Anda di halaman 1dari 16

PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM

DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN

MALIQ RAHMAN SYAM


Dosen, DR.H.KASFUL ANWAR, M. Pd.
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan Thaha
Syaifuddin Jambi, fakultas tarbiyah dan keguruan
Email : kasfulanwarus@gmail.com
Email : Maliqrahman57@gmail.com

Abstract
Pendidikan merupakan Suatu hal yang secara sistematis adala kegiatan berupa membina,
membimbing, dan mendorong, seseorang untuk melakukan segala potensi yang ada pada
dirinya, pendidikan merupakan usaha pendewasaan manusia melalui bahan ajar yang diberikan
yang dalam artian timbul lah tuntutan agar anak didik ajar mampu mencapai kualitas diri yang
lebih baik. Tuntunan tersebut dapat berupa kemampuan berfikir, bercerita, berekspresi,
berbicara, dan mampu percaya diri, serta dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam
setiap tindakan dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan islam yaitu
adanya pengajaran yang tertuju pada sikap dan ahlak seseorang, pendidikan Islam saat ini
khususnya, yang menjadi perhatian dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa.
Al-qur’an yang menjadi pedoman atau landasan dalam Pendidikan islam, terdapat salah satu
permasalahan yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan. Al-Qur'an
sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting,terdapat pada
surat An-Nahl:125 siapapun yang ingin berilmu, raihlah Pendidikan dengan benar, bijak, dan
dengan pengajaran yang baik maka akan ditemukan beberapa prinsip dasar Pendidikan untuk
dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu.

Keywords: Paradigm, Islamic Education, Al-Qur'an

Abstrak

Education is something that is systematically an activity in the form of coaching, guiding, and
encouraging, a person to do all the potential that exists in him, education is an effort to mature
humans through the teaching materials provided which in the sense arises that demands are
made so that students are able to achieve quality. better self. These demands can be in the form
of the ability to think, tell stories, express, speak, and be able to be confident, and can foster a
sense of responsibility in every action and behavior in everyday life. In Islamic education,
namely the existence of teaching that is focused on one's attitudes and morals, Islamic
education at this time in particular, is a concern in the life of individuals, society and the nation.
Al-Qur'an which is the guideline or foundation in Islamic Education, there is one problem that
is not devoid of discussion among the people is the problem of education. The Al-Qur'an itself
has indicated that the issue of education is very important, it is in the letter An-Nahl: 125
whoever wants to be knowledgeable, get education properly, wisely, and with good teaching
then some basic principles of education will be found to be developed in in order to build
quality education.
Kata Kunci : Paradigma, Pendidikan islam, al-qur’an

PENDAHULUAN
Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif)
Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam
memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.
Paradigma adalah cara pandang atau cara berpikir tentang sesuatu. Paradigma bisa dikatakan
sebagai pondasi sebuah bangunan. Besar atau tingginya suatu bangunan ditentukan oleh seberapa
kuat, lebar, pondasinya. 1Dasar paradigma Pendidikan islam adalah al-Qur’an dan hadits yang
digunakan sebagai rujukan utama dalam membuat dan mengembangkan konsep, teori,dan
perkembangan Pendidikan. Dapat dikatakan bahwa paradigma disini ialah yeng berkaitan dengan
ketauhidan, ahlak, dan Pendidikan islam. 2Dalam catatan sejarahnya, pendidikan benar- benar
mampu membangun peradaban, sehingga adanya sebuah paradigma pendidikan Islam merupakan
sebuah keniscayaan. 3Amidong mendefinisikan paradigma ialah suatu kumpulan dari tata nilai
yang di hasilkan dari buah analisa yang selanjutnya membentuk pola pikir seseorang sebagai titik
tolak pandanganya sehingga dapat membentuk citra subjective seseorang tentang bagaimana
seseorang akan merespon realita tersebut.(Amidong, 2019).4 Pendidikan islam tidak lepas dari al-
qur’an dan hadits oleh karena itu Pendidikan islam haruslah tetap berjalan sesuai dengan
perkembangan zaman bukan nya dengan kemajuan zaman maka semakin hilang nya Pendidikan
islam baik bagi anak anak maupun masyarakat yang ingin mempelajari nya dalam pembentukan
karakter yang berahlak mulia. Karena Pendidikan tidak hanya melalui ilmu pengetahuan saja tetapi
perlu adanya pembelajaran melalui Pendidikan islam kepada generasi muda yang bertujuan untuk
menyuburkan hubungan harmonis setiap pribadi manusia kepada ALLAH Swt, Manusia, dan alam
semesta. Zakiah Darajat11 mengatakan bahwa pendidikan Islam sebagai pendidikan individu dan
masyarakat yang berisikan ajaran tentang sikap dan tingkah laku terbentuk pribadi menuju
kesejahteraan hidup. Bisa dipahami bahwa “pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya adalah
suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan
ajaran Islam”5 Penulis Mengatakan Bahwa Pendidikan Islam adalah upaya menumbuhkan
kecintaan atau memperdalam pengetahuan agama dari orangtua melalui guru Secara sukarela
karena Pendidikan Islam biasanya dilakukan setelah Pendidikan dasar. Tiga prinsip pendidikan
Islam sebagai berikut:

1) Pendidikan merupakan proses perbantuan pencapaian tingkat keimanan dan berilmu. Sebagai
model, maka Rasulullah saw.
2) Sebagai uswatun hasanah yang dijamin oleh Allah SWT. Memiliki akhlak mulia (al-akhlak
al-karîmah) ,
3) Dan Pada diri seorang manusia terdapat potensi baik dan buruk potensi negatif seperti

1 Vardiansyah, Dani. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta 2008. Hal. 27
2 Bashori, Paradigma Pendidikan Islam, Konsep Pendidikan hadhari,.Vol.11, No.145
3 Bashori, Paradigma Pendidikan Islam, Konsep Pendidikan hadhari,.Vol.11, No.145

