Anda di halaman 1dari 9

PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT

Diajukan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Studi Qur’an Hadits

Oleh:
Resita Endriati Winarso (22160304)

PROGRAM STUDI MAGISTER PAI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................4
1.4 Manfaat..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Hadits Pendidikan Pranatal................................................................................5
2.2 Hadits Pendidikan Sepanjang Hayat dan Kualitasnya.......................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................7
3.1 Kesmpulan.........................................................................................................7
3.2 Saran..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada dasarnya setiap kegiatan manusia yang bernilai positif dapat diartikan
bahwa mereka telah melakukan proses pendidikan. Disinilah peran lembaga
pendidikan baik formal maupun nonformal untuk membantu masayarakat dalam
mewujudkan tujuan pendidikan, salah satunya yaitu membentuk manusia yang
berkualitas.
Istilah pendidikan sepanjang hayat atau yang sering disebut dengan long life
education muncul di dunia pendidikan awalnya pada tahun 1960-an oleh para pakar
pendidikan. Pada tingkat internasional istilah ini disebarluaskan dalam rangka
pembangunan nonfisik (red. sumber daya manusia). Kehadiran pendidikan sepanjang
hayat disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang
terus tumbuh dan berkembang sepanjang alur kehidupan manusia.1
UNESCO telah mencanangkan tahun 1970 sebagai tahun pendidikan
internasional (International Eduation Year) berdasarkan falsafah dan konsep
pendidikan. Saat itu pendidikan di bangku sekolah mulai diragukan masyarakat.
Mereka menilai dan mempertanyakan apakah yang disebut sebagai pendidikan hanya
dilakukan di bangku sekolah saja. Pada kurun waktu tersebut banyak orang yang
meragukan mengenai sistem pendidikan di sekolah.2
Namun demikian, bukan berarti pemikiran pendidikan sepanjang hayat ini serta
merta mengabaikan pendidikan formal. Akan tetapi pendidikan nonformal dipandang
lebih tepat dalam mengawal pendidikan sepanjang hayat. Sudjana menjelaskan bahwa
pendidikan sepanjang hayat dapat diuraikan ke dalam program-program pendidikan
formal dan nonformal.3
UNESCO mendefinisikan pendidikan sepanjang hayat sebagai berikut: (1)
pendidikan hanya berakhir hanya berakhir apabila manusia telah meninggalkan dunia
fana ini; (2) pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi murid
untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisasi dan

1
Sudjana, Pendidikan Nonformal: “Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Asas”
(Bandung: Falah Production, 2004), hlm. 225.
2
Hasan, “Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Pandangan Islam”.
3
Sudjana, op.cit, hlm 228.

3
4

sistematis; (3) kegiatan belajar ditujukan untuk memperoleh, memperbaharui dana tau
meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki dan yang mau
tidak mau harus dimiliki oleh murid atau masyarakat berhubung dengan perubahan
yang terus-menerus sepanjang kehidupan; (4) pendidikan memiliki tujuan berangkai
dalam memenuhi kebutuhan belajar dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap
insan yang melakukan kegiatan belajar; (5) perolehan pendidikan merupakan prasyarat
bagi perkembangan kehidupan manusia, baik untuk memotivasi diri maupun untuk
meningkatkan kemampuannya, agar manusia selalu melakukan kegiatan belajar guna
memenuhi kebutuhan hidupnya; (6) pendidikan nonformal mengakui keberadaan
pendidikan formal serta dapat menerima pengaruh dari pendidikan karena kehadiran
kedua jalur pendidikan ini saling melengkapi dan saling mendukung satu sama lain.4
Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia. Semua manusia
baik yang masih kecil maupun lanjut usia tetap bisa menjadi murid karena cara belajar
pendidikan sepanjang hayat dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan oleh
siapapun. Jika pendidikan sepanjang hayat yang didefinisikan oleh UNESCO
cenderung bersifat materialistik lantas bagaimana pendidikan sepanjang hayat dari
sudut pandang Islam?
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan hadits tentang pendidikan pranatal?
2. Bagaimana penjelasan hadits tentang pendidikan sepanjang hayat dan kualitasnya?
1.3 Tujuan
1. Memahami tentang hadits pendidikan pranatal
2. Memahami tentang hadits pendidikan sepanjang hayat dan kualitasnya
1.4 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hadits
pendidikan sepanjang hayat
2. Dapat menjadi sumber referensi yang bermanfaat bagi dunia pendidikan

