Anda di halaman 1dari 6

Mengenal Filsafat: Mulai Filsafat Klasik Hingga Filsafat Modern

Oleh: Achmad Resa


Pendahuluan
Pemikiran dan filsafat selalu berkembang dari zaman ke zaman. Setiap zaman
memiliki coraknya masing-masing. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor pada zaman
tersebut, mulai dari sosial, politik, bahkan budaya.
Filsafat pada zaman sekarang sudah mulai dikesampingkan oleh masyarakat karena
pandangan masyarakat terhadap filsafat yang sinis. Filsafat dianggap sesuatu yang tidak
berguna karena dianggap hanya hal teoritis, dan sekarang hal-hal yang praktis lebih
diutamakan dibanding hal-hal yang teoritis. Namun mereka lupa bahwa tingkah laku manusia
dipengaruhi oleh pengetahuannya yang kemudian mengubah keyakinannya. Maka, perlu
kiranya kita memahami kembali apa yang dimaksud dengan filsafat, karena ajaran-ajaran
filsafat barat sepertinya sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia modern tanpa
disadari.
Isi
A. Definisi Filsafat
Sebelum memulai pembahasan tentang filsafat dan filsafat barat, perlu kiranya kita
untuk mengetahui definisi filsafat scara tepat. Secara etimologis, filsafat berasal bahasa
Yunani, yaitu kata “philein” atau “philos” dan “sofein” atau ”sophi”. “Philos” artinya cinta,
dan sedangkan “sophia” artinya kebijaksanaan, berarti filsafat adalah cinta kebijaksanaan.
Dan dalam bahasa Arab, filsafat disebut falsafah yang berarti hikmah atau kebijaksanaan.1
Sedangkan secara terminologi, sangat banyak pengertian tentang filsafat yang
diberikan oleh para filsuf, namun kita dapat menarik kesimpulan dari berbagai pengertian
tersebut. Secara garis besar filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu
yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. 2 Jadi, inti
darai filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan hakikat, dan setiap orang yang berfilsafat
dituntut berfikir secara logis dan rasional.3
B. Filsafat Zaman Yunani Kuno
Filsafat Yunani kuno dimulai sejak abad ke-6 SM. Sebelum lahirnya filsafat Yunani
kuno, ada baberapa kondisi yang berperan dalam munculnya para filsuf. Kondisi-kondisi
tersebut adalah, mitologi, kesusastraan, pengaruh ilmu pengetahuan dari bangsa timur, dan
kehidupan sosial politik.
Mitologi merupakan awal perkembangnya filsafat. Mitologi digunakan sebagai
metode untuk memahami segala sesuatu yang ada dan menjawab berbagai pertanyaan-
petanyaan tentang kehidupan dan alam semesta. 4 Menurut para penciptanya, mitos adalah
filsafat itu sendiri dan sama sekali bukan mitos. Ia merupakan cara berpikir empiris, logis,

1
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 14.
2
Drs. Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2017), hal. 4.
3
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 14.
4
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 83.
dan realitas. Bangsa Yunani ingin menyampaikan pesan-pesan filosofis melaui mitos-mitos
yang disusun melaui berbagai pendekatan.5
Selain mitos, kesusastraan juga mendorong lahirnya filsafat di Yunani. Misalnya,
karya Homerus yang bejudul Illias dan Oddeysea yang memiliki kedudukan istimewa dalam
perkembangan sastra dunia. Karya Homerus bahkan dapat mempengaruhi seni dan peradaban
negara-negara maju seperti sekarang ini, seperti Jeman dan Amerika. Secara tidak disadari,
kedua negara ini adalah realisasi dari impian Homerus yang menginginkan negara kotaa yang
dipimpin oleh sebuah garda yang beradab.6
Di negara yang lain selain di Yunani juga berkembang pemikiran-pemikiran
intelektual, seperti Mesir, Cina, dan Babilonia. Namun perkembangan pengetahuan tersebut
masih terbatas di pusat perkembangan peradaban-peradaban teresebut. Kemudian ada
interaksi antara wacana keilmuan di Timur dan Yunani sehingga memperngaruhi mite-mite
yang berkembang di Yunani. Sejak saat itu, ilmu tidak lagi milik komunitas, melainkan ia
adalah suatu hal yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Perkembangan ilmu-ilmu
pengetahuan di negeri-negeri timur ini juga mendorong berkembangnya kegiatan keilmuan di
Yunani.7
Selain ketiga hal di atas, sosial politik di Yunani juga berpengaruh sangat besar.
Masyarakat di Yunani pada waktu itu memiliki hak untuk mengemukakan pendapatnya
masing-masing. Pada saat itu juga, di Yunani sudah berkembang negara-negara bagian yang
disebut dnegan polis. Di setiap polis terdapat pasar dimana masyarakat tidak hanya
melakukan perdangan, tapi juga pengajaran.8
Perjalanan awal filsfat Yunani ditandai dengan munculnya para filsuf alam.
Dinamakan demikian karena para filsuf pada saat itu mencari-cari asal usul tentang jadinya
alam semesta.9 Salah satu dintara mereka adalah Thales, dan ia juga merupakan yang
memulai pembahasan tentang bagaiamana terjadinya alam semesta. Thales beranggapan
bahwa alam semesta tercipta dari air. Dalam perkembangan intelektualnya, Thales pernah
melawat ke Mesir dan kemudian kembali ke Yunani dengan memperkenalkan ilmu
geometri.10
Selain Thales, ada juga Anaximandros. Anaximandros adalah murid dari Thales.
Berbeda dengan gurunya yang mengatakan bahwa dunia ini berasal dari air, Anaximandres
beranggapan bahwa dunia ini berasal dari sesuatu yang azali atau hal yang tidak terbatas. 11
Pendapat lainnya tentang alam semesta juga diungkapkan oleh Anaximenes dan Herakleitos.

5
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 40.
6
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 41.
7
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 41.
8
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 85.
9
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 85.
10
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 33.
11
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 34.
Anaximenes beranggapan bahwa alam ini berasal dari udara, sedangkan Herakleitos
beranggapan bahwa alam ini berasal dari api.12
C. Zaman Keemasan Filsafata Yunani
Zaman keemasan filsafat Yunani ditandai dengan munculnya berbagai nama, 3
diantara mereka adala Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah filsuf yang
mengarahkan kajian filsafat yang pada mulanya hanya bersifat teoritis, menjadi berisfat
praktis.13 Filsafat Socrates megnarah pada penyelidikan tentang manusia, etika dan
pengalaman hiudp sehari-hari, baik dalam konteks individu, sosial, maupun politik. Socrates
menggunakan dialektika sebagai metodenya dalam menjawab suatu permasalahan. Hal ini
digambarkan oleh cerita Xenophon yang merupakan murid Socrates. Socrates biasa
mengajukan pertanyaan kepada orang yang ditemuinya, siapapun itu dan kemudian akan
dikerucutkan menuju masalah siapa yang layak memimpin sebuah negara. 14 Socrates juga
sangat menentang relativisme yang diajarkan oleh para sofis. Menurutnya, kebenaran yang
objektif itu ada.
Selain Xenophon, Plato juga adalah salah satu murid dari Socrates. Pemikiran-
pemikiran Plato banyak terpengaruh oleh Pythagoras, Parmenides, Herklitus dan Socrates.
Salah satu pemikiran terpenting Plato adalah Republic, yaitu konsep tentang negara Utopia.
Menurut Plato, seorang pemimpin haruslah sorang filsuf. Plato membagi warga negara
menjadi tiga kelas: rakyat biasa, kaum serdadu, dan golongan pemimpin. Menurutnya yang
terakhirlah yang layak memimpin suatu negara. Seorang pemimpin akan dipilih oleh para
legislator, dan kemudian pemimpin akan melaksanakan tugas sesuai dengan kehendak para
legislator.15 Suatu negeri, menurut Plato, dikatakan adil jika para pedagang, pembantu, dan
pemimpin melaksanakan tugasnya masing-masing tanpa mencampuri urusan kelompok lain.16
Plato juga mengkritik pendapat tentang pengetahuan indrawi. Menurutnya,
pengetahuan yang hakiki adalah pengetahuan rasional. Apa yang ada di dunia dan ditangkap
oleh panca indera merupakan “cermin” dari dunia ide. Selain itu, Plato juga membagi
manusia menjadi dua unsur yang berbeda, yaitu tubuh dan jiwa.17
Salah satu dari murid Plato adalah Aristoteles. Meskipun merupakan murid Plato,
namun Aristoteles mengkritik pendapat Plato tentang teori ide serta doktrin alternatif tentang
universal. Menurutnya, jika seorang manusia adalah manusia karena ia menyerupai manusia
ideal, maka harus ada manusia ideal lainnya bagi yang terhadapnya manusia biasa dan
manusia ideal tadi mempersamakan diri.18

12
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 46.
13
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 98.
14
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 112-113.
15
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 146-147.
16
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 153.
17
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 102.
18
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 219.
Pemikiran Aristoteles yang terkenal adalah tentang metafisika. Aristoteles
memebuktikan keberadaan Tuhan dengan konsep Kausa Prima. Maksudnya adalah segala
sesuatu pasti ada yang menciptakan gerak, dan sesuatu ini pada dirinya sendiri haruslah tak
tergerakkan, dan pastilah abadi, merupakan substansi dan aktualitas. Tuhan juga tidak
memiliki ciri-ciri seperti yang digambarkan dalam Kristen, sebab derajatnya akan turun jika
ia memikirkan sesuatu yang tidak sempurna, maka ia harus memikirkan yang sempurna, yaiut
dirinya sendiri. Dari pendapat ini dapat kita simpulkan bahwa Tuhan tidak mengetahui
eksistensi dari dunia ini.19

D. Zaman Abad Pertengahan


Abad pertengahan adalah zaman dimana filsafat berfungsi sebagai alat pembenaran
ajaran agama, sejauh filsafat bisa melayani teologi, maka ia bisa diterima. Dan filsfat yang
bertentangan dengan agama dan geraja, ditolak. 20 Dominasi gereja yang sangat kuat
menghambat perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan saat itu. Ciri khas filsfat abad
pertengahan antara lain: banyak membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan
keimanan dengan rasio, keberadaan dan kesatuan Tuhan, teologi dan metafisika, dan
persoalan-persoalan epistemologis. Salah satu tokoh filsafat abad pertengahan adalah Thomas
Aquinas.
Thomas Aquinas adalah filsuf terbesar abad pertengahan. Pemikirannya banyak
dipengaruhi Aristoteles.21 Dalam bukunya Summa Theologiae, St. Thomas mengemukakan
lima bukti adanya Tuhan. Pertama, adanya penggerak yang tidak bergerak. Seusatu yang
bergerak pasti membutuhkan penggerak, demikian seterusnya. Dan penyebab yang dapat
menggerakkan itu semua adalah penggerak pertama. Sesuatu itu mesti sesuatu yang sagant
sempurna, dan pastinya bukan manusia. Penggerak Pertama adalah Tuhan. Hal ini sama
dengan pendapat Arsitoteles. Kedua, Sebab-akibat. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang
eksistensinya terjadi dengan sendirinya. Dan tidak mungkin pula suatu kejadian adalah akibat
dan sebab sekaligus. Seuatu kejadian merupakan akibat dari suatu penyebab dan penyebab itu
pun merupakan akibat dari penyebab-penyebab lainnya. Dan penyebab awal dari segala
sesuatu adalah Tuhan. Ketiga, ada dan tiada. Segala sesuatu di alam semsta ini datang dan
pergi, lahir dan mati, ada dan tiada. Sesuatu yang bisa ada dan tiada berarti ada di dalam
waktu, terkena arus waktu, jadi tidak mungkin selamanya ada. Ada suatu masa dimana alam
semesta ini belum ada. Keberadaan alam semesta dengan demikian bersifat kontingen. Dan
ada sesuatu yang selalu ada sepanjang masa dan itu adalah Tuhan. Keempat, kelas kualitas.
Ada kualitas yang merekat pada objek, mulai dari paling baik hingga paling buruk. Penilaian
tersebut memerlukan acuan yang paling absolut, dan Dia adalah Tuhan. Kelima, keteraturan
perencanaan. Alam semesta berjalan secara teratur dan keteraturan itu bukan suatu kebetulan.
Keteraturan tersebut mengikuti suatu pola dalam pergerakannya, dan yang mengatur semua
itu adalah Tuhan.22

19
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 227.
20
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 106.
21
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 590.
22
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 109-
110.
E. Zaman Modern
setelah melewati abad pertengahan yang merupakan abad kegelapan (dark age) bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di Barat, muncullah zaman modern sebagai titik balik bagi
abad pertengahan. Zaman modern dimulai dengan zaman renaissance (kebangkitan) yang
merupakan reaksi atas kekuasaan gereja yang mengekang.
Pada zaman modern, negara sudah mulai menggantikan peran gereja. Zaman ini juga
ditandai dengan bangkitnya sains. Demokrasi juga turut mewarnai zaman ini, dari demokrasi
lahirlah sebuah teori baru yakni kebudayaan liberal yang biasanya dihubungkan dengan
perdagangan. Tapi, kemudian pandangan liberal ini tidak hanya pada lingkup perdagangan,
melainkan juga pada lingkup pemikiran. Penolakan atas otoritas gereja merupakan ciri negatif
zaman modern. Penolakan dan pembebasan gereja ini mendorong tumbuhnya individualisme
dan subjektivisme.23
Segala sesuatu pada zaman modern didasarkan pada sains. Otoritas sains lebih diakui
karena daya tarik intriksinya terhadap akal. Semuanya sangat bebas, tidak seperti ketika
otoritas gereja bekuasa. Pada abad pertengahan, yang tidak tunduk pada geraja akan
diinkuisisi, sedangkan pada zaman modern, yang tidak ingin ikut sains tidak masalah.
Beberapa tokoh abad pertengahan diantaranya adalah Rene Descartes, John Locke,
David Hume, Karl Marx, Immanuel Kant, dan Friedrich Nietszche. Rene Descartes memiliki
pandangan-pandangan yang mengarah pada ateisme, ini yang menyebabkan dia diserang oleh
orang-orang protestan fanatik.24 Descartes adalah orang yang mergukan indera, karena
menurutnya indera kadang bisa menipu manusia. Pandangan filsfat Descartes lebih
menkankan kepada rasio. Descartes beranggapan bahwa pikiran lebih pasti daripada indera.
Berpikir adalah bukti eksistensi manusia. Konsep “berpikir” yang digunakan Descartes
memiliki pengertian yang sangat luas. Berpikir menurutnya adalah meragukan, memahamai,
mengerti, menegaskan, menolak, berkehendak, membayangkan, dan merasakan.25
Berbeda dengan Descartes, John Locke berkeyakinan bahwa semua pengetahuan
manusia diperoleh melalui pengalaman, dan alat-alat indera. Keyakinan ini lah yang menjadi
inti dari ajaran empirisme. Locke percaya bahwa pikiran atau jiwa bayi yang baru lahir
serupa dengan kertas kosong.26 Semua pengetahuan manusia pada dasarnya merupakan ide-
ide yang disajikan pikiran manusia melaui pangalaman yang pernah dialaminya. Kemudian
ide-ide yang pernah ditangkap oleh indera indera ini diolah oleh pikiran.27
Penutup
Filsafat pada dasarnya adalah suatu ilmu yang mempertanyakan segala sesuatu di
dunia. Pada awal perkembangannya di Yunani, orang Yunani menggunakan mitos-mitos
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di alam. Kemudian setelah berinteraksi

23
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 647.
24
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 734.
25
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 741.
26
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 118.
27
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 119.
dengan negeri-negeri timur, filsafat Yunani berkembang hingga dapat diakses oleh khalayak
umum.
Filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa pernah mengalami kemunduran pada abad
pertengahan, atau disebut dengan dark age. Penyebabnya adalah karena dominasi gereja.
Segala sesuatu yang bertentangan dengan gereja maka akan dibasmi.
Para pemikir kemudiaan mengritik pengekangan gereja terhadap filsafat dan
pengetahuan. Akhirnya muncullah kebangkitan atau disebut dengan renaissance. Dampak
buruk dari zaman modern adalah pengesampingan agama dari kehidupan manusia dan
tumbuhnya individualisme.

Anda mungkin juga menyukai