Makalah:
Oleh:
HAYATULLAH HILMI AZIZ E93218093
IENASH HUWAIDA AZIZ E93218094
IHDAL UMAMI JAHIRA E93218095
Dosen Pengampu:
SURABAYA
2019
A. BUDAYA DAN TRADISI PENELITIAN DAN DISKUSI ERA YUNANI
Berbagai ulasan sejarah menyebut bahwa ini adalah asal mula lahirnya
filsafat. Dari pertanyaan inilah muncul berbagai kegiatan mencari hakikat atau
kebenaran yang disebut “penelitian”. Berbagai tokoh bermuculan mencoba
menjawab hal ini, antara lain adalah Anaximander dalam masa yang sama dengan
Thales. Ia beranggapan bahwa jawabannya adalah “zat yang tak terbatas”.
Selanjutnya muncul Anaximenes (570-526 SM) yang menjadikan udara sebagai
jawabannya3.
1
Kees Bertens, “Sejarah Filsafat Yunani: dari Thales ke Aristoteles” (Yogyakarta: Kanisius,2007),
34.
2
Nunu Burhanuddin, “Filsafat Ilmu” (Jakarta: Prenada Media, 2018), 22.
3
Jostein Garder, “Dunia Sophie” (Bandung: Mizan, 2006), 49.
4
Sudjatmoko, “Tujuh Tokoh Filsafat Dunia” (Sonorejo/Sukoharjo: Panembahan Senopati, 2015),
10.
1
Plato (427-347 SM) dan Xenophone. Seperti karya Plato; Euthyfro, Apologi dan
Faedo5.
5
Ioanes Rakhmat, “Sokrates Dalam Tetralogi Plato” (Jakarta: Gramedia, 2009)Penutup.
6
Richard West dan Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi (2): Analisis dan Aplikasi”
(Jakarta: Salemba Humanika, 2008), 11.
7
Franz Magnis Suseno, “Pemikiran Karl Marx Dari Sosialisme Utopis Ke Perselisihan
Revisionisme” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2016), 9.
8
Ikhsan ahmad, “pilar demokrasi kelima: politik uang: realitas konstruksi politik” (yogyakarta:
deepublish, 2015), 7
2
3. Upaya untuk menyelesaikan pertentangan antara tesis dan antitesis,
disebut sintesis.
Pada era industri 4.0 ini, tentunya banyak ilmu pengetahuan dan teknologi
mengalami perkembangan pesat. Penelitian dan sistem diskusipun semakin
berlanjut karena rasa penasaran seorang ilmuwan terhadap objek kajiannya.
Peradaban Ilmuwan barat non muslim pada zaman modern ini tebentuk dari hasil
peradaban Yunani-Romawi.
Arnold Toynbee berpendapat bahwa peradaban Barat dewasa ini lahir dari
puing-puing kehancuran peradaban Yunani-Romawi. Peradaban Barat merupakan
kelahiran kembali peradaban Yunani-Romawi. "With disintegration, kata
Toynbee, comes rebirth". Apa yang disebut "dunia Barat" dewasa ini merupakan
sempalan dari imperium Romawi Bizantium yang terbelah menjadi dua:
Bizantium Barat (Western Byzantium) dan Bizantium Timur (Eastern Byzantium),
atau Konstantinopel.10 Maka tak ayal, jika cara penelitian ilmuwan barat non
muslim era modern hampir sama pada masa yunani kuno, hanya saja pada zaman
ini lebih terlihat ilmiah yang didukung oleh mediasi-mediasi penelitian yang
pernah dibuat ilmuwan terdahulu lalu kemudian dikembangkan para ilmuwan
masa kini melalui inspirasi dan inovasi baru.
9
Adelbert snijders, “Manusia Dan Kebenaran Sebuah Filsafat Pengetahuan” (yogyakarta: kanisius,
2006), 71.
10
Ahmad Suhelmi, “Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran Negara,
Masyarakat, dan Kekuasaan” (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), 1.
3
bersifat paternalistis personal dan memiliki sifat paguyuban. Tidak seperti negara-
negara modern dimana sesama warga negara kurang memiliki Hubungan batin
yang kuat dan bersifat impersonal, di negara Athena hubungan antara sesama
warga negara seperti hubungan antara anggota-anggota keluarga. Hubungan
antara penguasa dengan rakyat seperti hubungan antara bapak dengan anak-
anaknya.11
Cara penelitian non muslim era milenial ini tidak lepas dari lima
karakteristik: Terbuka, objektif, empiris, sistematis, dan prediktif.12 Dengan lima
karakter ini, kaum non muslim setingkat ilmuwan berusaha melakukan penelitian
secara mendalam. Seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia yang
biasa berpikir dengan teratur dan teliti. Bukan saja jalan pikiranya mengalir
melalui pola-pola yang teratur, namun juga segenap materi yang menjadi
bahan pemikirannya dikaji dengan teliti. Seorang ilmuwan tidak menolak
atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa suatu pikiran yang cermat.13
Dalam tradisi diskusi non muslim yang terlalu fanatik pada agamanya masing-
masing, seperti Kristen, Hindu, dan Budha mereka lebih memasrahkan dan
meminta petunjuk atas suatu problematika kehidupan kepada tokoh agama seperti
pendeta, resi, dan biksu tanpa ditelaah lagi secara nalar.
Namun beda halnya golongan kaum non muslim yang lebih melihat
kebenaran dengan kacamata akal, meskipun dari sebagian ada yang beragama,
mereka lebih mempercayai kebenaran dengan akal. Hal ini juga dilakukan orang-
orang Atheis. Dengan mendahulukan akal, akhirnya sistem diskusi merekapun
berjalan dengan sangat indah, karena dengan akal mereka tahu mana yang pantas
dan tidaknya dalam etika berdiskusi. Kaum yang fanatik pada tokoh agamanya, ia
akan sulit menerima pendapat orang lain yang berbeda, meski secara rasional
pendapat orang lain tersebut lebih efektif.
11
Ibid., 32
12
Morissan, “Metode Penelitian Survei” (Jakarta: Kencana, 2014) 3.
13
Jujun S. Suriasumantri, “Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer”, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 2009) 243.
4
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ikhsan, “pilar demokrasi kelima: politik uang: realitas konstruksi politik”
(yogyakarta: deepublish, 2015)
5
West Richard dan Turner Lynn H, Pengantar Teori Komunikasi (2): Analisis dan
Aplikasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2008).
Richard West dan Lynn H. Turner, “Pengantar Teori Komunikasi (2): Analisis
dan Aplikasi” (Jakarta: Salemba Humanika, 2008), 11.