PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan suatu aalat terpenting untuk membentuk generasi yang siap menggantikan
generasi tua guna untuk membangun masa depan, ini berarti bahwa setiap manusia
dengan yang lain, karena dengan pendidikan manusia akan mudah untuk
mengembangkan kualitas, potensi dan bakat yang ada didalam diri manusia1.
kedewasaan dan kepribadian muslim. Pendidikan dalam arti sempit, ialah bimbingan
yang diberikan kepada anak didik sampai ia dewasa. Sedangkan pendidikan dalam
arti luas, ialah bimbingan yang diberikan sampai mencapai tujuan hidupnya: bagi
1
keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2
Melihat paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu
proses pembelajaran yang dilakukan secara langsung dari pendidik untuk terdidik
dirinya. Pembelajaran ini dilakukan secra terus menerus sampai mencapai sesuatu
anak di sekolah untuk menimba ilmu pengetahuan, namun lebih luas dari pada itu,
anak akan bertumbuh dan berkembang dengan baik jika memperoleh pendidikan
yang paripurna agar kelak menjadi manusia yang berguna bagi masyarakat, bangsa,
negara dan agama.3 Pendidikan juga merupakan sumber acuan untuk mendidik anak.
Pada pendidikan anak, kedua orang tua merupakan sosok manusia yang
pertama kali di kenal anak, yang karenanya perilaku keduanya akan sangat mewarnai
keteladanan dari keduanya menjadi sangat diperlukan, karena apa yang didengar,
dilihat, dan dirasakan anak di dalam berinteraksi dengan kedua orang tua akan sangat
membekas dalam memori anak.4 Jadi dalam pendidikan anak, sosok yang sangat
2
Undang-Undang SISDIKNAS, (Sinar Grafika), hal. 3
3
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2005), hal .83
4
Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur’an,(Yogyakarta: Teras, 2010),hal. 5
2
bidang neurologi menyebutkan selama tahun-tahun pertama, otak anak berkembang
itu harus diperkuat melalui berbagai rangsangan karena sambungan yang tidak
rangsangan yang tepat dan seimbang akan mampu melipatgandakan kemampuan otak
sesuatu hal yang tidak mudah. Hal ini sesuai dengan sifat dan keinginan manusia itu
sendiri, dimana ada yang berkeinginan sekali dalam membaca ataupun mempelajari
al-Qur’an dan tak jarang juga kita temui keinginan mempelajari al-Qur’an kurang
sekali. Hal ini dapat dibuktikan dari wawancara peneliti dengan pimpinan TPQ
Guru pada Taman pendikan al-Qur’an mempunyai peran dan tanggung jawab
yang besar dalam mendidik dan mengajar, khususnya pembelajaran membaca al-
Qur’an agar peserta didik dapat membaca dan al-Qur’an dengan fasih dan benar.
Dalam kegiatan proses belajar mengajar salah satu yang disoroti adalah segi metode
5
M. Indar Djumberansah, Filsafat Pendidikan, (Surabaya: Abditama, 1994), hlm. 11.
6
Hasil Wawancara dengan Pimpinan TPQ Nurhamsa, Husen Saliu, Desa Ulima Kecamatan
Ambalau Kabupaten Buru Selatan, Kamis 22 Juli 2018.
