II Materi Penunjang
1. Do'a & Adab Harian
1) Memperoleh Rahmat x + + +
2) Mulai Belajar x + + + +
3) Kelancaran Bicara x + + + +
4) Akhir Pertemuan x + + + +
5) Sebelum Makan x + + + +
6) Sesudah Makan x + + +
7) Berpakaian x + + +
8) Bercermin x + + +
9) Masuk WC x + + +
10) Keluar WC x + + +
11) Sebelum Tidur x + +
12) Sesudah Tidur x +
2. Tahsinul Kitabah
1) Mencontoh cara penulisan huruf berkarakter tegak, datar, miring, dan lengkun
kanan x +
2) Mencontoh cara penulisan huruf tunggal awal, tengah dan akhir berkarakter tegak, datar, miring, dan
lengkun kanan x +
3) Mencontoh cara penulisan huruf tunggal bergerigi dan lengkung kiri x +
4) Mencontoh cara penulisan huruf tunggal awal, tengah dan akhir bergerigi lengkung
kiri x +
5) Mencontoh cara penulisan angka Arab x +
6) Mencontoh cara penulisan huruf sambung berhuruf dua, tiga. empat x +
7) Mencontoh cara penulisan huruf sambung berhuruf lima, enam,
tujuh x +
8) Seni mewarnai kaligrafi dan aneka gamar x x x x
Keterangan:
x : Alokasi waktu pembelajaran
+ : Alokasi waktu pengulangan/ pemantapan
*): Alokasi waktu pembelajaran Muatan Lokal disesuaikam dengan paket yang dipilih serta situasi dan kondisi
unit yang bersangkutan.
Menawarkan pendidikan yang bermutu tinggi adalah tujuan setiap lembaga pendidikan, begitu juga keinginan
dari kepala sekolah sebagai orang yang sangat bertanggungjawab dilingkungan pendidikan, dalam hal ini ada
beberapa upaya yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan maupun seorang kepala sekolah sebagai orang
yang bertanggungjawab di lembaga yang dipimpinnya, yaitu :
1. Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Oleh Lembaga Pendidikan
Tuntutan akan lulusan lembaga pendidikan yang bermutu semakin mendesak karena semakin ketatnya
persaingan dalam lapangan kerja. Salah satu implikasi globalisasi dalam pendidikan yaitu adanya deregulasi
yang membuka peluang lembaga pendidikan (termasuk lembaga pendidikan asing) membuka sekolahnya di
Indonesia. Oleh karena itu persaingan di pasar kerja akan semakin berat. Mengantisipasi perubahan-perubahan
yang begitu cepat serta tantangan yang semakin besar dan kompleks, tiada jalan lain bagi lembaga pendidikan
untuk mengupayakan segala cara untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik
lainnya, yang antara lain dicapai melalui peningkatan mutu pendidikan. Mutu adalah suatu terminologi subjektif
dan relatif yang dapat diartikan dengan berbagai cara dimana setiap definisi bisa didukung oleh argumentasi
yang sama baiknya. Secara luas mutu dapat diartikan sebagai agregat karakteristik dari produk atau jasa yang
memuaskan kebutuhan konsumen/pelanggan. Karakteristik mutu dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.
Dalam pendidikan, mutu adalah suatu keberhasilan proses belajar yang menyenangkan dan memberikan
kenikmatan. Pelanggan bisa berupa mereka yang langsung menjadi penerima produk dan jasa tersebut atau
mereka yang nantinya akan merasakan manfaat produk dan jasa tersebut.
Untuk bisa menghasilkan mutu pendidikan yang baik terdapat empat usaha mendasar yang harus dilakukan
dalam suatu lembaga pendidikan, yaitu sebagai:
a. Menciptakan situasi “menang-menang” (win-win solution) dan bukan situasi “kalah-menang” diantara pihak
yang berkepentingan dengan lembaga pendidikan (stakeholders). Dalam hal ini terutama antara pimpinan
lembaga dengan staf lembaga harus terjadi kondisi yang saling menguntungkan satu sama lain dalam meraih
mutu produk/jasa yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan tersebut.
b. Perlunya ditumbuhkembangkan adanya motivasi instrinsik pada setiap orang yang terlibat dalam proses
meraih mutu. Setiap orang dalam lembaga pendidikan harus tumbuh motivasi bahwa hasil kegiatannya
mencapai mutu tertentu yang meningkat terus menerus, terutama sesuai dengan kebutuhan dan harapan
pengguna/langganan.
c. Setiap pimpinan harus berorientasi pada proses dan hasil jangka panjang. Penerapan manajemen mutu
terpadu dalam pendidikan bukanlah suatu proses perubahan jangka pendek, tetapi usaha jangka panjang yang
konsisten dan terus menerus.
d. Dalam menggerakkan segala kemampuan lembaga pendidikan untuk mencapai mutu yang ditetapkan,
harus dikembangkan adanya kerjasama antar unsur-unsur pelaku proses mencapai hasil mutu. Janganlah
diantara mereka terjadi persaingan yang mengganggu proses mencapai hasil mutu tersebut. Mereka adalah satu
kesatuan yang harus bekerjasama dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain untuk menghasilkan mutu sesuai
yang diharapkan.
Dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan
usaha “jasa” yang memberikan pelayanan kepada pelangggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga
pendidikan tersebut. Para pelanggan layanan pendidikan terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat kelompok.
Mereka itu adalah pertama yang belajar, bisa merupakan mahasiswa/ pelajar/ murid/ peserta belajar yang biasa
disebut klien/pelanggan primer (primary external customers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat
layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Kedua, para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke
lembaga pendidikan, yaitu orang tua atau lembaga tempat klien tersebut bekerja, dan mereka ini kita sebut
sebagai pelanggan sekunder (secondary external customers). Pelanggan lainnya yang ketiga bersifat tersier
adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat pengguna output pendidikan (tertiary external
customers).
Selain itu, yang keempat, dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang
berasal dari intern lembaga; mereka itu adalah para guru/ dosen/ tutor dan tenaga administrasi lembaga
pendidikan, serta pimpinan lembaga pendidikan (internal customers).Walaupun para guru/ dosen/ tutor dan
tenaga administrasi, serta pimpinan lembaga pendidikan tersebut terlibat dalam proses pelayanan jasa, tetapi
mereka termasuk juga pelanggan jika dilihat dari hubungan manajemen. Mereka berkepentingan dengan
lembaga tersebut untuk maju, karena semakin maju dan berkualitas dari suatu lembaga pendidikan mereka akan
diuntungkan, baik kebanggaan maupun finansial. Seperti disebut diatas bahwa program peningkatan mutu
harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga haruslah
memperhatikan masing-masing pelanggan diatas. Kepuasan dan kebanggaan dari mereka sebagai penerima
manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan. Potensi
perkembangan, dan keaktifan murid tentu saja merupakan yang paling utama dalam peningkatan mutu
pendidikan. Perkembangan fisik yang baik, baik jasmani maupun otak, menentukan kemajuannya. Demikian pula
dengan lainnya, misalnya bakat, perkembangan mental, emosional, pibadi, sosial, sikap mental, nilai-nilai, minat,
pengertian, umur, dan kesehatan; kesemuanya akan mempengaruhi hasil belajar dan mutu seseorang. Untuk itu,
maka perhatian terhadap paserta didik menjadi sangat penting.
2. Upaya Kepala TPQ sebagai Administrator Pendidikan
Kepala TPQ merupakan personel sekolah yang bertanggunjawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan di TPQ. Ia
mempunyai wewenang dan tanggungjawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam
lingkungan TPQ yang dipimpinnya. Kepala TPQ tidak hanya bertanggungjawab atas kelancaran jalannya TPQ
secara teknis akademis saja, akan tetapi segala kegiatan, keadaan lingkungan TPQ dengan kondisi dan
situasinya serta hubungan dengan masayarakat sekitarnya merupakan tanggungjawabnya pula. Inisiatif dan
kreatif yang mengarah kepada perkembangan dan kemajuan TPQ adalah tugas dan tanggungjawab kepala
TPQ. Namun demikian, dalam usaha memajukan TPQ dan menanggulangi kesulitan yang dialami TPQ baik
yang berupa atau bersifat material seperti perbaikan gedung, penambahan ruang, penambahan perlengkapan,
dan sebagainya maupun yang bersangkutan dengan pendidikan anak-anak, kepala TPQ tidak dapat bekerja
sendiri. Kepala TPQ harus bekerja sama dengan para guru yang dipimpinnya, dengan orang tua murid serta
pihak pemerintah setempat. Kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya adalah sebagai berikut yang
juga merupakan upaya dari kepala TPQ itu sendiri dalam meningkatkan mutu pendidikan dilingkungannya secara
maksimal:
1. Kegiatan mengatur proses belajar mengajar.
2. Kegiatan mengatur kesiswaan.
3. Kegiatan mengatur personalia.
4. Kegiatan mengatur perelatan pengajaran.
5. Kegiatan mengatur dan memelihara gedung dan perlengkapan TPQ.
6. Kegiatan mengatur keuangan.
7. Kegiatan mengatur hubungan TPQ dengan masyarakat.
Fungsi pimpinan TPQ dalam kegiatan yang dipimpinnya berjalan melalui tahap-tahap kegiatan sebagai berikut:
1. Perencanaan.
2. Pengorganisasian.
3. Pengarahan.
4. Pengkoordinasikan.
5. Pengawasan.
Tugas lain dari seorang kepala TPQ adalah sebagai supervisor dalam masalah pembinaan kurikulum TPQ.
Dalam pembinaan kurikulum tugas kepala TPQ yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Kepala TPQ hendaknya dapat membimbing para guru untuk dapat meneliti dan memilih bahan-bahan mana
yang baik yang sesuai dengan perkembangan anak dan tuntutan kehidupan dalam masyarakat.
b. Membimbing dan mengawasi guru-guru agar mereka pandau memilih metode-metode mengajar yang baik,
dan melaksanakan metode itu sesuai dengan bahan pelajaran dan kemampuan anak.
c. Menyelenggarakan rapat-rapat dewan guru secara insidentil maupun priodik, yang khusus untuk
membicarakan kurikulum, metode mengajar, dan sebagainya.
d. Mengadakan kunjungan kelas yang teratur: mengunjungi guru sedang mengajar untuk meneliti bagaimana
metode mengajarnya, kemudian mengadakan diskusi dengan guru yang bersangkutan.
e. Mengadakan saling kunjungan kelas antara guru.
f. Setiap permualaan tahun ajaran guru diwajibkan menyusun suatu silabus mata pelajaran yang akan
diajarkan, dengan pedoman pada rencana pelajaran/ kurikulum yang berlaku di TPQ itu.
g. Setiap akhir tahun ajaran masing-masing guru mengadakan penilaian cara dan hasil kerjanya dengan
meneliti kembali hal-hal yang pernah diajarkan, selanjutnya mengadakan perbaikan-perbaikan dalam
tahunajaran berikutnya.
h. Setiap akhir tahun ajaran mengadaka penelitian bersama guru-guru mengenai situasi dan kondisi TPQ pada
umumnya dan usaha memperbaikinya.
Dalam memimpin TPQ, demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan kepala TPQ pun harus
memiliki karateristik sebagai berikut:
a. Mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu memimpin TPQ.
b. Memiliki kemampuan memecahkan masalah.
c. Mempunyai ketrampilan social.
d. Profesional dan kompeten dalam bidang tugasnya.
Dalam menjalankan tugasnya, kepala TPQ mempunyai peran ganda sebagai administrator, sebagai pemimpin,
sebagai supevisor pendidikan. Untuk mendayagunakan sumber daya TPQ, maka dibutuhkan ketrampilan
manajerial. Terdapat tiga bidang ketrampilan manajerial yang perlu dikuasai oleh kepala TPQ yaitu, ketrampilan
konseptual (conceptual skill), ketrampilan hubungan manusia (human skill), ketrampilan teknik (technical skill).
Ketiga ketrampilan manajerial tersebut diperlukan untuk melaksanakan tugas manajerial secara efektif, meskipun
penerapan masing-masing ketrampilan tersebut tergantung pada tingkatan manajer dalam organisasi.
3. Upaya Pengembangan Kurikulum TPQ
a. Konsep Pengembangan Kurikulum
Pengembangan Kurikulum merupakan bagian yang penting dari program pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai
bukanlah semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Konsep pengembangan kurikulum dapat diartikan dari dua jenis proses, yakni pengembangan dalam arti
perekayasaan (engineering) dan pengembangan dalam arti konstruksi. Proses pengembangan dalam arti
pertama, terdiri dari empat tahap ialah menentukan fondasi yakni dasar-dasar yang diperlukan untuk
mengemabangkan kurikulum; konstruksi ialah mengembalikan model kurikulum yang diharapkan berdasarkan
fondasi tersebut; implementasi ialah pelaksanaan kurikulum; dan evaluasi ialah menilai kurikulum secara
komprehensif dan sistemik.
Proses pengembangan kurikulum dalam arti yang kedua, yakni proses pengembangan secara mikro, yang pada
garis besarnya melalui proses 4 kegiatan, yakni merancang tujuan, merumuskan materi, menetapkan metode,
dan merancang evaluasi
Pengembangan kurikulum berlandaskan manajemen, berarti melaksanakan kegiatan pengembangan kurikulum
berdasarkan pola pikir manajemen, atau berdasarkan proses manajemen dengan fungsi-fungsi manajemen,
yang terdiri dari: Pertama, Perencanaan kurikulum, yang dirancang berdasarkan analisis kebutuhan,
menggunakan model tertentu dan mengacu pada suatu desain kurikulum yang efektif. Kedua, Pengorganisasian
kurikulum yang ditata baik secara struktural maupun secara fungsional. Ketiga, Implementasi yakni pelaksanaan
kurikulum di lapangan. Keempat, Ketenagaan dalam pengembangan kurikulum. Kelima, Kontrol kurikulum yang
mencakup evaluasi kurikulum. Keenam, Mekanisme pengembangan kurikulum secara menyeluruh.
b. Asas-asas Pengembangan Kurikulum TPQ
1) Asas Orientasi dan Konsistensi pada tujuan
Tujuan adalah komponen pertama dalam kurikulum. Keharusan orientasi pada tujuan serta konsistensi dalam
mencapainya adalah ibarat orang yang mau melakukan peralanan, yaitu pentingnya menetapkan tujuan terlebih
dahulu. Perjalana tapatjuan atau tanpa tujuan yang jelas adalah perjalanan sia-sia atau perjalanan tak menentu.
Tujuan yang digariskan dalam kurikulum TK/ TPQ secara sturuktural bertitik tolak dari tujuan yag sifatnya global
(garis besar) yaitu tuuan pendidikan nasional, lalu diciutkan ke tingkat tujuan kelembagaan/ institusional, tujuan
pembelajaran umum (TPU). Selanjutnya guru harus mengembangkannyake tingkat tujuan yang lebih spesifik
yaitu tujuan pembelajaran khusus (TBK).
2) Asas Kesinambungan
Program pengajaran dalam TK/ TPQ disusun dalam bentuk paket. Paket pengajaran tersebut secara umum
dikelompokkan ke dalam dua paket, yaitu paket A dan paket B. Dan tiap paket terdiri dari tiga kelompok materi,
yaitu materi pokok, materi penunjang dan muatan lokal. Hal ini menjadi acuan dasar dalam mengembangkan
asas kesinambungan. Kesinambungan adalah suatu proses berkelanjutan dan satu tahap pencapaian
pengalaman belajar ke tahap berikutnya, baik klasikal maupun secara individual yang dipandu oleh guru secara
insentif.
3) Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan ini menyangkut dua hal. Pertama keterpaduan dalam peyelenggaraan pendidikan dan
pengajara anak, yaitu keterpaduan antar kegiatan di sekolah, di rumah, di lingkungan masyarakat. Kedua,
keterpaduan dalam upaya mencapai tiga aspek pendidikan dalam individu anak, yaitu keterpaduan antara aspek
pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), dan aspek ketrampilan (psikomotor). Untuk mewujudkan
keterpaduan diantara tiga ligkungan pendidikan (di sekolah, rumah, masyarakat) harus dikondisikan
dengan cara menjalin hubungan kerjasama yang baik diantara figur-figur yang berperan di dalamnya, yaitu
kepala TK/TPQ, guru, pihak orang tua dan masyarakat agar dapat memberikan pengawasan dan bimbingan
khusus di rumahnya masing-masing, terutama menyangkut aspek sikap dan pengembangan prilaku anak,
termasuk segi pembiasaan sholat, mengaji al-Qur'an, dan pembiasaan do'a sehari-hari.
4) Asas Keluwesan
Keluwesan adalah termasuk prinsip yag logis dalam mengembangkan kurikulum karena kurikulum adalah
merupakan program pengajaran dalam bentuk garis-garis besar. Asas keluwesan ini memungkikan adanya
penguanan , penambahan atau penyesuaian tertentu dari apa yang tersurat dalam kurikulum mengingat kondisi
objektif di lingkungan TK/TPQ yang bersangkutan. Yang penting asas keluwesan tersebut tidaklah
menyimpang dari tujuan dan pola-pola umum yang telah digariskan. Untuk itu guru harus memahami
keseluruhan kurikulum yang berlaku dan menyesuaikannya dengan tingkat perkembangan yang ia hadapi di
lingkungan unit kerjanya.
5) Asas Efisiensi dan Efektivitas
Efisiensi adalah pendayagunaan segala sarana yang tersedia, termasuk penggunaan tenaga, waktu, dan dana
secara hemat dan tepat guna. Dengan begitu seluruh program kegiatan belajar diharapkan dapat berjalan
dengan tertib dan berhasil guna (efektif) dengan bukti keberhasilan yang bermutu. Efisiensi berkaitan dengan
proses belajar mengajar sedangkan efektivitas berkaitan dengan hasil belajar (out put) yang mau dicapai.
Kurikulum TK/TP Al-Qur’an BKPRMI disusun pertama kali pada tahun 1990, disusun
berdasarkan hasil lokakarya Nasional Pengelolaan TK Al-Qur’an BKPRMI di Banjarmasin
Kalimantan Selatan, tanggal 12-14 Agustus 1990.
Diktum perumusan hasil Lokakarya
berintikan kesepakatan untuk meneruskan dan menyempurnakan keberhasilan yang telah
dicapai oleh DPW BKPRMI Kalimantan Selatan dalam mengelola TK Al-Qur’an BKPRMI
berdasarkan kurikulum dan panduan pengelolaannya.
Dalam rumusan hasil Lokakarya tersebut, kurikulum dimaksud adalah kurikulum TK Al-
Qur’an, yang ditempatkan sebagai lampiran.
Waktu itu DPW BKPRMI Kalimantan Selatan sudah satu tahun mengelola TK Al-
Qur’an, dimulai dari TK Al-Qur’an “Dakwatul Khair” Banjarmasin (unit 001) yang didirikan
pada tanggal 14 Agustus 1989 dan pada tanggal 14 Agustus 1990 yang bertepatan digelarnya
Wisuda I Santri TK Al-Qur’an se-Kalimantan Selatan (sebanyak 262 sarjana cilik Al-Qur’an)
bertempat di Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin.
Bahan Lokakarya tersebut sebagian berasal dari Tim Tadarus AMM Yogyakarta, asuhan
K.H. As’ad Humam (alm), yang telah mempelopori berdirinya TK Al-Qur’an (berdiri tanggal
16 Maret 1988).
Hubungan histories antara TK Al-Qur’an AMM dan TK Al-Qur’an BKPRMI, berawal
dari kegiatan LMD (Latihan Manajemen Da’wah) BKPRMI tanggal 9 – 13 Januari 1989,
bertempat di komplek TK Al-Qur’an AMM Kota Gede Yogyakarta.
Waktu itu Almarhum menyatakan harapannya agar BKPMI (sekarang BKPRMI)
menjadikan TK Al-Qur’an yang telah dirintisnya menjadi program Nasional. Harapan beliau
disambut baik dan menjadi keputusan penting dalam MUNAS V BKPRMI di Surabaya (27 –
30 Juni 1989).
Maka tiga bulan sesudahnya, DPW BKPRMI Kalimantan Selatan dibawah pimpinan
Chairani Idris dan Drs. Tasyrifin Karim (masing-masing sebagai Ketua Umum dan Sekretaris
Umum) menindak lanjuti dengan mendirikan Unit pertama, yakni TK Al-Qur’an “Da’watul
Khair” (14 Agustus 1989).
Rumusan hasil Lokakarya disusun oleh Tim Perumus yang terdiri dari :
M. Jazir ASP (Ketua merangkap anggota)
Fajri Gumay (Sekretaris merangkap anggota)
Abdurrahman Tardjo (anggota)
Chairani Idris (anggota)
Drs Tasyrifin Karim (anggota)
Sedangkan penyusunannya dalam bentuk Buku dengan judul “Buku Pedoman
Pembinaan dan Pengembangan TK Al-Qur’an BKPMI“ disusun oleh Chairani Idris dan
Drs. Tasyrifin Karim. Diterbitkan pertama kali atas nama DPP BKPMI tanggal 12 September
1990. Kurikulum (GBPP) TK Al-Qur’an BKPMI terdapat dalam buku tersebut, bahan
pengajaran atau materi pokoknya terdiri dari bacaanIqro’ 6 jilid dan materi hafalan.
Keduanya adalah susunan K.H. As’ad Humam, Pengasuh Tim Tadarus AMM Yogyakarta.
Alokasi waktunya (masa belajar) adalah selama 6 bulan, sebanding dengan banyaknya
buku Iqro (6 jilid). Seiring dengan waktu dan perkembangan zaman, kurikulum terus dikaji
sebagai upaya perbaikan. Pada tahun 2006 pun kurikulum mengalami revisi. Melalui
Rakernas VIII tahun 2009, kurikulum mulai digulirkan untuk ditinjau kembali atau revisi
ulang.
PROBLEMATIKA DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN KURIKULUM TK/TPA
LPPTKA BKPRMI
Kurikulum (GBPP) TK/TP Al-Qur’an tersebut diatas belum menjangkau peserta
didik/santri yang sudah menamatkan buku Iqro, dan yang sudah menyelesaikan tahapan
tadarus Al-Qur’an. Untuk itu, Drs. Tasyrifin Karim membuat kurikulum (GBPP) lanjutan
yang kemudian dimuat dalam cetakan berikutnya TQA (cetakan ke-3 tahun 1992). Selain itu
buku edisi baru tersebut dilengkapi dengan “Penjelasan Umum Tentang GBPP TKA/TPA
BKPMI” yang disusun oleh U. Syamsuddin MZ.
Sejak tahun 1992 hingga tahun 1997 dilakukan revisi sesuai perkembangan dengan pola
kebijaksanaan sebagai berikut:
1. Kurikulum TK Al-Qur’an hasil Lokakarya tahun 1990 diberlakukan juga untuk santri
kelompok TP Al-Qur’an (usia 7 – 12 tahun) dengan istilah kurikulum (GBPP) TKA/TPA
BKPRMI Paket A (paket Iqro dan materi hafalan).
2. Kurikulum lanjutannya diistilahkan sebagai kurikulum (GBPP) TKA/TPA BKPRMI Paket B
(paket Tadarus dan Ilmu tajwid)
3. Bahan pengajaran yang tidak tercantum dalam GBPP, seperti Aqidah- Akhlak, Ibadah
Sholat, Menulis (Tahsinul Kitabah) dan lain-lain, hal itu diserahkan kepada guru sebagai
paket penunjang dengan kategori Muatan Lokal.
4. Guna menyalurkan para santri tamatan TP Al-Qur’an, LPPTKA BKPRMI Mendisain unit
baru sebagai Unit lanjutannya (TPA lanjutan) yaitu TQA (Ta’limul Qur’an Lil Aulad).
Konsep awalnya disusun oleh Drs. Tasyrifin Karim dan Chairani Idris yang dituangkan
kedalam sebuah buku berjudul “Pedoman Praktis Ta’limul Qur’an Lil Aulad (TQA)
BKPRMI” (terbit bulan Juni 1991), buku tersebut menjadi salah satu agenda pembahasan
dalam SILAKNAS I LPPTKA BKPRMI (waktu itu LPPTKA BKPMI) di taman bunga
Cibubur Jakarta (1992), konsep TQA hasil SILAKNAS I itu, setelah diuji-cobakan
dilapangan pada tahun berikutnya (Agustus 1993) ditinjau kembali dan disempurnakan
melalui Lokakarya Kurikulum TQA BKPMI di Banjarmasin. Selanjutnya, penyusunannya
dalam bentuk buku dengan judul “Pedoman Pengelolaan TQA BKPRMI” disusun oleh tim
yang terdiri dari :
Drs.H. Tasyrifin Karim
U. Syamsuddin MZ
H. Chairani Idris.
(terbit pertama kali tahun 1995).
Dibeberapa Unit TK/TP Al-Qur’an timbul inisiatif dari kreatifitas guru untuk merintis
Muatan Lokal tertentu, seperti pengajaran membaca huruf latin, Pemasyarakatan bahasa
(kosa kata) Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, Matematika Dasar dan sebagainya. Dalam Hal
ini pihak lembaga (LPPTKA BKPRMI) Mentolelirnya dengan catatan bahwa hal itu tidak
membebani anak dan dilakukan dengan cara-cara yang menyenangkan anak (Prinsip “Belajar
sambil bermain, bermain seraya belajar”). Dan kebijaksanaan Muatan Lokal seperti itu pada
umumnya didukung oleh kemampuan guru setempat yang mempunyai kompetensi khusus
serta sarana yang memadai. Namun demikian, hal itu tidak dijadikan sebagai kebijaksanaan
Nasional dalam arti harus dilakukan ditiap Unit TK/TP Al-Qur’an.
Fenomena yang terjadi dilapangan setelah dilakukan evaluasi melalui survey ketercapaian
kurikulum. Didapati banyaknya masukan tentang ketidak tercapaian target kurikulum. Maka
kurikulum yang telah direvisi tahun 2006 ditinjau kembali guna perbaikan selanjutnya.
Perubahan tersebut disesuaikan dengan perkembangan dan proses pembelajaran yang selaras
dengan kurikulum yang berlaku dipendidikan formal pada umumnya (berbentuk KTSP) dan
diambil langkah-langkah Sbb :
Lokakarya dan Sarasehan Kurikulum TK/TP Al-Qur’an pada tanggal 28 Agustus 2008 di
Wisma Jengger Jakarta, yang dihadiri oleh Dewan Pakar dan Pengurus LPPTKA BKPRMI.
Rakernas VIII LPPTKA BKPRMI pada tanggal 11 – 13 Desember 2009 di Hotel &
Resort Sawangan Golf, Sawangan Depok Jawa Barat, yang dihadiri oleh Direktur PD Pontren
Ditjen Kementrian Agama, DPP BKPRMI, Unsur Pembina dan Dewan Pakar, Pengurus
LPPTKA BKPRMI Pusat, Wilayah dan Daerah.
Kurikulum baru 2010 diuji cobakan melalui penatara dan pelatihan guru TK/TP Al-
Qur’an mulai Januari hingga Juli 2010 dibeberapa wilayah dan daerah’ antara lain di DKI
Jakarta, Bangka Belitung dan wilayah Sumbagsel, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Timur, Jawa Timur (Ngawi) Sumatra Selatan (kota Palembang), Nusa Tenggara
Timur dan Banten.
TPA
1. Memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dasar Ilmu Tajwid
2. Mampu menguasai teori Ilmu Tajwid
3. Mampu menghafalkan 22 surah pendek dengan baik dan benar
4. Memiliki kemampuan menghafalkan 27 do’a harian dengan baik dan benar
5. Mampu menghafalkan bacaan sholat fardhu dan sunnah
6. Mampu mempraktekkan adzan, wudhu dan sholat wajib serta sunnah dengan baik dan benar.
7. Mampu menghafalkan 5 ayat pilihan dengan baik dan benar
8. Memiliki kemampuan menulis arab dengan benar dan baik
9. Mampu menguasai dasar-dasar Dinul Islam serta aplikasi sederhana dalam kehidupan sehari-
hari
Adapun struktur kurikulum Taman Kanak-kanak Al-Qur’an meliputi substansi
pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama 2 tahun atau 4 semester
yang terdiri dari jenjang level A satu tahun pembelajaran dan jenjang level B satu tahun
pembelajaran.
MUATAN LOKAL
1. Nasyid
2. Senam santri
3. English Kids
4. Dll (disesuaikan dengan kebutuhan dan cirri khas dan potensial daerah/Unit)
MUATAN LOKAL
1. Nasyid
2. Senanm santri
3. English Kids
4. Dll (Disesuaikan dengan kebutuhan, cirri khas dan potensial daerah/Unit)
Pembelajaran pada TKA dilakukan melalui pendekatan pembiasaan dengan kolaborasi
pendekatan yang bervariasi
a. Jam pembelajaran untuk setiap materi dialokasikan sebagaimana tertera matriks dalam
muatan kurikulum
b. Alokasi waktu untuk satu jam pembelajaran adalah 30 menit
c. Pertemuan tatap muka perhari adalah 4 jam pembelajaran (120 menit)
d. Hari efektif dalam 1 minggu adalah 5 hari
e. Minggu efektif dalam 1 tahun pembelajaran adalah 38 s/d 40 minggu ( 200 hari, 800 jam
pelajaran)
f. Sedangkan Struktur untuk TPA meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu
jenjang pendidikan selama 3 tahun atau 6 semester, yang terdiri dari Level A selama 1 tahun
pembelajaran (2semester), Level B. selama 1 tahun pembelajaran (2 semester) dan Level C
selama 1 tahun pembelajaran (2 semester). Disusun berdasarkan standart kompetensi lulusan
dengan ketentuan Sbb :
TPA Level A (2 semester dalam 1 tahun)
MATERI POKOK
1. Dasar pembelajaran Al-Qur’an (Iqro Jilid 1 s/d 6 dan diperkenankan menggunakan sumber
lain sejenis Qiro’ati, Tilawati dsb.
2. Hafalan bacaan sholat
3. Hafalan surah pendek
4. Praktek Ibadah
5. Adab dan do’a harian
6. Tahsinul kitabah
7. Pengenalan Dasar Dinul Islam
Praktek Ibadah
Yang dimaksud praktek Ibadah adalah pembelajaran pelaksanaan ibadah muhdhoh
(ibadah yang sudah ditentukan kaifiyatnya) secara praktek, untuk materi Level A meliputi
Praktek wudhu, adzan dan Iqomah serta sholat fardhu yang 5 waktu.
Tahun kedua, Level B santri dikondisikan selalu berwudhu dan sholat berjamaah. Pada
praktek sholat berjamaah ditekankan cara mengatur barisan sholat yang benar, Praktek
menjadi Imam dan ma’mun secara bergiliran.
Tahun ke tiga, Level C santri dikenalkan cara melaksanakan beberapa sholat sunnah
(sunnah rawatib, dhuha, Idul Fitri, Idul Adha serta sholat gerhana dan sholat fardhu kifayah
atau sholat jenazah).
Bacaan Tadarrus
Yang dimaksud tadarus adalah membaca Al-Qur’an dengan pola tartil (Murottal) yang
biasa disebut dengan tadarrus bittartil.
Bimbingan tadarrus bittartil disampaikan pada level B mulai Juz 1 s/d Juz 15 dan pada
level C dilanjutkan hingga Juz 30.
Ilmu Tajwid
Pembelajaran Ilmu Tajwid diberikan pada Level B dan level C, penekanan
kompetensinya santri mampu menguasai ilmu tajwid ini baik secara teori dan yang lebih
utama penguasaan secara praktek.
Dinul Islam
Materi Dinul Islam adalah berupa pengetahuan dasar tentang ajaran Islam yang terdiri
dari ajaran Aqidah, syari’ah dan akhlaq.
Materi Dinul Islam ini diberikan pada level A (pengenalan Dasar-dasar sederhana), Level
B dan level C
Tahsinul Kitabah
Materi Tahsinul kitabah ialah pengajaran tentang cara belajar menulis huruf Al-Qur’an
beserta angka arab.
Materi ini diberikan pada tahun pertama (Level A/2 semester) dan tahun ke 3 (level C/ 2
semester).
Muatan Lokal
Muatan local adalah materi tambahan yang sifatnya alternative sesuai dengan kondisi dan
potensi yang memungkinkan untuk dapat diselenggarakan dilingkungan Unit TPA yang
bersangkutan.
Beberapa alternative muatan local yang sesuai dan menarik minat santri antara lain :
1. Al-Arobiyyah lil Aulad
2. English for Kids
3. Senam Santri
4. Dll.
TUJUAN EVALUASI
BAGI GURU
1. Memperoleh bahan masukan untuk pengisian nilai Rapor dan mengetahui perkembangan
anak dalam pengalaman belajarnya.
2. Memberi umpan balik (Feed Back) untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan guru dalam
proses pembelajaran dengan memilih metode dan kiat-kiat yang lebih efektif.
3. Mengembangkan pengalaman dan cara-cara yang positif dan efektif dalam proses kegiatan
belajar-mengajar.
4. Sebagai bahan masukan dalam rangka memberikan bimbingan khusus kepada anak tertentu
yang mengalami hambatan dan kesulitan belajar serta kesulitan penyesuaian diri.
1. Membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid dengan benar dan baik.
Standar kompetensi lulusan sebagaimana tersebut di atas akan dicapai dalam masa 2 tingkat yang
terbagi dua paket, A dan B dengan masing-masing dua semester. Seminggu masuk 5-6 hari, tiap
masuk berlangsung selama 4 jam pelajaran @ 30 menit.
1. Materi Paket A
a. Pembelajaran membaca Al-Qur’an, dengan menggunakan buku yang dipandang praktis, efektif dan
menyenangkan.
f. Tahsimul kitabah (menulis dan mewarnai huruf hijaiyah dan angka arab)
g. Aqidah akhlaq yang dikemas dalam bentuk BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi) yang meliputi:
1. Makna syahadatain
4. 25 nama Rosulullah
7. Takdir Allah
a. Tadarus Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid, mulai dari juz 1,2,3,…dst.
1. Mukharijul huruf
4. Bacaan qolqolah
2. Bila telah lancar, dilanjutkan menghafal QS. At-Takatsur sampai dengan Ad-Dhuha
d. Aqidah-akhlaq yang dikemas dalam bentuk BCM (Bermain, Cerita dan Menyanyi)
3. Akhlaq berpakaian
1. Pengertian Al-Qur’an
4. Doa iqomah
Untuk mencapai Kompetensi Tingkat Satuan Pendidikan di atas telah dirumuskan mater-materi yang
tertuang dalam Standar Isi Kurikulum yang bisa dikelompokkan dalam Satuan Pelajaran sebagai
berikut:
b. Tahfidz
c. Pengenalan aqidah
d. Penerapan ibadah
e. Penerapan akhlaq
Standar Kompetensi Mata Pelajaran (SKKMP) dikembangkan tujuan dan cakupan muatan dan/atau
kegiatan setiap kelompok mata pelajaran, yakni:
a. Kelompok Mata Pelajaran Qiro’ah bertujuan: membentuk santri menjadi pribadi yang mencintai Al-
Qur’an, mampu dan gemar membaca Al-Qur’an dan berusaha memahaminya. Tujuan tersebut dicapi
melalui muatan dan/atau kegiatan belajar membaca Al-Qur’an dan tadarus.
b. Kelompok Mata Pelajaran Tahfidz bertujuan: agar santri mampu menguasai doa-doa harian, surah-
surah pendek, kelompok ayat pilihan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui kegiatan menghafal doa-
doa harian, surah-surah pendek, kelompok ayat pilihan.
c. Kelompok Mata Pelajaran Pengenalan Aqidah bertujuan: agar santri mempunyai dasar-dasar
keimanan yang kuat. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui kegiatan Bermain Cerita Menyanyi
dengan muatan materi aqidah
d. Kelompok Mata Pelajaran Penerapan Ibadah bertujuan: agar santri mampu mengerjakan wudlu dan
sholat lima waktu dengan tata cara yang benar. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan kegiatan
praktek ibadah.
e. Kelompok Mata Pelajaran Penerapan Akhlaq bertujuan: membentuk santri menjadi pribadi yang
berakhlaqul karimah. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui kegiatan Bermain Cerita Menyanyi
dengan muatan materi aqidah.
Standar Isi Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dalam penerapannya ada beberapa mata
pelajaran yang digabung, sehingga Struktur Kurikulum yang setiap minggunya masuk 5 hari, sebagai
berikut:
5. Tahsimul Kitabah 2 2 2 2 8
6. Aqidah-akhlaq 3 3 3 3 12
Jumlah 20 20 20 20 80
catatan :
1. Struktur ini bila santri masuk 5 kali dalam seminggu, tiap hari masuk 120 menit.
2. Tiap jam pelajaran 30 menit. Jadi tiap hari terdapat 4 jam pelajaran (20 jam pelajaran tiap satu
minggu).
3. Bagi unit yang satu masuk kurang atau lebih dari 5 hari setiap minggunya, bisa menyesuaikan.
4. Standar Penilaian
1. Santri yang telah menyelesaikan satu jenjang Paket, berhak naik ke jenjang Paket berikutnya.
3. Untuk menjaga kualitas lulusan TK AL-QUR’AN, dan syi’ar dakwah al-Qur’an perlu
diselenggarakan wisuda santri TK AL-QUR’AN
4. Upacara wisuda diikuti oleh santri yang telah menyelesaikan jenjang paket B
5. Standar minimal Wisuda TK AL-QUR’AN adalah santri yang telah mencapai standar kompetensi
kelulusan sebagaimana tersebut di atas dan lulus munaqasah.
6. Munaqasah diselenggarakan oleh Tim Munaqasah yang dibentuk dan mendapatkan SK dari Dirwil.
LPPTKA/BKPRMI/BADKO TKA/TPA Tk. Propinsi.
7. Semua santri yang telah dinyatakan lulus munaqasah berhak mendapatkan sertifikat/ijazah dari
Dirwil. LPPTKA/BKPRMI/BADKO TKA/TPA Tk. Propinsi.
1. 80-100 =A
2. 66-79,9 =B
3. 56-65,9 =C
4. 46-55,9 =D
5. < 45,9 =E
Sidang Komisi: