1. Jelaskan apa arti atau pengertian ilmu pendidikan Islam baik secara etimologi
maupun terminologi, kemudian fungsi dan peran pendidikan Islam terhadap
pembangunan / pembinaan ummat bagaimana, Jelaskan !
ilmu pendidikan Islam secara etimologi
Dalam konteks Islam, pendidikan secara bahasa (lughatan) ada tiga kata yang
digunakan.Ketiga kata tersebut, yaitu : 1) At-tarbiyah, 2) Al-ta’lim, dan 3) Al-ta’dib.Ketiga
kata tersebut memiliki makna yang saling berkaitan saling cocok untuk pemaknaan
pendidikan dalam Islam. Ketiga makna itu mengandung makna yang amat dalam,
menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan
Tuhan berkaitan dengan satu sama lain.
Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur’an yang harus dibaca. Ia merupakan
ayat yang diturunkan Allah (ayat tanziliyah, qur’aniyah) Selain itu, Allah memerintahkan
agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-fenomena alam (ayat
kauniyah, sunatullah), anatara lain, “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada dilangit dan
dibumi”(QS. Yunus : 101)
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan agar manusia
membaca Al-Qur’an (ayat-ayat quraniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa
memberikan tekanan terhadap slah satu jenis ayat yang dimaksud. Hal itu berarti bahwa
pendidikan Islam harus dilaksanakan secara terpadu (integral)
b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara berbagai aspek yang
meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan hubungan
dengan Allah dan sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi
perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia agar mereka dapat
meraih kebahagiaan kedua alam itu. implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. hal ini senada dengan FirmanAllah SWT:
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (Al-
Qashas : 77)
Dalam dunia pendidikan, khususunya dalam pembelajaran, pendidik harus
memperhatikan keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang relevan. selain
mentrasfer ilmu pengetahuan, pendidik perlu mengkondisikan secara bijak dan profesional
agar peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di dalam maupun di luar
kelas.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan Rabb Al-Amin
(pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan alam semesta termasuk manusia.
Allah menampakan proses yang memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal
demikian kemudian dikenal sebagai aturan-aturan yang diterpakan Allah atau disebut
Sunnatullah.
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhari Umar dalam bukunya
menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam pendidikan secara teologis dimungkinkan
karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan
sebagai khalifatullah fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah Allah terhadap alam
semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan perimbangan tersebut dapat dikatakan
bahwa karakter hakiki pendidikan Isam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah
secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengakn kata lain, pendidikan
Islam tidak lain adalah keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah Allah terhadap manusia,
sejak dari proses penciptaan samspai dewasa dan sempurna.
3. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang telah tergambar
dan terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret manusia dalam pendidikan sekuler
diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau pada seorang individu karena
kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok
orang semata.
Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan
potensi yang dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap
tahapan hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan
unsur-unsur individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis
keridhaan Allah.
Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik harus
mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
4. Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan
memantapkan kecendrungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama menjadi
petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu
menyelenggrakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya
sebagai sumebr moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-
ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan selalu
mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik (‘amaliyyah) yang bermuatan nilai dan
moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian (ilmu agama)
formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang
sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
5. Prinsip terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan
oleh amal perbuatan manusia (QS, Al-Mulk : 2), atau ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13). oleh
karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan universal.
menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar menjelaskan bahwa keterbukaan
pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dar
luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga
dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.
6. Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan individual antara seorang manusia dengan orang lain dikemukakan oleh Al-
Qur’an dan hadist. Sebagai contoh:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS. Ar-Rum :
22)
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan perbedaan tingkah laku karena
setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya masing-masing. Menurut Asy-
Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sepanjangs sejarahnya telah memlihara perbedaan individual yang dimilki oleh peserta
didik.
7. Prinsip Pendidikan Islam adalah Dinamis
Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan,
kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya untuk selalu memperbaharuhi diri dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya mampu
memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan
perkembangan dan perubahan social. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan
Islam yang memotivasi untuk hidup dinamis.
4.Apa yang kau ketahui tentang pendidik dan peserta didik dalam perspektif Islam,
coba uraikan!
Pendidik dalam perspektif islam
Secara umum, pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara itu secara khususnya, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi, baik potesi Afektif, Kognitif maupun
psikologis sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. (Tafsir, 1992)
Dikutip dari Abudin Nata, pengertian pendidik adalah orang yang mendidik.
Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan
kegiatan dalam bidang mendidik. Secara khusus pendidikan dalam persepektif
pendidikan Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
seluruh potensi peseta didik. Kalau kita melihat secara fungsional kata pendidik dapat di
artikan sebagai pemberi atau penyalur pengetahuan, keterampilan. Dari istilah-istilah
sinonim di atas, kata pendidik secara fungsional menunjukan kepada seseorang yang
melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, keterampilan, pendidikan,
pengalaman, dan sebagainya, bisa siapa saja dan dimana saja. Secara luas dalam
keluarga adalah orang tua, guru jika itu disekolah, di kampus disebut dosen, di pesantren
disebut murabbi atau kyai dan lain sebagainya
Kata Murabbi,yang sering diartikan kepada pendidik, berasal dari kata rabbaya.Kata
dasarnya raba,yarbu Kata tarbiyah, yangdiartikan kepada pendidikan, juga terbentuk dari
kata ini. Maka pendidik sebagaiMurabbi berarti mempunyai peran dan fungsi membuat
pertumbuhan, perkembangan,serta menyuburkan intelektual dan jiwa peserta didik.
(manzur, 1990)
Peserta didik dalam perspektif islam
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah
Talamid, yang artinya adalah "murid", maksudnya adalah "orang-orang yang mengingini
pendidikan". Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah
Thullab, yang artinya adalah "mencari", maksudnya adalah "orang-orang yang mencari
ilmu
Abu Ahmadi juga menuliskan tentang pengertian peserta didik, peserta didik
adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan
orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai
makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota
masyarakat dan sebaga suatu pribadi atau individu. (hamadi, 2001)
berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan peserta didik adalah
anggota masyarakat yang belum dewasa yang memiliki fitrah (Potensi), baik secara
fisik maupun psikis, yang memerlukan usaha, bantuan dan bimbingan orang lain
yang lebih dewasa, untuk mengembangan dirinya melalui proses pendidikan pada
jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu
5. Dasar kurikulum pendidikan Islam yang ditawarkan As Syaibany yaitu dasar
Agama, Falsafah, Psikologis dan Sosial, coba uraikan dan jelaskan !
Kurikulum dalam bahasa arab disebut “Manhaj”, secara umum Kurikulum
pendidikan ialah segala sesutu atau seperangkat perencanaan yang dijadikan acuan oleh
lembaga pendidikan yang berisi materi (bahan) ilmu pengetahuan yang mampu berfungsi
sebagai alat untuk mencapai atau mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum
pendidikan Islam harus sejalan dengan idealitas serta mengandung tata nilai Islami baik
secara intrinsik maupun ekstrinsik yang mampu merealisasikan tujuan pendidikan Islam.
Sedangkan menurut al-Syaibani kurikulum adalah suatu jalan terang yang dilalui oleh
lembaga pendidikan maupun pendidik untuk mengembangkan potensi, keterampilan serta
pengetahuan peserta didik, sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.
Dari beberapa definisi kurikulum diatas, hakikat dari kurikulum adalah suatu
program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan tertentu. Kemudian, jika disambungkan dengan filsafat dan pendidikan Islam,
kurikulum pendidikan Islam mempunyai arti sebagai suatu rangkaian program yang
mengarahkan kegiatan belajar mengajar secara sistemtis dan berarah tujuan serta
melukiskan cita-cita nilai-nilai keIslaman. Kurikulum mempunyai 4 aspek utama, yaitu :
a. Tujuan-tujuan pendidikan.
b. Pengetahuan-pengetahuan.
c. Metode atau cara-cara mengajar.
d. Evaluasi atau penilaian.
Kurikulum sangat penting dalam pendidikan Islam, yaitu sebagai :
a. Alat untuk mendidik generasi muda dan menolong mereka untuk membuka dan
mengembangkan kesediaan, minat, bakat, kekuatan, dan ketrampilan.
b. Alat untuk menciptakan perubahan yang diinginkan pada kebiasaan, kepercayaan, sikap,
system, dan gaya hidup masyarakat.
Adapun Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam, menurut al-Syaibani yaitu:
a.Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan
kandungan, kaidah, alat dan tehniknya.
b.Meluaskan perhatian dan kandungnnya mencakaup perhatian, pengembangan serta
bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar baik dari segi intelektual, psikologi, sosial
maupun spiritual.
c. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan seni,
pengalaman dan kegiatan pengajaran.
d. Menekankan kepada konsep secara menyeluruh, keseimbangan pada kandungannya
yang tidak terbatas pada ilmu-ilmu teoritis baik yang bersifat naqli maupun aqli. Tetapi
meliputi aktivitas pendidikan seni, jasmani, bahasa,dll.
e. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan Islam dengan minat, kemampuan, keperluan
dan perbedaan individual antara peserta didik.
Dengan melihat ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam di atas, kurikulum pendidikan
Islam disusun dengan mengikuti tujuh prinsip, meliputi; Prinsip pertautan dengan Agama,
Prinsip Universal, Prinsip keseimbangan, Prinsip keterkaitan dengan bakat dan minat,
Prinsip fleksibelitas, Prinsip memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada, Prinsip
pertautan antara mata pelajaran dengan aktifitas fisik yang tercakup dalam kurikulum
pendidikan Islam. Adapun dasar-dasar umum yang menjadi landasan kurikulum
pendidikan Islam, menurut al-Syaibani yaitu Dasar agama, falsafah, psikologis dan sosial.
Falsafah Metode Pendidikan Islam
Bagaimanapun baik dan sempurnanya suatu kurikulum pendidikan Islam, ia tidak
akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat untuk
mentransformasikannya kepada peserta didik. Hal ini berarti bahwa metode termasuk
persoalan yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai apabila jalan yang
ditempuhnya benar dan tepat. Metode adalah suatu jalan atau cara untuk menyampaikan
mata pelajaran maupun segala hal yang sudah tercantum dalam kurikulum demi mencapai
tujuan.
Dalam kitab-kitab pendidikan Islam banyak gambaran dan uraian tentang metode
atau cara mengajar, dalam pandangan al-Syaibani diantara metode-metode umum seperti
yang biasa yang kita ketahui, disini ada empat macam metode diantaranya:
a. Metode pengambilan kesimpulan atau induktif yaitu, metode dimulai dengan membahas
dari hal-hal yang bersifat khusus baru kemudian diambil kesimpulan. Artinya seorang
pembimbing mengajarkan kepada peserta didik untuk mengetahui fakta-fakta dan hukum-
hukum umum melalui jalan pengambilan kesimpulan atau induksi
b. Metode perbandingan ialah suatu metode yang membandingkan antara ilmu satu dengan
ilmu satunya untuk memperoleh makna yang benar maupun kaidah-kaidah dari pelajaran
tersebut, biasanya dalam hal hukum.
c. Metode kuliah ialah metode dengan menyiapkan pelajarannya terlebih dahulu kemudian
membahas pokok masalah yang terkait kemudian disimpulkan, dan peserta didik mencatat,
serta memahaminya. Metode ini lebih cocok diterapkan pada anak yang sudah dewasa,
misalnya mahasiswa. Karena metode ini memerlukan pemahaman yang lebih yang sulit
dijangkau oleh anak kecil.
d. Metode dialog dan perbincangan ialah, metode yang didasarkan atas dialog dan
pebincangan melalui janya jawab untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang ada dan untuk sampai kepada fakta yang tidak dapat diragukan, dikritik, dan dibantah
lagi.
Adapun metode yang ditawarkan al-Syaibani, meliputi:
a.Metode lingkaran (halaqah), Yaitu para pelajar mengelilingi gurunya dalam setengah
bulatan untuk mendengarkan penjelasannya.
b. Metode riwayat, Biasanya metode ini digunakan dalam materi hadits, bahasa, sastra
arab, fiqih, dan ilmu kalam.
c.Metode mendengar, yaitu murid hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya.
d.Metode membaca.
e. Metode Imla’ (dictation), Merupakan metode yang selanjutnya setelah mendengarkan,
artinya selain siswa mendengarkan, siswa juga mencatatnya.
f.Metode Lawatan, yaitu modtode dengan mengadakan penelitian ilmiah untuk
mendapatkan suatu pengetahuan.
Selain itu ciri-ciri dan tujuan-tujuan umum metode dalam pendidikan Islam antara lain
a.Berpadunya metode dan cara-cara, dari segi tujuan dan alat dengan jiwa ajaran dan
akhlak Islam yang mulia.
b.Bersifat luwes dan dapat menerima perubahan dan menyesuaikan dengan keadaan serta
mengikuti sifat pelajar.
c.Mengaitkan antara teori dan praktek.
d.Mengajar secara keseluruhan, tidak boleh diringkas.
e.Memberikan kebebasan kepada murid untuk berdiskusi, berdebat, dan berdialog, selama
masih dalam batas kesopanan dan saling menghormati.
Adapun Tujuan-tujuannya, antara lain :
a.Menolong pelajar untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan
ketrampilannya.
b.Membiasakan pelajar untuk menghafal, memahami, dan berpikir sehat.
c.Memudahkan proses pengajaran.
d. Menciptakan suasana yang sesuai dengan keadaan pelajar.
Al-Syaibani juga dasar-dasar dan prinsip-prinsip metode mengajar dalam pendidikan
Islam, yaitu diantaranya:
a. Dasar Agama.
b. Dasar Biologis.
c. Dasar Psikologis.
d. Dasar Sosial.
Prinsip-prinsipnya, antara lain:
a.Pentingnya menjaga motivasi pelajar dan kebutuhan, minat, dan keinginannya pada
proses belajar.
b.Pentingnya menjaga tujuan pelajar dan menolongnya mengembangkan tujuan tersebut.
c.Memelihara tahap kematangan yang dicapai oleh pelajar dan derajat kesediaannya untuk
belajar.
d.Pendidik seharusnya mempersiapkan peluang partisipasi yang praktikal.
e.Pentingnya memperhatikan kefahaman, mengetahui hubungan, kepaduan dan kelanjutan
pengalaman, sifat baru, keaslian dan kebebasan berfikir.
f.Pentingnya membuat proses pendidikan itu suatu proses yang menggembirakan dan
menciptakan kesan yang baik pada diri pelajar.
6. Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa prinsip kurikulum harus
Relevan, Efektif, Efesien, Fleksibel, coba jelaskan !
Zakiah Daradjat memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam
bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan
tertentu (Ramayulis dan Samsul, 2010:192). Sementara menurut UU No. 20 Tahun 2003,
pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Berdasar definisi di atas,
kurikulum pada hakikatnya suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan.
A. Relevansi
Relevansi: kesesuaian dan keserasian pendidikan dengan tuntutan masyarakat. Dalam hal
ini ada dua relevansi, yaitu relevansi ke luar dan ke dalam. Relevansi ke luar: tujuan, isi,
dan kegiatan belajar harus relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan
masyarakat. Relevansi ke dalam: adanya kesesuaian atau konsistensi antara komponen-
komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan penilaian
menunjukkan keterpaduan kurikulum
B. Efektifitas
Efektifitas, berkenaan dengan sesuatu yang direncanakan atau diinginkan dapat
dilaksanakan, dan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas maupun
kualitasnya. Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan dari
kebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya, harus diperhatikan kaitan
antara aspek utama kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
C. Efisiensi
Efisiensi dalam kegiatan belajarmengajar berarti bahwa waktu, tenaga dan biaya yang
digunakan untuk menyelesaikan program pembelajaran dapat merealisasikan
hasil yang optimal. Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya tidak mahal. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam
keterbatasanketerbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Prinsip
efisiensi terkait dengan efisiensi waktu, tenaga, peralatan yang akan menghasilkan
efisiensi biaya.
D. Prinsip fleksibilitas;
dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes,
lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang,
serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
7.Coba uraikan apa yang dimaksud dengan mendidik melalui keteladanan, mendidik
melalui kebiasaan, mendidik melalui nasihat dan cerita, mendidik melalui disiplin !
mendidik melalui keteladanan
Keteladanan merupakan sebuah metode pendidikan Islam yang sangat efektif yang
diterapkan oleh seorang guru dalam proses pendidikan. Karena dengan adanya pendidikan
keteladanan akan mempengaruhi individu pada kebiasaan, tingkah laku dan sikap. Dalam
al-4XU·DQkata teladan di proyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat di
belakangnya seperti sifat hasanah yang berati baik. Sehingga terdapat ungkapan uswatun
hasanah yang berati teladan yang baik. Kata-kata uswah ini dalam al quran ada tiga kali
dengan mengambil sampel pada diri para nabi yaitu Nabi Muhammad SAW, Nabi
Ibrahim, dan kaum yang beriman teguh kepada Allah.
keteladanan juga dapat ditunjukkan dalam prilaku dan sikap pendidik dan tenaga
kependidikan dalam memberikan contoh tindakantindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Pendemonstrasian berbagai
contoh teladan merupakan langkah awal pembiasaan, jika pendidik dan tenaga
kependidikan yang lain menghendaki agar peserta didik berprilaku dan bersikap sesuai
dengan nilainilai karakter, maka pendidik dan tenaga kependidikan yang lain adalah orang
yang pertama dan utama memberikan contoh bagaimana berprilaku dan bersikap sesuai
dengan nilai-nilai tersebut. Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja
keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga
kebersihan dan sebagainya.
Mendidik melalui kebiasaan
Pendidikan agama Islam sebagai pendidikan paling penting, maka perlu adanya
pembiasaan-pembiasaan dalam menjalankan ajaran Islam. Metode pembiasaan tergambar
dalam Al-Qur’an dalam penjabaran materi pendidikan melalui kebiasaan yang dilakukan
secara bertahap. Dalam hal ini termasuk merubah kebiasaan–kebiasaan yang negatif.
Proses pembiasaan dalam pendidikan merupakan hal yang penting terutama bagi anak-
anak usia dini. Anak-anak belum menyadari apa yang disebut baik dan tidak baik. Ingatan
anak-anak belum kuat, perhatian mereka mudah beralih kepada hal-hal yang baru dan
disukainya. Dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan dan pola pikir tertentu.
Pembentukan karakter seseorang (terutama peserta didik) bersifat tidak alamiah, sehingga
dapat berubah dan dibentuk sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Pembiasaan dalam
pendidikan agama hendaknya dimulai sedini mungkin. Mendidik anak dengan metode
pembiasaan juga didasarkan pada hadis nabi Muhammad saw, yang berbunyi :
“ Dari Aisyah ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : “ Amalan-amalan yang disukai
Allah adalah amalan-amalan yang dikerjakan secara langgeng (menjadi suatu kebiasaan),
walau amalan itu sedikit ” (HR. Muslim)
Mendidik melalui nasehat
Metode nasihat merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mengingatkan
seseorang terhadap sesuatu yang mana nanti nya dapat meluluhkan hati orang yang sedang
diberi nasihat. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pseserta didik yang kita ajarkan ialah
sebuah benda hidup yang mana mampu merespon apa yang akan kita berikan.
Untuk itulah dimana peran guru disini dibutuhkan untuk mendidik anak-anak nya melalui
dengan metode nasihat. Nasihat ini juga bisa disampaikan oleh seorang pendidik dengan
cara melalui sebuah kisah. Di mana dari penyampaian kisah-kisah yang diberikan oleh
pendidik kepada peserta didik akan mampu menarik perhatian dari mereka dan dapat
memberikan pengaruh kepada mereka.
Atau bisa juga dengan cara mengaitkan suatu peristiwa atau mengomentarinya setelah itu
diberikan penjelasan kepada para peserta didik agar para peserta didik lebih mampu
menarik sebuah nasihat yang terkandung didalamnya.
Dalam mendidik atau mengasuh anak kita sering berhadapan dengan berbagai
perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan kita. Oleh karena itu, sering dalam pikiran
untuk “mendisiplinkan” anak. Namun, sayangnya banyak sekali orang tua maupun guru
tidak memahami apa sebenarnya makna disiplin. Orang tua dan guru serta pihak lain yang
sering berurusan dengan anak, gagal membedakan antara disiplin dan hukuman.
Kata disiplin didefinisikan sebagai praktek melatih orang untuk mematuhi aturan
dengan menggunakan hukuman untuk memperbaiki ketidakpatuhan. Oleh karena itu, tak
heran definisi semacam ini sering kali mengaitkan pendisiplinan dengan alat-alat yang
Dalam penerapan kedisiplinan tentu perlu adanya peraturan dan sanksi (hukuman)
mendatang. Misalnya ketika anak didik melanggar peraturan yang ditetapkan oleh guru
atau sekolah. Banyak dari para guru maupun pihak sekolah memberikan hukuman dalam
bentuk kekerasan dan pembinaan tingkah laku, namun cara tersebut justru berdampak
- Rayandra Asyar. (2012). Kreatif Mengembangkan Media Pembelajran. Jakarta: Gaung Persada Press.
B. Syaful Bahri Djamarah dan Azwan Zain (2010:121) mengungkapkan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan
agar tercapai tujuan pembelajaran.
- Syaful Bhari Dzamarah dan Arswan Zain. (2010).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Edisi
Revisi
- Yudhi Munadi. 2008. Media Pembelajran; Sebuah Pendekatan Baru, Gaung Persada Press: Ciputat
Ada macam-macam media pembelajaran sederhana yang dapat Anda coba untuk
dipraktekkan :
1. Media Audio
Macam-macam media pembelajaran audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari
sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran.
Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan verbal
(bahasa lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi). Contoh
media seperti radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dan lain-lain.
2. Media Visual
Macam-macam media pembelajaran visual adalah media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan. Jenis media pembelajaran visual menampilan materialnya dengan
menggunakan alat proyeksi atau proyektor. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke
dalam bentuk-bentuk visual. Selain itu fungsi media visual juga berfungsi untuk menarik
perhatian, memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah
untuk dicerna dan diingat jika disajikan dalam bentuk visual. Macam-macam media
pembelajaran visual ini dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual
gerak. Berikut penjelasannya :
4. Media Serbaneka
Macam-macam media pembelajaran serbaneka merupakan suatu media yang disesuaikan
dengan potensi di suatu daerah, di sekitar sekolah atau di lokasi lain atau di masyarakat
yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran. Contoh macam-macam media
pembelajaran serbaneka di antaranya adalah papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan
sumber belajar pada masyarakat. Berikut penjelasannya :
a. Papan (board) yang termasuk dalam media ini di antaranya papan tulis, papan
buletin, papan flanel, papan magnetik, papan listrik, dan papan paku.
c. Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya. Contoh pemanfaatan
realit misalnya guru membawa kelinci, burung, ikan atau dengan mengajak siswanya
langsung ke kebun sekolah atau ke peternakan sekolah.
d. Sumber belajar pada masyarakat di antaranya dengan karya wisata dan berkemah.
5. Gambar fotografi
Gambar fotografi diperoleh dari beberapa sumber, misalnya dari surat kabar, lukisan,
kartun, ilustrasi, foto yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat digunakan oleh
guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar dengan tujuan tertentu. Terdapat lima
macam gambar fotografi yang harus diperhatikan antara lain:
c. Gambar fotografi untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas.
a. Memungkinkan siswa mengerti posisi dari kesatuan politik, daerah kepulauan dan lain
lain.
b. Merangsang minat siswa terhadap penduduk dan pengaruh- pengaruh geografis.
13.Menurut pandangan anda di zaman now ini factor apa saja yang menjadi
tantangan pendidikan islam kontemporer, (problematika) coba jelaskan!
Pendidikan islam tidak luput dari problematika yang muncul di era global ini. Terdapat
dua faktor dalam problematika tersebut, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
a. Relasi Kekuasaan dan Orientasi Pendidikan Islam
Tujuan pendidikan pada dasarnya hanya satu, yaitu memanusiakan manusia, atau
mengangkat harkat dan martabat manusia atau human dignity, yaitu menjadi khalifah di
muka bumi dengan tugas dan tanggung jawab memakmurkan kehidupan dan memelihara
ling[1] Haidar Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara,(Jakarta :
Rineka Cipta, 2009) Cet. kungan. Tujuan pendidikan yang selama ini diorientasikan
memang sangat ideal bahkan, lantaran terlalu ideal, tujuan tersebut tidak pernah terlaksana
dengan baik.
Orientasi pendidikan, sebagaimana yang dicita-citakan secara nasional, barangkali dalam
konteks era sekarang ini menjadi tidak menentu, atau kabur kehilangan orientasi
mengingat adalah tuntutan pola kehidupan pragmatis dalam masyarakat indonesia. Hal ini
patut untuk dikritisi bahwa globalisasi bukan semata mendatangkan efek positif, dengan
kemudahan-kemudahan yang ada, akan tetapi berbagai tuntutan kehidupan yang
disebabkan olehnya menjadikan disorientasi pendidikan. Pendidikan cenderung berpijak
pada kebutuhan pragmatis, atau kebutuhan pasar lapangan, kerja, sehingga ruh pendidikan
islam sebagai pondasi budaya, moralitas, dan social movement (gerakan sosial) menjadi
hilang.
b. Masalah Kurikulum
Kedudukan kurikulum di sini dapat ditempatkan dalam guiding Intruction (arahan &
bimbingan) dan juga harus bisa menduduki peran sebagai alat anticipatory, yaitu alat yang
dapat meramalkan masa depan.
Sistem sentralistik terkait erat dengan birokrasi atas bawah yang sifatnya otoriter yang
terkesan pihak “bawah” harus melaksanakan seluruh keinginan pihak “atas”. Dalam
system yang seperti ini inovasi dan pembaruan tidak akan muncul. Dalam bidang
kurikulum sistem sentralistik ini juga mempengaruhi output pendidikan. Tilaar
menyebutkan kurikulum yang terpusat, penyelenggaraan sistem manajemen yang
dikendalikan dari atas telah menghasilkan output pendidikan manusia robot. Selain
kurikulum yang sentralistik, terdapat pula beberapa kritikan kepada praktik pendidikan
berkaitan dengan saratnya kurikulum sehingga seolah-olah kurikulum itu kelebihan
muatan. Hal ini mempengaruhi juga kualitas pendidikan. Anak-anak terlalu banyak
dibebani oleh mata pelajaran.
Dalam realitas sejarahnya, pengembangan kurikulum Pendidikan Islam tersebut
mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun paradigma sebelumnya tetap
dipertahankan. Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut : (1) perubahan dari tekanan
pada hafalan dan daya ingat tentang teks-teks dari ajaran-ajaran agama islam, serta disiplin
mental spiritual sebagaimana pengaruh dari timur tengah, kepada pemahaman tujuan
makna dan motivasi beragama islam untuk mencapai tujuan pembelajaran Pendidikan
Islam. (2) perubahan dari cara berfikir tekstual, normatif, dan absolutis kepada cara
berfikir historis, empiris, dan kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran
dan nilai-nilai islam.(3) perubahan dari tekanan dari produk atau hasil pemikiran
keagamaan islam dari para pendahulunya kepada proses atau metodologinya sehingga
menghasilkan produk tersebut. (4) perubahan dari pola pengembangan kurikulum
pendidikan islam yang hanya mengandalkan pada para pakar dalam memilih dan
menyusun isi kurikulum pendidikan islam ke arah keterlibatan yang luas dari para pakar,
guru, peserta didik, masyarakat untuk mengidentifikasikan tujuan Pendidikan Islam dan
cara-cara mencapainya.
c. Pendekatan/Metode Pembelajaran
Peran guru atau dosen sangat besar dalam meningkatkan kualitas kompetensi
siswa/mahasiswa. Dalam mengajar, ia harus mampu membangkitkan potensi guru,
memotifasi, memberikan suntikan dan menggerakkan siswa/mahasiswa melalui pola
pembelajaran yang kreatif dan kontekstual (konteks sekarang menggunakan teknologi
yang memadai). Pola pembelajaran yang demikian akan menunjang tercapainya sekolah
yang unggul dan kualitas lulusan yang siap bersaing dalam arus perkembangan zaman.
Siswa atau mahasiswa bukanlah manusia yang tidak memiliki pengalaman. Sebaliknya,
berjuta-juta pengalaman yang cukup beragam ternyata ia miliki. Oleh karena itu, dikelas
pun siswa/mahasiswa harus kritis membaca kenyataan kelas, dan siap mengkritisinya.
Bertolak dari kondisi ideal tersebut, kita menyadari, hingga sekarang ini siswa masih
banyak yang senang diajar dengan metode yang konservatif, seperti ceramah, didikte,
karena lebih sederhana dan tidak ada tantangan untuk berfikir.
d. Profesionalitas dan Kualitas SDM
Salah satu masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia sejak masa Orde
Baru adalah profesionalisme guru dan tenaga pendidik yang masih belum memadai. Secara
kuantitatif, jumlah guru dan tenaga kependidikan lainnya agaknya sudah cukup memadai,
tetapi dari segi mutu dan profesionalisme masih belum memenuhi harapan.
Banyak guru dan tenaga kependidikan masih unqualified, underqualified, dan mismatch,
sehingga mereka tidak atau kurang mampu menyajikan dan menyelenggarakan pendidikan
yang benar-benar kualitatif.
e. Biaya Pendidikan
Faktor biaya pendidikan adalah hal penting, dan menjadi persoalan tersendiri yang seolah-
olah menjadi kabur mengenai siapa yang bertanggung jawab atas persoalan ini. Terkait
dengan amanat konstitusi sebagaimana termaktub dalam UUD 45 hasil amandemen, serta
UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang memerintahkan
negara mengalokasikan dana minimal 20% dari APBN dan APBD di masing-masing
daerah, namun hingga sekarang belum terpenuhi. Bahkan, pemerintah mengalokasikan
anggaran pendidikan genap 20% hingga tahun 2009 sebagaimana yang dirancang dalam
anggaran strategis pendidikan.
2. Faktor Eksternal
a. Dichotomic
Masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan islam adalah dichotomy dalam beberapa
aspek yaitu antara Ilmu Agama dengan Ilmu Umum, antara Wahyu dengan Akal setara
antara Wahyu dengan Alam. Munculnya problem dikotomi dengan segala perdebatannya
telah berlangsung sejak lama. Boleh dibilang gejala ini mulai tampak pada masa-masa
pertengahan. Menurut Rahman, dalam melukiskan watak ilmu pengetahuan islam zaman
pertengahan menyatakan bahwa, muncul persaingan yang tak berhenti
antarahukum dan teologi untuk mendapat julukan sebagai mahkota semua ilmu.
b. To General Knowledge (pengetahuan umum)
Kelemahan dunia pendidikan islam berikutnya adalah sifat ilmu pengetahuannya yang
masih terlalu general/umum dan kurang memperhatikan kepada upaya penyelesaian
masalah (problem solving). Produk-produk yang dihasilkan cenderung kurang membumi
dan kurang selaras dengan dinamika masyarakat. Menurut Syed Hussein Alatas
menyatakan bahwa, kemampuan untuk mengatasi berbagai permasalahan, mendefinisikan,
menganalisis dan selanjutnya mencari jalan keluar/pemecahan masalah tersebut
merupakan karakter dan sesuatu yang mendasar kualitas sebuah intelektual. Ia
menambahkan, ciri terpenting yang membedakan dengan non-intelektual adalah tidak
adanya kemampuan untuk berfikir dan tidak mampu untuk melihat konsekuensinya.
c. Lack of Spirit of Inquiry
Persoalan besar lainnya yang menjadi penghambat kemajuan dunia pendidikan islam ialah
rendahnya semangat untuk melakukan penelitian/penyelidikan. Syed Hussein Alatas
merujuk kepada pernyataan The Spiritus Rector dari Modernisme Islam, Al Afghani,
Menganggap rendahnya “The Intellectual Spirit”(semangat intelektual) menjadi salah satu
faktor terpenting yang menyebabkan kemunduran Islam di Timur Tengah.
d. Demokratisasi Pendidikan Islam
Demokrasi berasal dari bahasa yunani, dari kata “demos” dan “cratos”, demos berarti
rakyat dan cratos berarti pemerintah. Amka demokrasi adalah pemerintahan di tangan
rakyat. Menurut Peter Salim, “Demokrasi adalah pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua negara”. Sedangkan
Zaki Badawi berpendapat bahwa demokrasi adalah menetapkan dasar – dasar kebebasan
dan persamaan terhadap individu – individu yang tidak membedakan asal, jenis agama
dan bahasa. Menurut Dede Rosyada, istilah demokrasi memang muncul dan dipakai dalam
kajian politik, yang bermakna kekuasaan berada di tangan rakyat, mekanisme
berdemokrasi dalam politik tidak sepenuhnya sesuai dengan mekanisme dalam lembaga
pendidikan, namun secara substansif demokrasi membawa semangat dalam pendidikan ,
baik dalam perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi. Apabila dihubungkan dengan
pendidikan maka pengertiannya sebagai berikut: Vebrianto memberi pendapat pendidikan
yang demokrasi adalah pendidikan yang pendidikan yang memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap anak (peserta didik) mencapai tingkat pendidikan sekolah yang
setinggi –tinginya sesuai dengan kemampuannya. Sugarda Purbakawatja, memberikan
definisi bahwa demokrasi pendidikan, adalah pengajaran pendidikan yang semua anggota
masyarakat mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang adil.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa demokrasi pendidikan merupakan
suatu pandangan yang mengutamakan persamaan kewajiban dan hak dan perlakuan oleh
tenaga kependidikan terhadap peserta didik dalam proses pendidikan.
Prinsip demokrasi pendidikan islam dijiwai oleh prinsip demokrasi dalam islam, atau
dengan kata lain demokrasi pendidikan islam merupakan implementasi prinsip – prinsip
demokrasi islam terhadap pendidikan islam.
Demokratisasi merupakan isu sentral yang mempengaruhi masa depan pendidikan Islam di
Indonesia. Inti demokrasi adalah penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa
demokrasi, kreatifitas manusia tidak mungkin berkembang.
Baik secara normative maupun empiris, Islam bukanlah anti demokarasi. Secara normative
Islam memang tidak menjelaskan bagaimana bentuk demokrasi yang dianut, namun ajaran
Islam mengandung prinsip dan kaidah yang merupakan kata kunci isu demokrasi. Diantara
kaidah demokrasi dimaksud adalah : Pertama, kaidah ta’aruf (saling mengenal), bahwa
demokrasi terkait dengan interaksi sesame manusi, dan dalam keterkaitan itu terdapat
saling memahami
mengenal(ta’aruf). Kedua, kaidah syura (musyawarah). Ketiga, kaidah ta’awun
(kerasama). Keempat, maslahah atau menguntungkan
masyarakat. Kelima, kaidah ‘adalah ataU keadilan. Keenam, kaidah tagyir atau
perubahan.bahwa demokrasi adalah bersumber dari rakyat, sementara rakyat itu sendiri
berkembang, berbeda, juga berubah.Metode pendidikan dan pengajaran Islam sangat
banyak terpengaruh oleh prinsip-prinsipkebebasan dan demokrasi. Bila seseorang memiliki
keinginan untuk belajar dan rasa cinta ilmu, kegairahan untuk mengadakan penelitian dan
pembahasan, pintu untuk belajar terbuka luas, bahkan Islam mendorong supaya mereka
belajar, apalagi bla seseorang itu berpembawaan cerdas.
Islam menyerukan adanya prinsip persamaan dan peluang yang sama dalam belajar,
sehingga terbukalah kesadaran untuk beljar bagi semua orang, tanpa adanya peerbedaan
antara si kaya dan si miskin dan status sosial ekonomi seorang peserta didik, serta tidak
pula gender.
e. Certificate Oriented
Pola yang dikembangkan pada masa awal-awal Islam, yaitu thalab al’ilm, telah
memberikan semangat dikalangan muslim untuk gigih mencari ilmu, melakukan
perjalanan jauh, penuh resiko, guna mendapatkan kebenaran suatu hadits, mencari guru
diberbagai tempat, dan sebagainya. Hal tersebut memberikan isyarat bahwa karakteristik
para ulama muslim masa-masa awal didalam mencari ilmu adalah knowledge
oriented. Sehingga tidak mengherankan jika pada masa-masa itu, banyak lahir tokoh-tokoh
besar yang memberikan banyak konstribusi berharga, ulama-ulamaencyclopedic, karya-
karya besar sepanjang masa. Sementara, jika dibandingkan dengan pola yang ada pada
masa sekarang dalam mencari ilmu menunjukkan kecenderungan adanya pergeseran
dariknowledge oriented menuju certificate oriented semata. Mencari ilmu hanya
merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sertifikat atau ijazah saja, sedangkan
semangat dan kualitas keilmuan menempati prioritas berikutnya
14 Fungsi dan peran standar nasional dalam pendidikan Islam sangat urgen,
mengapa demikian coba jelaskan!
Mengacu pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut jelas sekali bahwa peran
nilai-nilai agama menjadi sangat penting dalam setiap proses pendidikan yang terjadi di
sekolah. Karena terbentuknya manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia
tidak mungkin terbentuk tanpa peran dari agama. Menurut Malik Fajar, yang dikutip oleh
Yunus Hasyim Syam, Pendidikan adalah masalah yang tidak pernah tuntas untuk
dibicarakan, karena itu menyangkut persoalan manusia dalam rangka memberi makna dan
arah normal kepada eksistensi fitrinya.1
Pendidikan Islam di Indonesia dalam sejarah penjangnya, mulai pada masa penajajahan
sampai Indonesia merdeka menghadapi berbagai persoalan dan kesenjangan dalam
berbagai aspek, berupa persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, tujuan, sumber daya,
serta manajemen pendidikan Islam.
Azyumardi Azra mengatakan, pendidikan Islam terlihat dalam penyusunan UU
Sisdiknas 2003, walaupun ada sebagian Pasalnya, pemerintah belum merealisasikan secara
konsisten, contohnya Pasal 49 ayat 12 tentang anggaran pendidikan3. Sementara Huzair
Sanaky mengatakan, Upaya pemerintah untuk memperbaiki pendidikan Islam di
Indonesia dapat kita lihat komitmen mereka dalam penyusunan UU Sisdiknas 2003,
walaupun perbaikannya belum dilakukan secara mendasar, sehingga terkesan seadanya
saja. Usaha pembaharuan dan peningkatan pendidikan Islam sering bersifat sepotong-
sepotong atau tidak komprehensif dan menyeluruh serta sebagian besar sistem dan
lembaga pendidikan Islam belum dikelola secara professional.
Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas beragama Islam telah sepakat untuk
membentuk negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 dengan menjamin kemerdekaan bagi umat Islam untuk melaksanakan dan
mengembangkan pendidikan Islam. Dalam Pasal 31 ayat 2 UUD 1945 “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional
yang diatur dengan Undang-Undang.
Di sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur’an yang harus dibaca. Ia merupakan
ayat yang diturunkan Allah (ayat tanziliyah, qur’aniyah) Selain itu, Allah memerintahkan
agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud fenomena-fenomena alam (ayat
kauniyah, sunatullah), anatara lain, “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada dilangit dan
dibumi”(QS. Yunus : 101)
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan agar manusia membaca
Al-Qur’an (ayat-ayat quraniyah) dan fenomena alam (ayat kauniyah) tanpa memberikan
tekanan terhadap slah satu jenis ayat yang dimaksud. Hal itu berarti bahwa pendidikan
Islam harus dilaksanakan secara terpadu (integral)
b. Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara berbagai aspek yang
meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu dan amal, urusan hubungan
dengan Allah dan sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam harus menjadi
perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia agar mereka dapat
meraih kebahagiaan kedua alam itu. implikasinya pendidikan harus senantiasa diarahkan
untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. hal ini senada dengan FirmanAllah SWT:
“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi” (Al-
Qashas : 77)
Dalam dunia pendidikan, khususunya dalam pembelajaran, pendidik harus memperhatikan
keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang relevan. selain mentrasfer ilmu
pengetahuan, pendidik perlu mengkondisikan secara bijak dan profesional agar peserta
didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di dalam maupun di luar kelas.
2. Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan Rabb Al-Amin
(pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan alam semesta termasuk manusia.
Allah menampakan proses yang memperlihatkan konsistensi dan keteraturan. Hal
demikian kemudian dikenal sebagai aturan-aturan yang diterpakan Allah atau disebut
Sunnatullah.
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhari Umar dalam bukunya menjelaskan,
bahwa peranan manusia dalam pendidikan secara teologis dimungkinkan karena posisinya
sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang paling sempurna dan dijadikan sebagai khalifatullah
fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah Allah terhadap alam
semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan perimbangan tersebut dapat dikatakan
bahwa karakter hakiki pendidikan Isam pada intinya terletak pada fungsi rubbubiyah Allah
secara praktis dikuasakan atau diwakilkan kepada manusia. Dengakn kata lain, pendidikan
Islam tidak lain adalah keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah Allah terhadap manusia,
sejak dari proses penciptaan samspai dewasa dan sempurna.
3. Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang telah tergambar dan
terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret manusia dalam pendidikan sekuler
diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau pada seorang individu karena
kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada angan-angan seseorang atau sekelompok
orang semata.
Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah kesempurnaan potensi
yang dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan aktual, melalui setiap tahapan
hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan Islam adalah menjaga keutuhan unsur-
unsur individual peserta didik dan mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan
Allah.
Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Pendidik harus
mengembangkan baik kecerdasan intelektual, emosional maupun spiritual secara simultan.
4. Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan dan
memantapkan kecendrungan tauhid yang telah menjadi fitrah manusia. Agama menjadi
petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh karena itu, pendidikan Islam selalu
menyelenggrakan pendidikan agama. Namun, agama di sini lebih kepada fungsinya
sebagai sumebr moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan hanya mengajarkan ilmu-ilmu
sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan jasmani semata, melainkan selalu
mengaitkan semuanya itu dengan kerangka praktik (‘amaliyyah) yang bermuatan nilai dan
moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian (ilmu agama)
formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada dalam ilmu-ilmu lain yang
sering dikategorikan secara tidak proporsional sebagai ilmu sekuler.
5. Prinsip Terbuka
Dalam Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan
oleh amal perbuatan manusia (QS, Al-Mulk : 2), atau ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13). oleh
karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka, demokratis, dan universal.
menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar menjelaskan bahwa keterbukaan
pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk mengadopsi unsur-unsur positif dar
luar, sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga
dasar-dasarnya yang original (shalih), yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist.
6. Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan individual antara seorang manusia dengan orang lain dikemukakan oleh Al-
Qur’an dan hadist. Sebagai contoh:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS. Ar-Rum :
22)
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan perbedaan tingkah laku karena
setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya masing-masing. Menurut Asy-
Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sepanjangs sejarahnya telah memlihara perbedaan individual yang dimilki oleh peserta
didik.
7. Prinsip Pendidikan Islam adalah Dinamis
Pendidikan Islam menganut prinsip dinamis yang tidak beku dalam tujuan-tujuan,
kurikulum dan metode-metodenya, tetapi berupaya untuk selalu memperbaharuhi diri dan
berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam seyogyanya mampu
memberikan respon terhadap kebutuhan-kebutuhan zaman dan tempat dan tuntutan
perkembangan dan perubahan social. Hal ini sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan
Islam yang memotivasi untuk hidup dinamis.
16. Ruang lingkup atau aspek apa saja yang perlu ditata ulang, coba jelaskan!
Menurut Carolyn & Edmund (2015:4) ada 4 kunci bagi guru untuk melakukan pengaturan
ruang kelas yang baik, yaitu:
1. Jadikanlah wilayah sirkulasi dan mobilitas siswa tinggi dan bebas dari kemacetan
2. Pastikan setiap siswa dapat dipantau dengan mudah oleh guru
4. Pastikan bahwa para siswa dapat dengan mudah melihat persentasi dan tampilan
seisi kelas
Menerapkan tiap-tiap komponen dalam 4 kunci tersebut akan membantu guru dalam
merancang pengaturan ruang kelas sehingga dapat menciptakan iklim pembelajaran yang
efektif dan menyenangkan bagi siswa. Komponen-komponen di atas dapat diaplikasikan
guru dengan memperhatikan beberapa aspek penting pengaturan ruang kelas seperti:
Berkenaan dengan pemilihan jodoh dalam perkawinan, syariat Islam telah meletakkan
kaidah-kaidah dan hukum-hukum bagi masing-masing pelamar dan yang dilamar, yang
apabila petunjuknya itu dilaksanakan maka perkwinan akan berada pada puncak
keharmonisan, kecintaan dan keserasian.
Rasulullah telah memberikan gambaran dalam haditsnya mengenai pemilihan calon istri
atau suami. Berikut ini ada beberapa hadits yang berkenaan dengan pemilihan jodoh di
antaranya :
Artinya:
Apabila kamu sekalian didatangi oleh seorang yang agama dan akhlaknya kamu ridhai,
maka kawinkanlah ia, jika kamu sekalian tidak melaksanakannya, maka akan menjadi
fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan (HR. Tirmidzi).
Awal mula pendidikan anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan pernikahan. Yaitu
melaksanakan sunnah Rasul, lahirnya keturunan yang dapat meneruskan risalahnya.
Pernikahan yang baik dilandasi keinginan untuk memelihara keturunan, tempat
menyamaikan bibit iman, melahirkan keluarga sehat serta memenuhi dorongan rasa aman,
sejahterah, dan sakinah, penuh mawaddah dan rahmah. Oleh karena itu pemilihan
pasangan sebelum nikahpun menjadi kepedulian utama dalam merancang pendidikan anak.
Apabila salah dalam memilih pasangan akan mendatangkan murka dan kemarahan Allah
akan membuat manusia sengsara dunia akhirat.
Memang ada laki-laki yang mendambakan perempuan kaya, meskipun tidak cantik. Ada
yang mendambakan perempuan cantik, meskipun miskin atau akhlaknya kurang sempurna.
Ada yang mendambakan perempuan kaya, cantik, akhlaknya baik, keturunannya baik-baik,
namun apa yang didambakan hampir semua laki-laki tersebut merupakan hal yang
mustahil mendapatkannya. Namun yang seorang laki-laki harus berusaha mendapatkan
perempuan yang taat beragama khususnya beribadah, meskipun segi-segi lainnya kurang
mantap.
Rasulullah SAW menganjurkan mengambil istri orang yang taat beragama, menurut
Nashih Ulwan, karena alasan berikut : “pasangan yang menetapkan agama sebagai
landasan memilih, tidak akan tertandingi oleh harta, keturunan dan kecantikan bersifat
sementara, sedangkan agama bersifat abadi bagi kehidupan dunia dan akhirat”.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa orang yang memilih kemuliaan sebagai landasan
pilihan ia akan terhinakan. Dan apabila harta menjadi landasan ia akan merasa kekurangan.
Dan apabila keturunan yang dipilihnya sebagai utama ia akan selalu merana.
Berdasarkan keterangan di atas maka persiapan pendidikan sudah harus dimulai sejak
pemilihan jodoh. Hadits itu diungkapkan Nabi Muhammad SAW tidaklah hanya sekedar
menjelaskan alternatif pemilihan istri belaka atau sekedar menganjurkan memilih
perempuan yang beragama semata melainkan lebih dari itu, dan bahkan yang lebih penting
adalah peningkatan martabat manusia di masa depan melalui upaya pendidikan. Anak lahir
dalam kandungan, lahir dan diasuh serta dididik oleh istri yang taat beragama
kemungkinan besar akan menjadi anak yang shalih setelah dewasa. Jika mungkin didapat
perempuan yang memiliki semuanya, yakni kecantikan, kekayaan, keturunan dan
keberagamaan yang seluruhnya baik tentulah amat ideal dan menggembirakan. Tetapi
kenyataan memperlihatkan bahwa amatlah sulit mendapat perempuan ideal semacam itu.
Itulah antara lain sebabnya mengapa Rasulullah SAW memberikan skala prioritas dalam
memilih wanita beragama yang taat beribadah.
2. Fase Perkawinan/Pernikahan
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, masalah perkawinan terdiri dari 2 aspek yakni
perkawinan sebagai fitrah insani, perkawinan sebagai kemaslahatan sosial.
Ada beberapa aspek yang dijelaskan oleh syariat Islam yang berhubungan dengan anjuran
pernikahan/perkawinan di antaranya:
Setelah pernikahan selesai, maka suami istri sudah mulai bergaul dengan melakukan
persetubuhan. Sebelum bersetubuh dusunatkan membaca do’a sebagai berikut:
“Dengan nama Allah, ya Allah jauhkanlah syetan dari kami dan jauhkanlah syetan itu
dari anak yang (mungkin) Engkau karuniakan kepada kami”. ( H.R M uttafaq’alaih).
Dalam do’a diatas terkandung unsur pedagogis bahwa lewat do’a ini para calon-calon
orang tua telah mendidik dirinya dan cikal bakal anaknya untuk senantiasa dekat kepada
Allah dengan harapan yang besar anaknya kelak menjadi hamba Allah yang sholeh
3. Fase Kehamilan
Salah satu tujuan berumah tangga adalah untuk mendapatkan keturunan, karena itu
seorang istri sangat mengharapkan ia dapat melahirkan seorang anak. Sebagai tanda
seorang istri akan memiliki seorang anak adalah melalui proses kehamilan selama kurang
lebih 9 bulan.
Agar dapat memperoleh anak, Islam mengajarkan agar selalu bermohon kepada Allah
dengan membaca do’a seperti nabi Ibrahim, sebagai mana firman Allah SWT.
Dalam mendidik anak usia ini, orang tua harus mengambil jalan tengah, jangan terlalu
lunak dan jangan terlalau ekstim. Orang tua harus memahami potensi-potensi yang
dimiliki oleh anak semasa itu. Fitrah merupakan modal bagi seorang bayi, sebagai mana
yang telah dijelaskan untuk menerima agama tauhid dan tidak akan berbeda antara bayi
yang satu dengan bayi yang lainnya. Oleh sebab itu orang tua sebagai pendidik
berkewajiban melakukan sebagai berikut:
1. Membiasakan anak untuk mengingat kebesaran dan nikmat Allah, serta semangat
mencari dalil mengesakan Allah, melalui tanda-tanda kekuasaannya dan
menginterpretasikan berbagai gejala alam melalui penafsiran yang dapat mewujudkan
tujuan pengokohan fitrah anak agar tetap berada dalam kesucian dan kesiapan untuk
mengagungkan Allah.
2. Rasa kagum anak terhadap ayahnya dapat dipergunakan oleh ayahnya untuk membina
mental anaknya dengan kasih sayangnya, kearah pengenalan Tuhan.
Fase Anak-Anak (6 – 12 tahun)
Periode anak-anak dimulai sejak anak berusia enam tahun sampai tiba saatnya individu
menjadi matang. Karakteristik anak pada masa ini:
1. Anak mulai bersekolah.
2. Guru mulai menjadi pujaannya.
3. Gigi tetap mulai tumbuh.
4. Anak mulai gemar membaca.
5. Anak mulai malu apabila auratnya dilihat orang.
6. Hubungan anak dengan ayahnya semakin erat.
7. Anak suka sekali menghafal.
Menurut Piaget, sebagaimana dikutip Ratna Wilis Dahar, masa ini disebut dengan masa
berfikir operasional konkret (anak sudah memiliki operasi-operasi logis yang dapat
diterapkannya pada masalah-masalah konkret) dan berakhir dengan berfikir operasional
formal (anak sudah dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk
operasi-operasi yang lebih kompleks).
Pada masa ini anak sudah mengenal Tuhan melalui bahasa, perasaan terhadap Tuhan sudah
mulai mengarah keadaan yang lebih positif bahkan hubungannya dengan Tuhan telah
dipenuhi oleh rasa aman dan percaya. Pendidikan agama islam pada masa ini dilakukan
dengan penuh kesabaran, dan jangan sekali-kali memaksakan kehendak kepada anak. Cara
yang paling tepat adalah pembinaan, latihan dan suri tauladan dari orang tua.
Menurut Zakiah Daradjat, memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak-anak pada umur
ini hendaknya memiliki sifat-sifat Allah yang menyenangkan baginya seperti Allah Maha
Pengasih. Sifat-sifat Allah yang menakutkan seperti menghukum, mengazab, janganlah
diajarkan dulu karena hal tersebut dapat menimbulkan anak takut dan benci kepada Allah,
akibatnya anak menjauhkan diri dari Allah.
Periode ini merupakan masa sekolah dasar, artinya pada masa ini anak harus mulai
dibekali pengetahuan-pengetahuan dasar yang tentunya dianggap penting untuk
keberhasilan anak dikemudian hari. Adapun materi pendidikannya harus disesuaikan
dengan tingkat kemampuan dan perkembangan kejiwaan anak. Di antara materi mendesak
untuk diberikan pada anak ialah masalah keimanan, membaca Al Quran, melaksanakan
shalat, puasa, dan akhlak. Sebenarnya yang terpenting yaitu orientasi penanaman nilai dan
pembentukan sikap keagamaan. Tentunya model penyampaian dan penanamannya harus
dimulai dari yang sederhana terlebih dahulu, kemudian secara berangsur-angsur dibawa
kepada penyempurnaan.
Pada usia sekolah ini anak sudah berhubungan dengan teman dalam kelompok bermain.
Kelompok bermain ini dapat dimanfaatkan untuk menanamkan pendidikan islam. Metode
pendidikan agama dapat diberikan dengan metode keteladanan, pembiasaan, dan latihan,
kemudian secara berangsur-angsur diberikan penjelasan secara logis maknawi.
4. Fase Remaja
Masa ini berlangsung dari umur 12 sampai 21 tahun. Awal remaja ditandai dengan
dimulainya keguncangan, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Masa remaja ini ditandai
dengan adanya peubahan-perubahan gender. Menurut Hurlock selain perubahan gender
dan fisik terjadi pula perubahan psikis, secara umum dapat dibedakan empat macam: 1)
meningginya emosi, 2) perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh lingkungan
sosial, 3) perubahan minat dan pola tingkah laku, 4) munculnya sikap ambivalen.
Pada masa ini remaja membutuhkan teman yang dapat memahaminya dan menolongnya,
teman yang dapat turut serta merasakan suka dukanya. Disisni mulai tumbuh dorongan
untuk mencari pedoman hidup, mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas
dijunjung tinggi, dipuja-puja. Proses pembentukan pendirian hidup atau pendangan hidup
atau cita-cita ini dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup didalam eksplorasi si
remaja.
Remaja pada fase ini semakin mampu dan memahami nilai-nilai norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan. Untuk itulah periode ini terjadi sangat baik untuk membantu
remaja guna menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan memahami nilai-nilai terutama
yang bersumber dari agama islam. Dalam konsep sederhana mereka perlu dikenalakan
konsep agama tentang sikap yang baik, rasa bertanggung jawab didalam kehidupan untuk
mencapai keselamatan di dunia dan akhirat.
Setelah awal masa remaja berlalu anak memasuki rasa pubertas. Pada masa ini tampak
kecenderungan anak remaja kembali kepada sikap introverts. Karena anak mengira dirinya
sudah dewasa, hal ini sering mempersulit upaya memberikan bimbingan dan petunjuk
kepada mereka.
Najib Khalil al-Amin menyebutkan bahwa dalam mendidik anak harus mengambil sikap
sebagai berikut:
18. Tulis beberapa ayat dan hadits yang berkaitan dengan masalah pendidikan!
Beberapa ayat Alquran tentang pendidikan di antaranya:
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya,” (QS Al-A'laq: 1-5).
2. Ayat Alquran tentang Pendidikan dan Derajat Manusia
:ٖۚ :ج:َ:ٰ :ر:َ : َد: َم:ل:ۡ:ع:ِ :ل:ۡ: ٱ: ْا:و:ُت: ُأ و:ن:َ : ي: ِذ:َّل: ٱ: َو:م:ۡ: ُك: ن: ِم: ْا:و:ُ ن: َم: ا: َء:ن:َ : ي: ِذ:َّل: ٱ:ُ هَّلل: ٱ: ِع:َ ف:ر:ۡ :َي
:ت
Artinya: “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai fikiran,” (QS Shad: 29).
ۚ
:م:ۡ:ُ ه: َم:و:ۡ :َ ق: ْا: و: ُر: ِذ:ن:ُي:ِ ل: َو:ن:ِ : ي: ِّد:ل: ٱ:ي:ِ ف: ْا:و:ُه:َّق:َف:َت:َي:ِّ ل:ة:ٞ :َِئ ف:ٓا:َ ط:م:ۡ:ُ ه:ن:ۡ: ِّم:ة:ٖ :َ ق:ر:ۡ :ِ ف: ِّل: ُك: ن: ِم: َر:َف:َ اَل ن:و:ۡ :َل:َ ف:ة:ٗ :َّف: ٓا: َك: ْا: و: ُر:ِف:ن:َي:ِ ل:ن:َ :و:ُ ن: ِم:ؤ:ۡ : ُم:ل:ۡ: ٱ:ن:َ : ا: َك:ا: َم:و:َ
:ن:َ : و: ُر: َذ:ح:ۡ :َ ي:م:ۡ:ُه:َّ ل: َع:َ ل:م:ۡ: ِه:ي:ۡ:َ ِإ ل: ْا:و:ٓ : ُع: َج:ر:َ : ا:ِإ َذ
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya,” (QS At-Taubah: 122).
اَّل: ن: ِك:َل:ٰ:و:َ : ُء:ٓا:َه:َ ف: ُّس:ل: ٱ: ُم:ُ ه:م:ۡ:ُه:َّ َأ ٓاَل ِإ ن: ُء:ۗ :ٓا:َه:َ ف: ُّس:ل: ٱ:ن:َ : َم: ا: َء: ٓا: َم: َك:ن:ُ : ِم:ؤ:ۡ :ُ َأ ن: ْا:و:ٓ :ُل:ا:َ ق:س
:ُ :ا:َّن:ل: ٱ:ن:َ : َم: ا: َء: ٓا: َم: َك: ْا:و:ُ ن: ِم:ا: َء:م:ۡ:ُه:َ ل: َل:ي:ِ ق: ا: ِإ َذ:َو
:ن:َ : و: ُم:َ ل:ع:ۡ :َي
Artinya: “Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?,” (QS Al-Kahfi: 66).
: ِم: ْل: ِع:ل:ِا: ب: ِه: ْي:َ ل: َع:َ ف: ا: َم:ُ ه: َد: ا: َأ َر:ن:ْ : َم: َو:، :م:ِ : ْل:ع:ِ : ْل:ا:ِ ب: ِه: ْي:َ ل: َع:َ ف:َ ه: َر:خ:ِ آل: ا: َد:ا:ر:َ َأ:ن:ْ : َم: َو:، :م:ِ : ْل: ِع:ل:ْا:ِ ب: ِه: ْي:َ ل: َع:َ ف:ا:َ ي: ْن: ُّد:ل: ا: َد: ا: َأ َر:ن:ْ :َم
:ِ ه: ِر:ا:َ ب: ِك: َل: ْب:َ ق:م:ِ : ْل:ع:ِ : ل: ْا: ِر: ا: َغ:ص :َ :ا:َّن:ل: ا:ى:ّــ::ِ ب:ــ َر::ُ ي: ى: ِذ:َّل: ا: ُّي:ِن:ا:َّ ب: َّر:ل:َ ا: ُل:ا:َق:ُ ي: َو: َء: ا: َم:َ ل: ُع: َء:ا:َه:َق:ُ ف: َء: ا: َم:َ ل: ُح:ن:َ :ي: ْـ:ِّي:ِن:ا:َّ ب: َر: ا:و:ْ ـ:ُـ: ن:و:ْ :ُك
ِ :ِ ب:س
Artinya: "Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut pendidik
apabila seseorang mendidik manudia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang
lama-lama menjadi banyak." (HR. Bukhari).
: ى: َر:َ ت:ل:ْ :َ ه:َ ة: َم: ي: ِه:َ ب: ْل: ا: ُج:َ ت: ْن:ُ ت: ِة: َم: ي: ِه:َ ب: ْل: ا: ِل:َ ث: َم: َك: ِه:ِن: ا: َس: ِّج: َم:ُ ي:و:ْ َأ: ِه:ِن:ا:ر:َ :ص ْ :ِف: ْل: ا:ى:َل: َع: ُد:َل:و:ُ ي: ٍد:و:ُ ل:و:ْ : َم: ُّل:ُك
ِّ :َن:ُ ي:و:ْ َأ: ِه:ِن: ا: َد: ِّو:َه:ُ ي:ُه: ا: َو:ََأ ب:َ ف: ِة:ر:َ :ط
: َء: ا: َع: ْد:ج:َ :ا:َه:ي:ِف
Artinya: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kemudian kedua
orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan
sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?" (HR Bukhari).
Artinya: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim," (HR Ibnu Majah).
10. Hadits tentang Pendidikan dan Jaminan Bagi Para Penuntut Ilmu
:ِة:َّ ن:ج:َ : ْل: ا:ى:َ ِإ ل:ا:ًق: ْي: ِر:َ ط: ِه:ِ ب:هللا
:ُ : َل:َّ ه: َس: ا: ًم: ْل: ِع: ِه: ْي:ِ ف:س
:ُ : ِم:َ ت: ْل:َ ي:ا:ً ق: ْي: ِر:َ ط:ك
َ :َ ل: َس:ن:ْ :َم
Artinya: "Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka
Allah SWT akan memudahkan baginya jalan menuju surga,” (HR Muslim).
ٍّ :ح:َ :ِ ب: َذ:خ:َ َأ: ِه:ِ ب: َذ:خ:َ َأ:ن:ْ : َم:َ ف: َم: ْل: ِع: ْل: ا:ا:و:ُ ث: َّر:و:َ : ا:َّ َم: ِإ ن: ا: ًم:َ ه:ر:ْ : اَل ِد: َو: ا: ًر:ا:َن: ي: ِد:ا:و:ُِّر ث: : َو:ُ ي: ْم:َ ل: َء:ا:َي:ِ ب:َأْل ْن:َّن ا: ِإ
: ٍر:ِف: ا: َو:ظ
َّ :ِ ا:َه:َ ِإ ل:َال:ِ ب: ٍة: َم:ِ ل: َك: َل: َأ َّو: ْم: ُك:َن:ا:َ ي: ْب:ص
:ُ هللا:ال :ِ :ى:َ ل: َع: ا:و:ْ : ُح:َ ت: ْف:ِا
Artinya: “Ajarkanlah kalimat pertama kepada anak-anak kalian 'La ilaha Illallah,"
(HR Al-Hakim).
:ُ ه: ْن: ِم:ن:َ :ا: و: ُم:ّ ل: َع:َت:َ ت:ن:ْ : َم:ِ ل: ا:و:ْ : ُع:ض
َ : ا: َو:َ ت: َو: َر:ا:َ ق:و:َ : ْل: ا: َو:َة:َ ن: ْي: ِك: ّس:ل: ا:م:ِ : ْل: ِع: ْل:ِ ل: ا:و:ْ : ُم:ّ ل: َع:َ ت:و:َ : َم: ْل:ع:ِ :ل:ا:ا: و: ُم:ّ ل: َع:َت
Artinya: "Belajarlah kalian ilmu untuk ketenteraman dan ketenangan, serta rendah
hatilah pada orang yang kamu belajar darinya," (HR Ath-Thabrani).
Artinya: "Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan kebodohannya dan
tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya," (HR Ath-Thabrani).
Artinya: "Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya
selain pendidikan yang baik,” (HR Al-Hakim).
Itulah beberapa ayat Alquran tentang pendidikan beserta hadisnya yang bisa
digunakan sebagai pedoman meraih ilmu, baik untuk diri sendiri ataupun untuk
anak.
Pendidikannya dimulai pada tahun 1961 hingga tahun 1965 di Madrasah Diniyah, Jati
Pinggir, Tanah Abang, Jakarta Barat. Kemudian dilanjutkan di Madrasah Wajib Belajar
(MWB), Nagrog, Ciampea Bogor, tahun 1965-1968. Setelah itu, melanjutkan ke
Pendidikan Guru Agama (PGA 4 TH) sambil mondok di Pesantren Nurul Ummh, Nagrog,
Cimpea Bogor. Pendidikan selanjutnya di Pendidikan Guru Agama Tingkat Atas
(PGAA/PGA 6 TH), sambil mondok di Pesantren Jauharatun Naqiyah, di Desa Cibeber,
Kecamatan Cilegon, Kabupaten Serang, Banten, sampai tahun 1974. Pada tahun 1978,
penulis mendapat gelar Bachelor of Art (BA), dan pada tahun 1982 mendapat gelar
Doctorandus (Drs) dalam bidang Ilmu Agama Islam dari Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya pada
tahun 1994 mendapat gelar Magister of Art (MA), dan pada tahun 1997 mendapat gelar
Doctor (DR) dalam bidang ilmu agama Islam dengan konsentrasi Pendidikan Islam dari
Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tahun 1999-2000 mengikuti
Visiting Postdoctorate Programe di Islamic Studies McGill University, Montreal, Kanada.
Selama kuliah, penulis juga aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Komisariat
Mahasiswa, Senat Mahasiswa dan Badan Pembinaan Kegiatan Mahasiswa (BPKM) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Organisasi
Satuan (Orsat) Ciputat. Selain itu, penulis juga pernah duduk sebagai Anggota Dewan
Riset Daerah DKI Jakarta, Pengurus Islamic Center Jakarta, Narasumber Ikatan
Cendekiawan Kota Tangerang Selatan, dan berbagai organisasi kemasyarakatan lainnya.
Dalam bidang pekerjaan, penulis mulai bertugas sebagai tenaga pengajar pada Majelis
Ta’lim al-Sa’adah Cipulir Jakarta Selatan, Dosen Pendidikan Islam pada Oerguruan Darul
Ma’arif Cipete, Jakarta Selatan, Peneliti Lepas pada Lembaga Studi Pembangunan (LSP)
Jakarta, Dosen Tidak Tetap pada Universitas Muhammadiyah Jakarta. Mulai tahun 1985,
penulis sebagai Disesn Tetap pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan mulai tahun 2004, penulis sebagai Dosen Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Ibn Khaldun (UIK) Bogor, Universitas
Muhammadiyah Kendari, Sulawesi Tenggara, IAIN Raden Fatah Palembang, Sumatera
Selatan, STAIN Pontianak, dan berbagai perguruan tinggi lainnya.
karya tulis berupa buku sebagai berikut : sejarah agama, ilmu kalam, filsafat dan tasawuf ,
al quran dan hadits, metodologi studi agama, tafsir ayat ayat pendidikan dll
Prof. Dr. Hj. Zakiah Daradjat
Karya ilmiah :
7.judul buku : cita cita realita pendidikan pemikiran dan aksi pendidikan di indonesia
Pengarang : munawar sholeh
Penerbit : institute for public education
tahun terbitan : 2007
kota penerbitan : depok
jumlah halamannya :210
intisari :
Kemandekan pemikiran pendidikan di Indonesia terjadi karena pemikiran-pemikiran
yang berasal dari dunia luar, khususnya barat lebih dikedepankan dalam pembuatan
kebijakan maupun praktik pendidikan. Kondisi seperti ini, tanpa adanya keberpihakan
politik, tidak pernah lahir pemikiran dari tokoh-tokoh lokal yang cukup monumental.
Mandeknya pemikiran pendidikan ini merupakan cermin pendidikan secara umum yang
kian merosot. Hal ini terlihat dari menurunnya kualitas dan penghargaan terhadap riset
serta penurunan kualitas sumber daya manusia. Hadirnya buku ini merupakan terobosan
yang cukup menarik, karena akan memberikan cakrawala mengenai pemikiran
pendidikan, kebijakan pendidikan, dan realitas pendidikan di Indonesia.
bandar narkoba, mafia migas, illegal fishing, yang mayoritas adalah orang-
orang pintar secara intelektual. Namun afeksi (kecerdasan spiritual) mereka sangat rendah.
Buku Ilmu Pendidikan Islam ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga
versi cetaknya.
Dalam hal ini, menggali ilmu berarti mempelajari teori, yang berfungsi menjelaskan dan
meramalkan fenomena yang selanjutnya dapat dilihat kebenarannya dalam praktik
pendidikan. Konfirmasi teori terhadap praktik dan praktik terhadap teori secara terus-
menerus sebagai upaya perbaikan berkelanjutan dapat disebut sebagai praksis pendidikan.
Praksis pendidikan inilah yang menjadi semangat dalam terbitnya buku ini, serta semangat
dalam turut memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan dengan literasi.
Buku Pengantar Ilmu Pendidikan: Teoretis Sistematis untuk Guru dan Calon Guru ini
disusun dalam rangka mempersiapkan guru dan calon guru agar dapat mendidik dan
mengajar dengan prinsip pendidikan dan pengajaran yang baik. Buku ini berisi materi
untuk mengantarkan mahasiswa calon guru memahami prinsip-prinsip pedagogi beserta
prasyarat dan perangkat yang digunakan untuk menjalankan tugas sebagai guru. Buku ini
akan mengantar mereka sebagai calon guru dengan ilmu dasar kependidikan dan keguruan.
Selain itu, bagi guru, buku ini juga dapat menjadi bacaan sebagai bentuk penyegaran dan
referensi atas praktik mengajar yang selama ini dijalankan.
Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka buku ini menampilkan materi perkuliahan dari
pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir mengenai;
Penulis berharap buku ini dapat bermanfaat bagi para penulisnya sebagai motivasi untuk
pencinta pendidikan khususnya di bidang filsafat ilmu, semoga buku ini memberikan wa-
wasan d
Dalam pengertian yang sederhana landasan pendidikan merupakan hal yang positif yang
berpengaruh terhadap karakter, landasan pendiedikan ini seorang pendidik dan tenaga
kependidikan mengajarkan nilai-nilai pergerakan pendidikan yang mendukung
pengembangan sosial yang mempunyai nilai atau etik dalam dalam proses pengelolaan
pendidikan.
Melalui buku ini mahasiswa diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan dalam
mendeteksi individu dengan hambatan komunikasi lebih dini untuk diberikan program
penanganan yang tepat. Buku ini dimulai dengan penjelassan tentang tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, lalu dibahas secara terperinci, dan dilengkapi dengan beberapa soal
untuk mengukur tingkat penguasaan materi serta tingkat ketuntasan yang dicapai
mahasiswa.