4
Hasan, “Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Pandangan Islam”.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hadits Pendidikan Pranatal


Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt. yang keberadaannya memiliki peranan
penting dalam kehidupan. Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa manusia memiliki tugas
untuk menjadi khalifah di muka bumi.5 Tugas seorang khalifah adalah memimpin, baik
untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Seorang pemimpin harus jujur, disiplin dan
bijaksana dalam menegakkan agama dan mengurus urusan dunia. Potensi yang dimilikinya
diharapkan dapat membawa manfaat dan perubahan yang lebih baik dalam keseimbangan
hidup menuju ketaatan pada-Nya.6
Dengan demikian apabila potensi yang dimiliki manusia tersebut tidak
dikembangkan sebagaimana mestinya maka ia hanya akan menjadi manusia yang tidak
bermakna. Saat ini banyak ketidakseimbangan hubungan antara masyarakat dengan
masyarakat dan masyarakat pada lingkungannya. Oleh sebab itu pengembangan diri perlu
dilakukan dalam rangka membentuk kepribadian muslim yang seutuhnya.
Usaha pengembangan diri tersebut dilakukan melalui program kegiatan pendidikan
Islam yang dimulai sejak dini. Karena Allah Swt. menciptakan manusia dalam keadaan
fitrah (Islam) orang tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi, Nasrani, Majusi. 7 Oleh
karenanya, pendidikan keluarga adalah pendidikan informal yang sangat mendasar.
Pendidikan ini berdasarkan tuntunan agama Islam untuk membentuk keluarga menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa.
Dasar hukum pendidikan anak pranatal menurut ajaran Islam sebagaimana yang
dijelaskan dalam hadits Rasulullah Saw., yaitu sebagai berikut, Artinya: “Anak yang
sengsara adalah anak yang telah mendapatkan kesengsaraan semenjak ia masih dalam
kandungan ibunya”. Maksud hadits tersebut adalah seorang anak mendapatkan dasar-dasar
kesengsaraan dan kebahagiaan pada waktu pertumbuhan di perut (kandungan) ibunya. Hal
ini berarti bahwa kesengsaraan atau kebahagiaan yang dialami anak dalam kandungan
akan berpengaruh kepada perkembangan kehidupannya mendatang.

5
Cordoba, Al-Qur’an QS. Al-Baqarah/2:30
6
Cordoba, Al-Qur’an QS. Adz-Dzariyat/51:56
7
HR. Muslim No. 4803 Bab Takdir https://risalahmuslim.id/hadits/muslim-4803/ risalahmuslim

5
6

Pendidikan pranatal yang bermuatan cinta, kasih dan sayang terhadap anak dalam
kandungan dapat dirasakannya, hal ini akan menjadikan anak berkembang secara
sempurna. Karena anak merasa nyaman dengan perilaku orang tuanya. Anak yang
diperlakukan dengan cinta, kasih dan sayang oleh orang tuanya akan berperilaku sama
seperti orang tuanya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud Rasulullah Saw. bersabda yang artinya:
“Rasulullah Saw. telah mencium Hasan bin Ali, sedangkan ketika itu di sisi beliau duduk
Aqra’ bin Habis at-Tamimi, Aqra’ berkata: Sesungguhnya aku mempunyai sepuluh orang
anak, tapi tak satupun diantara mereka pernah aku cium”. Maka Rasulullah Saw.
memandangnya dan bersabda: “Barangsiapa yang tidak mengasihi maka ia tidak akan
dikasihi”.
2.2 Hadits Pendidikan Sepanjang Hayat dan Kualitasnya
Pendidikan sepanjang hayat sudah dikenal oleh umat Islam sejak kurang lebih 14
abad yang lalu. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhammad Saw. yang artinya:
“Tuntutlah ilmu sejak dari buaian ibunda sampai ke liang lahat”. 8 Dari hadits tersebut
dapat dipahami bahwa pendidikan Islam berlangsung sepanjang hayat. Maka diperlukan
suatu sistem dan tujuan yang hendak dicapai dengan proses melalui sistem tertentu.
Pendidikan Islam dapat diartikan secara umum sebagai usaha dan kegiatan pembinaan
pribadi manusia. Ia bertujuan untuk membentuk pribadi muslim seutuhnya,
mengembangkan seluruh potensi manusia baik yang berupa jasmaniyah maupun
rohaniyah, menumbuhkan keharmonisan tiap pribadi manusia dengan Allah, manusia dan
alam semesta.9
Hadits mengenai belajar sepanjang hayat menurut beberapa ulama’ adalah palsu.
Sebagian lain mengatakan ini adalah ucapan atau nasihat para salaf. Adapun Syaikh Shalih
Alu Asy Syaikh menyebutkan bahwa ini adalah ucapan Imam Ahmad bin Hambal.
Namun, walaupun tidak benar dari Rasulullah Saw. ucapan ini secara makna adalah benar
dan baik. Berikut komentar Syaikh Dr. Abdullah Al-Faqih : Ini adalah hadits yang tidak
shahih sanadnya dan termasuk hadits yang tenar diucapkan manusia. Hanya saja makna
hadits ini memang shahih sesuai QS. An-Nahl:78.

