Nurul Hikmah1
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Nurul.hikmah@uinjkt.ac.id
Baeti Rohman2
baetirohman@ptiq.ac.id
Nur Afif3
Institut PTIQ Jakarta
nurafif@ptiq.ac.id
ABTRAKSI
Penelitian ini membahas kurikulum pendidikan anak usia dini tahfidz Al Qur’an
mengetahui deskripsi kurikulum pendidikan anak usia dini tahfidz Al Qur’an berbasis
menggunakan penelitian kualitatif dari penelitian ini maka ditemukan hasil penelitian bahwa
kurikulum pendidikan anak usia dini tahfidz Al Qur’an berbasis developmentally appropiate
practice di RA bait Qur’any memiliki tiga dimensi yaitu kesesuaian dengan perkembangan
usia(age), kesesuaian dengan pertmbuhan individu (individual growth patterns), dan kesesuaian
Kata Kunci: Kurikulum pendidikan, kurikulum pendidikan anak usia dini, Kurikulum
ABTRACTION
This study discusses the curriculum for early childhood education tahfidz Al Qur'an based on
developmentally appropiate practice at RA Bait Qur'any. This study aims to determine the
description of the curriculum for early childhood education tahfidz Al Qur'an based on
developmentally appropiate practice at RA Bait Qur'any. Based on the discussion using
qualitative research from this study, it was found that the results of the research that the
appropiate practice at RA Bait Qur'any has three dimensions, namely compatibility with age
development (age), conformity with individual growth. (individual growth patterns), and
PENDAHULUAN
Anak usia dini dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) dimulai sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. 1 Untuk itu usia dini, juga
dapat disebut dengan fase pra tamyîz, memngingat menurut para fuqaha’, tamyiz itu di usia 7
tahun, jika ditinjau dari usia, walaupun ada pendapat tamyiz tidak dilihat dari usia tapi dari
kematangan berfikir. Maka usia sebelum itu disebut denga pra tamyiz .walaupun ada pendapat
Kata tamyîz dalam Islam memiliki makna anak kecil mumayyiz yang telah mampu
memahami khithab (perintah Allah) dan memberikan jawaban sederhana atas masalah yang
dihadapi. Fase tamyîz tidak ditentukan usia. Justru nampaknya batasan tamyîz itu dengan
1
Bredekamp, Sue, Developmentallay Appropriat Practice in early Childhood Programs Serving Children
From The Birth Through Age 8 , Washington: National Association for the Education of Young Children, 1992,
h. 5-6. Musthafa Bahruddin, Perkembangan Anak Usia Dini dan Implikasinya bagi Penulisan Buku Ajar,
Yogyakarta: Makalah Pelatihan Penulisan Buku Ajar Bagi Dosen Program DII PGTK Se-Indonesia, 2002, h. 2.
Tadkirotun Musfiroh, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Panduan Bagi Guru Taman Kanak-kanak, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan
Tenaga Pendidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005, h. 1.
2
Nurul Hikmah, Born To Be Star, KOnvergensi Pendidikan dalam Al-Qr’an dan Implikasinya pada
Pendidikan ANak USia Dini, Ciputat, Bait Qur’any Multimedia, 2017, h. 9.
kemampuan memahami. Makna tamyîz itu tidak ada batasan, kadang-kadang datang begitu
cepat, kadang-kadang juga terlambat. Ini terlihat dari segala sesuatu yang keluar dari
perbuatan (fi’liyah).3
Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup manusia, menjadi dasar dalam pendidikan anak usia
dini sejak awal perkembangan pendidikan Islam anak usia dini. Hal ini di dukung oleh pendapat
Ibn Sina yang mengatakan bahwa anak-anak mulai belajar di kuttab adalah anak-anak yang
berusia 3- 5 tahun. Kuttab awalnya sebagai tempat belajar baca tulis, namun perkembangan
berikutnya setelah para penghafal al-Qur’an banyak yang mengajar kuttab, maka menghafal al-
Qur’an menjadi materi di sana. Kemudian pada zaman Khalifah Abu Bakar, di kuttab
dipelajari al-Qur’ā n dan pokok-pokok agama Islam.. Pendapat ini berdasarkan keterangan Ibn
Sahnun, seorang pendidik abad ke tiga Hijrah dan riwayat yanng bersumber dari tokoh
pendidik terkenal abad keempat Hijrah al-Qabisi. Al-Qabsai adalah guru di kuttab.
Menurutnya juga di kuttab anak-anak tidak hanya belajar al-Qur’ā n dan dasar-dasar agama saja
melainkan belajar keterampilan hidup dan juga pendidikan jasmani seperti berenang, berkuda
dan memanah.4
Pemahaman awal Al-Qur’an telah mampu menghantarkan generasi pada kejayaan Islam
menjadi generasi ulama besar. Misal imam asyafi’I hafal Al-Qur’an usia 7 tahun, Ibn Sina hafal
Al-QUr’an 9 tahun, Muhammad Al-Fatih hafal Al-QUr’an usia 9 tahu. Bukti sejarah
tentang pengaruh Tahfidz Al-Qur’an sejak dini memiliki pengaruh jangka Panjang pada anak
usia dini dibuktikan pada penelitian psikologi bahawa usia kanak – kanak atau yang biasa
disebut oleh para ahli Psikologi sebagai usia emas (Golden Age), terbukti sangat menentukan
3
Huzaemah Tahido Yanggo, Fiqh Anak, Metoda Islam dalam Mengasuh dan Mendidik Anak serta
Hukum-Hukum yang berkaitan dengan aktivitas Anak, Jakarta: Al-Mawardi Prima: 2004, h. 208.
4
Nata, Abuddin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Rajawali Pers, 1998, h. 197.
sekitar 50% variabiitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20 % sisanya pada pertengahan atau
akhir dasawarsa merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Dengan
demikian jika di usia dini perkembangan anak diwarnai oleh Al-Qur’an, maka 50 % dari
Salah satu alternatif yang memberi banyak peluang untuk mengembangkan secara kreatif
potensi anak sejak dini, yaitu melalui penerapan kurikulum berbasis Developmentally
Appropiate Practice(DAP), merupakan pendekatan dalam pendidikan yang didasarkan dari hasil
penelitian tentang bagaimana anak berkembang dan belajar, dan apa yang diketahui tentang
RA Bait Qur’any merupakan Lembaga pendidikan tahfidz Al-Qur’an anak usia dini
yang memiliki karakteristik kelambagaan. Dari sisi kelembagaan RA Bait Qur’any menerapkan
model integrasi sekolah dan keluarga, integrase pembelajaran tsaqofah islam dan sains, integrase
tahfidz Al-Qur’an, tarjamah Al-Qur’an perkata dan tafsir global. Disamping itu banyak
penelitian yang telah membuktikan jika pembelajaran di Bait Qur’any ramah terhadap
perkembangan anak, diantaranya Ahmad (2021) membahan peran guru terhadap pendidikan
karakter,5 Nur Afif (2021) pembelajaran karakter kemandirian dengan pembelajaran tahfidz Al
Qur’an,6 Durrotul Fikriyyah yang membahas tentang pembelajaran karakter pendidikan anak
usia dini dengan metoda pembelajaran di Bait Qur’any, 7 Ahmad Sunhaji (2021) tentang peran
guru terhadap pendidikan karakte, demikian juga Rani dalam penelitiaanya tentang evaluasi
RA Bait Qur’an,8 berikut nya menurut Dahliani dkk (2021) tentang pennanaman nilai Al-
5
Ahmad Zain Sarnoto dan Ely Budianty, Karakteristik pembelajaran Quantum Learning di lembaga
pendidikan anak usia dini aṣ-ṣibyā n Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 5, No.2, Desember 2021.
6
Nur Afif, Pembelajaran karakter kemandirian dengan pembelajaran tahfidz Al Qur’an , Jurnal Kajian Islam
Al Kamal Volume 1, Nomor 1 Mei 2021 2021
7
Durrotul Fikriyyah Konsep Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Tesis Prodi Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.2021
8
Rani, Evaluasi Penerapan Program Tahfidz untuk Anak Usia Dini di RA Bait Qur’any (RA-BQ) At-
Tafkir, Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurua: 2021.
9
Qur’an dengan tahfidz Al Qur’an di RA Bait Qur’any ramah terhadap perkembangan anak.
berdasarkan hal tersebut Penelitian ini akan focus pada kurikulum pendidikan anak usia dini
LANDASAN TEORI
memberikan laporan tentang Developmentally Appropiate Practice (DAP) untuk anak usia
sejak lahir samapi usia 8 tahun. Menurut –anak dalam mengembangkan kehidupannya sampai
dewasa, dan karakteristik pribadi yang bagaimana yang harus dipupuk sehingga kelak mereka
dapat berkontribusi untuk masyarakat yang damai, makmur dan demokratis. Pada dasarnya
DAP adalah seperangkat pedoman yang menyarankan konten atau isi kurikulum dan dalam
anak. Menurut NAEYC (Bredekamp, 1987) bahwa konsep DAP memiliki tiga dimensi yaitu
growth patterns), dan kesesuaian dengan kultur anak(cultural) NAEYC bahwa pendidikan harus
sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak itu sendiri. Komitmen NAEYC untuk bertindak
atas nama anak-anak misinya adalah untuk mempromosikan pendidikan yang berkualitas tinggi.
Untuk itu program pendidikan harus dikembangkan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
mengartikaulasikan tujuan untuk perkembangan anak. Prinsip-prinsip dalam praktik yang sesuai
dengan perkembangan anak dianjurkan dalam pernyataan selanjutnya tujuan untuk anak-anak
9
Dahliani, Anita Yus, Masganti Sitorus, Development Analysis of Ability Memorizing the Qur'an on Early
Childhood in PAUD Bait Qurany Saleh Rahmany, Banda Aceh,Indonesia. Budapest International Research and
Critics in Linguistics and Education (BirLE) Journal Volume 2, No 4, November 2019, Page: 185-190
Nenden Ineu. , Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
10
menggambarkan konten atau materi pelajaran untuk anak-anak belajar, identifikasi proses
berkenaan dengan apa yang harus dilakukan guru untuk membantu anak-anak belajar, dalam
mencapai tujuan kurikulum dengan konteks dimana mengajar dan belajar terjadi, lebih jelas. 11
Mencangkup tiga komponen yaitu; (1)komponen konten meliputi isi atau materi pelajaran,
tujuan umum dan tujuan khusus,(2) komponen proses yang menggambarkan pedagogi
pelajaran, bagaimana guru mengajar dan cara-cara anak belajar untuk mencapai tujuan umum
dan tujuan khusus kurikulum, dan (3)komponen konteks, yang menggambarkan pengaturan
sejumlah pengalaman belajar yang dirancangkan dibawah tanggung jawab sekolah untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan”. Senada dengan Piet A Sahertian, Sukmadinata berpendapat
belajar yang disediakan bagi anak di sekolah. Piet A Sahertian dan Sukmadinata memaknai
kurikulum sebagai pengalaman belajar. Hal ini mengandung arti bahwa kurikulum yang di
11
Young Children Carol Gestwicki.(2008) .Developmentally Appropiate Practice : Curriculumand
DevelopmentIn Early Education. Canada : Thomson Delmar Learning Child Departement Center(tanpa
tahun)DevelopmentallyAppropiatePractice (on line)http//www.tr,wou.edu/train/ededap.htm
12
Nenden Ineu. , Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Developmentally Appropiate Practice Untuk Menumbuhkembangkan Kecerdasan Interpersonal Dan Kecerdasan
Intrapersonal, h. 2.