3
yang digunakan. Sukses tidaknya suatu proses pembelajaran salah satunya tergantung
pada ketepatan metode yang digunakan. Demikian pula dalam mempelajari Al-
Qur’an juga membutuhkan metode yang tepat. Sebab metodelah yang menentukan isi
dan cara mempelajari al-Qur’an tesebut dengan baik. Dengan demikian metode
merupakan alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan
efektif, para tenaga pengajar (ustadz dan ustadzah) perlu menerapkan berbagai
metode mengajar sesuai dengan tujuan situasi dan kondisi yang ada guna
belajar mengajar ditentukan oleh metode dan peran TPQ dalam pembelajaran yang
melakukan wawancara dengan pimpinan TPQ Nurhamsa terkait dengan Peran TPQ
dalam meningkatkan kualitas baca tulis Al-Qur’an peran yang selama ini digunakan
agar peserta dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar, maka dapat dilihat
Dalam proses membaca al-Qur’an di TPQ ini, kami sangat berperan penting
dalam menggunakan banyak metode seperti; 1) Metode Iqro’ yakni suatu
sistem mempelajari cara membaca al-Qur’an yang sistematis dimulai dari yang
sederhana ketahap yang lebih sulit yang dimulai dari Iqro 1 – 6). 2) metode
Qiroaty yakni merupakan suatu metode belajar dan mengajarkan membaca al-
Qur’an yang langsung memasukan dan mempraktekan bacaan sesuai dengan
kaidah ilmu tajwidnya, metode ini mempunyai sistem pengajaran antara lain;
sejak awal langsung membaca huruf hijaiyah yang berharokat tanpa mengeja,
langsung praktek secara mudah dan praktis bacaan yang bertajwid dan materi
pelajaran diberikan secara bertahap dari yang mudah menuju yang sulit, dari
yang umum kepada yang khusus, sesuai dengan kaidah atau didengarkan
dengan menggunakan media seperti handphome atau medai elektronik lainnya.
4
Dan yang ke 3) Metode Qowaidul Baghdadiyah metode ini memerlukan waktu
yang cukup lama, cara metode ini terlebih dahulu peserta didik harus
mengenal dan hafal huruf hijaiyah 28 huruf. Metode ini disebut juga metode
“Eja” karena biasanya diterapkan kepada peserta didik yang baru masuk
mengaji dan mulailah dikelankan huruf-hurf hijaiyah satu demi satu agar
mereka mudah mengenal dan mengingat bentuk khurf dan cara membacanya
masing-masing.7
secara khusus menampung anak-anak yang ingin mendalami dan mempelajari cara
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar,selain itu anak-anak juga akan mendapat
pelajaran yang berkaitan dengan moral dan penanaman akhlaq. 8 Taman Pendidikan
membangun kemampuan spiritual masyarakat sejak dini, dengan adanya TPQ ini
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw
untuk disampaikan kepada umat manusia sebagai petunjuk bagi segenap umat di
merupakan sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap
muslim.9 Al-Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
5
Al-Qur’an mengarahkan manusia pada jalan yang benar dan lurus, sehingga
dunia dan akhirat.10 Al-Qur’an merupakan kitab suci yang paling sempurna bagi umat
Isam. Tidak hanya mempelajari dan mengamalkan isinya saja yang menjadi
adalah suatu ilmu yang mengandung seni, senibaca Al-Qur’an. Al-Qur’an itu ialah
wahyu Allah yang dibukukan, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw,
sebagai suatu mu’jizat , membacanya dianggap ibadat, sumber utama ajaran islam. 11
Oleh karena itu belajar membaca Al-Qur’an harus dimulai sejak kecil agar kelak bisa
menjadi orang yang berguna dan berakhlak muliya serta menambah ketaqwaan
kecil dari usia 5 atau 6 tahun, karena pada masa anak-anak merupakan masa yang
sholat lima waktu, pembiasaan membaca kitab suci al-Qur’an, pembiasaan berdo’a,
10
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam..........., hal 136
11
Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), hal 89
12
Dapertemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya,(PT Syigma Examedia Arkanleema),
hal.2
6
