Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, ia

merupakan suatu aalat terpenting untuk membentuk generasi yang siap menggantikan

generasi tua guna untuk membangun masa depan, ini berarti bahwa setiap manusia

berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, kebutuhan ini tidak bisa digantikan

dengan yang lain, karena dengan pendidikan manusia akan mudah untuk

mengembangkan kualitas, potensi dan bakat yang ada didalam diri manusia1.

Pendidikan merupakan pembelajaran yang diberikan secara sadar oleh pendidik

kepada si terdidik dalam perkembangan jasmani maupun rohani guna terbentunkya

kedewasaan dan kepribadian muslim. Pendidikan dalam arti sempit, ialah bimbingan

yang diberikan kepada anak didik sampai ia dewasa. Sedangkan pendidikan dalam

arti luas, ialah bimbingan yang diberikan sampai mencapai tujuan hidupnya: bagi

pendidikan islam, berlangsung sejak anak dilahirkan sampai mencapai

kesempurnaannya atau sampai akhir hidupnya.

Sedangkan arti pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Th.

2003 Pasal 1 ayat 1 mengemukakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasan


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual
1
Istighfarotur Rahmaniah, Pendidikan Etika, (Malang: Aditya Media, 2010), hal. 53

1
keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2
Melihat paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu

proses pembelajaran yang dilakukan secara langsung dari pendidik untuk terdidik

guna mewujudkan suasana belajar yang evektif dalam mengembangkan potensi

dirinya. Pembelajaran ini dilakukan secra terus menerus sampai mencapai sesuatu

yang diharapkan. Makna pendidikan tidaklah semata-mata dapat menyekolahkan

anak di sekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun lebih luas dari pada itu,

anak akan bertumbuh dan berkembang dengan baik jika memperoleh pendidikan

yang paripurna agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa,

negara dan agama.3 Pendidikan juga merupakan sumber acuan untuk mendidik anak.

Pada pendidikan anak, kedua orang tua merupakan sosok manusia yang

pertama kali di kenal anak, yang karenanya perilaku keduanya akan sangat mewarnai

terhadap proses perkembangan kepribadian anak selanjutnya, sehingga faktor

keteladanan dari keduanya menjadi sangat diperlukan, karena apa yang didengar,

dilihat, dan dirasakan anak di dalam berinteraksi dengan kedua orang tua akan sangat

membekas dalam memori anak.4 Jadi dalam pendidikan anak, sosok yang sangat

berperan penting adalah orang tua.

Pendidikan bagi anak memiliki peran penting dalam sistem pendidikan

nasional. Ibarat sebuah rumah, pendidikan merupakan pondasinya. Penelitian di

2
Undang-Undang SISDIKNAS, (Sinar Grafika), hal. 3
3
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2005), hal .83
4
Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an,(Yogyakarta: Teras, 2010),hal. 5

2
bidang neurologi menyebutkan selama tahun-tahun pertama, otak anak berkembang

pesat dengan menghasilkan neuron yang banyaknya melebihi kebutuhan. Sambungan

itu harus diperkuat melalui berbagai rangsangan karena sambungan yang tidak

diperkuat dengan rangsangan akan mengalami atrohy (menyusut dan musnah).

Banyaknya sambungan inilah yang mempengaruhi kecerdasan anak. Dosis

rangsangan yang tepat dan seimbang akan mampu melipatgandakan kemampuan otak

5-10 kali kemampuan sebelumnya.5

Membudayakan keinginan manusia untuk membaca al-Qur’an merupakan

sesuatu hal yang tidak mudah. Hal ini sesuai dengan sifat dan keinginan manusia itu

sendiri, dimana ada yang berkeinginan sekali dalam membaca ataupun mempelajari

al-Qur’an dan tak jarang juga kita temui keinginan mempelajari al-Qur’an kurang

sekali. Hal ini dapat dibuktikan dari wawancara peneliti dengan pimpinan TPQ

Nurhamsa desa Ulima kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan yakni:

Dalam proses pembelajaran pada TPQ Nurhamsa, ternyata ditemukan


sebelumnya bahwa para santri yang belum bisa membaca, menghafal, menulis
bahkan mengamalkan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari, namun dengan
adanya peran, pendekatan dan cara pengajaran al-Qur’an yang baik, maka
para santri mulai mengetahui tatacara membaca, menghaf al-Qur’an sehingga
kesan positif pun melekat pada lembaga pendidikan nonformal ini.6

Guru pada Taman pendikan al-Qur’an mempunyai peran dan tanggung jawab

yang besar dalam mendidik dan mengajar, khususnya pembelajaran membaca al-

Qur’an agar peserta didik dapat membaca dan al-Qur’an dengan fasih dan benar.

Dalam kegiatan proses belajar mengajar salah satu yang disoroti adalah segi metode
5
M. Indar Djumberansah, Filsafat Pendidikan, (Surabaya: Abditama, 1994), hlm. 11.
6
Hasil Wawancara dengan Pimpinan TPQ Nurhamsa, Husen Saliu, Desa Ulima Kecamatan
Ambalau Kabupaten Buru Selatan, Kamis 22 Juli 2018.

3
yang digunakan. Sukses tidaknya suatu proses pembelajaran salah satunya tergantung

pada ketepatan metode yang digunakan. Demikian pula dalam mempelajari Al-

Qur’an juga membutuhkan metode yang tepat. Sebab metodelah yang menentukan isi

dan cara mempelajari al-Qur’an tesebut dengan baik. Dengan demikian metode

merupakan alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan

direncanakan. Dalam mengkomunikasikan ilmu pengetahuan agar berjalan secara

efektif, para tenaga pengajar (ustadz dan ustadzah) perlu menerapkan berbagai

metode mengajar sesuai dengan tujuan situasi dan kondisi yang ada guna

meningkatkan pembelajaran dengan baik, karena berhasil tidaknya suatu proses

belajar mengajar ditentukan oleh metode dan peran TPQ dalam pembelajaran yang

merupakan bagian integral atau sistem pembelajaran. Sebagaimana peneliti

melakukan wawancara dengan pimpinan TPQ Nurhamsa terkait dengan Peran TPQ

dalam meningkatkan kualitas baca tulis Al-Qur’an peran yang selama ini digunakan

agar peserta dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, maka dapat dilihat

pada uraian berikut ini:

