Anda di halaman 1dari 27

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupaka hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap
manusia di dunia tanpa terkecuali, apalagi dimasa sekarang dimana pendidikan
sangat lah mudah untuk di dapatkan maka tak heran jika sekarang ini banyak
orang yang rela menghabiskan uang dan waktu untuk menempuh pendidikan.
Dalam Hukum Islam sendiri banyak disinggung mengenai pendidikan, ilmu serta
kewajiban untuk seseorang mencari ilmu. Kemanfaatan seseorang dalam mencari
ilmu tidak hanya berlaku di dunia tetapi juga di akhirat. Yang dimaksud
pendidikan disini yaitu pendidikan islam yang memandu setiap individu dalam
menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
Pendidikan juga merupakan suatu usaha seseorang kepada orang lain
dalam membimbing agar seseorang itu berkembang secara maksimal. Baik yang
diselenggarakan oleh keluarga, sekolah dan masyarakat yang mencakup
pembinaan aspek jasmani, ruhani, dan akal peserta didik. Keluarga dan
pendidikan tidak dapat dipisahkan seperti yang kita ketahui dan diakui bahwa
selama ini keluarga merupakan salah satu dari Tri Pusat Pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan secara kodrati. Pendidikan di lingkungan keluarga
ber langsung sejak anak lahir setelah dewasa pun hal ini masih berlaku bagi orang
tua dalam memberikan nasihatnya kepada anak sebagaimana ditegaskan di dalam
Al-Quran surah An-Nisa ayat ( 36. ) yang artinya: “Dan sembah lah Allah dan
jangan lah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada ke dua orang ibu-bapa, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu
sabili dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang sombong dan membangga-banggakan diri."
Pendidikan agama islam merupakan pendidikan yang mencakup
penanaman nilai-nilai keagamaan dengan ajaran agama dan kepercayaan masing-
masing dalam memberikan pendidikan, penddikan agama pada anak harus
ditanamkan sedini mungkin bahkan saat anak masih dalam kandungan orang tua.
Sebab manusia lahir dengan membawa fitrah keagamaan yang harus di
kembangkan lebih optimal lagi dimana orang tua sebagai pendidik pertama dan
utama mampu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan-nya.

Pendidikan agama islam dalam keluarga berspektif Islam yaitu


pendidikan yang didasarkan pada tuntutan agama Islam yang penerapannya
dilakukan untuk membentuk karakter anak menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlakul karimah dimana hal itu
mencakup etika anak, moral anak, budi pekerti dan spiritual anak, untuk itu perlu
adanya pemahaman serta pengalaman nilai-nilai keagamaan yang nantinya hal itu
dapat menjadi sumbangan penting bagi pembangunan bangsa dan negara serta
dalam kehidupan sehari-hari.
Ahmad Tafsir mangatakan dalam bukunya Ilmu Pendidikan bahwa,
dalam Persfektif Islam diamana dalam isinya ada dua arah mengenai kegunaan
pendidikan agama dalam keluarga yang pertama mengenai penanaman nilai dalam
arti pandangan hidup yang kelak mewarnai perkembangan jasmani akalnya dan
yang Kedua mengenai, penanaman sikap yang nantinya menjadi dasar dalam
menghargai guru dan pengetahuannya di sekolah.
Dalam era globalisasi yang ditandai berbagai perubahan strata nilai ini
maka, anak harus disiapkan sedini mungkin dari sesuatu yang dapat merusak
mental dan moral anak dengan dasar pendidikan agama dalam keluarga sehingga
anak diharapkan bisa memfilter dan tangguh dalam menghadapi segala tantangan,
hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan di masyarakat. Anak
amanat dari Allah SWT yang harus dijaga dan dididik supaya kelak anak tersebut
dapat mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri pada Allah SWT.
Salah satu wujud dari amar makruf nahyi munkar dalam kehidupan
berkeluarga ialah memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sesuai dengan
ajaran islam sehingga keluarga satu dengan keluarga lainnya memiliki prinsip dan
sistem tersendiri dalam mendidik anak-anak nya dalam hal ini orang tua jangan
terlena apalagi sampai melupakan ajaran-ajaran Islam terutama, dalam hal
pendidikan anak-anak nya sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
SAW.
Role model nyata yang Allah utus kemuka bumi ialah Rasulullah SAW,
beliau tidak pernah mendidik anak-anaknya dengan cara pendidikan yang keras
dan tidak juga membebaskan ya, dalam mendidik keluarganya terutama kepada
anak-anaknya beliau melimpahkan kasih sayang yang amat besar, hal ini sesuai
dengan yang dikatakan oleh salah seorang sahabat Anas ra. yaitu “aku tidak
mendapatkan seseorang yang memberikan kasih sayang pada keluarganya
melebihi Rasulullah SAW.”
Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Kewajiban orang tua kepada
anaknya ialah memberi nama yang baik, mendidik sopan santun dan mengajari
tulis menulis, renang, memanah, memberi makan dengan makanan yang baik
serta mengawinkan nya apabila ia telah mencapai dewasa” (HR. Muslim).
Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :
‫ وإذا بلغ عشر سنين فاضربوه‬،‫صالة إذا بلغ سبع سنين‬
َّ ‫صب َّي بال‬
َّ ‫ "مروا ال‬:‫قال النبي صلى هللا عليو وسلم‬
‫"عليها‬.
Artinya : “Suruhlah anak-anakmu Shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukulah
mereka (jika tidak mau) Shalat ketika sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat
tidur mereka” (HR. Abu Dawud).