pembiasaan berbakti kepada orang tua, dan lain-lain. Pembiasaan ini bila dilakukan
dengan strategi yang tepat dapat menumbuh kebangkan nilai-nilai akhlaq karimah
bagi mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, Daradjat berpendapat sebagaimana telah
dengan cara yang kaku, salah atau tidak cocok, dengan anak-anak, maka waktu
dewasa nanti, ia akan cenderung kepada atheis atau kurang peduli terhadap agama,
atau kurang merasakan agama bagi dirinya. Dan sebaliknya, semakin banyak si anak
berpengaruh lebih mendalam pada masa dewasanya kelak. Oleh karena itu orang tua,
perkotaan bisa dengan mudah dijumpai anak-anak dan remaja muslim yang belum
mampu membaca Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an diakui sebagai kitab sucinya dan
kegiatan lainnya, sehingga banyak sekali anak-anak muslim lulusan menengah yang
13
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal 345
14
Ibid hal 346
7
masih buta huruf terhadap Al-Qur’an sehingga belum bisa membaca Al-Qur’an
dengan bak dan benar. Halseperti ini bukanlah perkara yang tabu pada zaman
sekarang, karena terjadi benturan antara sekolah formal dengan sekolah non formal
yang dalam lingkup TPQ, hal ini karena sekolah formal mempunyai wajib belajar
bagi anak-anak, meskipun pendidikan non formal juga sudah didukung oleh DPAG
sisi lain banyak orang tua yang cenderung menyekolahkan anaknya di lembaga-
lembaga formal saja, dengan harapan kelak kemudian hari anaknya bisa menjadi
orang-orang yang pandai dan intelek, namun mereka lupa dengan pendidikan
agamanya, sehingga secara tidak sadar orang tua menjauhkan anak-anaknya dari
penting. Bagi mereka yang terpenting adalah kepandaian yang mampu menghasilkan
sesuai dengan kaidah yang disusun dalam ilmu tajwid. Penerapannya tentu saja
belajar pendidikan agama Islam yang lain yakni terdapat jenjang-jenjang. Bertahap
dari mulai pengenalan tentang huruf hijaiyah hingga samapai kepada Al-Qur’an itu
sendiri. Pengajaran Al-Qur’an pada tingkat pertama berisi pengenalan huruf hijaiyah
8
baca. Sebaiknya tentu kata yang terdapat dalam Al-Qur’an itu sendiri yang digunakan
sebagai bahan. Metode global dan SAS (Sintetis Analitis Sistem)tentu dapat
digunakan. Buku pelajaran dapat digunakan dengan memilih buku-buku yang berisi
alifbata, seperti juz amma dan beberapa buku pelajaran Al-Qur’an yang sudah banyak
disusun. Yang pe nting untuk pertama kali ialah pengenalan huruf dengan bunyinya
yang tepat.15 Oleh sebab itu dalam meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an
dibutuhkan ustadz/ustadzah yang sudah mahir dalam membaca Al-Qur’an agar santri-
santri bisa membaca dengan tepat yang sesuai dengan tajwid. Seperti yang di jelaskan
mempelajari al-Qur’an di masyarkat, maka salah satu yang menjadi prioritas dalam
pengajaran yang dilakukan oleh TPQ Nurhamsa Desa Ulima Kecamatan Ambalau
Kabupaten Buru Selatan adalah berperan dalam mengupayakan kepada para santri
untuk bisa membaca dan menulis al-Qur’an, serta berupaya untuk menghafalnya dan
Hasil wawancara dengan Pimpinan TPQ Darusalam, Husen Saliu, Desa Ulima Kecamatan
16
9
Sejalan dengan uraian yang telah dikemukan tersebut, maka penulis tertarik
B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kejelasan peranan TPQ
Nurhamsa Desa Ulima sebagai lembaga non formal yang mengajarkan tentang
Ibadah, Aqidah dan Membaca Al-Qur’an sekaligus untuk melihat faktor pendukung
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditemukan di atas, maka yang
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Peran (TPQ) Nurhamsa dalam
D. Tujuan Penelitian
10
1. Untuk mengetahui Peranan (TPQ) Nurhamsa dalam mengatasi kesulitan
Selatan.
E. Manfaat Penelitian
Muslim yang mapan dalam hal membaca, menulis dan memahami kandungan
al-Qur’anreferensi untuk guru dan santri dan santri wati dalam melaksanakan
peningkatannya.
11
F. Kajian Terdahulu
Dalam kajian pustaka ini terdiri atas penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian ini peneliti tidak menemukam penelitian yang sama dengan judul
penelitian ini, hanya saja peneliti menemukan data yang ber hubungan dengan judul
dikatakan berhasil hal ini dapat dibuktikan dengan kebiasaan dan perilaku
anak dalam kehidupan sehari-hari mereka yang sopan dalam tutur kata,
12
perbuatannya, dan selalu mengerjakan shalat lima waktu. Persamaannya
G. Definisi Operasional
pengertian, maka perlu adanya Definisi Operasional judul skripsi ini sesuai dengan
fokus yang terkandung dengan tema pembahasan, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Peranan
Peranan adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan oleh
masyarakat.
b. TPQ Nurhamsa
13
Taman Pendidikan Al Qur’an TPQ adalah lembaga atau kelompok
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Peranan TPQ
pebruari 1991 yang diresmikan oleh Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir
17
As’ad Human, Budiyanto. 1995. Pedoman Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan
TPA-TPA Nasional. Yogyakarta: LPTQ Nasional. Hlm 87
14
TPQ sebagai lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai peran utama
mengajarkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an juga sangat berperan bagi
akhlak/akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan tidak hanya terpaku pada
materi baca tulis Al-Qur’an melainkan juga memberikan materi tentang ibadah,
aqidah, akhlak atau akhlak yang bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi
pribadi yang Qur’ani dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya.
18
Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam(Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 38-39.
15
Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin (2003:38) berpendapat bahwa dalam
1. Penegrtian TPQ
menekankan aspek keagamaan (Islam) dengan mengacu pada sumber utamanya yaitu
Al-Quran dan As-Sunnah (sunnah Rasul). Hal itupun dibatasi dan disesuaikan dengan
(pendidikan Formal). Misalnya pengajaran baca Tulis Al-Qur’an serta Do’a harian,
penanaaman akidah dan akhlak, dan sejenisnya. Dalam pengertian yang lain taman
kalangan anak¬-anak. Tujuan pengajaran adalah merupakan salah satu aspek atau
dikatakan berhasil apabila tujuan tersebut dapat tercapai atau paling tidak mendekati
16
Secara umum, taman pendidikan al-Qur’an bertujuan dalam rangka untuk
sebagai tujuan dalam waktu lebih kurang selama satu tahun. Hal ini sesuai dengan
petunjuk dalam buku pedoman TPQ Nasional, yaitu: dapat membaca al-Qur’an
dengan benar sesuai dengan ilmu tajwid, dapat melakukan shalat dengan baik dan
terbiasa hidup dalam suasana yang lslami, dapat menulis huruf-huruf al-Qur’an, hafal
dan sekaligus merupakan tujuan pokok dan perdana yang harus dicapai dan sekaligus
dimiliki oleh setiap peserta santri. Oleh karena itu, pada saat laksanaan penerimaan
dijadikan sebagai materi pertama dan utama, sedang materi¬-materi yang lain sebagai
penunjang. Materi penunjang juga penting, namun prioritas kedua setelah membaca
pendukung atau sebagai tambahan saja setelah materi membaca al-Qur’an tersebut.
agar tidak terjadi kemerosotan agama dan generasi Qur'ani. Kemampuan membaca
17
Muslim. Oleh karena itu, gerakan baca dan tulis al-Qur’anmerupakan langkah
strategis dalam rangka meningkatkan kualitas ummat khususnya ummat Islam dan
yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan kepada
ummatnya sebagai petunjuk manusia untuk kehidupan dunia dan akhirat. al-Qur’an
mengarahkan manusia pada jalan yang benar dan lurus, sehingga bisa mencapai
akhirat.20
maknanya kepada nabi terakhir, Nabi Muhammad Saw., yang di riwayatkan secara
mutawatir, yakni dengan penuh kepastian dan keyakinan (akan kesesuaiannya dengan
apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.), yang ditulis pada mushafdari
awal surat al-Fatihah sampai akhir surat an-Nas. Maka kewajiban setiap muslim
1. Pengertian al-Qur’an
Kata al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata ﺃﺮﻗdengan arti bacaan,
berbicara tentang apa yang tertulis padanya atau melihat dan menelaahnya. Dalam
20
Mansur, Pendidikan Usia Dini Dalam Islam. hlm. 136
Rosihon Anwar, Ulum al-Qur‟an, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 54.
21
18
pengertian ini kata ﻥﺃﺮﻗyaitu isim ma’ful dari kata ﺃﺮﻗ.22 Hal ini sejalan sesuai dengan
Terjemahnya: “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai
membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”.23
Menurut istilah agama (syara’), ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf.24Para ahli usul Fiqih
menetapkan bahwa al-Qur’an adalah nama bagi keseluruhan al-Qur’an dan nama bagi
suku-sukunya. Al-Qur’an menurut pendapat ahli kalam ialah yang ditunjuki oleh
yang dibaca itu yakni: “Kalam azali yang berdiri pada Zat Allah yang senantiasa
bergerak (tak pernah diam) dan tidak pernah ditimpa suatu bencana”.25
membagi adab membaca al-Qur‟an menjadi adab yang batin dan adab yang lahir.
Adapun mengenai adab lahir dalam membaca al-Qur‟an yang harus diperhatikan
antara lain:
22
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Mizan: Bandung, 2005), hlm. 26.
23
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (PT. Sygma Examedia Arkanleema:
Bandung, 2009), hlm. 24.
24
M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ulumul Qur’an/Tarsif, (Cet. X; PT. Bulan
Bintang: Jakarta, 1996), hlm. 1.
25
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Mizan: Bandung, 2005), hlm. 27.
19
1) Hendaklah wudhu, menetapi keadaan yang serba tenang dan penuh
kesopanan
3) Ketertiban bacaan (tartil), cara ini adalah disunnahkan dalam membaca al-
dipikirkan maknanya.
memperhatikan kesudahan segala urusan dan bagaimana akhirnya. Tadabbur ini dekat
kesudahan.27
Dari definisi al-Qur’an di atas dapat diketahui bahwa seluruh bahasa yang
digunakan dalam al-Qur’an adalah bahasa Arab, dan tidak sedikitpun menggunakan
bahasa asing, banyak ayat al-Qur’an yang membahas serta menelaskan tentang hal
itu. Hai ini menolak anggapan sementara orang, bahwa di dalam al-Qur’an terdapat
bahasa asing. Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an menurut
26
http://kitabihyaulumuddin.blogspot.co.id/2012/04/19kitab-adab-tilawah Al-Qur’an.html,
diakses pada 29 desember 2017, pukul 15.01 WIB.
27
20
bahasa dan istilah yakni wahyu Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw sebagai risalah kemudian disampaikan secara mutawatir kepada kita (umat
Muhammad).
3. Fungsi-Fungsi al-Qur’an
(tidak bisa ditandingi dan ditiru oleh siapapun) itu berlaku sepanjang masa
dihadapi.
3. Sebagai hakim yang diberi wewenang oleh Allah swt, memberikan keputusan
21
bermacam-macam agama, sekaligus sebagai korektor yang mengoreksi
adanya para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad saw beserta kitab-
kitab sucinya yang sudah tidak murni lagi, sebab ada yang sudah diubah oleh
diantaranya:
Sebagai bahan bacaan, maka terdapat perbedaan utama ketika orang membaca
al-Qur’an dengan membaca bahan bacaan lainnya. Misalnya, seorang membaca novel
yang ditulis dalam bahasa Arab sementara dia tidak mengerti bahasa Arab, dengan
sendirinya dia tidak memperoleh manfaat dari pekerjaan membaca tersebut.Fungsi al-
Qur’an disini adalah memberi motivasi dan dorongan kepada manusia untuk rajin
membaca, karena pekerjaan membaca adalah jalan utama untuk seorang memperoleh
Fungsi utama al-Qur’an sebenarnya adalah sebagai sumber dan segala sumber
28
M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ulumul Qur’an/Tarsi.f, Ibid, hlm. 19.
29
Rosihan Anwar, Ulumul Qur’an, (Pustaka Setia: Bandung, 2006), hlm. 37.
22
menyusun atau menetapkan suatu bentuk hukum tertentu, baik berupa jenis status,
3) Sebagai pembeda
Qur’an merupakan tolak ukur, terubuhnya suatu matriks, yang denganya orang dapat
langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan Iqro’ terdiri dari 6 jilid di
mulai dari tingkat yang sederhana, tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang
sempurna.30
Metode Iqro’ ini dalam prakteknya tidak membutuhkan alat yang bermacam-
dengan cara belajar siswa aktif (CBSA) dan lebih bersifat individual.
Yogyakarta. Buku metode Iqro’ ini disusun/dicetak dalam enam jilid sekali. Di mana
30
http://miftahuljannah122.wordpress.com/2019/4/11/ metode-iqro/.Di Akses Pada kamis 11
April 2019, 22:15WIT
23
yang akan menerapkan metode tersebut kepada santrinya. Metode Iqro’ ini termasuk
salah satu metode yang cukup dikenal dikalangan masyarakat, karena metode ini
memasukkan dan mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan qoidah ilmu tajwd. Dari
pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam metode Qiroati terdapat dua pokok
cara mengeja akan tetapi dalam membacanya harus secara langsung. Metode Qiroati
Indonesia, yang terlepas dari pengaruh arab. Metode ini pertama kali disusun pada
tahun 1963, hanya saja pada waktu itu buku metode Qiroati belum disusun secara
baik.Dan hanya digunakan untuk mengajarkan anaknya dan beberapa anak disekitar
Tilawaty, metode Al-Barqy dan lain sebagainya. Diawal penyusunan metode Qiroati
ini terdiri dari 6 jilid, dengan ditambah satu jilid untuk persiapan (pra-TK), dan dua
31
Ibid.
32
Wallpaper cartoon muslimah. blogspot. com/2019/11/ metode-qiroati.html.Di Akses Pada
Selasa 11 April 2019, 22:15 WIT.
24
buku pelengkap dan sebagai kelanjutan dari pelajaran yang sudah diselesaikan, yaitu
1. Pengertian Tartil
Qur‟an apabila membacanya dengan tartil. seperti yang disebutkan dalam surat Qs.
perlahan-lahan”33
Menurut sahabat Ali bin Abi Thalib RA, yang dimaksud tartil adalah
2. Pengertian Tahsin
menyederhanakan hamzah qatha’ yang kedua, adapun menurut istilah qira’ah artinya
membaca antara hamzah dan alif . Tanda tashil adalah antara tanda-tanda bacaan
khusus yang ada di dalam al-Quran mashaf Utsmani. Tanda ini memiliki bentuk
seperti bulat kubik ( ۬ ) dan hadir satu kali saja dalam al-Quran, Dalam qira’ah Imam
Ashim riwayat Hafs hanya ada satu bacaan tashil yaitu pada QS. Fusshilat: Ayat 44
33
Qs. Al-Muzzammil [73] : 4.
34
Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni baca Al-Qur’an, (Jakarta : PT. Rineka
Cipta, 1994), hlm. 9.
25
Artinya: dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Oleh karena itu penulis
menggunakan metode penelitian kualitatif agar mendapatkan hasil yang lebih tepat
Penelitian kualitatif itu sendiri menurut Bogdan dan Tylor yakni penelitian
yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan
a. Waktu Penelitian
35
"Fussilat (41:44) - Tanzil Quran Navigator". Diakses tanggal 11 April 209
36
Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan
(Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 166
26
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 1 bulan setelah propsal ini
diseminarkan
b. Lokasi Penelitian
Sumber data merupakan hal yang berhubungan dengan dari mana data tersebut di
peroleh sumber data penilitian dapat berupa orang, benda, dokumen atau proses suatu
1) Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti secara langsung dari sumber
pertama atau tempat objek penelitian ini diambil langsung oleh peneliti yaitu
kepala TPQ Nurhamsa, empat orang santri dan ustaza atau tuan guru mengaji di
2) Data sekunder.
Data Sekunder adalah merupakan data yang diperoleh melalui informasi perantara
D. Populasi Penelitian
27
Populasi adalah sejumlah orang atau objek yang diteliti menurut Arikunto bahwa
jika jumlah populasinya kurang dari 100 orang maka sampelnya dapat diambil 100%.
Jika populasinya lebih dari 100 orang maka dapat diambil sampel penelitian antara
10-15% atau 20-25% atau lebih. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
penelitian. Pada penelitian ini proses pengumpulan datanya akan digunakan beberapa
a. Observasi
kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis.37
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi langsung.
37
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. Ke 7 (Bandung: CV.
Alfabeta, 2007), hlm. 145
38
Maman Rahman,Strategi dan Langkah-langkah Penelitian (Semarang: IKIP Semarang
Press, 1992), hlm 77
28
Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap dan
terhadap anak yang ada di TPQ, yaitu dengan mengamati secara langsung sikap dan
perilaku anak serta pelaksanaan kegiatan bimbingan yang dilakukan oleh pengasuh
b. Wawancara
orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau
informasi tentang peranaan TPQ dalam bimbingan akhlak anak dapat terungkap dan
diajukan secara langsung kepada informan (Ustadz/ustadzah, Orang tua, Santri) yang
c. Dokumentasi
39
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia,2002), hlm. 52
29
Dokumentasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis seperti arsip-arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau
Data yang diperoleh dilapangan berupa data kualitatif, dan metode yang
Dalam model analisis interaktif tersebut terdapat tiga komponen yaitu reduksi
dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Setelah data terkumpul, maka
tiga komponen tersebut berinteraksi. Jadi tiga jenis kegiatan analisis dan
berikut :
40
Maman Rahman. hlm. 96
41
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alphabeta, 2005), hlm. 56
30
1. Reduksi data (pemilihan data)
kemiripan data.
2. Penyajian data.
3. Penarikan kesimpulan/verifikasi
kesimpulan dan verifikasi, yaitu data yang telah disajikan tadi disimpulkan dan juga
31
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Abdur Ra’uf al-Hafidz, Pedoman Dauroh al-Qur’an, (Cet. II; Jakarta:
Ma’had al-Hikmah Litahfizil Qur’an, 1994)
Al-Imam Zainudin Ahmad bin Abd Al-Latif Az-Zabidi, Mukhtshar Shohih al-
Bukhori, (Riyadh, Daar As-Salaam, 1996)
Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Cet. III; Jakarta : PT. Bumi Aksara,
2006),
32
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Offset, 2005)
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Mizan: Bandung, 2005)
Mansur, Pendidikan dan globalisasi (Cet. II; Yogyakarta: Pilar Humania, 2005),
Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004)
33
Lampiran 1
PERTANYAAN
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Peran (TPQ) Nurhamsa dalam
34
3. Bagaimana tanggapan kepala TPQ terkait peranan guru mengajar dalam
35
Lampiran 2
PERTANYAAN
36
Lampiran 3
PERTANYAAN
1. Bagaimana cara guru atau ustaza dan utad dalam upaya meningktkan baca
tulis Al-Qur’an.?
baca Al-Qur’an .?
4. apa saja kendala menurut santri dalam upaya guru meningkatkan baca Al-
Qur’an .?
37