Dalam proses membaca al-Qur’an di TPQ ini, kami sangat berperan penting
dalam menggunakan banyak metode seperti; 1) Metode Iqro’ yakni suatu
sistem mempelajari cara membaca al-Qur’an yang sistematis dimulai dari yang
sederhana ketahap yang lebih sulit yang dimulai dari Iqro 1 – 6). 2) metode
Qiroaty yakni merupakan suatu metode belajar dan mengajarkan membaca al-
Qur’an yang langsung memasukan dan mempraktekan bacaan sesuai dengan
kaidah ilmu tajwidnya, metode ini mempunyai sistem pengajaran antara lain;
sejak awal langsung membaca huruf hijaiyah yang berharokat tanpa mengeja,
langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan yang bertajwid dan materi
pelajaran diberikan secara bertahap dari yang mudah menuju yang sulit, dari
yang umum kepada yang khusus, sesuai dengan kaidah atau didengarkan
dengan menggunakan media seperti handphome atau medai elektronik lainnya.

4
Dan yang ke 3) Metode Qowaidul Baghdadiyah metode ini memerlukan waktu
yang cukup lama, cara metode ini terlebih dahulu peserta didik harus
mengenal dan hafal huruf hijaiyah 28 huruf. Metode ini disebut juga metode
“Eja” karena biasanya diterapkan kepada peserta didik yang baru masuk
mengaji dan mulailah dikelankan huruf-hurf hijaiyah satu demi satu agar
mereka mudah mengenal dan mengingat bentuk khurf dan cara membacanya
masing-masing.7

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) adalah sebuah lembaga pendidikan yang

secara khusus menampung anak-anak yang ingin mendalami dan mempelajari cara

membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar,selain itu anak-anak juga akan mendapat

pelajaran yang berkaitan dengan moral dan penanaman akhlaq. 8 Taman Pendidikan

Al-Quran (TPQ) merupakan lembaganon formal yangmemiliki peranan besar dalam

membangun kemampuan spiritual masyarakat sejak dini, dengan adanya TPQ ini

anak lebih mudah dalam meningkatkan kemampuan menulis, memahami,

mengamalkan dan membaca Al-Qur’an.

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw

untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai petunjuk bagi segenap umat di

panjang zaman, dan pemeliharaannya di jamin oleh Allah SWT. Al-Qur’an

merupakan sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap

muslim.9 Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi

Muhammad SWT untuk disampaikan kepada umatnya sebagai petunjuk manusia

untuk kehidupan dan dunia akhirat.


7
Hasil Wawancara dengan Pimpinan TPQ Darusalam, Huaen Saliu, Desa Ulima Kecamatan
Ambalau Kabupaten Buru Selatan, Kamis 22 Juli 2018.
8
Dimensi, Dampak Kualitas di Tengah Arus Globalisasi, (Tulungagung: Lembaga Pers
Mahasiswa (LPM) Dimensi STAIN T.A,2013), hal. 11
9
Zulkarnain, Transformasi Nialai-Nilai Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008), hal 22

5
Al-Qur’an mengarahkan manusia pada jalan yang benar dan lurus, sehingga

bisa mencapai kesempurnaan manusiawi yang merealisasikan kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.10 Al-Qur’an merupakan kitab suci yang paling sempurna bagi umat

Isam. Tidak hanya mempelajari dan mengamalkan isinya saja yang menjadi

keutamaannya, tetapi membacanya juga sudah bernilai ibadah. Membaca Al-Qur’an

adalah suatu ilmu yang mengandung seni, senibaca Al-Qur’an. Al-Qur’an itu ialah

wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw,

sebagai suatu mu’jizat , membacanya dianggap ibadat, sumber utama ajaran islam. 11

Oleh karena itu belajar membaca Al-Qur’an harus dimulai sejak kecil agar kelak bisa

menjadi orang yang berguna dan berakhlak muliya serta menambah ketaqwaan

kepada-Nya, seperti yang disebutkan dalam surat Al-Baqoroh ayat 2:

         


Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi

mereka yang bertaqwa.” (Al-Baqoroh ayat 2)12

Belajar Al-Qur’an merupakan kewajiban yang paling utama bagi setiap

mu’min, Begitu juga mengajarkannya. Belajar Al-Qur’an hendaknya dimulai sejak

kecil dari usia 5 atau 6 tahun, karena pada masa anak-anak merupakan masa yang

amat kondusif untuk pembiasaan perilaku keagamaan, seperti pembiasaan mendirikan

sholat lima waktu, pembiasaan membaca kitab suci al-Qur’an, pembiasaan berdo’a,

10
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam..........., hal 136
11
Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), hal 89
12
Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(PT Syigma Examedia Arkanleema),
hal.2

6
pembiasaan berbakti kepada orang tua, dan lain-lain. Pembiasaan ini bila dilakukan

dengan strategi yang tepat dapat menumbuh kebangkan nilai-nilai akhlaq karimah

bagi mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, Daradjat berpendapat sebagaimana telah

dikutip Ali Rohmad yang menyatakan bahwa:

Apabilala tihan-latihan agama dilakukan pada waktu kecil atau diberikan

dengan cara yang kaku, salah atau tidak cocok, dengan anak-anak, maka waktu

dewasa nanti, ia akan cenderung kepada atheis atau kurang peduli terhadap agama,

atau kurang merasakan agama bagi dirinya. Dan sebaliknya, semakin banyak si anak

mendapat latihan-latihan keagamaan waktu kecil, sewaktu dewasanya nanti akan

semakin terasa kebutuhannya kepada agama.13

Dengan demikian, perilaku keagamaan bila dibiasakan sejak kecil, dapat

berpengaruh lebih mendalam pada masa dewasanya kelak. Oleh karena itu orang tua,

keluarga, masyarakatserta tokoh agamadi sektar anak-anak memiliki peranan penting

dalam membantu pembiasaan berperilaku keagamaan yang baik bagi mereka.