Pendidikan dimulai dalam keluarga, jauh sebelum anak lahir yaitu


dengan terlebih dahulu memilih pasangan hidup, calon ayah harus memilih calon
ibu yang baik begitupun sebaliknya sebab ayah dan ibu sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak-anaknya kelak. Ayah dan ibu yang tidak memeiliki
kompetnsi yang baik maka tidak akan mampu mendidik anaknya untuk memiliki
pribadi ynag baik untuk itu, Rasulullah SAW memberikan kriteria yang sesuai
dengan ajaran islam dalam memilih pasangan : “Wanita dinikahi karena empat
kriteria (1) Karena hartanya banyak (2) karena turunannya baik (3) karena
rupanya baik (4) karena agamanya baik maka beruntunglah kamu yang memilih
wanita karena agamanya, dengan demikian kamu akan berbahagia” (HR.
Bukhori Muslim).
Agama, harta atau pun kecantikan akan berubah dimakan watu begitu
juga dengan keturunan baik tidak selamanya menjamin kebahagiaan baik itu harta,
kecantikan, dan keturunan baik sekalipun tidak menjamin semuanya meiliki
perilaku baik. Jaminan kebahagiaan seseorang di dapat apabla orang tersebut
beragama serta berpegang teguh pada ajaran agamanya hal Inilah yang nantinya
akan menyelamatkan nya di dunia ataupun akhirat.
Berbicara menngenai pendidikan anak, sejatinya pendidikan ini bukan
dilakukan sebelum anak itu lahir melainkan dilakukannya terhadap ayah dan sang
ibu terlebih dahulu karena hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi
perkembangan anak, terutama saat proses kehamilan. Dimana ayah dan ibu
diharapkan memiliki kehidupan yang tenang dengan memperbanyak ibadah
kepada Allah SWT agar diberi anak yang cerdas, luhur budi pekertinya serta
rupawan untuk mewujudkan upaya dari individu yaitu dengan banyaknya
membaca al-Quran, menjaga semua perbuatan.
Keteladanan dan kebiasaan yang orang tua sajikan dalam kehidupan
sehari hari dalam bersikap dan berperilaku tidak terlepas dari perhatian dan
pengamatan anak untuk itu, orang tua dalam pandangan agama Islam mempunyai
peran serta tugas utama dan pertama dalam kelangsungan pendidikan anak-
anaknya, baik itu sebagai guru, pedagang, atau dia seorang petani. Tugas orang
tua untuk mendidik keluarga khusus anak-anaknya.
Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga akan berjalan
dengan baik dengna adanya pengaruh ekstern dan intern, dalam hal ini pengaruh
terbesarnya yaitu dari anak itu sendiri dan peran eksteren nya yaitu keluarga .
Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari orang tuanya melalui
keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga, baik tidaknya
keteladanan yang diberikan serta kebiasaan hidup orang tua itu sehari-hari dalam
keluarga akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Dalam pendidikan Islam
akan terlihat jelas kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi seorang
pribadi yang “insan kamil” diamna manusia memiliki keutuhan rohani dan
jasmani sehingga dapat hidup dan berkembang karena ke takwaan-Nya kepada
Allah swt.
Pendidikan keluarga ini diharapkan dapat menjadi sarana prasarana
pembentukan karakter dan kepribadian anak menjadi manusia yang utuh yakni
manusia yang berbudi luhur, cerdas, dan terampil. Sehingga di masa mendatang
anak tersebut dapat menjadi manusia yang baik anggota masyarakat serta warga
Negara yang baik. Pendidikan agama terkhusus agama Islam merupakan
pendidikan yang sangat sesuai spesifikasinya untuk diterapkan dalam tritmen
pembentukan karakter anak. Dalam pendidikan agama Islam mencakup
pendidikan belajar membaca Al-Quran, nilai keyakinan atau aqidah, dan nilai
pengabdian atau ibadah. Pendidikan agama yang ditranferkan pada anak sejak dini
menuntut peran seluruh anggota keluarga sebab telah diketahui sebelumnya
bahwa, keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama dalam
memberikan pengaruh terhdap perkebangan anak.
Tentunya hal ini memiliki arti bahwa pendidikan Islam itu diharapkan
bisa menghasilkan pribadi manusia yang berguna bagi dirinya dan masyarakat
serta mau mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam yang telah ia terima
baik dalam menjalin hubungan dengan Tuhan-Nya atau dengan sesamanya
sehingga dapat mengambil ibrah atau manfaat dari apa yang telah Allah ciptakan
untuk kepentingan kehidupan di dunia dan di akhirat kelak.
Menurut BKKBN keluarga yaitu terdiri dari dua orang atau lebih di
bentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah serta mampu memenuhi
kebutuhan hidup spritual dan material yang layak mengantarkan individu untuk
bertaqwa kepada tuhan sehingga memiliki hubungan yang selaras dan seimbang
antara anggota keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Keluarga terdiri dari
dua atau lebih individu yang bersatu karena adanya ikatan tertentu guna saling
membagi pengalaman dan melakukan berbagai pendekatan emosional sehingga
mampu mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga. Sutari Imam Barnadib
mengatakan bahwa “perbuatan mendidik dan dididik memuat faktor-faktor
tertentu yang mempengaruhi dan menentukan” ( Friedman ). Pendidikan serta
penanaman nilai-nilai agama sudah seharusnya diberikan pada anak sedini
mungkin salah satunya dari keluarga itu sendiri yang menjadikan pendidikan
dalam keluarga merupakan pendidikan pertama yang dikenal oleh sang anak.
Pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama,
sehingga dijadikan tempat pertama kalinya bagi anak dalam menerima pendidikan
dan bimbingan dari orang tua atau anggota keluarga yang lainnya. keluarga
merupakan tempat penanaman dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang
masih muda karena pada usia ini anak lebih peka terhadap pengaruh dari
pendidikan wadah pertama dan dasar bagi perkembangan serta pertumbuhan anak
adalah keluarga pengalaman empiris membuktikan bahwa, institusi lain selain
daripada keluarga tidak mampu menggantikan peran lembaga begitu juga institusi
non keluarga.
Oleh karena itu kesadaran orang tua lah yang berperan mengambil
tanggung jawab sebagai pendidik pertama dan utama bagi sang anak, tanggung
jawab orang tua terhadap anak ini terbentuk bermacam-macam. Pernyataan orang
tua merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga hal ini sesuai dengan
Hadits Rasulullah SAW di bawah iniyang artinya : “Nabi Muhammad SAW
bersabda: "setiap bayi yang lahir adalah fitrah maka kedua orang tuanya lah
yang menjadikan ia Yahudi, Nashrani ataupun Majusi” (HR. Bukhari).

Adanya tanggung jawab pendidikan dalam Islam ialah dengan


dilaksanakannya kewajiban mendidik adapun pengertian mendidik atau
pendidikan dalam pengertian yang umum ialah untuk menumbuh kembangkan
potensi jasmaniah dan rohaniah anak untuk mendapatkan nilai-nilai dan norma-
norma yag sesuai aturan sehingga menunjang kegiatan pendidikan tersebut supaya
dapat berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Lembaga-lembaga
tersebut yang ikut bertanggung jawab memberi pertolongan kepada seorang dalam
perkembangan rohani dan jasmani nya guna mencapai tingkat kedewasaan dan
mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai makhluk Allah, makhluk
sosial dan sebagai individu.
Lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan lingkungan
yang dapat membentuk karakter individu meski ketiganya saling mempengaruhi
satu sama lain, akan tetapi pendidikan keluarga lebih dominan pengaruhnya
terhadap pendidikan anak. Jika suatu rumah tangga berhasil membangun keluarga
yang sakinah, maka peran sekolah dan masyarakat hanya menjadi pelengkap.
Pola pendidikan Islam yang dapat dipraktikkan oleh orang tua adalah pola
keteladaan, adat kebiasaan, nasihat, perhatian dan pola ganjaran dan hukuman
Pola-pola pendidikan yang dipraktikkantidak berdiri begitu saja tetapi adanya
keterkaitan satu dengan lainnya pola-pola ini dipraktikkan sesuai dengan situasi
dan kondisi yang ada.

Pada dewasa ini sudah bukan rahasia umum lagi banyak orang tua yang
tidak menyadari peranan penting mereka sebagai sekolah pertama atau lembaga
pendidikan pertama bagi anak, sikap acuh tak acauh yang diakukan orang ua
terhadap penting adanya sebuah bimbingan, pengawasan,dan pendidikan yang
seharusnya anak-anak dapatkan mereka menganggap sepele akan hal tersebut
sebab mereka lebih mengutamkan karir dan pekerjaan mereka diluar rumah
dibandingkan harus mengasuh anak dirumah. Para orang tua ini lupa
kewajibannya sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Keluarga di dalam Islam mencakup pada garis keturunan yang di
dalamnya terdapat bapak, ibu, kakek dan nenek. Mencakup pula, saudara kandung
serta anak-anak dari saudaranya tersebut, untuk itu dalam hal ini merupakan
ikatan yang didasarkan atas pernikahan dimana setiap anggota mengabdikan
dirinya untuk kepentingan serta tujuan keluarga dengan penuh rasa kasih sayang.
Pemikiran sosial modern yang mengatakan bahwa keluarga adalah unit pertama
dalam masyarakat dimana hubungan-hubungan yang terdapat didalamnya,
sebagian besar bersifat lansung, pemikiran sosial dalam Islam pun setuju akan hal
itu.
Keluarga merupakan tempat mengarahkan anggota keluarganya, hal ini
bersifat dan hubungannya bisa berubah dari waktu ke waktu. Ada beberapa ciri
khas yang dimiliki Keluarga (1) Terjadinya hubungan biologis antara suami istri
melalui senggama (2) Terciptanya suatu pernikahan yang nantinya menguatkan
hubungan pernikahan tersebut (3) Adanya Pengakuan terhadap keturunan keluarga
(4) Terjadinya Kehidupan ekonomi Bergama (5) Tempat bersatunya kehidupan
dalam berumah tangga.
Pelaksanaan nikah usia muda yang banyak terjadi pada orang tua dimana
mereka menyerahkan urusan pengasuhan anak-anak nya kepada jasa asisten
rumah tangga, pengasuh anak atau yangsering kita dengar baby sitter. Tentunya
hal ini sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan perilaku anak untuk
kedepannya nanti. Peranan Keluarga dalam hal ini sangatlah penting dalam
pendidikan baik dalam lingkungan masyarakat Islam ataupun non-Islam. Karena
keluarga merupakan lembaga pertumbuhan anak yang pertama karena dalam
keluarga ia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat
penting dan paling kritis dalam pendidikan anak adalah tahun-tahun pertama
dalam kehidupannya. Jadi dapat disimpulkan bahwasannya keluarga itu ialah
merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas adanya kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal dalam satu atap dan saling
bergantung satu sama lain nya .
Manusia makhluk yang paling mulia bila dibandingkan dengan makhluk
lainnya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an surat Al-Israa ayat 70 yang
Artinya : “Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak adam, kami angkat
mereka di daratan dan dilautan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah kami ciptakan.” Selanjutnya Allah Swt; mengungkapkan bahwa
manusia dalam bentuk sebaik-baiknya”.
Dari kedua firman Allah Swt; diatas maka jelaslah bahwa manusia
makhluk yang paliung mulia, karena manusia memilki akal dan perasaan. Akal
dan perasaan manusia dapat berkembang secara sistematis sehingga melahirkan
ilmu pengetahuan; hal seperti ini dapat diperoleh dengan melalui pendidikan, baik
itu pendidikan formal, informal ataupun pendidikan dalam keluarga.
Allah SWT menciptakan manusia berpasang-pasangan untuk memenuhi
kebutuhan yang sangat mendasar dalam kehidupan yakni sebuah pernikahan
dalam hal ini ada aturan yang mengatur segala urusan serta memberikan solusi
berupa pernikahan. Terlepas dari hal itu banyak manusia yang terjerumus dalam
sebuah tren pernikahan di usia muda ini terjadi, tidak lain dan tidak bukan
disebabkan pemikiran yang lebih kompleks dari sekedar pemuasan biologis.
Betapa pentingnya pendiddikan untuk pengembangan potensi yang ada,
terutama dalam mempertahankan kedudukan manusia sebagai makhluk yang
paling mulia. Islam merupakan Agama yang sempurna yang didalamnya
mengatur segala tata cara hidup dan kehidupan manusia, baik hidup secara pribadi
ataupun bermasyarakat. Pendidikan agama islam dalam keluarga adalah
pendidikan yang didasarkan atas tuntunan agama islam yang diterapkan di dalam
keluarga dimaksudkan untuk membentuk pribadi anak menjadi insan beriman dan
bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia mencakup etika,
moral, budi pekerti, spiritual serta pemahaman dan pengalaman nilai-nilai
keagamaan di kehidupan sehari-hari.
Pernikahan dalam arti sempit merupakan suatu ikatan lahir dan batin antara
perempuan dan lakik-laki sebagai suami dan isteri untuk berkomiten dalam
berumah tangga yang mempunyai tujuan membentuk keluarga yang sakinah
mawadah warohmah. Dalam arti lebih luas Pernikahan merupakan salah satu
ikatan lahir antara permpuan dan laki-laki yang hidup bersama-sama dalam satu
rumah yang disebut rumah tangga, serta memiliki keturunan. Seperti yang
tercantum dalam ketentuan-ketentuan syari’at Islam sebgaimana Firman Allah
swt. dalam Q.S Al-Nisa ( /04:1 ) yang artinya:”Wahai manusia! Bertaqwalah
kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari yang satu (Adam) dan
(Allah) menciptakan pasangan (Hawa) dari (diri) nya, dan dari diri keduanya
Allah mengembakbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyaK. Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu".
Nikah dikalangan umat manusia/masyarakat sudah dikenal sejak zaman
adam dan Hawa sampai sekarang pernikahan diselenggarakan dalam berbagai
corak sesuai dengan situasi dan kondisi, termasuk di Dusun Cikuya Desa
Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran.
Tujuan Pernikahan pada umumnya kembali lagi kepada perseorangan itu
sendiri karena dirinya lah yang akan menjalani kehidupan pernikahna tersebut hal
ini bersifat subjektif walaupun, pada kenyataanya ada tujuan yang di harapkan
oleh semua orang yang melakukan sebuah pernikahan yaitu, bertujuan
memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin menuju kebahagiaan
dan kesejahteraan dunia akhirat.Syariat islam mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan. Hubungan manusia dengan manusia khususnya antara perempuan dengan
laki-laki supaya sah menurut islam tentu melalui peraturan yang sah pula yakni
melalui aturan nikah. Kecenderungan hidup bersama dalam ikatan pernikahan
sejak dahulu bahkan sampai sekarang akan tetap ada, yakni kebersamaan antara
seorang wanita dengan seorang laki-laki dengan pernikahan yang biasa disebut
dengan keluarga. Sebab pernikahan merupakan proses atau perjalanan hidup
manusia.
Berdasarkan UU No. 23 tahun 2002 anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun yaitu yang termasuk dalam anak yang masih berada dalam
kandungan pernikahan, anak juga didefinisikan sebagai pernikahan yang terjadi
sebelum anak mencapai usia 18 tahun sebelum anak matang secara fisik,
fisiologis, ataupun psikologis untuk bertanggung jawab terhadap pernikahan dan
anak yang dihasilkan dari pernikahan.
Larangan umur untuk menikah pun sudah diatur dalam Undang-Undang
diamana adanya pernikaha dibawah umur 16 tahun bagi perempuan dan dibawah
umur 19 tahun bagi laki-laki karena, salah satu syarat untuk dapat mewujudkan
tujuan dari pernikahan itu sendiri ialah harus adanya keselarasan dari semua pihak
yang akan melangsungkan pernikahan dimana keduanya telah memiliki
kematangan di jiwa dan raganya karenanya di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 ditentukan batas umur minimal untuk
melangsungkan pernikahan.
Ketentuan mengenai batas umur minimal tersebut terdapat di dalam Bab II
jelas hal ini bertentangan dengan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1. Paasal 7
Tahun 1974 tersebut yang mengatakan bahwa “ perkawinan hanya di perijinkan
jika pihak pria sudah mencapai umur 19 ( Sembilan belas ) tahun dan pihak
wanita sudah mencapai umur 16 ( enam belas ) tahun.
Aturan ini juga terdapat dalam Bab IV Pasal 15 ayat 1 dan ayat 2 dalam
Kompilasi Hukum Islam yang isinya :
1. Guna kemaslahatan keluarga dan kehidupan rumah tangga maka,
perkawinan hanya boleh dilakukan jika calon mempelai nya telah mencapai
umur yang sudah ditetapkan dalam pasal 7 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 dimana calon suami sekurang-kurangnya
berumur 19 tahun dan sang calon isteri sekurang kurangnya berumur 16
tahun.
2. Peraturan yang ke dua ini untuk calon mempelai yang belum mencapai
umur 21 tahun harus mendapat izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6
ayat (2) (3) (4) dan (5) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1974.
Dalam Bab II pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan diatas
ternyata hal ini tidak mutlak karena di dalam Bab II pasal 7 ayat (2) dikatakan
bahwa : Dalam hal penyimpangan dalam ayat (1) dalam pasal kedua ini kita dapat
minta dispensasi kepada pengadilan atau pejabat yang bersangkutan oleh kedua
orang tua mempelai. Ketentuan Bab II Pasal 7 ayat (2) ini memeiliki arti bahwa
pernikahan di diusia muda bisa dilakukan ketika adanya permintaan dispensasi
yang dajukan oleh salah satu pihak orang tua memeplai dengan alasan bahwa
hukum masing-masing agama dan kepercayaan dari kedua mempelai
mengijinkannya.
Menurut SUPAS ( Analisis survei penduduk antar sensus ) 2005 dari
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bahwa angka
pernikahan di perkotaan lebih rendah dibanding di pedesaan. klan 15-19 tahun
memeliki perbedaan yangcukup tinggi yaitu 5,28% di perkotaan dan 11,88% di
pedesaan. Tentunya hal ini menunjukkan bahwasannya perempuan usia muda di
perdesaan lebih banyak yang melakukan pernikahan di usia muda.

