Anda di halaman 1dari 55

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama merupakan pedoman hidup yang mempunyai peranan penting dalam

kehidupan manusia sebagai pembimbing dan pendorong untuk mencapai

kebahagiaan dunia maupun akhirat. Untuk itu, dalam rangka pembinaan manusia

yang beragama, diperlukan prosesi pendidikan agama Islam. Untuk menciptakan

manusia yang beragama tersebut perlu ditanamkan rasa cinta kepada ajaran dan

ritual ibadah, salah satunya adalah membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Quran merupakan pedoman umat Islam di dalam setiap aspek kehidupan.

Langkah awal untuk dapat memahami pesan yang terkandung didalamnya adalah

dengan membacanya. Untuk dapat membaca Al-quran dengan fasih sesuai dengan

kaidah ilmu tajwid, diperlukan pengajaran, latihan dan kebiasaan. Di dalam Al-

Quran terkumpul wahyu ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran

bagi umat manusia. Oleh karena itu, Al-Quran Di dalam Al-Quran prlu diketahui

dan dipelajari dan dipahami serta diamalkan oleh segenap kaum muslimin. Orang

yang membaca Al-Quran adalah manusia yang terbaik dan manusia yang paling

utama. Seorang muslim akan lebih baik dari muslim lainnya, apabila ia membaca

dan mengajarkan Al-Quran kepada orang lain. Sebagaimana diterangkan dalam

firman Allah SWT diturunkan kepada Rasulullah yang pertama kali mengenai

perintah membaca Al-Qur’an

1
Artinya : (1) bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

(2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3) Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha pemurah, (4) yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam, (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.”1 (QS. Al-‘Alaq:1-5)

Ayat di atas merupakan perintah Allah SWT pertama kali untuk membaca,

menulis, menelaah dan meneliti ayat-ayat Al-Qur’an. Akan tetapi, sudah tidak

menjadi rahasia umum bahwa kemampuan untuk membaca Al-Qur’an dikalangan

sebagian remaja muslim Indonesia saat ini mulai berkurang. Fenomena yang

terjadi di masyarakat saat ini, terutama di rumah-rumah keluarga muslim yang

semakin sepi dari bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Hal ini disebabkan oleh

munculnya berbagai produk sains dan teknologi serta derasnya arus budaya asing

yang semakin menggeser kemampuan untuk belajar membaca Al-Qur’an sehingga

membaca AlQur’an di rumah-rumah setelah sholat fardhu sudah jarang

didengarkan. Hal ini telah digantikan dengan bacaan-bacaan atau media media

informasi lain seperti: koran atau surat kabar, majalah, televisi dan lain-lain.

Agar dapat membaca Al-Quran yang benar, maka pembacaan dan penulisan

huruf Al-Quran harus dimulai sejak usia anak-anak, sebab dengan cara

demikianlah berarti para orang tua telah diberikan keterampilan dasar yang

selanjutnya dapat dikembangkan ketika dewasa nanti. Jika anak sejak dini , sudah
1
(QS. Al-‘Alaq:1-5)

2
diajarkan tentang membaca Al-Quran , maka ketika dewasa mereka akan mudah

membaca Al-Quran. Al-Quran juga merupakan sumber ajaran agama islam yang

utama memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, bernilai ibadah bagi

siapa saja yang membacanya. Umat Islam dituntut akan membaca, mempelajari

serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, ahlak mulai, serta keterampilan yang diperlukan untuk

dirinya, masyarakat dan nusa bangsa.

Pendidikan merupakan segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung

sepanjang jaman dengan segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan juga

berlangsung dalam segala jenis, bentuk dan tingkat lingkungan kehidupan yang

kemudian mendorong pertumbuhan kompetensi individu. Pendidikan sebagai

usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses panjang dengan hasil

yang tidak dapat diketahui dengan segera. Pengajaran serta pemberian motivasi

terhadap siswa sangat membantu dalam proses tercapainya tujuan pendidikan

agama islam. 2

Pendidikan Islam adalah pendidikan individual maupun masyarakat, karena

didalam ajaran agama Islam terkandung baik sikap dan perilaku pribadi

masyarakat, untuk menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersam dan lebih

banyak menekankan kepada perbaikan baik mental maupun sikap yang akan

2
Suhartono, Suparlan. (2009). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru
Bandung Jawa Barat

3
terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan individual maupun

bermasyarakat.

Seiring dengan perkembangan zaman, guru mempunyai peranan penting

terhadap nusa dan bangsa untuk meningkatkna kecerdasan generasi penerus.

Dalam proses pendidikan diperlukan pembinaan secara berkoordinasi dan terarah.

Hal ini diharapkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal sehingga

tercapainya tujuan pembelajaran. Tugas seorang guru adalah mengajar dan

mendidik yang mengantarkan anak didiknya menuju kedewasaan. Demikian juga

guru agama, bahkan memiliki peranan yang amat menentukan dam ikut

mengantarkan anak didiknya menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah

SWT.3

SMA Negri 5 Konawe Selatan merupakan sekolah negri yang terletak di Desa

Landipo , Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, tepatnya di Jalan

Poros Kendari-Moramo. SMA ini telah memiliki staf pengajar yang cukup banyak

dengan jumlah siswa yang banyak pula dan memiliki minat yang berbeda dalam

membaca Al-Quran. Oleh karena itu, guru pendidikan agama islam mempunyai

tanggung jawab yang besar dalam mendidik dan mengajar, khususnya pendidikan

dalam penulisan dan membaca Al-Quran, agar siswa dapat membaca dan menulis

Al-Quran dengan fasih dan benar. Guru pendidikan agama islam harus

mempunyai upaya untuk mendorong minat siswa dalam membaca Al-Quran ,

sehingga tidak ditemukan lagi siswa sekolah menengah atas yang tidak berminat

3
Satria. (2017). Peran Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII
Di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin Pangkalan Lampam Kabupaten
Ogan Komering Ilir, (Online), (file:///E:/SATRIA%20(13210248).pdf), diakses 2 Agustus
2020.

4
dan tidak mampu membaca dan menulis Al-Quran. Dalam hal ini sebagian siswa

SMA N 5 Konawe Selatan masih kurang dan kesulitan dalam membaca dan

menulis Al-Quran. Dikarenakan mungkin tidak masuknya mata pelajaran Al-

Qur’an Hadits dalam ujian Nasional. Adapun sebagian siswa yang tidak antusias

atau memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, ada juga yang

ramai, bermain Handphone sendiri, bahkan ada yang keluar kelas atau izin ke

kamar mandi dalam waktu yang cukup lama saat pembelajaran berlangsung.

Peserta didik juga tidak semangat dalam belajar, tidak menyelesaikan pekerjaan

rumah (PR), dan kurangnya konsentrasi dalam belajar.

Berdasarkan pemikiran diatas penulis mencoba untuk membahas satu

permasalahan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di SMA Negri 5

Konawe Selatan yaaitu mengenai “ Peranan Guru Agama Islam Dalam

Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Quran Siswa Kelas X SMA Negri 5

Konawe Selatan”.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas , penulis memfokuskan masalah yang


akan diteliti adalah peranan guru dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Quran

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan , maka pertanyaan peneliti dalam

penelian ini adalah

1. Bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur'an

Siswa Kelas X SMA Negri 5 Konawe Selatan?

2. Bagaimana Mengatasi Kesulitan membaca Al-Qur'an siswa Kelas X SMA

Negri 5 Konawe Selatan?

5
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur‟an siswa Kelas X SMA Negri 5 Konawe Selatan?

D.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Bagaimana peran guru PAI dalam mengatasi kesulitan

membaca Al-Quran siswa Kelas X SMA Negri 5 Konawe Selatan

2. Untuk mengetahui bagaimana Mengatasi Kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa

kelas X SMA Negri 5 Konawe Selatan

3. Untuk mengetahui Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam

mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an siswa kelas X SMA Negri 5 Konawe

Selatan

E . Manfaat Penelitian

1. Teorits

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan

bagi ilmu pendidikan terutama mengenai Peran Guru PAI Dalam Mengatasi

Kesulitan Membaca Al-Qur‟an siswa kelas X SMA Negri 5 Konawe Selatan.

2. Praktis

a. Bagi peneliti, dapat menambah bekal sebagai bekal dapat menerapkan ilmu

yang telah diperoleh dibangku kuliah apabila nanti berkecimpung di dalm

dunia pendidika sesungguhnya.

b. Bagi pembaca, dapat menambah wawasan tentang peranan guru PAI dalam

mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Yang Relevan.

Sebagai sebuah tinjauan pustaka dan referensi pada penelitian ini penulis

mengambil problematika dari beberapa penelitian diantaranya penelitian yang

dilakukan oleh Siti Tarwiyah (2008) dengan judul Peranan Guru Pendidikan

Agama Islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an41. Tujuan dari

penelitian ini adalah bagi guru pendidikan agama Islam SMA Negeri 1 Raman

Utara agar selalu meningkatkan perannya sebagai motivator, bagi siswa SMA

Negeri 1 Raman Utara untuk lebih meningkatkan semangat membaca Al-Qur’an,

bagi penulis penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang berharga dalam
41
Tarwiyah, Siti .Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Siswa di
SMP Negeri 1 Semen Kediri. Skripsi Program Studi Agama Islam, UniversitasIslam Negri Syarif
Hidayatullah.

