Anda di halaman 1dari 19

PENINGKATAN KETERAMPILAN BICARA ANAK USIA 3-4 TAHUN

MELALUI METODE BERCERITA DI TK HARAPAN KITA


KECAMATAN KUTALIMBARU

Dosen Pengampu:

Dr. Ahmad Syukri Sitorus M.Ag

Oleh:

Nama: Rizka Febrina

NIM: 030811022

Prodi: PIAUD-1

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
ABSTRAK

Keterampilan bicara merupakan kecakapan atau kemampuan sesorang dalam


menyampaikan suatu ide, gagasan, pikiran dan perasaan kepada orang lain
menggunakan bahasa lisan secara jelas, benar, dan bisa dipahami oleh orang lain.
Keterampilan bicara ini bisa kita asah melalui berbagai metode, salah satunya adalah
metode bercerita. Bercerita sendiri merupakan suatu keterampilan yang sangat
imajinatif dan komunikatif. Maka dari itu, bercerita sangat penting digunakan dalam
mengasah keterampilan bicara.
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas yang
berjudul “PENINGKATAN KETERAMPILAN BICARA ANAK USIA 3-4 TAHUN
MELALUI METODE BERCERITA DI TK HARAPAN KITA KECAMATAN
KUTALIMBARU”.

Penyusunan penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat


memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada: Ibu Lismah Setiawan Br Damanik, selaku kepala Sekolah
TK Harapan Kita yang telah memberikan ijin dan bantuan kepada peneliti untuk
mengadakan penelitian di sekolah tersebut. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat Saya

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan nasional Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini diperkuat
dalam UUD 1945 pasal 31 yang intinya menjelaskan bahwa setiap warga negara
Indonesia berhak memperoleh pengajaran (pendidikan). Jadi, ini mengindikasikan
bahwa negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memenuhi pendidikan
tiap-tiap warga negaranya guna mewujudkan tujuan nasional, yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan sebagai suatu proses yang bertujuan, dikatakan berjalan
baik manakala pendidikan mampu berperan secara proporsif, konteksual dan
komprehensif dalam menjawab sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat serta
tuntutan perubahan dan perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut, maka
diperlukan suatu sistem/perangkat pendidikan, baik yang bersifat lunak (software)
maupun keras (hardware).

Adapun salah satu perangkat pendidikan tersebut yakni Undang-Undang, dalam hal
ini Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang pada proses selanjutnya
memerlukan penjabaran dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Sebagai suatu perangkat
lunak, keberadaan UU Sisdiknas ini perlu dikaji dan dirumuskan secara proporsional.
Karena UU Sisdiknas tersebut berisikan bagaimana tujuan, visi, misi hingga mekanisme
prosedural pendidikan diatur dengan tidak melepaskan konteks sosial-politik pada saat
itu dan masa depan. Di Indonesia UU Sisdiknas ini tertuang dalam UU No. 20 Tahun
2003.
Untuk operasionalnya, UU No. 20 Tahun 2003 tersebut masih memerlukan
penjabaran, dan salah satu penjabarannya tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang akan saya bahas dalam
makalah ini adalah apakah sekolah tersebut sudah menerapkan 8 Standar Pendidikan.
Jika belum diterapkan, mengapa hal tersebut bisa terjadi. Oleh karenanya, dalam
makalah ini akan dikaji tentang perihal tersebut.

Anak adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Mereka
akan memberikan warna dalam kehidupan kita, pelita di dalam kegelapan, guru dan
simfoni keindahan penyejuk qalbu. Anak adalah generasi penerus bangsa yang nantinya
akan menentukan maju mundurnya suatu negara. Sebagai generasi penerus bangsa, anak
merupakan harta paling berharga yang harus kita jaga, sayangi, dan diberi perhatian
khusus, ini bertujuan agar tercipta seorang generasi yang beriman, bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta yang bertanggung jawab.