Usia remaja merupakan suatu masa yang penting dalam rentang


kehidupan, masa ini dikenal suatu periode peralihan dimana suatu masa
mengalami perubahan yang sangat pesat, usia yang menakutkan dimana seorang
individu mencari identitas untuk meengetahui masa yang tidak realistis dan masa
peralihan dewasa, bagi yang tidak mengalami fase peralihan tersebut, maka bisa
dikatakan tidak normal dalam mencapai kedewasaan.
Tetapi di lingkungan masyarakat masih saja banyak terjadi pernikahan di
usia muda sekalipun hal itu dilarang oleh undang-undang perkawinan.
pelaksanaan nikah muda tersebut juga menimbulkan masalah sosial sepeti tingkat
perceraian yang tinggi, merosotnya kehidupan ekonomi ,apalagi bagi masyarakat
pedesaan, mereka menerimanya sebagai suatu kenyataan hidup yang harus
diterima dengan lapang dada.
Dengan adanya batasan usia untuk menikah ini pada dasarnya Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 ataupun KHI (Kompilasi
Hukum Islam) tidak menghendaki adanya pelaksanaan pernikahan di usia muda
karena itu penulis menilai pelaksanaan nikah di di usia muda yang di maksud jika
di kaitkan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 ini,
bukan tentang baligh atua belumnya kedua calon mempelai atau juga belum
mencapai usia dewasa seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Bab II pasal 6 ayat (2) bahwa : bagi yang belum
mencapai umur dua puluh satu (21) tahun jika ingin melaksanakan pernikahan
harus mendapat izin dari kedua orang tua nya terlebih dahulu.
Makna di usia muda disini lebih cenderung pada batasan yang ditentukan
oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Bab II pasal 7
ayat (1) di atas, dimaksudkan supaya orang yang akan melangsungkan sebuah
pernkahan diharapkan sudah memiliki kematangan dalam berpikir, kematangan
jiwa, fisik dan materi.
Dengan adanya hal memadai tersebut bisa terhindar dari adanya keretakan
rumah tangga yang berakhir dengan perceraian agar tujuan pernikahan yang
menekankan aspek kebahagiaan lahir dan batin dapat terwujud. Jika pernikahan di
usia muda terpaksa dilakukan maka ,Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 1974 masih memberikan kemungkinan untuk melakukannya , seperti
yang kita ketahui hal tersebut sudah diatur dalam Bab II Pasal 7 ayat (2) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 yang mengatakan adanya
dispensasi dari Pengadilan agama yang bersangkutan dengan adanya batasan usia
dalam Undang-Undang Perkawinan. Tidak tercantumnya aturan-aturan fiqih baik
itu secara eksplisit maupun implisit adanyapenetapan batasan usia bagi kedu
acalon mempelai bisa menajaga keduanya dari hal terburuk yang dapat
ditimbulkan.
Fenomena pelaksanaan siusia muda menimbulkan bermacam kontroversi
di masyarakat yang disebabkan daria danya perbedaan paham, dalam satu sisi
pernikahan dibawah umur dilihat dari sudut pandang agama akan tetapi jika
dilihat dari segi Hak Asasi Manusia atauyang kitasering sebut dengan kata ( HAM
) dari 2 Kedua sudut pandang ini belum menemukan titik temu yang dapat
mengatakan satu suara akan hal ini untuk itu dengan tidak-adanya kesepahaman
antara kedua belah pihak maka adanya pelaksanaan nikah di usia muda menjadi
perbincangan di kalangan masyarakat.
Dengan keterbatasan mereka dalam memiliki pengetahuan, setidaknya
mereka bias saja untuk mengatur kehidupan rumah tangganya nanti seperti apa,
bukan berarti tidak mengusahakan sama sekali demi terciptanya pernikahan yang
sakinah, mawadah warohah, sebab kasus perceraian yang sering kali terjadi
penyebabnya yaitu tidak adanya kesiapan yang matang baik secara fisik ataupun
psikis di antara kedua belah pihak.
Terjadinya pernikahan bermula dari adanya dorongan insting dan
syahwat seksual untuk tujuan kelestarian manusia dan tidak membiarkan
pernikahan terwujud hanya dari keinginan manusia itu sendiri mengaitkan
pernikahan dengan menjadikan syahwat seks sebagai kebutuhan primer seperti
kebutuhan makan dan minum adanya kepuasan kebutuhan biologis seorang
muslim maka hsl itupun akan meraih ridho Allah SWT Sebab dia telah
mewujudkan tujuan penciptaan alam semesta supaya dunia sejahtera dengan
adanya generasi sholeh yang nantinya hanya akan beribadah kepada Allah SWT
dengan menegak kan kebenaran serta keadilan sehingga dapat mewujudkan
khalifah di muka bumi.
Secara umum pelaksanaan nikah di usia muda lebih sering ditemukan
pada keluarga miskin, meskipun terjadi pula di kalangan keluarga ekonomi atas
tetapi pelaksanaan nikah di usia muda ini seringkali terkait dengan adanya
problem kemiskinan . Semakin muda usia menikah yang dilakukan anak semakin
rendah pula tingkat pendidikan yang dicapai sang anak.

