Anda di halaman 1dari 31

Pemikiran para tokoh tentang hakikat cinta sejati dalam Al-Qur'an:

studi komparatif antara tafsir klasik dan tafsir kontemporer

Disusun agar memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Qur’an dan Tafsir
diampu oleh Bapak Uun Yusufa

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. Viera Silvya U20191100


2. Srivatul Ustaniyah U20191102
3. Inayatus Sholihah U20191104
4. Muhammad Razin Ayatul Hayy U20191122
5. Nuriz Zuhriyyah U20191134
6. Fajriz Zauhair Al Fawwaz U20191138
7. Nurul Aini U20191139

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER FAKULTAS


USULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA PROGRAM STUDI
ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR DESEMBER 2019
A. Latar Belakang Masalah
Kata Mahabba berasal dari bahasa arab ahabba-yuhibbu-mahabbatan, yang menurut
makna berarti mencintai1 atau proses dalam cinta.

Agar meringkas penjelasan maka penulis akan mengartikan mahabbah dengan kata
cinta. Cinta adalah suatu proses emosi dari perasaan yang positif (iman) dan dapat dialami
semua makhluk dalam keadaan, kedudukan, serta generasi masyarakat yang berbeda. Ia
termasuk karunia yang luar biasa Allah kasihkan kepada setiap manusia. Dengan ini manusia
dapat membuat orang paling bahagia dan paling tersiksa. manusia mengartikan dan mengatur
rasa itu bergantung pada caranya.

Anak usia dini adalah anak yang berumur 0-6 tahun dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Pada periode ini, anak itu berusaha untuk mengendalikan
lingkungan dan mulai belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, sehingga
pengaruh lingkungan sangat menentukan pola perilaku anak, baik atau buruk. 1 Setiap orang
tua pasti mendambakan anaknya menjadi generasi penerus yang sholih sholihah, yang bisa
membahagiakan di dunia dan akhirat. Tentunya, orang tua harus memiliki cara-cara tertentu
agar keinginannya tercapai. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk membentuk perilaku
yang baik adalah dengan menanamkan nilai-nilai kebaikan. Nilai-nilai kebaikan pada anak
usia dini dapat diajarkan melalui pendidikan agama dan moral.
Banyak cara untuk mengajarkan pendidikan agama terhadap anak-anak. Saat ini,
untuk mengajarkan pendidikan agama terhadap anaknya tidak hanya diperankan oleh orang
tua saja, tapi juga dengan peran guru dengan memasrahkan anaknya kepada lembaga yang
berbasis pendidikan agama. Salah satu pendidikan agama yang banyak diminati oleh orang
tua saat ini yakni PTQ anak dan lembaga tahfidz anak usia dini. Sebab dalam Islam, alquran
merupakan hal pertama yang harus dikenal oleh anak-anak sebelum menginjak pada jenjang
pendidikan berikutnya.
Berdasarkan sejarahnya, tradisi menghafal alquran di negara Indonesia awalnya
dilakukan oleh para ulama Indonesia yang belajar di Timur Tengah. Namun pada
perkembangannya, kecenderungan untuk menghafal banyak diminati masyarakat Indonesia.
Untuk menampung keinginan tersebut, para alumni Timur Tengah khususnya dari Hijaz
(Mekkah-Madinah) mendirikan pesantren-pesantren dengan lembaga-lembaga tahfidz
didalamnya, bahkan ada yang mendirikan pesantren khusus tahfidz.2
Minat untuk menghafal tidak berhenti pada masa itu saja, namun terus berlanjut
hingga sekarang. Data penelitian Mawardi Abdullah di Kabupaten Jember menunjukkan
bahwa adanya peningkatan siginifikan lembaga-lembaga pendidikan, baik formal maupun
pesantren, yang menawarkan tahfidz alquran sebagai kurikulum utamanya. Menurutnya,
setidaknya ada 8 lembaga pesantren tahfiz alquran di Kabupaten Jember, yaitu 1) Pondok
Pesantren Tahfiz Al-Qur`an Dar al-Falah Kesilir Ambulu; 2) Pondok Pesantren Tahfiz Al-

1
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 1988), 38.
2
Lajnah Pentashihan Al-Quran, Memelihara Kemurnian Al-Quran: Profil Lembaga Tahfidz Al-
Quran di Nusantara,
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Quran, 2011), 3-4.
Qur`an Al-Falah Klompangan Ajung; 3) Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur`an Nurus Sholihin
Kaliwates; 4) Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur`an Ibnu Mas`ud Universitas Muhammadiyah
Sumbersari; 5) Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur`an Khusus Putri Nurul Islam Silo; 6)
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur`an Putra-Putri Nurul Qur`an As-Syadzily Lohjejer; 7)
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur`an Watu Kebo; 8) Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur`an Dar
Al-Iman Curah Kates.3 Lembaga-lembaga tahfidz alquran terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun berikutnya.
Pada zaman modern ini, pendekatan pendidikan agama melalui alquran selain sebagai
pondasi utama dalam beragama Islam, juga diharapkan untuk membentuk karakter baik anak
bangsa.4 Jika sebuah pendidikan itu terjadi di suatu lembaga atau sekolah, tentunya tidak
lepas dari peran seorang guru yang kondusif serta inovatif dalam mengembangkan minat
anak-anak untuk menghafal.
Keberhasilan dalam pembelajaran salah satunya adalah dipengaruhi oleh faktor
kemampuan guru. Oleh karenanya, guru sebagai pengelola kelas harus memiliki kecakapan
dan kreatifitas dalam merancang dan mengelola sistem pembelajaran. Data penelitian
Nurdini Fitria menyebutkan bahwa ada beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh guru
tahfidz diantaranya adalah perencanaan, pembelajaran, pengelolaan pembelajaran dan
penilaian pembelajaran.5
Saat ini, guru perempuan anak usia dini lebih mendominasi daripada guru laki-laki.
Setidaknya ada beberapa lembaga qurani anak usia dini yang didominasi oleh guru
perempuan, antara lain 1) PTQ Anak dan Balita di PP. Nuris Jember dengan jumlah 16 guru,
14 guru permpuan dan 2 guru laki-laki; 2) Rumah Tahfidz Al-Kifach dengan jumlah 17 guru,
11 guru perempuan dan 6 guru laki-laki; 3) TPQ As-Salam dengan jumlah 3 guru, 2 guru
perempuan dan 1 guru laki-laki. Hal ini menunjukkan partisipasi kaum perempuan yang
sangat tinggi dalam mengembangkan, menyebarkan dan melestarikan tradisi tahfiz alquran
dalam masyarakat.

