1
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 14.
2
Drs. Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2017), hal. 4.
3
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 14.
4
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 83.
dan realitas. Bangsa Yunani ingin menyampaikan pesan-pesan filosofis melaui mitos-mitos
yang disusun melaui berbagai pendekatan.5
Selain mitos, kesusastraan juga mendorong lahirnya filsafat di Yunani. Misalnya,
karya Homerus yang bejudul Illias dan Oddeysea yang memiliki kedudukan istimewa dalam
perkembangan sastra dunia. Karya Homerus bahkan dapat mempengaruhi seni dan peradaban
negara-negara maju seperti sekarang ini, seperti Jeman dan Amerika. Secara tidak disadari,
kedua negara ini adalah realisasi dari impian Homerus yang menginginkan negara kotaa yang
dipimpin oleh sebuah garda yang beradab.6
Di negara yang lain selain di Yunani juga berkembang pemikiran-pemikiran
intelektual, seperti Mesir, Cina, dan Babilonia. Namun perkembangan pengetahuan tersebut
masih terbatas di pusat perkembangan peradaban-peradaban teresebut. Kemudian ada
interaksi antara wacana keilmuan di Timur dan Yunani sehingga memperngaruhi mite-mite
yang berkembang di Yunani. Sejak saat itu, ilmu tidak lagi milik komunitas, melainkan ia
adalah suatu hal yang dapat diakses oleh masyarakat umum. Perkembangan ilmu-ilmu
pengetahuan di negeri-negeri timur ini juga mendorong berkembangnya kegiatan keilmuan di
Yunani.7
Selain ketiga hal di atas, sosial politik di Yunani juga berpengaruh sangat besar.
Masyarakat di Yunani pada waktu itu memiliki hak untuk mengemukakan pendapatnya
masing-masing. Pada saat itu juga, di Yunani sudah berkembang negara-negara bagian yang
disebut dnegan polis. Di setiap polis terdapat pasar dimana masyarakat tidak hanya
melakukan perdangan, tapi juga pengajaran.8
Perjalanan awal filsfat Yunani ditandai dengan munculnya para filsuf alam.
Dinamakan demikian karena para filsuf pada saat itu mencari-cari asal usul tentang jadinya
alam semesta.9 Salah satu dintara mereka adalah Thales, dan ia juga merupakan yang
memulai pembahasan tentang bagaiamana terjadinya alam semesta. Thales beranggapan
bahwa alam semesta tercipta dari air. Dalam perkembangan intelektualnya, Thales pernah
melawat ke Mesir dan kemudian kembali ke Yunani dengan memperkenalkan ilmu
geometri.10
Selain Thales, ada juga Anaximandros. Anaximandros adalah murid dari Thales.
Berbeda dengan gurunya yang mengatakan bahwa dunia ini berasal dari air, Anaximandres
beranggapan bahwa dunia ini berasal dari sesuatu yang azali atau hal yang tidak terbatas. 11
Pendapat lainnya tentang alam semesta juga diungkapkan oleh Anaximenes dan Herakleitos.
5
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 40.
6
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 41.
7
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 41.
8
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 85.
9
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 85.
10
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 33.
11
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 34.
Anaximenes beranggapan bahwa alam ini berasal dari udara, sedangkan Herakleitos
beranggapan bahwa alam ini berasal dari api.12
C. Zaman Keemasan Filsafata Yunani
Zaman keemasan filsafat Yunani ditandai dengan munculnya berbagai nama, 3
diantara mereka adala Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah filsuf yang
mengarahkan kajian filsafat yang pada mulanya hanya bersifat teoritis, menjadi berisfat
praktis.13 Filsafat Socrates megnarah pada penyelidikan tentang manusia, etika dan
pengalaman hiudp sehari-hari, baik dalam konteks individu, sosial, maupun politik. Socrates
menggunakan dialektika sebagai metodenya dalam menjawab suatu permasalahan. Hal ini
digambarkan oleh cerita Xenophon yang merupakan murid Socrates. Socrates biasa
mengajukan pertanyaan kepada orang yang ditemuinya, siapapun itu dan kemudian akan
dikerucutkan menuju masalah siapa yang layak memimpin sebuah negara. 14 Socrates juga
sangat menentang relativisme yang diajarkan oleh para sofis. Menurutnya, kebenaran yang
objektif itu ada.
Selain Xenophon, Plato juga adalah salah satu murid dari Socrates. Pemikiran-
pemikiran Plato banyak terpengaruh oleh Pythagoras, Parmenides, Herklitus dan Socrates.
Salah satu pemikiran terpenting Plato adalah Republic, yaitu konsep tentang negara Utopia.
Menurut Plato, seorang pemimpin haruslah sorang filsuf. Plato membagi warga negara
menjadi tiga kelas: rakyat biasa, kaum serdadu, dan golongan pemimpin. Menurutnya yang
terakhirlah yang layak memimpin suatu negara. Seorang pemimpin akan dipilih oleh para
legislator, dan kemudian pemimpin akan melaksanakan tugas sesuai dengan kehendak para
legislator.15 Suatu negeri, menurut Plato, dikatakan adil jika para pedagang, pembantu, dan
pemimpin melaksanakan tugasnya masing-masing tanpa mencampuri urusan kelompok lain.16
Plato juga mengkritik pendapat tentang pengetahuan indrawi. Menurutnya,
pengetahuan yang hakiki adalah pengetahuan rasional. Apa yang ada di dunia dan ditangkap
oleh panca indera merupakan “cermin” dari dunia ide. Selain itu, Plato juga membagi
manusia menjadi dua unsur yang berbeda, yaitu tubuh dan jiwa.17
Salah satu dari murid Plato adalah Aristoteles. Meskipun merupakan murid Plato,
namun Aristoteles mengkritik pendapat Plato tentang teori ide serta doktrin alternatif tentang
universal. Menurutnya, jika seorang manusia adalah manusia karena ia menyerupai manusia
ideal, maka harus ada manusia ideal lainnya bagi yang terhadapnya manusia biasa dan
manusia ideal tadi mempersamakan diri.18
12
Drs. Atang Abdul Hakim, M.A. dan Dr. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Filsafat Umum: Dari
Metodologi Sampai Teofilosofi, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2016), hal. 46.
13
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 98.
14
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 112-113.
15
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 146-147.
16
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 153.
17
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 102.
18
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 219.
Pemikiran Aristoteles yang terkenal adalah tentang metafisika. Aristoteles
memebuktikan keberadaan Tuhan dengan konsep Kausa Prima. Maksudnya adalah segala
sesuatu pasti ada yang menciptakan gerak, dan sesuatu ini pada dirinya sendiri haruslah tak
tergerakkan, dan pastilah abadi, merupakan substansi dan aktualitas. Tuhan juga tidak
memiliki ciri-ciri seperti yang digambarkan dalam Kristen, sebab derajatnya akan turun jika
ia memikirkan sesuatu yang tidak sempurna, maka ia harus memikirkan yang sempurna, yaiut
dirinya sendiri. Dari pendapat ini dapat kita simpulkan bahwa Tuhan tidak mengetahui
eksistensi dari dunia ini.19
19
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 227.
20
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 106.
21
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 590.
22
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 109-
110.
E. Zaman Modern
setelah melewati abad pertengahan yang merupakan abad kegelapan (dark age) bagi
perkembangan ilmu pengetahuan di Barat, muncullah zaman modern sebagai titik balik bagi
abad pertengahan. Zaman modern dimulai dengan zaman renaissance (kebangkitan) yang
merupakan reaksi atas kekuasaan gereja yang mengekang.
Pada zaman modern, negara sudah mulai menggantikan peran gereja. Zaman ini juga
ditandai dengan bangkitnya sains. Demokrasi juga turut mewarnai zaman ini, dari demokrasi
lahirlah sebuah teori baru yakni kebudayaan liberal yang biasanya dihubungkan dengan
perdagangan. Tapi, kemudian pandangan liberal ini tidak hanya pada lingkup perdagangan,
melainkan juga pada lingkup pemikiran. Penolakan atas otoritas gereja merupakan ciri negatif
zaman modern. Penolakan dan pembebasan gereja ini mendorong tumbuhnya individualisme
dan subjektivisme.23
Segala sesuatu pada zaman modern didasarkan pada sains. Otoritas sains lebih diakui
karena daya tarik intriksinya terhadap akal. Semuanya sangat bebas, tidak seperti ketika
otoritas gereja bekuasa. Pada abad pertengahan, yang tidak tunduk pada geraja akan
diinkuisisi, sedangkan pada zaman modern, yang tidak ingin ikut sains tidak masalah.
Beberapa tokoh abad pertengahan diantaranya adalah Rene Descartes, John Locke,
David Hume, Karl Marx, Immanuel Kant, dan Friedrich Nietszche. Rene Descartes memiliki
pandangan-pandangan yang mengarah pada ateisme, ini yang menyebabkan dia diserang oleh
orang-orang protestan fanatik.24 Descartes adalah orang yang mergukan indera, karena
menurutnya indera kadang bisa menipu manusia. Pandangan filsfat Descartes lebih
menkankan kepada rasio. Descartes beranggapan bahwa pikiran lebih pasti daripada indera.
Berpikir adalah bukti eksistensi manusia. Konsep “berpikir” yang digunakan Descartes
memiliki pengertian yang sangat luas. Berpikir menurutnya adalah meragukan, memahamai,
mengerti, menegaskan, menolak, berkehendak, membayangkan, dan merasakan.25
Berbeda dengan Descartes, John Locke berkeyakinan bahwa semua pengetahuan
manusia diperoleh melalui pengalaman, dan alat-alat indera. Keyakinan ini lah yang menjadi
inti dari ajaran empirisme. Locke percaya bahwa pikiran atau jiwa bayi yang baru lahir
serupa dengan kertas kosong.26 Semua pengetahuan manusia pada dasarnya merupakan ide-
ide yang disajikan pikiran manusia melaui pangalaman yang pernah dialaminya. Kemudian
ide-ide yang pernah ditangkap oleh indera indera ini diolah oleh pikiran.27
Penutup
Filsafat pada dasarnya adalah suatu ilmu yang mempertanyakan segala sesuatu di
dunia. Pada awal perkembangannya di Yunani, orang Yunani menggunakan mitos-mitos
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di alam. Kemudian setelah berinteraksi
23
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 647.
24
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 734.
25
Bertrand Russel, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 741.
26
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 118.
27
Dr. Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2011), hal. 119.
dengan negeri-negeri timur, filsafat Yunani berkembang hingga dapat diakses oleh khalayak
umum.
Filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa pernah mengalami kemunduran pada abad
pertengahan, atau disebut dengan dark age. Penyebabnya adalah karena dominasi gereja.
Segala sesuatu yang bertentangan dengan gereja maka akan dibasmi.
Para pemikir kemudiaan mengritik pengekangan gereja terhadap filsafat dan
pengetahuan. Akhirnya muncullah kebangkitan atau disebut dengan renaissance. Dampak
buruk dari zaman modern adalah pengesampingan agama dari kehidupan manusia dan
tumbuhnya individualisme.