Adanya pelaksanaan nikah di usia muda ini menyebabkan anak tidak lagi
bisa mengenyam bangku sekolah karena dia mempunyai tanggung jawab baru
sebagai seorang istri dan seorang ibu atau kepala keluarga dan calon ayah,
sehingga adanya peran lebih banyak dalam mengurus rumah tangga maupun
memikul tugas sebagai tulang punggung keluarga serta keharusan dala mencari
nafkah. Apalagi masa remaja merupakan masa perpindahan dari kanak-kanak
menuju kedewasaan, ditandai dengan munculnya berbagai gejolak pikiran dan
perasaan, pada masa ini juga anak mulai tertarik terhadap lawan jenisnya,
ketertarikan tersebut bisa menimbulkan penyimpangan seksual apabila tidak
disikapi dengan baik, penyimpangan tersebut disebabkan oleh perkembangan
emosional yang kurang bahkan tidak sehat, hambatan dalam perkembangan hati
nurani yang bersih dan agamis, ketidakmampuan mempergunakan waktu luang
dan pengembangan kebiasaan yang tidak baik (Laning, 2018, hal. 39).

Sejalan lurus dengan pendapat tersebut bahwasanny Jika hal tersebut


tidak mendaptkan pengawsan atas apa yang dialami anak oleh orang tua yang
memiliki waktu lebih lama dalam mengawasi anak daripada pendidik lain, akan
mengakibatkan hal yang tidak baik, salah satu nya anak akan terjerumus pada
penyimpangan seks Dalam agama islam hak dan kewajiban seseorang sangat
diperhatikan dimana semua orang bisa menunaikan kesempatan dari hak dan
kewajibannya itu.
Dorongan biologis yang terjadi bisa muncul kapan saja karena adanya
ketertarikan pada lawan jenis hal ini sangat berkaitan erat dengan perubahan
hormonal seseorang. Menikah bukanlah sesuatu yang ditakuti dan bukan pula
sebuah perkara yang dianggap sepele sebab, menikah merupakan fitrah manusia
yang sejalan dengan syariat Allah SWT dan merupakan sunatullah. Persapan yang
matang dalam memasuki dunia pernikahan harus diperhatikan dan didahulukan
dengan berbagai kemantapan dimana pernikahan merupakan masa yang penuh
dengan tantangan dalam mengaktualisasikan nilai-nilai kepemimpinan dalam
rumah tangga di dalam hukum Islam tidak ada satupun tuntunan yang
menuntunterhadap dunia pacaran.

Salah satu target yang mendasar dalam sebuah ruamh tangga ialah
bagaimana kita menciptakan kerukunan dan kebahagian dalam rumah tangga itu
sendiri dimana puncaknya adalah kebahagian yang hakiki. Akan tetapi, dalam
pernkahan hanya sedikit yang mengerti arti dari bahagia itu sendiri. Seperti yang
kita ketahui pernikaan merupakan suatu kebahagiaan yang di cita-citakan oleh
setiap orang. Bahkan, sudah menjadi sebuah simbol atau lambang keberhasilan
dalam kehidupan berumah tangga. Seperti yang kita ketahui bahwasannya dalam
dewasa ini tidak sedikit manusia yang mengorbankan segala sesuatunya untuk
meraih kebahagaiaan tersebut serta berusaha menggantungkan harapan yang
begitu tinggi dengan tujuan dapat memiliki pernikahan yang bahagia.

Kehidupan suami istri dalam tuntunan hukum Islam harus ditegakkan di


atas dasar kerukunan, cinta dan kasih sayang serta pembentukan kerukunan yang
baik untuk mendapatkan kerukunan yang baik dalam rumah tanggga maka harus
ada persiapan yang matang baik dari segi fisik ataupun dari segi mental dan
adanya usaha dari kedua belah pihak yakni calon suami dan istri. Dengan karunia
Allah SWT manusia diberi kelebihan yang tidak diberikan kepada makhluk lain
Salah satunya itu adalah manusia memiliki akal dan kecenderungan serta
ketertarikan kepada lawan jenis nya untuk itu Allah menciptakan tabiat dasar
seorang laki-laki akan senang pada wanita dengan adanya ketertarikan terhadap
lawan jenis tersebut jika terjadi secara syariat maka tidak apa apa.
Dalam hal ini Islam mengatur segala sesuatunya yaitu denngan
memerintahkan manusia megaplikaskan cinta nya dalam bentuk pernikahan yang
halal dan menghalal kan, naluri mencintai lawan jenis merupakan kebisaaan yang
mendasar yang dipunyai setiap manusia apapun rasnya sukunya dan apapun
agamanya, jika seseorang tidak menikah maka ia akan menyalurkan hasrat
jasmaninyah nya pada hal-hal yang diharamkan oleh agama eperti halnya berzina
atau melakukan kemaksiatan yang lain nya,maka untuk itu Islam hadir dengan
memberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka dengan cara
melangsngkan pernikahan yang sesuai denan syariat agama islam.