Anak adalah harta yang paling berharga sekaligus cobaan bagi orangtuanya. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al Anfal ayat (2005: 180) “Dan ketahuilah bahwa
hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhya disisi Allah
ada pahala yang besar”. Berhubungan dengan ayat tersebut anak menjadi tempat untuk
belajar dalam melatih kesabaran, pengetahuan, dan iman sesorang. Seorang anak yang
dibesarkan dengan penuh kasih sayang, perhatian, dan kebaikan maka akan tumbuh
menjadi pribadi yang matang, baik, cakap, dan mandiri. Orangtua sendiri sangat
bertanggungjawab atas kesuksesan belajar anak, potensi yang dimiliki seorang anak
dapat berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi lingkungannya saat orangtua dan
lingkungannya memberikan stimus yang baik. Stimulus yang didapatkan anak memiliki
pengaruh besar pada kehidupannya. Hal ini dikarenakan perkembangan yang dialami
anak pada usia dini merupakan proses perubahan individu dari masih belum matang
menjadi matang, sederhana menjadi komplek, dan suatu proses evolusi manusia dari
ketergantungan menjadi manusia makhluk dewasa mandiri, dan anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi pribadi yang baik.

Anak pada usia sekitar 0 sampai 6 tahun sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Pada
tahun-tahun ini anak mempunyai apa yang disebut dengan periode-periode sensitif
(sensitive periode), dalam masa ini anak secara khusus akan mudah menerima stimulasi.
Perkembangan utama yang terjadi dalam masa ini berkisar pada penguasaan dan
pengendalian lingkungan atau yang biasa disebut dengan masa penjelajahan. Anak pun
ingin mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya, bagaimana mekanismenya,
bagaimana perasaannnya, dan bagaimana ia bisa menjadi bagian dari lingkungan.
Disamping itu, usia dini juga merupakan masa anak menjadi cukup peka dan menjadi
peniru ulung atau imitator dalam lingkungannya. Proses peniruan atau imitasi yang
didapatkan selama masa kanak-kanak ini, dapat menentukan derajat kualitas pribadi,
kesehatan, intelgensi, kematangan sosial, bahasa dan produktivitas anak pada tahap
yang selanjutnya. Proses ini selain dilakukan anak terhadap perilaku, tetapi juga pada
bagaimana orang-orang di sekitarnya melakukan interaksi sosial dan komunikasi.
Interaksi dan komunikasi yang baik dibutuhkan anak supaya bisa menjadi bagian dari
lingkungan dan kelompok sosial.

Pada usia sekitar 2 sampai 6 tahun ada beberapa aspek perkembangan yang harus
dicapai oleh anak, yakni aspek perkembangan nilai-nilai agama dan moral, motorik,
kognitif, bahasa dan sosial emosional. Menurut Agnia (2012: 35) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa anak usia 3 sampai 5 tahun mempunyai beberapa karakteristik
diantaranya, berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif dalam melakukan
kegiatan, perkembangan bahasa juga menjadi semakin baik, anak sudah mampu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu untuk mengungkapkan pikirannya,
perkembangan kognitif ditunjukkan anak dengan rasa ingin tahu terhadap lingkungan
sekitarnya, sementara dalam perkembangan sosial emosional anak masih bermain secara
individu, meskipun berdampingan. Program pendidikan untuk anak usia 3 sampai 4
tahun semestinya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan anak, baik itu secara
fisik, kognitif, bahasa, ataupun perkembangan lainnya.