Sementara itu, dalam masyarakat muslim di Indonesia di pedesaan dan

perkotaan bisa dengan mudah dijumpai anak-anak dan remaja muslim yang belum

mampu membaca Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an diakui sebagai kitab sucinya dan

menjadi pedoman hidup sehari-hari.14 Banyak Anak-anak dan remaja muslim

sekarang banyak disibukkan dengan aktifitas sekolah formalnya dan mengikuti

kegiatan lainnya, sehingga banyak sekali anak-anak muslim lulusan menengah yang

13
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal 345
14
Ibid hal 346

7
masih buta huruf terhadap Al-Qur’an sehingga belum bisa membaca Al-Qur’an

dengan bak dan benar. Halseperti ini bukanlah perkara yang tabu pada zaman

sekarang, karena terjadi benturan antara sekolah formal dengan sekolah non formal

yang dalam lingkup TPQ, hal ini karena sekolah formal mempunyai wajib belajar

bagi anak-anak, meskipun pendidikan non formal juga sudah didukung oleh DPAG

namun tanggapan atau pandangan masyarakat masih memandang sebelah mata. Di

sisi lain banyak orang tua yang cenderung menyekolahkan anaknya di lembaga-

lembaga formal saja, dengan harapan kelak kemudian hari anaknya bisa menjadi

orang-orang yang pandai dan intelek, namun mereka lupa dengan pendidikan

agamanya, sehingga secara tidak sadar orang tua menjauhkan anak-anaknya dari

pendidikan agama, sebab mereka menganggap pelajaran keagamaan tidak begitu

penting. Bagi mereka yang terpenting adalah kepandaian yang mampu menghasilkan

materi sebanyak-banyaknya Setelah anak mulai menginjak bangku menengah

pertama, biasanya sudah tidak lagi memperhatikan pendidikan agamanyapadahal

dalam pendidikan agama terdapat pengajaran Al-Qur’an.

Pengajaran Al-Qur’an ialah ketrampilan membaca Al-Qur’an dengan baik

sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu tajwid. Penerapannya tentu saja

disetarakan dengan kemampuan anak. Pembelajarannya juga hampir sama dengan

belajar pendidikan agama Islam yang lain yakni terdapat jenjang-jenjang. Bertahap

dari mulai pengenalan tentang huruf hijaiyah hingga samapai kepada Al-Qur’an itu

sendiri. Pengajaran Al-Qur’an pada tingkat pertama berisi pengenalan huruf hijaiyah

dan kalimah (kata). Selanjutkan diteruskan dengan memperkenalkan tanda-tanda

8
baca. Sebaiknya tentu kata yang terdapat dalam Al-Qur’an itu sendiri yang digunakan

sebagai bahan. Metode global dan SAS (Sintetis Analitis Sistem)tentu dapat

digunakan. Buku pelajaran dapat digunakan dengan memilih buku-buku yang berisi

alifbata, seperti juz amma dan beberapa buku pelajaran Al-Qur’an yang sudah banyak

disusun. Yang pe nting untuk pertama kali ialah pengenalan huruf dengan bunyinya

yang tepat.15 Oleh sebab itu dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an

dibutuhkan ustadz/ustadzah yang sudah mahir dalam membaca Al-Qur’an agar santri-

santri bisa membaca dengan tepat yang sesuai dengan tajwid. Seperti yang di jelaskan

oleh ustad Udin dalam wawancaranya sebagai berikut:

Melatih dan membiasakan mengucap huruf arab dengan makhrajnya yang


betul pada tingkat pemula, akan membantu dan mempermudah mengajarkan
tajwid kepada anak. Cara mengucapkan huruf dan kalimah Arab itu tidak
mudah bagi anak-anak, karena itu bukan bahasa ibunya. Karena itu perlu
latihan dan pembiasaan. Membaca lancar dengan lagu diajarkan setelah
mereka mengenal bacaan kata-kata. Mereka hanya diajar membaca yang
mereka tidak tahu artinya. Kemudian diajar melagukan bacaan itu dengan
irama yang khusus untuk tilawatilQur’an. Di samping itu, kepada mereka
diberikan pengertian dan sugesti agar mereka senang membaca Al-Qur’an.16

Dengan demikian dalam upaya meningkatkan dan menumbuhkan budaya

mempelajari al-Qur’an di masyarkat, maka salah satu yang menjadi prioritas dalam

pengajaran yang dilakukan oleh TPQ Nurhamsa Desa Ulima Kecamatan Ambalau

Kabupaten Buru Selatan adalah berperan dalam mengupayakan kepada para santri

untuk bisa membaca dan menulis al-Qur’an, serta berupaya untuk menghafalnya dan

berusaha pula untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Zakiah Daradjat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, hal.93


15

Hasil wawancara dengan Pimpinan TPQ Darusalam, Husen Saliu, Desa Ulima Kecamatan
16

Ambalau Kabupaten Buru Selatan, Kamis 26 Juli 2018.

9
Sejalan dengan uraian yang telah dikemukan tersebut, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul ”Peranan TPQ Nurhamsa Dalam

Meningkatkan Kualitas Baca Tulis Al-Qur’an di Desa Ulima Kecamatan

Ambalau Kabupaten Buru Selatan”.

B. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kejelasan peranan TPQ

Nurhamsa Desa Ulima sebagai lembaga non formal yang mengajarkan tentang

Ibadah, Aqidah dan Membaca Al-Qur’an sekaligus untuk melihat faktor pendukung

dan penghambat guru-guru TPQ dalam mengajarkan Al-Qur’an.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditemukan di atas, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Peran (TPQ) Nurhamsa dalam Pembinaan ibadah santri di Desa

Ulima Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan ?.

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Peran (TPQ) Nurhamsa dalam

mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di Desa Ulimaeng Kecamatan

Ambalau Kabupaten Buru Selatan ?

