Anda di halaman 1dari 26

TAFSIR TARBAWI TENTANG

KEWAJIBAN BELAJAR MENGAJAR

OLEH

DR. HJ. NORLAILA, M.AG., M.PD

NIP. 1709171998032002

INSTITUT AGAMA ISLAM “ANNTASARI” BANJARMASIN

FAKULAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

SEPTEMBER 2016
A. Pendahuluan

Makna belajar dari bahasa Arab adalah ‫ﺗﻌﻠم ﯾﺗﻌﻠم ﺗﻌﻠم‬, asal kata dari ‫ ﻋﻠم‬,
artinya lmu pengetahuan. Belajar berarti upaya untuk memperoleh ilmu pengetahuan, agar

seseorang memiliki ilmu pengetahuan untuk melakukan sesuatu dengan benar. Dikaitkan

dengan definisi dari ahli, misalnya dapat diperhatikan dari definisi Oemar Hamalik, bahawa

belajar sederhana, maka dikemukakan bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus

dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti

pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu

reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau

gerakan/tindakan.1

Belajar merupakan proses yang berlangsung terus menerus sepanjang kehidupan manusia.

Karena belajar sangat penting mendasari kelangsungan hidup seseorang. Dengan demikian, belajar

begi muslim merupakan suatu kewajiban.2 Dengan belajar seseorang akan memiliki ilmu

pengetahuan, apakah terkait dengan ilmu-ilmu untuk sesejahteraan duniawi dalam rangka untuk

menyokong kelangsunngan hidup manusia, ataupun ilmu-ilmu agama dalam rangka ibadah makhluk

untuk Khaliknya untuk mencapai kebahagiaan akhirat.

Orang yang ingin melaksanakan ibadah dengan kualitas yang benar tentu ada ilmunya,

tanpa ilmu pengetahuan, maka seseorang tidak akan dapat melaksanakan suatu hal dengan

benar. Ilmu pengetahuan dalam Islam adalah hal yang sangat diperlukan. Banyak ayat yang

mengangkat tentang ilmu pengetahuan, dan Islam mendorong dengan berbagai motivasi

agar umatnya memiliki ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan seorang muslim

mampu melaksanakan suatu hal benar-benar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh

karena itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi muslim.Ini sebagaimana jg digambakan

dalam hadits Nabi tentang kewajian belajar itu seumur hidup.3

1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) h. 43


2 Asra, Sumiati, dkk. Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009), h. 38
Dengan asal kata yang sama, ‫ﻋﻠم ﯾﻌﻠم‬, artinya mengajar. Belajar dan mengajar
dalam Islam adalah upaya untuk memberikan dan memeroleh ilmu pengatuan. Mengajar

dilaksanakan oleh guru, atau orang yang memiliki ilmu pengetahuan, atau dalam bahasa

Islam ‫ﻋﺎﻟم‬, jamaknya ‫ﻋﻠﻣﺎء‬. Dalam Islam ulama memiliki posisi dan martabat yang lebih
tinggi. Hal ini karena keilmuan yang mereka miliki dan upayanya untuk mengajarkan ilmu

pengetahuan kepada yang memerlukan.


Pembelajaran sesungguhnya tidak terbatas ruang dan waktu. Apalagi di zaman

sekarang ini. Kadang-kadang selain guru sebagai subyek pendidikan, orang dapat belajar

dengan berbagai sumber belajar lainnya. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Surah Al-Alaq,

Islam menghendaki umatnya mempelajari seluruh makhluk dan alam semesta.

Belajar dapat dilaksanakan di rumah, di masyarakat dan dapat dilaksanakan secara

terlembaga. Secara sistematis, pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran meliputi kegiatan

yang dilakukan oleh guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan tindak

lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.4 Ini

sebagaimana pembelajaran yang dilaksanakan dalam suatu lembaga seperti sekolah atau

madrasah dengan kurkulum yang dirancang.

Selain itu, diperlukan dalam proses pembelajaran komponen pembelajaran terdiri

dari: 1) tujuan pembelajaran; 2) materi Pembelajaran; 3) subyek Pembelajaran; 4) obyek

pembelajaran; 5) metode pembelajaran; 6) alat pembelajaran; dan 7) evaluasi

pembelajaran.

Hadits .ٍ‫ "طَﻠَﺐُ اْﻟﻌِﻠْﻢْ ﻓَﺮِﺛْﻀَﺔٌ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞﱢ ﻣُﺴْﻠِﻢ‬Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu
3

muslim." diriwayatkan Ibnu Majah, dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha'if
Sunan Ibnu Majah no. 224.

4 B. Suryabroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), hal. 19.
Proses belajar mengajar tentu saja memiliki berbagai aktivitas yang mendukungnya

untuk mencapai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas. Aktivitas tersebut adalah: 1)

membaca, 2) mencatat atau menulis; 3) mengngat/menghafal; 4) mengulang-ulang; 6)

mengkreasikan atau memodifkasinya agar mencapai ilmu pengetahuan dengan maksimal.5

Atau beberapa aktivitas sebagaimana menurut Paul B. Diedrich, bahwa aktivitas belajar

siswa dapat digolongkan menjadi 7, yaitu: 1) Visual activities, kegiatan belajar yang tergolong

kegiatan aktivitas visual dianataranya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,

percobaan. 2) Oral activities, proses kegiatannya seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, dan mengeluarkan pendapat. 3) Listening activities, kegiatannya seperti

mendengarkan percakapan, mendengarkan pidato, dan diskusi. 4) Writing activities, kegiatan

pembelajaran menulis seperti, menulis cerita, karangan, atau juga menyalin. 5) Motor

activities, proses kegiatan pembelajarannya seperti melakukan percobaan, membuat

kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebung dan berternak. 6) Mental activities,

misalnya mengingat, menanggapi, memecahkan soal, dan menganalisis. 7). Emotional

activities, misalnya menaruh minat, bosan, gembira, bersemangat, berani, dan lain

sebagainya.6

Al-qur’an dalam ayat pertamanya memberinya sprit yang sangat luas kepada umatnya

agar selalu belajar untuk menggapai ilmu pengetahuan yang seluas-luasnya, bak ilmu

pengetahuan agama, maupun ilmu pengetahuan umum yang dapat menunjang kehidupan

manusia didunia dan sebagai bekal menuju akhirat dengan kualitas yang semaksimal

mungkn. Sebagaimana selalu disenandungkan umat Islam, agar bahagia dunia dan akhirat.

5
Oemar Hamalik, Proses …, h. 45
6
A.M, Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), h. 100
Belajar mengajar adalah suatu keharusan yang menjadi perintah kepada umat muslim,

agar mereka menjadi orang yang berkualitas dalam keimanan, ketakwaan, dan dalam

kehidupan duniawi mereka, sehingga dapat menjadi tujuan untuk menuju kehidupan akhirat

dengan kebahagiaan yang diharapkan.

Dalam makalah ini akan dibahas ayat-ayat yang menunjukkan kewajiban belajar dan

mengajar bagi umat muslimin, dan tafsir ayat dari beberapa buku tafsir yang dianggap kuat

dapat menjelaskan makna-makna ayat tersebut.

B. Pembahasan Tafsir

1. QS. Al-‘Alaq : 1-5

Terjemah Ayat:

1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2) Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha

pemurah, 4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5) Dia mengajar kepada

manusia apa yang tidak diketahuinya.

Tafsir Ayat.

Untuk menafsrkan ayat, diambil dari Tafsir Al-Maraghi hal. 197-200

Surah Al-‘alaq merupakan ayat yang pertama diturunkan di gua Hira, salah satu bukit

yang terdapat di Mekkah. Jumlah ayatnya ada 17. Pada saat tu Rasul bertahannuts di Gua

Hira, kemudian daanglah Jibril yang membawa wahyu pertama surah Al-‘alaq ayat 1-5; Jibrl

tiba2 menyuruh rasul membaca dengan suruhan “bacalah!” Rasul menjajawab “ saya tidak

dapat membaca” kemudan Jibrl menyuruh rasul kedua kalinya dan menggoyangkan

tubuhnya, sehingga tampak upaya untuk membaca dari Rasul, namun beliau menjawab “ saya
tidak dapat membaca” Jibrl kemudian menyuruh Rsul membaca yang ketiga kali seraya

melangsungkan bacaannya terhadap surah al-‘alaq dari ayat 1- 5.

Setelah itu Rasul pulang ke rumah menemui istrinya dalam keadaan kondisi badan yang

gemetar beliau menceritakan apa yang dialami beliau di gua Hira, sehingga istri beliau

menyuruhnya berbarng dan menyelimutinya. Khadijah istri beliau menghibur Rasul, demi

Allah, Dia tidak akan membuatmu sedh, karena engkau telah menyambung silaturrahm.

Memberikan makan kepada para janda, membantu orang yang lemah dan memiliki beban.

Khadijah kemudian pergi kepada Waraqah ibn naufal ibn Asad Abd al uzza (anak paman

Khadija). Waraqah menjelaskan bahwa Jibril adalah malaikat yang turun juga kepada Nabi

Isa yang membawa wahyu kepada Rasul utusan Allah.

Jadi permulaan ayat yang turun adalah awal rahmat Allah kepada hambaNya, dan

interaksi pertama yang diarahkan kepada Rasul saw. kemudian ayat berikutnya surah al-‘Alaq

turun ketika kebangkitan Rasul mulai tersiar, ketika Rasul sudah mengajak orang-orang

quraisy untuk beiman.

Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir al-mMaraghi, ayat ini memerintahkan manusia

untuk membaca. “bacalah” awal ayat diarahkan kepada Rasul untuk memerintahkan

membaca, meskipun Rasul tidak mampu menulis pada saat itu, namun diperntahkan

membaca. Kata membaca ini diulang dua kali dalam ayat ini, agar upaya membaca dilakukan

dengan sungguh-sungguh dengan nama Tuhan, membaca semua yang diciptakan Allah, agar

menjadi bahan pikirn manusia.

Manusia harus memikirkan, dengan cara membaca dan diberikan pelajaran dengan

melalui kalam, agar mereka tahu bahawa Alllah menciptakan menusia dari derajat yang

rendah dan menjadkannya dengan derajat yang tingga. Mereka harus memikrkannya dan

mengagungkan tuhannya. Sebagaimana dikutip dari petikan tafsir al-maraghi sbb:


Ayat pertama ‫ اﻗرا‬dinyataan dengan bentuk kata “perintah”. Ayat ini memerintahkan
untuk membaca dan menulis. Karena tanpa membaca dan menulis maka ilmu pengetahuan

tidak akan dapat berkembang dengan baik, dan kehidupan manusia dan bangsa di dunia tidak

akan berkembang dengan baik.

HM. Quraisy shihab menjelaaskan dalam tafsir al-Misbah, bahwa ada beberapa

pendapat tentang pengulangan kata ‘ ‫”اﻗرا‬, adalah yang pertama ditujukan kepada diri

pribadi Nabi, sedangkan yang kedua ditujukan untuk umum. Kemudian berbeda lagi dengan

pandangan Muhammad Abduh. Beliau mengemumukakan bahwa kemampuan membaca

dengan baik dan lancar perlu pengulangan dan upaya untuk berlatih dan secara teratur.7

Dalam tafsir al-Wasth dijelaskan surah ni diturunkan pertama kali dengan perintah

membaca, karena dia adalah kunci ilmu pengetahuan, yang menjelaskan pencipta manusia

dan sebagan fenomena kekuasaan Allah kepada manusia.8

7 HM. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah Juz 15, Jakarta: Lentera hat, 2002, hal 398
8
Dari tafsir wasith:29.1-2093
Beberapa ayat yang diturunkan pertama kali sebagai wahyu pertama untuk mendasari

bahwa manusia harus membaca dan membaca itu sangat penting sekali untuk memiliki ilmu

pengetahuan, agar manusia dengan ilmu pengetahuan dapat mengagungkan Allah yang telah

menciptakannya dan menciptakan alam semesta ini. Karena sesungguhnya ilmu pengetahuan

yang dikehendaki bertujuan untuk menguatkan keyakinan dan keimanan manusia kepada

Allah dan semakin menguatkan ketaan beragamanya, atau menambah semakin bertakwa.

Selain membaca juga manusia disuruh untuk menulis dengan kalam. Ini adalah ni’mat

dan kebesaran Allah. Menulis adalah pengantara manusua untuk memahami, dan

menggambarkan isi pikiran dan hati mereka. Tanpa ada tulisan maka sangat sulit untuk

berkembangnya ilmu pengetahuan. Hal ini sebagaimana yang terjadi dalam perkembangan

dunia modern sekarang ini, orang dapat menyebarkan berbagai lmu pengetahuan menyebar

ke seluruh dunia dengan sangat cepat dengan melalui tulisan.

Banyak ahli dan pakar ilmu pengetahuan lain yang berkembang melalui berbagai

penelitian, dan itu melalui kalam atau tulisan. Begitu juga ilmu pengetahuan menyebar

dengan melalui tulisan. Islam berkembang dan menjadi jaya dengan penyebaran ilmu

pengetahuan melalui bacaan dan tulisan. Oleh karena itu, membaca dan menulis benar-benar

mengembangkan kualitas manusia, sehingga manusia perlu mensyukuri ni’mat Allah yang

telah mengajarkan segala hal9.

Dalam tafsir al-Washit, tafsir ayat tentang kalam dijelaskan sebagai berikut;

9
 Surat Al-Baqarah ayat 31: menjelaskan bahwa Allah mengajarkan segala sesuatu
kepada Nabi Adam, sehingga memiliki pengetahuan2 yanng membuat beliau memiliki
kelebihan dari Malaikat dan makhluk lainnya, dan untuk mengatasi persoalan kehidupan
manusia, di mana Nabi Adam dipersiapkan sebagai Khalifah di muka bumi.
َ‫وَﻋَﻠﱠﻢَ آدَمَ اﻷَْﺳْﻤَﺎءَ ﻛُﻠﱠﮭَﺎ ﺛُﻢﱠ ﻋَﺮَﺿَﮭُﻢْ ﻋَﻠَﻰ اﻟْﻤَﻼَﺋِﻜَﺔِ ﻓَﻘَﺎلَ أَﻧْﺒِﺌُﻮﻧِﻲ ﺑِﺄَﺳْﻤَﺎءِ ھَﺆُﻻَءِ إِنْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺻَﺎدِﻗِﯿﻦ‬
Artinya, “Dia mengajarkan Adam semua nama-nama (benda), kemudian menampilkan
semuanya di hadapan malaikat, lalu mengatakan, ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama
semua benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar,’” (Surat Al-Baqarah ayat
31).
‫ﻗرا‬,
Dalam penjelasan tafsir al-Maraghi, ‫ اﻗﺮأ‬dari kata ‫‘ ﯾﻘﺮأ‬ jadilah orang yang

membaca‫ﺑﺎﺳم رﺑك اﻟذي ﺧﻠق‬ dengan kekuasaan Allah yang telah menciptakanmu. Karena

sebelumnya Rasul dijelaskan sebagai “ummi” tidak dapat membaca dan menulis. Ini adalah

perintah dari Allah, untuk membaca dan menulis. Upaya membaca dan menulis untuk

mengagungkan kekuasaan Allah yang telah menciptakan semuanya.

Untuk penjelasan dari tafsir al-Maraghi, terkait dengan ayat tersebut dapat

diperhatikan sebagimana berkut:


2. QS. AL-GHASYSYYAH; 17-20

Terjemah Ayat

17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, 18.

Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20.

Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

Tafsirnya: Juz 30 Al-Maraghi 135-137

Ayat ini memberikan perhatian kepada umat manusia agar memikirkan bagaimana

Allah menciptakan unta yang sangat unik dan banyak sekali manfaatnya kepada manusia,

dagingya dapat dimakan, tenaganya dapat dimanfaatkan dan sangat berguna membantu

perjalanan manusia dalam berdagang dan lain-lain.10

Allah juga menggugah manusia bagaimana langit diciptakan tanpa tiang dan

penyangga, dan bagaimana gunung-gunung ditinggikan dan bagaimana bumi dihamparkan.

Semua itu harus menjadi bahan pemikiran manusia, agar manusia mempelajarinya,

merenungkannya, lalu menjadi hamba yang bersyukur karena kebesaran Allah lah semuanya

diciptakan.

Seluruh ciptaan Allah terhadap makhlu-makhluk Allah dan alam di dunia ini menjadi

bahan agar manusia terus belajar, mempelajari alam ini, mempelajari seluruh makhluk di

bumi maupun di langit, dan mempelajari segala sesuatu. Dengan demikian, agar manusia

dapat memahami kebesaran Alla. Allah maha menciptakan, memberi rezeki dan menjaga

kelangsungan hidup manusia, kemudian mematikannya dan membangkitkannya kembali.

Maha Besar Allah yang Menciptakan segalanya.

10
Juz 30 Al-Maraghi 135-137
Hal ini sebagaimana ditafirkan dalam tafsir al-Maraghi, juz 30 sebagaimana berikut:
3. ALI IMRAN/3:190-191:

Makna Mufradat:

No Ayat (Perkata) Makna


1 Penciptaan langit dan bumi

2 Perbedaan malam dan siang

3 ٍ‫ﻵﯾﺎت‬ Menjadi tanda


4 Bagi orang-orang yang berpikir
5 Menyebut/mengingat Allah
(‫)ذﻛر ﯾذﻛر‬
6 (‫ﻗﯾﺎﻣﺎ )ﻗﺎم ﯾﻘوم‬ Berdiri
7 (‫ﻗﻌودا )ﻗﻌد ﯾﻘﻌد‬ Berduduk
8 Berbaring

(‫)ﺟﻧوب‬
9 Memikirkan
(‫)ﺗﻔﻛر ﯾﺗﻔﻛر‬
10 ‫رﺑﻧﺎ‬ Tuhan kami
11 َ‫ﻣﺎ ﺧﻠﻘت‬ Tidak Engkau jadikan
12 ‫ھذا ﺑﺎطﻼ‬ Ini bathil (sia-sia)
13 ‫ﺳﺑﺣﺎﻧك‬ Maha Suci Engkau
14 (‫ ﻧﺎ‬+ ِ‫ ق‬+ َ‫ﻓﻘﻧﺎ ) ف‬ Maka jagalah kami
15 ‫ﻋذاب اﻟﻧﺎر‬ Siksa api neraka

Artinya: 190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam

dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan

berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha

suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

Tafsir ayat:

Al-Wasith, hal.274-275.
Ayat ini menunjukkan adanya Allah SWT, yaitu dengan bagaimana penciptaan langit

yang dipenuhi dengan keindahan bulan, bintang, planet dan orbitnya kemudian bergantian

musim, silih berganti cahaya terang dan kegelaoan malam, peciptaan bumi yang menyimpan

banyak rezeki berupa hasil panen, pepohonan, sungai-sungan, bahan tambang, kemudian silih

berganti malam dan siang dengan teratur. Semua itu menunjukkan tanda-tanda kebesaran

Allah SWT. bagi orang yang berpikir, yang selalu memperhatikan segala penciptaan tersebut.

Tanda2 bagi orang yang selalu mengingat Allah, dalam setiap keadaan, berdiri, berduduk

dan berbaring. Semua yang diciptakan Allah tidaklah sia-sia, selalu ada manfat yang luar

biasa.

Hubungan ayat dengan kewajiabn belajar, di sini Allah menjelaskan dengan kata ‫اوﻟﻰ‬

‫اﻷﻟﺒﺎب‬, yaitu orang yang berpikir. Ulil albab adalah tingkatan orang yang memiliki

pengetahuan tinggi. Oleh karena itu, untuk mencapainya harus berupaya untuk menuntut ilmu

pengatahun. Dengan demikian, untuk mencapai tingkatan orang-orang yang memiliki

pengetahuan tinggi yang dikehenndaki Allah haruslah belajar. Dalam Islam menuntut ilmu

adalah kewajiban bagi setiap muslim.

4. AL-ANKABUT/29: 19-20
Makna Mufradat:

No Ayat (Perkata) Makna


1 ْ‫أوﻟم‬ Penciptaan langit dan bumi
2 memperhatikam
3 bagaimana
4 Menciptakan dari permulaan
5 mengulangi
6 Sangat mudah
7 Berjalanlah
8 Maka perhatikanlah

9 Memulai penciptaan (menciptakan


permulaannya)

10 Mengulangi penciptaan

11 Maha kuasa

Artinya: 19. Dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan

(manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya

yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. 20. Katakanlah: "Berjalanlah di

(muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari

permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi[1147]. Sesungguhnya

Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Tafsir ayat:

Al-Wasith, hal. 45
Allah memerintahkan manusia untuk memperhatikan bagaimana penciptaan manusia

dan segala makhluknya. Allah menciptakan manusia pada permulaan kemudian

mengulannginya kembali. Bagaimana Allah menjadikan segala sesuatu, binatang, benda-

benda serta manusia, kemudian membekali manusia untuk memperoleh pengetahuan dan

pengalaman dengan telinga, mata, serta hati dan pikiran, maka apakah manusia tidak

memanfaatkannya dan tidak menjadikan semua itu bahan renunngan untuk meningkatkan

keimanan, ketakwaan dan rasa syukur kepada Allah.

Orang-rang yang mampu merenungi ayat-ayat Allah dan rahasia kejadian makhluk

Allah dan manusia di muka bumi, hanyalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dan

pengalalaman. Oleh karena itu, wajib manusia belajar agar memiliki pengetahuan seluas-

luasnya untuk menjadikannya hamba yang berpikir, hamba yang bertakwa dan bersyukur

terhadap nikmat-nikman kejadian manusia dan alam ini serta hal-hal yang disiapkan Allah di

muka bumi untuk kesejahteraan manusia dan membekali manusia agar menjadi hamba Allah

dan khaliah di muka bumi yang dikehendaki-Nya.


5. AL-TAUBAH/9:122

- Makna Mufradat

No Ayat (Perkata) Makna


1 Tidaklah

2 Orang mukmi

3 Pergi ke medan perang

4 Semua/seluruh

5 Hendaklah tidak
6 Pergi
7 Semua golongan
8 Golongan/kelompok
9 Memahami/mempelajari

10 ‫ اﻟدﯾن‬Agma

11 Untuk memberi peringatan

12 Kaum mereka
13 kembali
14 Semoha/mudah-mudahan

15 Menjaga diei

122. Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Tafsir Ayat:
Al wasith:
Betapa pentingnya keikut sertaan para sahabat dalam peperangan pada masa Rasul
dan sohabat dalam menyebarkan Islam untuk berjiha d melawan serangan kaum kafir dan
musyrik Makkah dan Madinah, sehingga berperang mendapatkan pahala jihad, namun
demikian Rasu juga tidak mengizinkan keseluruhan berperang, tetapi sebagian dipersiapkan
untuk mengaji ilmu pengetahuan. Hal ini agar, di antara kaum muslim terdapat orang yang
memahami ajaran Islam dan ilmu-ilmu pengetahuan untuk mengajarkannya kepada para
muslim dan mukmin lainnya. Oleh karena itu, penting sekali belajar, menuntut ilmu
pengetahuan dan mengajarkannya keapda orang lain.
Dalam sebuah Hadits Rasul memerintahkan kepada kaum mukim untuk mengajarkan
kepada orang lain walaupun hal-hal yang kecil, walaupun hanya satu ayat yang kitta ketahui..
dalam hal ini, agar penyebaran ilmu pengetahuan terus berkembang. Dalam hal ini Rasul
menunjukkan dan memberikan semangat untuk belajar dan mengajar kepada kaum muslimin.
Adapun hadits tersebut berbunyi sebagai berikut:

َ‫ أَنﱠ اﻟﻧﱠﺑِﻲﱠ ﺻَﻠﱠﻰ ﷲﱠُ ﻋَﻠَﯾْﮫِ وَﺳَﻠﱠمَ ﻗَﺎل‬:‫ﻋَنْ ﻋَﺑْدِ ﷲﱠِ ﺑْنِ ﻋَﻣْرٍو‬
ْ‫ وَﻣَن‬،َ‫ وَﺣَدﱢﺛُوا ﻋَنْ ﺑَﻧِﻲ إِﺳْرَاﺋِﯾلَ وَﻻَ ﺣَرَج‬،ً‫ﺑَﻠﱢﻐُوا ﻋَﻧﱢﻲ وَﻟَوْ آﯾَﺔ‬
(‫ﻛَذَبَ ﻋَﻠَﻲﱠ ﻣُﺗَﻌَﻣﱢدًا ﻓَﻠْﯾَﺗَﺑَوﱠأْ ﻣَﻘْﻌَدَهُ ﻣِنْ اﻟﻧﱠﺎرِ)رواه اﻟﺑﺧﺎري‬
Dari Abdullah ibn Amr: Bahwa Nabi bersabda: Sampaikan dariku sekalipun satu
ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa).Dan
barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati
tempat duduknya di neraka.11

C. Simpulan

Dari beberapa ayat yang ditafsrkan di atas, dapat disimpulkan beberapa makna yang

diharapkan yaitu 1) bahwa belajar mengajar merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam,

agar mereka mampu mempelajari alam semesta ini. Dengan demikian, mereka menyadari

akan kebesara dan keagaungan Tuhannya yang menciptakannya. Dengan ilmu pengetahuan,

manusia akan menjadi umat yang berkualitas, menjadi hamba Allah yang beriman dan dan

bertambah ketakwaannya dengan kualitas hamba yang diharapkan dalam agama Islam.

Tanpa ilmu pengetahuan, tanpa belajar orang tidak mungkin menjadi orang yang

berkualitas baik, dan mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, ilmu

pengetahuan harus dipelajari oleh umat manusia, dan itu dilakukan dengan aktivitas membaca

dan menulis. Membaca dan menulis segala hal yang membuatnya mampu mennggerakkan

akal sehat untuk mengagungkan asma Allah yang Maha besar, dan Maha Mengetahui.

11
Hadits Sahih Riwayat al-Bukhari: 3202
C. Simpulan

Dari beberapa ayat yang ditafsrkan di atas, dapat disimpulkan beberapa makna yang

diharapkan yaitu 1) bahwa belajar mengajar merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam,

agar mereka mampu mempelajari alam semesta ini. Dengan demikian, mereka menyadari

akan kebesara dan keagaungan Tuhannya yang menciptakannya. Dengan ilmu pengetahuan,

manusia akan menjadi umat yang berkualitas, menjadi hamba Allah yang beriman dan dan

bertambah ketakwaannya dengan kualitas hamba yang diharapkan dalam agama Islam.

Tanpa ilmu pengetahuan, tanpa belajar orang tidak mungkin menjadi orang yang

berkualitas baik, dan mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, ilmu

pengetahuan harus dipelajari oleh umat manusia, dan itu dilakukan dengan aktivitas membaca

dan menulis. Membaca dan menulis segala hal yang membuatnya mampu mennggerakkan

akal sehat untuk mengagungkan asma Allah yang Maha besar, dan Maha Mengetahui.
DAFTAR PUSTAKA

Asra, Sumiati, dkk. Metode Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima, 2009.


Basir, Abd., Pendidikan Keluarga Qur’ani, Banjarmasin: IAIN Antasari Press, 205.
Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999
Hadits Riwayat Bukhari no 3020
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Shihab, Quraish, Tafsir al-Mishbah Juz 15, Jakarta: Lentera hat, 2002, hal 398
Suryabroto, B., Proses Belajar Mengajar di Sekolah,Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997.
Tafsir al-Maraghi Online
Tafsir Wasith Online
Usman, Moh. User, Menjadi Guru Profesional, Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006
Yusuf, Kadar M., tafsir Tarbawi, Yogyakarta: Zanafa, 2012

Anda mungkin juga menyukai