Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PERSPEKTIF

AL-QUR’AN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Tafsir Tarbawi”

Dosen Pengampu:

Mahbub Junaidi, M. Th. I

Disusun Oleh :

Amiriana Biverlia Nova (19054029)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN

2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis ingin mengucapkan puji syukur kehadirat Allah


SWT. Sholawat dan salam juga kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Dengan kebaikan beliau kita dituntun dari jalan yang gelap menuju jalan yang
terang.

Dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Tafsir Tarbawi” dengan ini
penulis mengangkat judul “PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP PERSPEKTIF
AL-QUR’AN”. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini. Penulis mengakui
bahwa manusia mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Dalam pembuatan
makalah ini penulis banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon agar
pembimbing materi dan pembaca dapat memakluminya. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberi
manfaat kepada kita semua. Aamiin

Lamongan, Januari 2023

Amiriana Biverlia Nova

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Seumur Hidup..................................................3
B. Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup..............................................5
C. Konsep Pendidikan Seumur Hidup.......................................................6
D. Urgensi Pendidikan Seumur Hidup......................................................10
E. Tahap tahap Pendidikan Seumur Hidup...............................................13
PENUTUP.......................................................................................................17
A. Kesimpulan...........................................................................................17
B. Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an diperuntukan bagi penentu jalannya kehidupan manusia
dan alam semesta. Di dalamnya terkandung makna dan petunjuk
kehidupan menembus dimensi ruang dan waktu, atau dengan kata lain al-
Qur’an merupakan ensiklopedia kehidupan dalam rangka menunjukan
kebahagian dan kesejahteraan hakiki. Karena al-Qur’an memiliki lintas
dimensi ruang dan waktu, maka wajar jika al –Qur’an memuat pesan-
pesan Ilahi dalam bentuk global. Oleh karena itu diperukan penjelasan
lebih rinci mengenai maksud yang terkandung di dalam pesan Ilahiyah
tersebut.
Pendidikan adalah usaha manusia dalam proses pembentukan
manusia seutuhnya mencakup kemampuan mental, fikir dan kepribadian,
sebagai bekal manusia untuk meraih keberhasilan dan kesuksehsan dalam
hidup. Pendidikan adalah karya bersama yang berlangsung dalam suatu
pola kehidupan insani tertentu, sebagai Proses pelatihan dan
pengembangan pengetahuan, keterampilan, pikiran dan karakter manusia.
Pendidikan adalah lembaga atau usaha pembangunan watak bangsa, yang
menacakup ruang lingkup kemampuan mental, fikir dan kepribadian
manusia.
Dalam Islam menuntut ilmu sudah bisa dimulai ketika masih bayi
atau anak-anak. Karena dalam islam dikatakan tuntutlah ilmu mulai dari
buaian sampai ke liang lahat yang maksudnya adalah bahwa kewajiban
menuntut ilmu sudah bisa dimulai ketika masih bayi atau anak-anak
sampai mati itu sesuai dengan satu kata – kata mutiara dalam Islam yang
artinya : “ Tuntutlah ilmu dari buaian sampai keliang lahat”.
Pendidikan Sepanjang Hayat adalah suatu konsep tentang belajar
terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian

1
sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-fase (tahapan–tahapan)
perkembangan pada manusia. Oleh karena itu, setiap fase perkembangan
pada masing-masing individu harus dilalui dengan belajar agar dapat
memenuhi tugas-tugas perkembanganya, dalam hal ini proses belajar
sudah dimulai dari masa kanak-kanak dewasa, masa tua sampai akhir
hayat.1 Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan
zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka
yang sudah berusia lanjut.
Berdasarkan uraian diatas, makalah ini mencoba melihat
bagaimana pandangan Al-Quran tentang pendidikan seumur hidup yang
ditinjau dari sudut pandang potensi pendidikan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendidikan seumur hidup?
2. Apa saja karakteristik pendidikan seumur hidup?
3. Bagaimana konsep pendidikan seumur hidup?
4. Bagaimana urgensi pendidikan seumur hidup?
5. Apa saja tahap tahap pendidikan seumur hidup?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diperoleh beberapa tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian pendidikan seumur hidup
2. Mengetahui karakteristik pendidikan seumur hidup
3. Mengetahui konsep pendidikan seumur hidup
4. Mengetahui urgensi pendidikan seumur hidup
5. Mengetahui tahap tahap pendidikan seumur hidup
1
Abdul Karim Akyawi, At-Tarbiyah wa At-Ta’lim Fi Madrasatil Muhammadiyah,
Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar, Terjemahan Muhyiddin Mas rida, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2009), hal. 44.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Seumur Hidup


Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau
latihan bagi peranannya pada masa yang akan datang.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional mendefinisikan
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan perbuatan mendidik.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Menurut John Dewey, pendidikan adalah suatu proses pembaharuan
makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa
atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara
sengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial. Proses
ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa
dan kelompok di mana dia hidup.
Adapun menurut Edgar Dalle, pendidikan adalah usaha sadar yang
dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar
sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk
masa yang akan dating.
Adapun pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup
adalah sebuah sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan

3
keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung
dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang hayat
memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan
masyarakat yang baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat
besar. Pendidikan sepanjang hayat merupakan asas pendidikan yang cocok
bagi orang-orang yang hidup dalam dunia transformasi dan informasi, yaitu
masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan dirinya secara
terus menerus dengan situasi yang baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik
yang dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah tradisional mengalami
kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang
sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
manusia yang semakin meningkat. Kebutuhan manusia yang sangat
meningkat itulah yang memberikan pengaruh besar terhadap masalah-
masalah pendidikan dan proses pendidikan akan terus berjalan sejalan dengan
semua kebutuhan manusia yang semakin meningkat tersebut.2
Pendidikan bukan hanya didapat dari bangku sekolah atau pendidikan
formal, namun juga dapat diperoleh dari pendidikan informal dan non formal.
Pendidikan berlangsung seumur hidup melalui pengalaman-pengalaman yang
dijalani dalam kehidupan manusia. Proses pendidikan seumur hidup
berlangsung secara kontinyu dan tidak terbatas oleh waktu, dan tempat
sepanjang perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga meninggal dunia baik
secara formal maupun non formal. Proses pendidikan seumur hidup tidak
hanya dilakukan oleh seseorang yang sedang belajar pada pendidikan formal,
namun bagi semua lapisan masyarakat.3

B. Karakteristik Pendidikan Seumur Hidup


2
Wawan Wahyuddin, “Pendidikan Sepanjang Hayat Menurut Perspektif Islam (Kajian
Tafsir Tarbawi ),” Saintifika Islamica: Jurnal Kajian Keislaman 3, no. 2 (2016): 191–208,
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/98.
3
Syahrul Riza, “Konsep Pendidikan Islam Sepanjang Hayat,” Tarbiyatul Aulad 8, no. 01
(2022): 13–32, https://www.ojs.serambimekkah.ac.id/AULAD/article/view/4674.

4
Karakteristik pendidikan sepanjang hayat adalah sebagai berikut:4
a. Hidup, seumur hidup, dan pendidikan merupakan tiga istilah pokok yang
menentukan lingkup dan makna pendidikan sepanjang hayat.
b. Pendidikan tidaklah selesai setelah berakhirnya masa sekolah, tetapi
merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang hidup.
c. Pendidikan sepanjang hayat tidak diartikan sebagai pendidikan orang
dewasa, tetapi mencakup dan memadukan semua tahap pendidikan baik
itu pendidikan dasar, menengah, dan sebagainya.
d. Pendidikan sepanjang hayat mencakup pola-pola pendidikan formal
maupun pola-pola pendidikan non formal, baik kegiatan-kegiatan belajar
terencana maupun kegiatan-kegiatan belajar incidental.
e. Rumah/keluarga memainkan peran pertama, peranan yang paling halus
dan sangat penting dalam memulai proses belajar seumur hidup.
f. Masyarakat juga memainkan peranan penting dalam sistem pendidikan
sepanjang hayat. Mulai sejak anak-anak mulai berinteraksi dengan
masyarakat, dan terus berlanjut fungsi edukatifnya dalam keseluruhan
hidup, baik dalam bidang profesional maupun umum.
g. Lembaga-lembaga seperti sekolah, universitas, dan pusat latihan tentu
memiliki peranan yang penting, tetapi itu hanya sebuah bentuk dari
pendidikan sepanjang hayat.
h. Pendidikan seumur hidup menghendaki keberlanjutan atau
kebersambungannya dimensi-dimensi vertikal atau longitudinal
pendidikan.
i. Pendidikan seumur hidup juga menghendaki pendidikan dari setiap tahap
hidup sehingga menjadikannya bersifat sebagai pendidikan yang
universal tidak bersifat elitis.
j. Pendidikan sepanjang hayat memiliki dua komponen besar, yaitu
pendidikan profesional dan pendidikan umum. Kedua komponen tersebut

