Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan dalam Konsep Tarbiyah

Usman Kadir, S.Ag.

Pendidikan dalam agama islam sangatlah penting karena dengan pendidikan


sesorang bisa mencapai derajat tertinggi bahkan melebihi malaikat dan juga dengan
pendidikan yang salah seseorang bisa lebih jahat dari iblis, sebagaimana Allah swt
mendidik Nabi Adam dengan menggunakan konsep tarbiyah yaitu dengan melatih fitrah
Nabi Adam yang merupakan citra asli manusia, yang berpotensi baik atau buruk dimana
aktualisasiya tergantung pilihannya. Fitrah yang baik merupakan citra asli yang primer
sedangkan fitrah yang buruk merupakan citra asli yang sekunder. Seluruh manusia
memiliki fitrah yang sama meskipun perilakunya berbeda. Fitrah manusia yang paling
esensial adalah penerimaan terhadap amanah untuk menjadi khalifah dan hamba Allah di
muka bumi.1 Sebagaimana Nabi Adam diberikan kenimatan syurga sebagai
pemberitahuan terhadap fitrahnya bahwa kebaikan itu pasti mengandung banyak
kenikmatan, kemudian dilatih dengan larangan mendekati pohon khuldi, akan tetapi
karena rayuan dan tipu daya Iblis yang mengatas namakan Tuhan akhirnya Adam dan
Hawa tergoda dan memakan buah tersebut, sehingga karena kesalahan tersebut Allah
mengajarkan kalimat taubat atau Allah memberikan pelajaran bahwa dalam melatih fitrah
seseorang pasti akan terjadi kegagalan akan tetapi kegagalan tersebut adalah awal dari
kesuksesan, olehnya itu dengan fitrah yang terlatih atau fitrah yang tertarbiyah manusia
mampu mengemban amanah sebagai kahalifah di muka bumi .
Penggunaan istilah al-tarbiyah berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki
banyak arti, tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang,
memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.2 Menurut
Abdurrahman al-Nahlawi, kata al-tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu rabba-yarbu yang
berarti bertambah, tumbuh, dan berkembang; rabiya-yarba yang berarti menjadi besar;
dan rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, dan
memelihara.3 Sementara, dalam perspektif Nurcholish Madjid, pendidikan dalam
terminologi agama kita disebut dengan tarbiyah, yang mengandung arti dasar sebagai

1
Zubaedi, isu-isu baru dalam diskursus filsafat pendidikan islam dan kapita selekta pendidikan
islam ( yogyakarta: pustaka pelajar, 2012), hlm. 3.
2
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 25-
26.
3
Ibid. Hlm. 25-26
pertumbuhan, peningkatan, atau membuat sesuatu menjadi lebih tinggi. Karena makna
dasarnya pertumbuhan atau peningkatan, maka hal ini mengandung asumsi bahwa dalam
setiap diri manusia sudah terdapat bibit bibit kebaikan. Tugas para orang tua dan guru
untuk mengembangkan bibit-bibit positif anak-anak didik mereka dengan sebaik-
baiknya.
Dengan demikian, pendidikan (tarbiyah) adalah suatu proses meningkatkan potensi
potensi positif yang bersemayam dalam jiwa setiap anak hingga mencapai kualitas yang
setinggi-tingginya, dan proses pendidikan tersebut tidak pernah berakhir sepanjang hayat
masih dikandung badan.4 Makna ini senapas dengan pengertian pendidikan dalam bahasa
Latin, yaitu educo. Istilah educo berarti to develop from within; to draw out, to go through
the law of use. Terjemah bebasnya ialah meningkatkan kualitas diri kita dari dalam,
kemudian mengembangkannya, dan mampu menerapkan segala ilmu yang telah diraih
secara bermanfaat.
Jadi, proses educo, tarbiyah, atau mendidik adalah mengembang- kan benih-benih
kebajikan yang sejatinya memang sudah bermukim dalam jiwa setiap diri kita, sehingga
bisa teraktualisasikan ke permukaan dan membuahkan kemanfaatan bagi diri sendiri,
keluarga, dan idealnya bagi umat manusia lainnya.5 Dan, untuk mengembangkan potensi-
potensi positif dalam diri anak agar menghasilkan kemanfaatan yang sebesar-besarnya,
dalam hal ini para orang tua bukan hanya mentransfer pusparagam wawasan, melainkan
juga mesti memberikan pencerahan. Sementara, para guru dituntut bukan hanya memberi
informasi, melainkan juga memberi inspirasi; bukan hanya membagikan pemahaman,
melainkan juga ajakan untuk mengamalkan; dan bukan hanya Memperbincangkan
pelbagai pengetahuan, melainkan juga harus menjadi teladan

4
Nurcolis Majid, masyarakat religius ( Jakarta: Paramadina, 2000), hlm. 81.
5
Napoleon Hill, The Law of Success ( United State Amerika: Ralston University press, 1928), hlm.
93.

Anda mungkin juga menyukai