Sahertian, Piet A, Konsep Dasar Dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan
13
kurikulum adalah sebagai: “Kurikulum adalah sejumlah pengalaman dan uji coba dalam proses
kurikulum adalah rencana tertulis tentang kemampuan yang harus dimiliki berdasarkan standar
Nasional, materi yang perlu dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk
mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu dilakukan untuk menentukan tingkat
pencapaian kemampuan peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan dengan
pengalaman belajar peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya pada satuan
pendidikan tertentu.15
Practicec (DAP) atau praktik yang sesuai dengan perkembangan (Wortham, 2006), dan teori
kcerdasan majemuk (Multiple intelligence) yang dikembangkan oleh Howard Gardner (1986)
METODOLOGI PENELITIAN.
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian lapangan (field research) yang dikategorikan ke
dalam penelitian kualitatif. Pengertian penelitian lapangan secara sederhana adalah penelitian
Metode kualitatif dipilih agar dapat diketahui data secara holistik dengan cara peneliti
membaur dengan objek secara langsung. Dengan hal tersebut diharapkan peneliti dapat
mengetahui seluk beluk yang ada di lapangan dan menuliskannya dalam data hasil penelitian
sekaligus menganalisisnya. Dengan metode kualitatif, peneliti tidak akan disibukkan untuk
14
Khaeruddin,. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Konsep dan Implementasinya di Madrasah,
Jogyakarta: Nuansa Aksara, 2007, h. 26.
15
Ulpah Maspupah,, Pengembangan Kurikulum di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, YIN YANG.
Vol. 13 No. 1 2018, h. 135
16
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 32.
menghitung angka-angka dan menginstrumenkannya seperti dalam penelitian kuantitatif 17 dan
Adapun jenis penelitian kualitatif yang penulis pilih dan dianggap relevan dengan
Adapun berdasarkan jenis datanya, maka jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Data tertulis (literatur research). Jenis data tertulis dalam hal ini berupa buku-buku, jurnal,
b. Data dokumentasi. Jenis data dokumen dalam hal ini berupa sejarah, akta pendirikan,
c. Data lapangan. Adapun materi atau data yang dicari di lapangan yang dimaksud dalam hal
Adapun berdasarkan sumber datanya, maka penelitian ini terbagi ke dalam dua sumber,
Pertama sumber primer; data yang hanya didapat dilapangan Objek penelitian – pada
a. Dokumen (studi dokumen) tentang Lembaga yang dikaji, baik itu berupa sejarah, akte
b. Wawancara(hasil wawancara) – dengan siapa saja dan apa yang ingin didapatkan dari orang
tsb
Kedua sumber sekunder; berupa buku, jurnal, makalah dll yang berhubungan dengan
masalah penelitian.
Robert L. Bogdan & Sari Knoop Biklen, “ Qualitative Reseach For Education an Introduction to
17
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu:
a. Observasi
Melalui observasi penulis melakukan pengamatan langsung kepada obyek penelitian, yaitu
b. Wawancara
slip, dan perekam suara. Pedoman wawancara diperlukan agar pertanyaan-pertanyaan yang
dikemukan ketika melakukan wawancara lebih sistematis dan terfokus pada hal-hal yang
c. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan teknis dokumentasi untuk mendapatkan
data-data yang bersifat dokumenter. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa ada data-data
penting di lembaga pendidikan yang akan diteliti yang terdokumen seperti sejarah pendirian,
brosur, foto-foto, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.
d. Penelusuran Referensi
Penelusuran referensi dalam hal ini berguna untuk mencari buku-buku, jurnal, disertasi,
yang berkaitan dengan topik penelitian penulis. Melalui penelusuran referensi, penulis juga
mencari dan mengumpulkan kajian teori yang akan berguna untuk penyusunan penelitian
ini.
satu pola kategori, dan satuan urutan data. Menurut Bogdan dan Biklen dalam kutipan Imron
Arifin,18 mengatakan “analisis data merupakan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematik
transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk
keseluruhan kepada orang lain”. Selanjutnya teknis analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif, yaitu analisis yang menghasilkan atau menggambarkan keadaan
Secara rinci langkah-langkah analisis data dapat dilakukan dengan mengikuti cara yang
dikemukakan oleh Miles dan Huberman, yaitu; reduksi data, display data, mengambil
a. Reduksi Data
Reduksi data ialah proses penyederhanaan data, memilih hal-hal yang pokok yang
sesuai dengan fokus penelitian. Dengan cara ini data penelitian yang sangat banyak dipilih
sesuai keterkaitan topik riset sehingga keberadaannya dapat dianalisis dengan mudah.
Kegiatan reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dan berdiri sendiri dari proses
analisis data, akan tetapi merupakan bagian dari proses itu sendiri.
b. Display Data
mudah untuk dianalisis dan disimpulkan. 21 Proses ini dilakukan dengan cara membuat
matrik, diagram atau grafik. Dengan hal tersebut diharapkan peneliti dapat menguasai data
18
Arifin Imron, “Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan”, (Malang: Kalimasahada,
1999), h. 84.
19
Arikunto, Suharsimi, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 353.
20
Mathew B. Miles & A. Michael Huberman, “ Qualitative Data Analysis”, (London: Sage
Publications, 1984), h. 21.
21
Lexy J. Meleong, “Metode Penelian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), h.
190.
Mengambil kesimpulan dan verifikasi merupakan langkah ketiga dalam proses analisis,
langkah ini dimulai dengan memaparkan pola, judul, hubungan, hal-hal yang sering timbul,
hipotesis dan sebagainya yang mengarah pada topik riset dan diakhiri dengan menarik
HASIL PENELITIAN
Karakteristik kurikulum RA Bait Qur’any dapat dilihat pada dasar kurikulum dan isi
kurikulum.
Kurikulum RA Bait Qur’any berdasarkan pada Islam ( al-Qur’an dan Sunnah) dan
berdasarkan psikologi.
Tujuan RA Bait Qur’any (BQ) yaitu mengoptimalkan potensi penghambaan diri pada
Allah dan mengoptimalkan potensi kepemimpinann yang ada pada diri anak dalam setiap
aktifitas anak sehari-hari dan mempersiapkan anak masuk pada fase mumayyiz, dimana anak
diharapkan dapat membedakan antara baik dan buruk sesuai dengan aturan Allah. Kurikulum
RA BQ berdasarkan religi tampak pada tujuan ini. Selain itu juga dasar religi kurikulum RA
berdasarkan religi (aqidah Islam). Ini dapat dilihat dalam dalam isi (materi) kurikulum RA BQ.
1.Tsaqofah Islam
Kurikulum tsaqofah Islam pada RA BQ terdiri dari materi tentang aqidah, syariah, al-
Qur’an, hadits, syirah nabi, dan do’a. Pertama, materi aqidah. Materi ini membantu anak
untuk mengetahui dari mana asal manusia, hewan dan tumbuhan, dan akan kemana akhir
kehidupan semuanya dan bagaimana manusia, hewan dan tumbuhan hidup di dunia. Kedua,
materi syari’ah; kurikulum ini diharapkan dapat mengenalkan dasar-dasar syariat, sepert;i
wudhu’, shalat, aurat, muhrim, halal, haram, najis, tata cara pergaulan antara saudara, orang tua,
hafal juz 30 dengan tujuan memperkuat aqidah anak. Kurikulum al-Qur’an di RA BQ terdiri
dari kurikulum, tahfidz, tarjamah dan quantum kepribadian. Dengan tahfidz, anak dapat hafal
ayat al-Qur’an tentang aqidah, dengan tarjamah anak dapat mengetahui makna ayat yang di baca
dan dengan quantum kepribadian, anak dapat mengaplikasikan nilai- nilai al-Qur’an yang
dihafal.
Keempat, materi hadits. Kurikulum hadits membantu membentuk akhlak mulia pada
diri anak. Kelima, materi do’a. Membiasakan anak untuk berdo’a sebelum dan sesudah
mengerjakan pekerjaan.
Tsaqofah Islam menjadi salah satu isi kurikulum RA BQ dengan alasan bahwa anak
tidak dapat membangun pengetahuannya sendiri tanpa bantuan dari orang dewasa sebagaimana
pendapat Vygorsky. Anak juga tidak hanya dapat membangun pengetahuan dengan bantuan
orang dewasa semata tetapi juga memerlukan informasi dari Tuhan. Ini sejalan dengan pendapat
bahwa anak tidak dapat membangun pengetahuannya tanpa ada informasi tentang fakta yang ia
indra. Anak tidak dapat mengetahui sesuatu dengan proses pengindraan saja, dan proses berfikir
bukan otak mempunyai daya pantul terhadap benda yang diindra tetapi semua fakta yang diindra
hanya diserap dan untuk mengetahui fakta tersebut fakta tersebut perlu dikaitkan dengan
bersosialisasi dengan baik, maka anak memerlukan informasi awal tentang nilai-nilai Tuhan yang
dapat memberikan informasi qur’any dan sunnah tentang cara bersosialisasi sejak dini pada diri
anak. Dengan demikian out put RA BQ dapat membedakan sesuatu yang baik dan buruk
hewan, dan tumbuhan diarahkan pada materi sain dalam bingkai tauhid. Kurikulum ini
memotivasi anak untuk mencintai sain dengan mengenalkan dasar - dasar sain dan menemukan
kebesaran Allah dalam setiap permainan sain. Kurikulum ini dibangun tidak hanya dengan
pendekatan keilmuan biologi, fisika dan kimia saja, tetapi juga dibangun dengan pendekatan
b.Dasar Psikologis.