Di dalam literatur pernikahan yang dikatakan ideal bisa dilihat dari


kecakapan dan kedewasaan sikap seseorang tersebut disamping adanya persiapan
materi yang cukup untuk melaksanakan pernikahan tidak ada ukuran yang baku
dalam hal ini anak, dinilai sudah dewasa pada umur di atas 18 tahun untuk
perempuan dan 20 tahun untuk laki-laki. Dari pernyataan ini justru berbanding
terbalik dimana seperti yang kita ketahui bahwa dalam undang-undang
perkawinan No 1 Tahun 1974 bahwa pernikahan yang di ijinkan oleh UU No 1
Tahun 1974 yaitu apabila laki-laki dan perempuan telah mencapai umur yang
ditentukan yakni bagi laki-laki 19 tahun dan bagi perempuan 16 tahun.

Namun bila laki-laki maupun perempuan bila belum mencapai umur 21


tahun maka diharuskan untuk memperoleh surat izin dari orang tua atau wali yang
diwujudkan dalam suatu surat sebagai syarat untuk melangsungkan sebuah
pernikahan, sedangkan bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 16 tahun
mereka harus mendapat izin dari pengadilan dengan melalui sebuah persidangan.
Pendewasaan berdasar pada KUH Perdata yaitu seseorang yang dapat diberikan
hak menjadi dewasa terkhusus untuk urusan tertentu sejak dirinya menginjak usia
18 tahun maka untuk itu UU Perkawinan memberikan batasan menjadi dewasa
bagi perempuan hanya untuk menikah setelah berusia 16 tahun.
Lain halnya dalam undang-undang perlindungan anak nomor 23 tahun
2002 yang menentukan bahwa usia dewasa adalah 18 tahun jila menikah di bawah
umur 18 tahun maka, pernikahan ini melanggar undang-undang Nomor 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak tersebut.
Baik buruknya dampak yang ditimbulkan oleh pelaksanaan nikah muda
ini bagaimana pola pikir (mindset) orang itu sendiri. Karena menurut American
Heritage Dictionary dalam buku (Harefa, 2010, hal. 1). menyebutkan bahwa pola
pikir adalah suatu sikap mental atau disposisi tertentu yang menentukan respons
dan pemaknaan seseorang terhadap situasi yang dihadapinya Pemahaman tentang
pola pikir akan membantu siapa pun untuk menyadari bahwa setiap respon dan
penafsiran mereka untuk memahami situasi yang dihadapinya adalah hasil
pembelajaran di masa lalu, sehingga pola pikir dapat diperbaiki atau bahkan
diubah total.
Hal hal yang menjerumuskan banyak remaja kedalam pergaulan bebas
disebabkan oleh terlalu jauhnya kebebasan bergaul mereka, kurangnya
pemahaman remaja terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan wanita, selain
itu didukung oleh arus modernisasi, dan lemahnya keimanan sehingga masuknya
budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat. (Al Farisi, 2017, hal. 1).
Adanya batasan batasan terhadap pergaulan antara pria dan wanita sangat
diperlukan, terutama bagi kalangan remaja, karena pemahaman ini akan
mempengaruhi pada pola pikir serta sikap yang ditimbulkan berdasar pola pikir
tersebut. Bagi masyarakat pemahaman ini dapat diterima melalui pendidikan
agama islam non formal melalu media ceramah yang disampaikan oleh seorang
ustadz dalam hal ini tugas seorang penceramah/ustadz tentu saja bukan hanya
memberi pengetahuan dan pemahaman, melainkan bertugas untuk menuntun
masyarakatnya menerapkan ilmu yang telah dipahaminya, baik dalam pola pikir
maupun bersikap.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis Dusun Cikuya
melalui wawancara dengan kepala dusun cikuya diketahui bahwa pemahaman
masyarakat mengenai nikah muda ini sangat beragam, namun mayoritas memiliki
pemahaman yang baik, hal ini ditandai dengan respon yang diperlihatkan ketika
membahas mengenai pernikahan dibawah umur terlihat pemahamn masyarakat
sekitar 80% mereka memang sudah paham. Terkait dengan pemahmaan dan
dalam pengimplementasian nya tidak terjamin ter implementasi dengan baik.
Terjadinya pelaksanaan nikah di usia muda di dusun cikuya ini karena
adanya hal-hal tertentu yang mengakibatkan mereka sampai bisa melakasanakan
pernikhaan di usia muda, di dusun cikuya warga berpendapat bahwa bila
seseorang sudah mencapai dewasa dan siap untuk melaksanakan pernikahan maka
pernikahan pun dapat di langsungkan, oleh karena itu marak terjadi pernikahan di
usia muda salah satu penyebab terjadinya pelaksanaan nikah muda ini adalah
rendahnya pendidikan dari kalangan perempuan yang disebabkan keterbatasan
perekonomian keluarga perempuan tersebut sampai akhirnya keluarga tidak lagi
mampu menyekolah kan anaknya tersebut ke jenjang berikutnya termasuk
meneruskan jenjang SMA.
Seperti adanya kasus pernikahan di usia muda yang terjadi di dusun
cikuya desa kertajaya ini tidak menjadikan pernikahan tersebut menjadi langgeng
karena ada sebagian pernikahan muda yang gagal dalam mempertahankan rumah
tangga nya, hal ini terjadi karena adanya ke tidak matangan cara berpikir dari
kedua belah pihak pasangan muda tersebut karena, ketika pasngan muda ini
menghadapi suatu masalah dalam rumah tangga salah satunyakeuangan rumah
tangga hal ini bisa menjadi pemicu paling utama terjadinya sebuah permasalahan
atau konflik sehingga dapat berujung kepada sebuah perceraian.
Dalam jenjang umur 18 tahun masih sangat rentan dalam membangun
sebuah kehidupan berkeluarga baik dlihat dari segi mental yang belum cukup
sampai soal fisik yang belum mampu untuk melakukan kodrat pernikahan Untuk
itu bagi orang tua yang memiliki keterbatasan ekonomi menikahkan anaknya di
usia muda merupakan suatu solusi terbaik bagi keberlangsungan kehidupan
mereka. Dimana hal ini terjadi pada di dusun cikuya, yang mana masyarakat nya
ada yang menikah dalam keadaan dirinya masih menjadi seorang siswa sebab hal
ini merupakan salah satu penyebab jenjang pendidikan nya terhenti akibat dari
adanya pernikahan di usia muda yang ia lakukan tersebut, ketika hal ini di
pandang dari sudut yang berbeda maka akan muncul hal-hal negatif yang terjadi
pada anak yang menikah di usia muda.
Mestinya dengan fakta yang ada masyarakat paham mengenai pelaksanaan
nikah muda terdapat dalam sudut pandang yang positif sehingga pernikahan muda
perempuan dibawah umur 16 tahun dan laki-laki di bawah umur 19 tahun tidak
terjadi lagi. Namun pada nyatanya pelaksanaan nikah di usia muda yang terjadi
masih diluar harapan, berdasarkan wawancara dengan pak Dedih sebagai seorang
na’ib/amil diketahui bahwa masih ada saja masyarakat yang melakukan
pernikahan di usia muda dengan melalui prosedur yang berlaku yaitu adanya
pengajuan bandingatau siding ke pengadilan untuk mendaptakn ijin menikah
meski belum mencapai batas usia yang ditentukan, atau hanya dengan melakukan
nikahh siri ( kawin agama).
Meskipun Di kalangan masyarakat timbul pro dan kontra menegnai
pelaksanaaan nkah di usia muda dengan berbagai macam alasan sebagian,
masyarakat menilai bahwa pelaksanaan nikah di usia muda adalah hal yang
dianggap wajar dengan alasan belum ada ke khawatiran yang berarti. Dan bagi
masyarakat yang kontra akan pelkasanaan nikah diusia muda ini sangtalah
mereshakan karena banyak terjadi kasus ibu muda yang mengalami perceraian di
usia yang terlalu muda untuk menanggung beban mencari nafkah sekaligus
menjadi orang tua.
Pada dasarnya aturan dalam Undang-Undang bertujuan untuk menciptakan
kebaikan bagi masyarakat terlepas itu dari kontroversi pelaksanaan nikah di usia
muda. yang menjadi alasan penulis dalam mengangkat judul ini selain dari realitas
pelkasanaan nkah di usia muda ada hal-hal yang menjadi perhatian utama yaitu
pelaksanaan Penididikan agama islam dalam keluarga terhadap persepsi
masyarakat di dusun cikuya untuk menikahkan anaknya pada usia muda.
Berdasarkan latar belakang diatas, tentulah muncul permasalahan bahwa
terdapat kesenjangan antara pendidkan agam islam dalam keluarga dengan
pelaksanaan nikah muda Di Dusun cikuya ini. Maka dari itu, dari uraian diatas
penulis merasa perlu melakukan penelitian terkait “Pendidikan Agama Islam
Dalam Keluarga Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan Nikah Muda ( Penelitian
Terhadap Keluarga di Dusun Cikuya Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur
Kabupaten Pangandaran).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana realitas pendidikan agama islam dalam keluarga di Dusun
Cikuya Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran ?
2. Bagaimana realitas pelaksanaan nikah muda di Dusun Cikuya Desa
Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran ?
3. Bagaimana pendidikan agama islam dalam keluarga berpengaruh terhadap
pelaksanaan nikah muda di Dusun Cikuya Desa Keratajaya Kecamatan Cgugur
Kabupaten Pangandaran ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah disebutkan diatas maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk Mengetahui :
1. Mengetahui realitas Pendidikan agama islam dalam keluarga di Dusun
Cikuya Desa Kertajaya Keacamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran
2. Mengetahui realitas pelaksanaan nikah muda di Dusun Cikuya Desa
Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran
3. Mengetahui pendidikan agama islam dalam keluarga pengaruhnya
terhadap pelaksanaan nikah muda di Dusun Cikuya Desa Kertajya Kecamatan
Cigugur Kabupaten Pangandaran
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperdalam dan
mengembangkan mata kuliah pendidikan Agama Islam dan juga pengalaman serta
wawasan bagi peserta didik agar dapat mencegah diri dalam melaksanakan
pernikahan di usia muda. Selain itu penelitian ini bermanfaat sebagai ilmu
pengetahuan di dunia pendidikan khususunya pendidikan agama islam in formal
dan dapat mengantarkan peserta didik kepada tujuan pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga
Hasil Penelitian ini dapat menjadi masukan positif bagi lembaga dimana
hal ini dapat menambah khazanah keilmuan khususnya dalam rangka pelaksanaan
pendidikan agama Islam dalam keluarga penelitian ini juga sangat bermanfaat
bagi siswa agar siswa teredukasi untuk tidak melakukan nikah di usia muda
sehingga dapat terus melanjtkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta
mengembangkan kualitas agama dan potensinya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan bahan masukan bagi para orang tua,masayarakat dan
pendidik dalam memberikan pemahaman menegenai dampak negatif nikah muda
terutama dalam mengambil keputusan bagi setiap anak.
c. Bagi Pendidik
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis terkhusus tentang
pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam keuarga dalam pencegahan
pelaksanaan nikah muda pada anak usia muda di Dusun Cikuya Desa Kertajaya
Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran.
E. Kerangka Pemikiran
Kata “Pendidikan” secara umum dalam bahasa arab yaitu “Tarbiyah”
dengan kata kerja “Rabba” yang artinya mendidik, mengasuh, memelihara, maha
mencipta. Sedangkan kata pengajaran dalam bahasa arab adalah Ta’lim dengan
kata kerjanya “allama” yang artinya sekedar memberitahu Ilmu pengetahuan.
Pendidikan dan pengajaran menurut bahasa arab yakni Tarbiyah Wat-Ta’lim,
sedangkan kata “Pendidikan Islam“ dalam bahasa arab ialah “Tarbiyah Islamiyah.

Pernikahan mempunyai maksud agar suami dan istri dapat membantuk


keluarga yang kekal. Pada umumnya pernikahan anak-anak dibawah umur yang
dilakukan walinya dalam hokum islam digolongkan sebagai perkawinan yang
mubah ( boleh boleh saja ) akan tetapi apakah pengarauh daria adanya nikah muda
terhadap pendidikan agama islam dalam keluarg dapat berdampak baik atau tidak.
Pendidikan Islam menurut Istilah ialah pembentukan kepribadian muslim.Untuk
mencapai kepribadian muslim yang sempurna itu perlu adanya usaha, kegiatan,
cara, alat dan lingkungan umum yang membantu mematangkan proses yang di
capai. Pengertian pendidikan dalam Islam ialah dimana syariat Islam tidak akan
dihayati dan diamalkan oleh manusia jika hanya diajarkan saja tanpa adanya
tindakan yakni adanya pendididikan yang dilakukan melalui proses pendidikan.
Dalam ajaran Islam tidak hanya memisahkan iman dan amal saleh. Tetapi
juga dalam pendidikan Islam berisi pendidikan iman dan pendidikan amal. Sebab
ajaran Islam berisi ajaran mengenai sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat
menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama maka, pendidikan Islam
yang dimaksud disini ialah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.
Dengan berbagai metode dan pendekatan yang ada.
Kita bisa melihat bahwa pendidikan Islam itu menitikberatkan akan
adanya perbaikan sikap dan mental yang terwujud dalam amal perbuatan baik itu
untuk keperluan diri sendiri sebagai individu ataupun orang lain sebgai makhluk
sosial. Pendidikan Islam itu tidak hanya bersifat teoritis saja akan tetapi juga
praktis. Dalam pendidikan Islam mengenai pernikahan sudah diatur sedemikian
rupa baiknya. Untuk mengupayakan pernikahan yang sesuai dengan pendidikan
Islam yang berlaku maka masyarakat seharusnya bisa mengembalikan
permaslahan yang besar kembali pada asas pendidikan Islam itu sendiri.
Seperti yang kita ketahui asas yang sangat mendasar dalam pendidikan
Islam terdapat dalam Al-Quran dan As-Sunnah. dalam dua asas pendidikan Islam
tersebut sudah banyak tergambar bagaimana pentingnya pernikahan,bagaimana
prosedur maupun mekanisme di dalam melakukan pernikahan. Pendidikan Agama
Islam itu sendiri merupakan proses mengubah tingkah laku individu peserta didik
pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut
dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi
dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat. Seperti
pendapat Prof. DR. Ahmadi Pendidikan Agama Islam ialah segala usaha untuk
memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya manusia yang
ada padanya.
Maka indikator yang penulis ambil adalah sebagai berikut
A. Konsep Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