Perkembangan bahasa menjadi aspek perkembangan yang dikembangkan dalam


pendidikan anak usia dini sangat penting dan harus diperhatikan sejak dini. Hal ini
dikarenakan bahasa seseorang sangat mencerminkan pikirannya, apabila semakin
terampil seseorang dalam berbahasa maka akan semakin cerah dan jelas juga jalan
pikirannya. Wijayanti (2010: 27) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa bahasa
adalah alat penting bagi setiap manusia, melalui bahasa sesorang atau anak dapat
mengembangkan kemampuan bergaul dengan orang lain. Keterampilan seseorang
dalam berbahasa yang efektif dan baik meliputi empat segi yakni keterampilan
menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan menulis. Setiap
keterampilan tersebut sangat berhubungan dengan tiga keterampilan lain dengan cara
yang berbeda. Keempat keterampilan tersebut pada intinya adalah satu kesatuan. Bicara
sebagai satu keterampilan dalam bahasa harus diperkenalkan dan dilatih kepada anak
setiap hari dalam pergaulannya dengan baik dan maksimal, karena anak pada usia 3
sampai 4 tahun melakukan aktivitas berbahasanya baru dalam tahapan menyimak atau
mendengar dan berbicara. Ketika berbicara anak akan belajar untuk mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata, ekspresi, dan ritme, untuk menyatakan dan
menyampaikan suatu pikiran, gagasan dan juga perasaanya. Anak pun akan memperoleh
banyak perbendaharaan kosa kata.

B. Rumusan Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kurangnya keterampilan bicara anak di TK Harapan Kita


2. Sebagian besar peserta didik belum mampu mengembangkan keterampilan
bicara dalam dirinya.
3. Tenaga pendidik kurang mampu mengembangkan kegiatan bercerita yang lebih
menarik anak dan memberikan kegiatan yang mampu meningkatkan
perkembangan bicara anak.
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan bicara
anak melalui metode bercerita di TK Harapan Kita Kecamatan Kutalimbaru.

D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penulisan maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian
ini adalah:

Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada lembaga-


lembaga yang menangani pendidikan anak usia dini atau masyarakat umum yang
membutuhkan informasi tentang perkembangan bicara anak, metode dan media yang
tepat untuk meningkatkan keterampilan bicara anak usia 3-4 tahun .

Manfaat praktis

Penelitian diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak baik guru,
anak/siswa maupun lembaga PAUD, untuk penelitian yang lebih spesifik diharapkan
dapat memberikan manfaat :3 Bagi Guru PAUD Dapat dijadikan bahan masukan dalam
menerapkan kegiatan untuk meningkatkan keterampilan bicara pada anak. peningkatan
kompetensi guru sehingga pembelajaran lebih berkualitas. Memotivasi guru dalam
meningkatkan keterampilan untuk menciptakan pembelajaran menarik, menyenangkan
dan bermakna bagi anak.

Bagi Anak /Siswa menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kegiatan


berbahasa, berkomunikasi. peningkatan keterampilan bicara pada anak melalui kegiatan
yang menyenangkan.

Bagi Lembaga PAUD Hasil penelitian diharapkan menjadi sumbangan yang positif
bagi seluruh lembaga PAUD pada umumnya dan bagi TK Harapan Kita khususnya
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran terutama meningkatkan
keterampilan anak.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Pemikiran
1. Landasan Teosentris Penelitian

Dalam berbahasa dan bertutur kata yang baik, diungkapkan di dalam (Q.S Ta-Ha: 25
– 28) “Yaa Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlaj untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuanku dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”

Ayat-ayat ini memuat keterangan tentang Nabi Musa a.s. yang memohon, berdoa,
kepada Allah agar dia diberi kekuatan dalam berdakwah. Di antara doanya itu “…dan
lepaskanlah kekuatanmu dari lidahku” (Alquran surah 20: 27) yang menyiratkan makna
‘berilah hamba-Mu ini kemampuan berbicara’ agar mereka mengerti perkataanku” 4
(Alquran surah 20: 28) yang mengandung makna ‘agar komunikasiku dengan mereka
berjalan lancar.’ Ayat ini menerangkan bahwa peran berbicara secara jelas sangat
diperlukan dalam mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain. Secara implisit dalam
ayat ini menyatakan bahwa salah satu ranah berbahasa, yaitu kemampuan berbiacara
sangat besar perannya dalam berkomunikasi.

