Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“TAFSIR AYAT TENTANG KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR”


Dosen Pengampuh : Drs. M. Syadli, S.Th.I,. MA

Disusun Oleh :

EMILIA

INSTITUT AGAMA ISLAM


NUSANTARA BATANG HARI
2021
KATA PENGANTAR

‫الرحِيم‬
َّ ‫ِالر ْح َم ِن‬
َّ ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫ِب ْس‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Tafsir ayat tentang
kewajiban belajar mengajar”. makalah ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas kelompok tahun akademik 2021

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kemajuan peradaban manusia dewasa ini tak bisa dilepaskan dari
kemajuan ilmu pengetahuan yang menjadi warisan terbesar dari proses
pendidikan yang terjadi. Proses pendidikan itu dapat dikatakan
berlangsung dalam semua lingkungan pengalaman hidup manusia
mulai dari lingkup terkecil seperti keluarga, sekolah sampai kepada
masyarakat luas. Hal ini berlangsung dalam semua tahapan
perkembangan seseorang sepanjang hayatnya yang dikenal dengan
istilah longlife education.
Dalam Islam pendidikan tidak dilaksanakan hanya dalam batasan
waktu tertentu saja, melainkan dilakukan sepanjang usia (min al-
mahd ila al-lahd). Islam juga memotivasi pemeluknya untuk selalu
membaca, menelaah dan meneliti segala sesuatu yang menjadi
fenomena dan gejala yang terjadi di jagad alam raya ini dalam rangka
meningkatkan kualitas keilmuan dan pengetahuan yang pada akhirnya
akan meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya. Dalam
pandangan Islam tua atau muda, pria atau wanita, miskin atau kaya
mendapatkan porsi yang sama dalam menuntut ilmu (pendidikan).
Bukan hanya pengetahuan yang terkait urusan ukhrowi saja yang
ditekankan oleh Islam, melainkan pengetahuan yang terkait dengan
urusan duniawi juga. Karena manusia dapat mencapai kebahagiaan
hari kelak dengan melalui jalan kehidupan dunia ini.
Berbicara tentang pendidikan tidak bisa dilepaskan dari
pembahasan tentang kegiatan belajar mengajar yang merupakan
bagian tak terpisahkan dari dunia pendidikan itu sendiri. Belajar
mengajar memiliki peran yang sangat penting karena tanpa itu proses
transformasi dan aktualisasi pengetahuan moderen sulit untuk
diwujudkan. Maka pada kesempatan ini penulis akan membahas
2

tentang kewajiban belajar mengajar dalam Q.S. Al-alaq ayat 1-5, Q.S


Al-Ghasiyah ayat 17-20, Q.S At-taubah ayat 122, Q.S Ali-Imran ayat
191 Dan Q.S Al-Ankabut ayat 19-20. 
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Belajar Dan mengajar
2. Ayat-ayat Al-Quran yang mengandung tentang kewajiban belajar
mengajar  Dan penafsiran ayat tersebut oleh para ulama
3. Implementasi konsep belajar dalam proses pembelajaran di kelas

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui Pengertian Belajar Dan mengajar
2. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Quran yang mengandung tentang
kewajiban belajar mengajar  Dan penafsiran ayat tersebut oleh para
ulama
3. Untuk mengetahui Implementasi konsep belajar dalam proses
pembelajaran di kelas
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Belajar dan Mengajar


Belajar adalah suatu usaha memperoleh kepandaian atau Ilmu.
Menurut Chaplin belajar adalah “Acquisition of any relatively permanent
change in behavior as a result of practice and experience.” Belajar
adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap atau
permenen sebagai akibat latihan dan pengalaman. Secara sederhana,
belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu berusaha memperoleh
ilmu pengetahuan (kepandaian keterampilan). Istilah yang lazim
digunakan dalam bahasa Arab tentang kata belajar adalah ta’
allama yang secara harfiah dapat diartikan mencari ilmu melalui
pembelajaran hingga berpengaruh pada perubahan perilaku dan juga
kara darasa artinya adalah belajar secara mandiri dan berbekas.
Mengajar adalah suatu kegiatan memberikan pelajaran yang
dilakukan pendidik terhadap peserta didik. Mengajar adalah suatu
kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada murid. Jadi
belajar dan mengajar adalah suatu proses adanya interaksi antara anak
didik dengan pendidik dalam rangka transfer pengetahuan nilai-nilai
dan sikap dalam kegiatan pendidikan di kelas.
Belajar atau menuntut ilmu merupakan sebuah aktivitas yang
biasa dijalani oleh manusia. Sebab ilmu pengetahuan merupakan
sesuatu yang akan diperoleh tidak lain dari proses yang namanya
belajar. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa
ilmu manusia tidakakan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan
dirinya pun tidak bisa menjadi lebih baik. Secara sederhana, belajar
berarti berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu
pengetahuan (kepandaian, keterampilan).
Al-Qur’an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah yang
diperuntukkan bagi manusia mengimaninya adalah bagian dari rukun
4

iman disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara


Malaikat Jibril as dan wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah
SAW adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5. Allah SWT menurunkan Al-Qur’an
untuk menjadi undang-undang bagi umat islam menjadi petunjuk
sebagai tanda atas kebesaran Rasul serta penjelasan atas kenabian
dan kerasulannya juga sebagai dalil yang kuat di hari kemudian
Kewajiban menuntut ilmu telah diterangkan dalam Al-Quran dan Hadits.

Belajar merupakan sebuah kewajiban bagi setiap manusia, karena


dengan belajar manusia bisa meningkatkan kemampuan dirinya.
Dengan belajar manusia juga dapat mengetahui hal-hal yang
sebelumnya tidak ia ketahui. Selanjutnya kita khususnya sebagai umat
muslim haruslah lebih memperhatikan lagi dalam hal belajar karena di
dalam agama Islam sudah dijelaskan keutamaan bagi para penuntut
ilmu.
B. AYAT-AYAT AL-QUR’AN YANG BERKAITAN DENGAN
KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR
1. Q.S. Al-alaq ayat 1-5     

          
          
  

Artinya : bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


Menciptakan Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha pemurah yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam Dia mengajar kepada manusia
apa yang tidak diketahuinya.

Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis


baca. Dalam ayat ini kata iqra’ dapat berarti membaca atau mengkaji.
Sebagai aktivitas intelektual dalam arti yang luas guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman tetapi segala pemikiran itu tidak
5

boleh lepas dari Aqidah Islam karena iqra` haruslah dengan bismi


rabbika.

Menurut Quraish Shihab kata iqra’ terambil dari akar kata yang
berarti menghimpun yang mana melahirkan makna lain seperti
menyampaikan menelaah mendalami meneliti mengetahui ciri sesuatu
dan membaca baik teks yang tertulis maupun yang tidak. Wahyu
pertama ini tidak menjelaskan hal spesifik tentang apa yang harus
dibaca karena Al-Qur’an menghendaki ummatnya membaca apa saja
selama bacaan itu bismi Rabbik dalam artian bermanfaat bagi manusia.

Sementara kata al-qalam adalah simbol transformasi ilmu


pengetahuan dan teknologi nilai dan keterampilan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Kata ini merupakan simbol abadi sejak manusia
mengenal baca-tulis hingga dewasa ini. Proses transfer budaya dan
peradaban tidak akan terjadi tanpa peran penting tradisi tulis–menulis
yang dilambangkan dengan al-qalam.

Selanjutnya dapat diketahui pula bahwa ada dua cara perolehan


dan pengembangan ilmu yaitu Allah mengajar dengan pena
sebagaimana yang telah diketahui manusia lain sebelumnya dan
mengajar manusia tanpa pena yang belum diketahuinya. Cara pertama
adalah mengajar dengan alat atau atas dasar usaha manusia dan cara
kedua adalah mengajar tanpa alat dan tanpa usaha manusia. Meskipun
berbeda namun keduanya bersumber dari satu sumber yaitu Allah
SWT.

Wahyu pertama ini dimulai dengan kata ( ‫رأ‬D‫إق‬ = membaca) yaitu


bentuk kata perintah atau ‫فعل األمر‬ yang merupakan perubahan dari kata
bentuk mudhari’ yang dibentuk dengan mengganti awalan katanya
dengan huruf alif. Menurut kaidah ushul al-fiqhbahwa kata-kata dalam
al-qur’an yang dimulai dari kata perintah adalah merupakan kewajiban
dari perintah iu sendiri al-ashl fi al-amr lil wujub. Dari sini dapat
6

dipahami bahwa perintah belajar (membaca) merupakan sebuah


kewajiban bagi ummat islam. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi
Muhammad SAW:

‫ض ٌة َعلَى ُكل ِّ ُم ْسل ٍِم َو ُم ْسلِ َم ٍة‬


َ ‫ب ْال ِع ْل ِم َف ِر ْي‬
ُ َ‫َطل‬
Artinya : Menuntut ilmu adalah fardhu bagi setiap muslim dan muslimat.
Menurut Al-Ghazali hadith ini menerangkan bahwa sekurang-
kurangnya yang wajib bagi seorang muslim setelah mencapai akil
baligh dan keislamannya adalah mengetahui dua kalimat syahadat dan
memaknai maknanya, tidak wajib baginya untuk menyempurnakannya
dengan penjelasan-penjelasan terperinci.
Selain itu menurut Abuddin Nata wahyu pertama ini juga
mengandung perintah agar manusia memiliki keimanan yaitu berupa
keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan kehendak Allah yang juga
mengandung pesan ontologis tentang sumber dari ilmu pengetahuan.
Pesan membaca itu dipahami dalam objek yang bermacam-macam
yaitu berupa apa yang tertulis seperti dalam surah Al-‘Alaq itu sendiri
dan yang tidak tertulis sperti yang terdapat pada alam jagat raya
dengan segala hukum kausalitas yang ada didalamnya dan dalam diri
manusia.
Membaca (belajar) menjadi penting dan wajib karena dengan
begitu manusia dapat mengetahui hal-hal baru yang dapat
memudahkannya dalam menjalani kehidupannya. Masih menurut Nata
membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam al-Qur’an dapat
menghasilkan ilmu-ilmu agama seperti Fiqih, Tauhid, Akhlak dan
sebagainya. Sedangkan membaca yang ada dijagat raya dapat
menghasilkan ilmu sains seperti fisika, biologi, kimia dan sebagainya.
Selanjutnya dengan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam diri
manusia dari segi fisiknya menghasilkan sains seperti ilmu kedokteran
dan ilmu raga, sedangkan dari tingkah lakunya dapat menghasilkan
ilmu ekonomi, politik, sosiologi, antropologi dan lain sebagainya.
7

Dengan demikian karena objek ontologi seluruh ilmu tersebut


adalah ayat-ayat Allah maka sesungguhnya ilmu itu pada hakekatnya
adalah milik Allah dan harus diabdikan untuk Allah. Manusia hanya
menemukan dan memanfaatkan ilmu-ilmu itu. Maka pemanfaatannya
harus ditujukan untuk mengenal, mendekatkan diri dan beribadah
kepada Allah SWT.
1. Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20
         
          

Artinya : Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta
bagaimana Dia diciptakan dan langit bagaimana ia ditinggikan dan
gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan dan bumi bagaimana ia
dihamparkan
Al-Maraghi mengatakan bahwa pada ayat 17 dipaparkan dalam
bentuk istifham (bertanya) yang mengandung pengertian sanggahan
terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas
sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan.
Sesungguhnya jika mereka yang ingkar dan ragu mau
menggunakan akalnya untuk memikirkan bagaimana perihal penciptaan
unta bagaimana langit ditinggikan bagaimana gunung ditegakkan dan
bagaimana bumi dihamparkan niscaya mereka  akan mengetahui
bahwa semuanya diciptakan dan dipelihara oleh Allah. Kemudian Allah
mengatur dan memelihara makhluknya dengan patokan yang serba
rapi dan bijaksana.
Allah sengaja memaparkan semua ciptaan-Nya secara khusus
sebab bagi orang yang berakal tentunya akan memikirkan apa yang
ada disekitarnya. Seseorang akan melihat unta yang dimilikinya. Pada
saat ia mengangkat pandangannya ke atas ia melihat langit. Jika ia
memalingkan pandangannya ke kiri dan kanan tampak di sekelilingnya
gunung-gunung. Dan jika ia meluruskan pandangannya atau
menundukkannya ia akan melihat bumi terhampar.
8

3. Q.S At-taubah ayat 122


           
       
    
Artinya : tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.
Tafsir Mufradat
Berangkat perang =     ‫ نفر – ينفر‬:   ‫لينفروا‬
=             ‫ لوال‬:     ‫فلوال‬
Kata-kata yang berarti anjuran dan dorongan melakukan sesuatu
yang disebutkan sesudah kata-kata tersebut apabila hal itu terjadi  di
masa yang akan datang. Tapi laula juga berarti kecaman atas
meninggalkan perbuatan yang disebutkan sesudah kata itu apabila
merupakan hal yang telah lewat. Apabila hal yang dimaksud
merupakan perkara yang mungkin dialami, maka bisa juga laula, itu
berarti perintah mengerjakannya.
= Kelompok besar           ‫ الفرقة‬:      ‫فرقة‬
= Kelompok kecil         ‫ الطآئفة‬:   ‫طآئفة‬
=   ‫ تفقه – يتفقه‬:  ‫ليتفقهوا‬
Berusaha keras untuk mendalami dan memahami suatu perkara
dengan susah payah untuk memperolehnya.
= Menakut-nakuti    ‫ أنذر – ينذر‬:   ‫لينذروا‬
= Berhati-hati   ‫ حذر – يحذر‬:  ‫يحذرون‬
Tafsir
Ayat  ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang
menyangkut perjuangan. Yakni hukum mencari ilmu dan mendalami
agama. Artinya bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara
berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti
9

dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan
menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan
pedang itu sendiri tidak di syari’atkan kecuali untuk menjadi benteng
dan pagar dari dakwah tersebut agar jangan dipermainkan oleh tangan-
tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
Menurut riwayat  Al Kalabi dari Ibnu Abbas bahwa beliau
mengatakan “Setelah Allah mengecam keras terhadap orang-orang
yang tidak menyertai Rasul dalam peperangan maka tidak seorang pun
diantara kami yang tinggal untuk tidak menyertai bala tentara atau
utusan perang buat selama-lamanya. Hal itu benar-benar mereka
lakukan sehingga tinggallah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
Sallam sendirian” maka turunlah wahyu, “‫”وما كان المؤمنون‬
…‫وما كان المؤمنون لينفروا كآفة‬
Tidaklah patut bagi orang-orang mukmin dan juga tidak dituntut
supaya mereka seluruhnya berangkat menyertai setiap utusan perang
yang keluar menuju medan perjuangan. Karena perang itu
sebenarnya fardhu kifayah yang apabila telah dilaksanakan oleh
sebagian maka gugurlah yang lain bukan fardhu ‘ain yang wajib
dilakukan setiap orang. Perang barulah menjadi wajib apabila Rasul
sendiri keluar dan mengerahkan kaum mukmin menuju medan
perang. (Al Maraghi, 1987:84-85)
Menurut Al-Maraghi ayat tersebut memberi isyarat tentang
kewajiban memperdalam ilmu agama serta menyiapkan segala sesuatu
yang dibutuhkan untuk mempelajarinya di dalam suatu negeri yang
telah didirikan serta mengajarkannya kepada manusia berdasarkan
kadar yang diperkirakan dapat memberikan kemaslahatan kepada
mereka sehingga tidak membiarkan mereka tidak mengetahui hukum-
hukum agama yang pada umumnya harus diketahui oleh orang-orang
yang beriman
C. Implementasi Konsep Belajar Dalam Proses Pembelajaran Di Kelas
10

Berdasarkan penjelasan diatas, maka ada beberapa ayat al-qur’an


yang menyinggung tentang kewajiban belajar mengajar diantaranya
adalah Q.S. Al-alaq ayat 1-5, Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20, Q.S At-
taubah ayat 122, Q.S Ali-Imran ayat 191 Dan Q.S Al-Ankabut ayat 19-
20. Maka sesuai dengan ayat al-qur’an yang telah kami jelaskan
tersebut, maka implementasinya dalam proses pembelajaran di kelas
adalah :
1. Anak didik maupun pendidik haruslah mampu membaca atau
mengkaji. Guna memperoleh berbagai pemikiran dan pemahaman,
tetapi segala pemikiran itu tidak boleh lepas dari Aqidah Islam,
karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika. (Q.S. Al-alaq ayat 1-5)
2. Guru mengajak anak didik untuk melihat keagungan Dan kebesaran
ciptaan Allah SWT. Agar kita selalu bersyukur Dan tidak ingkar
kepada allah. (Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-20)
3. Hendaknya Seorang guru Dan seorang anak didik memperdalam
ilmunya baik  ilmu umum maupun ilmu agamanya. Seorang guru
mempersiapkan segala sesuatunya agar bisa mengajarkan ilmu
yang bermanfaat dan berguna bagi anak didiknya. (Q.S At-taubah
ayat 122)
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative
menetap atau permenen sebagai akibat latihan dan pengalaman.
Secara sederhana belajar berarti berusaha mengetahui sesuatu,
berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian keterampilan).
Mengajar adalah suatu kegiatan memberikan pelajaran yang dilakukan
pendidik terhadap peserta didik.  Mengajar adalah suatu kegiatan
mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada murid.  Jadi belajar
dan mengajar adalah suatu proses adanya interaksi antara anak didik
dengan pendidik dalam rangka transfer pengetahuan nilai-nilai dan
sikap dalam kegiatan pendidikan di kelas.
Jadi hubungan materi belajar dan mengajar dengan ayat-ayat
yang telah disebutkan (Q.S. Al-alaq ayat 1-5, Q.S Al-Ghasiyah ayat 17-
20, Q.S At-taubah ayat 122, Q.S Ali-Imran ayat 191 Dan Q.S Al-
Ankabut ayat 19-20.) beberapa ayat tersebut mengajak kita untuk
berfikir mengajak kita untuk belajar mengamalkan dan mengajarkan
ilmu yang kita miliki kepada orang yang tidak tau karena dalam sebuah
atsar disebutkan di dalam atsar juga disebutkan “barangsiapa yang
mengamalkan apa yang dia ketahui maka Allah akan mewariskan
kepadanya apa yang tidak diketahui sebelumnya”.
DAFTAR PUSTAKA

al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maraghi jilid 4. Beirut: Darl Fikr.

al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir al-Maraghi jilid 2. Mesir: Darl Fikr.

Katsir, Ibnu.1994. Tafsir Ibnu Katsir jilid 2. Kairo: Muassasah Darul Hilal.

Katsir, Ibnu.1944 Tafsir Ibnu Katsir jilid 4. Kairo: Muassasah Darul Hilal.

Katsir, Ibnu. 1994. Tafsir Ibnu Katsir jilid 8. Kairo: Muassasah Darul Hilal.

KBBI V

Shihab, M. Quraish. 2001. Wawasan Al-qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas


Berbagai Persoalan Umat . Bandung: Mizan.

Shihab, M. Quraisy. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.

Tim Redaksi Bahasa Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa


Indonesia Jakarta: Pusat Bahasa.

202-270-1-SM. Solichin, Mohammad Muchlis. Belajar dan Mengajar


Dalam Pandangan Al-Ghazali. Tadris Vol. 1 Nomor 2. 2006.  h 139

1060. Rahman, Marita Lailia. Konsep Belajar Menurut Islam. Al Murabbi


Vol 2 Nomor 2 Januari 2016. h  230-231

Anda mungkin juga menyukai