Kurikulum RA BQ dibangun dengan dasar psikologi, ini terlihat dalam tujuan, materi
1.Tujuan
potensi penghambaan diri kepada Allah dan potensi kepemimpinan pada diri anak. Dengan
demikian kurikulum RA BQ berorientasi pada nilai ilahiyah dan psikologis. Pada dasarnya
tujuan di RA BQ tersebut berorientasi pada nilai –nilai ilahiyah, sedangkan nilai-nilai ilahiyah
Tujuan kurikulum pada RA BQ yang berorientasi pada nilai-nilai ilahiyah terlihat pada
tujuan RA BQ yang berupaya membantu anak usia dini untuk menghambakan diri pada Allah
dan membantu anak untuk berkembang menjadi khalifah Allah di muka bumi sesuai dengan
aturan yang Allah berikan dalam al-Qur’an dan Sunnah. Secara bersamaan, tujuan pendidikan
pada RA BQ juga berorientasi pada psikologi. Ini terlihat pada upaya RA BQ untuk
mengoptimalkan seluruh potensi –potensi dasar yang Allah berikan pada Anak usia dini agar
Hal ini menunjukkan konvergensi yang diterapkan dalam dasar-dasar kurikulum pada RA
BQ yaitu konvergensi religi (aqidah Islam) dan psikologi. Jika dilihat secara filosofis pada dasar
kurikulum RA BQ, maka terdapat konvergensi nativisme dan empirisme yang tidak hany
berorientasi pada antroposentris. Ini dapat terlihat pada pengakuan kurikulum RA BQ terhadap
adanya potensi dasar dalam diri anak yang diberikan oleh Allah yang perlu distimulan oleh
lingkungan.
Dasar isi kurikulum RA BQ adalah berdasarkan Islam (Al-Qur’an dan Sunnah). Hal ini
terlihat pada materi pembelajaran pada RA BQ disesuaikan dengan fase pra tamyiz atau usia dini,
dimana materi pembelajaran diarahkan pada upaya mempersiapkan anak memasuki masa
mumayyiz, yaitu mengoptimalkan potensi menghambakan diri pada Allah dan menjadi khalifah
Allah sehingga anak berkembang sesuai dengan taraf perkembangannya. Selain itu juga, materi
RA BQ berdasarkan psikologi. Ini terlihat pada materi yang dirancang untuk mengembangkan
potensi–potensi dasar yang ada pada anak usia dini. Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat
bahwa telah diterapkannya konvergensi dasar Islam dan psikologi pada kurikulum RA BQ. Dan
secara filosofis dalam dasar materi kurikulum pada RA BQ terlihat adanya penerapan
konvergensi nativisme dan empirisme yang tidakhanya berorientasi pada antroposentris. Ini
terlihat pada adanya pengakuat bahwa setiap anak memiliki potensi dasar yang Allah berikan dan
3.Metoda.
berdasarkan psikologi. Ini sejalan dengan isyarat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa mendidik
anak hendaknya berdasarkan psikologi anak, dengan demikian pada saat metoda BQ
yaitu:
pembelajaran melalui pola aqliyah, materi tsaqofah islam tidak diberikan dengan doktrin
semata, melainkan melalui proses berfikir. Ada beberapa tahap berfikir syar’i yang dibiasakan
pada anak RA BQ. Tahap pertama, Tsaqofah islam diberikan pada anak dengan tujuan agar
tsaqofah islam tersebut menjadi informasi awal anak. Kemudian, mengajak anak mengamati fakta
yang ada disekitar sekolah. selanjutnya, guru menunjukkan fakta yang sesuai dengan informasi
awal yang diberikan. Tahap kedua, guru meminta anak untuk menyebutkan fakta apa saja yang
ada disekitar anak. Kemudian guru meminta anak berfikir tentang fakta tersebut dengan
mengkaitkannya dengan informasi awal yang telah diberikan pada anak. Tahap ketiga adalah
guru memberikan sebuah gambar atau masalah, kemudian anak diminta berfikir dengan pola di
atas.
Tahap berfikir di atas adalah tahap berfikir dasar yang dikembangkan di RA BQ. Tahap
berfikir ini disebut juga berfikir benar. Di RA BQ untuk berfikir bernar anak diharapkan dapat
menyebutkan sesuatu sesuai dengan yang dia lihat, dengar dan rasakan. Dalam hal ini anak di
minta untk mendeskripsikan benda yang ada dihadapannya; contohnya kucing, anak diminta
berfikir benar tentang kucing tersebut. Kemudian anak diajak untuk berfikir serius. Yaitu anak
diminta menemukan masalah setelah dia berfikir benar tentang benda atau sesuatu yang ada
dihadapannya. Contohnya anak diminta berfikir benar tentang kucing, kemudian anak
22
Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini ( Jakarta, Departemen
Pendidikan Nasional: 2005) , 79
23
Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran, 79
menemukan masalah, yaitu kucingnya lapar, lalu anak diharapkan dapat menemukan solusi
Dengan demikian terlihat dalam RA BQ ini selain berdasarkan pada religi, dia juga berdasarkan
psikologi, dimana sangat menghargai anak sebagai manusia yang allah berikan potensi untuk
berfikir, yang merupakan pembeda antara manusi dan mahluk allah yang lain.
Selain itu juga RA BQ mengembangkan taraf berfikir kausalitas24. pola pikir anak usia
dini yang disebut dengan precausal reasioning untuk menerangkan sebab akibat. Ada tujuh tipe
1. Motivation (Motivasi)
Menurut pola pikir ini, hubungan sebab-akibat didasari atas suatu tujuan tertentu. Kalau
anak ditanya, “Mengapa matahari bersinar ?” Anak mungkin menjawab, “Sebab Tuhan
2. Finalism (Finalisme)
Cara berpikir finalisme ini didasari atas pengertian bahwa hubungan sebab-akibat terjadi
karena memang harus terjadi. Sebagai contoh, anak ditanya, Mengapa sungai mengalir ke laut?
Ya, karena memang demikian adanya. Mengapa kaca ini berserakan di lantai? Karena pecah.
3. Phenomenism (Fenomenisme)
Cara berpikir ini didasarkan atas kepercayaan yang sering diceritakan pada anak.
Misalnya dulu sewaktu kecil, Ayah dan Ibu saya selalu menasehati agar saya menghabiskan
makanan yang saya makan sebab kalau tidak habis ayam saya akan mati. Anak kecil akan percaya
Anak menerangkan hubungan sebab-akibat sebagai fungsi dari suatu benda. Sebagai
contoh, anak ditanya mengapa mobil itu bergerak? Agar dapat membawa kita kemana-mana.
24
Slamet Suyanto, Konsep Dasar, 57-58
Mengapa matahari bersinar? Agar matahari itu menerangi kita. Mengapa hujan turun? Agar kita
5. Artificialisme (Artifialisme)
manusia. Misalnya anak ditanya, mengapa jarum jam bergerak? Agar kita dapat mengetahui
waktu. Dari mana matahari berasal? Manusia yang membuatnya. Mengapa matahari tidak
6. Animism (Animisme)
Cara berpikir ini didasarkan atas anggapan bahwa segala sesuatu (termasuk benda-
benda tak hidup) itu hidup. Anak pada usia ini atau di bawahnya umumnya bingung untuk
membedakan konsep hidup dengan gerak. Sesuatu yang kelihatannya bergerak biasanya
dikatakan hidup. Mengapa awan itu bergerak? Sebab ia hidup. Hal ini berlaku untuk benda-
benda yang bergerak lainnya. Seperti mobil, matahari, bahkan gunung, lampu, dan radio sering
dikatakan hidup.
7. Dynamism (Dinamisme)
Anak usia ini masih sulit membedakan antara konsep gaya dengan konsep hidup. Kalau
ditanya mengapa sungai mengalir dari gunung ke laut? Karena gunung mendorong air di sungai
RA BQ juga menggunakan metoda dengan pola nafsiyah yaitu guru dan orang tua
Pembelajaran di RA BQ berdasarkan pola belajar anak, yaitu pola belajar visual, audio
dan kinestetik. Ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran menghafal al-Qur’an, tarjamah
dapat dilihat pada program bermain dalam pembelajaran sain. Proses pembelajaran ini sejalan
dengan beberapa pendapat berikut: Papalia, seorang ahli perkembangan manusia dalam
bukunya Human Development, mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain.
Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot
seperti apa lingkungan yang ia tinggali dan menemukan seperti apa diri mereka sendiri. 25
anak melalui tiga cara. Pertama, bermain menciptakan zone of proximal developmental (ZPD)
pada anak, yakni wilayah yang menghubungkan antara kemampuan aktual anak dan
kemampuan potensial anak.26 Kedua, bermain memfasilitasi separasi (pemisahan) pikiran dari
objek dan aksi. Ketiga, bermain mengembangkan penguasaan diri. Di dalam bermain, anak
Menurut Dewey, anak belajar melalui pengalamannya. Menurutnya anak belajar dalam
pengalamannya menggunakan aktivitas yang berbeda-beda pada saat belajar. Pada tahap
pertama, yakni untuk anak prasekolah, anak terlibat secara aktif dengan latihan-latihan organ-
organ sensorik dan perkembangan koordinasifisi. Tahap kedua, anak terlibat dengan materi
Berdasarkan keterangan di atas terlihat ada penerapan konvergensi pada dasar metoda
pembelajaran di kurikulum RA BQ, yaitu konvergensi dasar Islam dan psikologi. Secara
25
Catron, Carol E. dan Allen, Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model, (New Jersey:
1999.). 117
26
Bodrova, Elen & Leong, Deborah, Tool Of The Maind: The Vygotskian approach to Early
Childhood Education, ( New Jersey: Merril Prentice: 1996), 63.
27
Dewey, John, Democracy and Education. ( New York:1964), 69)
filosofis juga dapat dianalisa pada dasar kurikulum RA BQ terdapat penerapan konvergensi
nativisme dan empirisme yang tidak hanya berorientasi pada antroposentris. Ini dapat terlihat
pada pengakuan kurikulum RA BQ terhadap adanya potensi dasar dalam diri anak yang
a.Orientasi Nilai
nilai-nilai yang mengikat hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan
manusia dengan seluruh alam. Nilai-nilai ketuhanan tersebut tampak dalam materi tentang
tsaqofah Islam dan sain dalam bingkai tauhid yang ada di RA BQ. Kurikulum pada RA BQ
berorientasi pada nilai-nilai ilahi, bersamaan itu juga kurikulum tersebut berorientasi pada nilai
ruhiyah, nilai insaniyah, dan nilai akhlaqi. Nilai-nilai ruhiyah tampak pada materi aqidah,
syariah, ibadah dan dakwah. Nilai-nilai insaniyah dan akhlak tampak pada materi syari’ah tata
1. Materi
isi kurikulum (materi) yang dapat menstimulan anak untuk peduli dengan masyarakat khususnya
28
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, IlmuPendidikan, 135.
2.Metoda
metoda yang dapat menstimulan anak untuk peduli dengan kebutuhan masyarakat yaitu metoda
aqliyah dan nafsiyah, bermain langsung, dan eksperimen. Metoda aqliyah atau berfikir yaitu
anak-anak diajak menemukan masalah yang dihadapi masyaralat pada tema air, api, udara dan
lain-lain, kemudian mengajak anak mencari jalan keluar sederhana dari masalah yang dihadapi.
Misalnya; basah, air tumpah, lantai licin, jatuh dan lain-lain. Minta anak berfikir menyelesaikan
masalah baju basah dengan apa?, air tumpah dengan apa?, lantai licin dengan apa?, mengajak
anak bersama untuk mengatasi satu masalah secara bersama. Misalnya lantai licin, dengan
kurikulum dakwah pada masyarakat dan kepedulian kepada masyalah. Anak diarahkan pada
kreatifitas anak menyelesaikan masalah masyarakat sederhana dengan dorongan aqidah Islam.
Dengan demikian ada konvergensi orientasi dalam kurikulum RA BQ yaitu konvergensi antara
peserta didik. Kurikulum diarahkan pada upaya membantu anak usia dini untuk memasuki usia
mumayyiz, yaitu memenuhi hak-hak anak usia dini yang telah ditetapkan oleh Allah, dan
empirisme yang tidak hany berorientasi pada antroposentris. Ini dapat terlihat pada pengakuan
kurikulum RA BQ terhadap adanya potensi dasar dalam diri anak yang diberikan oleh Allah
orientasi peserta didik. Hal ini terlihat pada upaya kurikulum RA BQ yang berupaya untuk
berorientasi pada isyarat al-Qur’an dalam memenuhi hak anak untuk mengenal Tuhannya, cara
bersikap pada orang tua dan sesama manusia, dan anjuran hadits Rasulullah untuk
mempersiapkan anak memasuki usia mumayyiz. serta mengikuti isyarat hadits Rasulullah yang
menjelaskan tentang mendidik anak dengan kasih sayang, bermain dan menyenangkan. Ketika
kurikulum pada TK BQ berorientasi pada aturan Allah dan Rasulullah, pada Kurikulum RA
BQ juga berorientasi pada peserta didik. Karena nash-nash al-Qur’an dan hadits Rasulullah
memberikan isyarat bahwa pendidikan anak usia dini hendaknya berorientasi pada peserta didik.
dimana anak usia dini di kuttab belum diajarkan materi lain sebelum anak-anak menghafal al-
Qur’an. Kemudian fakta sejarah tersebut dijadikan dasar bagi RA BQ untuk menjadikan
pembelajaran al-Qur’an sebagai dasar pengetahuan yang lain. Selain itu juga pembelajaran al-
Qur’an di RA BQ berintegrasi dengan tarjamah al-Qur’an perkata, bahasa arab al-Qur’an, dan
kurikulum dengan analisa kimia dan fisika. Sehingga anak memiliki dasar-dasar analisa sain
mencuci tangan, makan, berpakaiaan, mencuci piring, dan lain- lain. Dengan demikian maka,
berdasarkan psikologi dan berorientasi pada psikologi. RA BQ memandang bahwa setiap anak
Allah karuniai berbagai potensi dalam dirinya, dan sekolah membantu anak mengembangkan
potensi tersebut.
model akademik. Hal ini menunjukkan adanya penerapan konvergensi model humanistik dan
akademik pada model kurikulum pada RA BQ. Kurikulum dengan model akademik terlihat
pada upaya RA BQ untuk mentranfer pengetahuan pada peserta didik khususnya tsaqofah
Islam, seperti menghafal al-Qur’an, terjamah al-Qur’an perkata dan bahsa arab al-Qur’an serta
quantum kepribadian al-Qur’an. Kelompok materi ini merupakan materi yang bersifat abstrak.
Dan menurut teori Peaget, anak usia dini baru dapat berfikir sesuatu yang kongkrit. Para ahli
yang menganut teori ini menganggap kurikulum dengan model akademik akan membuat anak
menggunakan model humanistik. Hal ini terlihat pada metoda pembelajaran tsaqofah Islam di
RA BQ yang sangat mempertimbangkan perkembangan anak usia dini. Dunia anak adalah
dunia bermain, anak memiliki tiga pola belajar; visual, audio dan kinestetik, anak senang
bernyanyi dan menari. Untuk itu maka pembelajaran tsaqofah Islam pada RA BQ
menggunakan metoda belajar sambil bermain, menghafal dengan gerak, menterjemahkan al-
Qur’an perkata dengan gerak semi tari, gerak simbolik dan lagu. Metoda –metoda tersebut
dapat menjadi scaffolding untuk mendongkrak kemampuaan anak. Tsaqofah Islam yang
awalnya sulit dipelajari anak, berat dan menjenuhkan, dengan kurikulum humanistic dapat
menjadi materi pembelajaran yang mudah dikuasi anak usia dini, pembelajaran menyengkan
al-Qur’an, quantum kepribadian qur’any, aqidah, syari’ah dasar, sirah nabi, do’a sehari-hari,
dan akhlak. Isi kurikulum RA BQ yang berorientasi pada ketuhanan antara satu dengan yang
beberapa pelajaran yaitu pembelajaran menghafal, terjemah, bahasa arab al-Qur’an dan
memiliki tujuan membentuk kepribadian Islam yang terbangun dengan cara berfikir Islam dan
berprilaku Islam. Isi kurikulum tsaqofah Islam diarahkan untuk membangun dua hal tersebut.
