Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Amiriana Biverlia Nova


Fakultas Agama Islam
Program Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
E-mail: amirianabiverlia@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan seumur hidup menurut perspektif
Alqur’an. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian pustaka dengan kajian tafsir
tarbawi. Fokus penelitian ini adalah pendidikan seumur hidup menurut perspektif Alqur’an, yang
dirinci menjadi lima subfokus, yaitu (1) Pengertian Pendidikan Seumur Hidup, (2) Karakteristik
Pendidikan Seumur Hidup, (3) Konsep Pendidikan Seumur Hidup, (4) Urgensi Pendidikan Seumur
Hidup, (5) Tahap-Tahap Pendidikan Seumur Hidup. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa Alqur’an mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu pengetahuan, baik bagi
laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga meninggal dunia. Alqur’an memberikan motivasi
yang kuat kepada umatnya untuk menuntut ilmu pengetahuan berupa keutamaan (derajat yang tinggi),
pahala yang besar, dan kemudahan-kemudahan lainnya. Bahkan, dalam Islam derajat seorang
ilmuwan (ulama) lebih utama daripada seorang pejabat, hartawan, dan ahli ibadah.
Kata kunci: Ilmu, Pendidikan, dan Alqur’an,

Abstract
This study aims to describe lifelong education according to the perspective of the Koran. The method
used in this research is a literature review with a study of tarbawi interpretations. The focus of this
research is lifelong education according to the perspective of the Qur'an, which is broken down into
five subfocuses, namely (1) Definition of Lifelong Education, (2) Characteristics of Lifelong
Education, (3) Concept of Lifelong Education, (4) Urgency of Lifelong Education Life, (5) Stages of
Lifelong Education. Based on the results of the research and discussion, it can be concluded that the
Qur'an requires its followers to seek knowledge, both for men and women, from birth to death. The
Qur'an provides a strong motivation for its people to seek knowledge in the form of virtue (high
degree), great reward, and other conveniences. In fact, in Islam the degree of a scientist (ulama) is
more important than an official, a wealthy person, and a worshiper.
Keywords: Science, Education, and the Qur'an

PENDAHULUAN
Al-Qur’an diperuntukan bagi penentu jalannya kehidupan manusia dan alam semesta. Di
dalamnya terkandung makna dan petunjuk kehidupan menembus dimensi ruang dan waktu, atau
dengan kata lain al-Qur’an merupakan ensiklopedia kehidupan dalam rangka menunjukan kebahagian
dan kesejahteraan hakiki. Karena al-Qur’an memiliki lintas dimensi ruang dan waktu, maka wajar jika
al –Qur’an memuat pesan-pesan Ilahi dalam bentuk global. Oleh karena itu diperukan penjelasan lebih
rinci mengenai maksud yang terkandung di dalam pesan Ilahiyah tersebut.
Pendidikan adalah usaha manusia dalam proses pembentukan manusia seutuhnya mencakup
kemampuan mental, fikir dan kepribadian, sebagai bekal manusia untuk meraih keberhasilan dan
kesuksehsan dalam hidup. Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu pola
kehidupan insani tertentu, sebagai Proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, keterampilan,
pikiran dan karakter manusia. Pendidikan adalah lembaga atau usaha pembangunan watak bangsa,
yang menacakup ruang lingkup kemampuan mental, fikir dan kepribadian manusia.
Dalam Islam menuntut ilmu sudah bisa dimulai ketika masih bayi atau anak-anak. Karena
dalam islam dikatakan tuntutlah ilmu mulai dari buaian sampai ke liang lahat yang maksudnya adalah
bahwa kewajiban menuntut ilmu sudah bisa dimulai ketika masih bayi atau anak-anak sampai mati itu
sesuai dengan satu kata – kata mutiara dalam Islam yang artinya : “ Tuntutlah ilmu dari buaian sampai
keliang lahat”.
Pendidikan Sepanjang Hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan
berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase
(tahapan–tahapan) perkembangan pada manusia. Oleh karena itu, setiap fase perkembangan pada
masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas
perkembanganya, dalam hal ini proses belajar sudah dimulai dari masa kanak-kanak dewasa, masa
tua sampai akhir hayat.1 Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan
dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Berdasarkan
uraian diatas, artikel ini mencoba melihat bagaimana pandangan Al-Quran tentang pendidikan seumur
hidup.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.
Penulis dalam membuat jurnal menggunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka merupakan
pengumpulan informasi dan data dengan berbagai macam material yang ada di perpustakaan seperti
dokumen, buku, catatan, majalah, kisah-kisah, dsb. Mempelajarai berbagai buku referensi serta hasil
penelitian sebelumnya yang sejenis dan berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah
yang akan dileteliti. Teknik pengumpulan data dengan melakukan penelaahan terhadap berbagai buku,

Abdul Karim Akyawi, At-Tarbiyah wa At-Ta’lim Fi Madrasatil Muhammadiyah, Metode Nabi dalam Mendidik
1

dan Mengajar, Terjemahan Muhyiddin Mas rida, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), hal. 44.
literatur, catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan dengan masalah yang ingin dipecahkan.
Penulis mengumpulkan referensi melalui jurnal-jurnal akademika dan jurnal-jurnal nasional.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan Seumur Hidup
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya pada masa yang
akan datang.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang
muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan
kesinambungan sosial. Proses ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang
belum dewasa dan kelompok di mana dia hidup.
Adapun menurut Edgar Dalle, pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik
agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa yang
akan dating.
Adapun pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem
konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar-
mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang hayat
memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang baru,
merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat merupakan
asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi dan
informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan dirinya secara terus
menerus dengan situasi yang baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang dilontarkan
pada sekolah. Sistem sekolah tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi
kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Kebutuhan manusia yang sangat meningkat itulah
yang memberikan pengaruh besar terhadap masalah-masalah pendidikan dan proses pendidikan
akan terus berjalan sejalan dengan semua kebutuhan manusia yang semakin meningkat tersebut.2
Pendidikan bukan hanya didapat dari bangku sekolah atau pendidikan formal, namun juga
dapat diperoleh dari pendidikan informal dan non formal. Pendidikan berlangsung seumur hidup
melalui pengalaman-pengalaman yang dijalani dalam kehidupan manusia. Proses pendidikan
seumur hidup berlangsung secara kontinyu dan tidak terbatas oleh waktu, dan tempat sepanjang
perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga meninggal dunia baik secara formal maupun non
formal. Proses pendidikan seumur hidup tidak hanya dilakukan oleh seseorang yang sedang
belajar pada pendidikan formal, namun bagi semua lapisan masyarakat.3

2. Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup


Karakteristik pendidikan sepanjang hayat adalah sebagai berikut:4
a. Hidup, seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang menentukan
lingkup dan makna pendidikan sepanjang hayat.
b. Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi merupakan sebuah
proses yang berlangsung sepanjang hidup.
c. Pendidikan sepanjang hayat tidak diartikan sebagai pendidikan orang dewasa, tetapi
mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan baik itu pendidikan dasar, menengah,
dan sebagainya.
d. Pendidikan sepanjang hayat mencakup pola-pola pendidikan formal maupun pola-pola
pendidikan non formal, baik kegiatan-kegiatan belajar terencana maupun kegiatan-kegiatan
belajar incidental.