4
Wahyuddin, “Pendidikan Sepanjang Hayat Menurut Perspektif Islam (Kajian Tafsir
Tarbawi ).”

5
tidaklah dapat dipisahkan antara satu dan yang lainnya, karena saling
berhubungan dan dengan sendirinya bersifat interaktif.
k. Pendidikan seumur hidup mengandung fungsi-fungsi adaptif dan inovatif
dari individu dan masyarakat.
l. Tujuan akhir pendidikan seumur hidup adalah untuk mempertahankan
dan meningkatkan mutu hidup.
m. Ada tiga syarat utama bagi pendidikan seumur hidup, yaitu kesempatan,
motivasi, dan edukabilitas.
n. Pendidikan seumur hidup membolehkan adanya pola-pola dan bentuk-
bentuk alternatif dalam memperoleh pendidikan.
o. Pada tingkat operasional, pendidikan seumur hidup membentuk sebuah
sistem keseluruhan dari semua pendidikan.

C. Konsep Pendidikan Seumur Hidup


Proses pendidikan dapat berlangsung setiap saat di manapun dan
kapanpun tanpa ada batas waktu usia. Pernyataan tersebut sesuai dengan
ungkapan “Education is Life Long” atau “Life Long Education is in Unility
All of Life”. Gagasan seperti ini pernah pula dikemukakan oleh John Dewey
bahwa “Educational process has no end beyond it self in its own and end “.
Dalam konteks ini Long Life Education (pendidikan sepanjang hayat)
menunjuk pada suatu kenyataan, kesadaran baru, suatu asas baru, dan juga
suatu harapan baru bahwa : proses pendidikan dan kebutuhan pendidikan
berlangsung di sepanjang hidup manusia. Dengan demikian tidak ada istilah
“terlambat”, “terlalu tua” atau “terlalu dini” untuk belajar.
Terdapat beberapa alasan akan adanya konsep pendidikan seumur
hidup, di antaranya yang dikemukakan oleh Paul Lengrand. Dalam
bukunyayang berjudul “Introduction to Life Long Education”, Paul
mengemukakan bahwa banyaknya tantangan-tantangan dalam berbagai
bentuk dan variasi yang menyebar baik di negara maju maupun di negara
berkembang mengharuskan pendidikan dirumuskan menjadi pendidikan
sepanjang hayat. Tantangan-tantangan yang dimaksud meliputi; laju

6
perubahan, perluasan demografis, inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi,
tantangan politik, informasi dan krisis dalam pola kehidupan.
Pemikiran yang dikemukakan oleh Paul Lengrand ini kemudian
menjadi acuan UNESCO dalam menawarkan konsep pendidikan seumur
hidup. Dalam konsep Life Long Education (pendidikan sepanjang hayat)
Sudah pernah dicetuskan oleh Rasulullah SAW. dalam haditsnya yang
artinya: “Carilah ilmu sejak kamu masih dalam buaian sampai mati.” (HR.
Ibn Abd al-Bar).
Hadits ini didukung oleh konsep bahwa manusia menurut Islam
memiliki jangkauan yang sangat jauh, yaitu dunia dan akhirat. Karena
dimensi jangkauan tersebut, maka Life Long Education (pendidikan
sepanjang hayat) dalam Islam dapat dilihat dari dua hal penting dalam
kehidupan manusia; ilmu dan iman.
Pada tataran iman, manusia sejak awal penciptaannya telah diberkahi
oleh Allah dan janji dirinya dengan tauhid. Allah SWT berfirman dalam surat
Al-A’Raf ayat 172:
‫وِاْذ َاَخ َذ َر ُّبَك ِم ْن َبِنْي َاَد َم ِم ْن ُظُهْو ِرِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َاْش َهَد ُهْم َع َلى َاْنُفِس ِهْم ج َاَلْس ُت‬
)172( ‫ِبَر ِّبُك ْم قلى َقا ُلْو ا َبَلى َش ِهْد َنا َاْن َتُقْو ُلْو ا َيْو َم اْلِقَيَم ِة ِاَّنا ُكَّنا َع ْن َهَذ ا َغ ِفِلْيَن‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-
anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku Ini Tuhanmu?" mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
Ini (keesaan Tuhan)". (Q.S. al-A’raf :172).
Kesaksian atas ketauhidan Allah ini terjadi pada saat manusia masih
dalam kandungan. Oleh karenanya, sangatlah rasional jika dikemukakan
bahwa manusia sama sekali tidak ingat dengan kejadian penting tersebut.
Sehingga Rasulullah mengingatkan tentang keharusan adanya pendidikan
yang harus dilakukan oleh orang tua. Rasulullah SAW. bersabda:

7
Artinya: “Setiap anak diahirkan dalam keadaan suci (benar aqidahnya),
kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau
Nasrani”. (HR. Bukhari).
Dari keterangan di atas, pendidikan pada tataran keimanan sebenarnya
terjadi pada saat anak masih dalam kandungan dan selanjutnya secara praktis
dilanjutkan oleh pihak orang tua setelah anak lahir. Bahkan kalau dikaji dari
tata aturan pemilihan jodoh dalam Islam, ditemukan bahwa sebenarnya
pendidikan telah terawali oleh sikap calon orang tua. Artinya persiapan
mendidik anak dimulai sejak pemilihan jodoh, yaitu pemilihan isteri dan
suami.
Pertanyaan yang muncul kemudian apakah pendidikan pada tataran
ilmu juga dimulai sebagaimana pendidikan pada tataran iman? Untuk
menjawab pertanyaan ini konsep pendidikan dalam Islam merujuk pada
landasan hadits yang berbicara tentang pendidikan seumur hidup yaitu:
“Carilah ilmu sejak dalam buaian sampai mati”. Konsep awal pendidikan di
atas membutuhkan penjelasan tentang batas akhir pendidikan dalam Islam.
Ahmad D. Marimba dalam bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan Islam
menjelaskan bahwa: “pendidikan seumur hidup berlangsung melalui dua
tahap. Tahap pertama terjadi semenjak seorang anak lahir sampai dengan
anak menjadi dewasa. Tahap kedua berlangsung mulai kedewasaan dialami
oleh seseorang sampai dengan akhir hayat”
Konsep pendidikan seumur hidup dalam Islam pada hakekatnya
mengantarkan dan membimbing manusia untuk mampu menjadi khalifah fi
al-ardl (pemimpin dibumi) serta membimbing manusia sebagai manifestasi
Allah. Sebab pada posisi ini manusia adalah makhluk yang mampu
merefleksikan Asma Allah (Asma al-Husna) dan kehidupan di alam semesta.
Ciri khas pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal istirahat,
melainkan berlangsung terus-menerus secara terpadu, antara pendidikan
sebelum sekolah, dengan pendidikan sekolah, dan pendidikan setelah sekolah
(termasuk pendidikan orang dewasa). Begitu pula dalam Islam rencana dalam
bidang pendidikan pemikiran manusia telah diatur dalam Al-Quran seperti

8
siapa manusia, dari mana manusia, dan mau ke mana manusia serta harus
bagaimana manusia harus hidup di dunia ini. Pertanyaaan itulah yang
membantu manusia sebagai pelaku pendidikan yang harus terus mencari arah
dan tujuannya sebagai manusia dengan terus belajar sepanjang hayatnya.
Pendidikan sepanjang hayat dalam Islam yang lebih utama ialah
menuntut ilmu. Rasulullah SAW bersabada, “Tuntutlah ilmu dari buaian
hingga ke liang lahat.” Dari Hadist tersebut terlihat jelas bahwa menuntut
ilmu adalah sebuah keharusan yang harus dituntut setiap individu sepanjang
hayatnya dari sejak ia dalam buaian hingga ia meninggal, baik laki-laki
maupun perempuan, baik anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua.
Dengan ilmu manusia dapat lebih bijaksana dalam menjalani hidupnya dan
dengan ilmu pula manusia ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT
sebagaimana firmanNya berikut ini.
‫َيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن َاَم ُنْو ا ِاَذ ا ِقْيَل َلُك ْم َتَفَّس ُحْو ا ِفى اْلَم َج ِلِس َفاْفَس ُحْو ا َيْفَس ِح ُهَللا َلُك ْم ج َو ِاَذ اِقْيَل‬
( ‫اْنُشُز ْو ا َيْر َفِع ُهَللا اَّلِذ ْيَن َاَم ُنْو ا ِم ْنُك ْم ال َو اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر َج ٍت قلى َو ُهلَلا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر‬
)11
Artinya: Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S Al-Mujadallah : 11).
Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut. “Tuntutlah ilmu dan
belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah
rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.” (HR. AthThabrani).
“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga.”(HR. Muslim).
Menuntut ilmu merupakan ibadah yang mulia bagi seorang muslim
karena termasuk jihad di jalan Allah SWT. Seorang muslim yang berjihad di
jalan Allah SWT maka Allah akan mencintainya dan ganjaran surga baginya.
Menuntut ilmu lebih baik daripada shalat sunat dan sebaik-baiknya seorang
muslim yang mempunyai ilmu ia mampu mengamalkannya sehingga
bermanfaat bagi orang yang ada di sekitarnya, meskipun itu hanya satu ayat.