8
HR Ibnu Abdul Barr
9
Haidar Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm. 6.
7
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Hadits Rasaulullah Saw. tentang pendidikan pranatal yang artinya: “Anak yang
sengsara adalah anak yang telah mendapatkan kesengsaraan semenjak ia masih
dalam kandungan ibunya”. Maknanya adalah seorang anak mendapatkan dasar-
dasar kesengsaraan dan kebahagiaan pada waktu pertumbuhan di perut
(kandungan) ibunya. Hal ini berarti bahwa kesengsaraan atau kebahagiaan yang
dialami anak dalam kandungan akan berpengaruh kepada perkembangan
kehidupannya mendatang.
2. Hadits mengenai belajar sepanjang hayat menurut beberapa ulama’ adalah palsu.
Sebagian lain mengatakan ini adalah ucapan atau nasihat para salaf. Adapun
Syaikh Shalih Alu Asy Syaikh menyebutkan bahwa ini adalah ucapan Imam
Ahmad bin Hambal. Namun, walaupun tidak benar dari Rasulullah Saw. ucapan
ini secara makna adalah benar dan baik. Berikut komentar Syaikh Dr. Abdullah
Al-Faqih : Ini adalah hadits yang tidak shahih sanadnya dan termasuk hadits yang
tenar diucapkan manusia. Hanya saja makna hadits ini memang shahih sesuai QS.
An-Nahl:78.
3.2 Saran
1. Dibutuhkan pemahaman secara menyeluruh terhadap hadits tentang pendidikan
prenatal dan hadits sepanjang hayat.
2. Dibutuhkan referensi lebih banyak lagi untuk mendukung pemahaman mengenai
hadits tersebut..

8
DAFTAR PUSTAKA

Al-‘Asqalani, Ibnu Hajar. Terjemah Bulughul Maram. Semarang: Pustaka Nuun, 2016.

Al-Ghamidi, Dr. Ali Bin Sai’id. Fikih Wanita. Solo: Aqwam, 2018

Azzam, Ummu. Ya Allah, Berkahilah Anak Kami. Jakarta: QultumMedia, 2012.

Az-Zarnuji, Burhanul Islam. Ta’lim Al-Muta’alim. Solo: Pustaka Arafah, 2022.

Daulay, Haidar Putra. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Rineka


Cipta, 2009.

Hasan, M. Zaki Akhbar. “Pendidikan Sepanjang Hayat dalam Pandangan Islam”


www.stai-mifda.ac.id. Diakses pada Senin 7 November 2022. https://stai-
mifda.ac.id/pendidikan-sepanjang-hayat-dalam-pandangan-islam/

Hidayatullah, Syarif. 2021. “Pendidikan Prenatal dalam Perspektif Hadits”. Tesis. Malang:
UIN Maulana Malik Ibrahim.

Sudjana. Pendidikan Nonformal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori


Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production, 2004.

Suwaid, Muhammad. Mendidik Anak Bersama Nabi. Solo: Pustaka Arafah, 2017.

Taqiyuddin. Pendidikan untuk Semua (Dasar dan Falsafah PLS). Bandung: Mulia Press,
2008.

ZA, Tabrani. “4 Pilar Tentang Pendidikan Sepanjang Hayat” www.tabraniza.com. Diakses


pada Senin 7 November 2022. https://www.tabraniza.com/2017/02/4-pilar-
tentang-pendidikan-sepanjang.html

Anda mungkin juga menyukai