2
Wawan Wahyuddin, “Pendidikan Sepanjang Hayat Menurut Perspektif Islam (Kajian Tafsir Tarbawi ),”
Saintifika Islamica: Jurnal Kajian Keislaman 3, no. 2 (2016): 191–208,
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/98.
3
Syahrul Riza, “Konsep Pendidikan Islam Sepanjang Hayat,” Tarbiyatul Aulad 8, no. 01 (2022): 13–32,
https://www.ojs.serambimekkah.ac.id/AULAD/article/view/4674.
4
Wahyuddin, “Pendidikan Sepanjang Hayat Menurut Perspektif Islam (Kajian Tafsir Tarbawi ).”
e. Rumah/keluarga memainkan peran pertama, peranan yang paling halus dan sangat penting
dalam memulai proses belajar seumur hidup.
f. Masyarakat juga memainkan peranan penting dalam sistem pendidikan sepanjang hayat.
Mulai sejak anak-anak mulai berinteraksi dengan masyarakat, dan terus berlanjut fungsi
edukatifnya dalam keseluruhan hidup, baik dalam bidang profesional maupun umum.
g. Lembaga-lembaga seperti sekolah, universitas, dan pusat latihan tentu memiliki peranan
yang penting, tetapi itu hanya sebuah bentuk dari pendidikan sepanjang hayat.
h. Pendidikan seumur hidup menghendaki keberlanjutan atau kebersambungannya dimensi-
dimensi vertikal atau longitudinal pendidikan.
i. Pendidikan seumur hidup juga menghendaki pendidikan dari setiap tahap hidup sehingga
menjadikannya bersifat sebagai pendidikan yang universal tidak bersifat elitis.
j. Pendidikan sepanjang hayat memiliki dua komponen besar, yaitu pendidikan profesional dan
pendidikan umum. Kedua komponen tersebut tidaklah dapat dipisahkan antara satu dan yang
lainnya, karena saling berhubungan dan dengan sendirinya bersifat interaktif.
k. Pendidikan seumur hidup mengandung fungsi-fungsi adaptif dan inovatif dari individu dan
masyarakat.
l. Tujuan akhir pendidikan seumur hidup adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan
mutu hidup.
m. Ada tiga syarat utama bagi pendidikan seumur hidup, yaitu kesempatan, motivasi, dan
edukabilitas.
n. Pendidikan seumur hidup membolehkan adanya pola-pola dan bentuk-bentuk alternatif
dalam memperoleh pendidikan.
o. Pada tingkat operasional, pendidikan seumur hidup membentuk sebuah sistem keseluruhan
dari semua pendidikan.