3
Fatiyaturrahmah, “Bias Gender dalam Tradisi Tahfiz Al-Qur‟an: Pandangan Para Pegiat
Tahfiz al-Qur‟an tentang Peran Perempuan dalam Menjaga Transmisi al-Qur‟an”, dalam
Jurnal An-Nisa’, Vol. 9 No. 1 April 2016, 119. http://ejournal.iain-
jember.ac.id/index.php/annisa/article/view/599
4
Zulfitria, “Pembelajaran Tahfidz Al-Quran dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini”, dalam
Jurnal Darul Ilmi, Vol. 1 No. 2 (Juni 2016), 35.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/darul/article/view/1478
5
Nurdini Bismi Fitria, “Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz Al-Quran pada Anak Usia Dini di TK
Mutiara Qurani”, (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016), 3-4.
https://doi.org/10.31004/aulad.v2i2.30
Salah satu pesantren yang mendirikan lembaga khusus tahfidz anak usia dini adalah
Pondok Pesantren Nurul Islam Jember dengan Program Tahfidz Quran Anak dan Balita yang
biasa disebut dengan PTQ Anak dan Balita. Misinya adalah untuk mencetak generasi Qurani
yang berakhlakul karimah di lingkungan yang bernafaskan Ahlussunnah Wal Jama‟ah
An- Nahdhiyah. Metode yang digunakannya adalah Metode Tabarak, yakni sebuah program
menghafal alquran bagi anak dan balita dengan Metode Syekh Tabarak dengan cara Talqin
dan audio visual.
Kegiatan belajar mengajar di PTQ ini dibagi menjadi beberapa kelas atau level yang
disesuaikan dengan target hafalannya. Target level 1 adalah peserta bisa menghafal juz 30
dan pengenalan huruf hijaiyah dalam waktu 6 bulan. Target level 2 adalah peserta dapat
menghafal juz 29 dengan syarat hafal juz 30 dan untuk target level 3, peserta dapat
menghafal surah albaqarah sampai dengan ali-imron dengan syarat lulus tes juz 30 dan 29.
Hasil wawancara dengan guru PTQ ini mengatakan, “meskipun lembaga ini tergolong
baru karena baru dibuka pada tahun 2018, akan tetapi minat dan antusias orang tua sangat
baik”. Berdasarkan program pembelajaran yang dilaksanakan pada tahun 2018/2019 di PTQ
ini sudah ada beberapa anak yang mencapai target dan diwisuda pada tanggal 7 Juli 2019.
Peserta wisuda berjumlah 27 peserta, dengan kategori 23 peserta lulus level 1 dan 4 peserta
lulus level 4. Hal yang perlu diperhatikan dari keberhasilan peserta didik di lembaga PTQ ini
adalah peranan guru. Data pengamatan menunjukkan jumlah guru perempuan lebih banyak
daripada guru laki-laki sehingga tak heran jika kebanyakan peserta yang berhasil diwisuda
adalah berasal dari kelas yang dididik oleh guru perempuan.
Beranjak dari permasalahan di atas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut tentang peran seorang perempuan dalam mengembangkan tahfidz anak usia dini serta
metode mereka dalam mendidiknya. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Peran
Guru Perempuan Terhadap Tahfidz Anak Usia Dini di Program Tahfidz Quran Anak
dan Balita PP. Nurul Islam Antirogo Sumbersari Jember.”

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis memfokuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana Peran Guru Perempuan dalam Mengembangkan Tahfidz Anak Usia Dini di
Program Tahfidz Quran Anak dan Balita PP. Nurul Islam Antirogo Sumbersari Jember?
2. Bagaimana Metode Guru Perempuan dalam Mendidik Anak Usia Dini di Program
Tahfidz Quran Anak dan Balita PP. Nurul Islam Antirogo Sumbersari Jember?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui dua hal, yaitu:
1. Untuk mengetahui Peran Guru Perempuan dalam Mengembangkan Tahfidz Anak Usia
Dini di Program Tahfidz Quran Anak dan Balita PP. Nurul Islam Antirogo Sumbersari
Jember.
2. Untuk mengetahui Metode Guru Perempuan dalam Mendidik Anak Usia Dini di Program
Tahfidz Quran Anak dan Balita PP. Nurul Islam Antirogo Sumbersari Jember.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah pengetahuan terkait dengan peran
dan metode guru perempuan dalam mengembangkan dan mendidik anak usia dini dalam
program tahfidz quran, khususnya peran guru perempuan dalam mengembangkan tahfidz
alquran serta metode yang digunakannya di Program Tahfidz Quran Anak dan Balita PP.
Nurul Islam Antirogo Sumbersari Jember.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui peran guru perempuan terhadap perkembangan tahfidz anak
usia dini serta metodenya.
b. Bagi Institut Agama Islam Negeri Jember
1) Sebagai tolok ukur keberhasilan mahasiswa dalam memahami dan
mengimplementasikan materi perkuliahan yang telah ditempuh.
2) Sebagai tambahan literatur bagi lembaga dan mahasiswa IAIN Jember yang ingin
mengembangkan ilmunya di bidang tahfidz alquran.
c. Bagi PP. Nurul Islam
Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai refleksi dan dan dapat
dijadikan bahan acuan dalam mengembangkan program tahfidz quran untuk anak dan
balita.
d. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi untuk memilih seorang guru
dalam proses pembelajaran anak-anaknya.

E. Definisi Istilah
1. Peran Guru Perempuan
Peran guru perempuan dalam penelitian ini adalah peran seorang guru perempuan
dalam mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran tahfidz anak usia dini. Dalam hal
ini peran guru perempuan menjadi tolak ukur untuk menentukan keberhasilan peserta
didik dalam mencapai target yang telah terkonsep dalam muatan kurikulum di lembaga
PTQ Anak dan Balita Pondok Pesantren Nurul Islam Antirogo Sumbersari Jember.
2. Tahfidz Anak Usia Dini
Tahfidz anak usia dini pada penelitian ini adalah proses menghafal alquran oleh
anak-anak usia dini yang proses pembelajarannya difasilitasi oleh Pondok Pesantren
Nurul Islam Antirogo Jember dengan lembaga khusus tahfidz untuk tingkat anak-anak
yang biasa disebut dengan PTQ Anak dan Balita atau Program Tahfidz Quran tingkat
anak-anak.
3. PTQ Anak dan Balita
PTQ Anak dan Balita adalah salah satu lembaga program tahfidz quran di bawah
naungan Pondok Pesantren Nurul Islam Antirogo Sumbersari Jember dengan peserta
didik tingkat anak-anak mulai dari umur 3-10 tahun.

F. Kajian Pustaka
1. Studi Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Tesis yang ditulis oleh Yan Yan Supriatman dengan judul “Pendidikan Tahfidz al-
Quran di Pesantren Tahfidz Quran Fantastis Depok Jawa Barat dan Dampaknya
terhadap Karakter Santri” Tahun 2017. Fokus penelitiannya memaparkan tentang
pelaksanaan dan metode program tahfidz alquran di pesantren tersebut serta dampak
menghafal alquran terhadap karakter santri. Jenis penelitian ini menggunakan
pendekatan studi lapangan (field research) dan fenomenologi dengan menggunakan
penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Analisa data menggunakan model deskriptif analisis.
Keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi. Persamaannya adalah dari
pelaksanaan dan metode program tahfidz alquran di suatu lembaga. Hal yang
membedakan dengan penelitian penulis adalah penelitian tersebut fokus pada dampak
menghafal terhadap karakter santri. Sedangkan penulis di sini lebih fokus terhadap
peran guru perempuan dalam mengembangkan tahfidz alquran.6
b. Tesis yang ditulis oleh Nur Sikahtun dengan judul “Hubungan Antara Kecerdasan
Emosional dengan Kemampuan Menghafal Santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-
Syarifah Brumbung Mranggen Demak” Tahun 2010. Fokus penelitiannya adalah
tentang tingkat kecerdasan emosional santri, tingkat kemampuan menghafal santri,
dan hubungan antara kecerdasan dengan kemampuan menghafal santri. Hasil
penelitiannya menunjukkan adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional
dengan kemampuan menghafal santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah
Brumbung Mranggen Demak. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif, yakni jenis penelitian yang menggunakan angka dalam mengumpulkan
data dan menampilkan hasilnya. Suatu pendekatan penelitian yang bersifat objektif,
mencakup pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta menggunakan metode
pengujian statistik. Metode pengambilan datanya dengan angket, tes dan dikumentasi.
Sampel dalam penelitian ini sebesar 20% dari populasi 210 yakni 42 santri Pondok
Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak. Sedangkan cara
pengambilan sampel dengan cara random sampling yakni semua responden dianggap
sama dalam pemilihan sampel tanpa pandang bulu. Persamaan dengan penelitian
penulis adalah pada aspek tahfidz alquran. Perbedaannya, penelitian tersebut fokus

6
Yan Yan Supriatman “Pendidikan Tahfidz al-Quran di Pesantren Tahfidz Quran Fantastis Depok
Jawa Barat dan Dampaknya Terhadap Karakter Santri” (Tesis, UIN Sunan Kalijaga, 2017).
http://digilib.uin-suka.ac.id/28404/
pada peran kecerdasan terhadap kemampuan menghafal santri sedangkan penelitian
ini fokus pada peran guru terhadap keberhasilan menghafal peserta tahfidz alquran.7
c. Tesis yang ditulis oleh Nanik Rahmawati dengan judul “Kiat-Kiat Pengelola Pondok
Pesantren Al-Marjan Dalam Menyelenggarakan Program Tahfidz Quran (Jalan
Veteran Kelurahan Nusa Indah Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu)” Tahun
2016. Fokus penelitiannya mendiskripsikan strategi pengelola Pondok Pesantren Al-
Marjan dalam mempertahankan lembaga pendidikan tahfidz tersebut. Upaya yang
dilakukannya antara lain: strategi dalam rekrutmen tenaga pengajar program tahfidz
alquran, rekruitmen peserta didik, metode dan kurikulum yang digunakan, serta
pendorong dan penghambat pelaksanaan program tahfidz alquran di Pondok
Pesantren Al-Marjan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan subjek
penelitian pengelola Pondok Pesantren Al-Marjan dan informasi pendukung dari
tenaga pendidik dan peserta didik Pondok Pesantren Al-Marjan.Teknik pengumpulan
data dengan wawancara dan dokumentasi. Persamaan dengan penelitian ini adalah
dari aspek metode yang digunakan oleh pengajar. Sedangkan perbedaannya adalah
penelitian ini lebih fokus pada metode/strategi guru perempuan.8
d. Skripsi yang ditulis oleh Dasriman Telambauna dengan judul “Motivasi Santri
Memenuhi Kebutuhan Menghafal Al-Quran 30 Juz Di Pesantren Tahfidz Quran
Yatim Insani Yogyakarta” Tahun 2014. Fokus penelitiannya membahas tentang
faktor yang melatarbelakangi santri untuk mengikuti program tahfidz quran, motivasi
mereka dalam menghafal dan mengejar target hafalan yang diinginkan, serta metode
yang digunakan. Hasil penelitiannya menunjukkan latar belakang santri untuk
mengikuti program tahfidz alquran karena disuruh oleh orang tuanya, motivasi santri
menghafal alquran yakni karena ingin menjadi hafiz, ingin membahagiakan kedua
orang tua, dan ingin selamat dunia akhirat. Jenis penelitian ini menggunakan jenis
penelitian studi lapangan (field research) dengan mengambil lokasi PTQY Nurani
Insani Yogyakarta dan dengan menggunakan peneltian kualitatif deskriptif. Teknik

7
Nur Sikahtun, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Menghafal
Santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak”, (Tesis, IAIN
Walisongo, 2010). http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3184
8
Nanik Rahmawati, “Kiat-Kiat Pengelola Pondok Pesantren Al-Marjan Dalam
Menyelenggarakan Program Tahfidz Quran (Jalan Veteran Kelurahan Nusa Indah Kecamatan
Gading Cempaka Kota Bengkulu)”, (Tesis, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016).
http://respository.unib.ac.id/id/eprint/3892
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis
data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan
dan dari makna itulah ditarik kesimpulan. Penelitian oleh Dasriman Telambauna
memiliki kesamaan dengan penelitian penulis pada aspek metode yang digunakan
dalam proses menghafal santri. Perbedaannya penelitian ini akan lebih
mendeskripsikan metode yang diterapkan oleh guru perempuan dalam mengampu
proses menghafal anak usia dini.9
e. Skripsi yang disusun oleh Nurdini Bismi Fitria dengan judul “Pelaksanaan
Pembelajaan Tahfidz Alquran Pada Anak Usia Dini di TK Mutiara Qurani” Tahun
2016. Fokus penelitiaannya mendekripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran
tahfidz alquran dari aspek perencanaan, kegiatan pembelajaran, dan penilaian hasil
belajar tahfidz alquran pada kelompok B di TK Mutiara Qurani Bantul Yogyakarta.
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi lapangan (field research)
dengan menggunakan peneltian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisa data menggunakan
model deskriptif analisis. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah
terletak pada peserta didik tahfidz alquran merupakan tingkat anak-anak. Sedangkan
perbedaannya adalah penelitian tersebut subjeknya adalah semua guru tahfidz baik
laki atau perempuan di tingkat B sedangkan penelitian ini lebih fokus pada tahfidz
anak dengan guru perempuan.10
f. Penelitian yang dilakukan oleh Fatiyaturrahmah dengan judul “Bias Gender dalam
Tradisi Tahfidz al-Quran: Pandangn Para Pegiat Tahfidz Alquran Tentang Peran
Perempuan” Tahun 2016. Pembahasannya memaparkan tentang para pegiat tahfidz
perempuan yang menjadi pemimpin dalam lembaga penyelanggara tahfidz alquran di
Kabupaten Jember. Fokus penelitiannya tentang marginalisasi perempuan dalam
sistem transmisi alquran, namun hasil penelitiannya menyatakan tidak adanya
marginalisasi dalam proses transmisi alquran khusunya dalam sistem sanad, hanya
saja memang dalam transmisi alquran perempuan lebih sedikit kiprahnya daripada

9
Dasriman Telambauna, “Motivasi Santri Memenuhi Kebutuhan Menghafal Al-Quran 30 Juz di
Pesantren Tahfidz Quran Yatim Insani Yogyakarta”, (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2014). http://digilib.uin- suka.ac.id/id/eprint/11234
10
Nurdini Bismi Fitria, “Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz Al-Quran pada Anak Usia Dini di
TK Mutiara Qurani”, (SKRIPSI, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016).
https://doi.org/10.31004/aulad.v2i2.30
laki-laki. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi lapangan (field
research) dengan menggunakan peneltian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan
data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisa data
menggunakan model deskriptif analisis. Keabsahan data menggunakan trianggulasi
sumber dan teknik. Penelitian oleh Fatiyaturrahmah memiliki kesamaan dengan
penelitian penulis pada aspek peran perempuan dalam mengembangkan tahfidz
alquran. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah objek peserta didik lembaga
tahfidz yakni anak usia dini.11
g. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfitria dengan judul “Pembelajaran Tahfidz Alquran
Dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini” Tahun 2016. Fokus penelitiannya
adalah pengaruh tahfidz alquran terhadap pembentukan karakter anak usia dini. Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa pembentukan karakter anak usia dini sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga lingkugan memiliki peranan yang cukup besar
dalam menentukan baik dan buruknya karakter anak. Pembentukan karakter dengan
tahfidz alquran akan memberikan pengaruh baik terhadap karakter anak. Jenis
penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi lapangan (field research) dengan
menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisa data menggunakan
model deskriptif analisis. Keabsahan data menggunakan trianggulasi sumber dan
teknik. Penelitian oleh Zulfitria memiliki kesamaan pada aspek anak usia dini dalam
program tahfidz alquran. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian tersebut
membahas pembentukan karakter anak usia dini dengan tahfidz alquran. Adapun
fokus penelitian ini adalah peran guru perempuan untuk mempengaruhi keberhasilan
anak dalam menghafal yang dididik oleh guru perempuan.12
h. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarsih Anwar dengan judul “Penyelenggaraan
Pendidikan Tahfidz al-Quran pada Anak Sekolah Dasar di Pondok Pesantren Nurul
Iman Tasikmalaya” Tahun 2017. Penelitiannya mengkaji tentang proses
penyelenggaraan program tahfidz alquran, serta faktor pendukung dan penghambat

11
Fatiyaturrahmah, “Bias Gender dalam Tradisi Tahfiz Al-Qur‟an: Pandangan Para Pegiat
Tahfiz al-Qur‟an tentang Peran Perempuan dalam Menjaga Transmisi al-Qur‟an”, dalam Jurnal
An-Nisa’, Vol. 9 No. 1 April 2016. http://ejournal.iain-
jember.ac.id/index.php/annisa/article/view/599
12
Zulfitria, “Pembelajaran Tahfidz Al-Quran dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini”,
dalam Jurnal Darul Ilmi, Vol. 1 No. 2 (Juni 2016).
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/darul/article/view/1478
dalam penyelenggaraan tahfidz alquran. Sasaran penelitiannya adalah Pondok
Pesantren Tahfidzul Quran Nurul Iman di Tasikmalaya yang difokuskan pada peserta
didik usia dasar. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian oleh Sumarsih Anwar memiliki kesamaan pada aspek anak usia dini dalam
program tahfidz alquran. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian tersebut
membahas proses penyelenggaraan program tahfidz alquran, serta faktor pendukung
dan penghambat Adapun penelitian ini lebih fokus pada peran guru perempuan.13
i. Penelitian yang dilakukan oleh Ferdinan dengan judul “Pelaksanaan Program Tahfidz
al-Quran (Studi Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara Sulawesi
Selatan)” Tahun 2018. Penelitiannya mengkaji tentang pelaksanaan program tahfidz
alquran, metode dan hasil capaian program pendampingan tahfidz alquran di
Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Gombara Sulawesi Selatan. Jenis penelitian
adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Adapun populasi dan sampel penelitian ini adalah santri, pembina dan
direktur pesantren. Penelitian oleh Ferdinan memiliki kesamaan pada aspek metode
pelaksanaan program tahfidz alquran. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian
tersebut membahas proses penyelenggaraan program tahfidz alquran, serta faktor
pendukung dan penghambat Adapun penelitian ini lebih fokus pada peran guru
perempuan dalam proses tahfidzul quran.14
j. Penelitian oleh Agus Sumitar dan Nita Sumini dengan judul “Peran Guru dalam
Mengembangkan Minat Baca Anak Usia Dini melalui Metode Read Aload” Tahun
2019. Fokus penelitiannya adalah mendeskripsikan perencanaan guru, proses
pelaksanaan guru, dan evaluasi guru dalam mengembangkan minat baca anak usia
dini melalui metode read aload. Jenis peneltian dalam penelitian tersebut adalah
kualitatif dengan pendekatan studi lapangan (Field Research). Penelitian oleh Agus
dan Nita memilki kesamaan dengan penelitian ini pada aspek peran guru dalam
mengembangkan potensi yang ada pada anak usia dini. Perbedaannya adalah

13
Sumarsih Anwar, “Penyelenggaraan Pendidikan Tahfidz al-Quran pada Anak Sekolah Dasar di
Pondok Pesantren Nurul Iman Tasikmalaya” dalam Jurnal Edukasi, Vol. 15 No. 2 (Agustus
2017). https://jurnaledukasikemenag.org/index.php/edukasi
14
Ferdinan, “Pelaksanaan Program Tahfidz al-Quran (Studi Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Gombara Sulawesi Selatan)” dalam Jurnal Tarbawi, Vol. 3 No. 1(Juni 2018).
https://doi.org/10.26618/jtw.v3i01.1379
penelitian dahulu mendeskripsikan tentang peran guru dalam mengembangkan minat
baca anak usia dini, sedangkan penelitian ini akan meneliti tentang peran guru dalam
mengembangkan tahfidz anak usia dini dan lebih spesifik kepada guru perempuan.15

2. Kajian Teori
a. Guru
1) Pengertian Guru
Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
pekerjaannya atau mata pencahariannya adalah mengajar. Dalam pengertian
sederhana guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didik. Supardi menjelaskan guru dalam bukunya yang berjudul Kinerja Guru,
menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah jalur pendidikan formal. 16 Sementara dalam pandangan
masyarakat guru adalah orang yang malaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak harus di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid,
surau atau musholla, dirumah dan sebagainya.17
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
seorang guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta
didik yang betujuan untuk mendidik dan menyalurkan nilai-nilai kebaikan kepada
peserta didik agar diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan guru
perempuan adalah seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru atau
pendidik, yakni seorang perempuan yang memberikan pendidikan atau ilmu
kepada peserta didik dan membimbing peserta didik agar menjadi sosok yang
baik dan berkualitas.
2) Peran Guru

15
Agus Sumitra dan Nita Sumini, “Peran Guru dalam Mengembangkan Minat Baca Anak Usia
Dini Melalui Metode Read Reload”, dalam Jurnal Ilmiah Potensia, Vol. 4 No. 2 (Juli 2019).
https://doi.org/10.33369/jip.4.2.115-120.
16
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), 8
17
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Peserta didik dalam interkasi Edukatif: Suatu Pendekatan
Teoretis Psikologis,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 31
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia peran adalah tindakan yang
dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa. Seorang guru merupakan penentu
yang sangat dominan dalam keberhasilan pendidikan peserta didik pada
umumnya, karena guru memilki peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Diantara peranan guru adalah sebagai pengajar, pemimpin kelas,
pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencana pembelajaran, motivator,
supervisor, dan sebagai evaluator.18
Drs. Bukhri Umar menjelaskan tentang peranan guru sebagai pendidik. Dia
menjelaskan bahwa guru adalah pendidik yang menjadi panutan bagi para peserta
didik dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar
kualitas tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.
Peran guru sebagai pendidik berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan anak untuk memperoleh pengalaman-pengalaman lebih lanjut
seperti peningkatan moralitas, keterampilan, spiritual, dan lain sebagainya.19
Syaiful Bahri Djamarah menyebutkan dalam bukunya tentang beberapa
peranan guru diantaranya adalah:
a) korektor, sebagai korektor guru dituntut untuk mampu membedakan nilai
yang baik dan buruk;
b) inspirator, sebagai inspirator guru harus mampu memberikan inspirasi untuk
kemajuan belajar anak didiknya;
c) informator, sebagai informator guru harus mampu memberikan informasi
terkait perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan lain-lain;
d) organisator, dalam bidang ini seorang guru memiliki kegiatan pengolahan
kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender
akademik dan lain-lain;
e) motivator, sebagai motivator guru harus mampu mendorong anak didiknya
agar bergairah, bersemangat, dan aktif dalam belajar;
f) inisitor, dalam peranannya sebagai inisitor, guru harus dapat menjadi pencetus
ide-ide kemajuan dalam kegiatan belajar mengajar;

18
Rusman, Model-model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2011), 58
19
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2011), 83-84
g) fasilitator, sebagai inspirator guru harus mampu memberikan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan peserta didik dalam belajar;
h) pembimbing, peranan ini merupakan peranan yang sangat penting, karena
kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik agar menjadi
manusia dewasa dan bersusila serta cakap dalam segala hal;
i) demonstrator, peran guru yang senantiasa bisa membantu siswa untuk
memahami segala sesuatu dengan cara;
j) pengelola kelas, peran guru dalam mengkondisikan keadaan kelas;
k) mediator, peran guru dalam memberikan pemahaman tentang media
pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya;
l) supervisor, peran guru dalam membantu, memperbaiki dan menilai secara
kritis terhadap sesuatu yang ada dalam proses belajar mengajar; dan
m) evaluator, guru dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan jujur dengan
melakukan penilaian pada aspek ektrinsik dan intrinsik.20
Berdasarkan penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa peran guru
sangat dominan dalam meningkatkan kualitas dan sumber daya para peserta didik.
Hal ini terbukti dengan banyaknya peran yang harus diemban oleh seorang guru.
Sejatinya, guru adalah seorang pribadi yang hasus serba bisa, serba tahu dan
mampu mentrasnferkan ilmu pengetahuan serta menanamkan nilai-nilai kebaikan
kepada peserta didik dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi
yang dimiliki oleh peserta didik. Oleh karenanya, tak heran jika di tanah nusantara
dikatakan bahwa guru adalah seorang pahlawan tanpa tanda jasa.
3) Guru Menurut Jenis Kelamin
Allah SWT menciptakan manusia dengan dua jenis, laki-laki dan
perempuan. Dari segi fisik dan psikis ada perbedaan diantara keduanya dan telah
dibuktikan oleh penelitian-penelitian ilmiah yang dimuat dalam berbagai tulisan
atau media. Namun, perbedaan-perbedaan yang ada tidak menunjukkan
kedudukan yang lebih antara satu belah pihak dengan pihak yang lain. Perbedaan

20
Syaiful Bahri Djamarah, ”Guru dan Anak Didik dalam Interkasi Edukatif”, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2000), 43-48
tersebut sebagai bentuk pembagian peranan dalam proses kehidupan manusia
sehingga keduanya bisa saling melengkapi dan tercipta harmonisasi.21
Telah disinggung di atas bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan secara fisik dan psikis/psikologis. Guru laki-laki dan perempuan secara
psikologis memiliki perkembangan yang berbeda. Seorang perempuan memiliki
sifat keibuan yang lemah lembut, penuh kasih sayang, berperasaan, dan lebih
feminism, sedangkan laki-laki mempunyai sifat kasar dan lebih perkasa.22 Jenis
kelamin menunjukkan pada keseluruhan ciri-ciri yang membedakan manusia
sebagai laki-laki dan perempuan yakni jasmaninya, kejiwaannya, sifatnya, cara
berfikirnya, suara dan gaya perasaannya. Semua perbedaan itu akan berpengaruh
kepada kepribadian dan tingkah laku seseorang dari masing-masing jenis kelamin.
Seperti contoh perbedaan cara mengajar guru laki-laki dan guru perempuan.23
Guru laki-laki dalam menghadapi muridnya lebih banyak mengajar
berdasarkan pengalamannya saat masih belajar, sedangkan guru perempuan lebih
banyak menggunakan sistem pengajaran yang sesuai dengan ketetapan pendidikan
yang berlaku. Dari segi psikis guru perempuan lebih peka terhadap
perasaan/kondisi seorang peserta didik daripada guru laki-laki. 24 Oleh karena itu,
banyak dari guru perempuan menjadi tenaga pendidik atau pengajar bagi peserta
didik usia dini, karena perempuan memiliki sifat keibuan yang lebih telaten dalam
mendidik dan membimbing anak-anak baik di kelas formal atau non formal.
b. Anak Usia Dini
1) Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun dengan pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat. Menurut para ahli, perkembangan intelektual anak
pada masa ini mencapai 80% demikian pesatnya sehingga masa ini dikatakan
masa emas.25

21
Fathiyaturrahmah, Peran Ibu dalam Mendidik Anak, (Jember : STAIN Jember Press, 2013), 66
22
Ibid
23
Lia Zulfatul Muhasanah, “Perbedaan Gaya Mengajar Guru Laki-laki dan perempuan dalam
mengembangkan minat belajar siswa”, (Skripsi, IAIN Jember, 2017), 46
24
Ibid
25
Zulfitria, “Pembelajaran Tahfidz Al-Quran dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini”,..., 36.
Usia dini merupakan masa pembentukan yang paling penting karena
sangat menentukan sikap dan perilaku seseorang di kemudian hari. Apabila anak
usia dini mendapat pembinaan yang tepat, maka anak tersebut akan dapat
bertumbuh kembang secara baik dan optimal.26
Berdasarkan undang-undang tentang pendidikan nasional bahwa
pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan untuk anak-anak
sejak lahir hingga umur 8 tahun, melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam pendidikan tingkat selanjutnya.27
Pendidikan adalah aspek terpenting untuk membentuk karakter bangsa.
Kualitas pendidikan menjadi tolak ukur potret bangsa kedepannya, karena aspek
pendidikan yang menentukan masa depan seseorang. Masa usia dini merupakan
masa yang tepat untuk menanamkan dasar-dasar pendidikan karakter anak, baik
dalam pengembangan bahasa, fisik, sosial, emosional, seni, moral, konsep diri dan
nilai-nilai agama.28
Oleh karena itu, suatu hal yang penting untuk para pendidik, orang tua
untuk menerapkan pembinaan-pembinaan yang baik sesuai dengan nilai-nilai
kebaikan dari segi agama, moral, dan sosial.
2) Prinsip dan Cara Belajar Anak Usia Dini
Beberapa prinsip pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini adalah:
a) Pembelajaran dilakukan berdasarkan perkembangan anak
Tingkat perkembangan anak berbeda-beda, Desmita menyebutkan
beberapa aspek perbedaan yang mempengaruhi perkembangan individual
anak antara lain:
(1) Perbedaan fisik motorik
Perbedaan fisik yang dimaksud adalah perbedaan kemampuan
pendengaran, pemglihatan dalam merangsang ilmu pengetahuan.
(2) Perbedaan intelegensi

26
Fathiyaturrahmah, Peran Ibu dalam Mendidik Anak, ...125.
27
Zulfitria, “Pembelajaran Tahfidz Al-Quran dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini”,..., 37.
28
Ibid, 38.
Secara umum intelegensi dapat dipahami sebagai kemampuan
untuk beradaptasi dengan situasi baru secara tepat dan efektif serta
kemampuan kemampuan untuk memahami hubungan dan mempelajarinya
dengan cepat.
(3) Perbedaan kemampuan berbahasa
Kemampuan bahasa adalah kemapuan seseorang untuk
menyampaikan ide atau gagasan melalui ungkapan kata atau kalimat yang
bermakna, logis dan sistematis. Kemampuan berbahasa pada individual
anak berbeda-beda. Ada anak yang mampu berbahasa dengan jelas dan
mudah dipahami dan adapula yang sebaliknya.
(4) Perbedaan psikologis
Aspek psikologis berkaitan dengan masalah minat, motivasi, dan
perhatian anak saat menerima pelajaran. Salah satu cara yang dapat
dilakukan guru untuk mengetahui keadaan psikologi anak adalah dengan
melakukan pendekatan secara langsung dengan anak sehingga guru dapat
mengetahui perasaan dan kondisi anak sebenarnya.
b) Belajar melalui kegiatan bermain
Bermain merupakan kegiatan utama selama masa perkembangan, pada
saat bermain anak berada pada tahap paling mudah dalam menerima
pengetahuan sehingga bermain merupakan alat yang ideal dalam prose
pembelajaran anak-anak.
c) Lingkungan belajar yang kondusif
Lingkungan yang kondusif akan memicu semangat anak-anak dalam
belajar. Lingkungan yang nyaman dan aman akan mendorong anak-anak
untuk berkonsentrasi dalam menerima ilmu pengetahuan.29
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa setiap anak mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda, begitu pula dengan gaya belajar mereka setiap
anak berbeda-beda. Setiap anak pasti memiliki satu gaya belajar yang paling

29
Nurdini Bismi Fitria, “Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz Al-Quran pada Anak Usia Dini di TK
Mutiara Qurani”, 17.
maksimal dalam meyerap informasi, ilmu dan pengetahuan. Berikut beberapa
klasifikasi gaya belajar yang dominan dimiliki oleh anak, anatara lain:
a) Tipe Visual
Anak visual paling baik belajar dengan melihat gambar, grafik, slides,
demonstrasi, film, dan lain-lain. Anak dengan tipe belajar visual biasanya
cenderung diam dan tidak mudah terganggu dengan kebisingan. Diamnya
anak bisa jadi karena dia terlalu fokus untuk memperhatikan sesuatu yang
dilihatnya, sehingga pembelajaran dengan media-media visual akan lebih
mudah untuk menarik konsentrasi anak.
b) Tipe Auditori
Anak auditori senang belajar dengan mendengarkan orang lain
berbicara dan mendengarkan rekaman. Anak dengan gaya belajar ini
memungkinkan untuk banyak bicara dan perhatiannya mudah teralihkan oleh
kebisingan. Anak auditori lebih mengandalkan indera pendengarannya untuk
menerima informasi.
c) Tipe Kinestik
Anak tipe kinestik menyukai keterlibatan langsung dirinya dalam
pembelajaran. Anak dengan tipe belajar ini cenderung banyak bergerak
selama belajar. Anak senang bermain peran dan menggunakan anggota tubuh
sebagai pengingat, semisal isyarat tangan.30
c. Metode Tahfidz Quran
1) Pengertian Tahfidz Quran
Tahfidz adalah bentuk masdar dari kata haffadza yang berasal dari kata
hafidza yahfadzu artinya menghafal. Sedangkan alquran adalah firman Allah Swt.
yang bernilai mukjizat. Menurut Hasby Ash-Shidieqyy, alquran adalah
“Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan perantara
Malaikat Jibril yang ditilawahkan secara lisan, dan diriwayatkan kepada kita
secara mutawattir”.31 Tahfidzul quran adalah susunan idhofah, yaitu terdiri dari
kata tahfidz dan quran. Jadi secara sederhana tahfidzul quran adalah

30
Ibid, 18
31
Farid Wajdi, “Tahfidz al-Qur‟an dalam Kajian Ulum al-Qur‟an (Studi Atas Berbagai Metode
Tahfidz)”, (Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), 29.
menghafalkan alquran. Tahfidz alquran dapat didefinisikan sebagai proses
menghafal alquran dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam
Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada nabi dan rasul terakhir
dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam mushaf dan dinukil kepada
kita dengan jalan mutawatir.32
Drs. Ahsin W. Al-Hafidz menyebutkan dalam bukunya Bimbingan Praktis
Menghafal Alquran, bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum
menghafal alquran, yaitu:
a) Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori atau
permasalahan yang sekiranya mengganggunya;
b) Niat yang ikhlas;
c) Memiliki kesabaran dan keteguhan;
d) Istiqomah;
e) Menjauhkan diri dari segala maksiat dan sifat tercela;
f) Izin orang tua, wali atau suami; dan
g) Mampu membaca alquran dengan baik.33
2) Pembelajaran Tahfidz Quran Anak Usia
Dini
Anak usia dini memiliki ingatan dan daya rekam yang sangat kuat terhadap
informasi yang diperoleh dari panca inderanya. Ahsin W. Al-Hafidz menjelaskan
bahwa usia yang ideal untuk menghafal adalah berkisar dari usia 6-21 tahun. 34
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran tahfidz sepatutnya untuk diajarkan
lebih awal terhadap anak-anak, karena informasi yang diterima oleh anak-anak
akan lebih cepat tersimpan dalam memori mereka sesuai dengan daya ingat yang
masih sangat kuat.
Mengenai pengajaran alquran kepada anak, al-Hafiz as-Suyuthi
berpendapat, “pengajaran alquran pada anak merupakan dasar pendidikan Islam
pertama yang harus diajarkan pertama kali. Ketika anak anak masih berjalan pada
fitrahnya selaku manusia suci tanpa dosa, merupakan lahan yang paling terbuka

32
Munjahid, Strategi Menghafal Al-Quran 10 Bulan: Kiat-kiat Sukses Menghafal al-Quran,
(Yogyakarta: Idea Press, 2007)
33
Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994),
48.
34
Ibid, 61
untuk mendapatkan cahaya hikmah yang terpendam dalam alquran, sebelum hawa
nafsu yang ada dalam diri anak mulai mempengaruhinya dan mengajaknya pada
kesesatan dalam bentuk maksiat”. Anak usia tiga tahun sudah dapat diajarkan
alquran sebagaimana kata Abu „Asim, Aku pergi ke rumah Ibnu Juraij dengan
membawa anakku yang saat itu masih usia tiga tahun agar dia dapat belajar
alquran dan hadits kepadanya. Aku mengatakan, “Tidak ada masalah apabila
seorang anak diajarkan alquran dan hadits pada usia tiga tahun atau lebih”.35
Menghafal alquran bagi anak-anak dapat dilakukan di lembaga-lembaga
pendidikan berbasis qurani baik formal maupun non formal. Pada umumnya
hafalan anak usia dini dimulai dari juz 30 atau juz ‘amma. Hal ini sesuai dengan
yang disampaikan oleh Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid bahwa alquran juz
30 memiliki kelebihan untuk dihafal anak usia dini, karena:
a) Napas anak kecil mampu melantunkannya, karena napas anak kecil cenderung
memiliki napas yang pendek sehingga belum mampu mengucapkan kalimat
yang panjang secara langsung.
b) Mudah dihafal dengan banyaknya pemisah. Ayat-ayat pendek dalam juz 30
menjadikan anak lebih ringan dalam menghafal.
c) Tidak sulit dilantunkan oleh lidah karena iramnya senada. Ayat dalam juz 30
memiliki kemiripan huruf atau pengucapan yang memudahkan anak
mengucapkannya.36
Menghafal alquran sejak dini telah dilakukan oleh para ulama‟ besar
terdahulu, diantaranya adalah Imam Syafi‟i (hafal alquran pada usia tujuh tahun),
Sahl bin Abdullah at-Tsauri (hafal alquran pada usia enam tahun), Abu
Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman al- Ashbahani (hafal
alquran pada usia lima tahun).37 Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa
sangat mungkin sekali menjadikan anak hafidz sejak usia dini sebagaimana
contoh-contoh ulama‟ terdahulu.
3) Metode Tabarak dalam Pembelajaran Tahfidz Quran

35
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Mendidik Anak bersama Rasulullah, (Bandung: Al-
Bayan, 1984), 139
36
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik Anak,
(Yogyakarta: Pro U Media, 2010), 338.
37
Fathiyaturrahmah, Peran Ibu dalam Mendidik Anak, ...129-130
Dalam penelitian ini yang fokus pada peran guru perempuan dalam
pembelajaran tahfidz quran anak usia dini di PTQ Anak dan Balita PP Nurul
Islam Antirogo Sumbersari Jember, peneliti menggunakan pendekatan metode
tabarak. Metode ini dirumuskan oleh Syeikh Dr. Kameel el-Laboody dari Mesir.
Pada awalnya, syeikh ini hanya menulis setiap perkembangan buah hatinya yang
bernama tabarak, agar kelak bisa dijadikan evaluasi untuk mengajarkan adik-
adiknya. Hasilnya Tabarak dan adik-adiknya mampu menghafal alquran dengan
mutqin dalam jangka waktu 1,5 tahun. Oleh karenanya, kata tabarak ini
dinisbahkan kepada anak yang bernama Tabarak (Putra dari Syekh Dr. Kameel el-
Laboody) yang dinobatkan sebagai hafidz termuda sedunia dengan usia 5 tahun.
Adiknya yang bernama Yazid juga memiliki prestasi yang demikian. Pada tahun
berikutnya dia dinobatkan sebagai hafidz termuda sedunia dengan usia 4,5 tahun.
Catatan-catatan yang dibuat oleh Dr. Kamil itu kemudian diperbanyak dan
menjadi panduan dalam program tahfidz alquran anak dan balita.38
Metode tabarak ini membagi pembelajaran tahfidz alquran anak menjadi 7
bagian masing-masing dalam periode 4 bulan, antara lain yaitu:
a) Level 1, menghafal juz 30 dan pengenalan huruf-huruf hijaiyah dengan
harakat;
b) Level 2, menghafal juz 29 dan pengenalan huruf-huruf hijaiyah yang sudah
dirangkai;
c) Level 3, menghafal Al-Baqarah dan Ali Imran. Di level ini anak-anak sudah
menghafal sambil menunjuk bacaan di mushaf;
d) Level 4, menghafal An Nisa sampai Al Anfal;
e) Level 5, menghafal At Taubah sampai Thoha;
f) Level 6 : menghafal Al Anbiya sampai Faathir; dan
g) Level 7, menghafal Yasin sampai At Tahrim.39
Pembelajaran di PTQ Nuris sendiri masih ada tiga timeline/level. Hal ini
disebabkan karena lembaga ini masih baru saja berdiri sehingga proses

38
BASRA (Berita Anak Surabaya), “Metode Tabarok Memudahkan Balita Hafal Quran”, dalam
https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/metode-tabarok-memudahkan-balita-hafal-alquran-
1r3u1eHtdmf (Diakses pada tanggal 17 November 2019)
39
Ibid
pembelajaran yang ada saat ini hanyalah tiga timeline/level yang disesuaikan
dengan jumlah dan kemampuan peserta didik di PTQ tersebut. Tiga timeline/level
belajar yang dimaksud yaitu (1) level 1, menghafal juz 30 dan pengenalan huruf-
huruf hijaiyah dengan harakat, (2) level 2, menghafal juz 29 dan tilawati dan (3)
level 3, menghafal juz 1 dan tahsin.

G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian field research (penelitian lapangan). Penelitian kualitatif digunakan oleh
penulis karena berusaha untuk meneliti gerakan sosial dengan fenomena-fenomena yang
terjadi terhadap keberhasilan anak usia dini dalam menghafal alquran yang dibimbing
oleh guru perempuan dengan peran dan metodenya, khususnya dalam bentuk pelaksanaan
tahfidz di PTQ Anak dan Balita Pondok Pesantren Nurul Islam Antirogo Sumberari
Jember.
Field Search atau penelitian lapangan digunakan penulis karena untuk
memperoleh data-data tentang peranan guru perempuan terhadap tahfidz anak usia dini
yang spesifik dan realis tentang peran guru perempuan 40
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih penulis adalah di PTQ Anak dan Balita Pondok
Pesantren Nurul Islam Antirogo Sumberari Jember. Penulis memilih lembaga tersebut
karena:
a. Lembaga PTQ Anak dan Balita adalah lembaga pendidikan Tahfidz untuk Anak dan
Balita yang pertama di Jember. Lembaga ini menjadi unik karena sasaran atau peserta
didiknya terbatas pada usia 3-10 tahun.
b. Lembaga berada di lingkungan yang bernafaskan Ahlussunnah Wal Jama‟ah
An- Nahdhiyah.
c. Fasilitas pendukung terselenggaranya kegiatan di PTQ ini cukup memadai untuk
memikat semangat peserta didik dalam menghafal alquran.
3. Jenis dan Sumber Data

40
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018),
26
Sumber data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil dari penelitian lapangan dengan observasi dan wawancara penulis
tetapkan sebagai sumber pokok dan sumber data primer. Sedangkan sumber data
tambahan atau sekunder dalam penulisan penelitian ini adalah buku-buku ilmiah, profil
TPQ Anak dan Balita, tesis, skripsi, dan jurnal online.
4. Teknik Penentuan Informan
Teknik penetuan informan pada penelitian ini adalah mengunakan mekanisme
disengaja atau purposive sampling. Yakni peneliti telah menetapkan informan sebelum
melakukan penelitian secara langsung. Dalam penelitian ini, informan yang ditetapkan
oleh peneliti adalah pimpinan lembaga PTQ Anak dan Balita, dan beberapa guru tahfidz
perempuan PTQ Anak dan Balita sebagai sumber informasi dalam penelitian ini.41
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan tiga teknik, yaitu
dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. wawancara menjadi cara utama
bagi peneliti dalam mengumpulkan data.
a. Observasi
Observasi peneliti lakukan ketika kegiatan belajar mengajar di PTQ Anak dan
Balita itu berlangsung yaitu pada hari Senin sampai Jumat tepatnya pada jam 14.00-
16.00. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui proses menghafal peserta didik PTQ
dan metode guru perempuan dalam menemaninya atau membimbingnya ketika
belajar. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai observer partisipan yaitu peneliti
sendiri sebagai observer tinggal dalam waktu terbatas untuk melakukan penelitian,
yaitu peneliti ikut kelas dalam proses pembelajaran di PTQ Anak dan Balita.
b. Wawancara
Teknik wawancara pada penelitian ini adalah teknik wawancara tak terstruktur
yang bertujuan untuk meminamilisir kekakuan para informan dan narasumber dalam
memberikan informasi namun tidak keluar dari tujuan dalam menggali informasi.
Dalam menggali dan memperoleh data, peneliti melakukan wawancara kepada
pimpinan PTQ data guna sebagai orang yang memiliki peranan terpenting di lembaga

41
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2016), 140
tersebut dan kepada beberapa guru perempuan guna untuk memperoleh data sesuai
dengan masalah yang hendak diteliti oleh penulis.
c. Dokumentasi
Untuk menambah data dan informasi maka peneliti melakukan studi
dokumentasi dengan mencari dan mengamati dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan penelitian ini baik dokumen resmi ataupun non resmi. Dokumen resmi yaitu
dokumen yang dikeluarkan oleh lembaga berupa data-data tertulis yang ditulis oleh
pihak pengelola lembaga PTQ Anak dan Balita. Dokumen non resmi adalah dokumen
yang dimiliki oleh personal orang yang terlibat dalam proses terselenggaranya
program di PTQ ini, dalam hal ini dokumen diperoleh catatan yang dimiliki oleh guru
secara pribadi dan tidak tertulis dalam dokumen lembaga tersebut.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis model
Miles dan Huberman yang mana aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif
dan terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data
yaitu:
a. Pengumpulan data (Data Collection)
Peneliti melakukan pengumpulan data kurang lebih selama satu bulan. Selama
kurun waktu satu bulan tersebut, peneliti berusaha memperoleh data yang sangat
banyak dan bervariasi yang dilakukan dengan wawancara kepada para pengajar dan
pengurus yang ada di PTQ Anak dan Balita PP. Nurul Islam Jember.
b. Reduksi data (Data Reduction)
Reduksi data penulis lakukan dengan cara menulis ulang catatan-catatan yang
diperoleh dari hasil dari hasil tahap pertama. Setelah itu, penulis membaca ulang
catatan yang telah tersusun dengan rapi kemudian memilah informasi yang penting
dan yang sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini dengan cara
memberikan tanda-tanda.
c. Penyajian data (Data Display)
Tahap selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data dalam penelitian ini
disajikan dengan bentuk uraian singkat atau naratif untuk menemukan hasil penelitian
yang lebih efektif. Dengan menyajikan data, maka memudahkan peneliti untuk
memahami apa yang terjadi dan dengan mudah merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami.
d. Verifikasi
Teknik terakhir dalam analisis data ini adalah verifikasi, yaitu suatu tahap
lanjutan untuk menarik kesimpulan dari temuan data. Kesimpulan penelitian ini
merupakan temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti
melakukan pemeriksaan yang telah didapat sehingga menghasilkan kesimpulan yang
kredibel.42
7. Teknik Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan teknik
triangulasi sumber, yakni membangdingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Tringulasi sumber pada penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan data hasil
pengamatan peneliti dengan data hasil wawancara.43
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian ini menguraikan rencana penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti. Tahap-tahap penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tahap Pra Penelitian
1) Menyusun rancangan proposal penelitian
2) Menentukan lokasi penelitian
3) Mengurus perizinan
4) Menyiapkan perlengkapan penelitian
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Memahami latar belakang dan tujuan penelitian
2) Memasuki lokasi atau lapangan penelitian
3) Mencari sumber data yang telah ditentukan objek penelitian
4) Menyempurnakan data yang belum lengkap
c. Tahap Pasca Penelitian
1) Menganalisa data dengan menggunakan prosedur penelitian yang telah ditetapkan

42
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2018), 134-141
43
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, ...330
2) Menyusun atau menyajikan data yang diperoleh dalam bentuk laporan
3) Menyampaikan atau mempresentasikan laporan hasil penelitian
4) Memperbaiki atau merevisi laporan hasil penelitian yang telah disempurnakan
5) Menerbitkan laporan hasil penelitian dalam bentuk artikel jurnal

H. Sistematika Pembahasan
Penulisan ini akan dibagi menjadi lima bab dalam pengkajiannya, dan masing-masing
bab akan dibagi menjadi sub pembahasan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah serta sistematika
pembahasan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, pada bab ini berisi tentang penelitian terdahulu dan
kajian teori. Penelitian terdahulu memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan
saat ini. Sedangkan kajian teori berisi tentang teori yang terkait dalam penelitian sehingga
berguna dalam prespektif penelitian.
BAB III Metode Penelitian, pada bab ini berisi tentang pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik penentuan informan, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, teknik keabsahan data, dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA, pada bab ini berisi tentang
gambaran objek penelitian, penyajian data dan analisis data serta pembahasan temuan yang
diperoleh di lokasi penelitian.
BAB V PENUTUP, pada bab ini memuat kesimpulan dan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti dan saran-saran yang bersifat konstruktif.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Al-Hafidz, Ahsin W. 1994. Bimbingan Praktis Menghafal al-Quran. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Peserta Didik Dalam Interkasi Edukatif: Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathiyaturrahmah. 2013. Peran Ibu dalam Mendidik Anak. Jember: STAIN Jember Press.
Hurlock, Elizabeth B. 1988. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Lajnah Pentashihan Al-Quran. 2011. Memelihara Kemurnian Al-Quran: Profil Lembaga Tahfidz
Al-Quran di Nusantara. Jakarta: Lajnah Pentashihan Al-Quran.
Moleong, Lexy J. 2018. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al-Quran 10 Bulan: Kiat-kiat Sukses Menghafal al-Quran.
Yogyakarta: Idea Press.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Sugiono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Supardi. 2014. Kinerja Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafidz. 2010. Prophetic Parenting Cara Nabi Mendidik Anak.
Yogyakarta: Pro U Media.
Suwaid, Muhammad Nur Abdul Hafizh. 1984. Mendidik Anak bersama Rasulullah. Bandung:
Al-Bayan.
Umar, Bukhari. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Skripsi/Tesis
Fitria, Nurdini Bismi. 2016. “Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidz Al-Quran pada Anak Usia Dini
di TK Mutiara Qurani”. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta.
https://doi.org/10.31004/aulad.v2i2.30
Muhasanah, Lia Zulfatul. 2017. “Perbedaan Gaya Mengajar Guru Laki-Laki dan Perempuan
Dalam Mengembangkan Minat Belajar Siswa”. Skripsi, IAIN Jember.
Rahmawati, Nanik. 2016. “Kiat-Kiat Pengelola Pondok Pesantren Al-Marjan Dalam
Menyelenggarakan Program Tahfidz Quran (Jalan Veteran Kelurahan Nusa Indah
Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu)”. Tesis, Universitas Negeri Yogyakarta.
http://respository.unib.ac.id/id/eprint/3892
Sikahtun, Nur. 2010. “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Kemampuan Menghafal
Santri Pondok Pesantren Tahfidz Asy-Syarifah Brumbung Mranggen Demak”. Tesis,
IAIN Walisongo. http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3184
Supriatman, Yan Yan. 2017. “Pendidikan Tahfidz al-Quran di Pesantren Tahfidz Quran Fantastis
Depok Jawa Barat dan Dampaknya Terhadap Karakter Santri”. Tesis, UIN Sunan
Kalijaga. http://digilib.uin-suka.ac.id/28404/
Telambauna, Dasriman. 2014. “Motivasi Santri Memenuhi Kebutuhan Menghafal Al-Quran 30
Juz di Pesantren Tahfidz Quran Yatim Insani Yogyakarta”. Skripsi, UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/11234
Wajdi, Farid. 2008. “Tahfidz al-Qur‟an dalam Kajian Ulum al-Qur‟an (Studi Atas
Berbagai Metode Tahfidz)”. Tesis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jurnal
Anwar, Sumarsih. Agustus 2017. “Penyelenggaraan Pendidikan Tahfidz al-Quran pada Anak
Sekolah Dasar di Pondok Pesantren Nurul Iman Tasikmalaya”. Dalam Jurnal Edukasi,
Vol. 15 No. 2. https://jurnaledukasikemenag.org/index.php/edukasi
Fatiyaturrahmah. April 2016. “Bias Gender dalam Tradisi Tahfiz Al-Qur‟an: Pandangan
Para Pegiat Tahfiz al-Qur‟an tentang Peran Perempuan dalam Menjaga Transmisi al-
Qur‟an”. Dalam Jurnal An-Nisa’, Vol. 9 No. 1.http://ejournal.iain-
jember.ac.id/index.php/annisa/article/view/599
Ferdinan. Juni 2018. “Pelaksanaan Program Tahfidz al-Quran (Studi Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Gombara Sulawesi Selatan)”. Dalam Jurnal Tarbawi, Vol. 3 No. 1.
https://doi.org/10.26618/jtw.v3i01.1379
Sumitra, Agus Sumitra dan Nita Sumini. Juli 2019. “Peran Guru dalam Mengembangkan Minat
Baca Anak Usia Dini Melalui Metode Read Reload”. Dalam Jurnal Ilmiah Potensia, Vol.
4 No. 2. https://doi.org/10.33369/jip.4.2.115-120.
Zulfitria. Juni 2016. “Pembelajaran Tahfidz Al-Quran dalam Pendidikan Karakter Anak Usia
Dini”. Dalam Jurnal Darul Ilmi, Vol. 1 No. 2.
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/darul/article/view/1478

Internet
BASRA (Berita Anak Surabaya), “Metode Tabarok Memudahkan Balita Hafal Quran”, dalam
https://kumparan.com/beritaanaksurabaya/metode-tabarok-memudahkan-balita-hafal-
alquran-1r3u1eHtdmf (Diakses pada tanggal 17 November 2019)

Anda mungkin juga menyukai