4 Jihhp, uin sultan thaha Saifuddin jambi, factor yang mempengaruhi Pendidikan islam;paradigma Vol,1

No. 185
5 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi aksara, Cet 7,2008),hlm.28
lemah. 6 Dari uraian di atas, dapat dilihat perbedaan-perbedaan antara pendidikan secara umum
dengan pendidikan Islam. Perbedaan utama yang paling menonjol adalah bahwa pendidikan Islam
bukan hanya mementingkan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga untuk
kebahagiaan akhirat. Serta sebagai jembatan pembentukan karakter yang beradab. Istilah dasar
paradigma pendidikan dimaksudkan sebagai landasan tempat berpijak atau pondasi berdirinya
suatu sistem Pendidikan Islam. Dasar paradigma pendidikan Islam identik dengan dasar Islam itu
sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Dari kedua
sumber inilah, kemudian muncul sejumlah pemikiran mengenai masalah umat Islam yang meliputi
berbagai aspek, termasuk di antaranya masalah pendidikan Islam 7. Oleh karena itu, secara garis
besar sumber penelaahan dalam merumuskan paradigma pendidikan Islam dapat diidentifikasi
secara jelas, yaitu: al- Qur’an dan al-Hadits, yang kemudian keduanya menghasilkan berbagai
pendapat para ahli pendidikan. Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama dalam ajaran Islam
mengajarkan dan mengajak manusia untuk selalu meng-gunakan akal dan pikirannya untuk
memikirkan seluruh ciptaan Allah SWT dan untuk senantiasa mengambil hikmah darinya. Sebagai
sumber ajaran Islam, al-Qur’an telah menunjukkan keistimewaannya. Keindahan redaksi yang
dipakai, akurasi makna dan kesempurnaan ruang lingkup yang dikandungnya, baik yang berkenaan
dengan alam khalqî, menyangkut semesta alam makro dan mikro, maupun alam khuluqî yang
menyangkut semesta budaya dan peradaban manusia. Kalam yang tertuang dalam al-Qur'an
merupakan frame yang harus diterjemahkan dalam pendidikan Islam, sehingga dapat melahirkan
output pendidikan yang berkualitas. Suatu sistem pendidikan yang dikembangkan berdasarkan al-
Qur'an akan mewujudkan dan merefleksikan komunitas muslim yang sesuai dengan cita-cita yang
dinginkan oleh Islam. 8 As-Sunnah atau Hadits sebagai perwujudan dari perkataan, perbuatan dan
ketetapan Rasulullah saw., bagi umat Islam merupakan kerangka acuan bagi pengembangan
kehidupan umat Islam, tak terkecuali tentunya dalam aspek pendidikan. Hal itu dapat
dipahami karena kepribadian Muhammad saw. secara normatif merupakan pusat teladan yang baik
(al-uswah al-hasanah) bagi kehidupan praktis umat Islam. Jika kita mengkaji lebih jauh integritas
kepribadian Rasulullah, kita akan mendapati kenyataan bahwa ia merupakan seorang pendidik
agung, memiliki metode pendidikan yang luar biasa, pendidik yang selalu memperhatikan
kebutuhan dan tabiat anak didik. Oleh karena itu, pendidikan Islam yang pada akhirnya diharapkan
dapat melahirkan manusia-manusia yang dicita-citakan oleh Islam, tentunya juga harus mengacu
pada sunnah Nabi yang menggambarkan realitas pendidikan Islam 9. Sebagai dasar pendidikan
Islam, al-Qur’an dan al-Hadits adalah rujukan untuk mencari, membuat dan mengembangkan
paradigma, konsep, prinsip, teori dan teknik pendidikan Islam. Pendidikan menurut Islam atau
Pendidikan Islami yaitu pendidikan yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai
fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu Al-Quran dan Sunnah. 10Dalam
pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang
mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut. Pendidikan
keIslaman atau Pendidikan Agama Islam yaitu upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam
dan nilai-nilainya agar menjadi way of life (pandangan hidup) seseorang. Dalam pengertian ini,
pendidikan Islam dapat berwujud,

6 H,subaidi, Konsep Pendidikan islam dengan paradigma humanis,.Vol 10,No.32


7 Tedi Priatna, Pendidikan Islam berparadigma Al-Qur’an hadits No.7-No.10
8 Tedi Priatna, Pendidikan islam berparadigma islam berparadigma al-qur’an hadits No.8

9 Tedi Priatna, Pendidikan islam berparadigma islam berparadigma al-qur’an hadits No.9

10 Tedi Priatna, Pendidikan islam berparadigma islam berparadigma al-qur’an hadits No.10
1)Segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk membantu seseorang atau
sekelompok peserta didik dalam menanamkan dan atau menumbuhkembangkan ajaran Islam dan
nilai- nilainya.
2)Segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara dua orang atau lebih yang dampaknya ialah
tertanamnya atau tumbuhnya ajaran Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberapa pihak.
Pendidikan dalam Islam atau proses dan praktik penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung
dan berkembang dalam sejarah umat Islam. Dalam arti proses bertumbuhkembangnya Islam dan
umatnya, baik islam sebagai agama, ajaran maupun sistem budaya dan peradaban sejak zaman
Nabi sampai sekarang. 11 Al-Qur’an dan Hadits merupakan rujukan dalam setiap upaya pendidikan.
Artinya, rasa dan pikiran manusia yang bergerak dalam kegiatan pendidikan mestilah bertolak dari
keyakinan tentang kebenaran al-Qur’an dan hadits Nabi. Selain itu, keduanya juga merupakan
kerangka normatif-teoretis pendidikan Islam. Keduanya adalah sumber nilai kehidupan manusia
dalam berbagai aspeknya, yang telah memperkenalkan dan mengajarkan manusia untuk selalu
berpikir. Karena itu, keduanya sudah semestinya dijadikan sebagai dasar paradigma pendidikan
Islam12. Hubungan Pendidikan islam sangat erat kaitan nya dengan Al-Qur’an dan Hadits yang
mana kedua ini adalah yang akan memecahkan persoalan dalam Pendidikan islam yang menjadi
masalah di era sekarang. Tujuan Pendidikan Menurut al-Qur’an :
Pendidikan sebagai upaya untuk membantu manusia dalam melaksankan tugasnya sebagai
hamba dan khalifah Allah di muka bumi, maka ada ayat yang dapat dijadikan rujukan untuk
merumuskan tujuan pendidikan menurut al-Qur’an yaitu:

QS Al-Dzariyat/56
ِ ‫س ِإ ََّّل ِليَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
Artinya; Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Menurut Sayyid Quthub, meskipun ayat di atas sangat singkat namun mengandung hakekat yang
besar dan agung. Manusia tidak akan berhasil dalam hidupnya tanpa menyadari maknanya dan
menyadarinya, baik kehidupan pribadi maupun kolektif. Ayat ini menurutnya membuka sekian
banyak sisi dan aneka sudut dan tujuan. Sisi pertama bahwa pada hakekatnya ada tujuan tertentu
dari wujud manusia dan jin. Ia merupakan satu tugas. Siapa yang melaksanakannya, maka dia telah
mewujudkan tujuan wujudnya, dan siapa yang mengabaikannya maka dia telah membatalkan
hakekat wujudnya dan menjadilah dia sesorang yang tidak memiliki tugas (pekerjaan), hidupnya
kosong tidak bertujuan dan berakhir dengan kehampaan. Tugas tersebut adalah ibadah kepada
Allah yakni penghambaan diri kepada-Nya. Menurutnya, pengertian ibadah bukan hanya terbatas
pada pelaksanaan tuntunan ritual, karena jin dan manusia tidak menghabiskan waktu mereka dalam
pelaksanaan ibadah ritual. Allah tidak hanya mewajibkan mereka melakukan hal tersebut, tetapi
Allah mewajib- kan aneka kegiatan yang lain yang menyita sebagian besar hidupnya. 13Menurut
Abd. Rahman Shaleh, menjelaskan bahwa Tujuan Pendidikan Agama Islam, upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, dan menguasai materi
pembelajaran, dan adanya partisipasi aktif dari siswa dalam proses pembelajaran 14. Menurut
Ramayulis memberikan definisi bahwa Tujuan pendidikan Agama

11 Muhammedi, Pendidikan Islam Klasik, Vol.1.No.1


12 Tedi Priatna, Pendidikan islam berparadigma islam berparadigma al-qur’an hadits No.10

Hamzah Djunaid, Konsep Pendidikan Dalam Al-Qur’an,. Dosen Uin alauddin makasar,No.143
13

Abdul Rahman Saleh, 2005, Pendidikan agama islam dan pembangunan watak bangsa, Jakarta:PT.Raja
14

Grafindo, hh.37-38
Islam terdiri dari 4 hal yaitu :
a). Tujuan Tertingi
Tujuan tertinggi ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai
dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi ini
pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya sebagai ciptaan Allah, yaitu:
1)Menjadi Hamba Allah
2)Mengantarkan Peserta didik menjadi khalifah fi al-Ard.
Artinya : Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, (QS. Al- Baqarah
: 30)
1. Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat baik
individu maupunn masyarakat.

ُّ‫َّللاَ ََّل يُحِ ب‬


َّ ‫ض ۖ إِ َّن‬ َ َ‫سنَ َّللاَّ ُ إِلَيْكَ ۖ َو ََّل تَبْغِ ْالف‬
ِ ‫سادَ فِي ْاْل َ ْر‬ َ ‫َصيبَكَ مِنَ الدُّ ْنيَا ۖ َوأ َ ْحس ِْن َك َما أ َ ْح‬ َ ‫َّللاُ الد ََّار ْاْلخِ َرة َ ۖ َو ََّل ت َ ْن‬
ِ ‫سن‬ َّ َ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَاك‬
ْ
َ‫ال ُم ْف ِسدِين‬
Artinya : Dan carilah apa yang dianugerahkan Allah kepadamu kampung akhirat, dan jangalah
kamu melupakan kebahagiaan dari kenikmatan dunia. 15 Hakikat tujuan pendidikan Islam meliputi;
 Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di bumi dengan sebaik baiknya, yaitu
melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak
Tuhan.
 Mengarahkan manusia agar seluruh tugas kekhalifahannya di bumi dilaksanakan dalam
rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.
 Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehingga tidak menyalahgunakan fungsi
kekhalifahannya.
 Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya, untuk ia memiliki ilmu,
akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas
pengabdian dan kekhalifahannya.
 Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat.
Tujuan pendidikan Islam adalah membina dan memupuk akhlakul karimah. 16
Menurut M. Quraish Shihab, hakekat ibadah mencakup dua hal pokok: Pertama, kemantapan
makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan. Kemantapan perasaan bahwa ada
hamba dan ada Tuhan, hamba yang patuh dan Tuhan yang dipatuhi (disembah). Tidak selainnya.
Tidak ada dalam wujud ini kecuali satu Tuhan dan selainnya adalah hamba-hamba-Nya. Kedua,
mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan, dan setiap
gerak dalam hidup. Semuanya hanya mengarah kepada Allah secara tulus. Melepaskan diri dari
segala perasaan yang lain dan segala makna selain makna penghambaan diri kepada Allah 17.
Menurut peneliti, ayat di atas menjelaskan mengenai pentingnya dan keharusan bagi seorang
mahluk atau ciptaan allah untuk taat kepada sang pencipta nya dan ALLAH mengisyaratkan itu
semua melalui ayat diatas secara nyata dan jelas bahwa posisi umat islam sebagai ciptaan allah
yang sempurna untuk menegakkan apa yang benar dan salah dalam melakukan suatu proses
paradigma Pendidikan islam.

15 Ramayulis,Op Cit,h. 34,


16 Muhammad Yahdi, Paradigma Pendidikan Islam, Vol.,5 No.1 Hal.57
17 M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah,Jilid 1,hl.419
PEMBAHASAN
Macam-Macam Pendidikan Menurut Al-Qur’an

Sebagai sumber acuan pedoman umat islam, maka Al-Qur’an memberikan penjelasan tentang
bagaiman Pendidikan , terdapat Pendidikan menurut al-qur’an yang akan ditempuh anak-anak
yaitu;
 Pendidikan Jasmani.
Sasaran pendidikan menurut al-Qur’an adalah anak (aulad jama‘ dari walad). Telah dijelaskan di
muka bahwa, setiap anak itu mempunyai potensi fisik yakni jasmani, dan potensi fisik ini haruslah
dididik agar tumbuh dan berkembang semaksimal mungkin mencapai kedewasaannya. Pendidikan
jasmani menurut al-Qur’an dimulai dari pendidikan fisik dengan menyusukan anak. Kemudian
pendidikan jasmani ini diperluas lagi jangkauannya oleh ‘Umar ibn al-Khaththâb ra. dengan belajar
berenang; menunggang kuda dan melempar panah. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan
jasmani ini sangat erat hubungannya dengan pendidikan rohani sebagaimana kata para hukama,
bahwa “dalam tubuh yang sehat terdapat pikiran yang waras”
 Pendidikan Rohani
Selain potensi fisik anak juga mempunyai potensi psikhis yang harus didik sebagaimana potensi
fisik. Potensi psikhis anak ini antara lain meliputi potensi beragama (QS 7: 171) dan potensi
intelektual (QS 31: 12). Kedua potensi anak ini harus didik agar tidak menyimpang dari fithrahnya.
Potensi beragama anak dapat dikembangkan melalui pendidikan agama yang meliputi pendidikan
tauhid (QS 31; 12; 13; 15); pendidikan ibadah (QS 31: 17), dan pendidikan akhlak (QS 31: 18; 19).
Sementara potensi intelektual anak dapat dikembangkan melalui ilmu pengetahuan agama dan
ilmu pengetahuan umum18.

Pendidikan Islam Dalam Perspektif Surah


Surah Al-‘Alaq Ayat 1-5. Ayat tersebut memberikan pemahaman kepada manusia tentang
materi pendidikan yang baik dan bermakna serta punya pengaruh yang kuat dalam hati manusia.
Artinya, materi pendidikan harus berisi bahan-bahan pelajaran yang dapat menumbuhkan,
mengarahkan, dan membina, mendidik, serta mengembangkan potensi-potensi jasmaniah dan
rohaniah manusia secara seimbang. Menurut al- Marāghi bahwa pengulangan kata ‫ اقرأ‬pada ayat
ke tiga didasarkan pada alasan bahwa membaca itu tidak akan membekas dalam jiwa kecuali
dengan pengulangan atau pembiasaan. Perintah Allah swt. untuk mengulang membaca berarti pula
mengulangi apa yang dibaca. Dengan cara demikian, bacaan ‫ اقرأ‬tersebut mejadi milik orang yang
membacanya. Kata sebagaimana telah diungkapkan di atas mengandung arti yang sangat luas
(dalam) yakni mencakup segala aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan membaca, misalnya
usaha mengenali, mengidentifikasi, mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, dan
menyimpulkan serta membuktikan. Semua pengertian ini secara keseluruhan sangat terkait dengan
proses mendapatkan dan memindahkan ilmu pengetahuan. Dengan demikian ayat tersebut erat
kaitannya dengan metode pendidikan, sebagaimana halnya dijumpai pada metode iqra dalam
dalam proses mempelajari membaca Alquran. Sedangkan dihubungkan kata iqra dengan sifat
Tuhan Yang Maha Mulia sebagaimana terlihat pada ayat tersebut di atas, mengandung arti bahwa
Allah swt memuliakan kepada siapa saja yang mengharapkan pemberian anugerah dari-Nya,

18Abd.Mukti Paradigma Pendidikan islam dalam teori & praktek sejak periode klasik hingga modern Hal
30-32
sehingga dengan lautan kemuliaan-Nya itu mengalir nikmat berupa kemampuan membaca pada
orang yang belajar sesuai dengan sebagaimana diisyaratkan dalam ayat tersebut19.

Permasalahan Paradigma Pendidikan Formal Terhadap Sistem Pendidikan Islam


Paradigma pendidikan berkembang pada setiap milieunya yang meniscayakan adanya
sikap kooperatif sekaligus kompetitif. Bahkan, sesuai perkembangan di era globalisasi sekarang,
terdapat beragam paradigma Pendidikan yang mengalami tarik-ulur kepentingan, konflik, bahkan
hegemoni satu sama lainnya. Berkenaan dengan ini, peneliti akan menganalisis fenomena
pendidikan formal dengan Pendidikan islam serta permaslahan yang mejadi topik pembahasan.
Pendidikan formal di era saat ini juga mengalami kegoncangan karena dampak dari pertikaian
ideologi dan perspektif pendidikan tersebut. Tanpa disadari, pendidikan formal tengah mengalami
transisi dari model pendidikan yang sama sekali tidak menghiraukan perubahan masyarakat
sekelilingnya, menuju model pendidikan pembangunan, dimana pendidikan harus diabdikan untuk
memperkuat pembangunan.20 Sedangkan di Pendidikan islam profesionalisme guru dan tenaga
pendidik yang masih belum memadai, yang bisa dikatakan belum memenuhi dalam segi mutu,
pada pendidikan islam terdapat kualitas pembelajaran yang kurang menarik siswa dan kurang nya
pergerakkan dalam melakukan proses belajar menagajar, dan belum mampu bersaing mengingat
teknologi dan informasi yang sangat pesat ini. disamping itu kurang nya dukungan dari orang tua
tentang betapa pentingnya pembelajaran Pendidikan islam ini. orang tua beranggapan bahwa
pendidikan islam hanya sebagai kebutuhan moralitas saja padahal pada kenayataan nya pendidikan
islam adalah hal terpenting yang menjadi acuan setiap uamt muslim dalam kehidupan.
Ada beberapa metode yang dapat menumbuhkan inovasi pendidikan di madrasah yaitu:
a. Metode demonstrasi, yaitu metode yang digunakan dalam pengajaran yang menggabungkan
penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan, barang dan benda dengan
menjelaskan cara-cara menggunakan peralatan, hal-hal yang harus diperhatikan, alasan-alasan
mengapa hal itu dilakukan, pentingnya dilakukan setahap demi setahap.
b. Metode sosiodrama dan bermain peran. Kedua metode ini dapat dilakukan dengan bersamaan
atau saling bergantian. Sosiodrama dapat diartikan sebagai tingkah laku manusia dalam hubungn
dengan masyarakatnya. Sedangkan bermain peran berarti anak didik memainkan suatu peranan,
yang berupa perilaku manusia dalam kehidupan masyarakat.
c. Metode diskusi. Metode ini sebagai suatu pendekatan dari anak didik dalam memecahkan
berbagai masalah secara analistis dan ditinjau dari berbagai titik pandangan. Tujuan dari metode
ini adalah menemukan pemecahan masalah, suatu pertemuan pendapat atau suatu kompromi yang
disepakati bersama sebagai gambaran dari gagasan-gagasan terbaik yang diperoleh dari
pembicaraan bersama.
d. Metode Kerja Kelompok. Metode pengajaran ini adalah penyajian materi dengan cara pemberian
tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang sudah ditentukan
dalam rangka mencapai tujuan.
e. Studi kemasyarakatan. Metode ini menjadikan masyarakat sebagai sumber pengalaman belajar
yang luas. Oleh karenya pesantren tidak hanya menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat
tapi menjadikan masyarakat sebagai sumber belajar yang harus digali dan diperbaiki 21.Tetapi

19 M. Quraish shihab, Tafsir Al-Misbah, hl.61 Musstafa al-maraghi, TAFSIR AL-Maraghi.h.104


20 Ibid,hlm. xi.
21 Zakiyah Daradjat, Metedologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta:Bumi Aksara dan Dirjen Bagais Depag

RI,2001)Hlm.164
sayangnya, sarana dan prasarana pendidikan di madrasah tidak dikelola dengan pengetahuan yang
cukup sehingga sering terjadi ketidak tepatan dalam pengelolaan. Menurut Husni Rahim, ia
menyatakan bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan yang bercirikan Islam tidak hanya ciri
formal dalam kurikulum saja. Namun, setidaknya ada tiga program utama yang perlu ditetapkan.
Pertama, program Mafikibb dengan nuansa Islam. Kedua, program pelajaran agama dengan nuansa
iptek, dan ketiga, penciptaan suasana keagamaan di madrasah. Selanjutnya ketidaktepatan
pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan menyangkut cara pengadaan, penanggungjawab dan
pengelola, pemeliharaan dan perawatan serta penghapusan. Bahkan banyak pengelola yang kurang
memahami standar dari sarana prasarana yang dibutuhkan. Beberapa kasus membuktikan banyak
sarana yang dibeli, padahal bukan menjadi skala prioritas utama suatu lembaga pendidikan. Hal
itupun sering terjadi dalam budaya kita yang mana mampu membeli tetapi tidak mampu merawat 22.

Nilai-Nilai Pendidikan Islam


Proses belajar mengajar, tentu sangat penting bagi pendidik dan pendidik yang baik hasruslah
mampu dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan secara maksimal termasuk di dalamnya
pendidikan multicultural. Hanum dalam Suryana & Rusdiana menjelasakan bahwa pada intinya
nilai-nilai pendidikan multikultural terbagi pada tiga aspek. Nilai-nilai ini di serap oleh pendidikan
Islam sebagai suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari konsep yang ia usung. Nilai- nilai
tersebut meliputi23:
1. Nilai demokrasi. Istilah demokrasi secara sederhana memiliki arti yang sangat luas yang
mencangkup keadilan dalam semua bidang kehidupan. Keadilan dalam politik, social, budaya
menjadi cakupan dari istilah domokrasi/keadilan. Keadilan adalah sebuah konsep luas yang
berorientasi pada terpenuhinya kebutuhan manusia sesuai dengan haknya setelah melaksanakan
kewajibannya.
2. Nilai humanis. Nilai ini menekankan kepada pentingnya pengakuan akan keragaman,
perbedaan, hetrogenitas, dan pluralitas manusia. Aspek ini sangat menjungjung tinggi keragaman
agama, suku, bangsa, etnis, cara berfikir, ideology, dan bahkan sampai kepada tingkatan ekonomi.
3. Nilai pluralism bangsa. Sebagaimana pengertian pluralis yaitu pengakuan terhadap adanya
keragaman maka nilai ini juga mengakimodir keragaman yang terjadi pada satu bangsa sperti
bangsa Indonesia. Namun demikian, istilah pluralism pada dasarnya tidak hanya merujuk pada
istilah pengakuan akan keragaman saja melainkan pengakuan terhadap hal-hal yang dilahirkan
oleh social-ekonomi dan politik. Arti ini mengisyaraktkan bahwa pluralism pada dasarnya
berkaitan dengan prinsip demokrasi24. Dalam konteks Pendidikan baik formal maupun Pendidikan
islam diberbagai sekolah perlu menerapkan nilai multicultural kepada peserta didik 25. Yang antara
lain keberagaman, selanjutnya pemahaman keragaman kepada siswa terhadap lingkungan sekitar,
selanjutnya pemahaman kepada siswa bahwa tidak ada pembedaan terhadap ras, golongan, suku,
warna kulit, etnis, budaya, dan memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam diri.

22 Barnawi dan M.ARIFFIN, Manajemen sarana dan prasana sekolah (Yogyakarta:Ar-RuzzMedia,2012),


hlm.7
23 Yaya Suryana & Rusdiana, Pendidikan Multikultural,200

24 Muhammad Syaiful, Al-Qur’an sebagai paradigma Pendidikan islam multicultural,Vol 01 Hlm.102

25 Kasinyo Harto, Model pengembangan Pendidikan islam berbasis multicultural (Jakarta:PT.Raja

Grafindo Persada,2014),37
Menumbuhkan Kepercayaan Masyarakat Modern Akan Pendidikan Islam
Di masa sekarang kita tau bahwa Pendidikan islam dianggap sepeleh padahal kenyataan
nya Pendidikan islam lah yang akan membantu dan mendorong manusia dalam bersikap, dan
menentukan kehidupan nya ke depan, namun banyak orang tua yang menganggap Pendidikan
islam tidak sepenting Pendidikan formal, peneliti menemukan beberapa cara dalam menumbuhkan
kepercayaan masyarakat akan pentingnya Pendidikan islam di public insyallah menjadi lebih baik.
Pencitraan sendiri adalah aktivitas yang diwujudkan untuk menciptakan kerja sama yang harmonis
antara instansi Pendidikan agama islam dengan masyarakat melalui usaha memperkenalkan
madrasah atau tempat anak didik mempelajari Pendidikan islam dan menunjukkan kegiatan nya
kepada masyarakat hal ini pula akan menumbuhkan citra positif madrasah di muka public. Berikut
beberapa cara meningkatkan citra Pendidikan islam yang peneliti kutip dari jurnal: membangun
citra public dalam Lembaga Pendidikan islam.
1. Publikasi Madrasah
Publikasi madrasah bertujuan untuk memperkenalkan madrasah ke khalayak umum sehingga
madrasah dapat diminati dan menarik bagi pelanggan maupun konsumen pendidikan atas kualitas
jasa yang ditawarkan. Terdapat dua kegiatan yang dapat dilakukan, yakni kegiatan tidak langsung
dan kegiatan langsung atau tatap muka. Publikasi Madrasah Dengan Cara Kegiatan Tidak
Langsung kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat melalui perantara media tertentu,
misalnya melalui radio, televisi, media cetak, pameran dsb, dan secara lansung bisa dengan
mendatangkan penceramah yang bertugas sebagai media untuk menarik simpati masyarakat akan
Pendidikan islam.
2. Melalui bazar madrasah
Pada akhir tahun ajaran madrasah dapat mengadakan bazar, yang memamerkan hasil-hasil karya
siswa, misalnya karya tulis, karya seni, dan karya ketrampilan. Bazar dapat digunakan sebagai
media komunikasi dengan masyarakat sekaligus untuk menunjukan kemajuan-kemajuan yang
telah di capai oleh madrasah selama ini.
3. Melalui rapat Bersama antar madrasah
Kegiatan ini dilakukan guna mengundang organisasi atau yang bersimpati terhadap Pendidikan
dalam rangka membahas program madrasah26.
Profesi pendidik atau guru merupakan tugas mulia dalam ajaran agama Islam, karena mentransfer
ilmu pengetahuan kepada orang lain adalah ibadah. Bahkan keistimewaan menjadi guru tergambar
dalam hadis nabi mengatakan bahwa apabila seseorang meninggal dunia terputus amalnya kecuali
tiga macam, yaitu: satu, infak/ shadaqah (yang dilakukannya sewaktu hidupnya) dua, anak yang
shaleh / shalehah yang mendoakan kedua orang tuanya, tiga, ilmu yang bermanfaat (yang
diajarkannya kepada orang lain). Banyak guru yang merasa senang bisa mengajar, dan merupakan
panggilan jiwa, merasa enjoy dengan pekerjaannya. Tetapi tidak sedikit yang merasa biasa-biasa
saja atau malah merasa sangat terpaksa. Mengajar baginya adalah karena tiada tempat yang dapat
menerimanya sebagai karyawan, menjadi guru adalah pilihan terakhir, akibatnya jadilah guru
sekedar melaksanakan tugas, Paradigma baru guru/pendidik sangat diperlukan, karena boleh
dikatakan guru melakukan kegiatan mengajar dengan kondisi yang nyaris tidak berubah dari waktu
ke waktu. Namun di sisi lain, tuntutan lapangan terus berubah, bergulir sesuai dengan
perkembangan zaman. Oleh karena itu, tiada pilihan lain bagi pendidik kecuali meningkatkan
profesionalisme, lulusan yang baik harus didukung oleh para guru yang profesional. Untuk menjadi
seorang guru, mudah. Tetapi untuk menjadi seorang guru profesional diperlukan persyaratan yang

26 Erwin Indrioko, Membangun citra public dalam lembaga pendidikan islam hlm.267-270
menyertainya. Mengacu kepada Undang-undang No. 14 Tahun 2015 tentang guru dan dosen
termaktub prinsip profesionlitas guru dimana, guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip profesionlitas. Oleh karennya guru dituntut untuk;
memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; memiliki komitmen untuk meningkatkan
mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; memilki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; memiliki kompetensi yang diperlukasn sesuai
dengan bidang tugas; memiliki tanggung jawab ata pelaksanaan tuga keprofesionalan; memperoleh
penghasilan yang ditentuan kesuai dengan prestasi kerja; memiliki kesempatan untuk
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; memiliki
jaminan perlindungan hukum27. Seorang guru harus mampu mentransfer nilai-nilai moralitas
keteladan dengan jalan, antara lain:
1. Berlaku Siddik. Siddik artinya benar. Sifat ini adalah sifat manusia yang sangat
urgen sekali dalam kehidupan. Apabila seorang guru oleh muridnya diragukan
kebenaran apa yang disampaikan, tentu keberhasilan pendidikan tidak akan
tercapai dengan baik. Seorang pendidik dalam setiap perkataan yang diucapkan
baik itu materi pelajaran atau janji, kebenarannya harus dapat
dipertanggungjawabkan
2. Berlaku Amanah, Amanah artinya dipercaya. Sifat ini terkait dengan
kepemimpinan, atau tanggung jawab terhadap suatu jabatan. Seorang guru
mempunyai tanggung jawab (amanah) yang dia pikul, untuk mentransfer
pengetahuan yang dimilikinya kepada anak didiknya. Amanah ini terkait dengan
rasa ikhlas dalam menjalankan tugas keguruan, untuk meningkatkan sumberdaya
manusia Indonesia yang mampu bersaing di era global.
3. Berlaku Tablig. Tablig artinya menyampaikan. Sifat ini terkait dengan cara dan
bagaimana teknis penyampaian materi ke anak didik. .Sekarang ini menyampaikan
materi adalah kurikulum yang berbasis kompetensi.
4. Berlaku Fathanah. Fathanah artinya bijaksana, cerdas. Sifat ini harus dimiliki oleh
seorang guru. Seorang guru merupakan ensiklopedia bagi anak didiknya, sekurang-
kurangnya pada ilmu yang menjadi kajiannya, ia senantiasa akan menjadi tumpuan
pertanyaan mereka. Oleh sebab itu seorang guru harus cerdas untuk dapat
memberikan jawaban yang memuaskan bagi murid-muridnya. 28
Seorang guru yang professional adalah ia yang mampu memposisikan derajat nya sebagai guru, ia
yang mampu berdedikasi tinggi pada apa yang telah ia capai dan apa yang telah ia ambil, ia yang
mampu bersabar akan segala hal yang dihadapi oleh dunia Pendidikan islam, Sifat diatas adalah
sifat rasol Muhammad saw., yang berartikan bahwa seorang guru yang profesionalas ialah yang
memiliki sifat rosul diatas.

Praktik Pendidikan Islam


Pada awal berkembangnya agama Islam di Indonesia, pendidikan Islam dilaksanakan
secara informal. Hal tersebut tampak dari kegiatan para pedagang muslim, sambil berdagang
mereka menyiarkan agama Islam. Setiap ada kesempatan, para pedagang memberikan pendidikan

27 Zulkifli Lubis, Dewi Anggraeni Paradigma Pendidikan agama islam di era globalisasi menuju pendidik
professional,Vol,15 No.142
28 Jurnal Studi Al-Qur’an., Zulkifli Lubis, Univ Negeri Jakarta., Menuju pendidik professional

Vol.15,No.150
dan ajaran agama Islam. Pendidikan Islam di langgar bersifat elementer, dimulai dengan
mempelajari abjad huruf Arab atau kadang-kadang langsung mengikuti guru dengan menirukan
apa yang telah dibaca dari kitab suci Alquran. Pengajian Alquran pada pendidikan
langar/dilaksanakan di mushallah dibedakan kepada dua macam, yaitu:
a. Tingkat rendah; merupakan tingkat pemula, yaitu mulainya mengenal huruf Alquran sampai bisa
membacanya.
b. Tingkat atas; pelajarannya selain tersebut di atas, ditambah lagi dengan pelajaran lagu, qasidah,
barzanji, tajwid serta mengaji kitab perukunan.
Pada masa kerajaan Islam di Indonesia, sistem pendidikan Islam berlangsung secara informal
berupa majelis taklim dan halaqah29. Oleh karena itu harus ditanamkan sedini mungkin dan
dilakukan secara berkesinambungan. Perubahan dalam pendidikan Islam secara otomatis akan
merubah metode dalam pengajaran dan pembelajaran yang dilakukan terhadap peserta didik,
perubahan itu meliputi Pertama, Pembelajaran yang kritis dan kreatif dengan problem solving,
karena dalam kehidupan manusia diperlukan kemampuan menganalisis, mencari jalan
mengatasinya, serta mencoba mencari jalan pemecahan yang dirumuskan (trial and error).
Pendidik sebagai fasilitator, pembimbing, motivator, dan penggerak menuju pembelajaran yang
dialogis. Sementara peserta didik adalah sebagai subjek aktif, partner belajar, dan individu yang
mempunyai pengalaman. Kedua, merubah watak subyek dalam pembelajaran. Paradigma guru
sebagai centered learning harus dirubah menjadi guru sebagai professional yang membimbing dan
mengarahkan pembelajaran pada siswanya agar mampu menyampiakn pendapat, berfikir
sistematis, tampil percaya diri, dan mampu memecahkan masalah dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Ketiga, sumber pembelajaran tidak terpaku pada buku-buku teks saja, namun bisa
pada pengalaman yang dialami siswa, internet, media cetak, elektronik, atau media lainnya
(Rembangy, 2010) Pembelajaran Pendidikan Islam, yaitu:
(1) Technology for doing, berfungsi sebagai alat pengganti media kertas dan pensil dalam kegiatan
pembelajaran.
(2) Technology for practicing skills, berfungsi sebagai lingkungan belajar untuk mengasah
keterampilan dalam,
(3) Technology for developing conceptual understanding, berfungsi sebagai lingkungan belajar
untuk mengembangkan pemahaman konseptual. Jika teknologi di integrasikan dengan baik ke
dalam pembelajaran, akan memunculkan pola pembelajaran yang baru, kekinian dan
menyenangkan30.

Tantangan Pendidikan Islam


Pendidikan Agama Islam menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Serta untuk
dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi.31Secara umum, Pendidikan Agama Islam
bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik

29 J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.6 No.2 hlm.85


30 J-PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.6 No.2 hlm.85 Januari-Juni 2020
31 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan agama islam berbasis kompetisi; konsep dan

implementasi kurikulum 2004,(bandung:remaja rosdakarya,2005)hlm.2


tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah
SWT serta berakhlak mulai dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bangsa dan Negara 32. Malik
Fadjar menyatakan bahwa terdapat tiga tantangan berat yang sedang dihadapi saat ini: Pertama,
bagaimana mempertahankan dari serangan krisis dan apa yang kita capai jangan sampai hilang.
Kedua, kita berada dalam suasana global di bidang pendidikan. Menurutnya kompetisi adalah suatu
yang niscaya, baik kompetisi dalam skala regional, nasional, dan internasional. Ketiga melakukan
perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional yang mendukung proses pendidikan yang
lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan atau keadaan daerah dan peserta didik
serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat33. Penulis berpendapat bahwa tantangan
terbesar di dunia Pendidikan sat ini adalah kemajuan teknologi itu sendiri, anak anak yang
seharusnya mengikuti pembelajaran melalui madrasah pada sekitar jam 2-4 kini lebih memilih
untuk bermain dengan gadget mereka. Disamping kendala di atas, terdapat sejumlah permasalah
yang dihadapi oleh pendidikan kita, di antaranya adalah : pertama, pengelolaan pendidikan di masa
lampau yang memberi penekanan yang berlebihan pada dimensi kognitif dan mengabaikan
dimensi-dimensi lain, tenryata melahirkan manusia indonesia dengan kepribadian pecah.
contohnya adalah di satu sisi betapa kehidupan beragama secara fisik berkembang sangat
menggembirakan di seluruh lapisan masyarakat, namun disisi lain dapat pula betapa banyaknya
masyarakat itu bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang dianutnya. kedua, dimasa lalu
pendidikan bersifat sentralistik 34. Menghadapi tantangan-tantangan yang tersebut. Maka
pendidikan islam juga harus mempunyai kemampuan-kemampuan utama yang harus dimiliki oleh
setiap komponen masyarakat dan pendidikan islam.
Tiga kemampuan utama tersebut di antaranya ;
a. Kemampuan dalam memecahkan masalah
Setiap individu maupun komponen masyarakat harus mampu dalam memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi. proses pemecahan masalah tentunya membutuhkan strategi pas untuk
memecahkan persoalan atau masalah yang dihadapi. Strategi Pemecahan Masalah adalah suatu
proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu untuk menghadapi situasi baru,
agar keadaan tersebut dapat dilalui sesuai dengan keinginan yang telah ditetapkan 35.
b. Kemampuan untuk berkreativitas
Kemampuan untuk berkreativitas, dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikirtentang
seseuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa dan menghasilkan penyelesaian 36. Penulis
mengatakan bahwa kemampuan berfikir kritis adalah yang selalu memfokuskan kearah depan,
yaitu dengan analitis, kritis, dan kreatif dan mampu memecahkan masalah dan yang diperlukan
konstentrasi dan cara berfikir dan terarah.
c. Kemampuan untuk berfikir kritis
Penulis berpendapat, kemampuan berfikir kritis ialah cara otak untuk dapat menilai situasi secara
matang,jelas,dan terarah biasa nya pemikiran seperti ini sudah ditanamkan sejak dini dan telah dibiasakan.

32 Muhaimin, Paradigma Pendidikan islam (Bandung:remaja rosdakarya,2004)hlm.78


33 A Malik Fadjar pada UU No.25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional(popenas)tahun
2000-2004
34 Jurnal Islamika: Pristian Hadi Putra, Tantangan Pendidikan islam,.jurnal ilmu-ilmu

keislaman,Vol.19.No.107
35 Edy Purwanto. “Pendekatan pemecahan masalah”,Jurnal IPS dan pengajarannya.1999,33(2)hlm.284

36 Semiwan, Conny R. Pendidikan guru sekolah dasar departemen Pendidikan dan kebudayaan,1999,hlm

89
KESIMPULAN
Paradigma adalah cara pandang orang terhadap diri dan lingkungannya yang akan
mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif)
Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang di terapkan dalam
memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya, dalam disiplin intelektual.
Paradigma bisa dikatakan sebagai pondasi sebuah bangunan. Besar atau tingginya suatu bangunan
ditentukan oleh seberapa kuat, lebar, pondasinya. Dalam konteks ini, paradigma pula berupa sikap
seseorang terhadap apa yang ia jumpai Dan bagaimana ia memandang nya. dasar paradigma
Pendidikan islam adalah al-Qur’an dan hadits yang digunakan sebagai rujukan utama dalam
membuat dan mengembangkan konsep, teori,dan perkembangan Pendidikan. Amidong
mendefinisikan paradigma ialah suatu kumpulan dari tata nilai yang di hasilkan dari buah analisa
yang selanjutnya membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandanganya sehingga dapat
membentuk citra subjective seseorang tentang bagaimana seseorang akan merespon realita
tersebut.(Amidong, 2019). Menurut Bashori paradigma pendidikan islam merupakan pendidikan
yang berciri khaskan ajaran atau nilai- nilai keislaman secara menyeluruh yang bersumber pada
Al-Qur’an, Al-Hadits dan As-Sunah. (Bashori, 2017). Menurut Anekasari dan Subaidi yang
mengutip karya dari thomas kuhn dalam karyanya the structure scientific revolution mengatan
bahwa paradigma di artikan sebagai kerangka atau pandangan dunia yang menjadi dasar dari
keyakinan atau teori. (Anekasari, 2015; Subaidi, 2017). Sementara itu, masih menurut Subaidi
yang mengutipdari syaikh taqiyuddin al-nabhani bahwa paradigma ialah al-qo’idah fikriyah yang
berarti suatu pemikiran dasar yang menjadi landasan bagi pemikiran-pemikiran lainya. (Subaidi,
S. 2017). Secara terminologis paradigma berarti a total view of a problem; a total outloook, not
just a problem in isolation. Paradigma adalah cara pandang atau cara berpikir tentang sesuatu.
Pendidikan Islam adalah upaya menumbuhkan kecintaan atau memperdalam pengetahuan agama
dari orangtua melalui guru Secara sukarela karena Pendidikan Islam biasanya dilakukan setelah
Pendidikan dasar. tiga prinsip pendidikan Islam sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan proses perbantuan pencapaian tingkat keimanan dan berilmu. Sebagai
model, maka Rasulullah saw.
2. Sebagai uswatun hasanah yang dijamin oleh Allah SWT. Memiliki akhlak mulia (al-akhlak al-
karîmah)
3. Pada diri seorang manusia terdapat potensi baik dan buruk potensi negatif seperti lemah. bahwa
pendidikan Islam sebagai pendidikan individu dan masyarakat yang berisikan ajaran tentang sikap
dan tingkah laku terbentuk pribadi menuju kesejahteraan hidup. Bisa dipahami bahwa “pendidikan
dalam pandangan yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang
dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat
membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam” Penulis Mengatakan Bahwa Pendidikan Islam
adalah upaya menumbuhkan kecintaan atau memperdalam pengetahuan agama dari orangtua
melalui guru Secara sukarela karena Pendidikan Islam biasanya dilakukan setelah Pendidikan
dasar. tiga prinsip pendidikan Islam sebagai berikut:
1. Pendidikan merupakan proses perbantuan pencapaian tingkat keimanan dan berilmu. Sebagai
model, maka Rasulullah saw.
2. Sebagai uswatun hasanah yang dijamin oleh Allah SWT. Memiliki akhlak mulia (al-akhlak al-
karîmah)
3. Pada diri seorang manusia terdapat potensi baik dan buruk potensi negatif seperti lemah. Al-
Qur’an dan Hadits merupakan rujukan dalam setiap upaya pendidikan. Artinya, rasa dan pikiran
manusia yang bergerak dalam kegiatan pendidikan mestilah bertolak dari keyakinan tentang
kebenaran al-Qur’an dan hadits Nabi. Selain itu, keduanya juga merupakan kerangka normatif-
teoretis pendidikan Islam. Keduanya adalah sumber nilai kehidupan manusia dalam berbagai
aspeknya, yang telah memperkenalkan dan mengajarkan manusia untuk selalu berpikir. Karena
itu, keduanya sudah semestinya dijadikan sebagai dasar paradigma pendidikan Islam. Tujuan
Pendidikan Menurut al-Qur’an :
1. Agar anak didik dapat memahami ajaran islam secara elementer (sederhana) dan bersifat
menyeluruh sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup dan amalan perbuatannya, baik
dalam hubungan dirinya dengan Allah SWT, hubungan dirinya dengan masyarakat maupun dirinya
dengan alam sekitar.
2. Membentuk pribadi yang berakhlak mulia, sesuai dengan ajaran agama Islam.
Sedangkan menurut Ramayulis memberikan definisi bahwa Tujuan pendidikan Agama islam
terdiri dari 4 hal yaitu : Tujuan tertinggi ini bersifat mutlak, tidak mengalami perubahan dan
berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ketuhanan yang mengandung kebenaran mutlak dan
universal. Tujuan tertinggi ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia dan peranannya
sebagai ciptaan Allah, yaitu:
1. Menjadi Hamba Allah
2. Mengantarkan Peserta didik menjadi khalifah fi al-Ard.
Artinya : Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi, (QS. Al- Baqarah
: 30) Untuk memperoleh kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat baik individu
maupunn masyarakat. Hakikat tujuan pendidikan Islam meliputi; Mengarahkan manusia agar
menjadi khalifah Tuhan di bumi dengan sebaik baiknya, yaitu melaksanakan tugas-tugas
memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan. Mengarahkan manusia agar
seluruh tugas kekhalifahannya di bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah,
sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia,
sehingga tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya. Membina dan mengarahkan potensi
akal, jiwa dan jasmaninya, untuk ia memiliki ilmu, akhlak dan keterampilan yang semua ini dapat
digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya. Mengarahkan manusia agar
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan diakhirat. Tujuan pendidikan Islam adalah
membina dan memupuk akhlakul karimah. terdapat Pendidikan menurut al-qur’an yang akan
ditempuh anak-anak yaitu; Pendidikan Jasmani. Pendidikan Rohani. beberapa metode yang dapat
menumbuhkan inovasi pendidikan di madrasah, yaitu:
1. Metode demonstrasi, yaitu metode yang digunakan dalam pengajaran yang menggabungkan
penjelasan verbal dengan suatu kerja fisik atau pengoperasian peralatan, barang dan benda b.
Metode sosiodrama dan bermain peran.
2. Metode diskusi. Metode ini sebagai suatu pendekatan dari anak didik dalam memecahkan
berbagai masalah secara analistis
3. Metode Kerja Kelompok. Metode pengajaran ini adalah penyajian materi dengan cara
pemberian tugas-tugas untuk mempelajari sesuatu kepada kelompok-kelompok belajar yang
sudah ditentukan dalam rangka mencapai tujuan.
4. Studi kemasyarakatan.
Konsep pendidikan yang didefinisikan secara akurat dan bersumber pada ajaran (agama) Islam,
itulah pendidikan Islam. Dasar Pendidikan islam adalah Al-Qur’an, Al-qur'an adalah kalam Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW, yang pembacaannya merupakan ibadah. Yang
terdapat dalam Al-Qur’an yang Artinya: Sesungguhnya kamilah yang telah menurunkan az-Zikr
(Qur’an), dan sesungguhnya, kamilah yang benar-benar akan menjaganya. Pendidikan memiliki
peranan yang sanagat penting dalam aspek kehidupaan manusia, karena hal itu akan
mempengaruhi kepribadian seseorang. Pendidikan adalah proses yang bertujuan “memanusiakan
manusia” yang diartikan sebagai upaya mengarahkan manusia kea rah yang lebih baik dan
diharapakan mampu mengembangkan kemampuan berfikir, serta sebagi proses pedewasaaan.
Berikut beberapa cara meningkatkan citra Pendidikan islam yang peneliti kutip dari jurnal:
membangun citra public dalam Lembaga Pendidikan islam.
 Publikasi Madrasah
 Melalui bazar madrasah
 Rapat Bersama antar madrasah
Sebagai seorang pendidik haruslah memiliki jaminan perlindungan hukum. seorang guru harus
mampu mentransfer nilai-nilai moralitas keteladan dengan jalan, antara lain:
 Berlaku Siddik. Siddik artinya benar.
 Berlaku Amanah
 Berlaku Tabliq
 Berlaku Fathanah
Pengajian Alquran pada pendidikan langar/dilaksanakan di mushallah dibedakan kepada dua
macam, yaitu:
a. Tingkat rendah; merupakan tingkat pemula, yaitu mulainya mengenal huruf Alquran sampai bisa
membacanya.
b. Tingkat atas; pelajarannya selain tersebut di atas, ditambah lagi dengan pelajaran lagu, qasidah,
barzanji, tajwid serta mengaji kitab perukunan.
Bahwa tantangan terbesar di dunia Pendidikan sat ini adalah kemajuan teknologi itu sendiri, anak
anak yang seharusnya mengikuti pembelajaran melalui madrasah pada sekitar jam 2-4 kini lebih
memilih untuk bermain dengan gadget mereka. Disamping kendala di atas, terdapat sejumlah
permasalah yang dihadapi oleh pendidikan kita, di antaranya adalah : pertama, pengelolaan
pendidikan di masa lampau yang memberi penekanan yang berlebihan pada dimensi kognitif dan
mengabaikan dimensi-dimensi lain, tenryata melahirkan manusia indonesia dengan kepribadian
pecah. contohnya adalah di satu sisi betapa kehidupan beragama secara fisik berkembang sangat
menggembirakan di seluruh lapisan masyarakat, namun disisi lain dapat pula betapa banyaknya
masyarakat itu bertentangan dengan ajaran-ajaran agama yang dianutnya. kedua, dimasa lalu
pendidikan bersifat sentralistik. Menghadapi tantangan-tantangan yang tersebut. Maka pendidikan
islam juga harus mempunyai kemampuan-kemampuan utama yang harus dimiliki oleh setiap
komponen masyarakat dan pendidikan islam.

DAFTAR PUSTAKA
Maryamah, Ahmad Syukri, Badarussayamsi, Ahmad Fadhil Rizki, Paradigma Keilmuan Islam,
Uin Sultan Thaha Saifuffin Jambi,Indonesia
Prof. Dr. Abd. Mukti, Ma, Paradigma Islam Dlam Teori Dan Praktek Sejak Periode Klasik Hingga
Modern
N.Fathurrohman, Fakultas Agama Islam Unsika, Orientasi Strategi Pendidikan Dalam
Menghadapi Era Globalisasi
H. Subaidi, Dosen UNISNU Jepara Jurnal Pendidikan Islam Vol,10 Nomor 1 Konsep Pendidikan
Dengan Paradigma Humanis
Nurchamid Mustarom, Guru Pai Smp It Alawi Purwodadi, Paradima Baru Pendidikan Islam
Parmoko-Kemas Imron Rosadi, JIHHP, Factor Yang Memperngaruhi Pendidikan Islam
Paradigma, Berfikir, Dan Kesisteman,UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi,Volume 1
Imam Tazall, Universitas Bina Sarana “ Paradigma Pendidikan Agma Islam Di Era Milenial” Vol.2
No.2
Muhammad Yahdi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Negeri Alauddin Makassar
“Paradigma Pendidikan Islam’ (Bandung:Remaja Rosdakarya,2008)
Sazli Rais, Shopian Hidayatulloh, Haeru Taofiqillah, Universitas Negeri Mataram,Indonesia
(“Paradigma Baru Pendidikan Islam” Jurnal PGMI, Volume 4 No.1 Juni 2021)
Bashori, Paradigma Baru Pendidikan Islam”Konsep Pendidikan Hadhari” Jurnal Penelitian,Vol
11, No.1 Februai 2017
Zulkifli Lubis, Universitas Negeri Jakarta, Jurnal Studi Al-Qur’an. Paradigma Pendidikan Agama
Islam Di Era Globalisasi Menuju Pendidik Professional., Vol. 15. No. 1 Tahun 2019
Muhammad Syaiful, “Al-Qur’an Sebagai Paradigma Pendidikan Islam Multicultural, Vol.01. No.1
Buku Reaktualisasi Paradigma Pendidikan Islam, Ikhtiar Mewujudkan Pendidikan Bernilai Ilahiah
Dar Insaniah Di Indonesia, Prof.Dr. Ahmad Tafsir
Colle Said, UIN Makassar, Paradigma Pendidikan Dalam Perspektif Surah Al-Alaq Ayat 1-5
(Artikel) Candra Wesnedi, Paradigma Keilmuan Dalam Al-Qur’an Dan Penerapan Nya Pada
Lembaga Pendidikan Islam Perspektif Kontomporer, Volume 13, Nomor 2. 189-387
(Sebuah Kajian Tematik) Hamzah Djunaid, Konsep Pendidikan Dalam Al- Qur’an
Tedi Priatna, Pendidikan Islam Berparadigma Al-Qur’an Hadits
Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Society 5.0., Pristian Hadi Putra Jurnal
Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman p-ISSN:1693-8712|e-ISSN: 2502-7565 Vol. 19, No. 02,
Desember 2019, 99 – 110
Membangun Citra Publik Dalam Lembaga Pendidikan Islam. Erwin Indrioko
Pendidikan Islam Formal, Informal, Dan Non Formal, Oleh : Juli Amaliya Nasucha

Anda mungkin juga menyukai