3. Konsep Pendidikan Seumur Hidup


Proses pendidikan dapat berlangsung setiap saat di manapun dan kapanpun tanpa ada batas
waktu usia. Pernyataan tersebut sesuai dengan ungkapan “Education is Life Long” atau “Life
Long Education is in Unility All of Life”. Gagasan seperti ini pernah pula dikemukakan oleh John
Dewey bahwa “Educational process has no end beyond it self in its own and end “.
Dalam konteks ini Long Life Education (pendidikan sepanjang hayat) menunjuk pada suatu
kenyataan, kesadaran baru, suatu asas baru, dan juga suatu harapan baru bahwa : proses
pendidikan dan kebutuhan pendidikan berlangsung di sepanjang hidup manusia. Dengan
demikian tidak ada istilah “terlambat”, “terlalu tua” atau “terlalu dini” untuk belajar.
Terdapat beberapa alasan akan adanya konsep pendidikan seumur hidup, di antaranya yang
dikemukakan oleh Paul Lengrand. Dalam bukunyayang berjudul “Introduction to Life Long
Education”, Paul mengemukakan bahwa banyaknya tantangan-tantangan dalam berbagai bentuk
dan variasi yang menyebar baik di negara maju maupun di negara berkembang mengharuskan
pendidikan dirumuskan menjadi pendidikan sepanjang hayat. Tantangan-tantangan yang
dimaksud meliputi; laju perubahan, perluasan demografis, inovasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, tantangan politik, informasi dan krisis dalam pola kehidupan.
Pemikiran yang dikemukakan oleh Paul Lengrand ini kemudian menjadi acuan UNESCO
dalam menawarkan konsep pendidikan seumur hidup. Dalam konsep Life Long Education
(pendidikan sepanjang hayat) Sudah pernah dicetuskan oleh Rasulullah SAW. dalam haditsnya
yang artinya: “Carilah ilmu sejak kamu masih dalam buaian sampai mati.” (HR. Ibn Abd al-Bar).
Hadits ini didukung oleh konsep bahwa manusia menurut Islam memiliki jangkauan yang
sangat jauh, yaitu dunia dan akhirat. Karena dimensi jangkauan tersebut, maka Life Long
Education (pendidikan sepanjang hayat) dalam Islam dapat dilihat dari dua hal penting dalam
kehidupan manusia; ilmu dan iman.
Pada tataran iman, manusia sejak awal penciptaannya telah diberkahi oleh Allah dan janji
dirinya dengan tauhid. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’Raf ayat 172:
‫علَى اَ ْنفُ ِس ِه ْم ج اَلَ ْستُ ِب َر ِب ُك ْم قلى قَا لُ ْوا َبلَى‬ ُ ‫واِ ْذ اَ َخذَ َربُّكَ ِم ْن َبنِ ْي اَدَ َم ِم ْن‬
َ ‫ظ ُه ْو ِر ِه ْم ذُ ِريَّتَ ُه ْم َواَ ْش َهدَ ُه ْم‬
)172( َ‫غ ِف ِليْن‬ َ ‫ع ْن َه َذا‬ َ ‫ش ِه ْدنَا اَ ْن تَقُ ْولُ ْوا َي ْو َم ْال ِق َي َم ِة اِ َّنا ُك َّنا‬
َ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap Ini (keesaan Tuhan)". (Q.S. al-A’raf
:172).
Kesaksian atas ketauhidan Allah ini terjadi pada saat manusia masih dalam kandungan.
Oleh karenanya, sangatlah rasional jika dikemukakan bahwa manusia sama sekali tidak ingat
dengan kejadian penting tersebut. Sehingga Rasulullah mengingatkan tentang keharusan adanya
pendidikan yang harus dilakukan oleh orang tua. Rasulullah SAW. bersabda:
Artinya: “Setiap anak diahirkan dalam keadaan suci (benar aqidahnya), kemudian kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani”. (HR. Bukhari).
Dari keterangan di atas, pendidikan pada tataran keimanan sebenarnya terjadi pada saat
anak masih dalam kandungan dan selanjutnya secara praktis dilanjutkan oleh pihak orang tua
setelah anak lahir. Bahkan kalau dikaji dari tata aturan pemilihan jodoh dalam Islam, ditemukan
bahwa sebenarnya pendidikan telah terawali oleh sikap calon orang tua. Artinya persiapan
mendidik anak dimulai sejak pemilihan jodoh, yaitu pemilihan isteri dan suami.
Pertanyaan yang muncul kemudian apakah pendidikan pada tataran ilmu juga dimulai