2. Konsep Tentang kecerdasan bahasa

Suhartono menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak adalah pemahaman dan


komunikasi dan komunikasi melalui kata, ujuran dan tulisan. Pemahaman kata-kata
yang dikomunikasikan melalui ujaran aktivitasnya berwujud mendengarkan dan
berbicara, sedangkan mengkomunikasikan kata-kata melalui tulisan aktivitasnya
berbentuk membaca dan menulis. Maka, berbicara dapat berkembang sejak anak usia
dini dan terus berkembang Ada dua kriteria untuk memutuskan apakah anak berbicara
dalam arti yang sebenarnya ataukah masih belum mampu.
Pertama, anak harus mengetahui arti kata yang digunakannya dan mengaitkannya
dengan objek yang diwakilkannya. Kedua, anak harus melafalkan kata-katanya
sehingga orang lain memahaminya dengan mudah.5 Perkembangan anak yang baik
dapat mengembangkan kemampuan bahasanya. Perkembangan bahasa pada seorang
anak memiliki beberapa tahap diantaranya reflexive vocalization, babbling, lalling,
echolalia sampai truespeech. Tahap-tahap perkembangan bahasa tersebut terjadi pada
seorang anak dengan usianya yang bervariasi. Di dalam perkembangan bahasanya
dipengaruhi juga oleh beberapa faktor mulai dari faktor biologis, kognitif dan
lingkungan.

Menurut para ahli, nbahasapesan dengan menggunakan simbol-simbol yang


dirangkai merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan simbol-
simbol yang dirangkai berdasarkan urutan bentuk kalimat yang bermakna dan
mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat.

3. Konsep Tentang Metode Bercerita

Metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belaja bagi anak TK
dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Oleh sebab itu, guru harus
menguasai penuh cerita yang akan disampaikan.

Kegiatan bercerita adalah menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan


atau suatu kejadian dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalama
kepada orang lain. Dengan demikian bercerita dalam konteks komunikasi dapat
dikatakan sebagai upaya mempengaruhi orang lain melalui ucapan dan penuturan
tentang suatu ide. Sementara dalam konteks pembelajaran anak usia dini bercerita dapat
dikatakan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak
melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih
anak dalam bercakapcakap untuk menyampikan ide dalam bentuk lisan. Kegiatan
bercerita memberikan sumbangan besar pada perkembangan anak secara keseluruhan
sebagai implikasi dari perkembangan bahasanya, sehingga anak akan memiliki
kemampuan untuk mengembangkan aspek perkembangan yang lain dengan modal
kemampuan berbahasa yang sudah baik.

Adapun teknik-teknik bercerita yang dapat dilakukan diantaranya: a. Membaca


langsung dari buku cerita. Teknik bercerita dengan membaca langsung dari buku sangat
bagus, apalagi jika guru memiliki puisi dan prosa yang baik untuk dibacakan kepada
anak. b. Bercerita dengan menggunakan ilstrasi gambar. Bila cerita yang disampaikan
kepada anak terlalu panjang dan terinci dengan menambahkan ilustrasi pada gambar
dari buku yang dapat menarik perhatian anak. c. Menggunakan papan flanel. d.
Bercerita dengan media boneka. Boneka yang dibuat itu masingmasing mennjukkan
perwatakan pemegang peran tertentu. Misalnya ayah yang penyabar, ibu yang kadang-
kadang cerewet, anak perempuan yang manja, anak laki-laki yang jujur, dsb. e.
Menggunakan media audio visual f. Anak bermain peran atau sosiodrama 8

4. Konsep Tentang Media Boneka Tangan

Media pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh
guru. Berikut adalah manfaat praktis media pembelajaran adalah: a. Media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar b. Media pembelajaran dapat
meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar, interaksi yang lebih langsung antara anak dan lingkungannya, serta
kemampuan anak yang bermain sendiri sesuai dengan kemampuandan minatnya.
c.Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. d. Media
pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-
peristiwa di lingkungan mereka. 9 Boneka tangan adalah tiruan untuk permainan yang
dimainkan oleh jari-jari tangan. Anak usia 4-6 tahun berada dalam masa praoperasional.
Pada masa ini anak mampu mengadakan repsentatif dunia pada tingkatan yang
kongkret. Boneka menjadi alat peraga yang dianggap mendekati naturalitas bercerita.