7
rangka lebih memahami akan fungsi guru sebagai motivator untuk siswanya.

Dalam penelitian ini Sitti Tarwiyah menyimpulkan bahwa dari hasil belajar

membaca Al-Qur’an dapat dilihat bahwa peranan guru pendidikan agama islam

dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an terdapat kesulitan, meskipun

kemajuannya belum begitu signifikan dan tidak sepesat yang diinginkan . Adapun

macam-macam kesulitan yang dapat diatasi adalah yang pertama pegetahuan

tentang huruf hijaiyah, dengan mereka mampu mengetahui jenis huruf. Yang

kedua pengetahuan tentang ilmu tajwid, dengan mereka mampu membedakan

panjang pendek suatu bacaaan. Upaya yang dilakukan Guru Agama Islam dalam

mengatasi siswa membaca Al-Qur’an adalah sebagai berikut :1. Bekerja sama

dengan guru dengan membuat program khusus meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an, 2. Mencontohkan siswa dalam membaca Al-Qur’an dengan

baik dan benar dan siswa mengikutinya, 3. Guru menuntut siswa untuk dapat

menghafalkan dan mengerti maksud setiap ayat yang menjadi pokok bahasan.

Perbedaan dalam penelitian yang di lakukan oleh Sitti Tarwiyah pada

tahun 2008, yaitu perbedaan lokasi penelitian, lokasi penelitian yang di lakukan

oleh Tarwiyah bertempat di Kota Bogor, sementara pada penelitian ini berlokasi

di Desa Landipo , Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan. Untuk

persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menelaah tentang mengatasi

siswa dalam membaca Al-Qur’an .

Penelitian selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Selvi Indramaya yang

berjudul “Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Mengatasi Siswa Dalam membaca

Al-Qura’an Pada Kelas X di SMA Negeri 1 Marga Tiga Lampung Timur Tahun

8
Pelajaran 2010/2011”52. Mengemukakan bahwa keterampilan mengajar

merupakan salah satu unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang guru atau

seorang pendidik dalam melakukan sebuah proses kegiatan belajar mengajar, baik

dalam membaca Al-Qur’an maupun dalam pelajaran lainnya dengan harapan akan

tergalinya motivasi belajar yang lebih baik lagi pada siswa sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Apabila seorang guru memiliki keterampilan yang

baik dalam pelajaran maka sudah dapat dipastikan motivasi belajar pada siswapun

akan terbangun dan termotivasi dengan baik pula begitu pula sebaliknya.

Perbedaan dalam penelitian yang di lakukan oleh Selvi Indramaya, yaitu

perbedaan lokasi penelitian, lokasi penelitian yang di lakukan oleh Selvi

bertempat di Kota Lampung , sementara pada penelitian ini berlokasi di Desa

Landipo , Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan. Untuk persamaan

dalam penelitian ini adalah sama-sama menelaah tentang mengatasi siswa dalam

membaca Al-Qur’an .

Penelitian selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Inung Yuni Extanti

dengan judul “Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an

Siswa di SMP Negeri 1 Semen Kediri”63 . Berdasarkan data yang diperoleh dari

observasi, wawancara serta dokumentasi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.

Kesulitan yang ditemui siswa di SMP Negeri 1 Semen Kediri dalam membaca Al-

Qur’an antara lain kesulitan membaca Al-Qur’an dalam melafalkan huruf

hijaiyah, kesulitan membaca Al-Qur’an dalam hal kelancaran membaca Al-

5 2
Selvi Indramaya, “Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Mengatasi Siswa Dalam
membaca Al-Qura’an Pada Kelas X di SMA Negeri 1 Marga Tiga Lampung Timur Tahun
Pelajaran 2010/2011”, Stain Jurai Siwo Metro, 2010.
63
Extanti, Inung. Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Siswa di
SMP Negeri 1 Semen Kediri

9
Qur’an, penguasaan dalam penguasaan tajwid. 2. Upaya guru pendidikan agama

islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di SMP Negeri 1

Semen Kediri antaar lain mengadakan bimbingan membaca Al-Qur’an secara

intensif, melaksanakan program sekolah yaitu pengembangan diri yang di

dalamnya terdapat adanya bimbingan untuk peserta didik yang mengalami

kesulitan membaca Al-Qur’an, guru bekerja sama dengan orang tua wali murid

dan guru guru lainnya untuk memotivasi anak agar semangat belajar dan

membaca Al-Qur’an disekolah maupun di TPQ didaerahnya masing-masing,

menciptakan kondisi yang baik pada waktu proses belajar mengajar dengan

metode yang menarik. Selain itu faktor pendukung dan penghambat guru dalam

mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di SMP Negeri 1 Semen Kediri

yang pertama Faktor pendukung 1) Tersediannya saran prasarana atau mushola

sebagai tempat kegiatan keagamaan, 2) Dukungan dari lembaga sekolah, 3)

Kemampuan dari diri siswa sendiri yang memang sudah bisa membaca Al-

Qur’an. Yang kedua Faktor penghambat 1) Kurang adanya minat dan motivasi

siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam, 2) Kurangnya motivasi dan

kesadaran dari pihak keluarga tentang belajar Al-Qur’an, 3) Cara bergaul siswa

disekolah maupun di masyarakat.

B. Kajian Teori

A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

1. Peran guru Pendidikan Agama Islam

Dalam pendidikan islam “guru” sering disebut dengan “murabbi, mu‟alim,

mu‟addib”.Ketiga tersebut mempunyai penggunaan tersendiri menurut

10
peristilahan yang dipakai dalam “pendidikan dalam konteks islam”.Disamping itu,

istilah guru kadang kala di sebut gelarnya, seperti “al- ustadz dan syaikh”.4

Pendidikan adalah salah satu unsur penting dari proses kependidikan. Di

pundak guru terletak tanggung jawab yang amat besar dalam upaya mengantarkan

peserta didik kearah tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Hal ini di sebabkan

pendidikan merupakan cultural transition yang bersifat dinamis kearah suatu

perubahan secara kontiyu, 7

sebagai sarana vital bagi membangun kebudayaan dan peradaban umat

manusia.Dalam hal ini, guru bertanggung jawab memenuhi kebutuhan peserta

didik, baik spiritual, intelektual, moral, estetika, maupun kebutuhan fisik peserta

didik.5

Menurut undang- undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal

1 ayat 1:

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih , dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah. 8

Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah

merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan

yang dipundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya

kesekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan


74
Arifuddin Arif, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:2008) hal. 61
85
. Ibid. hal. 62
6
Opcit. hlm. 547.

11
anaknya kepada guru. Hal inipun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak

mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru agama islam sangat

menghargai orang- orang yang berilmu pengetahuan( guru atau ulama), sehingga

mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup. Allah SWT berfirman dalam surah

Al- Mujadilah ayat 11 yang artinya :

Allah akan meninggikan orang- orang yang beriman diantaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa deraja”.6

Untuk menjadi seorang guru yang dapat mempengaruhi peserta didik

kearah kebahagiaan dunia dan akhirat sesungguhnya tidaklah ringan, artinya ada

syarat-syarat yang harus di penuhi.7

Dengan gambaran tugas dan peran semacam itu, guru atau pendidik

merupakan sosok yang seharusnya mempunyai banyak ilmu, mau mengamalkan

sungguh- sungguh ilmunya tersebut dalam proses pembelajaran dalam makna

yang luas, toleran, dan senantiasa berusaha menjadikan peserta didiknya memiliki

kehidupan yang lebih baik. Secara prinsip, mereka yang disebut sebagai guru

bukan hanya mereka yang memiliki kualifikasi keguruan secara formal yang

diperoleh lewat jenjang pendidikan diperguruan tinggi saja, tetapi yang terpenting

adalah mereka mempunyai kompetensi keilmuan tertentu akan dapat menjadikan

orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif, dan psikomotorik. 9

Matra kognitif menjadikan peserta didik cerdas dalam aspek

intelektualnya, matra afektif menjadikan peserta didik mempunyai sikap dan

9
7. Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidkan Islam, (Jakarta:2014) hal. 39-40
8.
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif “Memberdayakan Dan Mengubah Jalan Hidup Siswa”,
(Yogyakarta: 2011) hal. 4

12
perilaku yang sopan, dan matra psikomotorik menjadikan peserta didik terampil

dalam melaksanakan aktivitas secra efektif dan efisien, serta tepat guna.8

Masih ada sementara orang yang berpandangan , bahwa peranan guru

hanya mendidik dan mengajar saja. Mereka itu tak mengerti, bahwa mengajar

adalah mendidik juga. Dan mereka sudah mengetahui kekeliruan besar dengan

mengatakan bahwa tugas itu hanya satu-satu bagi guru. Dibawah ini kami

sebutkan peranan-peranan yang diharapkan dilakukan dari seorang guru.

Selanjutnya pendidikan agama islam, pendidikan agama terdiri atas dua

kata yaitu “pendidikan dan”Agama”, kata pendidikan secara etimologi berasal

dari kata didik yang berarti” proses perubahan tingkah laku seseorang atau

kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pendidikan dan

latihan.” Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu

paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak, istilah ini

kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan kata education yang

berarti pengembangan atau bimbingan.9


10
Adapun pendidikan secara terminologi banyak pakar yang memberikan

pengertian secara berbeda, antara lain prof. langeveld mengatakan, “pendidikan

adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang

belum dewasa untuk mencapai kedewasaan.” perkembangan istilah pendidikan

berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak

didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama Dan Pengembangan Watak Bangsa, (Jakarta: PT.
109.

Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-1, h. 1-2

13
Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang

dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang

atau kelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat kehidupan yang

lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti segala usaha

orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

Menurut Ahmad D.marimba mengemukakan bahwa “pendidikan adalah

bimbingan atas pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkemba ngan

jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.10

Kemudian pengertian agama, agama secara bahasa berasal dari kata

bahasa latin regelere yang berarti kumpulan atau bacaan. Sedangkan menurut

istilah adalah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan

ghaib yang harus diketahui ghaib tersebut menguasai manusia,11berarti pula

mengikat diri pada pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada

sumber yang berada diluar diri manusia yang mempengaruhi-mempengaruhi


12
perbuatan manusia. Agama dapat pula berarti ajaran-ajaran yang diwahyukan

tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Dengan demikian, pendidikan agama adalah pendidikan yang memberi

bimbingan dan arahannya adalah ajaran agama yang ditujukan agar manusia

mempercayai dengan sepenuh hati akan adanya tuhan, tunduk, dan melaksanakan

perintahnya bentuk beribadah, dan berakhlak mulia. Pendidikan agama adalah

pendidikan yang diarahkan untuk menumbuhkembangkan rasa intuisi keagamaan

1110.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1980), h. 6
12

14
yang ada dalam diri seseorang kemudia melaksanakan ajaran-ajarannya dengan

penuh ketundukan.

Sementara itu, pengertian”islam” secara etimologi dapat diartikan selamat,

menyerah, tunduk dan patuh. Secara terminologi islam adalah tunduk dan

menyerah diri sepenuhnya kepada allah lahir maupun batin dengan melaksanakan

perintah-perintahn-Nya, pengertian kata” pendidikan” dan kata”agama islam”

yang masing-masing telah diuraikan diatas dapat disatukan menjadi sutau

pengertian pendidikan agama islam secara integral.

Menurut Zakiyah Darajat bahwa”pendidikan agama islam adalah usaha

berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak pendidikannya dapat

memaami dan mengamalkan ajaran agama islam serta menjadikannya sebagai

pandangan hidup (way of life).11

Ahmad D, Marimba Juga memberikan pengertian”pendidikan Agama

islam yaitu suatu bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum- hukum

agama islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran

dalam islam.”12

Sedangkan menurut Arifin berdasarkan hasil rumusan seminar pendidikan

islam Se-Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian13“pendidikan islam yaitu

sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran

agama islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan

mengawasi berlakunya semua ajaran islam.13

Prof. Dr. Zakiyah Darajat, Pendidikan Agama Islam. Hal. 17


1311.
12.
Ahmad D, Marimba, Pengantar Filsafat, hal. 6
13
Muhammad Arifin, Filsafat Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:PT. Bina Aksara, 1987), Cet. Ke-
1, h. 13-14.

15
Istilah membimbing, mengarahkan dan mengasuh serta mengajarkan atau

melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui

proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan yaitu”

menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga

terbentuklah manusia yang berpribadi dan berbudi luhur sesuai ajaran islam.

pengertian Pendidkan Agama islam secara formal dalam kurikulum berbasis

kompetensi disebutkan bahwa:

“Pendidikan Agama Islam upaya sadar dari terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati hingga beriman,

bertaqwa dan berakhlak mulia, dalam mengamalkan ajaran-ajaran agama islam

dari sumber utamanya kitab suci Al-qur‟an dan hadits. Melalui kegiatan

bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.14Dibarengi

tuntutan untuk menghormati penganut agama islam dalam hubungannya dengan

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa.

2. Peran Dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

a. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Uzer Usman, peran guru dalam kegiatan belajar mengajar

adalah” terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang

dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan tingkah laku

dan perkembangan siswa menjadi tujuannya.”14

Muhammad. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:Remaja Rosda Karya, 1994),
1414.

Cet. Ke-5, h. 1

16
Dalam kurikulum pendidikan agama islam 2002 pendidikan agama islam

di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui

pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta

pengamalan peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih

tinggi.

Di dalam penjelasan UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang system

pendidikan nasional bab X pasal 37, dijelaskan bahwa pendidikan agama

dimaksudkan untuk membantu peserta didik menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia.15

Di Dalam kegiatan belajar mengajar, dapat disebutkan bahwa peran guru

adalah sebagai berikut: 15

1. Guru sebagai pengajar

Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas) ia

menyampaikan pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua

pengetahuan yang telah disampaikan itu ia juga berusaha agar terjadi perubahan

sikap , keterampilan, kebiasaan , hubungan social, apresiasi, dan sebagainya

melalui pengajaran yang diberikan.

2. Guru sebagai pembimbing

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu

menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, dan

menyesuaikan diri dengan lingkugannya.


1515.
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003, Tentang Sisstem Pendidikan Agama

17
3. Guru sebagai pemimpin

Sekolah dan kelas organisasi, di mana murid adalah sebagai pemimpinnya.

Guru berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar murid, membuat

rencana pengajaran bagi kelasnya, mengadakan manajemen belajar sebaik-

baiknya, melakukan manajemen kelas, mengatur disiplin kelas secara demokratis.

4. Guru sebagai pribadi

Sebagai pribadi guru harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh murid-

muridnya, oleh orang tua, dan oleh masyaraka. Sifat-sifat itu sangat diperlukan

agar ia dapat melaksanakan pengajaran secara efektif.16

5. Guru sebagai motivator

Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong peserta didik agar

bergairah dan aktif belajar. 16

Dalam upaya memberikan motivasi , guru dapat menganalisis motif- motif

yang melatar belakangi peserta didik malas belajar dan menurun prestasinya

disekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator,karena dalam

interaksi edukatif tidak mustahil ada diantara peserta didik yang malas belajar dan

sebagainya. 17

6. Guru sebagai inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi

kemampuan belajar peserta didik. Persoalan belajar adalah masalah utama peserta

didik . guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar

yang baik.

1616.
Ibid.hal. 124-125
17

18
7. Guru sebagai pengelola kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan

baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua peserta didik dan guru dalam

rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik

akan menunjang jalannya interaksi edukatif.

8. Guru sebagai supervisor

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki, dan

menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Tekhnik-tekhnik supervise harus

guru kuasa dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar

mengajar menjadi lebih baik.17

Guru sebagai supervisor adalah segala upaya untuk mengawasi,

memperbaiki, dan mengevaluasi kinerja guru di sekolah baik secara langsung

maupun tidak langsung yang dilakukan oleh pimpinan sekolah maupun dengan

guru dalam sekolah lebih efektif dan efisien dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.

9. Guru sebagai evaluator

Dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang

evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahu apakah tujuan

yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan

sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui

kegiatan evaluasi dan penilaian. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar

peserta didik , guru hendaknya terus-menerus mengikuti hasil belajar yang telah

dicapai oleh peserta didik dari waktu ke waktu.18


. Syaiful Bahri Djamarah, Guru Dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif “Suatu Pendekatan
18 17

19
b. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Tugas guru sebenarnya bukan hanya dirumah saja, tetapi bisa dikatakan

dimana saja mereka berada, di rumah, guru sebagai orang tua, atau ayah dan ibu

adalah pendidik bagi para putra-putrinya.Didalam masyarakat sekitar yaitu

masyarakat kampong, desa tempat tinggalnya guru sering kali terpandang sebagai

tokoh suri teladan bagi orang-orang yang berada disekitarnya, baik dalam sikap

maupun perbuatannya. Misalnya cara dia berpakaian, berbicara, bergaul, maupun

pandangan-pandangannya, pendapatnya atau buah pikirannya sering kali menjadi

ukuran atau pedoman kebenaran bagi orang di sekitarnya karena dianggap guru

memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam tentang berbagai hal. Walaupun

anggapan masyarakat sekitar, terutama masyarakat desa demikian itu berlebih-

lebihan dan tidak tepat .

Guru dan tugasnya mendidik dan mengajar siswa- siswanya adalah berupa

membimbing memberikan petunjuk, teladan, bantuan, ltihan, penerangan,

pengetahuan, pengertian, kecakapan, keterampilan, niai-nilai, norma-norm,

kesusilaan, kebenaran, kejujuran, sikap-sikap dan sifat-sifat yang baik dan terpuji

dan sebagainya. Belajar mengajar siswa berkaitan erat dengan berbagai masalah

diluar yang sifanya non akademis. Tugas guru sebagai administrator mencakup

ketatalaksanaan bidang pengajaran dan ketatalaksanaan pada umumnya seperti

mengelola sekolah memanfaatkan prosedur dan mekanisme pengelolaan tersebut

untuk melancarkan tugasnya, serta bertindak sesuai dengan etika jabatan.

Teotitis Psikologis”, (Jakarta: 2005), hal. 45-48

20
Sedangkan dalam bukunya Drs. H. Hamdani dan Drs. H. A. fuad ihsan

mengenai tugas pendidik lebih diperjelas lagi yaitu:

a. Membimbing si terdidik

Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan,kesanggupan bakat, minat,

dan sebagainya.

b. Menciptakan situasi untuk pendidikan

Situasi pendidikan, yaitu suatu keadaan dimana tindakan-tindakan

pendidikan dapat berlangsug dengan baik dan hasil dirumuskan.Tugas lain

diantaranya telah memiliki pengetahuan yang diperlukan, pengetahuan-

pengetahuan keagamaan, dan lain sebagainya. Pengetahuan ini tidak sekedar

diketahui, tetapi juga diamalkan dan diyakini nya sendiri.1819

Adapun tugas guru agama meurut Zuharini dkk, dalam bukunya Metodik

Khusus Pendidikan Agama Islam adalah, Mengajarkan ilmu pengetahuan anak

agar taat menjalankan agama dan mendidik anak agar berbudi pekerti mulia.

Guru agama tidak hanya bertugas melaksanakan pendidikan agama dengan

baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan agama

terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga pembinaan kembali

terhadap pribadi anak. Menurut slameto dalam bukunya belajar dan faktor- faktor

yang mempengaruhinya, menerangkan bahwa tugas guru agama adalah :

a). mendidik dengan titik berat memberikan arah motivasi pencapaian

tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang,

Hamdani dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Agama Islam, (Bandung:CV. Pustaka Setia,
1918.

1998), Cet. Ke-1, h. 94

21
b). memberikan fasilitas pencapaian tujuan pengalaman belajar yang

memadai,

c) membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai

dan penyesuain diri.19

3. Kompetensi Guru Agama

Suatu profesi memerlukan kompetensi khusus, yaitu kemampuan dasar

berupa keterampilan menjalankan rutinitas sesuai dengan petunjuk aturan, dan

prosedur tekhnis. Guru pun demikian memerlukan kompetensi khusus yang

berkenaan dengan tugasnya kompetensi guru yang dimaksud ialah kemampuan

dasar yang dimiliki guru, baik di bidang kognitif (intelektual) seperti penguasaan

bahan, bidang sikap seperti mencintai profesinya, dan bidang perilaku seperti

keterampilan mengajar, menilai hasil belajar pelajar dan lainlain. Hal itu karena

pendidikan tidak terjadi secara alami, tetapi dengan disengaja (disadari).

Hubungan yang sederhana dan akal sehat saja belum cukup melaksanankan

pengajaran yang baik. Pengertian kompetensi bukunya Moh.Uzer Usman menurut

Charles E. Johnson mengemukakan pendapatnya adalah merupakan gambaran

hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.20

Dengan demikian penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang

dimaksud kompetensi guru pendidikan agama islam dalam melaksanakan

tugasnya dalam pengertian pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

yang dituntut oleh jabatan guru pendidkan agama islam. Ada empat dasar

kompetensi guru adalah sebagai berikut:

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Hal. 77


2019

Moh. Uzer, Mengemukakan Pendapatnya Tentang Perilaku Agama Islam

22
- Penguasaan bahan pelajaran

Sebelum guru itu tampil didepan kelas mengelola interaksi belajar mngajar

interaksi belajar mengajar terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang

dikontrakan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dikontrakan dan sekaligus

bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. modal

penguasaan bahan, maka guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara

dinamis, ada 2 lingkup penguasaan materi, yakni: (1) menguasai bahan bidang

studi dalam kurikulum sekolah (2) menguasai bahan pengayaan atau penunjang. 21

- - Mengelola program belajar mengajar

Guru yang kompeten harus juga mampu mengelola program belajar

mengajar, ada beberapa langkah yang sama ditempuh oleh guru adalah:

a. Merumuskan tujuan instruksional atau pembelajaran

b. Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat

c. Melaksanakan program belajar mengajar

d. Mengenal kemampuan anak didik

e. Merencanakan dan melaksanakan program remedial.21

- Mengelola kelas

Pengelolaan kelas adalah salah satu tugas guru yang tidak pernah

diringgalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika dia melaksanakan tugasnya.

Pengelolaan kelas yang dimaksud untuk menciptakan lingkungan belajar yang

kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan

efisien. Ketika kelas tergaggu, guru berusaha mengembalikan agar tidak menjadi

penghalang bagi proses belajar mengajar.22


Sadirman, A.M, Interaksi Dan Motivasi, hal. 166-167
2121

23
Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu menelola kelas,yakni

menyediakan kondisi dan kondusif untuk berlangsungnya proses belajar

mengajar. W.S. Winkel dalam bukunya psikologi pengajara mengatakan, media

pengajaran secara luas adalah setiap orang materi atau peristiwa yang memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan

sikap. Sedangkan media pengajaran secara sempit adalah alat-alat elektromekanis

yang menjadi perantara antara siswa dan materi pelajaran.23

- Mengelola interaksi belajar mengjar

Didalam proses belajar mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa

merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian didalam kegiatan interaksi

antara guru dan siswa dalam rangka Transfer Of Knowladge dan bahkan juga 22

Transfer Of Value, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara

komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti

komponenkomponen yang ada pada kegiatan proses belajar itu akan salin

menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak

didik.

4. Peran Guru pendidkan Agama islam Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al

Qur‟an

Di antarara hal-hal penting yang dibutuhkan oleh seorang guru dalam

mengatasi kesulitan membaca dan menulis al qur’an pada peserta didik adalah

mencari metode yang paling tepat untuk mengajarkan al qur’an merupakan

fondasi utama dalam islam yang harus ditanamkan dalam diri anak- anak agar
2222
. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswar Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:PT, Rineka
Cipta, 2006), Cet. Ke-3, hal. 195-196
23
.W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran.hlm. 78

24
mereka tumbuh sesuai dengan fitrah dan hati mereka bersina rcerah tanpa

dikeruhkan dengan gelapnya dosa dan maksiat.24

Terdapat banyak cara dan metode yang dapat ditempuh dalam proses

pendidikan dan pengajaran, namun hal yang sudah terbukti secara empiris paling

baik. Daalam proses pengajaran dan penjabarannya dalam kehidupan nyata , yaitu

adanya guru, suri tauladan atau panutan. Oleh karena itu, jika seorang guru ingin

berperan dalam mengatasi kesulitan yang dialami oleh peserta didiknya dalam

membaca dan menulis al qur’an hendaknya ia terlebih dahulu menanamkan rasa

cinta peserta didiknya terhadap al qur’an. Dan seorang guru hendaknya menjadi

teladan pertama bagi mereka.23

Peran pertama yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam rangka

mengatasi kesulitan peserta didik dalam membaca al-qur’an adalah dengan

pembelajaran observasional. Pembelajaran observasional adalah pembelajaran

yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain denga

menggunakan kognitifnya dan bukan sebagai penguatan (reinforcement). Karena

peserta didik adalah manusia biasa dan manusia memiliki tabiat meniru, memberi

keteladanan adalah factor penting dalam pendidikan dan pengajaran.25

Peran kedua yang dapat dilakukan oleh seorang guru dalam mengatasi

kesulitan membaca al-qur’an pada peserta didiknya adalah dengan menggunakan

pembelajaran yang menggunakan zona perkembangan proksimal. Zona

perkembangan proksimal ini adalah sesuatu yang masih belum dapat dikerjakan

2324.
Sa‟ad Riyadh, Anakku, Cintailah Al-Qur’an, (Jakarta: 2007) hal. 14.
25
Thahroni Taher, PsikologiPembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: 2013) hal. 53-54

25
seorang anak sendiri, tetapi benar- benar dikerjakan dengan bantuan teman atau

orang dewasa yang kompeten.

Guru hanya merupakan salah satu diantara berbagai sumber dan media

belajar. Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas

dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar peserta didik. Melalui

perananya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong peserta didik

untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan

media. 24
Guru hendaknya mampu membantu setiap peserta didik untuk secara

efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber

serta media belajar. 2625

B. MENGATASI KESULITAN MEMBACA AL-QUR’AN

1. Pengertian Kesulitan

Kesulitan adalah situasi atau kondisi yang sulit, atau sesuatu yang

merupakan tragedi atau ketidak beruntungan. Setiap orang pasti pernah

mengalami kesulitan dalam hidupnya, yang membedakan adalah bagaimana

reaksinya terhadap kesulitan- kesulitan tersebut. Seorang guru harus memiliki

wawasan ilmiah yang luas perihal metode pengajaran yang akan yang akan

membantunya dalam menunaikan tugas sehingga mampu merealisasikan hasil

yang terbaik.untuk itu pendidik harus membekali dirinya dengan berbagai

keterampilan yang mempermudahnya dalam mencapai tujuan tanpa menimbulkan

kerugian atau dampak negatif dalam kondisi kejiwaan peserta didik maupun

24
2526
. Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi, (Jakarta:2013) hal. 98.

26
masyarakat secara umum.27 Berikut adalah beberapa cara untuk seorang guru

maupun orang tua adalah:

a. Binalah rumah teladan

b. Jadilah pendidik teladan

c. Raihlah cinta anak

d. Pahami karakteristik anak

e. Ciptakan pembelajaran yang inovatif

f. Kembangkan daya hafal anak

g. Pilih saat yang tepat

h. Lejitkan potensi anak.28

2. Membaca Al-Quran

Al-Qur‟an itu diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Selama 23 tahun,

sesuai demi sedikit sesuai keperluan Nabi berda‟wah.Al-Qur‟an mudah

dimengerti karena untuk semua orang dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-

beda. Hanya terdapat beberapa ayat saja membuat para ulama berbeda pendapat

dalam memahaminya. Akan tetapi, pada umumnya ayat-ayat Allah mudah, jelas

dan terang tentang mana yang halal dan mana yang haram, dan sebagainya. Tidak

ada keraguan didalamnya. Karena Al-Qur‟an merupakan sumber dari segala

sumber ilmu pengetahuan, maka islam mewajibkan bagi setiap umatnya untuk

dapat membaca al-qur‟an. Bukan hanya dari membaca, tetapi harus juga.

memahami makna yang terkandung di dalamnya agar memperoleh manfaat. 26

2627
Sa‟ad Riyadh, Ingin anak Anda Cinta Al-Qur’an, (Solo: 2009) hal. 13
28
Ibid. hal. 13-28

27
Menurut K.H. Dachlan Salim Zarkasy, menyebutkan bahwa dalam

pengajaran membaca al-qur‟an terdapat beberapa metode yaitu antara lan:

a. Metode Meniru

Metode ini dimulai dari siswa meniru atau mengikuti bacaan seorag guru,

dan harus hafal. Setelah itu baru diperkenalkan beberapa huruf beserta tanda baca

dan harakatnya dari kata-kata atau kalimat yang dibaca itu.

b. Metode Syntetik (Tariqah Tarqibiyah)

Metode syntetik adalah metode pengajaran membaca yang dimulai dari

mengenali huruf hijaiyah yang 28 itu, dimulai dri huruf alif, ba, ta, dan 27

seterusnya sampai dengan ya, kemudian baru diperkealkan tanda baca atau

harakat. Metode ini dapat dijumpai dalam tuntunan membaca Al-quran yang

termuat dalam turutan.

c. Metode bunyi (Tariqah Sautiyyah)

Metode ini dimulai dengan memperkenalkan huruf hijaiyah tepat

memperkenalkan bunyi-bunyi hurufnya yang sudah diharokati atau bersyakal.29

d. Metode mengenalkan

Metode mengenalkan adalah metode cara membaca al-qur‟an yang benar

sesuai kaidah-kaidah bacaanya, dengan diawali dengan memperkenalkan huruf-

huruf bersyakal tanpa dieja. Metode ini diperkenalkan oleh qira‟ati. Atau dengan

kata lain, mengenalkan huruf-huruf arab yang bersyakal dengan cara bacaan yang

sesuai dengan tajwid.

K.H. Dahlan Salim Zarkasyi, Empat Langkah Pendirian TKQ/TPQ Metode Qiro’ati
2729

(Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Qur‟an Roudhotul Mujahidin, 1996), h. 30-31

28
e. Metode Iqra

Metode iqra adalah suatu metode membaca Al-Qur‟an yang menekankan

langsung pada latihan membaca dalam setiap jilid terdapat petunjuk

pembelajarannya dengan maksud memudahkan setiap orang belajar maupun yang

mengajar Al-Qur‟an.

C. Faktor pendukung dan penghambat dalam mengatasi kesulitan membaca

Al-Qur’an

1. Faktor pendukung

a. Adanya minat belajar membaca dari siswa

Faktor yang paling utama dalam mengatasi kesulitan membaca siswa

adalah siswa itu sendiri. Mereka akan senang membaca dan tidak akan mengalami

kesulitan membaca apabila dalam dirinya timbul keinginan untuk mendalami

membaca lebih tekun lagi. Apabila sudah ada minat dari siswa maka akan lebih

memudahkan guru untuk menyampaikan pelajaran sekalipun mendominasi pada

praktek membaca .30

b. Fasilitas atau sarana dan prasarana

Faktor pendukung guru dalam mengatasi kesulitan membaca pada kelas

rendah adalah adanya kelas yang memadai. Hal ini dibuktikan dengan buku-buku

yang ada diperpustakaan, sehingga anak-anak bisa meminjam kapan saja ketika

sedang membutuhkan. 3128

c. Kerja sama lembaga sekolah dengan wali murid


2830
Zipprich Mary Ann Dan Stephane, Building Story Schema:Using Patrened Boks As Mean Of
Instruction For Student With Disablities, (Thausand Oak, CA:Sage Publication,2009),hal.17
31
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar. Hal.154

29
Kerja sama ini dilakukan untuk tidak bosan memberi motivasi peserta

didik untuk selalu mau belajar membaca dengan baik di rumah maupun di

sekolah. Pihak sekolah bekerja sama dengan wali murid untuk menyarankan

menambahkan pola kegiatan dirumah agar diselipkan jam belasjar khusunya

membaca Al-Qur’an. Karena pola belajar dirumah akan mampu membantu

kesulitan belajar dilembaga sekolah.32

2. Faktor penghambat

a. Kurangnya kesadaran dari siswa

Dalam hal belajar membaca Al-Qur’an beberapa upaya untuk mengatasi

kesulitan membaca Al-Qur’an pada kelas rendah ternyata masih ada beberapa
29

siswa yang kurang sadar akan pentingnya membaca dan menulis dan sering

mengabaikannya. Hal ini terlihat dari beberapa kali wali kelas mengintrusikan

untuk membaca buku masing-masing tetapi, masih ada beberapa siswa yang

masih suka main sendiri dan bergurau dengan teman di sampingnya.

b. Disiplin di sekolah

Sekolah yang pelaksanaan kurang disiplin akan mempengaruhi sikap

dalam belajar, siswa menjadi kurang bertanggung jawab terhadap tugas sekolah.

c. Lingkungan dan keadaan ekonomi keluarga

Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa. Karena

perkembangan jiwa anak sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan. Baik

lingkungan keluarga, lingkngan sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Selain

itu orang tua yang berprofesi sebagai petani mereka kurang begitu mendapat

2932
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,(Bandung:Remaja Rosdakarya,1995).hal.98

30
perhatian dari orang tuanya yang seharusnya dapat mengontrol kegiatan anaknya

sehari-hari. 3330

BAB III

METODE PENELITIAN
3033
Akhyak, Profil Pendidik, hal. 13

31
A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah untuk mengkaji permasalahan secara rinci,

lengkap dan diperlukan suatu pendekatan permasalahan lewat pemilihan bentuk

yang tepat. Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah jenis penelitian

kualitataif lapangan. Penggunaan metode ini dikarenakan peneliti terjun langsung

kelapangan.

Peneliti terjun langsung kelapangan, peneliti langsung terlibat oleh

masyarakat setempat, untuk mendapatkan gambara yang lebih komperensih

tentang situasi. Berdasarkan penjelasan tersebut , maka penelitian kualitatif adalah

penelitian yang diungkapkan dan dideskripsikan melalui bahasa maupun kata-

kata. Oleh karena itu bentuk data yang akan digunakan tidak berbentuk bilangan,

angka atau nilai yang biasanya di analisis dengan perhitungan

matematika/statistik. Penelitian akan mengungkap fenomena yang ada di

lapangan, dengan cara menjelaskan, memparkan/menggambarkan dengan

menggunakan kata-kata yang jelas dan terperinci melalui bahasa yang tidak

berwujud nomor/angka.

B. Lokasi Dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian adalah objek penelitian dimana kegiatan penelitian

dilakukan. Penentuan lokasi dimaksud untuk mempermudah dan memperjelas

objek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga permasalahan tidak terlalu luas.

Yang dijadikan lokasi dalam penelitian ini adalah SMA N 5 Konawe Selatan

Kabupaten Konawe Selatan. Alasan yang melatarbelakangi penulis memilih lokasi

ini karena penulis adalah alumni dari sekolah tersebut sehingga akan

32
memudahkan akses dalam melakukan penelitian. Jadi yang menjadi objek disini

adalah Guru dan Siswa SMA N 5 Konawe Selatan.

C. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif

adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan mengitepretasikan

objek sesuai dengan apa adanya 131.Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan

secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara

tepat. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, penelitian kualitatif disebut juga

penelitian naturalistik, karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif,

bukan kuantitatif karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Dikatakan

naturalistik karena situasi lapangan peneliti bersifat natural atau wajar, apa adanya

tanpa dimanipulasi.

D. Fokus dan Dekripsi Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian

Penelitian ini berjudul ” ”penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan

jenis penelitian kualitatif. Penelitian membatasi permasalahan-permasalahan yang

akan diteliti, penelitian ini akan difokuskan pada peran guru pendidikan agama

islam dalam mengatasi kesulitan membaca al-qur‟an siswa SMA Negeri 5

Konawe Selatan. Adapun yang menjadi fokus penelitian adalah:

a. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

b. Mengatasi kesulitan membaca dan menulis Al-Qur‟an

2. Deskripsi Fokus
311
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

33
Adapun yang menjadi Deskripsi fokus penelitian adalah:

a. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Peran Guru Pendidikan Agama Islam yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah guru pendidikan agama islam mencari metode yang paling tepat untuk

mengajarkan al-qur-an yang menjadi pondasi utama dalam islam sehingga siswa

tidak jenuh dalam proses pembelajaran yang menoton dan mampu dipahami

dengan mudah.

b. Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur‟an

Mengatasi Kesulitan Membaca Dan Menulis Al-Qur’an yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah guru mampu mengetahui keadaan siswa yang tidak

tahu mengatasi kesulitan membaca al-Qur’an.

E.Sumber data dan Lingkup Data

Data penelitian ini adalah peran guru agama islam dalam mengatasi

kesulitan membaca Al-Quran kelas X SMA N 5 Konawe Selatan. Lingkup data

termasuk lingkungan SMA N 5 Konawe Selatan.

F. Sumber Data

- Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung diberikan kepada

pengumpul data . Artinya sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Dalam hal ini, yang menjadi sumber data primer adalah siswa kelas X dan guru

yang berada di SMA Negri 5 Konawe Selatan.

- Data Sekunder

34
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan-laporan yang

terkait dengan apa yang dikaji. Selain itu, pengumpulan data sekunder dilakukan

melalui kajian buku-buku, laporan dan artikel yang menunjang.

G.Teknik Pengumpulan Data

a.Observasi

Teknik observasi dalam pengumpulan data diartikan sebagai pengamat dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang ada dalam objek

yang akan diteliti 332


Peneliti melakukan pengamatan secara langsung untuk

mendapatkan data yang diperlukan. Kelebihan Teknik ini yaitu data yang

diperoleh lebih dipercaya karena dilakukan atas pengamatan sendiri. Teknik

observasi digunakan peneliti untuk mengamati situasi latar alami dan aktivitas

belajar mengajar yang terjadi di SMA Negri 5 Konawe Selatan.

b.Wawancara

Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan informasi yang dilakukan

dengan cara mengadakan tanya jawab baik secara langsung atau tidak

langsung33.Wawancara bersifat terbuka yaitu wawancara yang digunakan

seperangkat pertanyaan baku dan dipakai untuk menangkap data informan, baik

informan yang diungkapkan melalui bahasa maupun informan yang mengetahui

realitasnya

Teknik wawancara dilakukan secara mendalam (in depth interview) dan

menggunakan pola-pola yang tidak kaku dan baku tetapi dengan pola wawancara

terbuka. Pedoman wawancara (interview guide) substansi pertanyaan yang telah

322
Sugiyono, 2011: 396
333
Sugiyono, 2011: 397

35
disusun sedemikian rupa dan secara terbuka, artinya mudah dipahami oleh

informan dan dengan mudah dapat menjaring data, informasi, keterangan melalui

pengetahuan, pendapat dan gagasan informan mengenai berbagai hal yang

berkaitan dengan objek penelitian. Kegiatan wawancara di lapangan juga

membutuhkan keahlian peneliti dalam mengajukan pertanyaan, merangsang

informan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, menggali

jawaban lebih jauh bila di kehendaki dan mencatatnya.

Catatan-catatan dan pertanyaan dikembangkan di lapangan melalui

pedoman wawancara sesuai dengan konteks dan masalah yang dihadapi selama

melakukan wawancara menuju kepada kedalaman percakapan. Dengan kata lain

titik berat perhatian harus pada pandangan emik, artinya peneliti menaruh

perhatian penuh pada masalah penting, penelitian melalui keterangan data yang

diberikan informan. Sebaliknya tidak berdasarkan pandangan etik atau dari

pandangan dari pemahaman peneliti.3 34

c.Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan data sekunder yang digunakan sebagai acuan

terdahulu sebelum melakukan penelitian, saat melakukan penelitian, maupun

setelah penelitian selesai (pembuatan laporan). Studi pustaka diperoleh dari

literatur buku, artikel, skripsi dan data yang diperoleh dilapangan. Dengan tujuan

untuk memperoleh data sekunder yang dapat mendeskripsikan peran guru agama

islam dalam mengatasi

d.Dokumentasi

34

36
Dokumentasi adalah pengambilan data dengan menggunakan dokumen

dokumen yang ada dilokasi. Dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film

yang tidak dapat dipisahkan karena adanya permintaan seseorang .Teknik


435

dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum

tentang peningkatan motivasi belajar Al-Quran siswa SMA Negri 5 Konawe

Selatan.

H.Teknik Analisis Data

Penelitian kualitatif ini menggunakan teknik analisis data secara induktif,

yaitu berpijak kepada fakta-fakta yang bersifat khusus, kemudian dianalisis dan

akhirnya ditemukan pemecahan persoalan yang bersifat umum. Induksi adalah

cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai

kasus yang bersifat individual . 5

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lapangan

yaitu data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), conclusion

drawing/ verivication.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dalam hal ini, maka perlu dilakukan

analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya 6

35 4
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
5
Sugiyono hal : 246

37
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dipahami bahwa tujuan dari

mereduksi data yaitu untuk dapat memastikan bahwa data yang dioalah adalah

data yang tercakup dalam cakupan penelitian, di mana dalam cakupan penelitian

inilah permasalahan penelitian berada.

b. Data Display (Penyajian Data)

Tahap selanjutnya setelah data direduksi adalah mendisplaykan data.

Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat (teks naratif), bagan, hubungan antar kategori. Dengan demikian dalam

penelitian ini peneliti akan menyajikan data dengan menggunakan teks yang

bersifat naratif.

c. Conclusion Drawing/Verification

Tahap ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. 36

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah

apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat serta mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya.Akan tetapi, apabila kesimpulan yang dikemukakan

pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulakan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang kredibel37. Berdasarkan uraian teknik analisis data di

atas untuk menganalisis data maka penulis menggungakan data reduction

(Reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification

(kesimpulan)

366
Sugiyono hal : 246
37

38
BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Sekolah

SMA Negeri 5 Konawe Selatan berlokasi di Desa Landipo, Kecamatan

Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi tenggara. Letaknya

kurang lebih 60 kilometer Sebelah Selatan Kota Kendari ibu Kota Kabupaten

Konawe Selatan. Berdiri sejak tahun 1993, Dengan Nama SMA Negeri 1

Moramo. Berubah Nama jadi SMAN 5 Konawe Selatan, sesuai Peraturan Bupati

(PERBUP) Konawe Selatan Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perubahan Tata Nama

(Nomenklatur) Sekolah Dasar Negeri (SDN), Sekolah Menengah Pertama Negeri

(SMPN), SD - SMP Negeri Satu Atap, Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)

dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) Di Lingkungan Dinas

Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Konawe Selatan.

2. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah SMA Negri 5 Konawe Selatan

a. Visi Visi SMA Negri 5 Konawe Selatan adalah BerIMTAQ, Cerdas, dan

Berprestasi Serta Peduli Lingkungan

b. Misi Misi SMA Negri 5 Konawe Selatan Sebagai Berikut:

1) Mewujudkan kegiatan-kegiatan yang mengarah ke peningkatan IMTAQ.

2) Mewujudkan sarana dan prasarana pembelajaran dan pendukung pendidikan

yang lengkap sesuai SNP.

39
3) Mewujudkan kegiatan-kegiatan yang mengarah ke peningkatan kecerdasan

jamak bagi peserta didik.

4) Mewujudkan pembinaan dan kegiatan-kegiatan yang mengarah ke

pembentukan karakter tangguh dan berdaya saing.

5) Mewujudkan kegiatan-kegiatan yang memungkinkan peserta didik untuk

berprestasi, baik dalam bidang akademik maupun non akademik.

c. Tujuan Sekolah

Terwujudnya sekolah yang nyaman, aman, dan menarik, menyenangkan

guna memupuk keimanan dan ketaqwaan kepada tuhan yang maha Esa,

kecerdasan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk mengikuti

pendidikan lebih lanjut, dan kebiasaan menjaga kelestarian lingkungan.

3. Identitas Sekolah

1) Nama Sekolah : SMA NEGRI 5 KONAWE SELATAN

2)Tahun Beroperasi : 1993

3) Alamat Sekolah :

a. Jalan : Poros Moramo-Kendari

b. Desa /Kelurahan : Landipo

c. Kec/ Kab/ Kota : Moramo/ Konawe Selatan/ Kendari

d. Provinsi : Sulawesi Tenggara

4) Status Kepemilikan : Pemerintah dan Yayasan

4. Fasilitas Sekolah

40
Fasilitas pembelajaran yang dimiliki SMA Negri 5 Konawe Selatan terdiri

dari:

a. Ruang belajar beberapa LCD proyektor, speaker active,

b. Laboratorium IPA, laboratorium komputer, ruang aula, perpustakaan.

c. Ruang perkantoran meliputi : Ruang kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

ruang guru, ruang tata usaha, ruang UKS(klinik), ruang BK, ruang OSIS,

secretariat .

d. Sarana beribadah berupa masjid dan mushollah

e. Kantin sebanyak 4 stan

f. Kamar mandi guru dan peserta didik s kondisi baik

g. Sarana olahraga yang terdiri dari lapangan sepak bola, lapangan bola

basket.

h. Tempat parkir

5. Nama-Nama Guru SMA N 5 Konawe Selatan. .

1. Drs. Muliono

2. Drs. Hamka Sarita

3. Dra. Anidah Atto

4. Atipa Mustapa, S. Pd

5. Made Ardika, S. Pd

6. Abd. Rais, S. Pd

7. Herawanti, S. Pd

8. Aan Sumarni, S. Pd, M. Pd

9. Siti Salma, S. Pd

41
10. Hj. Rianti Ahmad, S. Pd., M. Pd

11. Yuni Hartati, S. Pd

12. Sukresnawati Riyani, S. Pd

13. Yuslan Tosepu, S. Pd

14. Johan, S. Pd

15. Hasti Surya Fitri, S. Pd

16. Mulyani Hardo, S. Pd

17. Icuk Sisram, S. Pd

18. Sutrini, S. Pd.I., M. Pd

19. Nia Rosminah, S. Pd

20. Tatik Hariyanti, S. IP

21. Hj. Suharni Ahmad, S. Si., M. Pd

22. Yuliana Supu, SP., S. Pd

23. Juwit Nopti, SA., S. Pd

24. Nunik Sridanani, S. Pd

25. Fitriyah Anwar, S. Pd

26. Imelda Arnita, S. Pd

27. Indrayana Arif, S. Pd

28. Fatah Riyaman, S. HI

29. I Putu Supitriyasa, S. Pd

30. Arjulita, S. Pd

31. Fasihatul Umamy, S. Pd

32. Drs. Alimin Hasanuddin

42
33. Tini Sartika, S. Pd

34. Lisa Anggriani, S. Pd

35. Yusrina, S. Pd

36. Sinta, S. Pd

B. Pembahasan

1. Peran Guru PAI Dalam mengatasi kesulitan Siswa SMA Negeri 5 Konawe

Selatan

Peran adalah perilaku yang sesuai dengan status seseorang , peranan

merupakan seperangkat perilaku yang diharapkan dari seorang yang menduduki

suatu posisi atau kedudukan tertentu dalam masyarakat.1

Peran dijalankan berdasarkan status sosial yang dipilih oleh seorang

individu. Contoh, menjadi seorang guru merupakan status sosial. Peran yang

dijalankan dari status seorang guru sangat mempengaruhi perkembangan seorang

siswa dalam dunia pendidikan karena seorang guru memiliki suatu tanggung

jawab dalam upaya membina dan membimbing perilaku siswa guna pembentukan

pribadinya. Dengan demikian peran guru dalam hal ini menjadi lebih luas dan

lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar peserta didik. 38

Wawancara dengan Ibu Sutrini, S. Pd.I., M. Pd, selaku guru Pendidikan

Agama Islam mengatakan bahwa:

“ Pada setiap awal pertemuan pembelajaran saya akan meminta peserta


didik untuk membaca surah-surah pendek dengan bersama-sama supaya
mereka terbiasa melafalkan huruf-huruf Al-Qur‟an dan saya sering
meminta siswa berdoa dan membaca Asmaul husna yang di gunakan
umumnya Guru pendidikan agama islam sesuai kurikulum 2013 yang
381
Mulat Wiganti Abdullah, sosiologi ( Jakarta, Grasindo, 2008) hal. 53
2
Sutrini, S. Pd.I., M. Pd Guru Pendidikan Agama Islam (Wawancara, 11 juli 2022)

43
membentuk karakter. Hal ini juga saya batasi karena ada materi
pembelajaran yang harus disampaikan juga. Adapun Sebagai guru
pendidikan Agama Islam harus memberikan arahan-arahan kepada peserta
didik dengan lembut bukan dengan kasar sehingga peserta didik dapat
belajar dengan baik dan termotivasi membaca Al-Qur‟an dan juga bisa
membedakan huruf hijaiyah dan hukum tajwid tersebut. 2
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran

seorang guru dalam mengatasi kesulitan seorang siswa dalam membaca Al-

Qur‟an itu sangat penting. Dimana peran guru tidak hanya sekedar memberikan

arahan dan membina tetapi juga seorang guru harus melatih setiap siswa dengan

cara memberikan tugas-tugas untuk mendukung perkembangan belajarnya. Guru

pendidikan Agama islam dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an peserta

didik terdapat kesulitan dalam membaca Al-Qur‟an meskipun kemajuannya

belum begitu signifikan dan tidak sepesat yang diinginkan. adapun kesulitan yang

dapat diatasi sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang huruf hijaiyah yang tidak tahu membedakan lafal

setiap huruf.

b. Pengetahuan tentang ilmu tajwid, yang tidak tahu membedakan pendek

bacaan dan hukum bacaan nun mati dan tanwin

2. Mengatasi Kesulitan Membaca Dan menulis Al-Qur’an Peserta didik SMA

Negeri 5 Konawe Selatan

Sangat Penting adanya guru pendidikan Agama islam dalam mendorong

peserta didik untuk membaca Al-Qur‟an khususnya dikalangan para siswa.

Karena dengan keberadaan guru tersebut akan sangat membantu seorang

siswa dalam mengembangkan hasil membaca AlQur‟an mereka. Hasil dari

44
perkembangan belajar seorang siswa akan terlihat gambarannya setelah seorang

siswa menempuh tingkatan dalam suatu pendidikan. Sebagaimana hasil

Wawancara dengan Ibu Sutrini, S. Pd.I., M. Pd, selaku guru Pendidikan

Agama Islam mengatakan bahwa:

“Seperti yang sudah saya utarakan bahwa peserta didik di sini masih ada
sebagian yang belum bisa mengerti atau memahami bacaan AlQur‟an
dengan benar dan sebagian dari mereka malahan belum mengetahui huruf
Al-Qur‟an satu pun, seharusnya sudah ditanamkan sejak kecil dari orang
tua peserta didik tersebut, bukan hanya orang tua , lingkungan pun
seharusnya ikut berupaya aktif untuk mendidik generasinya. Peserta didik
yang bermasalah dalam membaca Al-Qur‟an adalah peserta didik yang
sering bolos dan Alergi mengikuti mata pelajaran pendidikan agama islam
sehingga setiap akhir semester dan ada beberapa siswa yang bermasalah
dalam hal penempatan nilai dan rata-rata yang tidak tuntas nilainya, dan itu
terbukti bahwa peserta didik itu kurang mampu membaca al Qur‟an dan
menulis Ayat-Ayat Al-Qur‟an. Adapun cara mengatasinya yaitu
menyediakan BTQ kepada peserta didik yang dilaksanakan pada hari
selasa Adapun cara mengatasinya yaitu perlu mengadakan kerja sama yang
melibatkan tempat-tempat pengajian seperti TPA dan serta semua pihak
termasuk orang tua peserta didik, menyiapkan banyak Al-Qur‟an dan
melaksanakan jum‟at ibadah yang dikaitkan dengan membaca Al-Qur‟an
pada setiap hari jum‟at .”3
39

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa

kesulitan yang ditemui oleh peserta didik bahwa ada sebagian peserta didik yang

belum mampu membaca Al-Qur‟an mulai dari kesulitan mengenali huruf, sulit

dalam pelafalan sampai sulit meluangkan waktu untuk membaca Al-Qur‟an dan

kesalah terbesar seorang peserta didik adalah kurangnya perhatian dari orang

tuanya. Sehingga terkadang siswa akan malas belajar membaca Al-Qur‟an karena

tidak ada bimbingan dari orang tua peserta didik tersebut. Adapun program

tambahan belajar membaca Al-Qur‟an yang telah terhenti karena peserta didik

393
Sutrini, S. Pd.I., M. Pd Guru Pendidikan Agama Islam (Wawancara, 11 juli 2022)

45
malas dalam mengikuti pembelajaran tersebut sehingga banyak peserta didik

sampai sekarang belum bisa membaca Al-Qur‟an.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Mengatasi Kesulitan Membaca

Al-Qur‟an

Perkembangan membaca dan menulis seorang peserta didik tidak lepas

dari adanya beberapa faktor yang mendukung sehingga kesulitan-kesulitan yang

ditemui oleh peserta didik bisa teratasi. Akan tetapi disamping itu tentu ada

beberapa faktor yang menghambat perkembangan tersebut. Hal ini tentu tidak

dapat dipungkiri karena walaupun seorang guru pendidik telah melakukan

kewajibannya semampu mereka dalam membantu peserta pendidik dalam

melewati kesulitan-kesulitan yang mereka temui tetapi terkadang peserta didik

susah diatur dan diarahkan begitupun sebaliknya terkadang seorang guru pendidik

yang tidak mau memahami bagaimana perkembangan belajar peserta didik.

Sebagaimana hasil Wawancara dengan Ibu Sutrini, S. Pd.I., M. Pd selaku

guru Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

Faktor pendukung dalam mengatasi kesulitan siswa membaca Al-Qur‟an,


yaitu:
a. Memotivasi peserta didik membaca dan menulis Al-Qur‟an supaya
siswa tersebut dapat menjadi pribadi yang lebih baik, supaya peserta
didik mendapatkan nilai yang bagus.
b. Adanya sarana dan prasarana yang disediakan untuk peserta didik
seperti dilaksanakannya jum’at ibadah dan BTQ.
c. Menyiapkan banyak Al-Qur‟an untuk peserta didik .
d. Setiap memulai pembelajaran harus dimulai dengan membaca dan
menulis Al-Qur‟an sebanyak 2 halaman atau sekurang-kurangnya
minimal 2 ayat.
e. Terpenuhinya fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang
pembelajaran membaca Al-Qur‟an yaitu buku pedoman pembelajaran,
serta fasilitas seperti musholla, kitab suci Al-Qur‟an.

46
f. Dilaksanakan Jum‟at ibadah yang dikaitkan dengan membaca Al-
Qur‟an dengan baik yang disebut dengan Tahsinul
Qira‟ah( memperbaiki bacaan). 440

Sebagai peserta didik oleh Nurintan menambahkan :

Faktor pendukung :
“setiap peserta didik disuruh membawa Al-Qur‟an karena sebelum memulai
pembelajaran guru tersebut melaksanakan tadarrus, dan di sekolah tersebut
menyediakan Al-Qur‟an untuk peserta didik yang lupa membawa Al-Qur‟an”. 5

Sebagaimana hasil Wawancara dengan Ibu Sutrini, S. Pd.I., M. Pd, selaku

guru Pendidikan Agama Islam mengatakan bahwa:

Faktor penghambat dalam mengatasi kesulitan siswa membaca dan


menulis Al-Qur‟an, yaitu:
- Dari segi peserta didik tidak Ada motivasi untuk dirinya sendiri untuk
Membaca Al-Qur‟an
- Faktor keluarga, kurangnya orang tua dalam membimbing anak dan
kurangnya perhatian dalam mengawasi anaknya disebabkan kesibukan
orang tua yang menghabiskan waktunya diluar sekolah
- Peserta didik kurang terbiasa membaca Al-Qur‟an sehingga sampai
sekarang ada sebagian peserta didik belum lancer membaca Al-
Qur‟an.
- Peserta didik kurang aktif dalam mengikuti pelajaran Pendidikan
Agama Islam
- Peserta didik tersebut bermasa bodoh dan tidak mau berkembang
membiarkan dirinya tetap seperti itu, dan juga terbukti sampai tamat
tetap tidak mampu membaca Al-Qur‟an dan bahkan tidak ada usaha
sungguh-sungguh untuk membaca Al-Qur‟an. 6
Sebagai peserta didik oleh Nurintan menambahkan :

Faktor penghambat:
“Peserta didik terpengaruh dengan lingkungan masyarakat dalam hal ini
pergaulan dengan teman-temannya untuk melakukan hal-hal yang negatif seperti
main game, menonton TV yang menampilkan hiburan yang sama sekali tidak
bermanfaat. 741

404
Sutrini, S. Pd.I., M. Pd Guru Pendidikan Agama Islam (Wawancara, 11 juli 2022)
414
Nurintan, pesert didik (wawancara 11 juli 2022)
5
Sutrini, S. Pd.I., M. Pd Guru Pendidikan Agama Islam (Wawancara, 11 juli 2022)
6
Nurintan, pesert didik (wawancara 11 juli 2022)

47
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa

jawaban yang diutarakan oleh para respon hampir sama dimana ada berbagai

faktor pendukung dalam perkembangan belajar peserta didik yaitu adanya sarana

dan prasarana untuk melakukan berbagai kegaitan yang menunjang hasil belajar

peserta didik seperti tadarrus Al-Qur‟an setiap hari kepada peserta didik itu

sendiri dan Dilaksanakan Jum‟at ibadah yang dikaitkan dengan membaca Al-

Qur‟an dengan baik yang disebut dengan Tahsinul Qira‟ah( memperbaiki

bacaan). sedangkan faktor penghambat dalam mengatasi kesulitan membaca Al-

Qur‟an yang diterapkan untuk mata pelajaran Agama Islam ini sangat terbatas

khususnya membaca Al-Qur‟an.

Adapun faktor lingkungan atau faktor keluarga yaitu terpengaruh ajakan

teman-teman untuk melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya dibanding

waktu yang digunakan untuk belajar membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

Misalnya menonton TV yang menyebabkan siswa tersebut kuranag minat belajar

membaca Al-Qur‟an. Dari Faktor-Faktor di atas Menunjukkan bahwa dalam

mengatasi kesulitan membaca Al-Qur‟an yang ada di SMA Negeri 5 Konawe

Selatan sudah berjalan dengan baik karena dukungan dari pendidik , masyarakat

yang turut berperan dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur‟an

dan Terjemahannya.

48
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Peran seorang guru sangat penting dalam perkembangan belajar seorang peserta

didik. Adapun secara umum peran guru PAI yaitu mendidik, mengarahkan

serta membina peserta didik. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur‟an. Pada kategori ini akan terlihat perkembangannya dari

perhitungan nilai rata-rata skor penelitian peserta didik sebesar 80%, dimana

ada dua aspek yaitu pada aspek kemampuan siswa dan aspek tanggapan siswa

terhadap pembelajaran PAI.

2. Perkembangan belajar seorang peserta didik dalam membaca dan menulis al-

Qur‟an akan terlihat gambarannya setelah peserta didik melalui tingkatan suatu

pendidikan. Adapun mengatasi membaca al-Qur‟an siswa kelas X SMA Negeri

49
5 Konawe Selatan terdapat beberapa siswa yang masih kurang mampu dalam

membaca al-Qur‟an dikarenakan faktor kemalasan dari setiap peserta didik.

3. Hasil dari perkembangan belajar peserta didik dalam membaca al-Qur‟an tidak

lepas dari adanya faktor pendukung dan penghambat sehingga kesulitan-

kesulitan yang ditemui oleh peserta didik bisa teratasi atau malah

memperlambat perkembangan belajar mereka. Adapun faktor pendukung

dalam mengatasi kesuitan peserta didik salah satunya yang paling penting yaitu

adanya sarana dan prasarana yang mendukung setiap kegiatan yang akan

dilakukan oleh para guru. Adapun penghambatnya yaitu kurangnya minat

seorang peserta didik dalam membaca Al-Qur‟an.

B. Saran

Setelah penulis menarik beberapa kesimpulan dari uraian-uraian dalam skripsi

ini, maka selanjutnya penulis akan mengemukakan saran-saran sebagai bahan

pertimbangan untuk menerapkan dan mengembangkan hasil pikiran yang

diluangkan dalam skripsi ini dan mempunyai sumbangsi moril bagi masyarakat,

bangsa, dan negara, antara lain:

1. Kepada guru untuk lebih memperhatikan potensi siswa dan kreativitas yang

dimiliki siswa dan memberikan dukungan dan motivasi kepada siswa

dengan menciptakan suasana pembelajaran atau dengan melatih supaya

siswa tersebut dapat menjadi siswa yang berkreativitas.

2. Bagi peserta didik diharapkan memanfaatkan fasilitas yang di sediakan oleh

sekolah yang dapat menunjang proses pembelajaran.

50
3. Diharapkan agar hubungan antara sekolah dan masyarakat setempat lebih

ditingkatkan lagi sebagai lingkungan siswa dalam pelaksanaan pendidikan,

pengajaran sekaligus pembinaan agar siswa menjadi generasi yang

berkarakter baik sehingga mampu membawa pengaruh positif bagi

lingkungannya

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur‟an Al karim

Aswar Zain, Dan Syaiful Bahri Djamarah , 2006. Strategi Belajar Mengajar,
Jakarta
Arif,Arifuddin, 2008. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri , 2005. Guru Dan Anak didik Dalam Interaksi Edukatif
“Suatu Pendekatan Teotitis Psikologis”, Jakarta
Darajat,Zakiyah, Ilmu Pendidkan Islam, 2014. Jakarta
Extanti, Inung. Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-
Qur’an Siswa di SMP Negeri 1 Semen Kediri

Fuad Ihsan, dan Hamdani, 1998. Filsafat Pendidikan Agama Islam, Bandung:CV.
Pustaka Setia
Marrimba,Ahmad D., 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung:AlMa‟arif
Muhammad Uzer, 1994. Menjadi Guru Profesional, Bandung:Remaja Rosda
Karya
Mulyasa, 1995. Menjadi Guru Profesional, Bandung:Remaja Rosdakarya
Marrimba,Ahmad D., 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung:AlMa‟arif
Moh. Kasiram. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif. Cet. 2. Yogyakarta:
UIN-Maliki Press, 2010.

Naim,Ngainun, 2011. Menjadi Guru Inspiratif “Memberdayakan Dan Mengubah


Jalan Hidup Siswa”, Yogyakarta

51
Riyadh,Sa‟ad, 2007. Anakku, Cintailah Al-Qur’an, Jakarta
Sadirman A.M, Interaksi Dan Motivas
Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar.
Stephane Dan Ann,Zipprich Mary, 2009. Building Story Schema:Using Patrened
Boks As Mean Of Instruction For Student With Disablities, Thausand Oak,
CA:Sage Publication
Slameto, 2008. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta: Bina
Aksara
Saleh,Rahman Abdul, 2005. Pendidikan Agama Dan Pengembangan Watak
Bangsa, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Taher,Thahroni, 2005. PsikologiPembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun, 2003. Tentang Sisstem Pendidikan Agama
Usman,
Uzer, Moh, Mengemukakan Pendapatnya Tentang Perilaku Agama Islam
Undang-Undang RI Nomor 20 tahun, 2003. Tentang Sisstem Pendidikan Agama
Selvi Indramaya, “Pengaruh Keterampilan Guru Dalam Mengatasi Siswa Dalam
membaca Al-Qura’an Pada Kelas X di SMA Negeri 1 Marga Tiga Lampung
Timur Tahun Pelajaran 2010/2011”, Stain Jurai Siwo Metro, 2010.

Suhartono, Suparlan. (2009). Filsafat Pendidikan. Jakarta: Sinar Baru Bandung


Jawa Barat

Satria. (2017). Peran Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Kelas VIII Di Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin
Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering Ilir, (Online),
(file:///E:/SATRIA%20(13210248).pdf), diakses 2 Agustus 2020.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan


R&D. Bandung: Alfabeta, 2010.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

Sudikan, Setya Yuwana . 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya : Citra
Wacana

Tarwiyah, Siti .Upaya Guru PAI Dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-
Qur’an Siswa di SMP Negeri 1 Semen Kediri. Skripsi Program Studi
Agama Islam, UniversitasIslam Negri Syarif Hidayatullah.

52
Zuharini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam

LAMPIRAN

53
Foto Dokumentasi Penelitian

54
55

Anda mungkin juga menyukai