sebagaimana pendidikan pada tataran iman? Untuk menjawab pertanyaan ini konsep pendidikan
dalam Islam merujuk pada landasan hadits yang berbicara tentang pendidikan seumur hidup yaitu:
“Carilah ilmu sejak dalam buaian sampai mati”. Konsep awal pendidikan di atas membutuhkan
penjelasan tentang batas akhir pendidikan dalam Islam. Ahmad D. Marimba dalam bukunya
Pengantar Filsafat Pendidikan Islam menjelaskan bahwa: “pendidikan seumur hidup berlangsung
melalui dua tahap. Tahap pertama terjadi semenjak seorang anak lahir sampai dengan anak
menjadi dewasa. Tahap kedua berlangsung mulai kedewasaan dialami oleh seseorang sampai
dengan akhir hayat”
Konsep pendidikan seumur hidup dalam Islam pada hakekatnya mengantarkan dan
membimbing manusia untuk mampu menjadi khalifah fi al-ardl (pemimpin dibumi) serta
membimbing manusia sebagai manifestasi Allah. Sebab pada posisi ini manusia adalah makhluk
yang mampu merefleksikan Asma Allah (Asma al-Husna) dan kehidupan di alam semesta.
Ciri khas pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal istirahat, melainkan berlangsung
terus-menerus secara terpadu, antara pendidikan sebelum sekolah, dengan pendidikan sekolah,
dan pendidikan setelah sekolah (termasuk pendidikan orang dewasa). Begitu pula dalam Islam
rencana dalam bidang pendidikan pemikiran manusia telah diatur dalam Al-Quran seperti siapa
manusia, dari mana manusia, dan mau ke mana manusia serta harus bagaimana manusia harus
hidup di dunia ini. Pertanyaaan itulah yang membantu manusia sebagai pelaku pendidikan yang
harus terus mencari arah dan tujuannya sebagai manusia dengan terus belajar sepanjang hayatnya.
Pendidikan sepanjang hayat dalam Islam yang lebih utama ialah menuntut ilmu. Rasulullah
SAW bersabada, “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.” Dari Hadist tersebut terlihat
jelas bahwa menuntut ilmu adalah sebuah keharusan yang harus dituntut setiap individu
sepanjang hayatnya dari sejak ia dalam buaian hingga ia meninggal, baik laki-laki maupun
perempuan, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua. Dengan ilmu manusia dapat
lebih bijaksana dalam menjalani hidupnya dan dengan ilmu pula manusia ditinggikan derajatnya
oleh Allah SWT sebagaimana firmanNya berikut ini.
ُ ‫َللاُ لَ ُك ْم ج َواِذَاقِ ْي َل ا ْن‬
َ ‫ش ُز ْوا َي ْرفَ ِع‬
ُ‫َللا‬ َ ‫ح‬ َ ‫س ُح ْوا َي ْف‬
ِ ‫س‬ َ ‫س ُح ْوا فِى ْال َم َج ِل ِس فَا ْف‬ َّ َ‫َياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ اَ َمنُ ْوا اِذَا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَف‬
)11( ‫خ ِبي ٌْر‬ َ َ‫ت قلى َو ََللاُ ِب َما تَ ْع َملُ ْون‬ ٍ ‫الَّ ِذيْنَ اَ َمنُ ْوا ِم ْن ُك ْم ال َوا َّل ِذيْنَ ا ُ ْوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َج‬
Artinya: Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al-
Mujadallah : 11).
Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut. “Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu)
ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.”
(HR. AthThabrani). “Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga.”(HR. Muslim).
Menuntut ilmu merupakan ibadah yang mulia bagi seorang muslim karena termasuk jihad
di jalan Allah SWT. Seorang muslim yang berjihad di jalan Allah SWT maka Allah akan
mencintainya dan ganjaran surga baginya. Menuntut ilmu lebih baik daripada shalat sunat dan
sebaik-baiknya seorang muslim yang mempunyai ilmu ia mampu mengamalkannya sehingga
bermanfaat bagi orang yang ada di sekitarnya, meskipun itu hanya satu ayat. Dan seburuk-
buruknya ilmu adalah ia yang tidak mengamalkannya atau lebih memilih untuk merahasiakannya
maka orang tersebut akan datang pada hari kiamat dengan mulut penuh dengan api.