D. Tujuan Penelitian

10
1. Untuk mengetahui Peranan (TPQ) Nurhamsa dalam mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur’an di Desa Ulima Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru

Selatan.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat peran (TPQ) Nurhamsa

dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di Desa Ulima Kecamatan

Ambalau Kabupaten Buru Selatan.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dengan adanya pennelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada

lembaga pendidikan Islam khususnya Taman Pendidikan al-Qur’an, untuk

lebih meningkatkan kualitas pengajaran agar dapat menghasilkan generasi

Muslim yang mapan dalam hal membaca, menulis dan memahami kandungan

al-Qur’anreferensi untuk guru dan santri dan santri wati dalam melaksanakan

proses pendidikan al-Qur’an (TPA) Nurhamsai desa Ulima dan sekitarnya.

2. Dengan penilitian ini, penulis di harapkan dapat melengkapi khazanah

keilmuan dalam hal membaca, menulis maupun menghafal al-Qur’an dan

tadarus, wisuda pada santri dan santriwati di taman pendidikan al-Qur’an

Nurhamsa secara khusus dan TPQ yang lainnya secara umum.

3. Sebagai bahan referensi bagi para penulis selanjutnya dalam melakukan

penelitian terhadap objek yang sama dari segi pengembangan maupun

peningkatannya.

11
F. Kajian Terdahulu

Dalam kajian pustaka ini terdiri atas penelitian terdahulu yang relevan dengan

penulisan skripsi sebagai bahan perbandingan, penulis akanmengkaji beberapa

penelitian terdahulu untuk menghindari kesamaan obyek dalam penelitian. Dalam

penelitian ini peneliti tidak menemukam penelitian yang sama dengan judul

penelitian ini, hanya saja peneliti menemukan data yang ber hubungan dengan judul

penelitian ini, penelitian tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Nurusshomad menyatakan dalam penelitian yang berjudul “Penerapan Metode

Qiroati Dalam Pengajaran Baca Al-Qur’an Di Pondok Pesantren Darussalam

Blokagung Banyuwangi”. Bahwa pembentukan sebuah organisasi yang diberi

nama MBAD (Majlis Bimbingan Al-Qur’an Darussalam), memudahkan para

santri dalam membaca Al-Qur’an. Persamaannya adalah sama-sama meneliti

tentang membaca Al-Qur’an. Sedangkan Perbedaannya adalah pengelolaan

pembinaan membaca Al-Qur’an.

b. “Pembinaan Akhlakul Karimah Bagi Anak di TPQ Al-Falah Desa Bakal

Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara”. (Ivka Zuhrotun Najiha,

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembinaan akhlakul karimah

bagi anak di TPQ Al-Falah dilakukan melalui berbagai kegiatan yaitu 1)

hafalan surat pendek, 2) materi pembinaan akhlak, 3) metode keteladanan dan

metode pembiasaan. Pembiasaan akhlakul karimah di TPQ Al-Falah dapat

dikatakan berhasil hal ini dapat dibuktikan dengan kebiasaan dan perilaku

anak dalam kehidupan sehari-hari mereka yang sopan dalam tutur kata,

12
perbuatannya, dan selalu mengerjakan shalat lima waktu. Persamaannya

adalah peranan TPQ dalam Al-Qur’an. Perbedaannya pada pembinaan ahlak.

Adanya perbedaan tersebut peneliti merumuskan judul “Peran Taman

Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) KH. Ahmad Dahlan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto Dalam Membentuk Kepribadian Muslim di Desa

Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas”.

G. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kesimpang siuran

pengertian, maka perlu adanya Definisi Operasional judul skripsi ini sesuai dengan

fokus yang terkandung dengan tema pembahasan, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Peranan

Peranan adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh

individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.Peran juga dapat

dikatakan sebagai perilaku individu, yang penting bagi struktur sosial

masyarakat.

b. TPQ Nurhamsa

13
Taman Pendidikan Al Qur’an TPQ adalah lembaga atau kelompok

masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan

Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca Al Qur’an

sejak usia dini.

c. Meningkatkan Kualitas baca Al-Qur’an

Yang dimaksudkan dengan meningkatkan kualitas baca Al-Qur’an adalah

bagaimana TPQ Nurhamsa dalam meningkatkan Kualitas baca bagi anak-anak

pada desa Ulima, membaca A-Qur’an dengan Kualitas yang baik.

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Peranan TPQ

Program pengelolaan TPQ di Indonesia saat ini berdasarkan kebiasaan dalam

masyarakat dan berdasarkan LPTQ Tingkat Nasional No 1 tahun 1991 tertanggal 7

pebruari 1991 yang diresmikan oleh Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir

Syadzali pada tanggal 10 pebruari 1991.17

17
As’ad Human, Budiyanto. 1995. Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan
TPA-TPA Nasional. Yogyakarta: LPTQ Nasional. Hlm 87

14
TPQ sebagai lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai peran utama

mengajarkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an juga sangat berperan bagi

perkembangan jiwa anak seperti pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan

akhlak/akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan tidak hanya terpaku pada

materi baca tulis Al-Qur’an melainkan juga memberikan materi tentang ibadah,

aqidah, akhlak atau akhlak yang bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi

pribadi yang Qur’ani dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya.

Selanjutnya peranan TPQ sebagai berikut:

a) Pembebasan manusia dari ancaman api neraka.

b) Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki

keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat sebagai

realisasi cita-cita seseorang yang beriman dan bertakwa yang senantiasa

memanjatkan doa sehari-hari.

c) Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang

kaya dengan ilmu pengetahuan, yangsatu sama lain saling mengembangkan

hidupnya untuk menghambakan dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan

keimanannya berfungsi sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekaligus

mendasari ilmu pengetahuannya.18

18
Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 38-39.

