Anda di halaman 1dari 82

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

(IAID) CIAMIS JAWA BARAT


PROGRAM PASCA SARJANA
SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH : ILMU PENDIDIKAN ISLAM
JENIS UJIAN TULIS : TAKE HOME
WAKTU/HARI/TANGGAL : SMESTER GASAL 2021
DOSEN PEMBINA : Prof..Dr.H.M.DJASWIDI AL HAMDANI, MPd

Nama : Ilyas Rohili


NIM : 1222600903
Prodi/smt : Pascasarjana PAI/1A

1. Jelaskan apa arti atau pengertian ilmu pendidikan Islam baik secara etimologi
maupun terminologi, kemudian fungsi dan peran pendidikan Islam terhadap
pembangunan / pembinaan ummat bagaimana, Jelaskan !
ilmu pendidikan Islam secara etimologi
Dalam konteks Islam, pendidikan secara bahasa (lughatan) ada tiga kata yang
digunakan.Ketiga kata tersebut, yaitu : 1) At-tarbiyah, 2) Al-ta’lim, dan 3) Al-ta’dib.Ketiga
kata tersebut memiliki makna yang saling berkaitan saling cocok untuk pemaknaan
pendidikan dalam Islam. Ketiga makna itu mengandung makna yang amat dalam,
menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan
Tuhan berkaitan dengan satu sama lain.

At-tarbiyah (‫ )التربية‬berakar dari tiga kata, yakni pertama, berasal dari kata rabba


yarbu (‫ )يربو – ربا‬yang artinya bertambah dan bertumbuh. Kedua, berasal dari kata rabiya
yarbi (‫ )يربى – ربي‬yang artinya tumbuh dan berkembang. Ketiga, berasal dari kata rabba
yarubbu (‫و – رب‬::‫ )يرب‬yang artinya memperbaiki, membimbing, menguasai, memimpin,
menjaga dan memelihara. Al-ta’lim (‫ )التعليم‬secara ligahwy  berasala dari kata fi’il tsulasi
mazid biharfin wahid, yaitu ‘allama yu ‘allimu (‫)يعلم – علم‬. Jadi ‘alama (‫ )علم‬artinya
mengajar. Al-ta’adib (‫ )التأديب‬berasal dari kata tsulasi maszid bihaijmn wahid, yaitu‘addaba
yu ‘addibu (‫أدب – أدب‬:::‫)ي‬. Jadi ‘addaba (‫ )أدب‬artinya memberi adab. Elain yang tiga
disebutkan diatas ada lagi istilah “riadhah” yang berarti pelatihan.
Menurut Abu ‘Ala al-Mardudi kata rabbun (‫ )رب‬terdiri atas dua huruf ra dan ba
tasydid yang merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti pendidikan, pengasuhan
dan sebagainya. Selain itu kata ini mencakup banyak arti seperti “kekuasaan, perlengkapan
pertanggung jawaban, perbaikan, penyempurnaan, dan lain-lain.” Kata ini juga merupakan
predikat bagi suatu kebesaran, keagungan, kekuasaan, dan kepemimpinan. Didalam al-
qur’an misalnya kata rabbun (‫ )رب‬terdapat dalam surat alfatihah ayat ke dua.
Pengertian ta’lim menurut Abd. al-Rahman sebatas proses penstrasferan pengetahuan
antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan yang ditransfer secara
kognitif dan psikomotorik, atau tetapi tidak dituntut pada domain afektif. Ia hanya sekedar
memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian,
karena sedikit sekali kemungkinan arah pembentukan kepribadian yang disebabkan
pemberian pengetahuan. Selanjutnya kata ta’lim juga terdapat dalam al-qur’an surat Al-
baarah : 31.
Selanjutnya kata ta’dib menurut al-Atas adalah pengenalan dan pengakuan tempat-tempat
yang tepat dan segala sesuatu yang didalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga
membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan didalam
tatanan wujud dan kebenarannya. Kata ta’dib terdapat didalam hadits Rasulullah SAW :
“Tuhanku telah menta’dib (mendidik)ku maka ia sempurnakan ta’dib (pendidikan)ku.”
Sedangkan kata riyadhah hanya dipopulerkan oleh al-Ghazali.
Baginya riyadhahadalah proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak. Berdasarkan
pengertian tersebut, al-Ghazali hanya menghususkan penggunaan al-riyadhah untuk fase
kanak-kanak, sedang fase yang lain tidak tercakup didalamnya.
Menurut Istilah (ishtilahan) / Terminology
Pendidikan Islam adalah proses transisternalisasi atau transaksi pengetahuan dan nilai-
nilai Islam kepada peserta didik malalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan,
pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensi, guna mencapai keselarasan dan
kesempurnaan hidup didunia dan akhirat.
Menurut Para Ahli / Tokoh Pendidikan Islam
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal ini terlihat dari
definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan berikut ini:
Prof.Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan pendidikan islam
sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan
alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi
di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399) Pengertian
tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang konotasinya pada pendidikan
etika. Selain itu, pengertian tersebut menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan
kreatifitas manusia dalam peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam
semesta.
Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh) mengemukakan pengertian pendidikan
islam sebagi berikut; Islamic education in true sense of the term, is a system of education
which enables a man to lead his life according to the islamic ideology, so that he may
easily mould his life in according with tenent of islam. (Pendidikan dalam pandangan yang
sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita islam, sehingga dengan mudah ia dapat
membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran islam.)
Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan islam sebagai
upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia untk lebih maju dengan
berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi
yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
Yusuf al-Qardhawi memberi pengertian pendidikan Islam sebagai Pendidikan manusia
seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya.
Mustafa al-Gulayaini bahwa pendidikan Islam adalah menanamkan akhlak yang mulia di
dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan
nasehat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan meresap dalam jiwanya
kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan
tanah air.
Fungsi dan peranan pendidikan islam
Pendidikan Islam senantiasa memiliki peranan dalam menciptakan masyarakat Islam yang
memiliki dimensi akidah dan syariah yang kemudian mendorong kehidupan ke arah
pembaharuan dan perkembangan, menghormati manusia sebagai individu yang memiliki
kebebasan dan hak-hak kemanusiaan serta harga diri serta terbuka kepada semua
peradaban
(culture).
Menurut David Poponoe sebagaimana dinukil oleh Fadil, fungsi pendidikan ada empat,
yaitu:
a. Transmisi kebudayaan masyarakat.
b. Menolong individu memilih dan melakukan peranan sosialnya
c. Menjamin integrasi social
d. Sumber inovasi social
Lembaga pendidikan Islam formal terdiri dari pesantren, madrasah dan sekolah Islam
terpadu. Dalam membangun dan mengembangkan kearifan sosial, lembaga pendidikan
Islam memiliki fungsi untuk merekonstruksi masyarakat dan mengontrol perubahan-
perubahan yang terjadi pada masyarakat. Pendidikan Islam diharapkan mampu membentuk
manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan bergaul sesama manusia yang dapat
menyesuaikan diri dengan sosial yang berbeda-beda. Lembaga pendidikan Islam formal
sebagai tempat peserta didik belajar bergaul, baik sesamanya, dengan guru, dengan
karyawan, tempat dimana mereka harus dan belajar mentaati peraturan sekolah.
2. Perbedaan sistem pendidikan Islam dengan sistem pendidikan non Islam terletak
pada sistem ideology, sistem nilai dan orientasi pendidikan coba uraikan !
Perbedaan Sistem Pendidikan Islam Dengan Sistem Pendidikan Non Islam
• Sistem Ideologi. Islam memiliki ideology al-tauhid yang bersumber dari al-Quran dan
Sunnah. Sedangkan non-islam memiliki berbagai macam ideologì_yang bersumber dari
isme-isme materialis, komunis, ateis, sosialis, kapitalis dan sebagainya.
• Sistem Nilai. Sistem Islam bersumber dari nilai al-Quran dan sunnah, sedangkan non-
islam bersumber dari nilai hasil pemikiran, hasil penelitian para ahli, dan adat kebiasaan
masyarakat. Dalam Islam nilai-nilai pada al-Quran dan Sinnah tersebut diinternalisasikan
kepada peserta didik melalui proses pendidikan.
• Orientasi Pendidikan. Pendidikan Islam berorientasi kepada pada kedua kehidupan yaitu
duniawi dan ukhrawi, sedangkan pendidikan non-islam orientasinya duniawi semata.
Didalam islam kehidupan akhirat merupakan kelanjutan dari kehidupan dunia, bahkan
suatu mutu kehidupan akhirat konsekuensi dari mutu kehidupan dunia.
3. Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip pendidikan Islam integral dan
terpadu, seimbang, universal, dan dinamis
Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia, masyarakat,
pengetahuan, dan akhlak, secra jelas tercermin dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam.
Dalam pembelajaran, pendidik merupakan fasilitator. Ia harus mampu
memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses
pembelajaran, pendidik perlu perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam
dan senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-
sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip Integral dan Seimbang
a. Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama. Keduanya
harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta alam
semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelola
dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah, sedangkan
pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan pula dalam
ajaran agama yang disebut dinullah yang mencakup akidah dan syariah.
Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan, Allah memerintahkan agar
mansuia untuk membaca yaitu dalam QS Al-‘Alaq ayat-1-5. Dan ditempat lain ditemukan
ayat yang menafsirkan perintah membaca tersebut, seperti dalam Firman Allah QS Al-
Ankabut:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) (QS. Al-
Ankabut : 45)

Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur’an yang harus dibaca. Ia merupakan
ayat yang diturunkan Allah (ayat tanziliyah, qur’aniyah) Selain itu, Allah memerintahkan
agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-fenomena alam (ayat
kauniyah, sunatullah), anatara lain, “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada dilangit dan
dibumi”(QS. Yunus : 101)
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan agar manusia
membaca Al-Qur’an (ayat-ayat quraniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa
memberikan tekanan terhadap slah satu jenis ayat yang dimaksud. Hal itu berarti bahwa
pendidikan Islam harus dilaksanakan secara terpadu (integral)
b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara berbagai aspek yang
meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan hubungan
dengan Allah dan sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi
perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia agar mereka dapat
meraih kebahagiaan kedua alam itu. implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. hal ini senada dengan FirmanAllah SWT:
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (Al-
Qashas : 77)
Dalam dunia pendidikan, khususunya dalam pembelajaran, pendidik harus
memperhatikan keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang relevan. selain
mentrasfer ilmu pengetahuan, pendidik perlu mengkondisikan secara bijak dan profesional
agar peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di dalam maupun di luar
kelas.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan Rabb Al-Amin
(pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan alam semesta termasuk manusia.
Allah menampakan proses yang memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal
demikian kemudian dikenal sebagai aturan-aturan yang diterpakan Allah atau disebut
Sunnatullah.
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhari Umar dalam bukunya
menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam pendidikan secara teologis dimungkinkan
karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan
sebagai khalifatullah fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah Allah terhadap alam
semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan perimbangan tersebut dapat dikatakan
bahwa karakter hakiki pendidikan Isam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah
secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengakn kata lain, pendidikan
Islam tidak lain adalah keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah Allah terhadap manusia,
sejak dari proses penciptaan samspai dewasa dan sempurna.
3. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang telah tergambar
dan terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret manusia dalam pendidikan sekuler
diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau pada seorang individu karena
kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok
orang semata.
Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap
tahapan hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan
unsur-unsur individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis
keridhaan Allah.
Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik harus
mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
4. Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan
memantapkan kecendrungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama menjadi
petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu
menyelenggrakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya
sebagai sumebr moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-
ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan selalu
mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik (‘amaliyyah) yang bermuatan nilai dan
moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian (ilmu agama)
formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang
sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
5. Prinsip terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan
oleh amal perbuatan manusia (QS, Al-Mulk : 2), atau ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13). oleh
karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan universal.
menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar menjelaskan bahwa keterbukaan
pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dar
luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga
dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.
6. Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan individual antara seorang manusia dengan orang lain dikemukakan oleh Al-
Qur’an dan hadist. Sebagai contoh:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS. Ar-Rum :
22)
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan perbedaan tingkah laku karena
setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya masing-masing. Menurut Asy-
Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sepanjangs sejarahnya telah memlihara perbedaan individual yang dimilki oleh peserta
didik.
7. Prinsip Pendidikan Islam adalah Dinamis
Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan,
kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya untuk selalu memperbaharuhi diri dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya mampu
memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan
perkembangan dan perubahan social. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan
Islam yang memotivasi untuk hidup dinamis.
4.Apa yang kau ketahui tentang pendidik dan peserta didik dalam perspektif Islam,
coba uraikan!
Pendidik dalam perspektif islam
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara itu secara khususnya, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi, baik potesi Afektif, Kognitif maupun
psikologis sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. (Tafsir, 1992)
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.
Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan
kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif
pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di
artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan. Dari istilah-istilah
sinonim di atas, kata pendidik secara fungsional menunjukan kepada seseorang yang
melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan, pendidikan,
pengalaman, dan sebagainya, bisa siapa saja dan dimana saja. Secara luas dalam
keluarga adalah orang tua, guru jika itu disekolah, di kampus disebut dosen, di pesantren
disebut murabbi atau kyai dan lain sebagainya
Kata Murabbi,yang sering diartikan kepada pendidik, berasal dari kata rabbaya.Kata
dasarnya raba,yarbu Kata tarbiyah, yangdiartikan kepada pendidikan, juga terbentuk dari
kata ini. Maka pendidik sebagaiMurabbi berarti mempunyai peran dan fungsi membuat
pertumbuhan, perkembangan,serta menyuburkan intelektual dan jiwa peserta didik.
(manzur, 1990)
Peserta didik dalam perspektif islam
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah
Talamid, yang artinya adalah "murid", maksudnya adalah "orang-orang yang mengingini
pendidikan". Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah
Thullab, yang artinya adalah "mencari", maksudnya adalah "orang-orang yang mencari
ilmu
Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian peserta didik, peserta didik
adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota
masyarakat dan sebaga suatu pribadi atau individu. (hamadi, 2001)
berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan peserta didik adalah
anggota masyarakat yang belum dewasa yang memiliki fitrah (Potensi), baik secara
fisik maupun psikis, yang memerlukan usaha, bantuan dan bimbingan orang lain
yang lebih dewasa, untuk mengembangan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu
5. Dasar kurikulum pendidikan Islam yang ditawarkan As Syaibany yaitu dasar
Agama, Falsafah, Psikologis dan Sosial, coba uraikan dan jelaskan !
Kurikulum dalam bahasa arab disebut “Manhaj”, secara umum Kurikulum
pendidikan ialah segala sesutu atau seperangkat perencanaan yang dijadikan acuan oleh
lembaga pendidikan yang berisi materi (bahan) ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi
sebagai alat untuk mencapai atau mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum
pendidikan Islam harus sejalan dengan idealitas serta mengandung tata nilai Islami baik
secara intrinsik maupun  ekstrinsik yang mampu merealisasikan tujuan pendidikan Islam.
Sedangkan menurut al-Syaibani kurikulum adalah suatu jalan terang yang dilalui oleh
lembaga pendidikan maupun pendidik untuk mengembangkan potensi, keterampilan serta
pengetahuan peserta didik, sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.
Dari beberapa definisi kurikulum diatas, hakikat dari kurikulum adalah suatu
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan tertentu. Kemudian, jika disambungkan dengan filsafat dan pendidikan Islam,
kurikulum pendidikan Islam mempunyai arti sebagai suatu rangkaian program yang
mengarahkan kegiatan belajar mengajar secara sistemtis dan berarah tujuan serta
melukiskan cita-cita nilai-nilai keIslaman. Kurikulum mempunyai 4 aspek utama, yaitu :
a. Tujuan-tujuan pendidikan.
b. Pengetahuan-pengetahuan.
c. Metode atau cara-cara mengajar.
d.  Evaluasi atau penilaian.
Kurikulum sangat penting dalam pendidikan Islam, yaitu sebagai :
a. Alat untuk mendidik generasi muda dan menolong mereka untuk membuka dan
mengembangkan kesediaan, minat, bakat, kekuatan, dan ketrampilan.
b. Alat untuk menciptakan perubahan yang diinginkan pada kebiasaan, kepercayaan, sikap,
system, dan gaya hidup masyarakat.
Adapun Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam, menurut al-Syaibani yaitu:
a.Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandungan, kaidah, alat dan tehniknya.
b.Meluaskan perhatian dan kandungnnya mencakaup perhatian, pengembangan serta
bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar baik dari segi intelektual, psikologi, sosial
maupun spiritual.
c. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran.
d. Menekankan kepada konsep secara menyeluruh, keseimbangan pada kandungannya
yang tidak terbatas pada ilmu-ilmu teoritis baik yang bersifat naqli maupun aqli. Tetapi
meliputi aktivitas pendidikan seni, jasmani, bahasa,dll.
e. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan
dan perbedaan individual antara peserta didik.
Dengan melihat ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam di atas, kurikulum pendidikan
Islam disusun dengan mengikuti tujuh prinsip, meliputi; Prinsip pertautan dengan Agama,
Prinsip Universal, Prinsip keseimbangan, Prinsip keterkaitan dengan bakat dan minat,
Prinsip fleksibelitas, Prinsip memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada, Prinsip
pertautan antara mata pelajaran dengan aktifitas fisik yang tercakup dalam kurikulum
pendidikan Islam. Adapun dasar-dasar umum yang menjadi landasan kurikulum
pendidikan Islam, menurut al-Syaibani yaitu Dasar agama, falsafah, psikologis dan sosial.
Falsafah Metode Pendidikan Islam
Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak
akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat untuk
mentransformasikannya kepada peserta didik. Hal ini berarti bahwa metode termasuk
persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai apabila jalan yang
ditempuhnya benar dan tepat. Metode adalah suatu jalan atau cara untuk menyampaikan
mata pelajaran maupun segala hal yang sudah tercantum dalam kurikulum demi mencapai
tujuan.
Dalam kitab-kitab pendidikan Islam banyak gambaran dan uraian tentang metode
atau cara mengajar, dalam pandangan al-Syaibani diantara metode-metode umum seperti
yang biasa yang kita ketahui, disini ada empat macam metode diantaranya:
a. Metode pengambilan kesimpulan atau induktif yaitu, metode dimulai dengan membahas
dari hal-hal yang bersifat khusus baru kemudian diambil kesimpulan. Artinya seorang
pembimbing mengajarkan kepada peserta didik untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-
hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan atau induksi
b. Metode perbandingan ialah suatu metode yang membandingkan antara ilmu satu dengan
ilmu satunya  untuk memperoleh makna yang benar maupun kaidah-kaidah dari pelajaran
tersebut, biasanya dalam hal hukum.
c. Metode kuliah ialah metode dengan menyiapkan pelajarannya terlebih dahulu kemudian
membahas pokok masalah yang terkait kemudian disimpulkan, dan peserta didik mencatat,
serta memahaminya.  Metode ini lebih cocok diterapkan pada anak yang sudah dewasa,
misalnya mahasiswa. Karena metode ini memerlukan pemahaman yang lebih yang sulit
dijangkau oleh anak kecil.
d. Metode dialog dan perbincangan ialah, metode yang didasarkan atas dialog dan
pebincangan melalui janya jawab untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang ada dan untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikritik, dan dibantah
lagi.
Adapun metode yang ditawarkan al-Syaibani, meliputi:
a.Metode lingkaran (halaqah), Yaitu para pelajar mengelilingi gurunya dalam setengah
bulatan untuk mendengarkan penjelasannya.
b. Metode riwayat, Biasanya metode ini digunakan dalam materi hadits, bahasa, sastra
arab, fiqih, dan ilmu kalam.
c.Metode mendengar, yaitu murid hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya.
d.Metode membaca.
e. Metode Imla’ (dictation), Merupakan metode yang selanjutnya setelah mendengarkan,
artinya selain siswa mendengarkan, siswa juga mencatatnya.
f.Metode Lawatan, yaitu modtode dengan mengadakan penelitian ilmiah untuk
mendapatkan suatu pengetahuan.
Selain itu ciri-ciri dan tujuan-tujuan umum metode dalam pendidikan Islam antara lain
a.Berpadunya metode dan cara-cara, dari segi tujuan dan alat dengan jiwa ajaran dan
akhlak Islam yang mulia.
b.Bersifat luwes dan dapat menerima perubahan dan menyesuaikan dengan keadaan serta
mengikuti sifat pelajar.
c.Mengaitkan antara teori dan praktek.
d.Mengajar secara keseluruhan, tidak boleh diringkas.
e.Memberikan kebebasan kepada murid untuk berdiskusi, berdebat, dan berdialog, selama
masih dalam batas kesopanan dan saling menghormati.
Adapun Tujuan-tujuannya, antara lain :
a.Menolong pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan
ketrampilannya.
b.Membiasakan pelajar untuk menghafal, memahami, dan berpikir sehat.
c.Memudahkan proses pengajaran.
d. Menciptakan suasana yang sesuai dengan keadaan pelajar.
Al-Syaibani juga dasar-dasar dan prinsip-prinsip metode mengajar dalam pendidikan
Islam, yaitu diantaranya:
a. Dasar Agama.
b. Dasar Biologis.
c. Dasar Psikologis.
d. Dasar Sosial.
Prinsip-prinsipnya, antara lain:
a.Pentingnya menjaga motivasi pelajar dan kebutuhan, minat, dan keinginannya pada
proses belajar.
b.Pentingnya menjaga tujuan pelajar dan menolongnya mengembangkan tujuan tersebut.
c.Memelihara tahap kematangan yang dicapai oleh pelajar dan derajat kesediaannya untuk
belajar.
d.Pendidik seharusnya mempersiapkan peluang partisipasi yang praktikal.
e.Pentingnya memperhatikan kefahaman, mengetahui hubungan, kepaduan dan kelanjutan
pengalaman, sifat baru, keaslian dan kebebasan berfikir.
f.Pentingnya membuat proses pendidikan itu suatu proses yang menggembirakan dan
menciptakan kesan yang baik pada diri pelajar.
6. Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa prinsip kurikulum harus
Relevan, Efektif, Efesien, Fleksibel, coba jelaskan !
Zakiah Daradjat memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam
bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan
tertentu (Ramayulis dan Samsul, 2010:192). Sementara menurut UU No. 20 Tahun 2003,
pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasar definisi di atas,
kurikulum pada hakikatnya suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
A. Relevansi
Relevansi: kesesuaian dan keserasian pendidikan dengan tuntutan masyarakat. Dalam hal
ini ada dua relevansi, yaitu relevansi ke luar dan ke dalam. Relevansi ke luar: tujuan, isi,
dan kegiatan belajar harus relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan
masyarakat. Relevansi ke dalam: adanya kesesuaian atau konsistensi antara komponen-
komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian
menunjukkan keterpaduan kurikulum
B. Efektifitas
Efektifitas, berkenaan dengan sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat
dilaksanakan, dan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas maupun
kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan dari
kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya, harus diperhatikan kaitan
antara aspek utama kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
C. Efisiensi
Efisiensi dalam kegiatan belajarmengajar berarti bahwa waktu, tenaga dan biaya yang
digunakan untuk menyelesaikan program pembelajaran dapat merealisasikan
hasil yang optimal. Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya tidak mahal. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam
keterbatasanketerbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Prinsip
efisiensi terkait dengan efisiensi waktu, tenaga, peralatan yang akan menghasilkan
efisiensi biaya.
D. Prinsip fleksibilitas;
dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes,
lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang,
serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.

7.Coba uraikan apa yang dimaksud dengan mendidik melalui keteladanan, mendidik
melalui kebiasaan, mendidik melalui nasihat dan cerita, mendidik melalui disiplin !
mendidik melalui keteladanan
Keteladanan merupakan sebuah metode pendidikan Islam yang sangat efektif yang
diterapkan oleh seorang guru dalam proses pendidikan. Karena dengan adanya pendidikan
keteladanan akan mempengaruhi individu pada kebiasaan, tingkah laku dan sikap. Dalam
al-4XU·DQkata teladan di proyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat di
belakangnya seperti sifat hasanah yang berati baik. Sehingga terdapat ungkapan uswatun
hasanah yang berati teladan yang baik. Kata-kata uswah ini dalam al quran ada tiga kali
dengan mengambil sampel pada diri para nabi yaitu Nabi Muhammad SAW, Nabi
Ibrahim, dan kaum yang beriman teguh kepada Allah.
keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam prilaku dan sikap pendidik dan tenaga
kependidikan dalam memberikan contoh tindakantindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Pendemonstrasian berbagai
contoh teladan merupakan langkah awal pembiasaan, jika pendidik dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berprilaku dan bersikap sesuai
dengan nilainilai karakter, maka pendidik dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang
yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berprilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja
keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga
kebersihan dan sebagainya.
Mendidik melalui kebiasaan
Pendidikan agama Islam sebagai pendidikan paling penting, maka perlu adanya
pembiasaan-pembiasaan dalam menjalankan ajaran Islam. Metode pembiasaan tergambar
dalam Al-Qur’an dalam penjabaran materi pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan
secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan–kebiasaan yang negatif.
Proses pembiasaan dalam pendidikan merupakan hal yang penting terutama bagi anak-
anak usia dini. Anak-anak belum menyadari apa yang disebut baik dan tidak baik. Ingatan
anak-anak belum kuat, perhatian mereka mudah beralih kepada hal-hal yang baru dan
disukainya. Dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan dan pola pikir tertentu.
Pembentukan karakter seseorang (terutama peserta didik) bersifat tidak alamiah, sehingga
dapat berubah dan dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pembiasaan dalam
pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Mendidik anak dengan metode
pembiasaan juga didasarkan pada hadis nabi Muhammad saw, yang berbunyi :
“ Dari Aisyah ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : “ Amalan-amalan yang disukai
Allah adalah amalan-amalan yang dikerjakan secara langgeng (menjadi suatu kebiasaan),
walau amalan itu sedikit ” (HR. Muslim)
Mendidik melalui nasehat
Metode nasihat merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengingatkan
seseorang terhadap sesuatu yang mana nanti nya dapat meluluhkan hati orang yang sedang
diberi nasihat. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pseserta didik yang kita ajarkan ialah
sebuah benda hidup yang mana mampu merespon apa yang akan kita berikan.
Untuk itulah dimana peran guru disini dibutuhkan untuk mendidik anak-anak nya melalui
dengan metode nasihat. Nasihat ini juga bisa disampaikan oleh seorang pendidik dengan
cara melalui sebuah kisah. Di mana dari penyampaian kisah-kisah yang diberikan oleh
pendidik kepada peserta didik akan mampu menarik perhatian dari mereka dan dapat
memberikan pengaruh kepada mereka.
Atau bisa juga dengan cara mengaitkan suatu peristiwa atau mengomentarinya setelah itu
diberikan penjelasan kepada para peserta didik agar para peserta didik lebih mampu
menarik sebuah nasihat yang terkandung didalamnya.

Mendidik melalui disiplin

Dalam mendidik atau mengasuh anak kita sering berhadapan dengan berbagai

perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan kita. Oleh karena itu, sering dalam pikiran

untuk “mendisiplinkan” anak. Namun, sayangnya banyak sekali orang tua maupun guru

tidak memahami apa sebenarnya makna disiplin.  Orang tua dan guru serta pihak lain yang

sering berurusan dengan anak, gagal membedakan antara disiplin dan hukuman.

Kata disiplin didefinisikan sebagai praktek melatih orang untuk mematuhi aturan

dengan menggunakan hukuman untuk memperbaiki ketidakpatuhan. Oleh karena itu, tak

heran definisi semacam ini sering kali mengaitkan pendisiplinan dengan alat-alat yang

dipakai untuk membuat para pelaku kejahatan jera.

Dalam penerapan kedisiplinan tentu perlu adanya peraturan dan sanksi (hukuman)

bagi yang melanggarnya. Hukuman (Punishment) diberikan kepada seseorang karena

adanya kesalahan, perlawanan dan pelanggaran sebagai ganjaran atau

pembalasan. Hukuman dirancang untuk menciptakan respon menghindar, dalam arti


bahwa murid mestinya menghindari perilaku yang akan menghasilkan hukuman dimasa

mendatang. Misalnya ketika anak didik melanggar peraturan yang ditetapkan oleh guru

atau sekolah. Banyak dari para guru maupun pihak sekolah memberikan hukuman dalam

bentuk kekerasan dan pembinaan tingkah laku, namun cara tersebut justru berdampak

negatif bagi perkembangan peserta didik.

8. Uraikan Metode Pendidikan Islam menurut pakar pendidikan Islam minimal 5


orang pakar pendidikan Islam!
Menurut Abuddin Nata, al-Qur’an menawarkan berbagai pendekatan dan metode dalam
pendidikan, yakni dalam menyampaikan materi pendidikan, yaitu:
a. Metode Teladan
Menurut Abuddin Nata, “dalam al-Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat hasanah yang berarti baik. Sehingga terdapat uangkapan uswatun hasanah
yang artinya teladan yang baik.52 Selanjutnya beliau mengungkapkan, “metode ini dianggap
penting karena aspek agama yang terpenting adalah akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif
yang terwujud dalam bentuk tingkah laku (behavioral). Untuk mempertegas keteladanan
Rasulullah itu al-Qur’an lebih lanjut menjelaskan akhlak Nabi Muhammad yang disajikan secara
tersebar diberbagai ayat dalam al-Qur’an”.
b. Metode Kisah-kisah
Menurut Abuddin Nata, “kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata
mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk
menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan. Oleh karena
itu, Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan”.
c. Metode Nasihat
Menurut Abuddin Nata, “al-Qur’an secara eksplisit menggunakan nasihat sebagai salah satu cara
untuk menyampaikan suatu ajaran. Al-Qur’an berbicara tentang penasihat, yang dinasihati, obyek
nasihat, situai nasihat, dan latar belakang nasihat. Karenanya sebagai suatu metode pengajaran
nasihat dapat diakui kebenarannya”.
d.Metode pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang, agar sesuatu itu dapat
menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan (habituation) ini berintikan pengalaman. Karena yang
dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Dan inti kebiasaan adalah pengulangan. Oleh
karenanya, menurut para pakar, metode ini sangat efektif dalam rangka pembinaan karakter dan
kepribadian anak. Orang tua membiasakan anak-anaknya untuk bangun pagi, maka bangun pagi
itu akan menjadi kebiasaan.59 Menurut Abuddin Nata, “cara lain yang digunakan oleh al-Qur’an
dalam memberikan materi pendidikan adalah melalui kebiasaan yang dilakukan secara bertahap”.
9. Sebutkan dasar dan prinsip metode pendidikan, dimana dalam penerapannya
banyak menyangkut permasalahan individu atau sosial peserta didik dan pendidik
itu sendiri!
Dasar Metode Pendidikan Islam
Dalam dasar metode pendidikan islam ini, sering kali terdapat kendala atau suatu
permasalahan yang di dalamnya menyangkup tentang individualisme dan sosial. Hal
tersebut terjadi karena kurangnya penerapan dan pemahaman mengenai, apa itu dasar-
dasar umum yang terdapat pada metode pendidikan islam  dan apa saja yang harus di
pelajari dalam metode pendidikan islam tersebut. Sebab menjadi seorang pendidik tentu
saja harus memperhatikan betul mengenai dasar umum yang terdapat dalam metode
tersebut agar mempermudah mengembangkan ajaran islam.
Berikut ini merupakan dasar-dasar yang terdapat pada metode pendidikan islam, antara
lain :
1). Dasar Agamis
Dasar Agamis merupakan kemampuan berwawasan atau berpikir luas mengenai ajaran
agama islam yang didasarkan pada 2 sumber pokok yang terdapat pada Al-Qur'an dan As-
Sunnah, yang menjadi suatu tujuan sebagai proses penerapan dan pelaksanaan metode
pendidikan islam.
2). Dasar Biologis
          Setiap peserta didik pasti memiliki pertumbuhan dan kondisi jasmani yang berbeda-
beda. Hal tersebut sangat berperan penting dalam suatu proses pendidikan. Sehingga
seorang pendidik harus memperhatikan betul kondisi biologis peserta didiknya. Peserta
didik yang memiliki kekurangan dalam kondisi tubuhnya, Akan berpengaruh pada
kegiatan dan prestasi yang akan ia raih. Tapi, belum menutup kemungkinan ia tidak
berhasil dalam cita-citanya. Tujuan pendidik disini pula, sebagai motivator peserta
didiknya agar senantiasa bersyukur dan menerima atas apa yang sudah Allah beri
untuknya.
3). Dasar Psikologis
 Selain memperhatikan perkembangan biologis, pendidik juga perlu memperhatikan perkembangan
psikologis peserta didiknya, yakni emosionalnya, sikapnya, bakat-bakatnya, keinginannya, dan
lain-lain. Karena perkembangan psikologis memberi pengaruh besar terhadap penanaman sikap
dan perilaku peserta didik serta mengasah kemampuan peserta didik dalam proses pemahaman
suatu materi.
4). Dasar Sosiologis
      Dalam Proses pendidikan tentunya terdapat interaksi  antara peserta didik dan pendidik
Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, proses belajar dan
mengajar perlu menggunakan prinsip, diantara prinsip-prinsip tersebut ialah :
Semua keutamaan berpusat pada peserta didik
 Maksudnya dalam pembelajaran, peserta didik didorong dan dihimbau untuk dapat mengecek
atau mengulang kembali informasi yang sudah mereka dapatkan dengan cara mengelolah
pengetahuan yang mereka dapat dan dituangkan kedalam ide-ide mereka.
Mengambangkan kreativitas peserta didik
Guru memberikan kemudahan terhadap proses ini, dengan cara mengembangkan suasana
belajar peserta didik dapat menemukan ide-ide mereka dan mengembangkan cara belajar mereka,
dan timbulnya rasa berkeinginan untuk melakukan sesuatu secara mandiri.
Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang namun tetap berisi etika bagi peserta
didik
Dengan cara ini peserta didik terdorong untuk lebih memperluas lingkup berkembangnya yang
awalnya hanya ruang lingkup dirinya saja berkembang menjadi lebih luas lagi.
Menyediakan pengalaman yang menyenangkan dan tidak terlupakan
Prinsip Komunikasi Terbuka
Yang dimaksud dengan komunikasi terbuka ialah kesesuain pemikiran dan hati antara pendidik dan
anak didik agar terjalin ikatan yang kuat sehingga ilmu yang disampaikan oleh pendidik mudah
ditangkap oleh peserta didik.
Prinsip Memberikan Contoh Perilaku Baik
Peserta didik akan berperilaku yang baik jika ada keteladanan yang dipraktekkan oleh guru
dalam proses belajar mengajar, ini sangat berpengaruh dalam pembentukan akhlak peserta didik
Prinsip Kasih Sayang dan Memberikan Bimbingan
       Prinsip ini sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan karena pada hakikatnya pendidikan
bukan sekedar proses belajar dan mengajar saja melainkan bimbingan bagi peserta didik menuju
apa yang diinginkan.

10.Alat / media dalam pendidikan Islam mutlak diperlukan, coba jelaskan


pengertian alat/ media itu sendiri, dan jenisnya bisa dikelompokkan kepada
alat/media yang bersifat benda dan bukan bersifat benda, coba jelaskan dan
sebutkan jenisnya!
Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa untuk
belajar.

A. Rayanda Asyar (2012 : 8) mengemukakan bahwa “ media pembelajaran dapat


dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

- Rayandra Asyar. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajran. Jakarta: Gaung Persada Press.

B. Syaful Bahri Djamarah dan Azwan Zain (2010:121) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
agar tercapai tujuan pembelajaran.

- Syaful Bhari Dzamarah dan Arswan Zain. (2010).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Edisi
Revisi

C. Munadi (2008:7) mendefinisikan media pembelajaran sebagai “segala sesuatu yang


dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga
tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses
belajar secara efisien dan efektif”.

- Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajran; Sebuah Pendekatan Baru, Gaung Persada Press: Ciputat

D. Menurut Miarso (2004) berpendapat bahwa “Media pembelajaran adalah segala


sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar”.

Macam-macam Media Pembelajaran

Ada macam-macam  media pembelajaran sederhana yang dapat Anda coba untuk
dipraktekkan :

1. Media Audio
Macam-macam media pembelajaran audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari
sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran.
Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan verbal
(bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi). Contoh
media seperti radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dan lain-lain.

2. Media Visual
Macam-macam media pembelajaran visual adalah media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan. Jenis media pembelajaran visual menampilan materialnya dengan
menggunakan alat proyeksi atau proyektor.  Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi media visual juga berfungsi untuk menarik
perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah
untuk dicerna dan diingat jika disajikan dalam bentuk visual. Macam-macam media
pembelajaran visual ini dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual
gerak. Berikut penjelasannya :

a. Media visual diam 


Berupa foto, ilustrasi, flashcard, gambar pilihan dan potongan gambar, film bingkai, film
rngkai, OHP, grafik, bagan, diagram, poster, peta, dan lain-lain.

b. Media visual gerak


Berupa gambar-gambar proyeksi bergerak seperti film bisu dan sebagainya.

3. Media Audio Visual


Macam-macam media pembelajaran audio visual merupakan media yang mampu
menampilkan suara dan gambar. Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual
dibedakan menjadi 2 yaitu madia audio visual diam, dan media audio visual gerak. Berikut
penjelasannya:

a. Media audiovisual diam


Berupa TV diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, buku bersuara.

b. Media audio visual gerak


Berupa film TV, TV, film bersuara, gambar bersuara, dan lain-lain.

4. Media Serbaneka
Macam-macam media pembelajaran serbaneka merupakan suatu media yang disesuaikan
dengan potensi di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat
yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contoh macam-macam media
pembelajaran serbaneka di antaranya adalah papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan
sumber belajar pada masyarakat. Berikut penjelasannya :

a. Papan (board) yang termasuk dalam media ini di antaranya papan tulis, papan
buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik, dan papan paku.

b. Media tiga dimensi di antaranya model, mock up, dan diorama.

c. Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya. Contoh pemanfaatan
realit misalnya guru membawa kelinci, burung, ikan atau dengan mengajak siswanya
langsung ke kebun sekolah atau ke peternakan sekolah.

d. Sumber belajar pada masyarakat di antaranya dengan karya wisata dan berkemah.

5. Gambar fotografi
Gambar fotografi diperoleh dari beberapa sumber, misalnya dari surat kabar, lukisan,
kartun, ilustrasi, foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat digunakan oleh
guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan tertentu. Terdapat lima
macam gambar fotografi yang harus diperhatikan antara lain:

a. Gambar fotografi itu harus cukup memadai.

b. Gambar-gambar harus memenuhi persyaratan artistik yang bermutu.

c. Gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas.

d. Validitas gambar, yaitu apakah gambar itu benar atau tidak.


e. Memikat perhatian anak, ini cenderung kepada hal-hal yang diamatinya, misalnya,
binatang, kereta api, kapal terbang dan sebagainya.

6. Peta dan Globe


Macam-macam media pembelajaran berikutnya adalah peta dan globe ini berfungsi untuk
menyajikan data-data lokasi. Seperti keadaan permukaan (bumi, daratan, sungai sungai,
gunung-gunung), dan tempat- tempat serta arah dan jarak. Kelebihan lain dari peta dan
globe, dalam kegiatan belajar mengajar adalah:

a. Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah kepulauan dan lain
lain.
b. Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh- pengaruh geografis.

c.Memungkinkan siswa memperoleh gambaran tentang imigrasi dan distribusi penduduk,


tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewan, serta bentuk bumi yang sebenarnya.
11. Coba jelaskan apa yang dimaksud dengan pendidikan kontemporer bekaitan
dengan pengertian, dasar dan tujuan!
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan
nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu Al-Qur’an dan As-
sunah. Menurut Mohammad Hamid an- Nasyir dan Kulah Abd Al- Qadir Darwis
mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses pengarahan perkembangan manusia
(ri’ayah)  pada sisi jasmani, akal, bahasa, tingkah laku,kehidupan social dan keagamaan
yang diharapkan pada kebaikan menuju kesempurnaan.
Pendidikan Islam Kontemporer adalah kegiatan yang dilaksanakan secara terencana
dan sistematis untuk mengembangkan potensi anak didik berdasarkan pada kaidah-kaidah
agama Islam pada masa sekarang.
B.     Tujuan Pendidikan Islam Kontemporer
Tujuan Pendidikan Islam Kontemporer harus sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional
yang sesuai dengan UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat (2) yakni pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan
perubahan zaman.
12. Dalam perkembangan ilmu pendidikan dikenal ada beberapa jenis pendidikan
islam kontemporer, coba uraikan!
Jenis –jenis Pendidikan Islam Kontemporer
A. Pondok pesantren
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan
pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Istilah pondok,
mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa arab yang berarti rumah penginapan atau
hotel. Akan tetapi di dalam pesantren Indonesia , khusunya pulau jawa, lebih mirip
denganpemondokkan dalam lingkungan padepokan, yaitu perumahan sederhana yang
dipetak- petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama santri. Sedangkan
istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santri-an yang berarti tempat santri. Santri
atau murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh di pondok pesantren.
Jika mencari lembaga pendidikan yang asli Indonesia  dan berakar kuat dalam
masyarakat, tentu akan menempatkan pesantren di tangga teratas. Namun, ironisnya
lembaga yang dianggap merakyat ini ternyata masih menyisakan keberbagaian masalah
dan diragukan kemampuannya dalam menjawab tantangan zaman, terutama ketika
berhadapan dengan arus modernisasi. Untuk mengubah image yang agak miring ini
tentunya memerlukan proses yang panjang dan usaha tidak begitu mudah.
Pada taraf ini, pesantren berhadap-hadapan dengan dilema antara tradisi dan
modernitas. Ketika pesantren tidak mau beranjak ke modernitas, dan hanya berkutat dan
mempertahankan otentisitas tradisi pengajarannya yang khas tradisional, dengan
pengajaran yang melulu bermuatan Al-Qur’an dan Al-Hadis serta kitab-kitab klasiknya,
tanpa adanya pembaharuan metodologis, maka selama itu pula pesantren harus siap
ditinggalkan oleh masyarakat.
Pengajaran Islam tradisional dengan muatan-muatan yang telah disebutkan di muka,
tentu saja harus lebih dikembangkan agar penguasaan materi keagamaan anak didik (baca:
santri) dapat lebih maksimal, di samping juga perlu memasukkan materi-materi
pengetahuan non-agama dalam proses pengajaran di pesantren.
Pondok pesantren yang ideal adalah pondok pesantren yang mampu mengantisipasi
adanya pendapat yang mengatakan bahwa alumni pondok pesantren tidak berkualitas. Oleh
sebab itu, sasaran utama yang diperbaharui adalah mental, yakni mental manusia dibangun
hendaknya diganti dengan mental membangun.
B.  Sekolah Islam Terpadu
Seperti diketahui khalayak umum, sekolah Islam Terpadu (IT) berbasis pada
keterpaduan antara ilmu sains dan Islam. Dalam kurikulum dicantumkan Tahfizul Qur’an
atau mata pelajaran menghafal Al Qur’an serta sisipan muatan spiritual dalam mata
pelajaran umum.
Pendidikan tahfidzul Qur’an tradisional masih diselenggarakan oleh TPA (Taman
Pendidikan Al Qur’an).Namun seiring dengan makin tersibuknya siswa siswi SD, SMP,
dan SMA membuat mereka tak lagi sempat dan mau pergi ke TPA. Sedangkan untuk
menghafal Al Qur’an secara menyeluruh dan khusus harus dilakukan di podok pesantren
yang belum mengakomodir kebutuhan mereka memperdalam ilmu sains secara bersamaan.
Sedangkan  keluarga pengafal al-qur’an di Indonesia  bisa dihitung dengan jari.
Seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya sekolah berbasis IT maka semakin
banyaklah penghafal Al Qur’an (belum taraf seluruhnya, hanya sebagian juz saja).
Walaupun begitu sekolah IT mampu mengembalikan budaya menghafal Al Qur’an di
tengah masyarakat Indonesia yang lebih mengutamakan dan menghargai pendidikan
akademis. Sayangnya kebanyakan siswa sekolah IT tak melanjutkan jenjang yang lebih
tinggi di sekolah yang sama, ada yang memilih sekolah negeri karena dipandang lebih
memiliki prospek ke depan. Siswa yang meninggalkan bangku sekolah IT memiliki
kesulitan dalam memelihara hafalannya karena budaya menghafal al qur’an tidak di bawa
ke rumah rumah mereka. Maka tak heran banyak siswa lulusan IT yang menurun jumlah
hafalannya padahal pernah menguasai 5 juz lancar diluar kepala.
Terlepas dari hal itu kita harus mengakui pentingnya sekolah IT dalam membumikan
Al Qur’an di Indonesia . Perannya sebagai lembaga sekolah formal yang diakui pemerintah
dalam hal mutu juga patut menjadi pelajaran bagi sekolah sekolah Islam pada umumnya.
Dalam menghadapi era global tentu kebutuhan akan ilmuan yang tak hanya pandai dalam
hal akademis tapi juga dalam akhlaq dan spiritualitasnya menjadi kebutuhan yang pokok.
Karena teknologi yang berkembang sedemikian pesatnya takkan mampu mengubah
peradaban manusia menjadi lebih baik tanpa individu-individu yang memiliki keterpaduan
pengetahuan sains dan Islam.
C. Madrasah
Madrasah adalah tempat pendidikan yang memberikan pedidikan dan pengajaran yang
berada di bawah naungan Departemen Agama. Yang temasuk kedalam kategori madrasah
ini adalah lembaga ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, Mu’allimin, Mu;allimat serya
diniyyah.
Madrasah tidak lain adalah kata Arab untuk sekolah, artinya tempat belajar. Istilah
madrasah ditanah Arab ditujukan untuk semua sekolah secara umum, namun di Indonesia
ditukan untuk sekolah-sekolah Islam yang mata pelajaran utamanya adalah mata pelajaran
agama Islam. Lahirnya lembaga ini merupakan kelanjutan sistem di dunia pesantren yang
di dalamnya terdapat unsur-unsur pokok dari suatu psantren. Sedangkan pada sistem
madrasah, tidak harus ada pondok, masjid dan pengajian kitab-kitab Islam klasik. Unsur-
unsur yang diutamakan di madrasah adalah pimpinan, guru, siswa, perangkat keras,
perangkat lunak, dan pengajaran mata pelajaran Islam.
Bertitik tolak dari prinsip madrasah ini, maka pendidikan dan pengajarannya
diarahkan untuk membentuk manusia pembangunan yang pancasilais yang sehat jasmani
dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan
penuh tenggang rasa, dapat menyburkan sikap demokrasi, dan dapat mengembagkan
kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan
mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945.
Adapun beberapa ciri dari madrasah adalah:
a. Lembaga pendidikan yang mempunyai tata cara yang sama dengan sekolah.
b. Mata pelajaran agama Islam di madrasah dijadiakan mata pelajaran pokok, di samping
diberikan mata pelajaran umum.

13.Menurut pandangan anda di zaman now ini factor apa saja yang menjadi
tantangan pendidikan islam kontemporer, (problematika) coba jelaskan!
Pendidikan islam tidak luput dari problematika yang muncul di era global ini. Terdapat
dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
a. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan pada dasarnya hanya satu, yaitu memanusiakan manusia, atau
mengangkat harkat dan martabat manusia atau human dignity, yaitu menjadi khalifah di
muka bumi dengan tugas dan tanggung jawab memakmurkan kehidupan dan memelihara
ling[1] Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara,(Jakarta :
Rineka Cipta, 2009) Cet. kungan. Tujuan pendidikan yang selama ini diorientasikan
memang sangat ideal bahkan, lantaran terlalu ideal, tujuan tersebut tidak pernah terlaksana
dengan baik.
Orientasi pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara nasional, barangkali dalam
konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau kabur kehilangan orientasi
mengingat adalah tuntutan pola kehidupan pragmatis dalam masyarakat indonesia. Hal ini
patut untuk dikritisi bahwa globalisasi bukan semata mendatangkan efek positif, dengan
kemudahan-kemudahan yang ada, akan tetapi berbagai tuntutan kehidupan yang
disebabkan olehnya menjadikan disorientasi pendidikan. Pendidikan cenderung berpijak
pada kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga ruh pendidikan
islam sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social movement (gerakan sosial) menjadi
hilang.
b. Masalah Kurikulum
Kedudukan kurikulum di sini dapat ditempatkan dalam guiding Intruction (arahan &
bimbingan) dan juga harus bisa menduduki peran sebagai alat anticipatory, yaitu alat yang
dapat meramalkan masa depan.
Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya otoriter yang
terkesan pihak “bawah” harus melaksanakan seluruh keinginan pihak “atas”. Dalam
system yang seperti ini inovasi dan pembaruan tidak akan muncul. Dalam bidang
kurikulum sistem sentralistik ini juga mempengaruhi output pendidikan. Tilaar
menyebutkan kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan sistem manajemen yang
dikendalikan dari atas telah menghasilkan output pendidikan manusia robot. Selain
kurikulum yang sentralistik, terdapat pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan
berkaitan dengan saratnya kurikulum sehingga seolah-olah kurikulum itu kelebihan
muatan. Hal ini mempengaruhi juga kualitas pendidikan. Anak-anak terlalu banyak
dibebani oleh mata pelajaran.
Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum Pendidikan Islam tersebut
mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun paradigma sebelumnya tetap
dipertahankan. Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut : (1) perubahan dari tekanan
pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama islam, serta disiplin
mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan
makna dan motivasi beragama islam untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan
Islam. (2) perubahan dari cara berfikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara
berfikir historis, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran
dan nilai-nilai islam.(3) perubahan dari tekanan dari produk atau hasil pemikiran
keagamaan islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga
menghasilkan produk tersebut. (4) perubahan dari pola pengembangan kurikulum
pendidikan islam yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan
menyusun isi kurikulum pendidikan islam ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar,
guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasikan tujuan Pendidikan Islam dan
cara-cara mencapainya.
c. Pendekatan/Metode Pembelajaran
Peran guru atau dosen sangat besar dalam meningkatkan kualitas kompetensi
siswa/mahasiswa. Dalam mengajar, ia harus mampu membangkitkan potensi guru,
memotifasi, memberikan suntikan dan menggerakkan siswa/mahasiswa melalui pola
pembelajaran yang kreatif dan kontekstual (konteks sekarang menggunakan teknologi
yang memadai). Pola pembelajaran yang demikian akan menunjang tercapainya sekolah
yang unggul dan kualitas lulusan yang siap bersaing dalam arus perkembangan zaman.
Siswa atau mahasiswa bukanlah manusia yang tidak memiliki pengalaman. Sebaliknya,
berjuta-juta pengalaman yang cukup beragam ternyata ia miliki. Oleh karena itu, dikelas
pun siswa/mahasiswa harus kritis membaca kenyataan kelas, dan siap mengkritisinya.
Bertolak dari kondisi ideal tersebut, kita menyadari, hingga sekarang ini siswa masih
banyak yang senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti ceramah, didikte,
karena lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berfikir.
d. Profesionalitas dan Kualitas SDM
Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sejak masa Orde
Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang masih belum memadai. Secara
kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai,
tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan.
Banyak guru dan tenaga kependidikan masih unqualified, underqualified, dan mismatch,
sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan
yang benar-benar kualitatif.
e. Biaya Pendidikan
Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi persoalan tersendiri yang seolah-
olah menjadi kabur mengenai siapa yang bertanggung jawab atas persoalan ini. Terkait
dengan amanat konstitusi sebagaimana termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memerintahkan
negara mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN dan APBD di masing-masing
daerah, namun hingga sekarang belum terpenuhi. Bahkan, pemerintah mengalokasikan
anggaran pendidikan genap 20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang dirancang dalam
anggaran strategis pendidikan.
2. Faktor Eksternal
a. Dichotomic
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah dichotomy dalam beberapa
aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan Akal setara
antara Wahyu dengan Alam. Munculnya problem dikotomi dengan segala perdebatannya
telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini mulai tampak pada masa-masa
pertengahan. Menurut Rahman, dalam melukiskan watak ilmu pengetahuan islam zaman
pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti
antarahukum dan teologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota semua ilmu.
b. To General Knowledge (pengetahuan umum)
Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya yang
masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian
masalah (problem solving). Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang membumi
dan kurang selaras dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed Hussein Alatas
menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan, mendefinisikan,
menganalisis dan selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan masalah tersebut
merupakan karakter dan sesuatu yang mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia
menambahkan, ciri terpenting yang membedakan dengan non-intelektual adalah tidak
adanya kemampuan untuk berfikir dan tidak mampu untuk melihat konsekuensinya.
c. Lack of Spirit of Inquiry
Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia pendidikan islam ialah
rendahnya semangat untuk melakukan penelitian/penyelidikan. Syed Hussein Alatas
merujuk kepada pernyataan The Spiritus Rector dari Modernisme Islam, Al Afghani,
Menganggap rendahnya “The Intellectual Spirit”(semangat intelektual) menjadi salah satu
faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam di Timur Tengah.
d. Demokratisasi Pendidikan Islam
Demokrasi berasal dari bahasa yunani, dari kata “demos” dan “cratos”, demos berarti
rakyat dan cratos berarti pemerintah. Amka demokrasi adalah pemerintahan di tangan
rakyat. Menurut Peter Salim, “Demokrasi adalah pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua negara”. Sedangkan
Zaki Badawi berpendapat bahwa demokrasi adalah menetapkan dasar – dasar kebebasan
dan persamaan terhadap  individu – individu yang tidak membedakan asal, jenis agama
dan bahasa. Menurut Dede Rosyada, istilah demokrasi memang muncul dan dipakai dalam
kajian politik, yang bermakna kekuasaan berada di tangan rakyat, mekanisme
berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam lembaga
pendidikan, namun secara substansif demokrasi membawa semangat dalam pendidikan ,
baik dalam perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi. Apabila dihubungkan dengan
pendidikan maka pengertiannya sebagai berikut: Vebrianto memberi pendapat pendidikan
yang demokrasi adalah pendidikan yang pendidikan yang memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap anak (peserta didik) mencapai tingkat pendidikan sekolah yang
setinggi –tinginya sesuai dengan kemampuannya. Sugarda Purbakawatja, memberikan
definisi bahwa demokrasi pendidikan, adalah pengajaran pendidikan yang semua anggota
masyarakat mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang adil.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa demokrasi pendidikan merupakan
suatu pandangan yang mengutamakan persamaan kewajiban dan hak dan perlakuan oleh
tenaga kependidikan terhadap peserta didik dalam proses pendidikan.
Prinsip demokrasi pendidikan islam dijiwai oleh prinsip demokrasi dalam islam, atau
dengan kata lain demokrasi pendidikan islam merupakan implementasi prinsip – prinsip
demokrasi islam terhadap pendidikan islam.
Demokratisasi merupakan isu sentral yang mempengaruhi masa depan pendidikan Islam di
Indonesia. Inti demokrasi adalah penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa
demokrasi, kreatifitas manusia tidak mungkin berkembang.
Baik secara normative maupun empiris, Islam bukanlah anti demokarasi. Secara normative
Islam memang tidak menjelaskan bagaimana bentuk demokrasi yang dianut, namun ajaran
Islam mengandung prinsip dan kaidah yang merupakan kata kunci isu demokrasi. Diantara
kaidah demokrasi dimaksud adalah : Pertama, kaidah ta’aruf (saling mengenal), bahwa
demokrasi terkait dengan interaksi sesame manusi, dan dalam keterkaitan itu terdapat
saling memahami
mengenal(ta’aruf). Kedua,  kaidah syura (musyawarah). Ketiga, kaidah ta’awun
(kerasama). Keempat, maslahah atau menguntungkan
masyarakat. Kelima, kaidah ‘adalah ataU keadilan. Keenam, kaidah tagyir atau
perubahan.bahwa demokrasi adalah bersumber dari rakyat, sementara rakyat itu sendiri
berkembang, berbeda, juga berubah.Metode pendidikan dan pengajaran Islam sangat
banyak terpengaruh oleh prinsip-prinsipkebebasan dan demokrasi. Bila seseorang memiliki
keinginan untuk belajar dan rasa cinta ilmu, kegairahan untuk mengadakan penelitian dan
pembahasan, pintu untuk belajar terbuka luas, bahkan Islam mendorong supaya mereka
belajar, apalagi bla seseorang itu berpembawaan cerdas.
Islam menyerukan adanya prinsip persamaan dan peluang yang sama dalam belajar,
sehingga terbukalah kesadaran untuk beljar bagi semua orang, tanpa adanya peerbedaan
antara si kaya dan si miskin dan status sosial ekonomi seorang peserta didik, serta tidak
pula gender.
e. Certificate Oriented
Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalab al’ilm, telah
memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih mencari ilmu, melakukan
perjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari guru
diberbagai tempat, dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa karakteristik
para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu adalah knowledge
oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada masa-masa itu, banyak lahir tokoh-tokoh
besar yang memberikan banyak konstribusi berharga, ulama-ulamaencyclopedic, karya-
karya besar sepanjang masa. Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang ada pada
masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan kecenderungan adanya pergeseran
dariknowledge oriented menuju certificate oriented semata. Mencari ilmu hanya
merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja, sedangkan
semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya
14 Fungsi dan peran standar nasional dalam pendidikan Islam sangat urgen,
mengapa demikian coba jelaskan!
Mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut jelas sekali bahwa peran
nilai-nilai agama menjadi sangat penting dalam setiap proses pendidikan yang terjadi di
sekolah. Karena terbentuknya manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia
tidak mungkin terbentuk tanpa peran dari agama. Menurut Malik Fajar, yang dikutip oleh
Yunus Hasyim Syam, Pendidikan adalah masalah yang tidak pernah tuntas untuk
dibicarakan, karena itu menyangkut persoalan manusia dalam rangka memberi makna dan
arah normal kepada eksistensi fitrinya.1
Pendidikan Islam di Indonesia dalam sejarah penjangnya, mulai pada masa penajajahan
sampai Indonesia merdeka menghadapi berbagai persoalan dan kesenjangan dalam
berbagai aspek, berupa persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, tujuan, sumber daya,
serta manajemen pendidikan Islam.
Azyumardi Azra mengatakan, pendidikan Islam terlihat dalam penyusunan UU
Sisdiknas 2003, walaupun ada sebagian Pasalnya, pemerintah belum merealisasikan secara
konsisten, contohnya Pasal 49 ayat 12 tentang anggaran pendidikan3. Sementara Huzair
Sanaky mengatakan, Upaya pemerintah untuk memperbaiki pendidikan Islam di
Indonesia dapat kita lihat komitmen mereka dalam penyusunan UU Sisdiknas 2003,
walaupun perbaikannya belum dilakukan secara mendasar, sehingga terkesan seadanya
saja. Usaha pembaharuan dan peningkatan pendidikan Islam sering bersifat sepotong-
sepotong atau tidak komprehensif dan menyeluruh serta sebagian besar sistem dan
lembaga pendidikan Islam belum dikelola secara professional.
Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam telah sepakat untuk
membentuk negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dengan menjamin kemerdekaan bagi umat Islam untuk melaksanakan dan
mengembangkan pendidikan Islam. Dalam Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional
yang diatur dengan Undang-Undang.

15.Coba jelaskan prinsip prinsip system pendidikan nasional dengan sistem


pendidikan islam, dimana letak persamaan dan perbedaannya!
Prinsip penyelenggaraan pendidikan Di Indonesia terdapat prinsip-prinsip dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional. Beberapa prinsip penyelenggaraan pendidikan
nasional tersebut meliputi:
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif. Dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka
dan multimakna.

3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan


peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan dan membangun kemauan.


Serta mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan


berhitung bagi segenap warga masyarakat.

6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen msayarakat


melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.
Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat, manusia, masyarakat,
pengetahuan, dan akhlak, secra jelas tercermin dalam prinsip-prinsip pendidikan Islam.
Dalam pembelajaran, pendidik merupakan fasilitator. Ia harus mampu
memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar. Dalam memimpin proses
pembelajaran, pendidik perlu perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam
dan senantiasa mempedomaninya, bahkan sejauh mungkin merealisasikannya bersama-
sama dengan peserta didik. Adapun yang menjadi prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah
sebagai berikut:

1. Prinsip Integral dan Seimbang


a. Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan agama. Keduanya
harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah adalah pencipta alam
semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan hukum-hukum untuk mengelola
dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah, sedangkan
pedoman hidup dan hukum-hukum untuk kehidupan manusia telah ditentukan pula dalam
ajaran agama yang disebut dinullah yang mencakup akidah dan syariah.
Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan, Allah memerintahkan agar mansuia
untuk membaca yaitu dalam QS Al-‘Alaq ayat-1-5. Dan ditempat lain ditemukan ayat yang
menafsirkan perintah membaca tersebut, seperti dalam Firman Allah QS Al-Ankabut:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) (QS. Al-
Ankabut : 45)

Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur’an yang harus dibaca. Ia merupakan
ayat yang diturunkan Allah (ayat tanziliyah, qur’aniyah) Selain itu, Allah memerintahkan
agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-fenomena alam (ayat
kauniyah, sunatullah), anatara lain, “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada dilangit dan
dibumi”(QS. Yunus : 101)
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan agar manusia membaca
Al-Qur’an (ayat-ayat quraniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa memberikan
tekanan terhadap slah satu jenis ayat yang dimaksud. Hal itu berarti bahwa pendidikan
Islam harus dilaksanakan secara terpadu (integral)
b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara berbagai aspek yang
meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan hubungan
dengan Allah dan sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi
perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia agar mereka dapat
meraih kebahagiaan kedua alam itu. implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. hal ini senada dengan FirmanAllah SWT:
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (Al-
Qashas : 77)
Dalam dunia pendidikan, khususunya dalam pembelajaran, pendidik harus memperhatikan
keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang relevan. selain mentrasfer ilmu
pengetahuan, pendidik perlu mengkondisikan secara bijak dan profesional agar peserta
didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di dalam maupun di luar kelas.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan Rabb Al-Amin
(pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan alam semesta termasuk manusia.
Allah menampakan proses yang memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal
demikian kemudian dikenal sebagai aturan-aturan yang diterpakan Allah atau disebut
Sunnatullah.
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhari Umar dalam bukunya menjelaskan,
bahwa peranan manusia dalam pendidikan secara teologis dimungkinkan karena posisinya
sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai khalifatullah
fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah Allah terhadap alam
semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan perimbangan tersebut dapat dikatakan
bahwa karakter hakiki pendidikan Isam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah
secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengakn kata lain, pendidikan
Islam tidak lain adalah keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah Allah terhadap manusia,
sejak dari proses penciptaan samspai dewasa dan sempurna.
3. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang telah tergambar dan
terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret manusia dalam pendidikan sekuler
diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau pada seorang individu karena
kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok
orang semata.
Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi
yang dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan
hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan unsur-
unsur individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan
Allah.
Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik harus
mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
4. Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan
memantapkan kecendrungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama menjadi
petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu
menyelenggrakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya
sebagai sumebr moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu
sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan selalu
mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik (‘amaliyyah) yang bermuatan nilai dan
moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian (ilmu agama)
formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang
sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
5. Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan
oleh amal perbuatan manusia (QS, Al-Mulk : 2), atau ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13). oleh
karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan universal.
menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar menjelaskan bahwa keterbukaan
pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dar
luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga
dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.
6. Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan individual antara seorang manusia dengan orang lain dikemukakan oleh Al-
Qur’an dan hadist. Sebagai contoh:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS. Ar-Rum :
22)
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan perbedaan tingkah laku karena
setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya masing-masing. Menurut Asy-
Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sepanjangs sejarahnya telah memlihara perbedaan individual yang dimilki oleh peserta
didik.
7. Prinsip Pendidikan Islam adalah Dinamis
Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan,
kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya untuk selalu memperbaharuhi diri dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya mampu
memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan
perkembangan dan perubahan social. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan
Islam yang memotivasi untuk hidup dinamis.
16. Ruang lingkup atau aspek apa saja yang perlu ditata ulang, coba jelaskan!
Menurut Carolyn & Edmund (2015:4) ada 4 kunci bagi guru untuk melakukan pengaturan
ruang kelas yang baik, yaitu:
1. Jadikanlah wilayah sirkulasi dan mobilitas siswa tinggi dan bebas dari kemacetan
2. Pastikan setiap siswa dapat dipantau dengan mudah oleh guru

3. Menjaga agar instrument pengajaran yang sering digunakan dan perlengkapan


siswa mudah diakses

4. Pastikan bahwa para siswa dapat dengan mudah melihat persentasi dan tampilan
seisi kelas

Menerapkan tiap-tiap komponen dalam 4 kunci tersebut akan membantu guru dalam
merancang pengaturan ruang kelas sehingga dapat menciptakan iklim pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan bagi siswa. Komponen-komponen di atas dapat diaplikasikan
guru dengan memperhatikan beberapa aspek penting pengaturan ruang kelas seperti:

1. Pengaturan Ruang Dinding dan Langit-Langit


Ruang dinding dan papan bulletin menyedikan tempat untuk memfasilitasi dalam
menampilkan/ruang display hasil karya-karya siswa dan instrument yang relevan dengan
pembelajaran seperti; tugas-tugas yang diberikan guru, peraturan kelas, jadwal pelajaran,
piket kelas, jam dinding, pernak-pernik hiasan dinding dan hal menarik lainnya. Adapun
ruang langit-langit juga bisa digunakan untuk menggantung benda-benda hasil karya
siswa, dekorasi dan benda-benda yang bisa dipindah-pindahkan untuk mempercantik ruang
kelas.
2. Pengaturan Ruang lantai
Salah satu titik mula yang baik bagi rencana pengaturan lantai ruang kelas adalah
menentukan dimana guru dan siswa akan menyelenggarakan pembelajaran kelas dengan
duduk di kursi, berdiri atau duduk di lantai dengan suasana yang santai. Maka guru harus
menyediakan tempat/ tata letak ruang yang luas untuk siswa dapat berkumpul di lantai
dalam pembelajaran
3. Pengaturan Meja & Kursi Siswa
Guru harus menentukan pengaturan tempat duduk yang dibuat bervariasi untuk
menciptakan suasana baru dan menarik bagi siswa. Meja tulis siswa dapat diatur
berkelompok, berjajar, berbaris, melingkar, setengah lingkaran, tapal kuda dsb.
Disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
4. Pengaturan Lemari Buku dan Material Pembelajaran
Lemari buku yang berisi materi, bahan ajar/buku pelajaran sebaiknya diletakkan dimana
tidak menghalangi dan menghambat siswa dalam mengakses. Maka letaknya harus mudah
dilihat, diakses dan diawasi dengan mudah serta tidak menghalangi jalan. Pertimbangan
menggunakan lemari dorong lebih efektif untuk menyimpan buku pelajaran dan material
lainnya yang mungkin harus dipindahkan dari posisi satu ke posisi lain yang mudah
dilihat.
5. Pengaturan Berkas Portofolio Siswa
Setiap siswa mempunyai dokumen portofolio yang berisi tugas-tugas dan pekerjaan
mereka selama di kelas, maka guru harus menempatkan portofolio siswa di tempat yang
mudah dijangkau atau ditemukan dalam susunan alfabet, seperti ditempel di tembok kelas
yang Panjang, atau di lemari kaca transparan.
6. Pengaturan Meja Tulis & Perlengkapan Guru
Prinsip pengaturan meja tulis guru dapat diatur menghadap para siswa dan pastikan
mereka dapat melihat guru dari tempat duduknya. Bukan keharusan meja tulis guru berada
di depan meja tulis siswa, karena beberapa guru lebih suka menempatkan meja tulis
mereka dibelakang ruangan dibandingkan di depan. Adapun perlengkapan guru sebaiknya
disimpan di meja tulisnya sendiri dan selalu memperhatikan Batasan perlengkapan pada
setiap tahun ajaran.
7. Pengaturan Benda-Benda Musiman/Jarang Digunakan
Hiasan bertemakan hari libur atau musiman, tampilan bulletin, proyek khusus, busur
derajat, material seni tertentu, dan perlengkapan sains yang digunakan pada beberapa
keadaan tertentu dapat disimpan di lemari belakang ruangan untuk mengefektifkan
penggunaan dan tata letak barang.
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:304) dalam tata ruang kelas, guru dituntut untuk
memiliki keterampilan dalam bertindak dan memanfaatkan sesuatu, diantaranya: (1)
menata tempat duduk siswa, (2) menata alat peraga yang ada di dalam kelas, (3) menata
kedisiplinan siswa, (4) menata pergaulan siswa, (5) menata tugas siswa, (6) menata ruang
fisik kelas, (7) menata kebersihan dan keindahan kelas, (8) menata kelangkapan kelas, dan
(9) menata pajangan kelas.
Tata ruang kelas sendiri merupakan upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan
lingkungan pembelajaran yang kondusif, melalui kegiatan pengaturan siswa dan
barang/fasilitas pembelajaran. Selain itu, tata ruang kelas dimaksudkan untuk menciptakan
dan memelihara tingkah laku siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran
(Djamarah, 2006).
17.Periodesasi pendidikan islam meliputi pendidikan bayi dalam kandungan
(pranatal), pendidikan kanak kanak, pendidikan remaja, pendidikan dewasa,coba
uraikan!
1. Pendidikan Pranatal (Tarbiyah Qabl Al-Wiladah)
Pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral, dan fisik yang bisa menghasilkan
manusia berbudaya tinggi maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas
(kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Pendidikan islam ialah bimbingan
yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada anak didik dalam masa pertumbuhan, agar ia
memiliki kepribadian muslim. Ilmu pendidikan islam ialah ilmu yang membicarakan
persoalan-persoalan pokok pendidikan islam dan kegiatan mendidik anak untuk ditujukan
ke arah terbentuknya kepribadian muslim.Pendidikan islam dapat dirumuskan sebagai
berikut “proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai islam kepada peserta didik melalui
upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, dan pengembangan potensinya,
guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup didunia dan akhirat.” 
Pendidikan islam adalah pendidikan yang seluruh komponen atau aspeknya didasarkan
pada ajaran islam Pendidikan pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan. Masa
ini ditandai dengan fase pemilihan jodoh, pernikahan, dan kehamilan.
1. Fase Pemilihan Jodoh
Fase ini adalah fase persiapan bagi seorang yang sudah dewasa untuk menghadapi hidup
baru yaitu berkeluarga. Salah satu pendidikan yang harus dimiliki oleh seorang yang sudah
dewasa itu adalah masalah pemilihan jodoh yang tepat. Sebab masalah ini sangat
mempengaruhi terhadap kebahagiaan rumah tangga nantinya.

Berkenaan dengan pemilihan jodoh dalam perkawinan, syariat Islam telah meletakkan
kaidah-kaidah dan hukum-hukum bagi masing-masing pelamar dan yang dilamar, yang
apabila petunjuknya itu dilaksanakan maka perkwinan akan berada pada puncak
keharmonisan, kecintaan dan keserasian.
Rasulullah telah memberikan gambaran dalam haditsnya mengenai pemilihan calon istri
atau suami. Berikut ini ada beberapa hadits yang berkenaan dengan pemilihan jodoh di
antaranya :

1. Pemilihan Calon Istri


Sabda Rasulullah SAW Artinya :
Wanita itu dinikahi karena empat pertimbangan;karena hartaya,keturunannya,
kecantikannya,agamanya. Dapatkanlah wanita yang memiliki agama, akan beruntunglah
kamu.i (HR. Bukhari Muslim).
Beberapa syarat yang penting untuk memilih calon istri di antaranya:

 Saling mencintai antara kedua calon mempelai.


 Memilih wanita karena agamanya agar nantinya mendapat berkah dari Allah SWT.
 Wanita yang sholeh.
 Sama derajatnya dengan calon mempelai.
 Wanita yang hidup di lingkungan yang baik.
 Wanita yang jauh keturunannya dan jangan memilih wanita yang dekat sebab dapat
menurunkan anak yang lemah jasmani dan bodoh.
 Wanita yang gadis dan subur (bisa melahirkan).
1. Pemilihan Calon Suami
Sabda Rasulullah SAW

Artinya:

Apabila kamu sekalian didatangi oleh seorang yang agama dan akhlaknya kamu ridhai,
maka kawinkanlah ia, jika kamu sekalian tidak melaksanakannya, maka akan menjadi
fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan (HR. Tirmidzi).
Awal mula pendidikan anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan pernikahan. Yaitu
melaksanakan sunnah Rasul, lahirnya keturunan yang dapat meneruskan risalahnya.
Pernikahan yang baik dilandasi keinginan untuk memelihara keturunan, tempat
menyamaikan bibit iman, melahirkan keluarga sehat serta memenuhi dorongan rasa aman,
sejahterah, dan sakinah, penuh mawaddah dan rahmah. Oleh karena itu pemilihan
pasangan sebelum nikahpun menjadi kepedulian utama dalam merancang pendidikan anak.
Apabila salah dalam memilih pasangan akan mendatangkan murka dan kemarahan Allah
akan membuat manusia sengsara dunia akhirat.

Memang ada laki-laki yang mendambakan perempuan kaya, meskipun tidak cantik. Ada
yang mendambakan perempuan cantik, meskipun miskin atau akhlaknya kurang sempurna.
Ada yang mendambakan perempuan kaya, cantik, akhlaknya baik, keturunannya baik-baik,
namun apa yang didambakan hampir semua laki-laki tersebut merupakan hal yang
mustahil mendapatkannya. Namun yang seorang laki-laki harus berusaha mendapatkan
perempuan yang taat beragama khususnya beribadah, meskipun segi-segi lainnya kurang
mantap.

Rasulullah SAW menganjurkan mengambil istri orang yang taat beragama, menurut
Nashih Ulwan, karena alasan berikut : “pasangan yang menetapkan agama sebagai
landasan memilih, tidak akan tertandingi oleh harta, keturunan dan kecantikan bersifat
sementara, sedangkan agama bersifat abadi bagi kehidupan dunia dan akhirat”.

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang memilih kemuliaan sebagai landasan
pilihan ia akan terhinakan. Dan apabila harta menjadi landasan ia akan merasa kekurangan.
Dan apabila keturunan yang dipilihnya sebagai utama ia akan selalu merana.

Berdasarkan keterangan di atas maka persiapan pendidikan sudah harus dimulai sejak
pemilihan jodoh. Hadits itu diungkapkan Nabi Muhammad SAW tidaklah hanya sekedar
menjelaskan alternatif pemilihan istri belaka atau sekedar menganjurkan memilih
perempuan yang beragama semata melainkan lebih dari itu, dan bahkan yang lebih penting
adalah peningkatan martabat manusia di masa depan melalui upaya pendidikan. Anak lahir
dalam kandungan, lahir dan diasuh serta dididik oleh istri yang taat beragama
kemungkinan besar akan menjadi anak yang shalih setelah dewasa. Jika mungkin didapat
perempuan yang memiliki semuanya, yakni kecantikan, kekayaan, keturunan dan
keberagamaan yang seluruhnya baik tentulah amat ideal dan menggembirakan. Tetapi
kenyataan memperlihatkan bahwa amatlah sulit mendapat perempuan ideal semacam itu.
Itulah antara lain sebabnya mengapa Rasulullah SAW memberikan skala prioritas dalam
memilih wanita beragama yang taat beribadah.
2. Fase Perkawinan/Pernikahan
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, masalah perkawinan terdiri dari 2 aspek yakni
perkawinan sebagai fitrah insani, perkawinan sebagai kemaslahatan sosial.
Ada beberapa aspek yang dijelaskan oleh syariat Islam yang berhubungan dengan anjuran
pernikahan/perkawinan di antaranya:

1. Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah


2. Perkawinan untuk ketentraman dan kasih sayang
3. Perkawinan untuk mendapatkan keturunan
4. Perkawinan untuk memelihara pandangan dan menjaga kemaluan dari kemaksiatan.
Setelah calon dipilih, diadakan peminangan, dan selanjutnya dilakanakan pernikahan
dengan walimat al-urusy-nya. Sesuatu yang menarik dalam pernikahan dalam Islam adalah
dibacakannya khutbah nikah sebelum ijab qobul.
Dalam khutbah nikah terkandung nilai-nilai pendidikan yaitu: (1) peningkatan iman dan
amal, (2) pergaulan baik antara suami dengan istri, (3) kerukunan rumah tangga, (4)
memelihara silaturrahmi, (5) mawas diri dalam segala tindak dan perilaku.

Setelah pernikahan selesai, maka suami istri sudah mulai bergaul dengan melakukan
persetubuhan. Sebelum bersetubuh dusunatkan membaca do’a sebagai berikut:

“Dengan nama Allah, ya Allah jauhkanlah syetan dari kami dan jauhkanlah syetan itu
dari anak yang (mungkin) Engkau karuniakan kepada kami”. ( H.R M uttafaq’alaih).
Dalam do’a diatas terkandung unsur pedagogis bahwa lewat do’a ini para calon-calon
orang tua telah mendidik dirinya dan cikal bakal anaknya untuk senantiasa dekat kepada
Allah dengan harapan yang besar anaknya kelak menjadi hamba Allah yang sholeh
3. Fase Kehamilan
Salah satu tujuan berumah tangga adalah untuk mendapatkan keturunan, karena itu
seorang istri sangat mengharapkan ia dapat melahirkan seorang anak. Sebagai tanda
seorang istri akan memiliki seorang anak adalah melalui proses kehamilan selama kurang
lebih 9 bulan.
Agar dapat memperoleh anak, Islam mengajarkan agar selalu bermohon kepada Allah
dengan membaca do’a seperti nabi Ibrahim, sebagai mana firman Allah SWT.

Artinya: “Ya tuhanku berilah aku anak yang shaleh” (QS. As-Shafat: 100)


Kemudian setelah terjadi masa konsepsi, maka proses pendidikan sudah bisa dimulai,
walau masih bersifat tidak langsung. Tahap ini sudah selangkah lebih maju dibandingkan
yang pertama. Masa pasca konsepsi disebut juga dengan masa kehamilan. Secara umum,
masa kehamilan ini berlangsung kurang lebih 9 bulan 10 hari, ada juga yang kurang atau
lebih dari itu. Walau masa itu relataif lebih pendek dari masa selainnya, namun periode ini
memberikan makna sangat penting bagi proses pembentukan kepribadian manusia
berikutnya.
Menurut sabda Nabi masa kehamilan itu mempuyai beberapa tahapan. Pertama ;
tahap nuthfah. Tahap ini calon anak masih berbentuk cairan sperma dan sel telur. Ini
berlangsung selama 40 hari. Kedua ; ialah tahap ‘alaqah. Setelah berumur 80
hari, nuthfah berkembang bagaikan segumpal darah kental dan bergantung pada dinding
rahim ibu. Ketiga ; yaitu tahap mudghah. Sesudah kira-kira berusia 120 hari, segumpal
darah tadi berkembang menjadi segumpal daging. Pada saat itulah si janin sudah siap
menerima hembusan ruh dari Malaikat utusan Allah.
Walaupun al-Qur’an dan Hadits Rasulullah tidak menjelaskan secara langsung dan rinci
tentang peroses pendidikan yang terdapat dalam peristiwa tersebut, namun Islam
melihatnya dari aspek pendidikan minimal ada tiga faktor untuk
dibicarakan. Pertama, harus diyakini bahwa periode dalam kandungan pasti bermula dari
adnya kehidupan (al-hayat). Keyakinan tersebut berdasarkan pada suatu kenyataan, yaitu
terjadi perkembangan. Perkembangan yang berawal dari nuthfah hingga mudghah,
kemudian menjadi seorang bayi, berarti nuthfah itu sendiri sudah mengandung unsur
kehidupan. Tanpa unsur kehidupan tidak mungkin ada perkembangan. Namun yang harus
dipahami, bahwa kehidupan pada masa itu masih bersifat biologis.
Kedua, sebagaimana keterangan di atas, yaitu setelah berbentuk sekerat daging (mudghah)
Allah mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya. Tampaknya ruh inilah yang
menjadi titik mula dan sekaligus awal mula bergeraknya motor kehidupan psikis manusia.
Berarti pada saat itu, kehidupan janin bersifat biologis, sejak itu sudah mencakup aspek
kehidupan psikis.
Dikatakan, pada bulan keempat itu jantung janin mulai bekerja, sehingga getarannya dapat
dipantau dengan shetescope. Semenjak itu janin sudah bisa bergerak, yang semakin lama
semakin menguat gerakannya. Di samping itu, dengan adanya ruh atau jiwa itulah si janin
mulai dapat melakukan tugas-tugas seperti merasa, berpikir, mengingat, membayangkan,
mengangan-angan, dan sebagainya. Semuanya itu tentu menunjukkan adanya kehidupan
jiwanya.
Disisi lain, perkembangan atau keberadaan kehidupan psikis juga bisa dibuktikan dengan
mengaitkan antara kegembiraan maupun penderitaan batin sang ibu dengan bayi yang
dikandung. Kebahagian, kelincahan, ketenangan yang senantiasa ditunjukkan oleh seorang
ibu yang sedang mengandung, sering tercermin pada bayinya kelak setelah lahir. Begitu
pula sebaliknya, kesedihan, kemurungan, kedengkian, kesombongan, dan sebagainya tidak
unrung akan diwarisi oleh bayi kelak.
Ketiga, ada satu aspek penting lagi bagi si janin pada masa dalam kandungan, yaitu aspek
agama. Sebenarnya naluri agama pada setiap individu ini sudah menancap sedemikian
jauh, bahkan sejak sebelum kelahirannya di dunia nyata. Ungkapan demikian ini sesuai
dengan yang diisyaratkan al-Qur’an. Menurut ayat itu secara fitrah, manusia adalah
makhluk beragama. Dikatakan beragama, karena secara naluri, manusia pada hakekatnya
selalu mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, berarti manusia
memiliki potensi kesiapan untuk mengenal dan mengakui keberadaan Tuhan.
Pendidikan islam masa pranatal, masa ini berlangsung sejak pertemuan sel telur seorang
ibu dengan spermatozoid seorang ayah sampai seorang bayi lahir secara sempurna. Masa
pranatal ini sangat penting artinya karena ia merupakan awal dari kehidupan. Masa
kehamilan ini sangat penting artinya, karena merupakan awal kehidupan. Didalam rahim
setiap janin terlindung dari semua pengaruh kondisi luar kecuali yang dapat sampai
melalui ibu yang mengandungnya. Rasa aman dan perlindungan itu tidak akan pernah
ditemui anak setelah ia lahir. Pada masa itu hubungan janin sangat erat dengan ibunya.
Untuk itu sang ibu berkewajiban, antara lain:
1. Dengan memakan makanan yang bergizi.
2. Menghindari benturan-benturan.
3. Menjaga emosinya dari perasaan sedih yang berlarut-larut atau marah yang meluap-
luap.
4. Menjauhi minuman keras, merokok dan berbagai jenis makanan yang diharamkan Allah
SWT.
5. Menjaga rahim agar jangan sampai terkena penyakit atau infeksi.
6. Menjaga agar ibu jangan sampai merokok atau minum alkohol.
Dalam kondisi seperti itu, insya Allah usaha pemeliharaaan akan menjadikan janin sebagai
anak yang sehat jasmani dan rohaninya setelah lahir, sebagai kondisi dasar yang sangat
besar pengaruhnya bagi proses pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu proses pendidikan
sudah dimulai semenjak anak dalam kandungan (pranatal education) yaitu masa
perkembangan anak sebelum lahir dan masih berada dalam kandungan ibu. Masa ini
dimulai semenjak periode konsepsi (pertemuan sperma dan ovum). Proses ini berkembang
sampai anak itu lahir kedunia yang memakan waktu lebih kurang 9 bulan.
Proses pendidikan itu dilaksanakan secara tidak langsung (indirect) seperti berikut:
1. Seorang ibu yang telah hamil harus mendo’akan anaknya. Anak pranatal harus didoakan
oleh orang tuanya, karena setiap muslim yakin bahwa Allah adalah Yang Maha Kuasa
dan anak pranatal tersebut adalah amalan Allah yang dititipkan kepadanya. Dengan
pemeliharaan itu diharapkan akan sehat pula jasmanai dan rohani anak dalam
kandungan. Menurut Baihaqi AK. Jadi, jika anak pranatal adalah semata-mata ciptaan
Allah, maka Dia pulalah Yang Maha Kuasa membuat anak pranatal menjadi shaleh, atau
sebaliknya. Jikalau demikian halnya maka mendoakan anak kepada-Nya agar
dijadikannya baik dan shaleh adalah suatu hal yang logis dan masuk akal.
2. Ibu harus selalu menjaga dirinya agar tetap memakan makanan dan meminum minuman
yang halal. Sebaliknya, jika ia sering memakan/meminum yang haram maka doanya
tidak akan terkabul.
3. Ikhlas mendidik anak.
4. Memenuhi kebutuhan istri. Menurut Baihaqi AK ada berapa kebutuhan istri yang harus
dipenuhi:
5. Kebutuhan untuk diperhatikan.
6. Kebutuhan kasih sayang.
7. Kebutuhan makanan ekstra.
8. Kebutuhan untuk mengabulkan beberapa kemauan yang aneh.
9. Kebutuhan akan ketenangan.
10. Kebutuhan pengharapan.
11. Kebutuhan akan perawatan.
12. Kebutuhan akan keindahan.
13. Taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah selalu mendekatkan diri kepada Allah
melalui ibadah wajib maupun ibadah sunnat.
14. Kedua orang tua berakhlak mulia. Akhlak orang tua mempunyai pengaruh yang besar
dan menjadi rangsangan yang positif bagi anak dalam kandungan.
Pendidikan Pascanatal (Tarbiyah Ba’da Al-Wiladah)
Fase Bayi
Masa bayi disebut juga masa mulut (oral phase).Fase bayi ialah fase kehidupan manusia
terhitung dari saat kelahiran sampai kira-kira berumur dua tahun. Selama rentang waktu
itu, kehidupan bayi biasanya sangat tergantung pada bantuan dan pemeliharaan pihak lain,
terutama si ibu. Peranan ibu yang demikian besarnya terhadap si bayi itu tentu mempunyai
arti tersendiri bagi pendidikannya. Fase bayi sudah dapat dikatakan lebih empirik. Proses
pendidikan pada masa pranatal bersifat tidak langsung, maka pada masa bayi sudah mulai
masuk ke dalam pendidikan yang langsung. Pada diri sang bayi sudah terdapat beberapa
aspek kehidupan yang researchable. Beberapa data aspek kehidupan sudah mampu dilacak
dimonitor melalui indera. Hal ini semua menunjukkan bahwa si bayi pada saat itu, walau
masih belum sempurna kerja organ tubuhnya, namun sudah siap menerima pendidikan.
Di antara perkembangannya yang menonjol pada saat itu adalah indera pendengaran.
Indera pendengaran yang berfungsi cepat harus dimanfaatkan untuk mendengarkan kata-
kata suci. Tujuannya tidak lain adalah bagaimana melestarikan dan mengembangkan naluri
tauhid yang telah diterimanya jauh sebelum masa kelahiran. Dibanding fase perkembangan
sebelum anak lahir ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang tua terhadap
anaknya:

1. Mengeluarkan zakat fitrah.


2. Mendapat hak waris.
3. Menyampaikan kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran.
4. Menyuarakan azan dan ikomah ditelinga bayi.
5. Memberi nama.
Pada bulan-bulan berikutnya hingga usia dua tahun, si bayi sudah mengalami
perkembangan yang pesat dari segi fisik dan psikisnya. Kelima inderanya sudah berfungsi.
Si bayi sudah dapat mengucapkan kata-kata, menangkap isyarat, berjalan dan sebagainya.
Perkembangan-perkembangan yang sedang dialaminya itu dapat digunakan untuk
menanamkan nilai-nilai agama. Demikian kira-kira pola pendidikan bayi. Walaupun pola
masih sederhana, namun justru merupakan moment yang menentukan bagi pendidikan
berikutnya.
2. Fase Kanak-Kanak
Masa kanak-kanak adalah masa selepas usia dua tahun hingga anak berusia 6 tahun. Jadi
batasnya sejak lepasnya panggilan bayi sampai dia masuk sekolah. Masa kanak-kanak
sering disebut sebagai masa estetika (karena pada masa itu merupakan saat terciptanya
perasaan keindahan), masa indera (karena pada masa ini indera anak berkembang pesat
dan merupakan kelanjutan dari perkembangan berikutnya), masa menentang orang tua
(karena dipengaruhi oleh menonjolnya perkembangan berbagai aspek fisik dan psikis
disuatu pihak, disisi lain, belum berfungsinya kontrol akal dan moral).
Masa ini dibagi pula kepada dua fase yaitu:
1. Fase anal (1 – 3 tahun)
Pada masa ini, menurut para ahli psikolog kecerdasan anak dapat ditingkatkan dengan
cara: (1) memberikan makanan yang baik terutama zat putih telur; (2) anak selalu diajak
berkomunikasi dan bermain dengan macam-macam permainan yang cocok dengan
usianya.
Ciri-ciri khas yang enonjol pada anak usia ini adalah:
 Mula-mula sudah dapat berjalan, walaupun belum stabil.
 Mulai belajar makan sendiri.
 Senang mendengar cerita yang berulang-ulang.
 Senang mengerjakan hal yang berulang-ulang.
 Dalam belajar bahasa ia mulai aktif.
 Pada umur 3 tahun mulai masa negatif. Tidak mudah menurut karena mulai timbul
kemauan yang keras.
 Mulai memperhatikan anak lain.
1. Fase pra sekolah (3 – 6 tahun)
Karakteristik anak pada fase ini:
 Dapat mengontrol tindakannya.
 Selalu ingin bergerak.
 Berusaha mengenal lingkungan sekeliling.
 Perkembangan yang cepat dalam berbicara.
 Senantiasa ingin memiliki sesuatu, egois, keras kepala, suka protes, menanyai sesuatu
berulang kali.
 Mulai membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk.
 Mulai mempelajari dasar-dasar prilaku sosial.
Dari segi fisik, anak sudah relatif kuat dan lincah. Sedangkan dari segi psikis harus dilihat
bahwa kenakalan anak berkaitan erat dengan berkembangnya sifat dinamis, kreatif, dan
puas dengan sesuatu yang telah ada. Anak-anak pada usia ini bersifat meniru, banyak
bermain denga lelakon (sandiwara) atau khayalan, yang kadang-kadang dapat membantu
dalam mengatasi kekurangan-kekurangannya dalam kenyataan. Kegiatan yang bermacam-
macam itu akan memberikan keterampilan pada pengalaman-pengalaman si anak. Maka
perlakuan kita pada anak usia ini hendaknya tetap, tak ada kegoncangan.

Dalam mendidik anak usia ini, orang tua harus mengambil jalan tengah, jangan terlalu
lunak dan jangan terlalau ekstim. Orang tua harus memahami potensi-potensi yang
dimiliki oleh anak semasa itu. Fitrah merupakan modal bagi seorang bayi, sebagai mana
yang telah dijelaskan untuk menerima agama tauhid dan tidak akan berbeda antara bayi
yang satu dengan bayi yang lainnya. Oleh sebab itu orang tua sebagai pendidik
berkewajiban melakukan sebagai berikut:
1. Membiasakan anak untuk mengingat kebesaran dan nikmat Allah, serta semangat
mencari dalil mengesakan Allah, melalui tanda-tanda kekuasaannya dan
menginterpretasikan berbagai gejala alam melalui penafsiran yang dapat mewujudkan
tujuan pengokohan fitrah anak agar tetap berada dalam kesucian dan kesiapan untuk
mengagungkan Allah.
2. Rasa kagum anak terhadap ayahnya dapat dipergunakan oleh ayahnya untuk membina
mental anaknya dengan kasih sayangnya, kearah pengenalan Tuhan.
Fase Anak-Anak (6 – 12 tahun)
Periode anak-anak dimulai sejak anak berusia enam tahun sampai tiba saatnya individu
menjadi matang. Karakteristik anak pada masa ini:
1. Anak mulai bersekolah.
2. Guru mulai menjadi pujaannya.
3. Gigi tetap mulai tumbuh.
4. Anak mulai gemar membaca.
5. Anak mulai malu apabila auratnya dilihat orang.
6. Hubungan anak dengan ayahnya semakin erat.
7. Anak suka sekali menghafal.
Menurut Piaget, sebagaimana dikutip Ratna Wilis Dahar, masa ini disebut dengan masa
berfikir operasional konkret (anak sudah memiliki operasi-operasi logis yang dapat
diterapkannya pada masalah-masalah konkret) dan berakhir dengan berfikir operasional
formal (anak sudah dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk
operasi-operasi yang lebih kompleks).
Pada masa ini anak sudah mengenal Tuhan melalui bahasa, perasaan terhadap Tuhan sudah
mulai mengarah keadaan yang lebih positif bahkan hubungannya dengan Tuhan telah
dipenuhi oleh rasa aman dan percaya. Pendidikan agama islam pada masa ini dilakukan
dengan penuh kesabaran, dan jangan sekali-kali memaksakan kehendak kepada anak. Cara
yang paling tepat adalah pembinaan, latihan dan suri tauladan dari orang tua.

Menurut Zakiah Daradjat, memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak-anak pada umur
ini hendaknya memiliki sifat-sifat Allah yang menyenangkan baginya seperti Allah Maha
Pengasih. Sifat-sifat Allah yang menakutkan seperti menghukum, mengazab, janganlah
diajarkan dulu karena hal tersebut dapat menimbulkan anak takut dan benci kepada Allah,
akibatnya anak menjauhkan diri dari Allah.

Periode ini merupakan masa sekolah dasar, artinya pada masa ini anak harus mulai
dibekali pengetahuan-pengetahuan dasar yang tentunya dianggap penting untuk
keberhasilan anak dikemudian hari. Adapun materi pendidikannya harus disesuaikan
dengan tingkat kemampuan dan perkembangan kejiwaan anak. Di antara materi mendesak
untuk diberikan pada anak ialah masalah keimanan, membaca Al Quran, melaksanakan
shalat, puasa, dan akhlak. Sebenarnya yang terpenting yaitu orientasi penanaman nilai dan
pembentukan sikap keagamaan. Tentunya model penyampaian dan penanamannya harus
dimulai dari yang sederhana terlebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur dibawa
kepada penyempurnaan.

Pada usia sekolah ini anak sudah berhubungan dengan teman dalam kelompok bermain.
Kelompok bermain ini dapat dimanfaatkan untuk menanamkan pendidikan islam. Metode
pendidikan agama dapat diberikan dengan metode keteladanan, pembiasaan, dan latihan,
kemudian secara berangsur-angsur diberikan penjelasan secara logis maknawi.

4. Fase Remaja
Masa ini berlangsung dari umur 12 sampai 21 tahun. Awal remaja ditandai dengan
dimulainya keguncangan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Masa remaja ini ditandai
dengan adanya peubahan-perubahan gender. Menurut Hurlock selain perubahan gender
dan fisik terjadi pula perubahan psikis, secara umum dapat dibedakan empat macam: 1)
meningginya emosi, 2) perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh lingkungan
sosial, 3) perubahan minat dan pola tingkah laku, 4) munculnya sikap ambivalen.

Pada masa ini remaja membutuhkan teman yang dapat memahaminya dan menolongnya,
teman yang dapat turut serta merasakan suka dukanya. Disisni mulai tumbuh dorongan
untuk mencari pedoman hidup, mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas
dijunjung tinggi, dipuja-puja. Proses pembentukan pendirian hidup atau pendangan hidup
atau cita-cita ini dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup didalam eksplorasi si
remaja.
Remaja pada fase ini semakin mampu dan memahami nilai-nilai norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan. Untuk itulah periode ini terjadi sangat baik untuk membantu
remaja guna menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan memahami nilai-nilai terutama
yang bersumber dari agama islam. Dalam konsep sederhana mereka perlu dikenalakan
konsep agama tentang sikap yang baik, rasa bertanggung jawab didalam kehidupan untuk
mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.

Setelah awal masa remaja berlalu anak memasuki rasa pubertas. Pada masa ini tampak
kecenderungan anak remaja kembali kepada sikap introverts. Karena anak mengira dirinya
sudah dewasa, hal ini sering mempersulit upaya memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada mereka.
Najib Khalil al-Amin menyebutkan bahwa dalam mendidik anak harus mengambil sikap
sebagai berikut:

1. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada anak-anak mereka yang sedang


puber dengan melakukan pengamatan.
2. Mengarahkan mereka untuk selalu pergi ke masjid sejak kecil sehingga memiliki
disiplin naluriah dan andil yang potensial oleh lingkungan rabbaniah.
3. Menanamkan rasa percaya diri pada diri mereka dan siap mendengarkan pendapat-
pendapat mereka.
4. Menyarankan agar menjalani persahabatan dengan teman-teman yang baik.
5. Mengembangkan potensi mereka disemua bidang yang bermanfaat.
6. Menganjurkan mereka untuk berpuasa sunat karena hal itu dapat menjadi perisai dari
kebobrokan moral.
7. Membuka dialog dan menyadarkan mereka akan status sosial mereka.
Fase Dewasa
Usia dewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan-kegoncangan kejiwaan yang
menimpa masa remaja. Dengan demikian usia dewasa bisa dikatakan masa ketenangan
jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas.
Netty Hartati, dkk.menjelaskan bahwa masa dewasa ini dapat dibagi kepada tiga tahap.

Fase dewasa dini


Yaitu masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh
masalah dan ketenangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada hidup yang
baru. Masa dewasa dini dari umur delapan belas hingga lebih kurang empat puluh tahun.
Fase dewasa madya
Fase ini dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun.Ada sepuluh karakteristik
yang biasa terjadi pada usia dewasa madya:
1. Usia madya merupakan periode yang sangat menakutkan.
2. Usia madya merupakan usia transisi.
3. Masa stres.
4. Usia yang berbahaya.
5. Usia canggung.
6. Masa berprestasi.
7. Masa evaluasi.
8. Dievaluasi dengan standar ganda.
9. Masa sepi.
10. Masa jenuh.
Biasanya pada umur dewasa ini akan tampak tanda-tanda atau isyarat yang menunjukkan
kemana kecenderungan yang sebenarnya, ke arah kebaikan atau kejahatan, menjadi
manusia pembangunan atau perusak.

Fase dewasa akhir

Adapun ciri-ciri usia lanjut ini adalah:

1. Merupakan periode kemunduran.


2. Perbedaan individual pada efek menua.
3. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda.
Pada umumnya ketika seseorang telah mencapai usia dewasa, dia sudah mempunyai
banyak ilmu pengetahuan dan pengalaman. Sedangkan selainnya mereka langsung
berhadapan dengan masalah pekerjaan, masalah kemasyarakatan dan perkawinan. Atas
dasar itu, pendidikan yang diberikan pada mereka harus sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Pendidikan agama islam bagi mereka masih dibutuhkan.

Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, Jalaluddin mengatakan bahwa sikap


keagamaan pada orang dewasa memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan yang matang bukan sekedar
ikut-ikutan.
 Cenderung bersifat realis sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan
dalam sikap dan tingkah laku.
 Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam keagamaan.
 Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri,
hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
 Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.
 Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama
selain didasarkan atas pertimbangan pemikiran juga didasarkan atas pertimbangan hati
nurani.
 Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian masing-masing
sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta
melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
Pendidikan pada masa pendidikan bagi orang dewasa dengan melalui majelis taklim
karena majelis ini dapat membina kedekatan dan ikatan hamba dengan penciptanya akan
semakin erat serta para pengikut akan memperoleh ketenangan. Mengucapkan
kalimat syahadat bagi orang yang syakar al maut sebagai batas akhir bagi pendidikan
orang dewasa. Karena setelah berpisah roh dengan badan, manusia secara fisik sudah
berubah menjadi mayat, sedangkan psikis (rohani) nya kembali ke hadhirat Allah.[23]

18. Tulis beberapa ayat dan hadits yang berkaitan dengan masalah pendidikan!
Beberapa ayat Alquran tentang pendidikan di antaranya:

1. Ayat Alquran tentang Pendidikan dan Ketuhanan

َ :‫ ُّب‬:‫ َر‬:‫و‬:َ :‫أ‬:ۡ:‫ َر‬:‫ق‬:ۡ:‫ ٱ‬٢ :‫ق‬


:‫ن‬:َ :‫ َس‬:ٰ :‫ِإۡل ن‬:‫ ٱ‬:‫ َم‬:َّ‫ ل‬:‫ َع‬٤ :‫م‬:ِ :َ‫ل‬:َ‫ ق‬:‫ل‬:ۡ:‫ٱ‬:ِ‫ ب‬:‫ َم‬:َّ‫ ل‬:‫ َع‬:‫ ي‬:‫ ِذ‬:َّ‫ل‬:‫ ٱ‬٣ :‫ ُم‬:‫ر‬:َ :‫ك‬:ۡ ‫َأۡل‬:‫ ٱ‬:‫ك‬ ٍ :َ‫ ل‬:‫ َع‬:‫ن‬:ۡ :‫ ِم‬:‫ن‬:َ :‫ َس‬:ٰ :‫ِإۡل ن‬:‫ ٱ‬:‫ق‬ َ :ِّ‫ ب‬:‫ َر‬:‫م‬:ِ :‫س‬:ۡ :‫ٱ‬:ِ‫ ب‬:‫أ‬:ۡ:‫ر‬:َ :‫ق‬:ۡ:‫ٱ‬
َ :َ‫ ل‬:‫ َخ‬:‫ ي‬:‫ ِذ‬:َّ‫ل‬:‫ ٱ‬:‫ك‬
َ :َ‫ ل‬:‫ َخ‬١ :‫ق‬
٥ :‫م‬:ۡ:َ‫ ل‬:‫ع‬:ۡ :َ‫ ي‬:‫م‬:ۡ:َ‫ ل‬:‫ ا‬:‫َم‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya,” (QS Al-A'laq: 1-5).
2. Ayat Alquran tentang Pendidikan dan Derajat Manusia

:ٖۚ :‫ج‬:َ:ٰ :‫ر‬:َ :‫ َد‬:‫ َم‬:‫ل‬:ۡ:‫ع‬:ِ :‫ل‬:ۡ:‫ ٱ‬:‫ ْا‬:‫و‬:ُ‫ت‬:‫ ُأ و‬:‫ن‬:َ :‫ ي‬:‫ ِذ‬:َّ‫ل‬:‫ ٱ‬:‫ َو‬:‫م‬:ۡ:‫ ُك‬:‫ ن‬:‫ ِم‬:‫ ْا‬:‫و‬:ُ‫ ن‬:‫ َم‬:‫ ا‬:‫ َء‬:‫ن‬:َ :‫ ي‬:‫ ِذ‬:َّ‫ل‬:‫ ٱ‬:ُ ‫هَّلل‬:‫ ٱ‬:‫ ِع‬:َ‫ ف‬:‫ر‬:ۡ :َ‫ي‬
:‫ت‬

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat,” (QS Al-Mujadalah:
11).

3. Ayat Alquran tentang Pendidikan dan Keberkahan

:َ :‫ي‬:ۡ:َ‫ ِإ ل‬:ُ‫ ه‬:َ‫ن‬:ٰ:‫ل‬:ۡ:‫ َز‬:‫ َأ ن‬:‫ب‬


:ِ‫ ب‬:َ‫ب‬:ٰ:‫ل‬:ۡ ‫َأۡل‬:‫ ٱ‬:‫ ْا‬:‫و‬:ُ‫ ل‬:‫و‬:ْ ‫ ُأ‬:‫ َر‬:‫ َّك‬:‫ َذ‬:َ‫ت‬:َ‫ي‬:ِ‫ ل‬:‫ َو‬:‫ ِهۦ‬:ِ‫ ت‬:َ‫ي‬:ٰ:‫ ا‬:‫ َء‬:‫ ْا‬:‫و‬:ٓ :‫ ُر‬:َّ‫ ب‬:‫ َّد‬:َ‫ي‬:ِّ‫ ل‬:‫ك‬:ٞ :‫ر‬:َ :َ‫ب‬:ٰ:‫ ُم‬:‫ك‬ :ٌ :َ‫ت‬:ٰ:‫ِك‬

Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran,” (QS Shad: 29).

4. Ayat Alquran tentang Pendidikan dan Menjaga Diri

ۚ
:‫م‬:ۡ:ُ‫ ه‬:‫ َم‬:‫و‬:ۡ :َ‫ ق‬:‫ ْا‬:‫ و‬:‫ ُر‬:‫ ِذ‬:‫ن‬:ُ‫ي‬:ِ‫ ل‬:‫ َو‬:‫ن‬:ِ :‫ ي‬:‫ ِّد‬:‫ل‬:‫ ٱ‬:‫ي‬:ِ‫ ف‬:‫ ْا‬:‫و‬:ُ‫ه‬:َّ‫ق‬:َ‫ف‬:َ‫ت‬:َ‫ي‬:ِّ‫ ل‬:‫ة‬:ٞ :َ‫ِئ ف‬:‫ٓا‬:َ‫ ط‬:‫م‬:ۡ:ُ‫ ه‬:‫ن‬:ۡ:‫ ِّم‬:‫ة‬:ٖ :َ‫ ق‬:‫ر‬:ۡ :ِ‫ ف‬:‫ ِّل‬:‫ ُك‬:‫ ن‬:‫ ِم‬:‫ َر‬:َ‫ف‬:َ‫ اَل ن‬:‫و‬:ۡ :َ‫ل‬:َ‫ ف‬:‫ة‬:ٗ :َّ‫ف‬:‫ ٓا‬:‫ َك‬:‫ ْا‬:‫ و‬:‫ ُر‬:ِ‫ف‬:‫ن‬:َ‫ي‬:ِ‫ ل‬:‫ن‬:َ :‫و‬:ُ‫ ن‬:‫ ِم‬:‫ؤ‬:ۡ :‫ ُم‬:‫ل‬:ۡ:‫ ٱ‬:‫ن‬:َ :‫ ا‬:‫ َك‬:‫ا‬:‫ َم‬:‫و‬:َ
:‫ن‬:َ :‫ و‬:‫ ُر‬:‫ َذ‬:‫ح‬:ۡ :َ‫ ي‬:‫م‬:ۡ:ُ‫ه‬:َّ‫ ل‬:‫ َع‬:َ‫ ل‬:‫م‬:ۡ:‫ ِه‬:‫ي‬:ۡ:َ‫ ِإ ل‬:‫ ْا‬:‫و‬:ٓ :‫ ُع‬:‫ َج‬:‫ر‬:َ :‫ ا‬:‫ِإ َذ‬

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya,” (QS At-Taubah: 122).

4. Ayat Alquran tentang Pendidikan dan Kesombongan

‫ اَّل‬:‫ ن‬:‫ ِك‬:َ‫ل‬:ٰ:‫و‬:َ :‫ ُء‬:‫ٓا‬:َ‫ه‬:َ‫ ف‬:‫ ُّس‬:‫ل‬:‫ ٱ‬:‫ ُم‬:ُ‫ ه‬:‫م‬:ۡ:ُ‫ه‬:َّ‫ َأ ٓاَل ِإ ن‬:‫ ُء‬:ۗ :‫ٓا‬:َ‫ه‬:َ‫ ف‬:‫ ُّس‬:‫ل‬:‫ ٱ‬:‫ن‬:َ :‫ َم‬:‫ ا‬:‫ َء‬:‫ ٓا‬:‫ َم‬:‫ َك‬:‫ن‬:ُ :‫ ِم‬:‫ؤ‬:ۡ :ُ‫ َأ ن‬:‫ ْا‬:‫و‬:ٓ :ُ‫ل‬:‫ا‬:َ‫ ق‬:‫س‬
:ُ :‫ا‬:َّ‫ن‬:‫ل‬:‫ ٱ‬:‫ن‬:َ :‫ َم‬:‫ ا‬:‫ َء‬:‫ ٓا‬:‫ َم‬:‫ َك‬:‫ ْا‬:‫و‬:ُ‫ ن‬:‫ ِم‬:‫ا‬:‫ َء‬:‫م‬:ۡ:ُ‫ه‬:َ‫ ل‬:‫ َل‬:‫ي‬:ِ‫ ق‬:‫ ا‬:‫ ِإ َذ‬:‫َو‬
:‫ن‬:َ :‫ و‬:‫ ُم‬:َ‫ ل‬:‫ع‬:ۡ :َ‫ي‬

Artinya: “Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang-


orang lain telah beriman’. Mereka menjawab: ‘Akan berimankah kami sebagaimana
orang-orang yang bodoh itu telah beriman?’. Ingatlah, sesungguhnya merekalah
orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu,” (QS Al-Baqarah: 31).

5. Ayat Alquran tentang Pendidikan Proses Mencari Ilmu


:‫ ا‬:‫د‬:ٗ:‫ش‬:ۡ :‫ر‬:ُ :‫ت‬
:َ :‫م‬:ۡ :ِّ‫ ل‬:‫ ُع‬:‫ ا‬:‫ َّم‬:‫ ِم‬:‫ ِن‬:‫ َم‬:ِّ‫ ل‬:‫ َع‬:ُ‫ ت‬:‫ َأ ن‬:‫ى‬ َ :‫ ُع‬:ِ‫ب‬:َّ‫ َأ ت‬:‫ل‬:ۡ :َ‫ ه‬:‫ى‬:ٰ :‫ َس‬:‫ و‬:‫ ُم‬:‫هُۥ‬:َ‫ ل‬:‫ َل‬:‫ا‬:َ‫ق‬
:ٓ:ٰ :َ‫ ل‬:‫ َع‬:‫ك‬

Artinya: “Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?,” (QS Al-Kahfi: 66).

Hadits tentang Pendidikan

Foto: Orami Photo Stock

Selain ayat Alquran tentang pendidikan, beberapa hadits dari Rasulullah SAW ini


juga menujukkan betapa pentingnya pendidikan dan ilmu bagi umat Islam.

Inilah beberapa di antaranya:

6. Hadits tentang Pendidikan dan Pentingnya Menguasai Ilmu Pengetahuan

:‫ ِم‬:‫ ْل‬:‫ ِع‬:‫ل‬:ِ‫ا‬:‫ ب‬:‫ ِه‬:‫ ْي‬:َ‫ ل‬:‫ َع‬:َ‫ ف‬:‫ ا‬:‫ َم‬:ُ‫ ه‬:‫ َد‬:‫ ا‬:‫ َأ َر‬:‫ن‬:ْ :‫ َم‬:‫ َو‬:، :‫م‬:ِ :‫ ْل‬:‫ع‬:ِ :‫ ْل‬:‫ا‬:ِ‫ ب‬:‫ ِه‬:‫ ْي‬:َ‫ ل‬:‫ َع‬:َ‫ ف‬:َ‫ ه‬:‫ َر‬:‫خ‬:ِ ‫آل‬:‫ ا‬:‫ َد‬:‫ا‬:‫ر‬:َ ‫ َأ‬:‫ن‬:ْ :‫ َم‬:‫ َو‬:، :‫م‬:ِ :‫ ْل‬:‫ ِع‬:‫ل‬:ْ‫ا‬:ِ‫ ب‬:‫ ِه‬:‫ ْي‬:َ‫ ل‬:‫ َع‬:َ‫ ف‬:‫ا‬:َ‫ ي‬:‫ ْن‬:‫ ُّد‬:‫ل‬:‫ ا‬:‫ َد‬:‫ ا‬:‫ َأ َر‬:‫ن‬:ْ :‫َم‬

Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia


menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu.
Dan barang siapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia
menguasai ilmu," (HR Ahmad).

7. Hadits tentang Pendidikan dan Menjadi Pendidik yang Baik

:ِ‫ ه‬:‫ ِر‬:‫ا‬:َ‫ ب‬:‫ ِك‬:‫ َل‬:‫ ْب‬:َ‫ ق‬:‫م‬:ِ :‫ ْل‬:‫ع‬:ِ :‫ ل‬:‫ ْا‬:‫ ِر‬:‫ ا‬:‫ َغ‬:‫ص‬ :َ :‫ا‬:َّ‫ن‬:‫ل‬:‫ ا‬:‫ى‬:ّ‫ــ‬::ِ‫ ب‬:‫ــ َر‬::ُ‫ ي‬:‫ ى‬:‫ ِذ‬:َّ‫ل‬:‫ ا‬:‫ ُّي‬:ِ‫ن‬:‫ا‬:َّ‫ ب‬:‫ َّر‬:‫ل‬:َ‫ ا‬:‫ ُل‬:‫ا‬:َ‫ق‬:ُ‫ ي‬:‫ َو‬:‫ َء‬:‫ ا‬:‫ َم‬:َ‫ ل‬:‫ ُع‬:‫ َء‬:‫ا‬:َ‫ه‬:َ‫ق‬:ُ‫ ف‬:‫ َء‬:‫ ا‬:‫ َم‬:َ‫ ل‬:‫ ُح‬:‫ن‬:َ :‫ي‬:‫ ْـ‬:ِّ‫ي‬:ِ‫ن‬:‫ا‬:َّ‫ ب‬:‫ َر‬:‫ ا‬:‫و‬:ْ ‫ـ‬:ُ‫ـ‬:‫ ن‬:‫و‬:ْ :‫ُك‬
ِ :ِ‫ ب‬:‫س‬

Artinya: "Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut pendidik
apabila seseorang mendidik manudia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang
lama-lama menjadi banyak." (HR. Bukhari).

8. Hadits tentang Pendidikan dan Kewajiban Mendidik Anak

:‫ ى‬:‫ َر‬:َ‫ ت‬:‫ل‬:ْ :َ‫ ه‬:َ‫ ة‬:‫ َم‬:‫ ي‬:‫ ِه‬:َ‫ ب‬:‫ ْل‬:‫ ا‬:‫ ُج‬:َ‫ ت‬:‫ ْن‬:ُ‫ ت‬:‫ ِة‬:‫ َم‬:‫ ي‬:‫ ِه‬:َ‫ ب‬:‫ ْل‬:‫ ا‬:‫ ِل‬:َ‫ ث‬:‫ َم‬:‫ َك‬:‫ ِه‬:ِ‫ن‬:‫ ا‬:‫ َس‬:‫ ِّج‬:‫ َم‬:ُ‫ ي‬:‫و‬:ْ ‫ َأ‬:‫ ِه‬:ِ‫ن‬:‫ا‬:‫ر‬:َ :‫ص‬ ْ :ِ‫ف‬:‫ ْل‬:‫ ا‬:‫ى‬:َ‫ل‬:‫ َع‬:‫ ُد‬:َ‫ل‬:‫و‬:ُ‫ ي‬:‫ ٍد‬:‫و‬:ُ‫ ل‬:‫و‬:ْ :‫ َم‬:‫ ُّل‬:‫ُك‬
ِّ :َ‫ن‬:ُ‫ ي‬:‫و‬:ْ ‫ َأ‬:‫ ِه‬:ِ‫ن‬:‫ ا‬:‫ َد‬:‫ ِّو‬:َ‫ه‬:ُ‫ ي‬:ُ‫ه‬:‫ ا‬:‫ َو‬:َ‫َأ ب‬:َ‫ ف‬:‫ ِة‬:‫ر‬:َ :‫ط‬
:‫ َء‬:‫ ا‬:‫ َع‬:‫ ْد‬:‫ج‬:َ :‫ا‬:َ‫ه‬:‫ي‬:ِ‫ف‬

Artinya: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kemudian kedua
orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan
sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?" (HR Bukhari).

9. Hadits tentang Pendidikan dan Kewajiban Menuntut Ilmu

َ :‫ ي‬:‫ ِر‬:َ‫ ف‬:‫م‬:ِ :‫ ْل‬:‫ ِع‬:‫ ْل‬:‫ ا‬:‫ب‬


:‫ ٍم‬:ِ‫ ل‬:‫ ْس‬:‫ ُم‬:‫ ِّل‬:‫ ُك‬:‫ى‬:َ‫ ل‬:‫ َع‬:ٌ‫ ة‬:‫ض‬ :ُ :َ‫ل‬:َ‫ط‬

Artinya: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim," (HR Ibnu Majah).

10. Hadits tentang Pendidikan dan Jaminan Bagi Para Penuntut Ilmu

:ِ‫ة‬:َّ‫ ن‬:‫ج‬:َ :‫ ْل‬:‫ ا‬:‫ى‬:َ‫ ِإ ل‬:‫ا‬:ً‫ق‬:‫ ْي‬:‫ ِر‬:َ‫ ط‬:‫ ِه‬:ِ‫ ب‬:‫هللا‬
:ُ :‫ َل‬:َّ‫ ه‬:‫ َس‬:‫ ا‬:‫ ًم‬:‫ ْل‬:‫ ِع‬:‫ ِه‬:‫ ْي‬:ِ‫ ف‬:‫س‬
:ُ :‫ ِم‬:َ‫ ت‬:‫ ْل‬:َ‫ ي‬:‫ا‬:ً‫ ق‬:‫ ْي‬:‫ ِر‬:َ‫ ط‬:‫ك‬
َ :َ‫ ل‬:‫ َس‬:‫ن‬:ْ :‫َم‬

Artinya: "Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka
Allah SWT akan memudahkan baginya jalan menuju surga,” (HR Muslim).

11. Hadits tentang Pendidikan dan Harta

ٍّ :‫ح‬:َ :ِ‫ ب‬:‫ َذ‬:‫خ‬:َ ‫ َأ‬:‫ ِه‬:ِ‫ ب‬:‫ َذ‬:‫خ‬:َ ‫ َأ‬:‫ن‬:ْ :‫ َم‬:َ‫ ف‬:‫ َم‬:‫ ْل‬:‫ ِع‬:‫ ْل‬:‫ ا‬:‫ا‬:‫و‬:ُ‫ ث‬:‫ َّر‬:‫و‬:َ :‫ ا‬:‫َّ َم‬:‫ ِإ ن‬:‫ ا‬:‫ ًم‬:َ‫ ه‬:‫ر‬:ْ :‫ اَل ِد‬:‫ َو‬:‫ ا‬:‫ ًر‬:‫ا‬:َ‫ن‬:‫ ي‬:‫ ِد‬:‫ا‬:‫و‬:ُ‫ِّر ث‬: :‫ َو‬:ُ‫ ي‬:‫ ْم‬:َ‫ ل‬:‫ َء‬:‫ا‬:َ‫ي‬:ِ‫ ب‬:‫َأْل ْن‬:‫َّن ا‬: ‫ِإ‬
:‫ ٍر‬:ِ‫ف‬:‫ ا‬:‫ َو‬:‫ظ‬

Artinya: “Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham,


sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah
mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak,” (HR Abu Dawud
dan At-Tirmidzi).

12. Hadits tentang Pendidikan Karakter

َّ :ِ‫ ا‬:َ‫ه‬:َ‫ ِإ ل‬:َ‫ال‬:ِ‫ ب‬:‫ ٍة‬:‫ َم‬:ِ‫ ل‬:‫ َك‬:‫ َل‬:‫ َأ َّو‬:‫ ْم‬:‫ ُك‬:َ‫ن‬:‫ا‬:َ‫ ي‬:‫ ْب‬:‫ص‬
:ُ‫ هللا‬:‫ال‬ :ِ :‫ى‬:َ‫ ل‬:‫ َع‬:‫ ا‬:‫و‬:ْ :‫ ُح‬:َ‫ ت‬:‫ ْف‬:ِ‫ا‬

Artinya: “Ajarkanlah kalimat pertama kepada anak-anak kalian 'La ilaha Illallah,"
(HR Al-Hakim).

13. Hadits tentang Pendidikan dan Menghormati Guru

:ُ‫ ه‬:‫ ْن‬:‫ ِم‬:‫ن‬:َ :‫ا‬:‫ و‬:‫ ُم‬:ّ‫ ل‬:‫ َع‬:َ‫ت‬:َ‫ ت‬:‫ن‬:ْ :‫ َم‬:ِ‫ ل‬:‫ ا‬:‫و‬:ْ :‫ ُع‬:‫ض‬
َ :‫ ا‬:‫ َو‬:َ‫ ت‬:‫ َو‬:‫ َر‬:‫ا‬:َ‫ ق‬:‫و‬:َ :‫ ْل‬:‫ ا‬:‫ َو‬:َ‫ة‬:َ‫ ن‬:‫ ْي‬:‫ ِك‬:‫ ّس‬:‫ل‬:‫ ا‬:‫م‬:ِ :‫ ْل‬:‫ ِع‬:‫ ْل‬:ِ‫ ل‬:‫ ا‬:‫و‬:ْ :‫ ُم‬:ّ‫ ل‬:‫ َع‬:َ‫ ت‬:‫و‬:َ :‫ َم‬:‫ ْل‬:‫ع‬:ِ :‫ل‬:‫ا‬:‫ا‬:‫ و‬:‫ ُم‬:ّ‫ ل‬:‫ َع‬:َ‫ت‬

Artinya: "Belajarlah kalian ilmu untuk ketenteraman dan ketenangan, serta rendah
hatilah pada orang yang kamu belajar darinya," (HR Ath-Thabrani).

14. Hadits tentang Pendidikan dan Saling Berbagi Pengetahuan


:ِ‫ ه‬:‫ ِم‬:‫ ْل‬:‫ ِع‬:‫ى‬:َ‫ ل‬:‫ َع‬:‫ن‬:َ :‫ ُك‬:‫ ْس‬:َ‫ ي‬:‫ن‬:ْ :َ‫ ا‬:‫م‬:ِ :ِ‫ل‬:‫ا‬:‫ َع‬:‫ ْل‬:ِ‫ اَل ل‬:‫ َو‬:‫ ِه‬:ِ‫ ل‬:‫ ْه‬:‫ َج‬:‫ى‬:َ‫ ل‬:‫ َع‬:‫ن‬:َ :‫ ُك‬:‫ ْس‬:َ‫ ي‬:‫ن‬:ْ :َ‫ ا‬:‫ل‬:ِ :‫ ِه‬:‫ ا‬:‫ َج‬:‫ ْل‬:ِ‫ ل‬:‫ ِغ‬:َ‫ ب‬:‫ ْت‬:َ‫اَل ي‬

Artinya: "Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan
tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya," (HR Ath-Thabrani).

15. Hadits tentang Pendidikan yang Baik

ٍ :‫ َأ َد‬:‫ن‬:ْ :‫ ِم‬:‫ َل‬:‫ض‬


:‫ ٍن‬:‫ َس‬:‫ح‬:َ :‫ب‬ َ :‫ َأ ْف‬:‫ ٍل‬:‫ح‬:ْ :َ‫ ن‬:‫ن‬:ْ :‫ ِم‬:‫ ا‬:‫ ًد‬:َ‫ل‬:‫و‬:َ :‫ ٌد‬:ِ‫ل‬:‫ا‬:‫و‬:َ :‫ َل‬:‫ح‬:َ :َ‫ ن‬:‫ ا‬:‫َم‬

Artinya: "Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya
selain pendidikan yang baik,” (HR Al-Hakim).

Itulah beberapa ayat Alquran tentang pendidikan beserta hadisnya yang bisa
digunakan sebagai pedoman meraih ilmu, baik untuk diri sendiri ataupun untuk
anak.

19.Tulis beberapa pakar pendidikan Islam disertai curiculum vitaenya termasuk


hasil karyanya!

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA


Abuddin Nata, lahir di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat,
pada tanggal 2 Agustus, 1954. Ayahnya bernama M. Nata (alm.), seorang guru ngaji dan
petani kecil. Ibunya, Siti Aminah (almh), seorang Ibu Rumah Tangga.

Pendidikannya dimulai pada tahun 1961 hingga tahun 1965 di Madrasah Diniyah, Jati
Pinggir, Tanah Abang, Jakarta Barat. Kemudian dilanjutkan di Madrasah Wajib Belajar
(MWB), Nagrog, Ciampea Bogor, tahun 1965-1968. Setelah itu, melanjutkan ke
Pendidikan Guru Agama (PGA 4 TH) sambil mondok di Pesantren Nurul Ummh, Nagrog,
Cimpea Bogor. Pendidikan selanjutnya di Pendidikan Guru Agama Tingkat Atas
(PGAA/PGA 6 TH), sambil mondok di Pesantren Jauharatun Naqiyah, di Desa Cibeber,
Kecamatan Cilegon, Kabupaten Serang, Banten, sampai tahun 1974. Pada tahun 1978,
penulis mendapat gelar Bachelor of Art (BA), dan pada tahun 1982 mendapat gelar
Doctorandus (Drs) dalam bidang Ilmu Agama Islam dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya pada
tahun 1994 mendapat gelar Magister of Art (MA), dan pada tahun 1997 mendapat gelar
Doctor (DR) dalam bidang ilmu agama Islam dengan konsentrasi Pendidikan Islam dari
Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun 1999-2000 mengikuti
Visiting Postdoctorate Programe di Islamic Studies McGill University, Montreal, Kanada.

Selama kuliah, penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Komisariat
Mahasiswa, Senat Mahasiswa dan Badan Pembinaan Kegiatan Mahasiswa (BPKM) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Organisasi
Satuan (Orsat) Ciputat. Selain itu, penulis juga pernah duduk sebagai Anggota Dewan
Riset Daerah DKI Jakarta, Pengurus Islamic Center Jakarta, Narasumber Ikatan
Cendekiawan Kota Tangerang Selatan, dan berbagai organisasi kemasyarakatan lainnya.

Dalam bidang pekerjaan, penulis mulai bertugas sebagai tenaga pengajar pada Majelis
Ta’lim al-Sa’adah Cipulir Jakarta Selatan, Dosen Pendidikan Islam pada Oerguruan Darul
Ma’arif Cipete, Jakarta Selatan, Peneliti Lepas pada Lembaga Studi Pembangunan (LSP)
Jakarta, Dosen Tidak Tetap pada Universitas Muhammadiyah Jakarta. Mulai tahun 1985,
penulis sebagai Disesn Tetap pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan mulai tahun 2004, penulis sebagai Dosen Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Ibn Khaldun (UIK) Bogor, Universitas
Muhammadiyah Kendari, Sulawesi Tenggara, IAIN Raden Fatah Palembang, Sumatera
Selatan, STAIN Pontianak, dan berbagai perguruan tinggi lainnya.
karya tulis berupa buku sebagai berikut : sejarah agama, ilmu kalam, filsafat dan tasawuf ,
al quran dan hadits, metodologi studi agama, tafsir ayat ayat pendidikan dll
Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat 

Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat (6 November 1929 – 15 Januari 2013) adalah pakar


psikologi Islam Indonesia. Berkarier di Departeman Agama Indonesia selama 30 tahun
sejak 1964, ia menghabiskan sisa umurnya sebagai pendidik dan guru besar ilmu psikologi
di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setelah menyelesaikan pendidikan doktor di Mesir pada 1964, Zakiah membagi waktu


bekerja dan membuka praktik konsultasi psikologi. Ia pernah dipercaya sebagai Direktur
Pendidikan Agama dan Direktur Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam di
Kementerian Agama, bertanggung jawab atas kebijakan dan eksistensi lembaga-lembaga
pendidikan Islam.
Pemikiran Zakiah Daradjat di bidang pendidikan agama banyak mempengaruhi wajah
sistem pendidikan di Indonesia. Ia membidani lahirnya kebijakan pembaruan madrasah
dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri (Menteri Agama, Mendikbud,
dan Mendagri) pada tahun 1975.[1] Melalui surat keputusan tersebut, Zakiah menginginkan
peningkatan penghargaan terhadap status madrasah, salah satunya dengan memberikan
pengetahuan umum 70 persen dan pengetahuan agama 30 persen.[1][2] Aturan yang dipakai
hingga kini di sekolah-sekolah agama Indonesia ini memungkinkan lulusan madrasah
berbagai jenjang diterima di sekolah maupun perguruan tinggi umum.

Karya ilmiah :

 Ilmu Jiwa Agama


 Kesehatan Mental dalam Al-Qur'an
 Ketenangan dan Kebahagiaan dalam Keluarga
 Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia
 Menghadapi Masa Menopause
 Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental
 Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur'an
 Perawatan Jiwa untuk Anak-anak
 Problema Remaja di Indonesia
20.Coba anda uraikan buku ilmu pendidikan yang telah anda baca berkaitan dengan pengarang,
penerbit, tahun terbitan, kota penerbitan, jumlah halamannya, dan intisari setiap buku,
sebutkan minimal 40 judul buku !

1.judul buku : tips sakti membangun organisasi sekolah


Pengarang : jamal ma’mur asmani
Penerbit : diva pres
tahun terbitan : 2012
kota penerbitan : yogyakarta
jumlah halamannya :382
intisari :
Penutup Sekolah merupakan lembaga masa depan, karena di dalamnya kader-kader
muda pengubah sejarah dunia dipersiapkan secara matang. Maka, tanggung jawab besar
sekolah harus dipenuhi dengan kader-kader terbaik, manajemen, dan kepemimpinan
andal, serta sistem organisasi profesional dan akuntabel. Jangan sampai sekolah
dijalankan asal-asalan, tidak serius, serta memakai jurus asal jalan, tanpa kreasi dan
inovasi sebagai jantung kemajuan. Dalam konteks ini, organisasi sekolah dari atas
sampai bawah mempunyai peranan krusial menciptakan iklim sekolah yang kondusif
bagi tersemainya benih- benih intelektualitas, moralitas, religiusitas, serta inte- gritas
pengetahuan dan teknologi bertaraf dunia, seperti vang dicita-citakan bersama. Sosok
organisator yang menggerakkan sekolah haruslah orang-orang yang 373
Jamal Ma'mur Asmani memahami betul visi dan misi, serta kreatif bangkan segala
aspek yang terkait dengan pendidikan. Di samping itu, mereka bukanlah sosok yang
orientasinya mengem- materi belaka, namun lebih pada dedikasi nyata bagi kemajuan
bangsa dan negara di masa depan. Jangan sampai organisator sekolah diisi oleh sosok
yang integritas moralnya rendah. Sebab, hal itu rentan terhadap korupsi, kolusi, serta
nepotisme yang meng- hancurkan dunia pendidikan dan bangsa secara umum. Sosok
organisator puncak dalam organisasi sekolah tidak lain adalah kepala sekolah. Di
sinilah pentingnya sosok kepala sekolah visioner, yang mampu memberikan ins- pirasi
dan motivasi besar bagi eksekutif sekolah lainnya untuk bangkit menunjukkan potensi
dan aktualisasi demi meraih prestasi setinggi langit. Tantangan globalisasi yang
demikian kompleks menuntut para organisator lembaga pendidikan un- tuk melakukan
percepatan langkah dalam semua as- pek, misalnya, profesionalisasi administrasi,
dinamisasi intelektualitas guru, mematangkan kurikulum, meleng- kapi sarana
prasarana, meningkatkan kegiatan ekstra- kurikuler, mengembangkan jaringan dan kerja
sama dengan banyak lembaga yang mendukung, dan lain- lain. Langkah-langkah ini
wajib dilakukan pendidikan tidak ketinggalan zaman serta ditinggalkan oleh
masyarakat, dan justru mampu menjadi rujukan serta daya tarik masyarakat untuk
menyekolahkan anak agar lembaga mereka.

2.judul buku : murid belajar mandiri


Pengarang : herman holstein
Penerbit :Pt Remaja Rosdakarya
tahun terbitan : 1994
kota penerbitan : bandung
jumlah halamannya : 188
intisari :
Murid Belajar Mandiri. Apakah maksudnya "belajar agar bisa mandiri"? Bu- kan, yang
dimaksudkannya ialah "belajar şecata mandiri, secara swakarya. di sekolah.
Mungkinkah itu? Péndapat bahwa sekolah adalah tempat belajar dan guru adalah
pengajar, memang tidak salah. Tetapi pendapat bahwa setamat sekolah, proses belajar
pun selesai sudah, tentu Anda pun tidak akan menyetujuinya. Sekolah hanya-. lah
sekadar penyambung dari pendidikah di runfah, dan persiapan untuk "be- lajar" yang
sebenarnya, di dalam masyarakat: Karena itulah suasana dan situa- si kelas perlu
dipersiapkan untuk belajar mandiri, belajar di masyarakat. Ternyata contoh-contoh yang
dikemukakan adalah "belajar di dalam ke- lompok, dan setiap murid menjadi partner
belajar murid lainnya". Sekolah memang merupakan tempat pertama bagi anak-anak
untuk berkelompok de- ngan teman-teman sebaya dan setingkat pengetahuannya. Maka
dengan demi- kian, murid: pun belajar menghayati kehidupan sosial. Ternyata pula
bahwa masalah yang akan dipelajari, yang; "dipilih secara mandiri" oleh murid, adalah
apa yang telah di rencanakun dan diinginkan oleh guru. Jadi mendidik "belajar mandiri"
itu sama sekali bukan "mendidik untuk belajar semaunya", malah tidak menyimpang
dari kurikulum. Kelebihannya: murid bergairah karena apa yang dipelajarinya adalah
yang dirasakan sebagai yang diminati- y Selain itu, bagi murid atau "bekas murid",
sekolah bukaniah satu-satu- nya tempat belajar.

3.judul buku : strategi belajar mengajar


Pengarang : supriyadi
Penerbit : cakrawala ilmu
tahun terbitan : 2015
kota penerbitan :yogyakarta
jumlah halamannya : 192
intisari :
Guna melahirkan peserta didik yang berkualitas dan mumpuni guru dituntut bertindak
profesional dalam menggeluti profesinya. Maka peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia menjadí hal yang utama untuk dibenahi. Buku ini mengulas tentang wawasan
profesi dan etika pengajaran serta petunjuk praktis tentang pelaksanaan pengajaran
mikro. Di samping itu buku ini juga membahas beberapa ketrampilan dasar yang perlu
dikuasai dalam pengajaran serta beberapa strategi penerapan strategi pembelajaran.
Buku ini sangat berguna bagi mahasiswa, guru, dosen, peneliti, dan masyarakat umum
yang menaruh minat pada bidang pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan proses
belajar dan mengajar.

4. judul buku : sekolah untuk kehidupan


Pengarang : zulfikri anas
Penerbit :amp pres
tahun terbitan : 2020
kota penerbitan : jakarta selatan
jumlah halamannya : 226
intisari :
SEKOLAH UNTUK KEHIDUPAN Sekolah adalah masa-masa persiapan untuk
menghadapi hidup di dunia nyata. Oleh karenanya, segala sesuatu yang dipelajari di
sekolah haruslah sesuatu yang akan dialami dalam dunia nyata. Dunia yang akan
dihadapi anak, bukanlah masa kini, melainkan masa depan. Oleh karena itu, sekolah
selayaknya mempersiapkan anak untuk siap hidup di dunia nyata pada masa depan.
Apakah sekolah kita selama ini sudah melakukan semua itu? Apakah sekolah
membelajarkan segala sesuatu untuk persiapan anak hidup di masa depan? "Sekolah tak
ubahnya miniatur masyarakat. Suasana sekolah anak mempengaruhi kondisi anak di
masyarakat." Sekolah untuk Kehidupan. Buku ini berisi gagasan, ide, pikiran tentang
dunia pendidikan saat ini yang dirasakan makin jauh dari makna hakiki pendidikan
yang sesungguhnya. Keberantakan yang terjadi tentu bukan salah guru, bukan salah
sekolah, bukan salah siswa, bukan salah cara belajar otak, melainkan sistem pendidikan
yang amburadul. Sistem pendidikan yang tidak selaras dengan makna pendidikan bagi
manusia. Penulis menyodorkan berbagai gagasan segar sebag untuk mencoba berpikir
ulang tentang dun saat ini.

5.judul buku : pengawasan pendidikan tinjauan teori dan prektek


Pengarang : nur aedi
Penerbit : PT rajagrafindo persada
tahun terbitan : 2014
kota penerbitan : depok
jumlah halamannya : 373
intisari :
pengawasan pendidikan tinjauan Teori dan Praktik Inspeksi, supervisi dan pengawasan
pendidikan memiliki visi, misi, orientasi serta strategi dan cara kerja yang berbeda satu
dengan lainnya, hal ini dibuktikan dari pemaparan konseptual kondisi objekif dan
harapan ideal dari masing-masing keilmuan tersebut dan ketiga kajian di atas termasuk
ke dalam rumpun keilmuan administrasi dan manajemen pehdidikan, Inspeksi dimaknai
sebagai sebuah tatanan kerja yang melibatkan pihak berwenang guna melihat,
inengamati dan menindaklanjuti kegiatan umpan balik yang berkaitan dengan kebijakan
pendidikan pada tatanan mikro, messo dan makro dan boleh jadi hal ini sebagai
informasi awal dalam pengambilan kebijakan berikutnya. Adapun supervisi merupakan
rangkaian kerja yang dilakukan oleh kepal sekolah dengan mermpertimbangkan aspek
legalitas, kualifikasi, sertifikasi dan kompetensi guru dalam mempersiapkan,
melaksanakan, mengkoordinasikan serta menindaklanjuti kegiatan proses belajar dan
pembelajaran yang dilakukan terhadap peserta didik. Sedangkan pengawasan
pendidikan lebih menitikberatkan pada pengembangan profesionalisme guru, dan
tentuya sistem pengawasannya dilakukan oleh pengawas pendidikan yang secara legal
diberikan kewenangan untuk pemerataan layanan dan penyebaran informasi yang
akurat. Inspeksi pendidikan berkaitan erat dengan hal-hal yang berhubungan dengan
terlaksananya produk hukurn berupa perundang-undangan serta kebijal an terkait
dengan menangani masalah tersebut dengan mempertimbangkan aspek keadilan, uep
deeueuajad pengembangan program pendidikan,

6.judul buku : pemikiran pendidikan islam dan barat


Pengarang : abudiin nata
Penerbit : PT Rajagrafindo persada
tahun terbitan : 2012
kota penerbitan : depok
jumlah halamannya : 376
intisari :
pemikiran pendidikan islam barat Dewasa ini pendidikan Islam pada khususnya, dan
pendidikan pada umumnya, masih menghadapi berbagai masalah yang semakin sulit
dipecahkan Berbagai komponen pendidikan: visi, misi, tujuan, mutu lulusan, pendidik
dan tenaga kependidikan, kurikulum, proses belajar mengajar misalnya masih
mengandung berbagai kelemahan, sehingga hamba muslim dalam kedudukannya
sebagai khalifah belum mampu membangun peradaban umat manusia yang seimbang.
Pendidikan Islam baru sekadar nama. Buku Pemikiran Pendidikan Islam dan Barat ini
selain menawarkan konsep dạn solusi juga berisi gagasan dan pemikiran para filosof
terkemuka serta mengemukakan berbagai pemikiran pendidikan baik dari tokoh
pendidik dunia maupun Islam sendiri seperti: John Dewey, Arthur Schopenhaur, John
Locke, William Stern, Paulo Freire, Ivan Illich, Benyamin S. Blom, Muhammad
Naquib Al-Attas, Hasan Langgulung, Mukti Ali, dan Munawir Sjadzali. Lebih jauh,
puku ini juga membahas Pemikiran tentang Tuhan, Manusia dan Masyarakat Alam dan
Aktılak sebagai dasar tumbuh kembangnya pendic Tokoh - tokoh tersebut adalah
mereka yang berhasil memetakan m pendidikan, mencarikan solusi dan
mengembangkannya be pengamatan empiris dengan panduan grand theory pendidikan
yang terkenal dan teruji.

7.judul buku : cita cita realita pendidikan pemikiran dan aksi pendidikan di indonesia
Pengarang : munawar sholeh
Penerbit : institute for public education
tahun terbitan : 2007
kota penerbitan : depok
jumlah halamannya :210
intisari :
Kemandekan pemikiran pendidikan di Indonesia terjadi karena pemikiran-pemikiran
yang berasal dari dunia luar, khususnya barat lebih dikedepankan dalam pembuatan
kebijakan maupun praktik pendidikan. Kondisi seperti ini, tanpa adanya keberpihakan
politik, tidak pernah lahir pemikiran dari tokoh-tokoh lokal yang cukup monumental.
Mandeknya pemikiran pendidikan ini merupakan cermin pendidikan secara umum yang
kian merosot. Hal ini terlihat dari menurunnya kualitas dan penghargaan terhadap riset
serta penurunan kualitas sumber daya manusia. Hadirnya buku ini merupakan terobosan
yang cukup menarik, karena akan memberikan cakrawala mengenai pemikiran
pendidikan, kebijakan pendidikan, dan realitas pendidikan di Indonesia.

8.judul buku strategi mengembangkan organisasi belajar disekolah


Pengarang : iskandar agung
Penerbit : bee media indonesia
tahun terbitan : 2012
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya :136
intisari :
Jiwa dan semangat desentralisasi pendidikan dituangkan ke dalam penerapan konsep
Manajemen Berbasis Sekolah/School Based Management (MBS/SBM) untuk sekolah-
sekolah di jenjang pendidikan dasar dan menengah. MBS pada dasarnya merupakan
konsep otonomi pendidikan yang memberikan wewenang dan peluang seluas-luasnya
bagi sekolah/madrasah untuk mengelola segenap aspek pendidikan di lembaganya
secara demokratis, transparansi, kreatif, dinamis, dan inovatif. Dengan kata lain,
desentralisasi pendidikan melalui MBS mengandung tuntutan agar lembaga sekolah
mampu membangun sistem pendidikannya secara responsif terhadap perubahan dan
tuntutan jaman. Dalam konteks pernyataan yang terakhir itu, secara implisit
memperlihatkan adanya tantangan agar lembaga sekolah dapat menempatkan diri
sebagai organisasi pembelajar (learning organization) yang setiap saat bersikap dinamis
melakukan perubahan dan meningkat- kan kualitas hasil pendidikannya. Penerapan
MBS memberikan peluang dan keleluasaan untuk mencipta- kan sekolah sebagai
organisasi pembelajar untuk mencapai keefektifan hasil pendidikan. Artinya, melalui
MBS mengharuskan sekolah untuk mulai meninggalkan struktur organisasi sekolah
tradisional di mana aktivitas yang semula dikelompokkan oleh fungsi yang dicirikan
dengan tugas-tugas rutin, monoton, kering kreatif, pasif, serta prosedur pengendalian
standar, ke arah paradigma baru, yakni organisasi pembelajar. Atas dasar itu buku ini
ingin mengembangkan pemikiran mengenai sekolah sebagai organisasi pembelajar.

9.judul buku : perencanaan pembelajaran


Pengarang : amiruddin
Penerbit : parama ilmu
tahun terbitan : 2016
kota penerbitan : yogyakarta
jumlah halamannya :199
intisari :
PERENCANAAN PEMBELAJARAN [Konsep dan Implementasi] Perencanaan
pembelajaran adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu
yang diharapkan dapat menunjang kegiatan- kegiatan dan upaya-upaya yang akan
dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Roger A. Kaufman
(Harjanto 1997:2) mengemukakan bahwa "Perencanaan adalah suatu proyeksi
(perkiraan) tentang apa yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan absah dan
bernilai. Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan
tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang dipakai
untuk menilai tujuan tersebut, materi bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana
cara menyampaikannya, serta alat atau media apa yang diperlukan. (R. Ibrahim, 1993).
Jadi, perencanaan pembelajaran adalah rencana yang dibuat oleh guru untuk
memproyeksikan kegiatan apa yang akan dilakukan oleh guru dan siswa agar tujuan
dapat tercapai. Buku ini menjadi pilihan tepat bagi para pendidik, berbagai elemen dan
materi, media perencaaan pembelajaraan di dibahas lengkap,
10.judul buku : guru indonesia dan perubahan kurikulum
Pengarang : bedjo sujanto
Penerbit : cv sagung seto
tahun terbitan : 2007
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya :162
intisari :
ini keadaan yang sangat memilukan. Namun itu sebuah realitas yang dialami para guru
Indonesia pada umumnya. Untuk menjadi guru yang 'cerdas', ada sebuah track yang
harus dilalui secara benar oleh setiap guru, dengan prakondisi yang disediakan oleh
pengambil kebijakan. Prakondisi kesejahteraan guru, sarana dan kelengkapan kerja,
sarana pendukung pendidikan di setiap sekolah, kurikulum yang mudah dilaksanakan
guru. Setelah prakondisi ini tersedia, tersebut seperti kebijakan perbaikan maka track
yang harus dilewati para guru adalah kesungguhan untuk bekerja keras, tekun, dan ulet,
yang berorientasi pada proses dan hasil kerja berkualitas. Parameter kualitas kerja guru
harus dipahami setiap individu guru, sehingga mereka tahu persis apakah dirinya
tergolong yang berkualitas atau tidak. Budaya 'malu' bekerja jelek harus ditumbuhkan
di kalangan mereka, sehingga kualitas kerja menjadi target setiap guru dalam
melaksanakan tugas. Guru yang bekerja di bawah target minimal harus mau berusaha
dan bekerja lebih keras dibandingkan guru lainnya. Kebiasaan seperti ini penting agar
semua guru mengacu pada standar kerja minimal yang berkualitas. Kondisi ini yang
belum lazim di negeri kita. Apapun yang dilakukan guru selama ini dianggap sudah
cukup, padahal mungkin di bawah yang seharusnya dilakukan. Inilah kesalahan
perilaku guru dalam mendidik dan mengajar di sekolah selama ini, sehingga pendidikan
kita seperti yang kita saksikan sekarang. Memang, fenomena itu bukan maunya guru,
tetapi faktor keadaan yang memaksa guru berperilaku seperti itu. Buku ini saya tulis
untuk berbagi pengalaman dengan teman- teman guru lIndonesia. Tidak ada maksud
mengkritik guru, tetapi mengemukakan fakta yang sama-sama kita alami.
11.judul buku : kurikulum untuk kehidupan
Pengarang :zulfikri anas
Penerbit :amp pres
tahun terbitan : 2020
kota penerbitan : jakarta selatan
jumlah halamannya : 244
intisari :
KURIKULUM UNT UK KEHIDUPAN Kurikulum itu sangatlah simpel. Kehadirannya
untuk memperlancar proses pembelajaran dan menjadi skenario untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada setiap peserta didik. Allah tidak mengenal produk gagal,
setiap anak, apapun kondisinya pasti memiliki keunggulan karena masing-masing
individu telah diperhitungkan dengan matang untuk apa dilahirkan. Melalui pelayanan
terbaik itu setiap individu mampu menemukan jalan terindah untuk membangun dirinya
agar kehadirannya bermakna bagi kehidupan. Begitu sederhananya kurikulum itu,
namun menjadi rumit ketika pikiran kita telah merumitkannya. Ketika kita terperangkap
dalam pemikiran bahwa pendidikan bermutu akan dapat diwujudkan melalui
pengaturan administrasi yang ketat, kaku sehingga tidak responsif terhadap kebutuhan
domistik (lokal), sesungguhnya kita telah mengorupsi sisi kemanusiaan, kreativitas
menjadi terkekang, inovasi menjadi mandeg, jati diri menjadi hilang, kearifan menjadi
luntur, persoalan menjadi beban, lalu akhirnya tergilas oleh kehidupannya sendiri. Apa
yang terlintas dalam pikiran,

12.judul buku : konsep dasar pendidikan anak usia dini


Pengarang : yuliani nirani sujiono
Penerbit : PT Indeks permata
tahun terbitan : 2009
kota penerbitan : jakarta barat
jumlah halamannya : 247
intisari :
Kata Pengantar uji syukur kehadirat Tuhan Semesta Alam karena atas berkat dan
rahmat-NYA jua buku berjudul "Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini" dapat
terselesaikan dengan baik. I Buku referensi ini ditulis berdasarkan kajian ilmiah dari
berbagai sumber rujukan dan hasii penelitian longitudinal pada anak usia dini maupun
penelitian terhadap proses belajar melalui bermain di berbagai lembaga PAUD. Adapun
motif yang mendorong penulis untuk menyusun buku ini dikarenakan masih terbatasnya
buku yang dapat dijadikan referensi oleh berbagal kalangan masyarakat belajar yang
peduli pada PAUD di Indonesia. Sementara itu, pengembangan PAUD di tanah air dari
waktu ke waktu semakin berkembang. Berbagai kajian tentang PAUD terus menerus
dilakukan oleh berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa di Perguruan Tinggi sampai
pada praktisi PAUD. Penulis berharap buku ini dapat menjadi salah satu sumber
rujukan bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi baik S1 maupun Program Pascasarjana.
Bahkan buku ini dapat dimanfaatkan oleh para guru, tutor, pamong dan para kader
PAUD yang berkiprah pada berbagai lembaga PAUD serta masyarakat yang peduli
pada pendidikan anak usia dini dan atau penentu kebijakan tentang pengembangan
PAUD di Indonesia. Melalui penulisan buku ini diharapkan wawasan pengetahuan
tentang apa mengapa dan bagaimana anak anak usia dini akan semakin komprehensif
dan menycluruh. Bahkan harapan penulis yang lebih jauh, buku ini dapat menjadi
penengah terhadap kesimpangsiuran informasi tentang anak usia dini yang terjadi pada
masyarakat belajar di Indonesia. Selain itu, buku ini merupakan salah satu bukti
kecintaan penulis untuk terus menggali keilmuan tentang keusia-dinian baik melalui
pengkajian terhadap sejumlah referensi yang relevan maupun dalam bentuk penelitian
longitudinal yang telah penulis lakukan bersama suami, Bambang Sujiono, sejak
kelahiran anak pertama hingga anak ketiga. Mereka adalah Bamby, Banni dan Bannu
tiga 'nara sumber cilik' yang tak pernah habis-habisnya untuk diamati dan dieksplorasi
secara terus menerus setiap perubahannya dari hari ke hari.
13.judul buku teori teori pendidikan dari tradisional,neo liberal, marxis hingga
postmodern
Pengarang : nurani soyomukti
Penerbit : ar ruzz media
tahun terbitan : 2016
kota penerbitan : yogyakarta
jumlah halamannya :376
intisari :
TEORI-TEORI PENDIDIKAN DARI TRADISIONAL, (NEO) LIBERAL, MARXIS-
SOSIALIS, HINGGA POSTMODERN Pendidikan adalah isu yang urgen dalam
masyarakat kita. Melalui pendidikan, manusia dapat mentransfer ilmu pengetahuan dan
teknologi kepada generasi penerusnya. Pendidikan pulalah yang akan menjamin
keberlangsungan kebudayaan dan peradaban manusia di muka bumi ini. Namun, pada
praktiknya proses pendidikan ternyata tidak selalu mulus dan mudah. Bagaimana jika
pendidikan ditumpangi kepentingan tertentu? Bagaimana jika pendidikan ternyata
memiliki agenda tersembunyi? Belum banyak buku yang mengulas teori pendidikan
dalam pendekatan makro. Buku ini hadir sebagai upaya meramaikan diskusi mengenai
sistem pendidikan yang bagaimanakah yang cocok diterapkan pada era sekarang ini.
Dari mulai teori pendidikan tradisional, liberal, marxis- sosialis sampai postmodern
dijelaskan secara panjang lebar. Lebih lanjut, buku ini adalah uraian kritis atas kondisi
masyarakat kita yang memprihatinkan. Oleh sebab itu, karya ini dapat digo- longkan
sebagai penilaian teori pen- didikan kritis dari sudut pandang seorang Marxis.
14.judul buku : satuan biaya pendidikan dasar dan menengah
Pengarang : dedi supriadi
Penerbit : PT Remaja rosdakarya
tahun terbitan : 2003
kota penerbitan : bandung
jumlah halamannya : 272
intisari :
SATUAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Hampir dapat
dipastikan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya yang
memadai. Implikasi diberlakukannya kebijakan desentralisasi pendidikan, para
pengambil keputusan seringkali mengalami kesulitan untuk mendapatkan referensi
tentang komponen pembiayaan pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan semakin
mendesak sejak dimulainya pelaksanaan otonomi daerah yang juga meliputi bidang
pendidikan. Apalagi masalah pembiayaan ini sangat menentukan kesuksesan program
MBS dan KBK yang sekarang diberlakukan. Cukup banyak studi yang dilakukan
tentang pembiayaan pendidikan di Indonesia. Fokusnya lebih pada anggaran
pemerintah, dengan mengabaikan peranan dana masyarakat, khususnya keluarga siswa.
Sementara itU, pemerintah senantiasa mengundang masyarakat/keluarga untuk
berperanserta lebih besar dalam pembiayaan pendidikan, tanpa pengetahuan yang cukup
tentang berapa besar selama ini mereka telah memberikan kontribusi dimaksud. Dapat
dikatakan bahwa belum banyak studi tentang pembiayaan pendidikan yang berbasis
"dana masyarakat dan keluarga" di tingkat sekolah. sehingga kontribusi sumber dana ini
cenderung diabaikan. Buku ini mencoba mengurai secara tuntas berbagai komponen
biaya pendidikan, sehingga layak menjadi rujukan para penyelenggara pendidikan.
15.judul buku : strategi pengembangan karir guru pendidikan dasar
Pengarang :tabrani rusyan,dadang saeful,narkama,sutardi
Penerbit :cv.acarya media utama
tahun terbitan :2000
kota penerbitan : bandung
jumlah halamannya :160
intisari :
KATA PENGANTAR Perkembangan karier merupakan salah satu wujud yang mampu
meningkatkan kesejahteraan guru pendidikan dasar. Selain itu juga mampu memotivasi
kinerja guru pendidikan dasar untuk dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas proses
pembelajaran siswa di sekolah. Kesejahteraan guru pendidikan dasar perlu ditingkatkan
dengan cara mengembangkan kariernya. Sebab jika guru pendidikan dasar tersebut
kesejahteraan hidupnya tidak terjamin, tentunya hal tersebut berimbas terhadap kinerja
pendidikannya. Dengan lancarnya pengembangan karier guru pendidikan dasar,
misalnya melalui kenaikan pangkat atau jabatan, mudah-mudahan kinerja guru
pendidikan dasar di sekolah menjadi efektif dan efisien. Buku ini disusun untuk
memberikan gambaran tentang cara pengembangan karier dan peningkatan
kesejahteraan guru pendidikan dasar. Dengan membahas berbagai aspek penunjang
pengembangan karier yang terdiri dari eksistensi guru pendidikan dasar, tugas dan
kewajibannya yang harus dilaksanakan, serta hak- hak yang patut diterimanya sebagai
Pegawai Negeri Sipil. Disamping itu buku ini memberi gambaran pula tentang sistem
pengembangan karier guru pendidikan dasar lengkap dengan teknis kenaikan pangkat
dan jabatan guru serta didukung dengan cara peningkatan kesejahteraan guru
pendidikan dasar. Penulis menyadari bahwa buku ini belum lengkap dan sempuma, oleh
sebab itu kami mengharapkan masukan, komentar, dan saran yang mendukung ke arah
perbaikan. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat dan berfaedah bagi kita semua. Amin
16.judul buku pengembangan kurikulum teori dan praktek
Pengarang : abdullah idi
Penerbit :ar ruzz media
tahun terbitan : 2016
kota penerbitan : yogyakarta
jumlah halamannya :392
intisari :
PENGANTAR PENERBIT Pengembangan kurikulum merupakan keniscayaan bagi
institusi pendidikan agar proses dan hasil pendidikan tidak menyimpang dengan
harapan dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat sesuai tuntutan zaman. Untuk
mewujudkannya, pemangku kepentingan pendidikan harus mematangkan kurikulum
sedemikian rupa sejak perencanaan, implementasi, hingga evaluasi. Pada tahap
perencanaan, pembuat kurikulum menetapkan keputusan yang ideal bagi guru dan
peserta didik. Sementara bagaimana mengejawantahkan perencanaan kurikulum dalam
tataran operasional, merupakan titik tekan tahap implementasi kurikulum. Sejauh mana
hasil-hasil pembelajaran dan ketercapaian program-program yang direncanakan
merupakan sasaran tahap evaluasi. Semoga hadirnya buku yang memuat prinsip-prinsip
yang bisa digunakan dalam aktivitas pengembangan kurikulum ini tidak saja dapat
menjadi jembatan masyarakat pendidikan akan minimnya literatur terkait, tetapi juga
ikut mewarnai dan memperkaya khazanah intelektual pengembang pendidikan
Indonesia.
17.judul buku : Administrasi pendidikan
Pengarang : djaswidi al hamdani
Penerbit : media cendikia publisher
tahun terbitan :2014
kota penerbitan : bandung
jumlah halamannya :145
intisari :
ADMINISTRASI PENDIDIKAN Administrasi Pendidikan dari Perspektif Pendidik Dr.
H.M. Djaswidl Al Hamdani, M.Pd Buku berjudul Adminastrası Pendidikan dengan sub
judul Administrası Pendidikan dan Perspektif Pendidik yang sedang Anda pegang ini
ditulis oleh seorang prakstisi pendidikan yang sudah lama mengabdi di dunia
pendidikan dan birokrası. sehingga sangat relevan dibaca oleh para mahasiswa guru.
akadernisi atau dosen maupun praktisi pendidikan Karena pemaparannya cuksup jelas
dan ringkas. karena sapannya berdasarkan kombinasi antata leori dan pengalamannya
secara praktik schingga mudah bag para pembacarrya untuk mencerna dan
memahaminya Dalam buku inı disapkan secara lugas dan tuntas tentang pengertian,
ruang lingkup. dan fungsi-fungsi pendidikan, mulai dari perencanaan sampai
evaluasinya Dipaparkan juga berbagai hal tentang organisasi. Tidak ketinggalan
pembahasan tentang kepemimpinan supervisi. dan komunikasi pendidikan, sehingga
lengkaplah buku ini sebagai bahan iterasi untuk melengkapı buku sejens di dunia
kependidikan Buku kecil ini juga dapat menambah wawasan berpikir bagi para
pembacanya. paling tidak sebagai kerangka dasar atau landasan paradigmatik dalam
pengembangan pendidikan, baik secara teoreis, praktis fungsional maupun adaptif,
sebagai bekal untuk menghadapi persaingan global yang kompetitif dewasa Selain
berbagai manlaal di atas. buku ini dapat menjadi bahan rujukan atau relerensi untuk
kajan mahasiswa di berbagai Fakultas yang terkait dengan Kependidikan Baik itu di
Perguruan Tinggi Umum maupun Perguruan Tinggi Agama Islam misalnya UlN JAIN
STAIN dan STAI. dan tentu saja berbagai kalangan masyarakat yang memiliki
ketertarikan dengan ilmu kependidikan

18. judul buku : pengembangan kepemimpinan transformasional pada lembaga pendidikan


islam
Pengarang : djaswidi al ahmadai
Penerbit : nuansa aulia
tahun terbitan : 2005
kota penerbitan : bandung
jumlah halamannya :176
intisari :
Di era informasi dan komunikasi seperti sekarang ini, salah satu tantangan besar
lembaga-lembaga pendidikan, termasuk lembaga pendidikan Islam adalah bagaimana
cara mengoptimalkan semua sumber daya yang dimilkinya. Optimalisasi semua sumber
daya yang dimiliki oleh lembaga pendidikan Islam adalah suatu keharusan yang tidak
bisa ditawar, agar ia dapat eksis dan memiliki daya saing dengan lembaga-lembaga
pendidikan umum lainnya. Dengan melakukan optimalisasi semua sumber daya yang
dimiliki lembaga pendidikan Islam tersebut, maka berbagai problematika yang dihadapi
oleh lembaga pendidikan Islam dapat dipecahkan, atau setidaknya dapat dikurangi.
Potensi sumber daya lembaga pendidikan Islam yang meliputi sumber daya manusia,
sumber pendanaan, partisipasi masyarakat, dan berbagai potensi lain yang dimilikinya
sesungguhnya cukup besar. Namun, selama ini lembaga-lembaga pendidikan-terutama
lembaga pendidikan Islam-belum sepenuhnya mampu memberdayakan potensi-potensi
tersebut.
19.judul buku : Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan
Pengarang : Syafril, Zelhendri Zen,
Penerbit : Prenada Media
tahun terbitan : 2019
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 284
intisari :
Peningkatan mutu pendidikan tinggi dewasa ini dilakukan dengan melalui perubahan
kurikulum yang disesuaikan dengan tuntutan KKNI yang telah ditetapkan melalui
peraturan presiden. Buku ini diharapkan akan dapat menjadi acuan dan titik tolak
kegiatan perkuliahan, sehingga perkuliahan dapat dilakukan lebih terarah dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan. Buku ini merupakan referensi utama bagi dosen
dan mahasiswa dalam penyelenggaraan mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,
mengingat buku yang sesuai dengan isi dan silabus mata kuliah ini masih kurang.
Dengan demikian, para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan dapat menggunakannya sebagai referensi dalam mempelajari dan
mengerjakan tugas-tugas perkuliahan, baik untuk membuat tugas-tugas terstruktur
maupun dalam proses belajar secara mandiri. Meskipun demikian, buku ini tidaklah
dimaksudkan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam penyelenggaraan mata kuliah
ini. Untuk itu, kepada para mahasiswa dan dosen diharapkan dapat mencari, membaca,
dan menambah referensi lain yang relevan.
20.judul buku : ilmu pendidikan islam
Pengarang : Halid Hanafi, La Adu dan Zainuddin
Penerbit : Deepublish
tahun terbitan : 2018
kota penerbitan : yogyakarta
jumlah halamannya : 523
intisari :
Ajaran Islam pada hakekatnya memiliki tiga pilar utama, yakni akidah, syariah dan akhlak.
Misi utama Nabi Muhammad saw adalah menyempurnakan akhlak yang mulia (akhlaq al-
karîmah). Pembinaan akhlak erat kaitannya dengan pendidikan Islam. Dengan demikian
pendidikan Islam berorientasi bukan saja untuk peningkatan pengetahuan (kognisi), namun
juga pembinaan dan peningkatan akhlak (sikap, afeksi) dan keterampilan hidup
(psikomotorik) peserta didik. Pendidikan yang hanya berorientasi pada kecerdasan
intelektual akan melahirkan manusia-manusia yang memiliki
kecerdasan secara akademik, namun dalam realitas mereka justru menjadi

sumber problem kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kecerdasannya digunakan untuk melakukan berbagai tindak criminal yang

sangat merugikan masyarakat, bangsa dan negara, seperti para koruptor,

bandar narkoba, mafia migas, illegal fishing, yang mayoritas adalah orang-

orang pintar secara intelektual. Namun afeksi (kecerdasan spiritual) mereka sangat rendah. 

Buku Ilmu Pendidikan Islam ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga
versi cetaknya.

21.judul buku : ilmu pendidikan islam


Pengarang : Rudi Ahmad Suryadi
Penerbit : Deepublish
tahun terbitan : 2018
kota penerbitan : yogyakarta
jumlah halamannya : 315
intisari :
Kehadiran buku ini mengisi ruang kosong di antara sekian banyak buku pendidikan
Islam lainnya. Buku ini menggambarkan beberapa tema yang dianggap penting dalam
konten pendidikan Islam. Pemaknaan pendidikan dalam buku ini, walaupun kurang
mendalam namun penulis mencoba memaparkannya dengan memerhatikan aspek
substantif pendidikan Islam. Pembahasan pada buku ini lebih mengarah pada beberapa
komponen pendidikan, seperti konsep pendidikan, tujuan, pendidik (guru), kurikulum,
metode, dan alat. Tetapi karena ada beberapa hal yang dipandang penting untuk
dipaparkan, penulis mengulas pula konsepsi manusia dan sedikit gambaran mengenai
potret pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam “indigenous” di Indonesia,
sistem pendidikan Islam dalam perkembangan modern dan sosial budaya, serta ulasan
mengenai Pendidikan Agama Islam di sekolah.
22.judul buku : ilmu pendidikan islam
Pengarang : Abuddin Nata
Penerbit : Prenada Media
tahun terbitan : 2016
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 334
intisari :
Pengajaran ilmu pendidikan Islam dalam praktiknya yang berlangsung hingga kini di
kalangan umat Islam belum sepenuhnya mengacu kepada ilmu pendidikan Islam yang
hakiki. Kondisi ini dapat terjadi karena selain belum terumuskannya ilmu pendidikan
Islam secara kukuh, juga belum tersosialisasinya secara baik dan merata dalam
masyarakat. Sebagai satu kajian keilmuan, buku ini berupaya membantu para akademisi
dan masyarakat yang peduli terhadap kajian pendidikan Islam.
23. judul buku : pendidikan islam di era milenial
Pengarang : abudin nata
Penerbit : Prenada Media
tahun terbitan : 2020
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 444
intisari :
Perjalanan pendidikan dalam mengawal kehidupan manusia agar sukses dalam
menjalani kehidupannya sudah berlangsung sejak manusia ada di muka bumi.
Perubahan zaman yang terjadi di mana manusia harus siap menghadapinya, telah pula
direspons secara positif dan konkret oleh pendidikan. Sejak terjadinya revolusi pertama
yang ditandai dengan ditemukannya mesin uap; revolusi kedua yang ditandai dengan
ditemukannya listrik; revolusi ketiga yang ditandai dengan ditemukannya elektronik;
dan revolusi keempat yang ditandai dengan ditemukannya teknologi informasi yang
berbasis digital, pendidikan selalu hadir mendampingi manusia. Era teknologi informasi
digital pada revolusi keempat ini telah menimbulkan tantangan yang jauh lebih berat
dibandingkan dengan tantangan yang ada pada era revolusi sebelumnya. Timbulnya
disruption (kekacaubalauan), dislocation (ketidakjelasan tempat berpijak),
disorientation (ketidakjelasan arah yang dituju), serta berbagai persaingan hidup lainnya
yang berlangsung demikian cepat merupakan bagian dari persoalan yang harus dijawab
oleh dunia pendidikan, tak terkecuali pendidikan islam.
24.judul buku : Fundamentals Of Education (Pentingnya Memahami Landasan Ilmu
Pendidikan)
Pengarang : Vina Serevina
Penerbit : Elex Media Komputindo
tahun terbitan : 2021
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 260
intisari :
Setiap manusia pasti memerlukan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Kehidupan manusia memang tidak pernah terpisah dengan pendidikan. Pendidikan
dapat berlangsung di mana saja, mulai dari lingkungan sekolah, lingkungan rumah,
sampai lingkungan masyarakat. Perkembangan dunia pendidikan bagaikan sebuah
eksperimen yang tidak pernah berhenti sampai kapan pun selama kehidupan manusia
ada di dunia ini. Mengapa demikian? Karena pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang seiring perkembangan
zaman. Itulah alasan mengapa landasan pendidikan sangat penting untuk kita pelajari
dan kita pahami. Landasan merupakan sebuah tempat bertumpu, titik tolak, dan menjadi
pijakan dasar. Jika negara kita ingin mengalami kemajuan pendidikan maka landasan
pendidikannya harus kuat. Tanpa sebuah landasan yang kuat pendidikan kita akan
mudah goyah dan berjalan tidak sesuai arah. Oleh karena itu, kajian-kajian dari
landasan pendidikan ini sangat penting untuk kita pelajari sehingga dapat memberikan
wawasan yang tepat tentang pendidikan. Apa sajakah kajian-kajian landasan ilmu
pendidikan itu? Semua yang Anda perlukan tentang kajian-kajian landasan ilmu
pendidikan terangkum dengan apik di dalam buku ini. Segera miliki buku ini dan
jadikan referensi untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.
25. judul buku : Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Pendidikan
Pengarang : dede rosyada
Penerbit : Prenada Media
tahun terbitan : 2020
kota penerbitan : yogyakarta
jumlah halamannya : 300
intisari :
Potensi penelitian di Indonesia menyebar di berbagai lembaga, baik di lembaga
kementerian maupun nonkementerian. Dan, salah satu potensi yang paling menarik
adalah perguruan tinggi, karena di sanalah tempat para dosen berkecimpung. Dosen,
sejatinya adalah ilmuwan yang mengajar. Dengan demikian, tugas utama mereka, selain
mengajar, adalah melahirkan dan mengembangkan teori-teori ilmu pengetahuan dan
pengembangan teknologinya. Tugas penelitian perguruan tinggi tidak sekadar
menemukan teknologi baru, tetapi juga mempersiapkan berbagai institusi pendukung
perubahan-perubahan sosial, seperti pengembangan sikap multikulturalisme, toleransi,
dan sikap kreatif, inovatif, dan kolaboratif dalam rangka meningkatkan produktivitas
bangsa. Buku Penelitian Kualitatif untuk llmu Pendidikan sangat tepat sebagai buku
rujukan para peneliti, khususnya para peneliti di lingkungan perguruan tinggi
keagamaan Islam, dengan tradisi penelitian interpretivisme. Seiring bergeraknya
perubahan paradigma kajian agama, yakni dari epistemologi metafisis ke ilmu sosial
yang empirik dengan pendekatan post-positivisme, atau pendekatan interpretatif, para
peneliti di perguruan tinggi dituntut untuk menguasai metode penelitian kualitatif. Buku
ini menyajikan materi dan bahan bacaan yang dibutuhkan untuk memahami penelitian
kualitatif, serta langkah-langkah melakukan penelitian kualitatif. Berbagai pertanyaan
yang sering muncul tentang penelitian kualitatif, misalnya, dijawab penulis dengan jelas
di bab dua. Di samping itu, permasalahan yang kerap kali menjadi tantangan dalam
pelaksanaan penelitian kualitatif akan dikupas tuntas di bab Lima: Pelaksanaan
Penelitian: Pengumpulan dan Analisis Data. Terakhir ditutup dengan pembahasan
penelitian tindakan dan pengembangan. Buku ini ditujukan sebagai buku rujukan untuk
penelitian pendidikan, dan juga ilmu-ilmu sosial lainnya, yang sudah mulai melirik
pentingnya penelitian interpretif dalam pengembangan teori-teori keilmuannya.
26.judul buku Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu Pendidikan dalam Multiperspektif
Pengarang : Yusuf Tri Herlambang
Penerbit : Bumi Aksara
tahun terbitan : 2021
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 196
intisari :
Pedagogik merupakan suatu ilmu yang bersifat fundamental yang dijadikan sebagai dasar
dalam melaksanakan pendidikan. Dalam perkembangannya pedagogik saat ini sudah tidak
lagi dipandang suatu ilmu yang hanya terbatas pada hal yang bersifat praksis dan
pembahasan sempit lainnya yang akan membuat pedagogik sebagai suatu ilmu lepas dari
esensinya, melainkan lebih jauh dan lebih dalam dipandang suatu ilmu yang memiliki
prinsip-prinsip secara teoritis dan bernuansa filosofis dalam membangun pilar-pilar
kehidupan umat manusia. Artinya, bahwa pedagogik sebagai suatu ilmu terikat dengan
manusia dan seluruh dimensi didalamnya, sehingga berdasarkan hal tersebut, persoalan
manusia merupakan tema sentral dan titik tolak dalam memaknai pendidikan.
Selain itu, pedagogik sebagai suatu ilmu, dibangun berdasarkan struktur fundamental yang
jelas dengan didasarkan pada landasan yang tidak hanya bersifat konseptual, melainkan
kontekstual dan filosofis serta dimensi-dimensi lain didalamnya. Dalam konteks ke
Indonesiaan, pedagogik Indonesia didasarkan pada fundamen yang bersifat prinsipal bagi
pengembangannya, yaitu didasarkan pada nilai-nilai yang berakar dari filsafat pancasila
sebagai filsafat bangsa Indonesia.

27.judul buku : ILMU PENDIDIKAN ISLAM (IPI)


Pengarang : Nik Haryanti
Penerbit : penerbit gunung samudera (grup penerbit pt book mart indonesia)
tahun terbitan : 2016
kota penerbitan : malang
jumlah halamannya : 262
intisari :
Buku ini ditulis, untuk menambah literatur
tentang Ilmu Pendidikan Islam (IPI), walaupun sudah
begitu banyak literatur mengenai bidang kajian ini,
namun penulis tetap berharap semoga kehadiran buku ini
dapat turut berperan serta dalam memperkaya sumber
bacaan yang diperlukan sebagai bahan perbandingan
ataupun dukungan terhadap bahan kajian yang sudah
ada.
Buku ini terdiri dari delapan bab, yaitu pertama,
membahas pengertian, ruanglingkup dan kegunaan Ilmu
pendidikan Islam; kedua, dasar-dasar pendidikan Islam;
ketiga, tujuan dan fungsi pendidikan Islam; keempat,
pendidik dan peserta didik dalam pendidikan Islam;
kelima, kurikulum pendidikan Islam, keenam, metode
dalam pendidikan Islam; ketujuh, media pendidikan Islam;
kedelapan, penilaian dalam pendidikan Islam dan
kesembilan, tokoh-tokoh pendidikan Islam.
28. judul buku : ILMU PENDIDIKAN ISLAM (MENGULAS PENDEKATAN
PENDIDIKAN ISLAM DALAM STUDI ISLAM & HAKIKAT PENDIDIKAN BAGI
MANUSIA)
Pengarang : Muhammad Shaleh Assingkily,
Penerbit : Penerbit K-Media
tahun terbitan : 2021
kota penerbitan : yogyakarta
jumlah halamannya : 176
intisari :
Kandungan buku ini mendeskripsikan tentang pendekatan pendidikan Islam dalam studi
Islam dan hakikat pendidikan bagi manusia. Di dalamnya juga dimuat contoh dan
berbagai analogi. Di samping itu, kajian ini juga dimaksudkan sebagai upaya membantu
para akademisi khususnya para mahasiswa, dalam menelaah ilmu pendidikan Islam.
29.judul buku : pengantar pendidikan
Pengarang : Dwi Nugroho Hidayanto
Penerbit : PT. RajaGrafindo Persada
tahun terbitan : 2020
kota penerbitan : depok
jumlah halamannya : 120
intisari :
Mendidik merupakan kegiatan naluriah manusia dan semua orang merasa bisa
melakukannya dengan baik. Namun, bisakah kegiatan mendidik itu berjalan dengan baik
tanpa didasarkan oleh ilmu? Pada dasarnya, apa pun kegiatan manusia akan menjadi lebih
baik jika didasarkan pada ilmu. Ilmu pendidikan yang dulu populer dengan sebutan
pedagogi merupakan fundamen bagi ilmu turunannya di bidang pendidikan, seperti
didaktik-metodik. Dengan demikian, mendidik merupakan kegiatan yang tidak hanya
naluriah, tetapi perlu didasarkan pada ilmu, yakni ilmu pendidikan.

Dalam hal ini, menggali ilmu berarti mempelajari teori, yang berfungsi menjelaskan dan
meramalkan fenomena yang selanjutnya dapat dilihat kebenarannya dalam praktik
pendidikan. Konfirmasi teori terhadap praktik dan praktik terhadap teori secara terus-
menerus sebagai upaya perbaikan berkelanjutan dapat disebut sebagai praksis pendidikan.
Praksis pendidikan inilah yang menjadi semangat dalam terbitnya buku ini, serta semangat
dalam turut memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan dengan literasi.

Buku Pengantar Ilmu Pendidikan: Teoretis Sistematis untuk Guru dan Calon Guru ini
disusun dalam rangka mempersiapkan guru dan calon guru agar dapat mendidik dan
mengajar dengan prinsip pendidikan dan pengajaran yang baik. Buku ini berisi materi
untuk mengantarkan mahasiswa calon guru memahami prinsip-prinsip pedagogi beserta
prasyarat dan perangkat yang digunakan untuk menjalankan tugas sebagai guru. Buku ini
akan mengantar mereka sebagai calon guru dengan ilmu dasar kependidikan dan keguruan.
Selain itu, bagi guru, buku ini juga dapat menjadi bacaan sebagai bentuk penyegaran dan
referensi atas praktik mengajar yang selama ini dijalankan.

30.judul buku : dasar dasar ilmu pendidikan


Pengarang : H cecep
Penerbit : Yayasan Kita Menulis
tahun terbitan : 2021
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 174
intisari :
Kualitas lembaga pendidikan di Indonesia adalah tergantung pada pengelolan dari lembaga
pendidikan itu , peran dan fungsi stategis ada pada kepala sekolah itu sendiri, lembaga
pendidikan yang bermutu terbentuk karena peran serta dan upaya dari kreativitas kepala
dan pengawas sekolahnya. Supervisi Pendidikan merupakan fungsi manajemen yang
diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit dalam suatu organisasi
guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah yang dikehendaki, supervisi akademik dan
supervisi manajerial bagian yang terpenting pembinaan dan pengaahan menuju perbaikan
kinerja personal guru dan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.

Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka buku ini menampilkan materi perkuliahan dari
pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir mengenai;

31.judul buku : pengantar ilmu pendiidkan


Pengarang : Suprapno, Herwati, Yosep Belen Keban, Titin Nurhidayati, Triyo Supriyatno,
I Putu Yoga Purandina, Akhsin Ridho, Fridiyanto, Muhammad Rafii, Ridan
Umi Darojah, Vivid Rohmaniyah, Hasyim Asy’ari
Penerbit : CV Literasi Nusantara Abadi
tahun terbitan : 2021
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 252
intisari :
Pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia. Adapun dalam konsep formal,
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara yang berlangsung seumur hidup (life long education). Hal ini
sejalan dengan apa yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun
2003 bahwa pendidikan merupakan upaya sistematis untuk melahirkan situasi belajar
dan aktivitas pembelajaran yang kondusif sehingga siswa bisa 
32.judul buku : KAJIAN TEORI FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(PAUD)
Pengarang : Bambang Ariyanto
Penerbit : Literasi Nusantara
tahun terbitan : 2020
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 170
intisari :
Buku Kajian Teori Filsafat Pendidikan Anak Usia Dini membahas falsafah ilmu serta
kajiankajian yang terkait. Pada beberapa pembahasan dikembangkan dengan implementasi
pendidikan anak usia dini dalam perspektif Islam.

Penulis berharap buku ini dapat bermanfaat bagi para penulisnya sebagai motivasi untuk

mengembangkan kreativitas dan kualitas tulisan berikutnya. Selanjutnya, bagi khalayak

pencinta pendidikan khususnya di bidang filsafat ilmu, semoga buku ini memberikan wa-

wasan d

33. judul buku Pendidikan Karakter


Pengarang :  Aisyah M. Ali,
Penerbit : Prenada Media
tahun terbitan : 2018
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya :
intisari :
Pentingnya pendidikan karakter telah menjadi kesadaran masyarakat luas, akan tetapi,
pelaksanaannya kerap kali mengalami hambatan yang disebabkan keterbatasan berbagai
keterampilan dan kemampuan satuan pendidikan yang menerapkannya. Di samping itu,
tingkat pemahaman satuan pendidikan yang beragam juga menjadi hambatan yang tak
terhindarkan. Permasalahan di atas, serta pengalaman bertahun-tahun menjadi pendidik,
mendorong penulis menyajikan sebuah analisis tajam yang membongkar akar
permasalahan serta menawarkan solusi alternatif dalam pengembangan program
pendidikan karakter pada satuan pendidikan. Pendidikan Karakter: Konsep dan
Implementasinya tidak hanya menelaah pendapat beberapa ahli yang didasarkan pada
kebijakan pemerintah dalam pembangunan dan pengembangan pendidikan di Indonesia.
Poin yang sangat menarik lainnya adalah tawaran penulis mengenai peer group model
(keteladanan teman sebaya) dalam rangka membangun keteladanan di lingkungan
sekolah.
Di tengah urgensi membangun dan membenahi pendidikan karakter di satuan
pendidikan, buku ini kelak dipercaya sebagai satu referensi dan panduan bagi kepala
satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan lainnya dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter pada satuan pendidikan
34.judul buku : Pendidikan Kepramukaan Berbasis Pendidikan Karakter
Pengarang : sukiat
Penerbit : Jakad Media Publishing
tahun terbitan : 2020
kota penerbitan : surabaya
jumlah halamannya : 242
intisari :
Dalam kegiatan kepramukaan ini diharapkan setiap siswa dapat mengembangkan diri
sesuai dengan perilaku-perilaku yang terpuji, Karena itulah, pendidikan karakter yang
merupakan suatu sistem maupun kegiatan yang disusun secara sadar guna mendidik
para peserta didik dalam hal watak, perilaku, sikap, dan ucapan yang sesuai dengan
nilal-nilai karakter dikembangkan dengan berkolaborasi pada kegiatan kepramukaan
akan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif karena adanya kesamaan dalam
nilai. Pembelajaran pendidikan karakter yang diaplikasikan melalui kegiatan
kepramukaan akan membentuk pemahaman bahwa melalui kegiatan kepramukaan yang
diintegrasikan dengan pendidikan karakter akan membentuk suatu pendidikan terbuka
dan ditujukan paling utama untuk mengembangkan perilaku remaja, didalamnya
terdapat berbagai nilai terpuji (nilai-nilai karakter) yang dirancang sebagai suatu unsur
dan tujuan utama yang berguna uutuk mengembangkan karakter bangsa.
35.judul buku : Desain Pendidikan Karakter
Pengarang : zubaedi
Penerbit : Prenada Media
tahun terbitan : 2015
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 418
intisari :
Buku ini membahas makna dan urgensi pendidikan karakter , ruang lingkup pendidikan
karakter, format pembelajaran pendidikan karakter, pendidikan karakter dengan pola
integralistik, dan implementasi praktis pendidikan budi pekerti secara integralistik di
sekolah. Dengan demikian, siswa didik bisa menghadapi fenomena dan dilema
kehidupan itu secara benar.

36. judul buku : Psikologi PendidikanAplikasi Teori di Indonesia


Pengarang : Faizah, Ulifa Rahma, Yuliezar Perwira Dara 
Penerbit : Universitas Brawijaya Press
tahun terbitan : 2017
kota penerbitan : malang
jumlah halamannya : 216
intisari :
Materi yang dibahas dalam buku ini mencakup: (1) Gambaran Umum Psikologi
Pendidikan (2) Pendidikan berdasarkan Perkembangan Kognitif (3) Pendidikan
berdasarkan Perkembangan Sosial (4) Pendidikan berdasarkan Perkembangan Moral (5)
Variasi Individu (6) Variasi Kelompok (7) Pendidikan Siswa Berkebutuhan Khusus (8)
Manajemen Kelas (9) Asesmen Kelas.
37. judul buku : Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan
Pengarang : Syafril, Zelhendri Zen
Penerbit : Prenada Media
tahun terbitan : 2019
kota penerbitan : depok
jumlah halamannya : 284
intisari :
Peningkatan mutu pendidikan tinggi dewasa ini dilakukan dengan melalui perubahan
kurikulum yang disesuaikan dengan tuntutan KKNI yang telah ditetapkan melalui
peraturan presiden. Buku ini diharapkan akan dapat menjadi acuan dan titik tolak
kegiatan perkuliahan, sehingga perkuliahan dapat dilakukan lebih terarah dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan. Buku ini merupakan referensi utama bagi dosen
dan mahasiswa dalam penyelenggaraan mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,
mengingat buku yang sesuai dengan isi dan silabus mata kuliah ini masih kurang.
Dengan demikian, para mahasiswa yang mengambil mata kuliah Dasar-dasar Ilmu
Pendidikan dapat menggunakannya sebagai referensi dalam mempelajari dan
mengerjakan tugas-tugas perkuliahan, baik untuk membuat tugas-tugas terstruktur
maupun dalam proses belajar secara mandiri. Meskipun demikian, buku ini tidaklah
dimaksudkan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam penyelenggaraan mata kuliah
ini. Untuk itu, kepada para mahasiswa dan dosen diharapkan dapat mencari, membaca,
dan menambah referensi lain yang relevan.
38.judul buku : Landasan Pendidikan
Pengarang : Dani Nur Saputra, Jumadi, Abdul Kholil, Susanti Faipri
Selegi, Murjainah, Agus, Agung Setia, Kelly Sinaga, Ahmad Farisi ·
Penerbit : Media Sains Indonesia
tahun terbitan : 2021
kota penerbitan : bandung
jumlah halamannya : 197
intisari :
Landasan pendidikan terdiri dari beberapa jenis, landasan sejarah, landasan filosofis,
landasan sosiologi, landasan psikologi, dan landasan religius, landasan merupakan sebuah
pijakan dalam melaksanakan pengelolaan pendidikan kegiatan seseorang atau sekelompok
orang atau lembaga dalam membantu individu atau masyarakat untuk mencapai tujuan
pedidikan. bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan
pendidikan secaramakro maupun mikro, dan dapat berupa kegiatan pendidikan bimbingan,
pengajaran dan dan latihan.

Dalam pengertian yang sederhana landasan pendidikan merupakan hal yang positif yang
berpengaruh terhadap karakter, landasan pendiedikan ini seorang pendidik dan tenaga
kependidikan mengajarkan nilai-nilai pergerakan pendidikan yang mendukung
pengembangan sosial yang mempunyai nilai atau etik dalam dalam proses pengelolaan
pendidikan.

39. judul buku : Komunikasi Pendidikan


Pengarang : nofrion
Penerbit : Prenada Media
tahun terbitan : 2016
kota penerbitan : jakarta
jumlah halamannya : 230
intisari :
Buku teks Komunikasi Pendidikan: Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi dalam
Pembelajaran ditulis untuk menjawab tantangan pentingnya keterampilan
berkomunikasi bagi guru/pendidik. Masih banyak ditemui keluhan orangtua dan
permasalahan di sekolah yang disebabkan oleh rendahnya kualitas berkomunikasi guru.
Permasalahan ini tidak saja akan merugikan peserta didik dan pendidik tapi juga bisa
menyebabkan masalah lain yang lebih serius seperti memburuknya hubungan sosial
bahkan sampai pada terjadinya konflik fisik. Tentunya hal ini akan menurunkan kualitas
pembelajaran dan mengancam tujuan pembelajaran.
40. judul buku : MANAJEMEN PENDIDIKAN ANAK DENGAN GANGGUAN
EMOSI PERILAKU
Pengarang : Sujarwanto
Penerbit : Jakad Media Publishing
tahun terbitan : 2020
kota penerbitan : surabaya
jumlah halamannya : 190
intisari :
Mata kuliah pendidikan anak dengan gangguan emosi dan perilaku diajarkan sebagai mata
kuliah umum yang diberikan untuk membekali mahasiswa dalam mengasesmen,
merencanakan, menyusun program, melaksanakan program, serta mengevaluasi program
bina bicara bagi klien yang memiliki hambatan gangguan emosi dan perilaku.

Melalui buku ini mahasiswa diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan dalam
mendeteksi individu dengan hambatan komunikasi lebih dini untuk diberikan program
penanganan yang tepat. Buku ini dimulai dengan penjelassan tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, lalu dibahas secara terperinci, dan dilengkapi dengan beberapa soal
untuk mengukur tingkat penguasaan materi serta tingkat ketuntasan yang dicapai
mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai