Anda di halaman 1dari 7

TRADISI PENELITIAN DAN DISKUSI DALAM

MASYARAKAT NON MUSLIM

Makalah:

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Adabul-Bahtsi Wal Munadharah

Oleh:
HAYATULLAH HILMI AZIZ E93218093
IENASH HUWAIDA AZIZ E93218094
IHDAL UMAMI JAHIRA E93218095

Dosen Pengampu:

PROF. DR. H. MASHUM, M.AG.

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UIN SUNAN AMPEL

SURABAYA
2019
A. BUDAYA DAN TRADISI PENELITIAN DAN DISKUSI ERA YUNANI

Awal peradaban Yunani memang diwarnai dengan mitologi, kepercayaan


magis dan penyembahan dewa, namun semua itu seolah memudar dengan
munculnya seseorang yang disebut sebagai filsuf pertama yaitu “Thales” dari
Miletos. Aristoteles adalah orang pertama yang memberi gelar “Filsuf Pertama”
untuk Thales1. Ia mendapat gelar filsufnya karena pertanyaan fenomenalnya
berikut, “What is the nature of the world stuff? (Apa sebenarnya bahan dasar alam
semesta ini)”2.

Berbagai ulasan sejarah menyebut bahwa ini adalah asal mula lahirnya
filsafat. Dari pertanyaan inilah muncul berbagai kegiatan mencari hakikat atau
kebenaran yang disebut “penelitian”. Berbagai tokoh bermuculan mencoba
menjawab hal ini, antara lain adalah Anaximander dalam masa yang sama dengan
Thales. Ia beranggapan bahwa jawabannya adalah “zat yang tak terbatas”.
Selanjutnya muncul Anaximenes (570-526 SM) yang menjadikan udara sebagai
jawabannya3.

Pada generasi-generasi selanjutnya mucul “Socrates” (469-399 SM).


Dalam filsafatnya Socrates dikenal dengan metode diskusi atau tanya jawabnya
dengan cara berkeliling dan bertanya kepada orang-orang yang dianggap bijak
oleh masyarakat. Hal ini ia lakukan untuk mencari kebenaran ataupun
membuktikan kekeliruan. Metode inilah yang ia sebut metode kebidanan4.
Beberapa pemikirannya juga dituangkan dalam model dialog atau tanya jawab
serta pernyataan-pernyataan yang kita kenal melalui catatan muridnya seperti

1
Kees Bertens, “Sejarah Filsafat Yunani: dari Thales ke Aristoteles” (Yogyakarta: Kanisius,2007),
34.
2
Nunu Burhanuddin, “Filsafat Ilmu” (Jakarta: Prenada Media, 2018), 22.
3
Jostein Garder, “Dunia Sophie” (Bandung: Mizan, 2006), 49.
4
Sudjatmoko, “Tujuh Tokoh Filsafat Dunia” (Sonorejo/Sukoharjo: Panembahan Senopati, 2015),
10.

1
Plato (427-347 SM) dan Xenophone. Seperti karya Plato; Euthyfro, Apologi dan
Faedo5.

Menurut Aristoteles (348-322 SM) retorika dalam penyampaian argument


yang efektif ada lima hal, yaitu; penemuan (invention), pengaturan
(Arrangement), gaya (Style), penyampaian (Delivery) dan ingatan (Memory)6.
Kelima hal ini juga disebut dengan kanon-kanon retorika Aristoles.

B. PENELITIAN DAN DISKUSI NON MUSLIM


Dapat diketahui, lahirnya islam di dunia sejak Nabi Muhammad SAW
memperkenalkan islam di tengah-tengah bangsa arab bertepatan 17 Ramadhan
atau 6 Agustus 610 M. Jadi, pada era ini sebutan “non muslim” adalah orang yang
tidak memeluk islam setelah datangnya islam. Terdapat seorang ilmuwan yang
termasyhur, Karl Marxs (1818-1883) dalam sebuah penelitiannya ia menggunakan
metode berfikir radikal yang ia temukan setelah berjumpa dengan kaum sosial
radikal di Paris. Dalam permasalahan kebebasan manusia dari penindasan sistem
politik reaksioner, dan hasilnya reaksioner paling dasar adalah proses pekerjaan
manusia.7

Seorang filsuf idealis jerman “Georg wilhelm friedrich hegel” (1770-


1831), filsuf ini menggunakan metode dialektika dalam pemikirannya, yang
berguna untuk mendiskusikan atau mengompromikan hal-hal yang berlawanan
antara dunia esensi dan materi, dapat juga membicarakan antara beberapa
pendapat atau keadaan yang berlawanan satu sama lain. Proses dialetika terdapat 3
tahapan:8

1. Membangun suatu pernyataan tertentu, yaitu tesis.


2. Suatu pernyataan argumentatif yang menolak tesis, yaitu antitesis.

5
Ioanes Rakhmat, “Sokrates Dalam Tetralogi Plato” (Jakarta: Gramedia, 2009)Penutup.
6
Richard West dan Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi (2): Analisis dan Aplikasi”
(Jakarta: Salemba Humanika, 2008), 11.
7
Franz Magnis Suseno, “Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan
Revisionisme” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016), 9.
8
Ikhsan ahmad, “pilar demokrasi kelima: politik uang: realitas konstruksi politik” (yogyakarta:
deepublish, 2015), 7

2
3. Upaya untuk menyelesaikan pertentangan antara tesis dan antitesis,
disebut sintesis.

Contoh dari tahapan-tahapan di atas, sebuah tesis yaitu sistem


pemerintahan diktator, antitesinya adalah pemerintahan anarki, lalu muncul
kesimpulan atau sintesis ialah sistem demokrasi konstitusional.9

C. PENELITIAN DAN DISKUSI NON MUSLIM ERA MILENIAL

Pada era industri 4.0 ini, tentunya banyak ilmu pengetahuan dan teknologi
mengalami perkembangan pesat. Penelitian dan sistem diskusipun semakin
berlanjut karena rasa penasaran seorang ilmuwan terhadap objek kajiannya.
Peradaban Ilmuwan barat non muslim pada zaman modern ini tebentuk dari hasil
peradaban Yunani-Romawi.

Arnold Toynbee berpendapat bahwa peradaban Barat dewasa ini lahir dari
puing-puing kehancuran peradaban Yunani-Romawi. Peradaban Barat merupakan
kelahiran kembali peradaban Yunani-Romawi. "With disintegration, kata
Toynbee, comes rebirth". Apa yang disebut "dunia Barat" dewasa ini merupakan
sempalan dari imperium Romawi Bizantium yang terbelah menjadi dua:
Bizantium Barat (Western Byzantium) dan Bizantium Timur (Eastern Byzantium),
atau Konstantinopel.10 Maka tak ayal, jika cara penelitian ilmuwan barat non
muslim era modern hampir sama pada masa yunani kuno, hanya saja pada zaman
ini lebih terlihat ilmiah yang didukung oleh mediasi-mediasi penelitian yang
pernah dibuat ilmuwan terdahulu lalu kemudian dikembangkan para ilmuwan
masa kini melalui inspirasi dan inovasi baru.

Era Yunani kuno, sangat berdampak hingga kini dalam perkembangan


ilmu pengetahuan.Hal yang sangat membedakan antara masa modern ini dengan
masa yunani kuno yaitu dalam hubungan batin, Negara Athena masa Pericles

9
Adelbert snijders, “Manusia Dan Kebenaran Sebuah Filsafat Pengetahuan” (yogyakarta: kanisius,
2006), 71.
10
Ahmad Suhelmi, “Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara,
Masyarakat, dan Kekuasaan” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), 1.

3
bersifat paternalistis personal dan memiliki sifat paguyuban. Tidak seperti negara-
negara modern dimana sesama warga negara kurang memiliki Hubungan batin
yang kuat dan bersifat impersonal, di negara Athena hubungan antara sesama
warga negara seperti hubungan antara anggota-anggota keluarga. Hubungan
antara penguasa dengan rakyat seperti hubungan antara bapak dengan anak-
anaknya.11

Cara penelitian non muslim era milenial ini tidak lepas dari lima
karakteristik: Terbuka, objektif, empiris, sistematis, dan prediktif.12 Dengan lima
karakter ini, kaum non muslim setingkat ilmuwan berusaha melakukan penelitian
secara mendalam. Seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang
biasa berpikir dengan teratur dan teliti. Bukan saja jalan pikiranya mengalir
melalui pola-pola yang teratur, namun juga segenap materi yang menjadi
bahan pemikirannya dikaji dengan teliti. Seorang ilmuwan tidak menolak
atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa suatu pikiran yang cermat.13
Dalam tradisi diskusi non muslim yang terlalu fanatik pada agamanya masing-
masing, seperti Kristen, Hindu, dan Budha mereka lebih memasrahkan dan
meminta petunjuk atas suatu problematika kehidupan kepada tokoh agama seperti
pendeta, resi, dan biksu tanpa ditelaah lagi secara nalar.
Namun beda halnya golongan kaum non muslim yang lebih melihat
kebenaran dengan kacamata akal, meskipun dari sebagian ada yang beragama,
mereka lebih mempercayai kebenaran dengan akal. Hal ini juga dilakukan orang-
orang Atheis. Dengan mendahulukan akal, akhirnya sistem diskusi merekapun
berjalan dengan sangat indah, karena dengan akal mereka tahu mana yang pantas
dan tidaknya dalam etika berdiskusi. Kaum yang fanatik pada tokoh agamanya, ia
akan sulit menerima pendapat orang lain yang berbeda, meski secara rasional
pendapat orang lain tersebut lebih efektif.

11
Ibid., 32
12
Morissan, “Metode Penelitian Survei” (Jakarta: Kencana, 2014) 3.
13
Jujun S. Suriasumantri, “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer”, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2009) 243.

4
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ikhsan, “pilar demokrasi kelima: politik uang: realitas konstruksi politik”
(yogyakarta: deepublish, 2015)

Bertens Kees, Sejarah Filsafat Yunani: dari Thales ke Aristoteles (Yogyakarta:


Kanisius,2007)

Burhanuddin, Nunu, Filsafat Ilmu (Jakarta: Prenada Media, 2018)

Garder, Jostein, Dunia Sophie (Bandung: Mizan, 2006).

Morissan, Metode Penelitian Survei. (Jakarta: Kencana, 2014)

Rakhmat Ioanes, Sokrates Dalam Tetralogi Plato (Jakarta: Gramedia, 2009)

Snijders, Adelbert, “Manusia Dan Kebenaran Sebuah Filsafat Pengetahuan”


(yogyakarta: kanisius, 2006), 71.

Sudjatmoko, Tujuh Tokoh Filsafat Dunia (Sonorejo/Sukoharjo: Pustaka


Panembahan Senopati, 2015).

Suhelmi, Ahmad, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan


Pemikiran Negara, Masyarakat, dan Kekuasaan. (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2007)

Supriatna Nana, Sejarah (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2006)

Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. (Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan, 2009)

Suseno, Franz Magnis,“Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis Ke


Perselisihan Revisionisme” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016)

5
West Richard dan Turner Lynn H, Pengantar Teori Komunikasi (2): Analisis dan
Aplikasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2008).

Richard West dan Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi (2): Analisis
dan Aplikasi” (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), 11.

Anda mungkin juga menyukai