4. Urgensi Pendidikan Seumur Hidup


Perlunya pendidikan sepanjang hayat didasari oleh beberapa alasan sebagai berikut:
a. Keterbatasan Kemampuan Pendidikan Sekolah Pendidikan sekolah ternyata tidak memenuhi
harapan masyarakat. Terlihat antara lain dalam :
1) Banyak lulusan yang tidak dapat diserap dalam dunia kerja yang antara lain karena
mutunya yang rendah.
2) Daya serap rata-rata lulusan sekoah yang masih rendah, karena pelajar tidak dapat belajar
optimal.
3) Pelaksanaan pendidikan sekolah tidak efisien sehingga terjadi penghamburan
pendidikan, yang terlihat dari adanya putus sekolah dan adanya siswa yang mengulang.
Dengan demikian, pendidikan sekolah saja tidaklah cukup maka diperlukan adanya
pendidikan di luar sekolah.
b. Perubahan Masyrakat dan Peranan Sosial Globalisasi dan pembangunan mengakibatkan
perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat dan ikut mempengaruhi aspek-aspek
sosial yang ada. Pendidikan dituntut untuk dapat membantu individu agar selalu dapat
mengikuti, mengontrol, selektif terhadap perubahan-perubahan sosial yang terjadi sepanjang
hidupnya.
c. Pendayagunaan Sumber yang Masih Belum Optimal
Salah satu masalah pendidikan kita dewasa ini adalah kelangkaan sumber yang
mendukung pelaksanaan pendidikan. Hal yang perlu dilakukan adalah:
1) Penghematan dan optimalisasi dalam penggunaan sumber yang telah tersedia bagi
pendidikan.
2) Perlunya penggalian sumber-sumber yang baru yang masih terpendam dalam
masyarakat, yang dapat dimanfaatkan untuk memperlancar dan meningkatkan proses
Pendidikan.
Dalam GBHN termaktub: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di
dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung
jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Ini artinya setiap insan Indonesia
dituntut selalu berkembang sepanjang hidupnya. Sementara itu masyarakat dan pemerintah harus
menciptakan suasana untuk selalu belajar. Sebab masa sekolah (formal) bukanlah masa “satu-
satunya”, tetapi hanya sebagian dari waktu belajar yang berlangsung sepanjang hidup.
Dalam sebuah system oprasional pendidikan seumur hidup ini maka haruslah mencangkup
beberapa komponen;
1. Tujuan pendidikan seumur hidup
2. Asumsi-asumsi yang mendasari pendidikan seumur hidup
3. Prinsip-prinsip bimbingan untuk mengembangkan pedidikan seumur hidup
4. Bentuk-bentuk belajar (formal/non formal) kompnen-komponen
Sedangkan mengenai urgensi pendidikan seumur hidup ini Drs H Fuad Ihsan, Pakar
pendidikan yang juga mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), dalam buku
Dasar-dasar Kependidikan , mengemukakan beberapa dasar pemikiran --ditinjau dari beberapa
aspek-- tentang urgensi pendidikan seumur hidup, antara lain:
Pertama, Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini memiliki hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan pengetahuan dan menambah
keterampilannya. pendidikan seumur hidup akan membuka jalan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
Kedua, Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling efektif untuk dapat keluar
dari “Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat kebodohan. pendidikan seumur hidup akan
memberi peluang bagi seseorang untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan
mengembangkan sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang
menyenangkansehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak secara tepat sehingga
pendidikan keluarga menjadi penting.
Ketiga, Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang kurang menyadari
pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada yang putus sekolah bahkan ada yang
tidak sekolah sama sekali. pendidikan seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving
terhadap fenomena tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada
seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan lembaga-lembaga negara
lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-
hak pada negara demokrasi.
Keempat, Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif bagi para sarjana,
teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk memperbaharui pengetahuan dan
keterampilan seperti dilakukan negara-negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan
dengan makin luas, dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat
diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya mengajarkan kepada peserta
didik tentang metode belajar, menanamkan motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar
sepanjang hidup, memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi.
Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu diciptakan suasana yang kondusif.5

E. Tahapan-Tahapan Pendidikan Seumur Hidup


Tempat belajar yang pertama bagi seorang manusia adalah lingkungan keluarga, pada tapa
inilah tahap yang paling menentukan seorang anak untuk memulai pembelajaran dalam
keluarganya.6 Khususnya dalam ajaran Islam pembelajaran sudah dimulai ketika seorang bayi
masih berada dalam rahimnya, dalam konsep ini jelas bahwa Islam memang sangat
memperhatikan umatnya untuk senantiasa belajar. Kemudian dalam Islam dijelaskan
berdasarkan hadits Rasulullah Saw:

5
Haryanto Al-Fandi, “Konsep pendidikan seumur hidup,” Jurnal Studi Agama dan Budaya Manarul Qur’an 3,
no. 1 (2017): 17–26, https://www.pdfdrive.com/konsep-pendidikan-seumur-hidup-dalam-tinjauan-pendidikan-islam-
oleh-d151635632.html.
6
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 63.
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda: Tiada seorang anakpun
yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi”. (H.R. Muslim)
Dalam hadits ini jelas bahwa peran orang tua dalam keluarga sangatlah penting untuk
mendidik putra-putrinya, orang tuanyalah yang akan membentuk pribadi anaknya dalam
lingkungan keluarga. Belajar sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga menurut penulis bisa
dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :
a. Pendidikan pada masa balita.
Materi pendidikan aqidah telah terkemas dalam sebuah disiplin ilmu yang disebut
"Ilmu Tauhid". Sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara
mentauhidkan (mengesakan Allah) dengan dalil-dalil yang meyakinkan. Sedemikian
mendasarkan pendidikan aqidah ini bagi anak manusia. karena dengan pendidikan inilah
anak akan mengenali siapa Tuhannya, bagaimana cara bersikap terhadap Tuhannya dan apa
saja yang harus diperbuat dalam hidup ini sebagai hamba Tuhan. Orang yang belajar aqidah
akan tumbuh menjadi manusia yang beriman dan percaya akan Allah SWT dengan segala
sifat-sifatnya.
Dalam masa balita orang tua mulai bisa mengajarkan kepada anaknya, sesuai dengan
kemampuan serta fase perkembanganya. Misalnya dengan mengajarkan atau melatih anak
untuk bisa mengucapkan kalimat syahadat atau kata sederhana serta belajar bicara sesuai
dengan ajaran Islam. Orang yang telah memiliki iman, akan tumbuh dalam dirinya karakter
takwa, takwa merupakan perwujudan iman dalam tindakan.
Islam menempatkan pendidikan aqidah ini pada posisi yang paling mendasar. la
terposisi dalam rukun yang pertama dari rukun Islam yang lima, sekaligus sebagai kunci
yang membedakan antara orang Islam dan non Islam. Siapa yang mengikrarkan Dua kalimah
Syahadat dan mempedomaninya dalam kehidupan sehari-hari, maka dialah yang pantas
menyandang predikat sebagai orang Islam.
Setiap anak manusia dibekali Allah dengan fitrah Islamiah, ia telah terbekali oleh benih
ketauhidan dari sisi Allah SWT. Maka kewajiban para orangtua muslim menyelamatkan
benih tauhid itu dengan memberikannya pendidikan akidah yang tepat. Benih akidah itu
disiraminya dengan baik, dipupuknya dengan baik dan dirawatnya dengan baik pula.
Sehingga diharapkan dapat tumbuh dengan subur bagaikan sebatang pohon yang rindang
dan tampak keindahannya. Akarnya menghunjam kuat ke dalam tanah, cabang-cabangnya
menjulang tinggi ke angkasa dan buahnyapun lebat serta dapat dinikmati oleh setiap orang.
Demikian ibarat aqidah yang sudah tertanam dalam sanubari manusia. Semua orangtua tentu
menginginkan agar anak-anaknya tumbuh dewasa menjadi insan-insan yang berpribadi
muslim sejati.
Untuk merealisasi- kannya maka terlebih dahulu orangtua harus menjadi figur yang
benar-benar berpribadi muslim sejati. Jangan bertindak munafik Mengharapkan anak-anak
menjadi shaleh, sementara dirinya sendiri jauh dari sifat-sifat shaleh. Anak bukanlah benda
mati yang tidak bisa memberikan penilaian, merekapun makhluk independen yang memiliki
kelengkapan biologis yang sama dengan orangtua. Mereka punya hati, akal, dan kehendak.
Mereka enggan melihat kemunafikan sebagaimana orangtuapun enggan melihatnya.
b. Pendidikan pada masa kanak-kanak.
Dalam fase ini orang tua mempunyai peranan penting untuk memberikan pembelajaran
pada anak-anaknya, orang tua mulai memberikan pembelajaran misalnya bagaimana mereka
menggunakan pakaian atau melepaskannya, membiasakan anak untuk hidup disiplin dengan
cara memberikan contoh misalnya dengan berangkat dan pulang sekolah tepat waktu, belajar
dan bermain sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan. Pada masa ini pembelajaran
mengenai hidup bersih juga bisa mulai diberikan misalnya dengan mandi, menggosok gigi,
mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain sebagainya.
Dalam fase ini orang tua bukan hanya memberikan pembelajaran tetapi harus bisa
memberikan contoh karena cenderung seorang anak biasanya melakukan sesuatu dari apa
yang dilihatnya. Pada masa ini pembentukan karakter juga bisa diberikan misalnya dengan
mencium tangan orang tua ketika berangkat dan pulang sekolah disertai mengucapkan
salam, menghormati yang lebih tua, membiasakan shalat lima waktu dan lain sebagainya.
c. Pendidikan pada masa remaja.
Masa remaja merupakan masa yang paling rentang, pada fase ini seorang anak
cenderung mempunyai sifat labil, oleh sebab itu peranan orang tua dalam memberikan
pembelajaran dalam lingkungan keluarga sangatlah penting. Agar pada masa ini bisa
berkembang dengan baik, tanpa terpengaruh oleh lingkungan luar, terpengaruh oleh teman-
teman bergaulnya.
Pada masa ini konsep pembelajaran sepanjang hayat mempunyai peranan penting
karena dalam fase ini pula seorang anak akan mulai mencari jati dirinya, mulai mengenal
dunia pergaulan, dan cenderung memiliki keinginan untuk punya kebebasan dalam
melakukan sesuatu.
Pembelajaran disiplin dan pengawasan serta perhatian dari orang tua sangatlah penting
agar anak bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang positif serta berkembang secara normal.
d. Pendidikan pada masa dewasa
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat pada masa dewasa merupakan masa yang penting
dilakukan dalam lingkungan keluarga. Pada fase ini seorang anak remaja yang berkembang
menjadi manusia dewasa mulai mengenal jati dirinya, bahkan memilki karakter tersendiri.
Pada masa ini pula biasanya kecenderungan seseorang untuk menyudahi belajar sangat
dominan khususnya perempuan. Diawali selesai masa kuliah, kemudian menikah, punya
anak dan memilki keluaraga.
Pada masa-masa ini seseorang cenderung lebih mementingkan keluarga, pekerjaan
dibandingkan dengan belajarnya. Padahal pada masa ini pembelajaran masih tetap bisa
dijalankan. Oleh sebab itu dalam lingkungan keluarga ini orang tua harus bisa memberikan
pemahaman kepada anakankanya agar terus belajar sepanjang hidupnya, baik belajar formal
maupun non formal.
e. Belajar pada masa tua atau usia lanjut dalam lingkungan keluarga
Konsep pembelajaran dalam Islam bahwa belajar tidak mengenal usia, sesuai dengan
hadis yang ada pada landasan diatas. Maka sesunggunya pada usia ini seseorang harus tetap
belajar, yang tentunya dilakukan dalam keluarga. Pada masa ini orang tua bisa belajar pada
anak-anaknya atau pada masa ini orang tua memberikan pembelajaran pada anak-anaknya.
Karena sesunggunya belajar sepanjang hayat bukan hanya belajar tapi juga memberikan
pembelajaran. Orang tua yang memilki banyak ilmu maka ia akan semakin bijak dalam
mengambil keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