Menghafal al-Qur’an, terjemah, bahasa arab al-Qur’an merupakan upaya untuk memasukkan
informasi Islam pada diri anak.29 Mengingat al-Qur’an menggunakan bahasa arab dan bahasa
arab menjadi bahasa asing bagi anak, maka terjemah al-Qur’an merupakan upaya untuk
mengetahui makna ayat-ayat yang dihafal anak. Anak tidak akan dapat memahami ayat yang
dihafal tanpa mengetahui maknanya. Dengan demikian dua hal di atas merupakan upaya
memasukkan informasi Islam pada diri anak. Kemudian dengan quantum kepribadian anak
diajak untuk mengkaitkan fakta dengan informasi al-Qur’an yang telah diberikan.
tentang keterampilan hidup. Materi tentang keterampilan hidup terdiri dari beberapa tema
29
Wawancara dengan Direktur kepala sekolah TK BQ Ciputat , ibu umi , Jakarta,5 Januari 2012.
1. Tema aku. Pada tema ini mengembangkan keterampilan mengemukakan keinginan diri
sendiri: adab meminjam mainan teman, adab izin keluar kelas, adab ke kamar mandi, dan
2. Rumah ku: Pada tema ini mengembangkan keterampilan mencuci piring, menyapu,
3. Tema sekolah: Tema ini mengembangkan keterampilan menyusun sepatu di rak sepatu,
melepas dan memakai sepatu, merapikan peralatan makan, membuang sampah pada
tempatnya, membersihkan kelas setelah istirahat dan sebelum pulang sekolah dan anjuran
4. Tema makan: Tema ini mengembangkan keterampilan makan yang benar, hal ini
mencakup keterampilan sebagai berikut ; mengambil nasi dan minum, lauk dan sayur
dengan tertib, adab makan, merapikan peralatan makan dan minum ketempatnya, dan
5. Tema pakaian: keterampilan yang dikembangkan dalam tema ini yaitu membuka baju yang
benar, meletakkan baju ditempat nya, melipat baju, mengambil baju di lemari, memakai
baju dan kaos kaki, mencuci kaos kaki, serta adab berpakaian sesuai dengan sunnah Nabi.
7. Tema kesehatan: tema ini mengembangkan keterampilan memilih makanan sehat, mencuci
yang berorientasi pada ketuhanan dan isi kurikulum yang berorientasi pada kemanusiaan. Hal
ini dapat dilihat pada isi kurikulum yang berorientasi pada kemanusian pada materi
keterampilan hidup, dimana pada materi keterampilan hidup mencakup adab-adab Islam
Isi kurikulum pada RA BQ yang berorientasi dengan kealaman yaitu materi tentang
sain. Materi berbasis sain dalam bingkai tauhid mencakup beberapa tema, yaitu tema panca
indra, air udara, api, matahari, bulan, bintang, dan alam. Orientasi isi kurikulum sain tersebut
konvergensi antara kealaman dan ketuhanan. Ini terlihat bahwa dalam proses pembelajaranya
anak tidak hanya mempelajari sain, tetapi juga mempelajari pencipta objek sain, pencipta
kekhasan setiap benda, pengatur setiap kekhasan yang ada diseluruh benda dan makhluk yang
KESIMPULAN
Hasil penelitian bahwa kurikulum pendidikan anak usia dini tahfidz Al Qur’an berbasis
developmentally appropiate practice di RA Bait Qur’any memiliki tiga dimensi yaitu kesesuaian
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zain Sarnoto dan Ely Budianty, Karakteristik pembelajaran Quantum Learning di
lembaga pendidikan anak usia dini aṣ-ṣibyā n Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 5,
Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini ( Jakarta, Departemen
Arifin Imron, “Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan”, (Malang:
Bodrova, Elen & Leong, Deborah, Tool Of The Maind: The Vygotskian approach to Early
line)http//www.tr,wou.edu/train/ededap.htm
Children From The Birth Through Age 8, Washington: National Association for the
Catron, Carol E. dan Allen, Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model, (New
Dahliani, Anita Yus, Masganti Sitorus, Development Analysis of Ability Memorizing the
Durrotul Fikriyyah Konsep Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, Tesis Prodi Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. 2021
Huzaemah Tahido Yanggo, Fiqh Anak, Metoda Islam dalam Mengasuh dan Mendidik Anak
Lexy J. Meleong, “Metode Penelian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002), h.
190.
Mathew B. Miles & A. Michael Huberman, “ Qualitative Data Analysis”, (London: Sage
Musthafa Bahruddin, Perkembangan Anak Usia Dini dan Implikasinya bagi Penulisan Buku
Ajar, Yogyakarta: Makalah Pelatihan Penulisan Buku Ajar Bagi Dosen Program DII
Nata, Abuddin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam,Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam,
Nenden Ineu. , Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Nenden Ineu. , Pengembangan Model Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis
Nur Afif, Pembelajaran karakter kemandirian dengan pembelajaran tahfidz Al Qur’an , Jurnal
Nurul Hikmah, Born To Be Star, KOnvergensi Pendidikan dalam Al-Qr’an dan Implikasinya
pada Pendidikan ANak USia Dini, Ciputat, Bait Qur’any Multimedia, 2017, h. 9.
Rani, Evaluasi Penerapan Program Tahfidz untuk Anak Usia Dini di RA Bait Qur’any (RA-
Robert L. Bogdan & Sari Knoop Biklen, “ Qualitative Reseach For Education an Introduction
Tadkirotun Musfiroh, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Panduan Bagi Guru Taman Kanak-
Tinggi, 2005, h. 1.
Ulpah Maspupah,, Pengembangan Kurikulum di Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini, YIN
Umar Muhammad al- Thaumi al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam ( Jakarta: Dirjen PT-
line)http//www.tr,wou.edu/train/ededap.htm
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 32.