pandai
membaca al-Qur’an terutama dalam segi tahsin, tartil dan tilawahnya.
D. Upaya Guru Untuk mengatasi Faktor Penghambat Pelaksanaan Pembelajaran al-
Qur’an berdasarkan Tahsin, Tartil dan Tilawah
Upaya adalah “suatu hal yang dilakukan untuk memecahkan suatu persoalan
untuk mencapai maksud yang dituju”. Upaya dilakukan oleh seseorang merupakan
hal yang dapat membantu dalam mencapai hal yang menjadi tujuan dari yang
dilakukan berdasarkan tujuan utama dalam pembelajaran.
Berkaitan dengan makna upaya tersebut, ustaz/ustazah TKA-TPA Nurul
Hikmah mengupayakan agar santri yng ada di TKA-TPA Nurul Hikmah tidak
terhalang dan kesusahan akan adanya faktor penghalang. Oleh karena itu,
ustaz/ustazah memberikan pembelajaran secara individu kepada santri atau anak-anak
yang masih berada ditingakata paling dasar agar dapat mengejar teman-teman yang
sudah berada pada tingkat di atasnya. Upaya tersebut yaitu disebut dengan strategi
penyampaian pembelajaran.
Strategi penyampaian pembelajaran, yaitu “metode untuk menyampaikan
pembelajarana kepada siswa untuk dapat menerima serta merespon pembelajaran”.
Hal ini dilakukan agar guru lebih tahu sampai mana pemahaman peserta didik
sehingga dapat diberikan pembelajaran yang lebih intens lagi.

Anda mungkin juga menyukai