15
Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin (2003:38) berpendapat bahwa dalam

proses pemberdayaan umat manusia, adanya lembaga pendidikan dalam masyarakat

merupakan syarat mutlak yang mempunyai tanggung jawab kultural-edukatif.19

1. Penegrtian TPQ

Taman Pendidikan al-Qur’an(TPQ) adalah lembaga pendidikan luar sekolah

(nonformal) jenis keagamaan. Oleh karenanya, muatan pengajarannya lebih

menekankan aspek keagamaan (Islam) dengan mengacu pada sumber utamanya yaitu

Al-Quran dan As-Sunnah (sunnah Rasul). Hal itupun dibatasi dan disesuaikan dengan

taraf perkembangan anak, yaitu kelompok usian4-12 tahun (TK/SD-MI). dengan

demikian porsi pengajarannya terbatas pada pemberian bekal dasar pengetahuan,

sikap ketrampilan keagamaan. Terutama untuk pengajaran tertentu yang kurang

memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan sekolah mereka

(pendidikan Formal). Misalnya pengajaran baca Tulis Al-Qur’an serta Do’a harian,

penanaaman akidah dan akhlak, dan sejenisnya. Dalam pengertian yang lain taman

pendidikan al-Qur’an adalah pendidikan untuk baca dan menulis al-Qur’an di

kalangan anak¬-anak. Tujuan pengajaran adalah merupakan salah satu aspek atau

komponen dalam pendidikan yang harus diperhatikan, karena pendidikan akan

dikatakan berhasil apabila tujuan tersebut dapat tercapai atau paling tidak mendekati

target yang telah ditentukan.

As’ad Human, Budiyanto. 1995. Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan


19

TPA-TPA Nasional. Hlm 89

16
Secara umum, taman pendidikan al-Qur’an bertujuan dalam rangka untuk

menyiapkan anak-anak didiknya menjadi generasi Qur’ani, yaitu komitmen dan

menjadikan al-Qur’an sebagai pandangan hidup sehari-hari. Untuk men¬capai tujuan

tersebut, taman pendidikan al-Qur’an perlu merumuskan target yang dijadikan

sebagai tujuan dalam waktu lebih kurang selama satu tahun. Hal ini sesuai dengan

petunjuk dalam buku pedoman TPQ Nasional, yaitu: dapat membaca al-Qur’an

dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid, dapat melakukan shalat dengan baik dan

terbiasa hidup dalam suasana yang lslami, dapat menulis huruf-huruf al-Qur’an, hafal

surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan dan doa sehari-hari.

Kemampuan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar merupakan target

dan sekaligus merupakan tujuan pokok dan perdana yang harus dicapai dan sekaligus

dimiliki oleh setiap peserta santri. Oleh karena itu, pada saat laksanaan penerimaan

anak setiap lembaga pendidikan Islam, kemampuan membaca al-Qur’an hendaknya

dijadikan sebagai materi pertama dan utama, sedang materi¬-materi yang lain sebagai

penunjang. Materi penunjang juga penting, namun prioritas kedua setelah membaca

al-Qur’an, sedangkan materi-materi penunjang baru diberikan setelah para santri

masuk ke program lanjutan. Dalam arti, materi penunjang tersebut sebagai

pendukung atau sebagai tambahan saja setelah materi membaca al-Qur’an tersebut.

2. Fungsi dan Keberadaan TPQ

Taman pendidikan al-Qur’an (TPQ) berfungsi sebagai lembaga non formal

agar tidak terjadi kemerosotan agama dan generasi Qur'ani. Kemampuan membaca

dan menulis al-Qur’an merupakan indikator kualitas kehidupan beragama seorang

17
Muslim. Oleh karena itu, gerakan baca dan tulis al-Qur’anmerupakan langkah

strategis dalam rangka meningkatkan kualitas ummat khususnya ummat Islam dan

keberhasilan pembangunan di bidang agama. Karena al-Qur’an merupakan wahyu

yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada

ummatnya sebagai petunjuk manusia untuk kehidupan dunia dan akhirat. al-Qur’an

mengarahkan manusia pada jalan yang benar dan lurus, sehingga bisa mencapai

kesempurnaan manusiawi yang merealisasikan kebahagiaan hidup dunia dan

akhirat.20

B. Kualitas Baca Al-Qur’an Dalam Pembinaan Santri

Al-Qur‟an merupakan kitab Allah yang diturunkan baik lafadz maupun

maknanya kepada nabi terakhir, Nabi Muhammad Saw., yang di riwayatkan secara

mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan (akan kesesuaiannya dengan

apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.), yang ditulis pada mushafdari

awal surat al-Fatihah sampai akhir surat an-Nas. Maka kewajiban setiap muslim

diseluruh dunia untuk membaca, menghayati, serta mengamalkannya. 21

1. Pengertian al-Qur’an

Kata al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata ‫ ﺃﺮﻗ‬dengan arti bacaan,

berbicara tentang apa yang tertulis padanya atau melihat dan menelaahnya. Dalam

20
Mansur, Pendidikan Usia Dini Dalam Islam. hlm. 136
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur‟an, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 54.
21

18
pengertian ini kata ‫ ﻥﺃﺮﻗ‬yaitu isim ma’ful dari kata ‫ﺃﺮﻗ‬.22 Hal ini sejalan sesuai dengan

firman Allah dalam Q.S. al-Qiyamah (75) 17-18:



Terjemahnya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”.23

Menurut istilah agama (syara’), ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf.24Para ahli usul Fiqih

menetapkan bahwa al-Qur’an adalah nama bagi keseluruhan al-Qur’an dan nama bagi

suku-sukunya. Al-Qur’an menurut pendapat ahli kalam ialah yang ditunjuki oleh

yang dibaca itu yakni: “Kalam azali yang berdiri pada Zat Allah yang senantiasa

bergerak (tak pernah diam) dan tidak pernah ditimpa suatu bencana”.25

2. Adab Membaca al-Qur’an

Imam al-Ghazali dalam kitabnya, Ihya‟ Ulum al-Dinmenguraikan dengan

sejelas-jelasnya bagaimana hendaknya membaca al-Qur‟an. Imam al-Ghazali telah

membagi adab membaca al-Qur‟an menjadi adab yang batin dan adab yang lahir.

Adapun mengenai adab lahir dalam membaca al-Qur‟an yang harus diperhatikan

antara lain:

22
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Mizan: Bandung, 2005), hlm. 26.
23
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (PT. Sygma Examedia Arkanleema:
Bandung, 2009), hlm. 24.
24
M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ulumul Qur’an/Tarsif, (Cet. X; PT. Bulan
Bintang: Jakarta, 1996), hlm. 1.
25
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Mizan: Bandung, 2005), hlm. 27.

19
1) Hendaklah wudhu, menetapi keadaan yang serba tenang dan penuh

kesopanan

2) Kadar bercandanya, para ahli baca al-Qur‟an mempunyai kebiasaan yang

berlainan, mengenai banyak sedikitnya yang dibaca

3) Ketertiban bacaan (tartil), cara ini adalah disunnahkan dalam membaca al-

Qur‟an, sebab tujuan membaca itu untuk direnungkan isinya dan

dipikirkan maknanya.

4) Hendaklah menjaga hak dari ayat yang dibacanya

5) Pada permulaan membaca hendaklah mengucapkan ta‟awudz.26

Adab membaca al-Qur‟an secara bathin yang paling besar ialah

memperhatikan (tadabbur) makna-makna al-Qur‟an. Artinya, melihat dan

memperhatikan kesudahan segala urusan dan bagaimana akhirnya. Tadabbur ini dekat

dengan pengertian tafakkur (memikirkan). Hanya saja tafakkurini lebih diartikan

pemusatan hati dan pikiran ke dalil. Sementara tadabburmemusatkan perhatian ke

kesudahan.27

Dari definisi al-Qur’an di atas dapat diketahui bahwa seluruh bahasa yang

digunakan dalam al-Qur’an adalah bahasa Arab, dan tidak sedikitpun menggunakan

bahasa asing, banyak ayat al-Qur’an yang membahas serta menelaskan tentang hal

itu. Hai ini menolak anggapan sementara orang, bahwa di dalam al-Qur’an terdapat

bahasa asing. Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an menurut

26
http://kitabihyaulumuddin.blogspot.co.id/2012/04/19kitab-adab-tilawah Al-Qur’an.html,
diakses pada 29 desember 2017, pukul 15.01 WIB.
27

20
bahasa dan istilah yakni wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

saw sebagai risalah kemudian disampaikan secara mutawatir kepada kita (umat

Muhammad).

3. Fungsi-Fungsi al-Qur’an

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw pada hakikatnya untuk

disampaikan kepada umat manusia sehingga selayaknya memiliki fungsi dalam

kehidupan manusia. Di antara fungsi al-Qur’an yang terpenting menurut Masyfuk

Zuhudi antara lain:

1. Sebagai mu’jizat Nabi Muhammad saw untuk membuktikan kenabian dan

kerasulannya serta kebenaran bahwa al-Qur’an adalah firman Allah, bukan

ucapan atau ciptaan Nabi Muhammad saw karena kemukjizatan Al-Qur’an

(tidak bisa ditandingi dan ditiru oleh siapapun) itu berlaku sepanjang masa

dan untuk seluruh umat Islam.

2. Sebagai sumber segala macam aturan tentang hukum sosial, ekonomi,

kebudayaan, pendidikan, moral dan sebagainya yang harus dijadikan pedoman

hidup bagi umat manusia untuk menyelesaikan berbagai problem yang

dihadapi.

3. Sebagai hakim yang diberi wewenang oleh Allah swt, memberikan keputusan

terakhir mengenai beberapa masalah yang diperselisihkan mengenai beberapa

masalah yang diperselisihkan dalam kalangan pimpinan agama dari

21
bermacam-macam agama, sekaligus sebagai korektor yang mengoreksi

kepercayaan yang salah di kalangan umat beragama.

4. Sebagai penguat yang mengokohkan dan menguatkan kebenaran adanya

kitab-kitab suci yang pernah diturunkan sebelum al-Qur’an dan kebenaran

adanya para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad saw beserta kitab-

kitab sucinya yang sudah tidak murni lagi, sebab ada yang sudah diubah oleh

para pemuka agama tersebut.28

Selanjutnya menurut Rosihan29, al-Qur’an mempunyai beberapa fungsi utama,

diantaranya:

1) Al-Qur’an sebagai bacaan

Sebagai bahan bacaan, maka terdapat perbedaan utama ketika orang membaca

al-Qur’an dengan membaca bahan bacaan lainnya. Misalnya, seorang membaca novel

yang ditulis dalam bahasa Arab sementara dia tidak mengerti bahasa Arab, dengan

sendirinya dia tidak memperoleh manfaat dari pekerjaan membaca tersebut.Fungsi al-

Qur’an disini adalah memberi motivasi dan dorongan kepada manusia untuk rajin

membaca, karena pekerjaan membaca adalah jalan utama untuk seorang memperoleh

informasi dan pengetahuan.

2) Sebagai sumber hukum

Fungsi utama al-Qur’an sebenarnya adalah sebagai sumber dan segala sumber

hukum. Artinya, melalui ayat-ayat al-Qur’an tertentu, manusia dapat merumuskan,

28
M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ulumul Qur’an/Tarsi.f, Ibid, hlm. 19.
29
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Pustaka Setia: Bandung, 2006), hlm. 37.

22
menyusun atau menetapkan suatu bentuk hukum tertentu, baik berupa jenis status,

metode maupun diketum hukum itu sendiri.

3) Sebagai pembeda

Nama lain dari al-Qur’anAl-Furqan, yang artinya pembeda. Artinya, al-

Qur’an merupakan tolak ukur, terubuhnya suatu matriks, yang denganya orang dapat

melakukan suatu perbandingan secara mudah dan jelas.

4. Macam-Macam Metode Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Metode Iqro'.

Metode Iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’anyang menekankan

langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan Iqro’ terdiri dari 6 jilid di

mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang

sempurna.30

Metode Iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-

macam, karena ditekankan pada bacaannya (membaca huruf Al-Qur’andengan fasih),

bacaan langsung tanpa dieja. Artinya diperkenalkan nama-nama huruf hijaiyah

dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.

