Anda di halaman 1dari 4

Tugas Artikel Bahasa Indonesia

Nama : Khabib Nur Khasnudin


NIM : 2211031
Program Studi : Pendidikan Agama Islam 1A
Dosen Pengampu : Rose Kusumaning R.M.A

NGAJI QIRO’ATI UNTUK ANAK USIA DINI

Ngaji merupakan suatu kegiatan belajar tentang pendidikan ilmu agama. Ngaji
tak sekadar bertanggung jawab dalam hal menambah pengetahuan agama, akan tetapi
lebih menekankan pada tingkah laku dari peserta didik di dalam kehidupan sehari hari
yang didasarkan pada nilai keagamaan yang baik. Hal ini berlaku untuk semua
tingkatan, terutama untuk anak usia dini.
Anak usia dini adalah anak yang berumur sekitar 0-6 tahun, dimana dia memiliki
karakteristik yang unik dan berbeda dari orang dewasa. Mulyasa menyebutkan
bahwasannya anak usia dini merupakan seseorang yang tengah menghadapi proses
tumbuh kembang yang begitu cepat, pada masa usia dini ini bahkan sering dinamakan
menjadi lompatan perkembangan1. Pada usia ini, sangat diperlukan penanaman nilai
pengetahuan agama Islam, hal itu dikarenakan jika seorang anak sudah memasuki usia
remaja bahkan dewasa, dan dia belum memiliki landasan ilmu agama, biasanya akan
cenderung memiliki sifat nakal. Bahkan untuk menanamkan nilai - nilai agama pada
anak tersebut akan lebih sulit.
Banyak sekali cara atau metode penanaman nilai nilai agama pada anak, Salah
satunya yaitu dengan mengajarkannya cara membaca Al-Qur’an. Berbagai jenis metode
atau cara membaca Al-Qur’an, seperti metode Qiroati. Qiro’ati disini merupakan suatu
metode membaca Al-Qur’an yang langsung mempraktekkan bacaan tartil dengan kaidah
ilmu tajwid2. Metode Qiroati disusun oleh KH. Dachlan Salim Zarkasyi dari Semarang,
Jawa Tengah pada tahun 19633. Metode ini banyak diterapkan diberbagai Lembaga
Pendidikan Al Qur’an (LPQ) atau Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ), salah satunya

1
Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter
2
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs
3
Murjito, (2000), h. 5.
yaitu di TPQ An Nur, Desa Sidobunder Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen. Dalam
pelaksanaan pembelajaran, tentunya menggunakan beberapa tahapan (kelas) yang
disesuaikan dengan tingkat dan kemampuan peserta didik. Tahapan penerapan Metode
Qiraati yaitu dimulai dari Pra Qiroati (Pra TK), Jilid 1-6, Al Qur’an, dan Finishing.
Adapun dalam proses pembelajarannya, Seorang Guru sebelum memulai, terlebih
dahulu memberikan kata pengantar yang bertujuan untuk menenangkan dan
menertibkan murid, serta memotivasi murid tentang pentingnya dan keuntungannya
pandai membaca Al-Qur’an baik bagi diri sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca doa sebelum belajar bersama sama dengan
nyaring. Proses pembelajaran dimulai dengan dua acara, yaitu apersepsi dan pretest.
Apersepsi yaitu menanyakan kepada siswa tentang pokok-pokok materi pelajaran yang
lalu untuk menyegarkan kembali ingatan mereka dan menghubungkannya dengan
pelajaran hari ini. Sedangkan pretest adalah test yang diberikan sebelum pelajaran
dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampai dimana penguasaan peserta didik
terhadap bahan pengajaran yang akan diajarkan4. Selanjutnya, Guru membacakan materi
baru lalu diikuti oleh murid murid secara bersama sama. Mengajarkan huruf Al-Qur’an,
apalagi terhadap anak usia dini, itu tidak cukup satu kali atau dua kali. Tetapi itu
memerlukan waktu berulang ulang kali sampai murid-murid dapat membaca dengan
lancar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran terdapat tahap individual atau privat, yaitu
tahap dimana seorang murid satu persatu membaca dihadapan guru. Dengan begitu,
Guru dapat mengetahui sampai mana pengetahuan murid serta kesalahan murid yang
kemudian dapat dibenarkan oleh Guru.
Perlu diketahui bahwa, ketika seorang murid belajar di Rumah. Orang tua yang
metode belajarnya bukan Qiroati, tidak diperbolehkan membenarkan bacaan murid.
Orang tua hanya mengawasi murid agar tetap belajar. Hal itu dikarenakan, Ketika orang
tua yang metode belajarnya bukan Qiroati membenarkan bacaan murid, padahal
bacaannya tidak sesuai dengan metode Qiroati. Hal itu bisa mengakibatkan seorang
murid melawan pada gurunya atau memiliki pemahaman yang berbeda dengan gurunya.
Sehingga akan mempersulit proses belajar murid. Sebagai penutup proses pembelajaran,
guru memberi nasehat-nasehat singkat yang selanjutnya diakhiri dengan doa majlis
bersama sama.

4
Tayar Yusuf, (1986), h. 98-100.
Pada dasarnya, Metode Qiroati memiliki prinsip prinsip dalam pembelajaran, yaitu:
a) Prinsip yang dipegang guru adalah Ti-Wa-Gas (Teliti, Waspada dan Tegas).
b) Teliti dalam memberikan atau membacakan contoh
c) Waspada dalam menyimak bacaan santri
d) Tegas dan tidak boleh ragu-ragu, segan atau berhati-hati, pendek kata, guru harus
bisa mengkoordinasi antara mata, telinga, lisan dan hati.
e) Dalam pembelajaran santri menggunakan sistem Cara Belajar Santri Aktif (CBSA)
atau Lancar, Cepat dan Benar (LCTB) 5.
f) Santri menggunakan sistem M-3 yaitu (Manga, Mringis, Muncu)

Dengan sistem atau cara pembelajaran yang terdapat dalam metode Qiroati, diharapkan
mampu mengembangkan minat anak dalam membaca Al-Qur’an yang kemudian dapat
menumbuhkan nilai nilai agama Islam pada anak tersebut. Sehingga akan tercipta Insan
yang mulia yang sesuai dengan ajaran agama Islam.

5
Zarkasyi,(1987), h. 12-13.
DAFTAR PUSTAKA

Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara


http://lib.unnes.ac.id/22786/1/1601911001.pdf
Murjito Imam, 2000. Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Qur‟an Qiroati.
Semarang. Roudhotul Mujawwidin

Anda mungkin juga menyukai