B. Langkah-langkah Penelitian
1. Pendekatan/Metode atau Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research (CAR). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dilakukan
dengan metode observasi, dan catatan lapangan.

Metode Observasi adalah suatu teknik mengumpulkan data yang di lakukan dengan
cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Metode
Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, diamali dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian
kualitatif.

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan teknik analisis
kompratif dan teknis analisis interaktif. Data kemampuan berbahasa dianalisis
menggunakan analisis komparatif, sedangkan data penggunaan metode bercerita
menggunakan boneka menggunakan analisis interaktif.

2. Tempat dan Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Kelas B TK Harapan Kita yang terletak di
Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2021/2022

3. Subjek dan Objek Penelitian


a. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelas B TK Harapan Kita yang terletak di
Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang. Dengan jumlah
siswa kelompok B sebanyak 24 Orang terdiri dari 4 laki-laki dan 20 perempuan.

b. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui kemampuan bahasa anak usia
dini sebelum menggunakan kegiatan bermain boneka tangan dan setelah menggunakan
kegiatan bermain boneka tangan pada setiap siklus di kelas A TK Harapan Kita yang
terletak di Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.

4. Jenis dan Sumber Data


a. Jenis Data Penelitian

Penelitian ini terdapat dua jenis data yang dapat diteliti yaitu data kuantitatif dan
kualitiatif. penelitian kuantitatif lebih sistematis, terencana, terstruktur dan jelas dari
awal hingga akhir penelitian. Definisi lain menyebutkan bahwa penelitian kuantitatif
adalahpenelitian yang menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran dari data tersebut dan penampilan dari hasilnya.

Sementara itu metode kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan secara alamiah. Metode kualitatif juga memiliki prosedur
penelitian yang bersifat deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. 12

b. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian sangat penting karena segala sesuatu yang dibutuhkan pada
data, informasinya ada pada sumber data penelitian. Berdasarkan sumbernya, data
dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Untuk itu, sumber data
yang akan digunakan oleh penelitian ini yaitu sumber data Primer, yaitu sumber data
yang dilakukan langsung oleh peneliti.

5. Instrumen Penelitian/Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data (suharsimi arkunto 2005). Teknik pengumpulan data
penelitian tindakan kelas adalah catatan lapangan (observasi) dan dokumentasi.

a. Observasi
Observasi merupakan pengambilan data untuk menilai sejauh mana efek tindakan
mencapai sasaran. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati semua yang terjadi
dalam kelas saat terjadi tindakan dengan mencatat hal-hal yang terjadi secara detail
mulai dari hal yang terkecil Mengobservasi juga dapat dilakukan melalui pengelihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan, dan pengecap (suharsimi arkunto 2005).. Dalam
teknik obserasi ini, peneliti juga menggunakan instrumen berupa lembar observasi.

Deskripsi
Tidak (jelaskan keadaan jenis stand
No Jenis Standar Ada Ada tersebut, kelebihan atau
kekurangannya, sesuai atau tid
dengan standar)

A. Standar Sarana Beri tanda √


1. Memiliki Lahan dengan ukuran 300 m2 √
(bangunan dan halaman)
2. Ruang kegiatan yang aman & sehat ukuran √
3 m2 per-anak
3. Tersedia cuci tangan dan air bersih √
4. Memiliki ruang guru √
5. Memiliki ruang kepala √
6. Memiliki ruang UKS dan kelengkapan P3K √
7. Memiliki jamban dengan air bersih √
8. Memiliki ruang lainnya yang relevan √
dengan kebutuhan kegiatan anak (sebutkan)
9. Memiliki alat permainan edukatif sesuai √
dengan SNI (sebutkan)
10. Memiliki fasilitas bermain di dalam √ Puzzle, bola, boneka, dan lainnya
(sebutkan)
11. Memiliki fasilitas bermain di luar √ Prosotan, jungkat-jungkit, ayuna
bola dunia, dan lainnya.
(sebutkan)
12. Memiliki tempat sampah yang tertutup dan √
tidak tercemar
B. Standar Pengelolaan
1. Memiliki Visi dan Misi dan Tujuan √
lembaga
2. Memiliki Kurikulum √
3. Memiliki Kalender Pendidikan √
4. Memiliki Struktur Organisasi √
5. Memiliki Tata Tertib √
6. Memiliki Kode Etik Guru √
7. Memiliki Program Semester (Prosem) √
8. Memiliki RPPM √
9. Memiliki RPPH √
C. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan
Anak
1. Memilliki Pedoman Perencanaan √
Pengelolaan Kelas PIAUD
2. Memiliki Indikator Perkembangan Anak √
3. Memiliki Buku Induk √
D. Standar Isi
1. Memiliki RPPH √

2. Memiliki RPPM √
3. Memiliki Buku Induk √
4. Memiliki Alat untuk Menggambar √
E. Standar Proses
1. Memiliki RPPH √

2. Memiliki RPPM √
3. Memiliki Evaluasi Pembalajaran √
4. Kegiatan Pembukaan √
5. Kegiatan Inti √
6. Kegiatan Penutup √
F. Standar Penilaian
1. Prinsip Penilaian √

2. Tekhnik dan Instrumen Penilaian √


3. Mekanisme Penilaian √
4. Pelaksanaan Penilaian √
5. Laporan Hasil Penilaian √
G. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Memiliki Kualifikasi Akademik Guru √

2. Memiliki Kualifikasi Akademik Kepala √


Sekolah
H. Standar Pembiayaan
1. Pertanggung Jawaban Biaya Oprasional √
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa:

1. Pengendalian emosi anak anak Taman Kanak-kanak Harapan Kita pada siklus I
menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 24 (75 dalam skala 100), skor
terendah 16 (503 dalam skala 100) dengan rata-rata 20 (62,5 dalam skala 100)
sehingga siswa yang telah dinyatakan tuntas (memiliki aktifitas menunjukkan
pengendalian emosi memadai atau memiliki nilai lebih 70 dalam skala 100) ada
5 anak dari 16 anak (31,25 %), sedangkan yang belum tuntas ada 11 anak dari
16 anak (68,75 %).
2. Pengendalian emosi anak anak Taman Kanak-kanak Harapan Kita pada siklus II
menunjukkan bahwa 27 (84,4 dalam skala 100), skor terendah 20 (62,5 dalam
skala 100) dengan rata-rata 24 (75 dalam skala 100) sehingga siswa yang telah
dinyatakan tuntas (memiliki aktifitas menunjukkan pengendalian emosi
memadai atau memiliki nilai lebih 70 dalam skala 100) ada 11 anak dari 16 anak
(68,75 %), sedangkan yang belum tuntas ada 5 anak dari 16 anak (31,25 %).
3. Pengendalian emosi anak anak Taman Kanak-kanak Harapan Kita pada siklus
III menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 23 (95,8 dalam skala 100), skor
terendah 16 (66,7 dalam skala 100) dengan rata-rata 20 (83,3 dalam skala 100)
sehingga siswa yang telah dinyatakan tuntas (memiliki aktifitas menunjukkan
pengendalian emosi memadai atau memiliki nilai ≥ 70 dalam skala 100) ada 15
anak dari 16 anak (93,75 %), sedangkan yang belum tuntas ada 1 anak dari 16
anak (6,25 %).
Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut:
Melalui metode bercerita dapat mengembangkan pengendalian emosi anak TK Harapan
Kita tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai