Anda di halaman 1dari 5

Pendidikan dalam Perspektif Agama Islam

Oleh: Achmad Resa


Program Kaderisasi Ulama (PKU) Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor
Email: achmadresa79@gmail.com

Pendahuluan
Pendidikan adalah hal yang sangat penting. Karena denganya, masa depan suatu umat
atau bangsa akan ditentukan. Berbagai usaha dilakukan oleh setiap individu maupun
masyarakat bahkan pemerintah untuk mengoptimalkan pendidikan.
Pada hari ini kita menghadapi permasalahan yang sangat serius. Kita menghadapi
perkembangan yang sangat pesat di dunia sains, pengetahuan, dan teknologi. Namun terjadi
ketimpangan dari segi moral. Kemerosotan moral membarengi perkembangan teknologi pada
zaman modern ini, sehingga secara jasmani manusia ini berkembang, namun secara akhlak
manusia mengalami kemerosotan. Bahkan tidak jarang kita mendengar pelajar SMP sudah
berbuat cabul. dari sini timbul pertanyaan serius, apa penyebab semua ini? Sudah benarkan
sistem pendidikan yang kita anut? Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?
Agama Islam adalah agama yang universal dan lengkap. Ia tidak hanya menawarkan
ajaran-ajaran yang bersifat ritus. Ia mencakup seluruh ranah kehidupan manusia, termasuk
pendidikan. Dapatkah pendidikan Islam menjadi solusi bagi kemerosotan akhlak pada zaman
modern ini? Disini kita akan mengkaji tentang pendidikan dalam perspektif Islam beserta
turunan-turunannya

Pengertian Pendidikan Islam


Sebelum membahas bagaimana pendidikan Islam itu, terlebih dahulu kita akan
mengkaji makna pendidikan Islam itu sendiri. Dari segi bahasa, pendidikan Islam
memperkenalkan kata yang berhubungan dengan pendidikan, yaitu al-tarbiyah, al-ta’lim, dan
al-ta’dib. Dalam leksikologi al-quran dan sunnah tidak ditemukan istilah al-tarbiyah, namun
terdapat beberapa istilah yang menjadi kunci bagi kata ‘tarbiyah’ diantaranya al-rabb,
rabbayani, nurabbi, yurbi, dan rabbani. Dalam kamus Bahasa Arab terdapat tiga akar kata
al-tarbiyah, yaitu:
1. Rabba, yarbuu, tarbiyah: yang memiliki makna ‘tambah’ dan berkembang.
Artinya, pendidikan merupakan proses menumbuhkan dan mengembangkan apa
yang ada pada diri peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun spiritual.
2. Rabba, yurbi, tarbiyah: yang memiliki makna tumbuh dan menjadi besar atau
dewasa. Artinya, pendidikan merupakan usaha untuk menumbuhkan dan
mendewasakan peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial, maupun, spiritual
3. Rabba, yarubbu, tarbiyah: yang maknanya memperbaiki, menguasai urusan,
memelihara dan merawat, memperindah, memberi makan, mengasuh, tuan,
memiliki, mengatur dan menjaga kelestarian maupun eksistensinya. Artinya,
tarbiyah merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki
dan mengatur, kehidupan peserta didik agar ia dapat bertahan lebih baik dalam
kehidupannya.
Selanjutnya adalah al-ta’lim. Mahmud Yunus mengartikan al-ta’lim dengan singkat
sebagai hal yang berkaitan dengan mengajar dan melatih. Sementara Rasyid Ridha
mengartikannya sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa
adanya batasan dan ketenutan tertentu. Sedangkan H.M. Quraish Shihab mengartikan al-
ta’lim sebagaimana yang terdapat pada Al-Quran surah Al-Jumuah ayat 2 dengan mengajar
yang intinya tidak lain kecuali mengisi benak anak didik dengan pengtahuan yang berkaitan
dengan alam metafisika dan fisika. Disini, konteks al-ta’lim lebih cenderung kepada
ngajarkan ilmu kepada seseorang. Abdul Fattah Jalal memandang bahwa proses ta’lim lebih
universal daripada tarbiyah, karena ketika Rasulullah mengajarkan al-quran kepada kaum
muslimin, beliau tidak hanya terbatas pada sekedar mengajarkan membaca, melainkan
membaca disertai perenungan tentang pengertian, pemahaman, tanggung jawab dan
penanaman amanah.
Dan yang ketiga, adalah al ta’dib. Kata la-ta’dib berasal dari kata addaba yuaddibu
ta’diban yang dapat berarti pendidikan, disiplin, atau peringatan. Kata al-ta’dib berasal dari
kata beradab, sopan santun, tata krama, akhlak, moral dan etika. Mohammad Syed Naquib al-
Attas menggunakan kata al-Ta’dib dalam terminologi pendidikan. Ia mengartikan al-ta’dib
sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada
manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan,
sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan.
Muhammad SA. Ibrahimi menyatakan bahwa pendidikan Islam dalampandangan
yang sebenarnya adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat
mengarahkan kehidupannya sesuia dengan ajaran Islam.
Sedangkan Muhammad Athiyah al-Abrasyi berpandangan bahwa pendidikan Islam
adalah sebuah proses untuk mempersiapkan manusia supaya hidup dengan dengan sempurna
dan berbahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaniyahnya, sempurna akhlaknya, teratur
fikirannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai:
“Proses transliterasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya
pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan
potensinya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat.”

ISI
A. Landasan Pendidikan Islam
Segala sesuatu apapun di dunia ini memiliki landasan, begitupula pendidikan Islam.
Secara garis besar, dasar-dasar pendidikan Islam diambil dari nilai nilai keislaman yang
terdiri dari Al-Quran, Sunnah, kata-kata sahabat,maslahat umat, ‘urf (tradisi), dan hasil
ijtihad para ahli pemikiran Islam.
1. Sebagai kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada para makhluknya, Al-Quran
mengandung nilai-nilai yang sangat universal. Nilai-nilai yang terdapat dalam Al-
Quran menyentuh semua aspek dalam kehidupan manusia. Ayat-ayat yang
berhubungan perbuatan lebih dominan dibandingkan dengan ayat-ayat keyakinan. Hal
ini disebabkan karena amal-perbuatanlah yang banyak dilaksanakan oleh manusia,
dan semuanya berhubungan dengan Allah, dirinya sendiri, sesama manusia dan alam
sekitarnya. Bukan berarti hal ini menafikan urgensi keimanan, namun keimanan juga
tetap dianggap sangat penting. Nilai-nilai yang terdapat dalam Al-Quran adalah nilai-
nilai yang abadi, akan selalu sesuai dengan tuntutan zaman. Al-Quran mengandung
nilai-nilai normatif yang menjadi acuan pendidikan Islam. Contohnya, dalam surah
Luqman ayat 12-19 menggariskan materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman,
akhlak, ibadah, sosial dan ilmu pengetahuan.
2. Dasar kedua dalam pendidikan Islam adalah sunnah. Al-Quran juga berisikan
pedoman-pedoman yang ditujukan untuk kemaslahatan manusia dalam segala aspek.
Sebagai utusan Allah, seluruh perkataan Rasul, perilaku dan ketetapannya tercermin
dalam sunnahnya yang membina manusia menjadi manusia yang hakiki.
3. Dasar yang ketiga adalah perkataan sahabat. Sebagai orang yang bertemu langsung
dengan Rasulullah SAW, para sahabat memiliki karakteristik yang unik dan berbeda
daripada manusia lainnya. Para sahabat banyak mengupayakan berkembangnya
pendidikan Islam. Sebagai contoh, pengumpulan Al-Quran di zaman Abu Bakar
sebagai sumber pendidikan Islam. Ali bin Abi Thalib juga banyak merumuskan
konsep-konsep pendidikan seperti etika muta’allim terhadap mu’allim.
4. Maslahat umat. Hal ini merupakan sesuatu yang ditetapkan bersama karena ada
beberapa hal yang tidak terdapat dalam nash. Kendati demikian, hal-hal tersebut tidak
bertentangan dengan nash sebagai sumber utama dalam Islam.
5. Yang selanjutnya adalah ‘urf. ‘Urf adalah tradisi-tradisi yang terdapat pada suatu
komunitas masyarakat. Tradisi atau adat pada suatu masyarakat menentukan nilai-
nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut. Meskipun memiliki agama yang sama,
namun tradisi yang ada pada setiap masyarakat berbeda-beda. ‘Urf yang digunakan
untuk landasan pendidikan Islam tidak boleh bertentangan dengan nash dan akal sehat
sehingga tidak merusak maslahat umat.
6. Yang terakhir adalah hasil pemikiran para ahli. Banyak problem yang terjadi setelah
masa Rasulullah dan tidak terdapat penyelesaian secara eksplisit di dalam Al-Quran
dan Sunnah. Sehingga para ulama pada suatu masa harus melakukan ijtihad untuk
memecahkan masalah-masalah tersebut. Hal ini diperlukan karena seiring
berkembangnya zaman, banyak hal-hal dalam dunia pendidikan seperti metode dan
materi pendidikan yang tidak terdapat pada nash.
Setelah mengetahui apa saja yang menjadi dasar pendidikan Islam, maka timbul
pertanyaan: “apakah bisa diterapkan di Indonesia?” Pendidikan Islam dapat diterapkan di
Indonesia dengan syarat tidak menyalahi falsafah hidup negara, yaitu pancasila dan juga tidak
bertentangan undang-undang dasar.

B. Tujuan Pendidikan Islam


Dalam salah satu kaidah Ushul Fiqh dinyatakan bahwa al-Umur bimaqashidiha,
bahwa setiap tindakan atau aksi harus berorientasi atau bergantung pada tujuannya. Sehingga
pendidikan haruslah berorientasi pada tujuannya. Seorang pendidik tidak hanya sekedar
mendidik, namun ia juga merealisir tujuan peserta didik.
Pada dasarnya, pendidikan Islam memiliki tujuan yang sama dengan Islam itu sendiri,
yaitu memperkuat nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat al-aklaq al-karimah. Selain itu,
pendidikan Islam juga memiliki sasaran pokok yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dalam realitas pemikir Islam dan ahli pendidikan Islam, belum ada kesepakatan
mengenai tujuan pendidikan Islam. Al-Ghazali merumuskan tujuan pendidikan Islam antara
lain: (1) insan paripurna yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah, SWT; (2) insan
paripurna yang bertujuan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat, karena itu berusaha
mengajar manusia agar mampu mencapai tujuan yang dimaksudkan tersebut.
Sedangkan Al-Attas menghendaki tujuan pendidikan Islam adalah manusia yang baik.
Dan Marimba berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya orang yang
berkepribadian muslim. Adapun Ibn Khaldun berpendapat bahwa tujuan pendidikan ada 2:
(1) tujuan keagamaan, ialah beramal untuk akhirat sehingga ia menemui Tuhannya dan telah
menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan ke atasnya; (2) tujuan ilmiah yang bersifat
keduniaan, yaitu apa yang diungkapkan oleh pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan
atau persiapan hidup.
Dari berbagai pendapat tokoh di atas, dapat kita tarik tujuan pendidikan secara garis
besar yaitu untuk membenetuk insan kamil, yaitu manusia yang imbang kedewasaan
intelektualnya, spiritualnya, dan moralnya. Dalam bahasa Islamnya disebut juga dengan
keseimbangan ilmu, Iman, dan amal. Pendidikan dalam dunia islam tidak hanya terbatas pada
satu aspek saja, melainkan harus menyentuh aspek kognitif, psikomotorik dan konatif.

Pendidik Dalam Pendidikan Islam


Seorang pendidik tidak hanya bertugas mentransfer ilmu, melainkan juga
mentransformasikan nilai-nilai pada pesera didik. Manusia sebagai khalifah Allah di muka
bumi, untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik, maka ia harus menjadikan
sifat-sifat Allah sebagai sifatnya.
Pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
peserta didik dengan mengupayakan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik baik
dari ranah afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Pendidik juga berarti orang dewasa yang
mampu bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan
jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat yang lebih baik.
Pendidik pertama bagi seorang anak adalah orang tua. Namun yang menjadi problem
hari ini adalah bahwa tidak memiliki waktu yang cukup untuk memberikan perhatian kepada
anaknya. Akhirnya tugas diserahkan kepada sekolah, maka melebarlah tugas pendidik kepada
setiap subjek pendidikan di sekolah atau guru. Disini posisi guru menerima amanat atau
mandat dari orang tua sebagai pendidik. Seorang guru atau pendidik memiliki tempat dalam
agama Islam, bahkan ia bisa sejajar dengan seorang Rasul.
Seorang pendidik tidak hanya bertugas sebagai media tersampaikannya ilmu,
melainkan ia juga (menurut Al-Ghazali) adalah menyempurnakan, membersihkan,
mensucikan serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepad Allah SWT.

Kesimpulan
Pendidikan dalam pandangan Islam tidak hanya sekedar menekankan kepada hal-hal
yang material, melainkan juga pada hal-hal yang rohani. Pendidikan dalam dunia Islam
adalah pendidikan yang bebasis Al-Quran dan Sunnah, namun ia tetap sesuai dengan tradisi
manapun dimana ia berada. Orientasi pendidikan Islam sendiri sesuai dengan orientasi Islam,
yaitu bahagia di dunia dan akhirat. Aspek akhirat merupakan aspek yang sangat penting
dalam pendidikan Islam.
Seorang pendidik dalam pendidikan Islam adalah orang yang harus memiliki sifat-
sifat Allah Sang Pencipta sebagai sifat-sifat luhur. Karena ia akan membentuk seorang
manusia yang berkepribadian qurani, rabbani, dan berakhlak mulia.

Anda mungkin juga menyukai