Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NURHANNISA NPM : 1801020083

PRODI/KELAS : PAI / IV-A EKS

MK : TAFSIR TARBAWI

NOMOR ABSEN : 19

1. Surah Al-‘Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW.
Surah inilah yang menjadi tonggak perubahan peradaban dunia, yakni pentingnya ilmu
pengetahuan. Perubahan dari kehidupan jahiliyah menjadi terang benderang. Perubahan-
perubahan itu diawali dengan Iqra (bacalah). Perintah membaca itu harus dimaknai bukan
sebatas membaca lembaran-lembaran buku, melainkan juga membaca tanda-tanda kebesaran
Allah SWT dan alam semesta. Surah ini mengajarkan pentingnya membaca dan belajar, karena
sewaktu surah ini diturunkan dan Rasulullah disuruh oleh Malaikat Jibril untuk membaca,
Rasulullah mengatakan saya tidak dapat membaca, namun Jibril tetap menyuruh dalam artian
untuk terus belajar supaya bisa membaca dan mendapatkan ilmu pengetahuan. Dari situ kita bisa
mengambil pelajaran untuk terus belajar supaya kita mengetahui perkembangan zaman dan tidak
tertinggal dari arus globalisasi.

2. Tujuan Al-Qur’an pada akhir ayat sering menyebut kata-kata tersebut adalah Allah ingin kita
tidak berhenti pada proses membaca saja tapi melanjutkannya pada proses berpikir dan
memperhatikan semua yang ada dimuka bumi ini dengan mata hati kita. Selain itu Allah juga
menyuruh kita untuk sering-sering mengingatnya, dan senantiasa mentadabburi segala ciptaan
Allah. Melakukan muhasabah. Melakukan kajiulang perilaku dan perbuatan kita, dan
mengubahnya untuk kemaslahatan manusia. Proses berfikir itu adalah karakter manusia.
Perbedaan manusia dengan mahluk lainnya adalah kemampuannya berfikir. Maka itu kecerdasan
itu tidak lepas dari kermampuan berfikir yang baik . Berfikir itu sesuai dengan maqomnya.

3. Maksud istilah :

a. Tarbiyah : merupakan bentuk masdar dari kata robba-yurabbi-tarbiyyatan, yang berartii


pendidikan. Sedangkan menurut istilah merupakan tindakan mangasuh, mendididk dan
memelihara. tarbiyah merupakan proses penyampian sesuatu batas kesempurnaan yang
dilakukan secara setahap demi setahap.
b. Ta’lim : secara bahasa berarti pengajaran (masdar dari ‘alama-yu’alimu-ta’liman), ta’lim
merupakan proses pemberian pengatahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab,
sehingga diri manusia itu menjadi suci atau bersih dari segala kotoran sehingga siap menerima
hikmah dan mampu mempelajari hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
c. Ta’dib : merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti
mengajarkan sopan santun. Ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-
angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu
dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya.
d. Tadris : At-tadris adalah upaya menyiapkan murid ( mutadarris ) agar dapat membaca,
mempelajari dan mengkaji sendiri, yang dilakukan dengan cara mudarris membacakan,
menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan
makna yang terkandung di dalamnya sehingga mutadarris mengetahui, mengingat,
memahami, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencari ridha
Allah.
e. Tahdzib : At-tahdzib adalah pembinaan akhlak yang dilakukan seorang muhadzdzib (guru)
terhadap mutahadzdzib (murid) untuk membersihkan, memperbaiki prilaku dan hati nurani
dengan sesegera mungkin karena adanya suatu penyimpangan atau kekhawatiran akan adanya
penyimpangan, sehingga tahdzib itu dapat mewujudkan insan muslim yang berhati nurani
yang bersih, berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran Allah.

4. Pendidikan yang harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini dan sesuai dengan Al-Qur’an dan
Hadits adalah pendidikan Aqidah, Syari’ah dan Akhlak. Akidah merupakan kunci kebahagiaan
dan keselamatan di dunia dan akhirat. Para nabi dan rasul pun telah menyeru kepada anak pada
akidah yang lurus dengan menanamkan pemahaman akidah sejak dini. Pendidikan Syari’ah
Peran keluarga sangatlah penting dalam membangun pendidikan akhlak sejak dini, agar tidak
terjadi penyimpangan sosial terhadap anak. Sehingga anak dapat terhindar dari sifat tersebut.
Dan membangun karakter anak kedalam akhlak yang diajarkan oleh ajaran agama Islam.

5. Surah An-Nahl ayat 125 menjelaskan bahwa dalam mendidik menggunakan 3 metode yakni :
a. Bil Hikmah : Artinya mendidik dengan menggunakan kata-kata hikmah. Hikmah ini berarti
Perkataan yang kuat disertai dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan
kesalahpahaman. Dengan pengetahuan sesuatu itu dapat diyakini keadaannya/pengetahuan itu
memberi manfaat. Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk
menjelaskan mana yang hak dan mana yang bathil. Mengetahui hukum-hukum Al-Qur'an,
paham Al-Qur'an, paham agama, takut kepada Allah, benar perkataan dan perbuatan. Dan
Tutur kata yang mempengaruhi jiwa
b. Al-Mau'izhoh al-ilasanah : artinya ialah pelajaran yang baik. pendidikan/nasihat (baik
pelajaran atau peringatan), dengan cara lemah lembut sehingga dapat diterima dan
menimbulkan ketenangan dan ketentraman jiwa bukan kecemasan, gelisah atau ketakutan.
c. Mujadilhum Bi al-lati Hiya Ahsan artinya bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.
Maksud nya ialah Bantahan yang lebih baik, dengan memberi manfaat, bersikap lemah
lembut, perkataan yang baik, bersikap tenang dan hati-hati, menahan amarah serta lapang
dada. Perdebatan yang baik, yaitu membawa mereka berpikir untuk menemukan kebenaran,
menciptakan suasana yang nyaman dan santai serta saling menghormati. Bila diaplikasikan ke
dalam pendidikan Islam maka mujadalah dapat dijadikan suatu metode pendidikan agama
Islam sebagai metode mujadalah bi al-lati hiya ahsan.

Anda mungkin juga menyukai