Metode pembelajaran ini pertama kali disusun oleh H. As’ad Humam di

Yogyakarta. Buku metode Iqro’ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana

dalam setiap jilidnya terdapat petunjuk mengajar dengantujuan untuk meudahkan

setiap peserta didik (santri) yang akan menggunakannya, maupun ustadz/ustadzah

30
http://miftahuljannah122.wordpress.com/2019/4/11/ metode-iqro/.Di Akses Pada kamis 11
April 2019, 22:15WIT

23
yang akan menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode Iqro’ ini termasuk

salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini

sudah umum digunakan ditengah-tengah masayarakat Indonesia.31

2. Pengertian Metode Qiroati.

Metode Qiroati adalah suatu metode membaca Al-Qur’anyang langsung

memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwd. Dari

pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam metode Qiroati terdapat dua pokok

yang mendasar yaitu membaca Al-Qur’ansecara langsung dan pembiasaan

pembacaan dengan tartil sesuai dengan ilmu tajwid. Membaca Al-Qur’ansecara

langsung maksudnya adalah dalam pembacaan jilid ataupun Al-Qur’antidak dengan

cara mengeja akan tetapi dalam membacanya harus secara langsung. Metode Qiroati

merupakan metode yang yang bisadikatakan metode membacaAl-Qur’anyang ada di

Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali disusun pada

tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode Qiroati belum disusun secara

baik.Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa anak disekitar

rumahnya, sehingga sosialisasi metode Qiroati ini sangat kurang.32

Berasal dari metode Qiroati inilah kemudian banyak sekali bermunculan

metode membaca Al-Qur’anseperti metode Iqro', metode An-Nadliyah, metode

Tilawaty, metode Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode Qiroati

ini terdiri dari 6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (pra-TK), dan dua

31
Ibid.
32
Wallpaper cartoon muslimah. blogspot. com/2019/11/ metode-qiroati.html.Di Akses Pada
Selasa 11 April 2019, 22:15 WIT.

24
buku pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah diselesaikan, yaitu

juz 27 serta Ghorib Musykilat (kata-kata sulit).

5. Kualitas Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Tartil

Allah SWT memberikan penjelasan bahwa dikatakan mampu membaca Al-

Qur‟an apabila membacanya dengan tartil. seperti yang disebutkan dalam surat Qs.

Al-Muzzammil ayat 4: Allah berfirman:

      


Artinya : “ atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur‟an itu dengan

perlahan-lahan”33

Menurut sahabat Ali bin Abi Thalib RA, yang dimaksud tartil adalah

memperbaiki/memperindah bacaan huruf hijaiyah yang terdapat dalam Al-Qur‟an

dan mengerti hukum-hukum ibtida‟ dan waqaf.34

2. Pengertian Tahsin

Tashil menurut bahasa artinya memberi kemudahan, keringanan atau

menyederhanakan hamzah qatha’ yang kedua, adapun menurut istilah qira’ah artinya

membaca antara hamzah dan alif . Tanda tashil adalah antara tanda-tanda bacaan

khusus yang ada di dalam al-Quran mashaf Utsmani. Tanda ini memiliki bentuk

seperti bulat kubik ( ۬ ) dan hadir satu kali saja dalam al-Quran, Dalam qira’ah Imam

Ashim riwayat Hafs hanya ada satu bacaan tashil yaitu pada QS. Fusshilat: Ayat 44

33
Qs. Al-Muzzammil [73] : 4.
34
Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni baca Al-Qur’an, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 1994), hlm. 9.

25
      
    

Artinya: dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa

selain Arab, tentulah mereka mengatakan.35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Oleh karena itu penulis

menggunakan metode penelitian kualitatif agar mendapatkan hasil yang lebih tepat

dan relevan tentang penelitian yang penulis lakukan di TPQ Nurhamsa.

Penelitian kualitatif itu sendiri menurut Bogdan dan Tylor yakni penelitian

yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan

tingkah lakuyang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti36.

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

a. Waktu Penelitian
35
"Fussilat (41:44) - Tanzil Quran Navigator". Diakses tanggal 11 April 209
36
Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan
(Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 166

26
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan setelah propsal ini

diseminarkan

b. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) Nurhamsa

Desa Ulima Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan.

C. Sumber Data Pnelitian

Sumber data merupakan hal yang berhubungan dengan dari mana data tersebut di

peroleh sumber data penilitian dapat berupa orang, benda, dokumen atau proses suatu

kegiatan, dan lain-lain.

1) Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti secara langsung dari sumber

pertama atau tempat objek penelitian ini diambil langsung oleh peneliti yaitu

kepala TPQ Nurhamsa, empat orang santri dan ustaza atau tuan guru mengaji di

desa Ulima Kecamatan Ambalau Kabupaten Buru Selatan.

2) Data sekunder.

Data Sekunder adalah merupakan data yang diperoleh melalui informasi perantara

yang diperoleh melalui kegiatan observasi wawancara, dokumentasi, buku -buku

referensi berupa pengertian-pengertian, teori-teori yang ada hubunganya dengan

permasalahan yang sedang diteliti.

D. Populasi Penelitian

27
Populasi adalah sejumlah orang atau objek yang diteliti menurut Arikunto bahwa

jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang maka sampelnya dapat diambil 100%.

Jika populasinya lebih dari 100 orang maka dapat diambil sampel penelitian antara

10-15% atau 20-25% atau lebih. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah 10 orang santri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam rangka

penelitian. Pada penelitian ini proses pengumpulan datanya akan digunakan beberapa

metode yakni metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang

kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis.37

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung.

Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap

objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada

bersama objek yang diselidiki.38

37
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke 7 (Bandung: CV.
Alfabeta, 2007), hlm. 145
38
Maman Rahman,Strategi dan Langkah-langkah Penelitian (Semarang: IKIP Semarang
Press, 1992), hlm 77

28
Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap dan

memberikan gambaran tentang bimbingan yang dilakukan oleh TPQ Nurhamsa

terhadap anak yang ada di TPQ, yaitu dengan mengamati secara langsung sikap dan

perilaku anak serta pelaksanaan kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh pengasuh

(Ustadz) TPQ Nurhamsa

b. Wawancara

Menururt Sudarman Danim wawancara adalah sebuah percakapan antara dua

orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau

sekelompok subjek penelitian untuk dijawab. 39

Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi atau data berupa ucapan,

pikiran, gagasan, perasaan dan kesdaran sosial. Dengan wawancara diharapkan

informasi tentang peranaan TPQ dalam bimbingan akhlak anak dapat terungkap dan

terekam oleh peneliti secara cermat.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang

berupa pedoman wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan yang

diajukan secara langsung kepada informan (Ustadz/ustadzah, Orang tua, Santri) yang

berada ditempat penelitian berjumlah 7 orang.

c. Dokumentasi

39
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia,2002), hlm. 52

29
Dokumentasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui peninggalan

tertulis seperti arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau

hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.40

Metode dokumentasi digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mencari

data-data mengenai hal-hal yang berhubungan dengan gambaran umum TPQ

Nurhamsa di Desa Ulima Kecamata Ambalau Kabupaten Buru Selatan.

F. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dilapangan berupa data kualitatif, dan metode yang

digunakan adalah metode analisa data dengan model analisis interaktif.

Dalam model analisis interaktif tersebut terdapat tiga komponen yaitu reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Ketiga komponen

dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul, maka

tiga komponen tersebut berinteraksi. Jadi tiga jenis kegiatan analisis dan

pengumpulan data itu sendiri merupakan proses siklus dan interaktif.41

Tahap-tahap yang dilakukan peneliti dilapangan dapat diuraikan sebagai

berikut :

40
Maman Rahman. hlm. 96
41
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alphabeta, 2005), hlm. 56

30
1. Reduksi data (pemilihan data)

a. Data yang telah terkumpul dipilih dan dikelompokkan berdasarkan

kemiripan data.

b. Data itu kemudian diorganisasikan untuk mendapat simpulan data sebagai

bahan penyajian data.

2. Penyajian data.

Selanjutnya data disajikan dalam bentuk uraian-uraian naratif yang disertai

dengan bagan atau tabel yang memperjelas penyajian data.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Setelah melalui dua tahap tersebut diatas, maka dilakukan penarikan

kesimpulan dan verifikasi, yaitu data yang telah disajikan tadi disimpulkan dan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung.

31
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Abdur Ra’uf al-Hafidz, Pedoman Dauroh al-Qur’an, (Cet. II; Jakarta:
Ma’had al-Hikmah Litahfizil Qur’an, 1994)

Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009)

Al-Imam Zainudin Ahmad bin Abd Al-Latif Az-Zabidi, Mukhtshar Shohih al-
Bukhori, (Riyadh, Daar As-Salaam, 1996)

Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif


Pendekatan (Jakarta: Kencana, 2007),

Dimensi, Dampak Kualitas di Tengah Arus Globalisasi, (Tulungagung: Lembaga


Pers Mahasiswa (LPM) Dimensi STAIN T.A,2013)

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Cet. III; Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2006),

Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an,(Yogyakarta: Teras,


2010)

M. Indar Djumberansah, Filsafat Pendidikan, (Surabaya: Abditama, 1994),

32
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2005)
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Mizan: Bandung, 2005)

Mansur, Pendidikan dan globalisasi (Cet. II; Yogyakarta: Pilar Humania, 2005),

M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ulumul Qur’an/Tarsif, (Cet. X;


PT. Bulan Bintang: Jakarta, 1996),

Maman Rahman,Strategi dan Langkah-langkah Penelitian (Semarang: IKIP


Semarang Press, 1992)

Nuryanis dan Romli, Pendidikan Luar Sekolah Kontribusi Ditpenamas Dalam


Pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional (Jakarta: Direktorat Jenderal
Kelembagaan Agama Islam, 2003)

Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Pustaka Setia: Bandung, 2006)


Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke 7 (Bandung:
CV. Alfabeta, 2007)

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia,2002),

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovativ-Progresif, (Cet. IV; Jakarta:


Kencana Prenada Media Group, 2011),

Zulkarnain, Transformasi Nialai-Nilai Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2008)

Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004)

Zakiah Daradjat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam

33
Lampiran 1

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA TPQ NURHAMSA DESA ULIMA


KECAMATAN AMBALAU

Nama :.............................................. Hari :.............................................

Jabatan :.............................................. Tanggal :.............................................

PERTANYAAN

1. Bagaimana peranan Kepala TPQ Nurhamsa dalam meningkatkan Kualitas bacatulis

Al-Qur’an di Desa Ulima ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Peran (TPQ) Nurhamsa dalam

mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di Desa Ulimaeng Kecamatan

Ambalau Kabupaten Buru Selatan ?

34
3. Bagaimana tanggapan kepala TPQ terkait peranan guru mengajar dalam

meningkatkan baca tulis Al-Qur’an di Desa Ulima?

4. Bagaimana pendapat kepala TPQ terkait kepribadian guru mengajar dalam

meningkatkan baca tulis Al-Qur’an?

35
Lampiran 2

PEDOMAN GURU TPQ NURHAMSA DESA ULIMA KECAMATAN AMBALAU

Nama :.............................................. Hari :.............................................

Jabatan :.............................................. Tanggal :.............................................

PERTANYAAN

1. Bagaimana peranan guru mengaji dalam meningkatkan baca Al-Qur’an?


2. Strategi apa saja yang digunakan dalam meningkatkan baca Al-Qur’an?
3. Apakah ada kendala yang dihadapi oleh guru pada saat mengajar?
4. Apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan baca Al-
Qur’an?
5. Apakah kesadaran guru sangatlah penting dalam meningkatkan baca Al-
Qur’an?
6. Apa saja faktor penghambat dalam meningkatkan baca Al-Qur’an?

36
Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA SANTRI TPQ NURHAMSA

Nama :.............................................. Hari :.............................................

Jabatan :.............................................. Tanggal :.............................................

PERTANYAAN

1. Bagaimana cara guru atau ustaza dan utad dalam upaya meningktkan baca

tulis Al-Qur’an.?

2. Bagaimana pandangan santri mengenai strategi guru dalam menignkatkan

baca Al-Qur’an .?

3. Apakah selaku santrikalian paham apa yang disampaikan oleh guru?

4. apa saja kendala menurut santri dalam upaya guru meningkatkan baca Al-

Qur’an .?

37

Anda mungkin juga menyukai