9
Dan seburuk-buruknya ilmu adalah ia yang tidak mengamalkannya atau lebih
memilih untuk merahasiakannya maka orang tersebut akan datang pada hari
kiamat dengan mulut penuh dengan api.

D. Urgensi Pendidikan Seumur Hidup


Perlunya pendidikan sepanjang hayat didasari oleh beberapa alasan
sebagai berikut:
a. Keterbatasan Kemampuan Pendidikan Sekolah Pendidikan sekolah
ternyata tidak memenuhi harapan masyarakat. Terlihat antara lain dalam :
1) Banyak lulusan yang tidak dapat diserap dalam dunia kerja yang
antara lain karena mutunya yang rendah.
2) Daya serap rata-rata lulusan sekoah yang masih rendah, karena
pelajar tidak dapat belajar optimal.
3) Pelaksanaan pendidikan sekolah tidak efisien sehingga terjadi
penghamburan pendidikan, yang terlihat dari adanya putus sekolah
dan adanya siswa yang mengulang.

Dengan demikian, pendidikan sekolah saja tidaklah cukup maka


diperlukan adanya pendidikan di luar sekolah.

b. Perubahan Masyrakat dan Peranan Sosial Globalisasi dan pembangunan


mengakibatkan perubahan-perubahan yang cepat dalam masyarakat dan
ikut mempengaruhi aspek-aspek sosial yang ada. Pendidikan dituntut
untuk dapat membantu individu agar selalu dapat mengikuti, mengontrol,
selektif terhadap perubahan-perubahan sosial yang terjadi sepanjang
hidupnya.
c. Pendayagunaan Sumber yang Masih Belum Optimal
Salah satu masalah pendidikan kita dewasa ini adalah kelangkaan
sumber yang mendukung pelaksanaan pendidikan. Hal yang perlu
dilakukan adalah:
1) Penghematan dan optimalisasi dalam penggunaan sumber yang telah
tersedia bagi pendidikan.

10
2) Perlunya penggalian sumber-sumber yang baru yang masih
terpendam dalam masyarakat, yang dapat dimanfaatkan untuk
memperlancar dan meningkatkan proses Pendidikan.

Dalam GBHN termaktub: “Pendidikan berlangsung seumur hidup dan


dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat dan pemerintah”. Ini artinya setiap insan Indonesia dituntut selalu
berkembang sepanjang hidupnya. Sementara itu masyarakat dan pemerintah
harus menciptakan suasana untuk selalu belajar. Sebab masa sekolah (formal)
bukanlah masa “satu-satunya”, tetapi hanya sebagian dari waktu belajar yang
berlangsung sepanjang hidup.

Dalam sebuah system oprasional pendidikan seumur hidup ini maka


haruslah mencangkup beberapa komponen;

1. Tujuan pendidikan seumur hidup


2. Asumsi-asumsi yang mendasari pendidikan seumur hidup
3. Prinsip-prinsip bimbingan untuk mengembangkan pedidikan seumur
hidup
4. Bentuk-bentuk belajar (formal/non formal) kompnen-komponen

Sedangkan mengenai urgensi pendidikan seumur hidup ini Drs H Fuad


Ihsan, Pakar pendidikan yang juga mantan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud), dalam buku Dasar-dasar Kependidikan ,
mengemukakan beberapa dasar pemikiran --ditinjau dari beberapa aspek--
tentang urgensi pendidikan seumur hidup, antara lain:

Pertama, Aspek ideologis, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini


memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, meningkatkan
pengetahuan dan menambah keterampilannya. pendidikan seumur hidup
akan membuka jalan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi diri
sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

11
Kedua, Aspek ekonomis, pendidikan merupakan cara yang paling
efektif untuk dapat keluar dari “Lingkungan Setan Kemelaratan” akibat
kebodohan. pendidikan seumur hidup akan memberi peluang bagi seseorang
untuk meningkatkan produktivitas, memelihara dan mengembangkan
sumber-sumber yang dimilikinya, hidup di lingkungan yang
menyenangkansehat, dan memiliki motivasi dalam mendidik anak-anak
secara tepat sehingga pendidikan keluarga menjadi penting.

Ketiga, Aspek sosiologis, di negara berkembang banyak orangtua yang


kurang menyadari pentingnya pendidikan sekolah bagi anak-anaknya, ada
yang putus sekolah bahkan ada yang tidak sekolah sama sekali. pendidikan
seumur hidup bagi orang tua merupakan problem solving terhadap fenomena
tersebut. Aspek politis, pendidikan kewarganegaraan perlu diberikan kepada
seluruh rakyat untuk memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR, dan
lembaga-lembaga negara lainnya. Tugas pendidikan seumur hidup
menjadikan seluruh rakyat menyadari pentingnya hak-hak pada negara
demokrasi.

Keempat, Aspek teknologis, pendidikan seumur hidup sebagai alternatif


bagi para sarjana, teknisi dan pemimpin di negara berkembang untuk
memperbaharui pengetahuan dan keterampilan seperti dilakukan negara-
negara maju. Aspek psikologis dan pedagogis, sejalan dengan makin luas,
dalam dan kompleknya ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi dapat
diajarkan seluruhnya di sekolah. Tugas pendidikan sekolah hanya
mengajarkan kepada peserta didik tentang metode belajar, menanamkan
motivasi yang kuat untuk terus-menerus belajar sepanjang hidup,
memberikan keterampilan secara cepat dan mengembangkan daya adaptasi.
Untuk menerapkan pendidikan seumur hidup perlu diciptakan suasana yang
kondusif.5

E. Tahapan-Tahapan Pendidikan Seumur Hidup


5
Haryanto Al-Fandi, “Konsep pendidikan seumur hidup,” Jurnal Studi Agama dan
Budaya Manarul Qur’an 3, no. 1 (2017): 17–26, https://www.pdfdrive.com/konsep-pendidikan-
seumur-hidup-dalam-tinjauan-pendidikan-islam-oleh-d151635632.html.

12
Tempat belajar yang pertama bagi seorang manusia adalah lingkungan
keluarga, pada tapa inilah tahap yang paling menentukan seorang anak
untuk memulai pembelajaran dalam keluarganya. 6 Khususnya dalam ajaran
Islam pembelajaran sudah dimulai ketika seorang bayi masih berada dalam
rahimnya, dalam konsep ini jelas bahwa Islam memang sangat
memperhatikan umatnya untuk senantiasa belajar. Kemudian dalam Islam
dijelaskan berdasarkan hadits Rasulullah Saw:

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah SAW bersabda: Tiada
seorang anakpun yang lahir kecuali ia dilahirkan dalam keadaan fitrah,
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan ia beragama Yahudi, Nasrani
dan Majusi”. (H.R. Muslim)
Dalam hadits ini jelas bahwa peran orang tua dalam keluarga
sangatlah penting untuk mendidik putra-putrinya, orang tuanyalah yang
akan membentuk pribadi anaknya dalam lingkungan keluarga. Belajar
sepanjang hayat dalam lingkungan keluarga menurut penulis bisa dilakukan
dalam beberapa tahap sebagai berikut :
a. Pendidikan pada masa balita.
Materi pendidikan aqidah telah terkemas dalam sebuah disiplin
ilmu yang disebut "Ilmu Tauhid". Sebuah disiplin ilmu yang
mempelajari tentang bagaimana cara mentauhidkan (mengesakan Allah)
dengan dalil-dalil yang meyakinkan. Sedemikian mendasarkan
pendidikan aqidah ini bagi anak manusia. karena dengan pendidikan
inilah anak akan mengenali siapa Tuhannya, bagaimana cara bersikap
terhadap Tuhannya dan apa saja yang harus diperbuat dalam hidup ini
sebagai hamba Tuhan. Orang yang belajar aqidah akan tumbuh menjadi
manusia yang beriman dan percaya akan Allah SWT dengan segala
sifat-sifatnya.
Dalam masa balita orang tua mulai bisa mengajarkan kepada
anaknya, sesuai dengan kemampuan serta fase perkembanganya.

6
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 63.

13
Misalnya dengan mengajarkan atau melatih anak untuk bisa
mengucapkan kalimat syahadat atau kata sederhana serta belajar bicara
sesuai dengan ajaran Islam. Orang yang telah memiliki iman, akan
tumbuh dalam dirinya karakter takwa, takwa merupakan perwujudan
iman dalam tindakan.
Islam menempatkan pendidikan aqidah ini pada posisi yang paling
mendasar. la terposisi dalam rukun yang pertama dari rukun Islam yang
lima, sekaligus sebagai kunci yang membedakan antara orang Islam dan
non Islam. Siapa yang mengikrarkan Dua kalimah Syahadat dan
mempedomaninya dalam kehidupan sehari-hari, maka dialah yang
pantas menyandang predikat sebagai orang Islam.
Setiap anak manusia dibekali Allah dengan fitrah Islamiah, ia telah
terbekali oleh benih ketauhidan dari sisi Allah SWT. Maka kewajiban
para orangtua muslim menyelamatkan benih tauhid itu dengan
memberikannya pendidikan akidah yang tepat. Benih akidah itu
disiraminya dengan baik, dipupuknya dengan baik dan dirawatnya
dengan baik pula. Sehingga diharapkan dapat tumbuh dengan subur
bagaikan sebatang pohon yang rindang dan tampak keindahannya.
Akarnya menghunjam kuat ke dalam tanah, cabang-cabangnya
menjulang tinggi ke angkasa dan buahnyapun lebat serta dapat dinikmati
oleh setiap orang. Demikian ibarat aqidah yang sudah tertanam dalam
sanubari manusia. Semua orangtua tentu menginginkan agar anak-
anaknya tumbuh dewasa menjadi insan-insan yang berpribadi muslim
sejati.
Untuk merealisasi- kannya maka terlebih dahulu orangtua harus
menjadi figur yang benar-benar berpribadi muslim sejati. Jangan
bertindak munafik Mengharapkan anak-anak menjadi shaleh, sementara
dirinya sendiri jauh dari sifat-sifat shaleh. Anak bukanlah benda mati
yang tidak bisa memberikan penilaian, merekapun makhluk independen
yang memiliki kelengkapan biologis yang sama dengan orangtua.

14
Mereka punya hati, akal, dan kehendak. Mereka enggan melihat
kemunafikan sebagaimana orangtuapun enggan melihatnya.
b. Pendidikan pada masa kanak-kanak.
Dalam fase ini orang tua mempunyai peranan penting untuk
memberikan pembelajaran pada anak-anaknya, orang tua mulai
memberikan pembelajaran misalnya bagaimana mereka menggunakan
pakaian atau melepaskannya, membiasakan anak untuk hidup disiplin
dengan cara memberikan contoh misalnya dengan berangkat dan pulang
sekolah tepat waktu, belajar dan bermain sesuai dengan waktu yang
sudah ditentukan. Pada masa ini pembelajaran mengenai hidup bersih
juga bisa mulai diberikan misalnya dengan mandi, menggosok gigi,
mencuci tangan, membuang sampah pada tempatnya, dan lain
sebagainya.
Dalam fase ini orang tua bukan hanya memberikan pembelajaran
tetapi harus bisa memberikan contoh karena cenderung seorang anak
biasanya melakukan sesuatu dari apa yang dilihatnya. Pada masa ini
pembentukan karakter juga bisa diberikan misalnya dengan mencium
tangan orang tua ketika berangkat dan pulang sekolah disertai
mengucapkan salam, menghormati yang lebih tua, membiasakan shalat
lima waktu dan lain sebagainya.
c. Pendidikan pada masa remaja.
Masa remaja merupakan masa yang paling rentang, pada fase ini
seorang anak cenderung mempunyai sifat labil, oleh sebab itu peranan
orang tua dalam memberikan pembelajaran dalam lingkungan keluarga
sangatlah penting. Agar pada masa ini bisa berkembang dengan baik,
tanpa terpengaruh oleh lingkungan luar, terpengaruh oleh teman-teman
bergaulnya.
Pada masa ini konsep pembelajaran sepanjang hayat mempunyai
peranan penting karena dalam fase ini pula seorang anak akan mulai
mencari jati dirinya, mulai mengenal dunia pergaulan, dan cenderung
memiliki keinginan untuk punya kebebasan dalam melakukan sesuatu.

15
Pembelajaran disiplin dan pengawasan serta perhatian dari orang
tua sangatlah penting agar anak bisa melakukan aktivitas-aktivitas yang
positif serta berkembang secara normal.
d. Pendidikan pada masa dewasa
Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat pada masa dewasa
merupakan masa yang penting dilakukan dalam lingkungan keluarga.
Pada fase ini seorang anak remaja yang berkembang menjadi manusia
dewasa mulai mengenal jati dirinya, bahkan memilki karakter tersendiri.
Pada masa ini pula biasanya kecenderungan seseorang untuk menyudahi
belajar sangat dominan khususnya perempuan. Diawali selesai masa
kuliah, kemudian menikah, punya anak dan memilki keluaraga.
Pada masa-masa ini seseorang cenderung lebih mementingkan
keluarga, pekerjaan dibandingkan dengan belajarnya. Padahal pada masa
ini pembelajaran masih tetap bisa dijalankan. Oleh sebab itu dalam
lingkungan keluarga ini orang tua harus bisa memberikan pemahaman
kepada anakankanya agar terus belajar sepanjang hidupnya, baik belajar
formal maupun non formal.
e. Belajar pada masa tua atau usia lanjut dalam lingkungan keluarga
Konsep pembelajaran dalam Islam bahwa belajar tidak mengenal
usia, sesuai dengan hadis yang ada pada landasan diatas. Maka
sesunggunya pada usia ini seseorang harus tetap belajar, yang tentunya
dilakukan dalam keluarga. Pada masa ini orang tua bisa belajar pada
anak-anaknya atau pada masa ini orang tua memberikan pembelajaran
pada anak-anaknya. Karena sesunggunya belajar sepanjang hayat bukan
hanya belajar tapi juga memberikan pembelajaran. Orang tua yang
memilki banyak ilmu maka ia akan semakin bijak dalam mengambil
keputusan dalam setiap masalah yang dihadapi dalam hidupnya.

BAB III
PENUTUP

16
A. KESIMPULAN
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah
sistem konsep-konsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-
peristiwa kegiatan belajar-mengajar yang berlangsung dalam keseluruhan
kehidupan manusia.
Ciri khas pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal istirahat, melainkan
berlangsung terus-menerus secara terpadu, antara pendidikan sebelum sekolah,
dengan pendidikan sekolah, dan pendidikan setelah sekolah (termasuk
pendidikan orang dewasa).
Pendidikan sepanjang hayat dalam Islam yang lebih utama ialah menuntut
ilmu. Rasulullah SAW bersabada, “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang
lahat.” Dari Hadist tersebut terlihat jelas bahwa menuntut ilmu adalah sebuah
keharusan yang harus dituntut setiap individu sepanjang hayatnya dari sejak ia
dalam buaian hingga ia meninggal, baik laki-laki maupun perempuan, baik
anak-anak, remaja, dewasa, maupun orang tua.

B. SARAN
Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Kami mengambil
dari berbagai sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan
kekurangan, maka kami sarankan untuk mencari referensi yang lebih baik.
Apabila pembaca merasa ada kekurangan dapat membaca buku yang menjadi
referensi secara lengkap.

DAFTAR PUSTAKA

17
Al-Fandi, Haryanto. “Konsep pendidikan seumur hidup.” Jurnal Studi Agama dan
Budaya Manarul Qur’an 3, no. 1 (2017): 17–26.
https://www.pdfdrive.com/konsep-pendidikan-seumur-hidup-dalam-tinjauan-
pendidikan-islam-oleh-d151635632.html.

Riza, Syahrul. “Konsep Pendidikan Islam Sepanjang Hayat.” Tarbiyatul Aulad 8,


no. 01 (2022): 13–32.
https://www.ojs.serambimekkah.ac.id/AULAD/article/view/4674.

Wahyuddin, Wawan. “Pendidikan Sepanjang Hayat Menurut Perspektif Islam


(Kajian Tafsir Tarbawi ).” Saintifika Islamica: Jurnal Kajian Keislaman 3,
no. 2 (2016): 191–208.
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/saintifikaislamica/article/view/98.

Abdul Karim Akyawi. 2009. At-Tarbiyah wa At-Ta’lim Fi Madrasatil


Muhammadiyah, Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar, Terjemahan
Muhyiddin Mas rida, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,).

Uyoh Sadulloh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. (Bandung: Alfabeta).

18

Anda mungkin juga menyukai