B. Konsep Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga
2. Pengertian Keluarga
C. Konsep Nikah Muda
1. Pengertian Nikah Muda
2. Faktor Penyebab Terjadinya nikah muda
3. Dampak nikah
Ahmad D Marimba berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam
merupakan bimbingan jasmani rohani yang didasarkan atas hukum-hukum agama
Islam menuju kepada terbentuk nya kepribadian terutama dalam ukuran Islam
dimana ke arah kedewasaan dan seterusnya ke arah terbentuknya kepribadian
muslim yang sempurna. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam
adalah merupakan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik .
Agama islam memberikan aturan aturan tersendiri mengenai pernikahan
yang dalam hal ini dikenal dengan hukum perkawinan islam, yang memuat juga
tentang bagaimana pernikahan yang dilakukan oleh pasangan dibawah umur.
Namun kedewasan secara psikologis dan biologis secara implisit dianjurkan
dalam hukum islam ( winardi Triyanto : 2013 73 ). Pendidikan Agama Islam
merupakan proses pengembangan seluruh potensi baik lahir maupun batin untuk
mewujudkan kualitas pribadi yang utama yaitu insan kamil hal ini merupakan
manifestasi dari “khalifah dan abdi“ yang mengacu kepada dua sumber pokok
ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Sehingga nantinya Peserta didik bisa
menjadi manusia yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, sesama dan
tanggung jawab tertinggi ialah kepada Allah SWT.
Penentuan umur dalam undang-undang perkawinan maupun dalam
kompilasi memang bersifat ijtihadiyah, sebagai usaha pembaruan pemikiran fikih
yang dirumuskan ulama terdahulu yang menunjukan bahwa pernikahan yang
dilakukan oleh pasangan dibaawah umur ketentuan yang diatur dalam undang-
undang nomor 1 tahun 1974 akan menhasilkan keturunan yang dikhawatirkan
kesejahteraanya. Selain itu, juga rendahnya umur perkawinan lebih banyak
menimbulkan hal-hal tidak sejalan dengan misi dan tujuan perkawinan yang
terwujudnya ketentraman dalam rumah tangga berdasarkan rasa kasih saying
( Ahmad Rofiq, 2013 : 60
PENGARUH

Pendidikan Agama Islam Dalam Nikah Muda


Keluarga ( Variabel X ) (Variabel Y)

(Variabel X)
A. Konsep Pendidikan Agama Islam
1.Pengertian Pendidikan Agama
Islam C. Konsep Nikah Muda
2. Dasar Pendidikan Agama Islam 1.Pengertian Nikah Muda
1.Tujuan Pendidikan Agama Islam 2. Faktor terjadinya nikah muda
B. Konsep Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga
3. Dampak Pernikahan Dini
1.Pengertian Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga
2. Pengertian Keluarga

RESPONDEN

F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang
diajukan peneliti, yang dinyatkan dalam bentuk pertanyaan yang didasarkan pada
teori yang relevan belum berdasarkan fakta fakta empiris yang diperoleh peneliti
dari pengumpulan data atau penelitian ilmiah yang dilakukan. Hipotesis
merupakan jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian belum menjadi
jawabanb yang empirik.(Sudaryono, 2016, hal. 64).
Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah Pendidikan
Agama Islam Dalam Keluarga ( Variabel X ) Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan
Nikah Muda (Variabel Y ) . Diasumsikan bahwa Pendidikan Agama Islam Dalam
Keluarga memiliki pengaruh terhadap pelaksanaan nikah muda.
Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah : semakin tinggi kesadran
masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan agama islam dalam keluarga, maka
akan semakin rendah tingkat pelaksanaan nikah usia muda di Dusun Cikuya dan
sebaliknya semakin rendah kesadaran masyarakat dalam melakasanakan
pendidikan agam islam dalam keluarga maka akan semakin tinggi pula tingkat
peaksanaan nikah di usia muda di Dusun Cikuya.
Untuk menguji hipotesis ini penulis akan melakukan hipotesis nol (Ho)
ada pun prinsip pengujian akan dilakukan dengan membandingkan harga thitung
dengan harga ttable p ada taraf signifikan 5%. Teknik pengujian ini apabila thitng
lebih besar dari ttable maka Ho ditolak dan Ha diterima.Apabila thitung lebih
kecil dari ttable maka Ho diterima dan Ha ditolak.

G. Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang telah di teliti oleh barkah jurusan


Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah jakarta 2008. Dengan judul “Pernikahan Usia Dini Dan Pengaruhnya
Terhadap Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga”. Bahwasan nya hasil
penelitiannya tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada pelaksanaan nikah di
usia muda terhadap pendidikan agama islma dalam keluarga. hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam dalam keluarga tidak terpengaruh
oleh faktor usia dari orang tua pasangan suami atau istri. Dalam hal ini
pasangan usia dini ataupun pasangan pernikahan usia dewasa sama saja tidak ada
pengaruh dari keduanya nya.
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Anggi Dian Savendra,
Jurusan Akhwalus Syakhsiyyah Institut Agama Islam Negeri (Iain) Metro tahun
2019. Dengan judul “Pengaruh Pernikahan Di Bawah Umur Terhadap
Keharmonisan Rumah Tangga (Studi Kasus Di Desa Banarjoyo Kecamatan
Batanghari Kabupaten Lampung Timur) ”. Hasil penelitiannya adalah adanya
pengaruh terhadap pelaksanaan di usia muda terhadap keharmonisan rumah
tangga karena dengan umur yang masih muda akan banyak mengundang masalah
yang tidak diharapkan karena segi psikologisnya belum matang. Tidak jarang
pasangan mengalami keruntuhan dalam rumah tangga karena perkawinan yang
masih terlalu muda. Dari kedua penelitian tersebut, penelitian dilaksanakan di
kampung Kandang Sapi Rukun Warga 04 Kelurahan Rorotan kecamatan
Cilincing Jakarta Utara dan di Desa Banarjoyo Kecamatan Batanghari Kabupaten
Lampung Timur, Sedangkan penulis mencoba melakukan penelitian di Dusun
Cikuya Desa Kertajaya Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran.

Anda mungkin juga menyukai