KESIMPULAN
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah sistem konsep-
konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar-mengajar
yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia.
Ciri khas pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal istirahat, melainkan berlangsung terus-
menerus secara terpadu, antara pendidikan sebelum sekolah, dengan pendidikan sekolah, dan
pendidikan setelah sekolah (termasuk pendidikan orang dewasa).
Pendidikan sepanjang hayat dalam Islam yang lebih utama ialah menuntut ilmu. Rasulullah
SAW bersabada, “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.” Dari Hadist tersebut terlihat jelas
bahwa menuntut ilmu adalah sebuah keharusan yang harus dituntut setiap individu sepanjang
hayatnya dari sejak ia dalam buaian hingga ia meninggal, baik laki-laki maupun perempuan, baik
anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fandi, Haryanto. “Konsep pendidikan seumur hidup.” Jurnal Studi Agama dan Budaya Manarul
Qur’an 3, no. 1 (2017): 17–26. https://www.pdfdrive.com/konsep-pendidikan-seumur-hidup-
dalam-tinjauan-pendidikan-islam-oleh-d151635632.html.

Riza, Syahrul. “Konsep Pendidikan Islam Sepanjang Hayat.” Tarbiyatul Aulad 8, no. 01 (2022): 13–
32. https://www.ojs.serambimekkah.ac.id/AULAD/article/view/4674.

Wahyuddin, Wawan. “Pendidikan Sepanjang Hayat Menurut Perspektif Islam (Kajian Tafsir Tarbawi
).” Saintifika Islamica: Jurnal Kajian Keislaman 3, no. 2 (2016): 191–208.
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/98.

Abdul Karim Akyawi. 2009. At-Tarbiyah wa At-Ta’lim Fi Madrasatil Muhammadiyah, Metode Nabi
dalam Mendidik dan Mengajar, Terjemahan Muhyiddin Mas rida, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,).

Uyoh Sadulloh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. (Bandung: Alfabeta).

Anda mungkin juga menyukai