Anda di halaman 1dari 74

RISALAH FILSAFAT SEJARAH

Muchammad Helmi Umam

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam UIN Sunan Ampel


Surabaya
2021

A. PENDAHULUAN

Di dalam buku induk The Story of Philosophy, Bryan Magee berpendapat


bahwa Dunia tersusun dari peristiwa-peristiwa.1 Kejadian dan peristiwa ini
adalah amunisi dan bahan baku pengetahuan manusia. Ilmu pengetahuan
mendeskripsikan kejadian dan peristiwa dunia melalui caranya yang ilmiah,
baku dan terukur, sedangkan filsafat mengkontemplasikannya melalui prinsip-
prinsip kefilsafatan.
Secara umum, manusia hidup dengan kejadian dan peristiwa tersebut.
Manusia merespon keduanya dengan berbagai tipe dan bentuk pengetahuan
yang dikuasai. Dahulu kala, manusia memandang alam seisinya melalui cara
pandang mitis dan dipenuhi tahayul. Alam dianggap sebagai kekuatan
misterius yang semena-mena dan hanya bisa dikendalikan dengan cara dipuja
dan ditakuti. Manusia masa mitos melihat Dunia sebagai sesuatu yang ada di
luar batas pengetahuan itu sendiri. Dunia di luar pengetahuan berarti bahwa
kejadian dan peristiwa belum mampu dijelaskan secara runtut dan teratur.
Setiap peristiwa belum mampu dicarikan alasan-alasan penyebabannya secara
lebih mendalam. Manusia masa mitos adalah manusia dengan pengetahuan
sederhana di hadapan Dunia yang dianggap kompleks dan tidak terjangkau.
Filsafat datang memadamkan mitos. Filsafat tiba membawa penawaran
berbeda kepada manusia tentang bagaimana mestinya teknik melihat Dunia.
Filsafat menginsyafi potensi rasional manusia, memanfaatkannya untuk
kemudian melembagakannya bagi masa depan pengetahuan. Pada mulanya,
filsafat adalah pencerahan bagi mitos, irrasionalitas atau bagi
suprarasionalitas.
Sejalan meningkat didewasakan masyarakat dan kebutuhan
mengembangkan kebudayaan, filsafat diabdikan tidak hanya untuk pencarian
arche (prinsip asasi alam). Setelah menawarkan jawaban tentang apa
sesungguhnya alam semesta, filsafat dipanggil untuk merumuskan gagasan-
gagasan tentang apa hakikat manusia, nilai-nilai, Tuhan dan isu-isu sentral
kemanusiaan lainnya. Ide-ide Sokrates, Plato, Aristoteles dan Plotinus adalah
bukti filsafat pertama umat manusia yang beranjak mengobjekkan persoalan
kemanusiaan terutama mengenai prinsip kebaikan, keadilan, kebenaran,
politik, kepercayaan, agama dan asas humanitas lainnya. Verhaak dan Haryono
Imam menyatakan, secara umum filsafat adalah upaya untuk mengungkapkan
dan mempelajari secara mendasar pengembaraan manusia di dunianya hingga
menuju ke akhirat.2 Segala keluasan Dunia, akhirat serta manusia yang terlibat
di dalamnya menjadi lapangan material penelaahan filsafat.
Beranjak ke tahap lebih lanjut, filsafat berjuang menyediakan lapangan
yang terang bagi ilmu pengetahuan yang mulanya lapangan itu sendiri
dirimbuni “semak belukar” mitos dan tahayul. Filsafat adalah tentara pelopor
artileri yang bertugas menyediakan landasan yang nyaman bagi pasukan

1
Bryan Magee, The Story of Philosophy; Panorama Filsafat, terj. Markus Widodo dan Hardono
Hadi (Yogyakarta: Kanisius, 2008), hal. 6.
2
C. Verhaak dan Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1991), hal. 1.
infanteri. Sejak saat itu, ilmu pengetahuan atau sains dipercaya manusia
memimpin siteplan pembangunan Dunia. Ilmu adalah simbol kemerdekaan
sekaligus kedaulatan total manusia atas alam. Semua yang terjadi tentang alam
mampu diamati, dideskripsikan, dirumuskan, dikendalikan hingga
kedepannya bisa diprekdisikan. Ilmu pengetahuan, terutama sains kealaman
berhasil membawa punjak kejayaan manusia di atas alam, tidak lagi di bawah
alam.
Filsafat tidak melihat setiap kejadian secara deskriptif, atau memandang
hanya di permukaan. Filsafat merenungkan setiap kejadian secara mendalam,
dasariah dan menguak apa yang ada dibalik penjelasan fisik.
Filsafat itu perangkat lunak pemikiran yang berhubungan dengan
pembahasan mengenai segala hal baik yang lunak maupun yang keras. Jika
sebelum era Yunani Kuno, pemikiran dan kebudayaan manusia dibuktikan
dengan keberhasilan pembangunan fisik dan kemampuan mengendalikan
alam, maka sejak di jaman Yunani Kuno, pemikiran diretas menjadi
pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai hakikat pembangunan dan
penguasaan itu sendiri. Filsafat itu radikal, tidak mudah ikut-ikutan secara
teknis pada pengetahuan yang tengah trend dan berkembang.
Filsafat itu tidak menyediakan jawaban yang berakhir, filsafat justru
mempersoalkan dasar dan prinsip jawaban-jawaban yang ada. Filsafat adalah
simbol peningkatan martabat dari hidup manusia yang tidak melulu
ditentukan oleh indikasi fisik, tetapi ditentukan oleh pertimbangan yang
komperehensif dan holistik. Mendiskusikan seluruh aspek kehidupan manusia
secara integral dan tidak partial.
Berdasarkan sejarah penemuannya, filsafat adalah kunci untuk keluar
dari lingkaran kesibukan manusia yang teknis dan profesional. Filsafat sejak
pertama ada memang tidak diperuntukkan untuk kejayaan hidup di bidang
material, filsafat hanya digunakan sebagai penyempurna di dalam hidup, lahir
dan bathin.
Filsafat bukan pengetahuan teknis untuk profesi tertentu tetapi ia
pengetahuan bagi semua profesi. Tidak digunakan untuk mencari objek
langsung tetapi digunakan memperdalam subjek dan objek secara lebih dalam
dan diakronik. Filsafat itu cara menatap seekor elang ke semua daratan dari
sudut pandang angkasa.
Di situasi yang hampir mirip, studi kesejarahan atau penelitian sejarah
baru mendapat perubahan bentuknya di awal abad ke-19. Sebelumnya tokoh-
tokoh sejarahwan Inggris seperti Hume, Robertson dan Gibbon adalah orang-
orang yang dianggap mampu memadukan antara dua pendekatan penulisan
sejarah yang sebelumnya berjalan terpisah. Dua pendekatan tersebut adalah
sejarah sebagai penelitian atas bukti-bukti fisik masa lalu (antiquarian) dan
sejarah sebagai penelitian kesusastraan. 3 Disiplin penelitian sejarah setelah itu
secara radikal mengarah pada pemaduan antara sisi fisik dan sisi psikis masa
lalu secara sinergis.
Namun demikian, sikap toleran untuk menggabungkan dua pendekatan
penulisan sejarah yang sebelumnya terpisah tersebut diimbangi dengan
munculnya gerakan kontra genesis yang terus-menerus terjadi antara sayap
sejarah sebagai sains dan sejarah sebagai misi valuatif untuk politik dan
moralitas. Dua kekuatan besar ingin berebut pengaruh untuk mendasarkan
apakah sejarah itu bagian proses ilmiah yang ketat dan tanpa prasangka
ataukah sejarah lebih signifikan jika dibangun sebagai penelitian nilai-nilai
pembentuk masyarakat.
Pertarungan kepentingan ini secara lebih gamblang bisa diamati pada
pengembangan ilmu sejarah abad ke-18 di kampus-kampus Jerman dan
sekitarnya.4 Namun demikian, beberapa orang berhasil menempuh jalan tengah
yang berusaha memadukan antara kedua pendekatan sains dan etik secara
sekaligus dan meyakinkan. Paduan ini yang hingga kini berkembang sebagai
pendekatan
3 GeorgG. Iggers, Historiography in the Twentieth Century (Middletown:
Wesleyan University Press, 1997), 23.
4 Ibid, 24.

4
penelitian sejarah kontemporer populer. Di antaranya tokoh yang kokoh
memadukan itu adalah Leopold Ranke. Ranke adalah orang penguji handal
yang konsern di bidang penelitian dokumen politik Italia sepanjang abad ke-14
hingga ke-15. Ranke berargumen bahwa sejarah bisa jadi saintifik dan ketat
tanpa mengurangi muatan valuatifnya bagi masyarakat. 5 Bagi Ranke, sejarah
adalah paduan antara disiplin ilmiah dan sumber budaya manusia. Sesuatu
yang pada waktu itu berseberangan dengan dua ekstrim, model Weber yang
terlalu abai pada nilai dalam sejarah dan Hegel yang justru sebaliknya. 6

Secara etimologis, sejarah adalah ‘syajaratun’ artinya pohon dalam bahasa


Arab. Dimaknai pohon karena sejarah mirip susunan atau silsilah ranting
pohon. Dari bahasa Yunani sejarah adalah istoria, istor atau histor yang artinya
informasi penting, ilmu atau orang pintar. Orang Yunani secara umum
mengartikan sejarah sebagai pengertian umum tentang masa lampau dari umat
manusia terkemuka atau yang pintar. Dari leksikal Jerman, sejarah ditranslasi
dengan istilah geschicht berarti sesuatu yang telah terjadi.

Sejarah adalah pengetahuan yang penting bagi manusia. Sejarah juga


pengetahuan yang penting bagi ilmu-ilmu humaniora yang lain. Pengetahuan
sejarah ada dan menjadi dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti seni, agama, ekonomi
dan politik. Sejarah juga mendasar dan penting bagi kelahiran filsafat. 7

Kochhar berpendapat bahwa sejarah adalah informasi atau penelitian


yang ditujukan untuk memperoleh kebenaran. Sejarah memuat hal-ihwal
tentang kisah manusia untuk memenuhi

5 Ibid, 24.
6 Ibid, 25-26.

7 S.K. Kochhar, Teaching of History, terj. Purwanta dan Yovita Hardiwati


(Jakarta: PT Grasindo, 2008), 1.

5
kebutuhannya dalam ketertiban dan keteraturan, kecintaan akan
kemerdekaan serta hasrat pada seni, keindahan dan pengetahuan. 8

Sejarah, di dalam diskusi populer, disebut dengan kata history di dalam


bahasa Inggris. Kata history ini, oleh Topolski disimpulkan berasal dari leksikal
Yunani, historia. Historia ini memuat arti inkuiri, wawancara, interogasi atas
saksi, laporan saksi, atau orang yang tahu tentang sesuatu.9 Masih dalam
Topolski, F. Muller memadatkan pengertian historia dalam tiga hal yakni
penelitian dan laporan penelitian, puisi dan deskripsi persis tentang fakta-
fakta.10

N. Jayapalan dalam bukunya Historiography menyatakan bahwa kata


history berasal dari Yunani juga tapi dari kata istoria. Istoria di dalam
penemuan Jayapalan berarti penelitian atau kumpulan pengetahuan tentang
hasil penelitian.11 Masih dalam Jayapalan, istilah istoria yang berasal dari
Yunani ini kemudian diserap oleh bangsa Romawi dan dipahami sebagai
history yang sekarang berkembang di budaya ilmu Barat. Pada abad ke-5 SM,
Herodotus memperkenalkan catatan-catatannya yang jika di-Inggriskan
berjudul Histories of Herodotus. Catatan-catatan yang berisi laporannya
tentang perang antara bangsa Yunani dan Persia.

Masih dalam Jayapalan, Dionysius dari Halicarnassus berpendapat


bahwa sejarah adalah filosofi yang tersusun dari contoh-contoh (History is
Philosophy drawn from examples).12 Contoh yang dimaksudkan adalah
kehidupan real dari masa lalu. Aristoteles juga menyatakan bahwa sejarah
adalah sebuah keputusan tentang masa lalu yang tak bisa berubah. Dia

8 Ibid, 1.

9 Topolski
dalam Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta:
Ombak, 2007), hal. 2. 10 Ibid, 2.

11 N. Jayapalan, Historiography (New Delhi: Atlantic, 2008), 1.


12 Ibid, 1.

6
berpendapat, bahkan Tuhan pun tidak mampu merubah masa lalu.13 Francis
Bacon menyatakan bahwa sejarah adalah sebuah disiplin yang menjadikan
manusia bijaksana. Sejarah bagi Bacon adalah sumber pengetahuan yang
mampu memebentuk ketenangan dalam diri manusia.14

Di antara tokoh yang menyanjung makna sejarah, ada sejumlah tokoh


yang sebaliknya pesimis terhadap sejarah, termasuk Hegel. Bagi Hegel, sejarah
hanyalah kejadian masa lalu yang tidak dapat memberi pelajaran apapun bagi
hidup manusia.15 R.W. Emerson menyatakan bahwa semua yang dikatakan
tentang sejarah pada dasarnya bukanlah sejarah, sebenarnya sejarah hanyalah
sebuah biografi.16 Voltaire menyatakan bahwa sejarah adalah gambaran
tentang kejahatan dan ketidakberuntungan.17

Menurut sudut pandang nilai, moralitas dan keagamaan, sejarah juga


mendapat pengertian khusus. Lecky menyatakan, sejarah adalah rekam jejak
dan penjelasan tentang revolusi moral.18 Leibnitz dengan ekspresif menyatakan
bahwa sesungguhnya sejarah adalah demonstrasi agama. Sir John Seeley
berpendapat, sejarah adalah politik di masa lalu.19 Bagi Croce, karena sifat
sejarah yang mustahil tanpa sebab sejarahwan, dia menyatakan bahwa
keseluruhan sejarah adalah sejarah kontemporer. 20 Tokoh besar Karl Marx
menegaskan bahwa semua sejarah yang memuat kehidupan masyarakat adalah
sejarah tentang perjuangan kelas.21 Lord Acton

13 Ibid, 1.
14 Ibid, 1.
15 Ibid, 2.
16 Ibid, 2.
17 Ibid, 3.
18 Ibid, 2.
19 Ibid, 2.
20 Ibid, 2.
21 Ibid, 2.

7
berargumen, sejarah adalah keseluruhan cerita tentang kebebasan manusia. 22

Secara filsafat keilmiahan, banyak pula yang berpendapat mengenai


hubungan sejarah dengan ilmu. A.L. Rowse menyatakan bahwa esensi sejarah
adalah rekaman hidup seseorang dalam sebuah masyarakat dengan segala
lingkungan fisik dan geografisnya. Sejarah adalah peradaban manusia di
masyarakatnya masing-masing.23 J.B. Bury menyatakan bahwa sejarah adalah
sebuah sains, tidak kurang tidak lebih. Jika etimologi sejarah adalah penelitian,
maka sejarah semata-mata terdiri dari penelitian dan usaha menemukan
pengetahuan.24 Seignobos menginterpretasikan bahwa sejarah adalah sains
tentang penalaran, sebab semua pengetahuan sejarah membicarakan sesuatu
yang tidak langsung.25

Di dalam bukunya yang monumental, The Idea of History, R.G. Collingwood


menyatakan bahwa filsafat sejarah bukanlah semata-mata hanya tentang
kejadian masa lalu, sejarah bukan pula hanya tentang pemikiran sejarahwan
yang subjektif, sejarah adalah hubungan mutual antara keduanya. 26

Sudah jelaslah bahwa sejarah, definisi dan batasannya bukan merupakan


pengertian yang seragam. Namun demikian, dari keseluruh alternatif batasan
dan pengertian sejarah di atas, dapat dititiktemukan ke dalam ide bahwa
sejarah adalah disiplin pengetahuan manusia yang fokus pada kajian tentang
kehidupan manusia yang ada di masa lalu serta nilai-nilai yang senantiasa
berubah di dalamnya.

22 Ibid, 3.
23 Ibid, 2.
24 Ibid, 2.
25 Ibid, 3.
26 Ibid, 3.

8
B. PENGERTIAN FILSAFAT SEJARAH
1. Pengertian Filsafat; Menurut Para Tokoh

Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Philosophia yang
dalam perkembangan berikutnya dikenal dalam bahasa lain: Philosophie
(Jerman, Belanda, dan Perancis), Philosophy (Inggris), dan Falsafah (Arab).
Philosophia berasal dari kata:

“Philien dan Sophos” yang berarti mencintai dan bijaksana sehingga


pengertiannya adalah cinta akan hal-hal yang bersifat bijaksana.

“Philos dan Sophia” yang berarti kawan dan kebijaksanaan

sehingga pengertiannya adalah cinta akan kebijaksanaan dan berusaha


untuk memiliki.

Para filsuf memberi batasan pada pengertian filsafat dan pada umumnya
berbeda satu sama lain. Tiap-tiap filsuf memiliki rumusan atau batasan
tersendiri tentang filsafat. Perbedaan tersebut tampak bervariasi, kadang-
kadang menyangkut masalah yang esential. Akan tetapi perbedaan tersebut
tidak mendasar. Filsafat juga sering disebut sebagai Mother of Science
(Induknya Ilmu). Karena ilmu-ilmu lain muncul setelah filsafat lahir.
Sedangkan batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara
Etimologi dan Terminologi.

Secara Terminologi juga sangat berguna. Dalam hal ini para filsuf telah
merumuskan pengertian filsafat sebagai berikut:

a) Plato berpendapat filsafat adalah pengetahuan yang berminat


mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.

b) Aristoteles mengungkapkan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang


meliputi kebenaran yang terkandung di

9
dalamnya ilmu–ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika.

c) Immanuel Kant mengartikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang


menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya
tercakup masalah epistemologi yang menjawab persoalan apa yang
dapat kita ketahui. Masalah etika yang menjawab persoalan apa yang
harus kita kerjakan. Masalah ketuhanan yang menjawab persoalan
harapan kita dan masalah manusia.
d) Rene Decartes mengartikan Filsafat sebagai kumpulan segala
pengetahuan di mana Tuhan, alam, menusia menjadi pokok
penyelidikan.

e) Al-Farabi mengungkapkan bahwa Filsafat adalah Ilmu yang mencari


tahu bagaimana hakekat alam sebenarnya.

f) Menurut Poedjawijatna filsafat itu sejenis pengetahuan yang berusaha


mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan
pikiran.

g) Hasbullah Bakry mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan


yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai
ketuhanan, alam semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai
akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.

h) Definisi dari Bertrand Russel cukup menarik. Ia mendefinisikan filsafat


sebagai the attempt to answer ultimate question critically, yang berarti tugas
filsafat adalah berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kritis
dan mendasar bagi kehidupan.

10
i) Mulder mengajukan definisi filsafat sebagai pemikiran teoretis
tentang susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
j) William James mendefinisikan filsafat sebagai a collective name for question
which have not been answered to the satisfaction of all that have asked them, yang
artinya kumpulan pertanyaan yang belum pernah terjawab secara
memuaskan.

k) Poedjawijatna menyatakan bahwa kata filsafat berasal dari Arab yang


berhubungan erat dengan kata Yunani, bahkan asalnya memang dari
kata Yunani. Kata Yunaninya adalah Philosophia. Dalam bahasa Yunani
kata Philosophia merupakan kata majemuk yang terdiri atas Philo dan
Sophia; philo artinya cinta dalam arti luas, yaitu ingin, dan karena itu lalu
berusaha mencapai yang diinginkan itu; Sophia artinya kebijakan yang
artinya pandai, pengertian yang mendalam. Jadi, menurut namanya saja
filsafat boleh diartikan ingin mencapai pandai, cinta pada kebijakan.

2. Batasan Pengertian Filsafat

Pengertian filsafat sering berbeda antara tokoh yang satu dengan yang lain,
hal ini disebabkan karena perbedaan konotasi filsafat dan pengaruh
lingkungan dan pandangan hidup yang berbeda serta akibat perkembangan
filsafat itu sendiri. Namun semua uraian diatas pada prinsipnya adalah
menegaskan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan sungguh–sungguh,
radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.

Dari berbagai pengertian oleh tokoh-tokoh besar di atas, paling tidak kita
bisa menyimpulkan bahwa:

11
a) Berfilsafat adalah selalu berpikir.

b) Filsafat adalah ilmu pengetahuan.

c) Filsafat adalah metode penalaran.

d) Filsafat adalah kumpulan masalah.

e) Filsafat adalah pandangan atau sikap hidup.

f) Filsafat adalah sistem atau teori pemikiran.

Jadi, pengertian filsafat yang dapat ditangkap adalah “Kegiatan atau hasil
pemikiran yang menyelidiki makna di balik sebuah kenyataan yang telah
ada untuk disusun dalam sebuah sistem pengetahuan yang sistematis“.

3. Objek Filsafat

Pada umumnya ilmu memiliki dua objek, yaitu objek material (material
object) dan objek formal (formal object). Objek material yaitu objek atau
lapangan yang dilihat secara keseluruhannya (manusia, hewan, alam, dan
sebagainya). Sedangkan objek formal yaitu objek jika dipandang dari suatu
sudut tertentu saja atau hakekat terdalam.

Objek Material Filsafat

Isi filsafat ditentukan oleh obyek apa yang dipikirkan. Obyek mengenai
penyelidikan terhadap segala yang ada dan mungkin ada disebut obyek
material filsafat.

Menurut para filsuf, objek material dapat dibagi dalam tiga kategori,
yaitu:

a) Tipikal atau sungguh ada dalam kenyataan (misal: meja yang tampak
nyata, sekarang ada).

b) Ada dalam kemungkinan (misal: ayam dari telur, keuntungan dari


investasi).

12
c) Dalam pikiran atau konsep (misal: angka).

Sebenarnya obyek material filsafat mempunyai banyak kesamaan dengan


obyek material sains, namun obyek material filsafat lebih luas karena obyek
ini menyelidiki hal-hal yang bersifat abstrak dan ini tidak dapat diteliti oleh
obyek material sains yang bersifat empiris. Obyek material filsafat
mencakup tiga masalah pokok yaitu, Tuhan, alam semesta dan manusia.
“Keluasan” ini hanya dibatasi oleh cakrawala pemikiran terhadap
permasalahan yang tampak.

Objek Formal Filsafat

Adalah penyelidikan yang mendalam mengenai hakikat terdalam substansi,


esensi dan intisari. Arti mendalam di sini ialah ingin tahu tentang obyek
yang tidak empiris. Penelitian filsafat terletak pada daerah tidak dapat
diriset, tetapi dapat dipikirkan secara logis. Jadi, sains menyelidiki dengan
riset, filsafat meneliti dengan memikirkannya.

Dari kedua obyek di atas, filsafat dapat diartikan sebagai hasil pemikiran
manusia untuk memahami dan mendalami secara radikal dan integral serta
sistematis hakikat yang ada, serta sikap manusia sebagai konsekuensi dari
pemahaman ini. Filsafat mengkaji segala sesuatu yang ada. Sedangkan
tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya yang
disusun secara sistematis mulai dari mengumpulkan pengetahuan,
mengajukan kritik, menilai pengetahuan tersebut, menemukan hakikat
kebenarannya, menerbitkan dan mengaturnya.

Obyek-obyek ini juga berkaitan dengan fakta-fakta yang ada. Dan cara
untuk membicarakan fakta-fakta tersebut yaitu :

13
a) Mengajukan kritik terhadap makna suatu fakta.

b) Menarik kesimpulan umum dari fakta tersebut.


4. Definisi Filsafat Sejarah

Dunia adalah rumah bagi peristiwa-peristiwa. Manusia dan


kehidupan di muka Bumi menjadi bagian dari kejadian setiap peristiwa.
Bagi masyarakat umum, peristiwa terjadi begitu saja, mengarah kepada
tujuan sederhana dan terjadi akibat sebab yang sederhana pula. Bagi filsuf,
semua adanya peristiwa dibentuk oleh prinsip-prinsip tertentu yang bisa
dirumuskan. Filsafat adalah disiplin untuk mengamati, meneliti dan
merumuskan prinsip-prinsip terdalam atas tiap peristiwa yang tidak
dilakukan di disiplin pengetahuan umum ataupun di ilmu.

Filsafat lahir untuk alasan kebaikan. Baik dalam pengertian


pembentukan kognitif maupun baik untuk pembentukan karakter
kemanusiaan. Filsafat menjadikan pengetahuan manusia meradikal dan
mengarah kepada tujuan penciptaan yang lebih lengkap. Filsafat tidak
melihat segala sesuatu di dalam parsialitasnya, filsafat juga tidak
memutuskan sesuatu dalam keterpisahan-keterpisahan sebuah alasan.
Filsafat merangkum, membiarkan rangkuman tersebut tetap terbuka dan
memberikan ulasan tentang apa yang harus dikurangkan atau ditambahkan
dalam proses mengetahui atau memutuskan. Tujuan filsafat adalah sampai
kepada kebijaksanaan atau kebajikan optimal. Kebajikan yang relevan dan
berkesesuaian dengan kemampuan tingkat penerimaan setiap individu
atau komunitas. Tujuan akhir filsafat adalah membiarkan Dunia mengarah
kepada sesuatu sesuai kodrat kabaikan. Kodrat yang bagi mayoritas
dianggap sebagai cermin dari subtansi penciptaan dan ketuhanan.

14
Banyak tafsir dan definisi mengenai filsafat. Secara populer, filsafat
didefinisikan sebagai jenis pengetahuan manusia tertua yang konsern
terhadap penemuan kebenaran, kebaikan dan keindahan di dalam Dunia.
Ketiga kebenaran, kebaikan dan keindahan ini yang disebut sebagai unsur
kebijaksanaan. Filsafat adalah disiplin untuk tujuan logis, etis dan estetis.
Filsafat adalah jalan para penemu kedalaman dan keluasan prinsip-prinsip
kenyataan yang dicapai melalui penemuan vitalitas terdalam atau masuk ke
sebab pertama dan tujuan akhir segala sesuatu. 27 Filsafat adalah proses
pencarian spirit bagi Dunia. 28

Filsafat sejarah adalah bagian dari satu tema kefilsafatan yang


penting. Filsafat sejarah adalah pengetahuan humaniora yang fokus pada
sisi-sisi luas kemanusiaan. Keluasan ini sesuai dengan makna sejarah atau
ilmu sejarah yang hakikatnya dibutuhkan untuk tujuan-tujuan khusus
penemuan nilai dan pedoman dalam perikehidupan. Filsafat sejarah
berusaha menemukan sebab-sebab terakhir sebuah peristiwa. 29 Usaha
penemuan inilah yang nantinya menghasilkan tata nilai tertentu yang bisa
dipakai sebagai sumber pengetahuan untuk kebaikan manusia.

Filsafat sejarah bertugas mencari tahu makna terdalam dari masa lalu,
sekaligus meneliti bagaimana masa lalu disampaikan dengan benar dan
bertanggung jawab. Filsafat sejarah berhubungan dengan materi sejarah
sekaligus berhubungan dengan cara bagaimana sejarah disampaikan.
Filsafat sejarah

27 Martin
Heidegger, Towards The Definition of Philosophy, terj. Ted Sadler
(New York: Continuum, 2000), 6.

28 G.A.
Cohen, Karl Marx’s Theory of History; A Defence (Princeton:
Princeton University Press, 1978), 1.

29 Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah,


Sejarah Filsafat dan Iptek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 130.

15
berbeda dengan cerita rakyat tentang masa lalu, sejarah agama-agama,
tafsir sejarah atau ilmu sejarah. Filsafat sejarah adalah filsafat atau kajian
radikal dan lengkap mengenai seluk beluk sejarah.

Filsafat sejarah digunakan pertama kali oleh Voltaire. 30 Pernyataan ini


terbukti terdapat di dalam bukunya La philosophie de l’histoire yang
diterbitkan tahun 1765 di Amsterdam.31 Voltaire memaksudkan filsafat
sejarah berbeda dari sejarah sebagai kehendak Tuhan. Filsafat sejarah
dipakai Voltaire untuk menegaskan bahwa setiap peristiwa adalah
kehendak manusia dan terjadi karena alasan-alasan.32 Di dalam bukunya
Essay on the Customs and the Spirit of Nations yang dirilis tahun 1769, Voltaire
memaksudkan filsafat sejarah sebagai metode kritis untuk menganalisis
sejarah kebudayaan. 33

Filsafat sejarah adalah keluasan manusia untuk menuliskan sejarah.


Filsafat sejarah adalah penafsiran sistematik atas sejarah universal
berdasarkan prinsip-prinsip tertentu yang disepakati. 34 Sejarah universal
berisi peristiwa-peristiwa atau perubahan peristiwa yang penting dan
mengarah kepada nilai pemaknaan tertentu. Filsafat sejarah dipakai
sebagai bantuan manusia untuk menjelaskan peristiwa masa lalu sebagai
sesuatu yang dihargai dalam kehidupan dan diyakini mampu
mempengaruhi kehidupan manusia ke depan. Di dalam sejarah
kemunculannya, filsafat

30 Karl Lowith, Meaning in History (London: The University of Chicago Press,


1949), 1.

31 Zdenek Vasicek dalam A Companion to the Philosophy of History and


Historiography, Aviezer Tucker, ed.all. (Chichester: Blackwell Publishing,
2009), 26.
32 Ibid, hal. 1.

33 M.C. Lemon, Philosophy of History; A Guide for Students (London: Routledge,

2003),7.
34 Ibid, 1.

16
sejarah berhubungan dekat dengan sejarah agama-agama atau sejarah
tentang pengampunan dan cerita keselamatan. 35

Sejujurnya buku filsafat sejarah tidak beragam dan bervariasi. Definisi


filsafat sejarah lebih jarang ditemui dibanding definisi filsafat dengan tema
yang lain. Namun demikian, para pelajar filsafat bisa mensintesiskan antara
filsafat dan sejarah menjadi satu definisi sendiri tentang filsafat sejarah.
Filsafat sejarah adalah filsafat mengenai sejarah. Arti lainnya adalah
mengkaji seluk beluk masa lalu sebagai materi, ilmu dan pelajaran nilai
menurut perspektif kefilsafatan yang radikal, universal, komperehensif dan
spekulatif. Filsafat sejarah berobjek formal filsafat dan berobjek material
sejarah. Apakah sejarah itu, bagaimana ia terjadi, apakah benar ia terjadi,
bagaimana ia diceritakan, apakah cerita sejarah itu bisa dibenarkan dan
apakah sejarah memiliki signifikansi nilai tertentu adalah persoalan-
persoalan kefilsafatan di dalam meneliti sejarah.

Kenapa filsafat sejarah penting dan diperlukan. Pertanyaan ini bisa


dijawab dengan penjelasan tentang ketidakcukupan ilmu sejarah untuk
menyajikan jawaban akan makna dan nilai di balik setiap peristiwa masa
lalu. Filsafat sejarah bukan sains sejarah melainkan kajian menyeluruh
tentang manusia. Sesuatu yang sifatnya lengkap dan membahas masa lalu
dalam segenap keluasannya seharusnya tidak merupakan sains. 36 Hal ini
disebabkan karena masa lalu manusia memuat makna atau nilai dan tujuan.
Makna adalah sesuatu yang tidak alamiah tetapi diciptakan baik oleh
Tuhan ataupun oleh manusia sendiri. Makna diciptakan karena manusia
hidup dengan tujuan yang berharga

35 Ibid, 1.
36 Ibid, 1.

17
menurut keyakinannya. Hal ihwal pemaknaan dan kajian sejarah yang
tidak hanya dalam lingkaran empirik-faktual ini hanya bisa dicapai oleh
filsafat sejarah sedangkan ilmu sejarah tidak.

Ilmu sejarah berhubungan dengan fakta sejarah, sedangkan filsafat


sejarah menambahkan fakta sebagai bagian dari pemaknaan yang lengkap.
Sejarah yang terdiri dari potongan fakta-fakta mendapatkan arti
lengkapnya saat ia disentuh oleh kekuatan telos. 37 Telos adalah tujuan
metafisis yang tidak terlihat di fakta sejarah tapi nyata akibat penelitian
kesejarahan yang panjang dan berangkai. Oleh karenanya, penelitian
sejarah oleh filsafat sejarah berkenaan dengan kepentingan manusia
terhadap masa depannya. Artinya, manusia membutuhkan filsafat sejarah
untuk merumuskan masa lalu secara benar dan lengkap agar ia bisa dipakai
sebagai panduan dan arahan ke pembentukan masa depannya.

5. Tujuan Filsafat Sejarah

Filsafat sejarah memiliki tujuan khusus berbeda dengan sejarah atau


ilmu sejarah. Tujuan filsafat sejarah adalah untuk menemukan dasar-dasar
nilai dalam peristiwa sekaligus meneliti peluang kebenaran dan kesalahan
dalam metodologi ilmu sejarah. Menurut Rustam E. Tamburaka, filsafat
sejarah bertujuan:

37 Ibid, 5.

18
a. Menyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat
diungkap hakikat dan makna terdalamnya.

b. Memberikan jawaban atas pertanyaan, “kemanakah arah sejarah”, serta


menyelidiki semua sebab timbulnya perkembangan segala sesuatu.

c. Membentuk visi sejarah seseorang agar menjadi luas dan mendalam.

d. Membentuk pikiran sejarah seseorang agar menjadi analitis,


kronologis dan arif-bijaksana.

e. Membentuk dan menyusun isi, hakikat dan makna sejarah, sehingga


mampu menyusun pandangan Dunia untuk filsafat sejarah Dunia atau
pandangan nasional untuk filsafat sejarah Nasional Indonesia. 38

Tujuan di atas bisa dimampatkan dalam dua hal penting. Pertama,


tujuan filsafat sejarah adalah menggali makna terdalam dari peristiwa masa
lalu. Kedua, filsafat sejarah bertugas mengawal penggalian makna tersebut
melalui cara-cara

kefilsafatan atau keintelektualan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Van Schilfgaarde, filosofi sejarah bertujuan menggali cerita


yang menghubungkan sejarah serba objek (sso) dengan sejarah serba
subjek (sss).39 Sama sebagaimana penjelasan Rustam, sejarah serba objek
berarti fokus pada sejarah sebagai produk masa lalu yang telah selesai dan
menjadi objek bagi manusia. Sejarah serba objek adalah material yang

38 Rustam, Pengantar, 143.

39Schilfgaardedalam R. Moh. Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia


(Yogyakarta: LkiS, 2005), 37.

19
dikaji dan dibutuhkan pendekatan seobjektif mungkin. Sejarah serba
subjek adalah unsur kemanusiaan yang berperan dalam merumuskan,
menafsirkan dan menceritakan peristiwa sejarah sebagai bagian dari
pengetahuan hidup manusia. Sejarah serba subjek adalah kepentingan
manusia akan pemaknaan tentang hidupnya yang diimplikasi dari makna-
makna peristiwa masa lalu.

Menurut Deleuze dan Guattari, filsafat sejarah seharusnya mengarah


pada tujuan:

a. Membedakan antara peristiwa sejarah dan peristiwa bukan sejarah,


yakni, peristiwa alam biasa dan peristiwa sosial biasa yang terjadi
sehari-hari.

b. Menemukan bukti-bukti empirik mengapa sebuah peristiwa disebut


peristiwa sejarah. Di dalam tujuan ini, filsafat sejarah harus
menyediakan teori untuk menjernihkan istilah peristiwa sejarah.

c. Menemukan aturan untuk mengelola peristiwa, misalnya dalam


prinsip kronologis atau prinsip yang lain.

d. Menyediakan teori sebab-akibat yang menjelaskan kenapa sebuah


peristiwa terjadi atau kenapa ia tidak terjadi.

e. Memotret dengan tepat posisi aktual manusia dalam sejarah. 40


6. Ruang Lingkup Filsafat Sejarah

Voltaire melihat bahwa filsafat sejarah memiliki dua wilayah


penelitian. Pertama, filsafat sejarah diarahkan untuk mengetahui
perkembangan kebudayaan dan kemanusiaan secara umum. Yang

40 Jay Lampert, Deleuze and Guattari’s


Philosophy of History (London: Continuum, 2006), 1.

20
kedua, filsafat sejarah adalah rasionalitas khusus yang di dalamnya
mempersoalkan faktor-faktor metodologi yang berpengaruh.41 Dua batasan
kajian filsafat sejarah ini secara populer diamini oleh sejumlah filsuf sejarah
yang lain namun dengan bahasa yang berbeda. Sebagian mengatakan
filsafat sejarah untuk sejarah spekulatif dan sejarah kritis, atau sejarah
spekulatif dan sejarah analitik.

Seperti yang telah terkemuka, filsafat sejarah berkepentingan


membawa sejarah sebagai objek material yang diharapkan mambu memberi
jawaban, makna dan manfaat bagi kebenaran atau kehidupan manusia
secara umum. Objek material ini dikaji melalui studi kefilsafatan yang kritis
dan analitis. Oleh karenanya, secara garis besar, filsafat sejarah memiliki
wilayah jelajah keilmuan yang fokus pada sejarah itu sendiri sebagai
potensi metafisik dan spekulatif akan kebenaran faktual dan makna-
maknanya di satu sisi, dan pada penyampaian sejarah sebagai proses logis
dan rasionali dalam cara-cara metodologi yang beragam. Yang pertama
adalah tentang spekulasi dan pemaknaan sedang yang kedua adalah
tentang ketepatan dan kebenaran berdasarkan penalaran.

Lain lagi dengan St. Augustine, menurutnya filsafat sejarah beroperasi


di dua kaki sekaligus, yakni kaki kefilsafatan dan kaki keagamaan atau
teologi.42 Bagi pendeta Augustine, filsafat sejarah dan filsafat secara umum
harus bisa dipakai manusia untuk sampai pada pemahaman dua Dunia
sekaligus, yakni Dunia manusia dan Dunia Tuhan. Keharusan atau
kewajiban ini adalah konsekuensi dari penciptaan yang turun lengkap
dengan paket

41 Lemon, Philosophy, 7.

42 Jacques Maritain, On The Philosophy of History (New York: Charles Scribner’s


Sons,

1957), 2.

21
pemaknaan dan kebertujuan. Artinya bahwa sejarah dan alam manusia
tidak tercipta karena faktor kealaman saja yang hanya menyisakan
tuntutan akan penjelasan ilmiah, namun mengarah pada satu tujuan
tertentu yang spiritual dan berarti bagi kejiwaan manusia terdalam.
Pemikiran St. Augistine ini dijelaskan oleh Maritain dengan proposisi
bahwa pada dasarnya sejarah bukanlah ilmu atau sains. Sejarah adalah
sesuatu yang partikular sedangkan sains adalah sesuatu yang universal.
Dengan demikian, filsafat sejarah seharusnya cenderung mengarah kepada
penilaian terdalam tentang teologi dan spirit manusia melalui pengarahan
peristiwa-peristiwa masa lalu dibanding kepada telaah metodologi yang
standar dan universal.43 Meski tetap saja akhirnya St. Augustine
menghormati filsafat dan akal budi sebagai jalan penerang.

Ortega Y. Gasset berpendapat bahwa filsafat sejarah adalah kajian


yang ditujukan untuk menegaskan keberadaan atau eksistensi manusia
melalui kekayaan sejarah.44 Y Gasset melihat bahwa hidup dan kehidupan
itu pemberian, namun sebagai sebuah pemberian, hidup belum jadi dan
belum final. Tugas manusia di dalam sejarah adalah mencari tahu pilihan-
pilihannya di dalam hidup untuk mempertahankan eksistensinya. Filsafat
sejarah digunakan manusia untuk berusaha mengetahui pilihan-pilihan
dalam rangka memperlakukan hidup itu sendiri. Sekali lagi, di sini filsafat
sejarah beroperasi di wilayah penemuan makna-makna eksistensial yang
sesuai dengan prinsip kemanusiaan. Prinsip kemanusiaan ini diukur
berdasarkan kebenaran-kebenaran yang diambil dari pengetahuan yang

43 Ibid, 2.

44 Jose Ortega Y. Gasset, Toward A


philosophy of History (New York: W.W. Norton and Company Inc., 1941), 165.

22
dialami manusia secara menahun melalui peristiwa-peristiwa masa lalu
dalam proses pendidikan atau kebudayaan.

Menurut pendapat Vasicek, wilayah kerja filsafat sejarah adalah


untuk menjawab pertanyaan di situasi macam apa kita berdiri sekarang dan
apakah situasi ini dipengaruhi oleh sejarah masa lalu? 45 Dari pertanyaan ini,
filsafat sejarah mengambil tempat sebagai kajian untuk memetakan
keseluruhan matra hidup individu atau komunitas di satu waktu yang
dihubungkan dengan kemasalaluannya. Filsafat sejarah menyediakan
fasilitas pemetaan dan pencarian hubungan antara yang kini dengan yang
sebelumnya.

Di dalam buku yang lain, filsafat sejarah adalah kajian tentang cerita-
cerita perubahan manusia di masa lalu, bahasa mereka, kebiasaan mereka,
penemuan-penemuan mereka dan juga lembaga-lembaga tradisi mereka. 46
Filsafat sejarah berhadapan langsung dengan kepentingan mengobjekkan
materi-materi penting pembentuk masyarakat, kebudayaan dan
peradaban.

Menurut Prof. Rustam, ruang lingkup filsafat sejarah ada dua.


Pertama, filsafat sejarah berusaha mengetahui sebab-sebab pasti sebuah
kejadian yang berpengaruh di dalam sejarah. Kedua, filsafat sejarah berusaha
menguji kemampuan beberapa metode ilmu sejarah dan memberi penilaian
tentang hasil analisis dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu karya
sejarah.47

45 Zdenek Vasicek, A Companion, 26.

46 Johann Gottfried Herder, Another


Philosophy of History, terj. Ioannis D.E. dan Daniel Pellerin (Indianapolis:
Hackett Publishing Company, 2004), 3.

47 Tamburaka, Pengantar, 144.

23
Lowith berpendapat bahwa wilayah kajian filsafat sejarah ada tiga,
yakni didaktika, metodologi dan substansi. 48 Didaktika lebih banyak
diinspirasi oleh sisi teologi Dunia dengan doktrin dan konduksi ke arah
kebaikan penciptaan. Wilayah didaktika adalah wilayah pemaknaan
tentang dari mana dan mau ke mana kehidupan manusia di dalam sejarah.

Kemetodologian filsafat sejarah berbentuk analisis tentang cara-cara


penggalian dan pemaparan sejarah sebagaimana disesuaikan dengan asas
keilmuan sejarah maupun keilmuan yang lain yang memiliki kepentingan
langsung dengan sejarah. Metodologi sejarah adalah bagian dari sejarah
analitik atau sejarah kritik yang berurusan dengan pencarian cara-cara
yang lebih efektif untuk sampai kepada fakta sejarah yang benar sekaligus
mencari cara yang tepat untuk menjaga kebenaran fakta tersebut hingga
sampai ke sidang pembaca.

Subtsansi sejarah adalah perhatian terhadap makna sejarah atau


semangat dari kejadian di masa lalu. Filsafat sejarah bertugas menjaga
kemurnian substansi sejarah sebagai obor bagi hidup manusia untuk
meluruskan atau mengelaborasi panduan ke masa depan.

Selain ruang lingkup yang dijelaskan di atas, peneliti dan pelajar


filsafat sejarah bisa menggunakan perspektif ruang lingkup yang lain dari
tokoh-tokoh peneliti filsafat sejarah sesuai keluasan yang diinginkan.
Tidak ada ruang lingkup yang baku dan seragam, mengingat tidak ada
kesatuan untuk perspektual di Dunia filsafat.

48 Lowith, Meaning, 2.

24
C. Fakta dan Sumber Sejarah

Filsafat sejarah adalah subjek dengan objek material yang tidak


sederhana. Objek material filsafat sejarah adalah sejarah itu sendiri. Sejarah
bukan sesuatu yang sederhana. Sejarah adalah pengetahuan yang lengkap
tentang realitas. Berbeda dengan realitas pada umumnya, sejarah
menghususkan diri pada realitas masa lalu. Pertanyaan mendasar untuk
mengetahui realitas masa lalu adalah dengan apa yang terjadi, kapan dan
mengapa?49

Sejarah adalah sesuatu yang penting bagi kehidupan. Sejarah adalah


manifestasi dari hasrat satu generasi manusia untuk menulis sesuatu tentang
generasi manusaia yang lain. Sejarah butuh interpretasi, sebab ada jarak ruang
dan jarak makna antara generasi-generasi yang tidak sejaman tersebut. Semua
pelacakan tersebut pada dasarnya adalah usaha untuk menemukan kebenaran.
Kebenaran tentang masa lalu, sedekat mungkin dengan fakta. Karena tuntutan
yang demikian tegas, menulis sejarah menjadi perkara yang lebih berat
dibanding kelihatannya.

Meski demikian, metode penelusuran dan cara penelitian sejarah masih


sangat beragam. Karena sifatnya yang tidak pasti, metodologi sejarah juga
sangat kaya. Sejarah bagi posmodernis misalnya, cenderung bersifat terbuka
dan lebih bebas. Setiap sejarahwan berhak menulis sejarah sendiri. Ruang
pengadilan dan verifikasi lebih lunak dan cair. Bias dan kebenaran mendapat
pemahaman yang berbeda tidak sebagaimana dunia modern yang ketat. Di
antara hal penting dan krusial yang menjadikan kebenaran sejarah didekati
secara beragam adalah penentuan fakta sejarah.

49 Jonathan Gorman, Understanding


History; an Introduction to Analytical Philosophy of History (Ottawa: University of
Ottawa Press, 1992), 1.

25
Apa yang faktual dan bagaimana yang faktual itu bisa digaransi kebenarannya
merupakan bagian terbesar dari penelitian sejarah.

Kemudian, apakah yang sebenarnya sungguh-sungguh dimengerti


sebagai fakta sejarah itu. Pengertian fakta sejarah berisi multi-pendapat.
Pendapat yang umum dan berkembang di tengah sejarahwan adalah bahwa
fakta sejarah adalah kejadian yang benar terjadi di masa lalu. Namun demikian,
pemhaman ini membutuhkan pengertian dampingan, mengingat sejarah bukan
jenis pengetahuan langsung. Pendapat umum yang kedua menyatakan bahwa
fakta sejarah adalah bukti-bukti yang berhasil dikoleksi dan mampu
menunjukkan kebenaran kejadian masa lalu.

Menurut Gerdiner, bukti-bukti dari apa yang telah terjadi di masa lalu itu
belum merupakan suatu kebulatan gambaran tentang peristiwa masa lampau.
Jadi lebih bersifat sebagai data yang berserakan yang menyebabkan kita sering
ragu, apakah itu benar-benar bukti dari peristiwa yang kita cari itu. Dengan
kata lain untuk bisa membuat pernyataan bulat bahwa sesuatu peirstiwa di
masa lampau benar-benar telah terjadi, diperlukan suatu proses untuk
mengumpulkan dan kemudian menguji bukti-bukti tersebut, melalui kegiatan
kritik sumber terutama untuk menentukan kebenarannya. Hasil dari proses
inilah baru bisa kita namakan sebagai fakta sejarah.

Edward Said membagi pengetahuan menjadi dua. Pengetahuan tentang


dunia kealaman dan pengetahuan tentang manusia. Yang pengetahuan kedua
disebut sebagai pengetahuan sejarah. Bagi Said, pengetahuan sejarah bukan
pengetahuan jenis pertama yang memperlakukan fakta secara pasti.
Pengetahuan sejarah membutuhkan interpretasi dan keputusan menilai yang
lebih rumit. Fakta dalam arti bukti, di dalam sejarah, bukan sesuatu yang
pokok,

26
sebab masih ada hal penting yang bertugas membangun fakta itu, yakni
interpretasi.50
1. Fakta sejarah.

Fakta sejarah adalah sebuah unsur yang dijabarkan dari sumber-sumber


sejarah setelah melalui pengujian tertentu sesuai metode

ilmu sejarah.51 Fakta sejarah juga bisa diartikan sebagai informasi sejarah
yang bisa dipercaya dan diandalkan

kebenarannya.52 Fakta sejarah adalah adekuasi jawaban dari pertanyaan-


pertanyaan seperti apa, siapa, mengapa, kapan, di

mana atau bagaimana. Fakta sejarah adalah hal yang benar-benar terjadi
dan telah pernah ada di masa lalu. Di dalam catatan lain, fakta sejarah
adalah bahan mentah untuk menyusun konstruksi cerita sejarah. 53

Fakta sejarah, berdasarkan kekuatan materialnya, dibedakan menjadi dua


yakni fakta keras dan fakta lunak. Fakta keras adalah fakta yang tidak lagi
diperdebatkan kebenarannya. Fakta lunak sebaliknya, ia merupakan
penjabaran sumber sejarah yang masih terus dipertanyakan keabsahannya.

Berdasarkan bentuk materialnya, fakta sejarah dibedakan menjadi dua,


yakni fakta mental dan fakta sosial. Fakta mental adalah penjabaran unsur
sejarah yang berbentuk pengaruh

perilaku dan sikap kejiwaan manusia akibat peristiwa tertentu. 54 Fakta


mental adalah penerimaan bathin manusia secara

individual maupun komunal terhadap sebuah peristiwa sejarah

50 Tej Ram Sharma, Historiography: a History of Historical Writing (New


Delhi: Concept Publishing Company, 2005), 116.
51 J. Sumardianta Dkk., Sejarah; Untuk SMA/MA Kelas X (Jakarta: Grasindo,

2007), 46.

52 Nana Supriatna, Sejarah; untuk Kelas X


Sekolah Menengah Atas (Bandung: Grafindo, 2008), 32.

53 R. Moh . Ali, Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia (Yogyakarta: LKiS, 2005), 222.
54 Ibid, 46.

27
hingga apakah ia berpengaruh pada situasi kejiwaan dan emosi manusia
atau tidak. Fakta mental adalah sisi internal yang melekat di diri pelaku
sejarah akibat dampak sebuah peristiwa sejarah.

Fakta sosial adalah bukti yang ditemukan dalam peristiwa sejarah yang
memiliki implikasi sosial yang cukup luas. 55 Berbeda dari fakta mental,
implikasi yang diakibatkan peristiwa sejarah terhadap pelaku sejarah
bersifat eksplisit dan masal. Fakta sosial biasanya bisa ditemukan dalam
perilaku umum atau perspektif umum tentang sesuatu. Fakta sosial pada
umumnya dipengatuhi oleh faktor-faktor yang ekstrim berupa kejadian
alam, nilai-nilai yang dianggap baru atau tragedi dramatis kemanusiaan
maupun peristiwa revolusioner. Fakta sosial juga bisa dibentuk oleh
kejadian-kejadian besar yang biasanya timbul akibat eskalasi politik
maupun eskalasi kebudayaan populer.

Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa fakta sejarah


merupakan keterangan baik itu lisan, tertulis, atau berupa benda-benda
peninggalan sejarah yang kita peroleh dari sumber-sumber sejarah setelah
disaring dan diuji dengan kritik sejarah.
2. Sumber Sejarah.
Sumber sejarah adalah jejak-jejak masa lalu sebagai hasil

peninggalan dan kebudayaan manusia. 56 Berdasarkan kekuatan refrensial,


sumber sejarah dibedakan dalam tiga tingkatan, yang

tertinggi sumber primer, sumber sekunder kemudian sumber

tersier. Semakin dekat sumber ke peristiwa sejarah, maka sumber semakin


mendekati primer. Sumber primer adalah sumber yang diperoleh dari
peristiwa atau dari keterangan

55 Ibid, 47.
56 Ibid, 45.

28
terdekat dari peristiwa. Keterangan ahli, catatan kepolisian atau data
instansi yang berwenang adalah contoh sumber primer.

Sumber sekunder adalah sumber yang diperoleh dari keterangan yang tidak
terkait langsung dengan peristiwa sejarah. Sumber sekunder biasanya
diutarakan sebagai ulasan atas sumber primer. Sebagai contoh sumber
sekunder adalah komentar sejarahwan tentang temuannya dalam sumber
primer.

Sumber tersier adalah sumber yang lebih jauh dibanding sumber sekunder.
Sumber tersier diberikan oleh pihak ketiga atau pengulas yang berada di
luar sumber utama dan peneliti sejarah.

Berdasarkan bentuknya, sumber sejarah dibedakan menjadi tiga, yakni


sumber oral atau lisan, sumber tulisan atau dokumen dan sumber benda
atau artefak. Sumber oral adalah sumber sejarah yang langsung diucapkan,
diungkapkan atau dituturkan oleh pelaku sejarah. Sesuai dengan kekuatan
berdasar kedekatan dengan kejadiannya, sumber sejarah lisan juga
bertingkat dalam arti bisa primer, sekunder maupun tersier. Di dalam
masyarakat, bisa ditemukan sumber sejarah oral yang berkembang.

Sumber sejarah dokumen adalah sumber yang berupa tulisan tangan atau
cetak yang ada pada media kertas, dokumen, prasasti atau inskripsi yang
masih bisa dibaca atau bisa difungsikan sebagai sumber informasi sejarah.
Di dalam penelitian sejarah modern, sumber sejarah tulis bisa berupa teks
elektronik, print-out maupun alat tera atau barcode.

Sumber sejarah artefak atau benda adalah sumber sejarah dalam bentuk alat
fisik. Sumber benda bisa berbentuk relief, patung, manik-manik, benda
arkeologi maupun perkakas kesejarahan lainnya. Sumber benda atau
artefak tidak mengatakan data sejarah secara verbal, oleh karenanya,
sumber artefak masih

29
belum bisa difungsikan sebagai konfirmasi atas satu peristiwa. Sumber
artefak dipakai sejarahwan sebagai starting point atau titik pijak untuk
mengasumsikan, menduga atau menyusun hipotesis atas peristiwa. Sumber
artefak biasanya dipakai sebagai stimulan tafsir di awal penelitian sejarah. 57
D. Kesaksian sejarah dan problematika di dalamnya

Sumber sejarah yang bertingkat sesuai kekuatan validitas dan reliabilitas


peristiwa sejarah mendorong penelitian lanjutan mengenai kualitas saksi atau
responden. Fokus dari tujuan penelitian lanjutan ini adalah untuk
mengevaluasi dan memverifikasi sumber demi fakta yang keras (rigor).
Penelitian lanjutan ini biasa diistilahkan dengan kritik sumber sejarah. 58

Sumber yang dihasilkan oleh saksi berbentuk oral dan tentu saja berbeda
dari sumber tulisan atau artefak. Kesulitan kesaksian lisan benar-benar
terletak pada problem kemanusiaan itu sendiri menyangkut keterpercayaan
dan ketepatan informasi. Adakalanya sumber terpercaya dalam hal integritas
persona tapi tidak tepat dalam hal cara membaca peristiwa. Adakala
sebaliknya, tepat secara metodologis namun meragukan dalam hal kejujuran
dan keamanatan.

Problem kesaksian ini adalah soal krusial. Kebenaran laporan historis


bertumpu pada kualitas kesaksian. Terutama di dalam sejarah sebagai produk
spekulatif, kesaksian menentukan kehidupan manusia sekarang dan di masa
mendatang. Khusus di dalam diskursus sejarah keagamaan, masalah kesaksian
dapat mempengaruhi pertanggungjawaban spiritual dan religius. Sebagai

57 Ibid, 45.

58 Supriatna, Sejarah, 32.

30
contoh, di dalam dunia periwayatan hadith atau sunnah, persoalan kesaksian
mendapat perhatian istimewa dengan prosedur klasifikasi yang ketat. Saksi
atau perawi dinilai secara bertingkat disesuaikan dengan tingkat kecerdasan
dan keterpercayaan tiap tokoh.

Meneliti sumber kesaksian bisa dilakukan dengan beragam ihtiar. Secara


umum kritik kesaksian ini bisa dilakukan dengan dua cara, kritik ke dalam dan
kritik ke luar.59 Kritik ke dalam atau kritik internal adalah penelitian
mendalam untuk melihat secara jernih material informasi sejarah, bukan dari
cara bagaimana ia diungkapkan tapi apakah ia memuat prinsip koherensial
yang reliabel dan bisa dibenarkan dalam asas-asas logika.

Tujuan kritik internal adalah untuk mencari kesesuaian paling logis dan
rasional untuk menjelaskan materi sejarah agar ia diungkapkan secara wajar
dan tidak janggal. Tentu saja, semua akhir tujuannya adalah untuk
mendapatkan tingkat kebenaran optimal sesuai dengan kemampuan peneliti
untuk menyeimbangkannya. Problem yang melatarbelakangi kritik kesaksian
internal kesaksian adalah adanya sifat lebih atau sifat kurang dalam penuturan
saksi. Kecenderungan materi kesaksian yang tidak berimbang ini biasanya
dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan dan latar belakang kepentingan
saksi. Tugas utama peneliti sejarah adalah menetralkan informasi sumber
menjadi di garis tengah equilibrium menggunakan dasar penilaian logika dan
analisi keilmuan yang terkait.

Kritik eksternal kesaksian adalah usaha untuk tetap menjaga kebenaran


di luar materi informasi. Artinya, informasi yang benar harus disampaikan
dengan cara yang benar. Cara yang benar berarti menyangkut kredibilitas
penyampai informasi atau jaminan mutu media informasi. Dengan demikian,
kritik eksternal kesaksian

59 Ibid, 31.

31
sejarah lebih banyak dilakukan untuk mengkwalifikasikan integritas saksi
sebagai pribadi atau media yang memadai sebagai penyampai sumber yang
dapat dipercaya.

Problem kesaksian eksternal adalah problem keterpercayaan


penyampaian. Pertanyaan-pertanyaan kritis untuk mengetahui problem
kesaksian ini di antaranya adalah; apakah sumber yang disampaikan benar;
apakah sumber yang dikatakan sepenuhnya disampaikan secara sadar di
bawah pertimbangan pengetahuan saksi; apakah penuturan sumber didasari
oleh motivasi lain atau tendensi tertentu yang berkaitan dengan kepentingan
saksi; apakah saksi mengalami sendiri, ataukah dia mengetahui dari saksi lain,
apa-kapan-siapa-di mana-mengapa dan bagaimana harus ditanyakan.60
E. Metahistorika sejarah dan pengaruhnya

Metahistorika sejarah adalah sisi yang identik dengan filsafat sejarah itu
sendiri. Artinya, metahistorika adalah kurang lebih sama dengan historika
kefilsafatan. Sebagaimana pernah diperkenalkan Aristoteles tentang metafisika
yang berarti sebelum atau sesudah fisika, maka metahistorika bisa
diasosiasikan dalam rel arti yang sama. Itu berarti bahwa metahistorika adalah
sesuatu mengenai sejarah namun ada di luar sejarah itu sendiri. Sesuatu itu bisa
di sebelum atau di sesudah fakta sejarah. Arti dari statemen ini adalah bahwa
metahistorika merupakan isntitusi peristilahan yang digunakan untuk
memahami sejarah tidak dalam kepentingan materialnya tetapi untuk
menghasilkan nilai-nilai normatif yang diyakini berguna bagi kebudayaan dan
manusia.

60 Supriatna, Sejarah, 30.

32
Di dalam A Companion to the Philosophy of History disebutkan bahwa
metahistorika disinonimkan dengan filsafat sejarah. Persamaan atau padanan
istilah ini juga sinonim dengan sejarah kefilsafatan, teori sejarah, sejarah
teoritis, logika sejarah, historiosofi, historiografi anakronis dan sejarah
konjektural.61 Metahistorika atau filsafat sejarah hanya dibedakan dengan
historiografi atau ilmu sejarah. Jika metahistorika adalah pengetahuan teoritis,
maka historiografi adalah pengetahuan empiris. 62

Sebagai contoh, Hegel memaknai sejarah sebagai spirit Dunia yang hidup
sedangkan penerusnya Karl Marx memaknai sejarah sebagai teori perjuangan
dan pertahanan. Meski berbeda, kedua tokoh ini membicarakan sejarah tidak
dalam konteks peristiwa-peristiwa melainkan keluar darinya dengan
normatifitas yang dibangun menurut kepentingannya masing-masing. Hegel
memilih spiritual sedangkan Marx memilih struktural. 63

Raymond Aron di dalam disertasinya Introduction to the Philosophy of History:


An Essay on the Limits of Historical Objectivity menyatakan bahwa belajar sejarah
tidak tepat jika dilakukan dengan cara-cara positivistik ataupun rasionalistik.
Banginya sejarah dicapai melalui pemahaman intuitif. 64 Menurutnya,
kebenaran sejarah bisa dicapai hanya jika manusia naik ke pemahaman absolut
sebagaimana dinyatakan oleh Hegel. Kebenaran sejarah dihasilkan saat
manusia keluar dari determinasi sejarah yang partial yang hanya berhubungan
dengan kejadian-kejadian.

61 Aviezat Tucker, A Companion to the Philosophy of History and


Historiography (Chicester: Blackwell Publishing, 2009), 26.
62 Ibid, 27.

63 Cohen, Karl Marx’s, 1.


64 Aron dalam Thomas R. Flynn,
Sartre, Foucault and Historical Reason (Chicago: University of Chicago
Press, 1997), 4.

33
Di sejumlah buku, metahistoris biasanya dimaknai sebagai dimensi
keuniversalan atau ketransendentalan sejarah. Dimensi ini bisa disubstitusikan
sebagai sisi teologis atau sisi metodologis sejarah. Sisi teologis sejarah berfungsi
sebagai pemaknaan di dalam filsafat atau didaktika di dalam sejarah agama.65
Sedangkan metafisika dalam metodologi sejarah adalah hal teknis yang
mendukung penelaahan sejarah dalam asas-asas yang disepakati bersama yang
berdiri di luar konteks substansi materi sejarah.

Sebagai sebuah metahistorika, sejarah ditempatkan sebagai sesuatu yang


alamiah namun pengaruhnya melampau yang alamiah itu sendiri. Sejarah
empirik tetapi mengandung potensi non-empirik yang bersifat bertujuan.
Kebertujuan ini oleh Kant disebut sebagai kekuatan kesadaran moral yang
independen.66 Metahistorika di dalam filsafat sejarah Immanuel Kant
melibatkan kebahagiaan dan ganjaran atau reward ke dalam diskursus sejarah
yang bersifat konotatif.

Ada tiga ide Kant yang menyinggung metafisika sejarahnya. Pertama, ide
kebaikan dari kesadaran moral di dalam sejarah itu bersifat transendental dan
terpisah dari pengalaman namun ia dikonsumsi dan tertanam di dalam
pengamalan Dunia. Kedua, kekuatan sejarah yang selalu memberi dorongan
kebaikan moral itu tersembunyi di balik peristiwa yang alamiah dan ia
menjelma dalam rasionalitas tertentu. Ketiga, konsep kebahagiaan manusia
yang ada dalam diskursus sejarah dihasilkan dari sintesis antara keyakinan
moral dengan proses alamiah. Yang berarti, ada kerjasama antara

65 Lowith, Meaning, 2.

66 Yirmiahu Yofel, Kant and the Philosophy


of History (New Jersey: Princeton University Press, 1980), 30.

34
sejarah dan metasejarah dalam membentuk ide kebahagiaan seseorang. 67

Berbeda dengan Kant, David Hume menyatakan bahwa sejarah bertugas


menemukan kodrat manusia dari prinsip-prinsip kealaman atau dari situasi
konstan. Tugas ini ditempuh dengan cara menjelajahi kejadian di masa lalu
yang bervariasi yang bersumber dari sikap dan tingkah laku manusia itu
sendiri.68 Meskipun Hume terkenal dengan idenya yang mengambil jarak dari
abstraksi dan penalaran rasional, dia tetap mengakui bahwa ada prinsip
konstan yang dapat diambil saat manusia meneliti sejarah. Prinsip konstan ini
jika dianilisis merupakan perumusan universal manusia dalam menangkap
nilai-nilai yang dihasilkan melampau kejadian-kejadian. Perbedaan dari
metahistorika yang menggunakan kebertujuan teologis hanya terletak di
materi nilainya saja, yang teologis adalah “the corpus mysticum christi” yang
lainnya adalah “the corpus mysticum humanitatis”.69
F. Pembagian Filsafat Sejarah

Pembagian sebuah cabang disiplin biasanya beragam, termasuk


pembagian filsafat sejarah. Keragaman pembagian ini biasanya terletak di
sebab-sebab pengambilan sudut pandangnya. Oleh karena itu, pembagian
sebuah disiplin biasanya didahului dengan alasan pendasarannya. Di dalam
filsafat sejarah, pembagian tidak lazim menggunakan dasar pewaktuan atau
periodisasi, sebagaimana lazim dalam sejarah sebagai ilmu. Filsafat sejarah
populer melihat perbedaan sejarah berdasarkan bukan bahwa ia sebagai objek
namun ia sebagai sesuatu yang diobjekkan oleh perspektif tertentu.

67 Ibid, 31.
68 Hume dalam Avihu Zakai,
Jonathan Edward’s Philosophy of History (New Jersey: Princeton University
Press, 2003), 228.
69 Ibid, 228

35
Dengan kata lain, pembagian yang ada di dalam filsafat sejarah bukan akibat
dari penelaahan objek material melainkan dari objek formalnya.

Manusia modern hidup dalam tata masyarakat yang melihat masa lalu
sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari. 70 Kenyataan ini menjadikan
masyarakat modern menghormati masa lalu sebagai kekayaan yang harus
dijaga. Masa lalu harus tetap dijaga menurut keaslian dan kemurniannya.
Keaslian dan kemurnian ini nantinya berkaitan erat dengan ketepatan dan
kebenaran. Jika masa lalu disajikan tidak tepat dan tidak benar, maka
pengetahuan manusia serta rekomendasinya akan salah untuk masa depannya.
Dengan kata lain, masa lalu tidak boleh dihianati dan diceritakan lewat cara-
cara berbohong dan manipulatif. Kebohongan dan manipulasi hanya akan
menjadi kesalahan besar atas usulan manusia tentang masa depannya.

Merujuk pada ruang lingkup filsafat sejarah yang secara mendasar


bertujuan menemukan dasar metodologi dan dasar normatif peristiwa
kesejarahan atau historiografi, maka pembagian filsafat sejarah juga bisa
diasosiasikan demikian adanya. Artinya, filsafat sejarah langsung bisa dibagi
menjadi dua kecenderungan besar. Pertama adalah filsafat sejarah yang konsern
pada metodologi historiografi dan biasa disebut sebagai filsafat sejarah kritis
atau filsafat sejarah analitik. Kedua adalah filsafat sejarah yang fokus pada
penemuan ide-ide normatif peristiwa masa lalu dan disebut dengan filsafat
sejarah spekulatif.

Filsafat sejarah spekulatif berisi pikiran-pikiran aktual dari peristiwa


masa lalu manusia sebagai sebuah keseluruhan. Keseluruhan masa lalu manusia
ini dikaji dalam rangka mencari

70 Henry Abelove, ed.all., Vision of History (New York: Pantheon, 1983), Ix.

36
kebermaknaan bagi kehidupan.71 Filsafat sejarah spekulatif mengobjekkan
sejarah sebagai sejarah universal. Tidak perduli bagaimana sebuah peristiwa
terjadi dan dilatarbelakangi oleh konteks yang beragam, tetap saja bahwa
sejarah bagi penemuan makna kemanusiaan adalah sejarah yang universal.

Signifikansi filsafat sejarah spekulatif paling tidak bisa dijelaskan dalam


beberapa alasan. Pertama, manusia butuh melihat peristiwa masa lalu sebagai
pengetehuan yang berguna dalam kehidupan sekarang atau hidup di masa
mendatang. Kedua, manusia butuh membuat peristiwa-peristiwa sejarah
menjadi cerita atau kisah yang masuk akal. Ketiga, dari peristiwa masa lalu
manusia bisa merumuskan jawaban dari pertanyaan, apa sesungguhnya inti
hidup ini?

Filsafat sejarah analitik atau kritis bertugas mengevaluasi bagaimana


sejarah dikisahkan secara bertanggung jawab. Persoalan utama filsafat sejarah
kritis adalah problem pengetahuan sejarah.72 Persoalan utama dalam problem
pengetahuan ini adalah diskusi tentang keobjektifitasan sejarah. Objektifitas
adalah jargon utama untuk mengontrol pengetahuan ilmiah. Meski sebagian
besar pemikir sejarah menyatakan bahwa filsafat sejarah bukan sains atau
pengetahuan ilmiah, tapi tetap saja problem objektifitas menjadi perhatian.

Persoalan objektifitas pada dasarnya menyangkut toleransi pada tingkat


kesewenang-wenangan sejarahwan dalam mengkoleksi data sejarah.
Persoalannya adalah bagaimana data sejarah yang menjadi objek material
filsafat sejarah sudah tidak bermasalah dan jernih sebelum didalami dengan
panjang lebar.

71 Lemon, Philosophy of, 9.

72 Maritain, On the Philosophy, 6.

37
Pembicaraan mengenai fakta sejarah, sumber sejarah atau kesaksian
sejarah merupakan bagian dari usaha para filsuf sejarah kritis untuk menjaga
objektifitas pada levelnya sekaligus untuk membendung kesemena-menaan
penelitian sejarah. Memang benar bahwa sejarahwan terlibat dalam semua
proses perumusan kesimpulan sejarah dan makna sejarah, namun ia harus tetap
tidak bisa melanggar batas-batas yang telah ditetapkan oleh metode penulisan
sejarah yang benar. Benar bahwa kebenaran sejarah adalah subjektif, namun
ada baiknya filsuf sejarah menghormati metodologi pengungkapan kebenaran
masa lalu yang telah lebih dulu ada.73

Leon Goldstein menjelaskan di dalam metodologi penulisan sejarah ada


dua hal penting menyangkut cara kerja sejarahwan. Pertama adalah penelitian
sejarah suprastruktural dan yang kedua adalah penelitian sejarah
infrastruktur.74 Suprastruktur penelitian sejarah hanya berkepentingan
bagaimana sejarah bisa dikonsumsi oleh publik dalam bentuk narasi atau cerita
kemanusiaan. Di dalam sejarah suprastruktur, publik tidak berkepentingan
mengetahui bagaimana kebenaran sejarah itu diproses dalam pabrik
metodologi. Namun yang kedua, di dalam penelitian sejarah infrastruktur,
sejarahwan wajib melewati verifikasi metodologis dan harus bisa menjelaskan
instrumen-instrumen metode penelusuran sumber, bukti-bukti, konsistensi
dan koherensinya. Di dalam hal ini, filsafat sejarah harus menjadi filsafat
historiografi.75
G. Pola dan Ciri Perubahan sejarah

73 Ibid, 8.

74 Aviezar
Tucker, Our Knowledge of the Past; A philosophy of Historiography (New
York: Cambridge University Press, 2004), 6.
75 Ibid, 7.

38
Sejarah adalah informasi tentang manusia, keseluruhan manusia. Tidak
ada yang dikaji di dalam sejarah kecuali memang tentang manusia dan hal-hal
yang mengitarinya. Jika kita kembali pada pengertian Emerson bahwa sejarah
tidak lain hanyalah biografi, maka sejarah adalah cerita tentang manusia yang
terseleksi.76 Sejarah tidak akan berisi biografi orang-orang biasa yang
bertopang dagu dan menunggu, sejarah hanya penting jika untuk manusia-
manusia yang siang malam tidak berhenti menjelajahi lautan dan daratan di
muka Bumi.

Sejarah selalu bergerak di setiap babakannya. Gerak sejarah terjadi tidak


lepas dari manusia sebagai aktor sejarah. Uniknya, selain sebagai aktor,
manusia adalah objek sejarah. Kerjasama Dunia manusia sebagai subjek, objek
dan peristiwa masa lalu ini menciptakan teori tentang sejarah. Teori sejarah
yang populer adalah tentang bagaimana sejarah bergerak dalam pola tertentu.

Selain dari pada itu, peran manusia dalam sejarah juga penting. Manusia
dan sejarah adalah dua hal dalam satu identitas. Manusia adalah penopang
sejarah dan sejarah adalah hal-ihwal manusia. Melihat sejarah berarti melihat
ke dalam diri manusia. Di dalam sejarah, manusia dipotret dalam dua
kecenderungan umum. Kecenderungan tersebut adalah:
1. Manusia bebas dan otonom.

Manusia dalam kecenderungan ini dicontohkan sebagai tokoh-tokoh besar


yang mampu keluar dari lingkungan masa lalu dan berhasil menorehkan
cerita tentang kegemilangan secara gegap-gempita. Tokoh-tokoh penting
yang menginspirasi Dunia adalah contoh terbaik manusia jenis ini. Bagi
contoh sebaliknya, orang-

76 Kochhar, The Teaching, 3.

39
orang tertentu yang menolak patuh pada adat kebiasaan di konteksnya juga
bisa disebut sebagai bagian dari kelompok ini. Meski orang-orang yang
dimaksudkan adalah para pelaku patologi sosial yang berasosiasi negatif
dan dianggap sebagai penyakit lingkungan.
2. Manusia tidak bebas dan terdeterminasi.

Setiap manusia berbeda dan hidup dalam kekuatan berbeda. Sejarah masa
lalu ada kalanya berisi peristiwa penting yang tidak dikendalikan oleh satu
orang melainkan oleh kolektifitas masyarakat. Di dalam situasi
kebersamaan ini manusia yang tidak punya keberanian dan kekuatan
menjadi terbatasi oleh

lingkungan sebagai tembok tebal bagi dirinya.77 Determinasi dari kondisi


eksternal manusia ini bisa berbentuk kontrol sosial,

agama maupun kekuatan kontemporer di dalam masyarakat.

Selanjutnya, teori sejarah atau teori pola gerak sejarah bisa dijelaskan
dalam uraian sebagai berikut:
1. Teori sejarah menurut hukum Fatum.

Menurut hukum fatum (determinan nasib), manusia adalah micro-cosmos di


hadapan macro-cosmos alam semesta. Cosmos, baik manusia atau alam tunduk
pada garis-garis fatum atau nasib. Manusia dan alam dibimbing oleh fatum
dalam keseluruhan kehendak, pikiran, perbuatan dan penempatan ruang
dan waktunya.

77 Rustam, Pengantar, 59.

40
Fatum bergerak melingkar. Setiap kejadian yang lalu akan tenggelam dan
dilupakan namun kemudian timbul dan berulang kembali.78

Pengertian berulang-kembalinya sejarah sebenarnya telah dikenal dalam


struktur pengetahuan masyarakat Indonesia. Di komunitas-komunitas
Nusantara sering didengar istilah “roda nasib pasti berputar”. Di dalam
filsafat Jawa, pengertian ini sepadan dengan istilah cakra-manggiling (roda
berputar). Manusia dan alam tidak bisa melepaskan diri dari cakra atau
cakram yang berputar terus-menerus.

Teori ini berimplikasi kepada kesadaran sebagian masyarakat yang


sependapat bahwa garis hidup sudah ditentukan oleh nasib. Manusia tidak
selayaknya berusaha dengan keras. Jalan terbaik untuk hidup adalah
pasrah atau mengikuti kenikmatan hidup apa adanya.
2. Teori sejarah jaman pertengahan menurut Saint Augustine.

Menurut St. Agustinus, sejarah adalah kehendak Tuhan. Di dalam Dunia


(civitas terena), isi dari kehendak Tuhan ini adalah pertentangan antara yang
baik (civitas dei) dengan yang buruk (civitas diaboli). Manusia terlahir dengan
kehendak yang buruk, namun kemudian setelah tercerahkan oleh ajaran
agama ia kembali kepada kehendak Tuhan.79
Sejarah pertentangan baik-buruk ini hingga kini masih diikuti

dan menjadi kesepahaman bersama oleh sebagian masyarakat modern. Di


dalam drama faktual, peristiwa yang tersuguhkan memang masih sering
berisi cerminan pertarungan antara

78 Ibid, hal. 60.


79 Ibid, 61.

41
kebaikan dengan kejahatan. Tugas manusia dalam sejarah dan kehidupan
adalah memenangkan kebaikan dan mengalahkan keburukan.
3. Teori sejarah menurut G. Vico.

Teori sejarah Vico adalah teori gabungan antara sejarah yang bergerak
linear dengan sejarah cakram. Sejarah akan terus melaju ke puncak
kesempurnaannya tapi kemudian terulang kembali. Menurut Vico, sejarah
manusia bergerak dalam tiga tipe masa, yakni:

a. Stadium Barbaricum. Masa ini adalah masa barbar dengan gambaran


masyarakat yang hidup berkelompok dan belum memiliki tempat
tinggal. Di dalam masa ini belum dikenal hak milik sehingga semua
properti dimiliki bersama-sama.

b. Stadium Heroicum. Di masa ini, manusia telah mengenal keluarga dan


tempat tinggal. Keluarga berasosiasi dalam kelompok-kelompok.
Asosiasi ini menimbulkan gesekan sehingga menghasilkan yang kuat
dan yang lemah. Yang terkuat akan dipercaya sebagai pemimpin.
Gejolak kepemimpinan dan pengaruh kekuasaan hampir merupakan isi
dari keseluruhan masa ini.

c. Stadium Rationale. Problem tarik menarik kekuasaan dan perjuangan atas


persamaan hak dari masa Heroicum adalah embrio masa ini. Di masa ini,
rasionalitas manusia dalam penjelmaan isntitusi modern adalah
penandanya. Ironisnya, Vico justru berpendapat bahwa masa ini adalah
ujung kesempurnaan sekaligus awal kejatuhan sejarah. Puncak

42
sejarah rasional ini adalah kehancuran dan setelah hancur masa
sejarah kembali lagi ke era Barbaricum.80
4. Teori sejarah menurut Oswald Spengler.

Teori sejarah spengler hampir sama dengan hukum sejarah fatum. Menurut
pendapat Spengler, manusia dan sejarah adalah anak alam sehingga dia
tunduk pada hukum alam. Contoh paling nyata dari hukum ini adalah
adanya perubahan iklim yang terus berulang. Perubahan dalam bentuk
perubahan musim tersebut merupakan cermin dari gerak sejarah.

Menurut Spengler, sejarah sama dengan perilaku tumbuhan ataupun


hewan. Jika alam memiliki empat musim semi, panas, gugur dan dingin,
maka manusia dan sejarah juga memiliki masa pemuda, kedewasaan, masa
puncak, dan masa tua atau rapuh. 81
5. Teori sejarah menurut Pitirim Sorokin.

Menurut Sorokin, sejarah itu faktual dan tidak dapat disimplifikasi oleh
idealisme keagamaan ataupun moral. Kenyataan sejarah itu kaya dan selalu
berubah. Perubahan sejarah tidak dikendalikan oleh tujuan kebertuhanan
atau oleh rumus siklus sederhana. Perubahan sejarah bersifat fluktuatif.

Bagi Sorokin, fluktuasi sejarah ini liar dan tidak bisa dirumuskan begitu
saja. Manusia tidak bisa memformulasikan prinsip perubahan sejarah
kecuali hanya menangkap bagian-bagian terumumnya saja. Bagian-bagian
pemicu fluktuasi ini bisa diambil dari asas universal masyarakat yang berisi
tiga tipe, yakni:

80 Ibid, 62.
81 Ibid, 63.

43
a. Ideational. Tipe masyarakat ini berubah dalam sejarah karena pengaruh
faktor-faktor keagamaan, ketuhanan, kepercayaan atau kebatinan.

b. Sensate. Tipe sensualisme ini terlihat dalam masyarakat empiris yang


lebih memilih penyebaban jasmaniah dibanding yang ideal. Masyarakat
modern biasanya tergolong tipe masyarakat sensate.

c. Idealistic. Maksud idealistik Sorokin adalah tipe masyarakat kompromis


yang berhasul mendamaikan antara penyebaban ideal dengan sebab-
sebab rasional empiris. 82

6. Teori sejarah menurut William H. Frederick.


Pandangan sejarah Frederick berisi tiga visi, yakni:

a. Teori perputaran yang mengatakan bahwa peristiwa sejarah yang berasal


dari ide-ide manusia adalah sesuatu yang terbatas sehingga ia akan diulang
berkali-kali.

b. Teori sejarah takdir diakui ada dan dibenarkan dengan masih adanya
masyarakat yang mempercayai Tuhan sebagai penyebab tertinggi di setiap
peristiwa.

c. Teori kemajuan adalah teori yang meyakini bahwa manusia dan Dunia
bergerak dalam waktu. Dikarenakan waktu terus melangkah maju, maka
sejarah manusia juga bergerak maju. Sedikit apapun kemajuan dalam
sejarah, ia tetap akan bergerak dalam spirit perbaikan. 83

Pernyataan di atas tentu saja mengatakan hal lain bahwa tokoh-tokoh


sejarah dibesarkan oleh peristiwa yang membentuknya. Ada

82 Ibid, 75.
83 Ibid, 76.

44
beberapa teori menjelaskan bagaimana sebuah peristiwa terjadi. Silih-ganti
peristiwa dan perubahan ini bisa dijelaskan melalui prinsip sederhana
perubahan sosial. Di dalam perubahan masyarakat, selalu ada faktor-faktor
penyebaban. Fakor sebab bisa satu dan tunggal, tetapi kebanyakan faktor
penyebab selalu lebih dari satu.

Penjelasan kausalitas di setiap peristiwa sejarah perlu agar peristiwa


sejarah tidak mati dan bisa didekati dalam konteksnya sebagai nilai-nilai yang
bisa dipakai untuk pelajaran di kemudian hari. Setidaknya ada empat hal yang
harus diperhatikan untuk menjelaskan fenomena perubahan dalam peristiwa
sejarah. Keempat hal tersebut adalah:

1. Penjelasan peristiwa sejarah adalah konsep ganda yang punya banyak


makna dalam beragam konteksnya.

2. Peneliti sejarah bertugas memverifikasi penjelasan sejarah yang paling


memadai dan yang paling mendekati konteks. Sebab-sebab faktorial
peristiwa dijenjangkan berdasarkan kedekatannya dengan proposisi yang
dinilai paling memungkinkan.

3. Terutama dalam peristiwa sosial, penjelasan sejarah senantiasa jamak dan


tidak pernah satu.

4. Keterangan dalam bentuk kausalitas berguna bagi pengajaran sejarah.


Kegunaan paling besar adalah untuk merumuskan klasifikasi atas asas-asas
bagi peristiwa yang identik atau sejenis. 84

H. Hegel dan Sistem Metafisika Sejarah

84 Juraid Abdul Latief, Manusia, Filsafat dan Sejarah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
90.

45
Proyek filsafat Hegel adalah untuk menciptakan sistem filsafat yang baik
untuk mewadahi pikiran manusia, kenyataan dan sejarah. Pikiran manusia
adalah alat untuk menangkap kenyataan yang berisi Geist atau spirit yang
memandu proses sejarah menuju tujuan akhirnya. 85

Hegel dilahirkan oleh keluarga Protestan. Ia hidup di antara 1770 hingga


1831 Masehi. Saat ia telah berhasil memperoleh gelar doktornya, ia mengajar di
Universitas Jena sekaligus menyelesaikan buku utamanya, The Phenomenology of
Spirit, di masa itu. Karya-karya Hegel terpenting lainnya adalah The Science of
Logic dan The Philosophy of Right.86

Hegel disebut-sebut memiliki sistem filsafat yang lengkap, sebagaimana


pendahulunya Kant. Teori Hegel yang populer adalah teori tentang kesadaran
dan Roh. Dia berpendapat, bahwa titik tolak pemikiran dimulai dari
keinsyafan akan adanya sang absolut yakni Roh. Roh adalah perlambang dunia
seisinya, termasuk manusia dan sejarah. Roh adalah subjek sekaligus objek, ia
yang berpikir sekaligus yang dipikirkan, dan ini adalah sebuah kontradiksi.
Kontradiksi ini belum bisa diatasi oleh filsafat sebelum Hegel. Hegel
berpendapat bahwa cara Roh bersinergi dengan dirinya sendiri adalah dengan
pertentangan di dalam kesatuannya sendiri. Roh mengejawantah dalam
pengalaman manusia dan Dunia agar terjadi proses dialektis. Proses dialektika
inilah modus yang digunakan roh untuk terus menciptakan Dunia.87

Penemuan monumental Hegel bagi metode kefilsafatan adalah metode


dialektikanya. Menurutnya, dialektika adalah logika yang menjalankan
sejarah. Dialektika adalah bahan bakar sejarah dan

85 Stephen Law, Eyewitness Companions Philosophy (New York: DK Publishing,


2007), 302.
86 Ibid, 302.

87 F.
Budi Hardiman, Filsafat Modern (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama,2007),178-179.

46
dikenal populer dengan sirkulasi tesis, anti-tesis, sisntesis. Dialektika ini
adalah penyebab perubahan sosial, ekonomi dan sejarah politik.

Dialektika menurut Hegel juga bisa menggerakkan pikiran keagamaan


dan pikiran kefilsafatan. Hegel membahasakan dialektika sebagai proses
konflik yang memotori perubahan. Di dunia sosial, konflik bisa dilihat dari
proses politik dan dampak sosial dalam pengelolan kebijakan negara. Di dalam
ide, konflik tidak tampak kecuali lewat proses pencarian Geist untuk
menemukan realitas hakiki. Konflik akan mereda dan jadi harmoni dengan
sendirinya seiring saat ia semakin dekat dengan tujuan akhir. Tujuan akhir
dialektika ini akan mewujud fisik sebagai proses akhir sejarah. 88

Menurut Hegel, sejarah Dunia tidak berisi hal lain kecuali perkembangan
kesadaran manusia mengenai ide kebebasan. 89

Hegel menyatakan bahwa pokok kajian kefilsafatan bisa digarisbesarkan


dalam dua lapangan. Lapangan tersebut adalah:

1. Fenomenologi Roh

Fenomenologi Roh atau fenomenologi spirit adalah pembahasan mula-


mula filsafat. Fenomenologi Roh menjernihkan dasar ontologi dan
metafisika segala sesuatu.

2. Filsafat

Lapangan filsafat berisi sains logika, filsafat spirit dan filsafat kealaman.90
Hal utama dari metafisika sejarah Hegel adalah pikirannya
tentang rasio mengendalikan Dunia dan sejarah adalah proses

88 Law, Eyewitness, 303.


89 Ibid, 303.

90 Marias, History, 338.

47
rasional. Ide rasionalitas adalah kekuatan yang menjadikan setiap perubahan
fisik. Hegel membuktikan kebenaran pernyataan ini dengan mendatangkan
konsep Anaxagoras yang menyatakan bahwa di Dunia ini ada rasionalitas yang
dihasilkan oleh hukum alam universal. Hegel juga menyebut-nyebut agama
sebagai contoh yang lain, bahwa perubahan alam eksternal tidak tercipta dari
pertentangan-pertentangan fisiknya tetapi dimulai dari penjelasan firman dan
ajaran.91

Hegel memperkokoh dengan penjelasan bahwa bagaimana mungkin


manusia mampu menemukan norma ideal dalam sejarah untuk tujuan akhir
jika ia tidak mengakui prosesnya sebagai sesuatu yang rasional. Menurut
Hegel, semua perubahan dikendalikan oleh rasio spirit Dunia yang oleh bangsa
Yunani diistilahkan sebagai nous.92

spirit rasionalitas atau nous adalah istilah metafisika yang sejalan dengan
konstruksi besar pikiran Hegel. Oleh karenanya, penelitian Hegel terhadap
sederetan bangsa-bangsa di masa lalu, selain sebagai penelitian empirik
kebudayaan, adalah merupakan arah untuk menyampaikan gagasannya bahwa
Dunia adalah manifestasi nous.

Orientasi filsafat sejarah Hegel sendiri adalah untuk memperjuangkan


struktur epistemologi dalam bentuk otoritas rasional melawan historisisme
yang relatif. Epistemologi Hegel punya misi mengembalikan kritisisme rasional
yang didasarkan pada prinsip keuniversalan sebagaimana filsafat hukumnya. 93

91 Leon Pompa, Human Nature and Historical Knowledge (New York: Cambridge
University Press, 1990), 83.
92 Ibid, 84.

93 Frederick Beiser, Hegel (New York: Routledge, 2005), 263.

48
Dengan demikian, filsafat sejarah bagi Hegel adalah idealisme absolut yang
diaplikasikan secara esensial di dalam sejarah.

Menurut Hegel, sejarah berisi dengan tindakan-tindakan manusia yang


telah didesain sebelumnya. Desain ini didasarkan pada hukum-hukum rasional
sesuai dengan kebutuhan masing-masing konteks. Tindakan manusia dalam
sejarah dilakukan tidak secara acak atau sporadis, melainkan karena ia benar-
benar dibutuhkan.94

Hukum yang menggerakkan peristiwa sejarah tidak hanya bersifat


mekanikal, yakni hanya menjadi penyebaban khusus satu atau dua peristiwa.
Menurut Hegel, hukum gerak sejarah juga bersifat teleologikal yang memandu
setiap peristiwa berdasarkan tujuan akhirnya. Penjelasan hukum mekanik
biasanya hanya membutuhkan pemahaman sebab sederhana di setiap sebelum
peristiwa sejarah terjadi. Hal lain yang dibutuhkan adalah bahwa hukum
mekanik membutuhkan penjelasan waktu dan kondisi keadaan tertentu. 95

Berbeda dengan hukum mekanik, hukum sejarah teleologis tidak


membutuhkan persyaratan penjelasan atas waktu dan kondisi. Setiap
peristiwa sejarah tidak disebabkan oleh satu sebab khusus dan juga ia bisa
menyebabkan sejumlah peristiwa berbeda yang lain. Karena sifatnya yang di
luar konteks waktu dan kondisi maka hukum sejarah teleologis sering juga
disebut sebagai hukum formal-final cause. Hukum yang juga terkenal
dipopulerkan oleh Aristoteles.96

94 Ibid, 264.
95 Ibid, 264.
96 Ibid, 264.

49
Memandang dua hukum penyebaban sejarah ini, Hegel tidak bermaksud
menafikkan hukum sejarah mekanik, karena baginya, hukum mekanik adalah
sumber valid untuk menjelaskan peristiwa partikular. Penjelasan hukum
mekanik ini bisa dimanfaatkan untuk menjelaskan hukum sejarah teleologis
dalam tahap universalitas keseluruhan. 97
I. Arnold Toynbee dan Empirisme Sejarah

Menurut Toynbee, tidak ada rumus yang pasti untuk menteorikan arah
perubahan dalam sejarah.98 Gerak sejarah tidak ditentukan oleh hukum
tertentu yang pasti sebab setiap peristiwa memiliki kekhasan sendiri yang
pasti berbeda dari contoh peristiwa dari kebudayaan yang lain. Toynbee adalah
pemikir sejarah Inggris yang fenomenal. Di dalam catatan sejarah 12 jilidnya, A
Study of History, berhasil digambarkan citra 20 citra kebudayaan masyarakat-
masyarakat terdahulu. Dari dua puluh kebudayaan ini, dia mengatakan bahwa
ada 21 yang sempurna dan ada 9 yang tidak sempurna.

Sejarah manusia berisi kebudayaan manusia. Kebudayaan manusia berisi


keseluruhan kehidupan seorang atau golongan dalam tempo yang lama dan
melalui proses transformasi yang terstruktur. Oleh Toynbee, isi sejarah adalah
civilization.

Di dalam penjelasan sejarah akibat perkembangan kebudayaan,

Toynbee berpendapat bahwa ada tiga fase inti perubahan:

1. Genesis of Civilization atau kelahiran kebudayaan.

2. Growth of Civilization atau tumbuh kembang kebudayaan.

97 Ibid, 255.

98 Rustam, Pengantar, 65.

50
3. Decline of Civilization atau keruntuhan kebudayaan.99

Lebih lanjut ia menjelaskan tatkala sebuah kebudayaan dalam sejarah


runtuh, maka keruntuhan tersebut juga melalui tiga fase yakni:

1. Breakdown of Civilization atau kemerosotan kebudayaan.

2. Disintegration of Civilization atau tercerai-berainya faktor penopang


kebudayaan.

3. Dissolution of Civilization atau hilang dan lenyapnya kebudayaan.100

Kebudayaan ditanam dalam lingkungan tertentu. Kebudayaan yang baik


adalah kebudayaan saat manusia penghuninya berhasil menjawab tantangan
yang diberikan oleh lingkungannya. Kebudayaan adalah tantangan dan
jawaban antara alam lingkungan dengan manusia (challenges and responses). Di
kebudayaan dengan lingkungan ekstrim, sekiranya tantangan tidak berhasil
direspon secara baik oleh manusia, maka kebudayaan tidak berkembang
dengan baik. Contoh kebudayaan yang tidak berkembang karena alasan ini
adalah kebudayaan kelompok orang-orang eskimo dan gurun kalahari.

Selanjutnya, kebudayaan dalam sejarah timbul akibat inisiatif minoritas


yang berisi kaum cerdik pandai dan unggul. Pada saat sebuah produk
kebudayaan berhasil diciptakan oleh kelompok minoritas unggul ini maka
secara serta merta kelompok mayoritas yang lain akan menirunya. Jika di suatu
masyarakat atau bangsa

99 Ibid, 65.
100 Ibid, 66.

51
tidak ditemukan minoritas dengan keunggulan tertentu, maka kebudayaan
tidak akan berkembang baik.101

Tidak hanya kebudayaan berkembang stagnan, jika kelompok minoritas


berhenti mencipta perubahan, kebudayaan juga akan bergerak merosot dan
runtuh. Setiap stagnasi dan kemerosotan, menurut Toynbee, memakan waktu
kira-kira 2000 tahun sebelum keruntuhan.

Di saat masa 2000 tahun proses keruntuhan ini selalu ditemukan usaha
kelompok tertentu untuk mencegah terjadinya keruntuhan. Usaha ini menurut
Toynbee akan berakhir sia-sia kecuali pada saat ia menggunakan motivasi
ketuhanan atau keagamaan untuk menggerakkan kebudayaan yang lumpuh.
Tuhan dan agama akan lebih mudah diterima dan memiliki kekuatan
tendensius lebih besar untuk mempengaruhi mayoritas.102
J. Karl Marx dan Materialisme Sejarah

Karl Heinrich Marx putra Heinrich dan Henrietta Marx, lahir tanggal 5
Mei 1818 di Trier Rhineland Jerman. Kota Marx saat itu masih di bawah
kekuasaan Napoleon dan Perancis sebelum era kerajaan Prusia berkuasa.103
Marx di masa muda aktif belajar pemikiran Leibnitz, Voltaire, Lessing dan
Kant.

Marx tidak meninggalkan buku sebagai teks tertulis yang rapi, karya-
karya pemikiran Marx justru baru dikoleksi diterbitkan oleh Engels
sahabatnya.104 Pemikiran Marx yang populer diketahui adalah Capital, Theories
of Surplus Value, Paris Manuscripts, The German Ideology atau the Thesis on Feurbach dan
Grundrisse.

101 Ibid, 66.


102 Ibid, 67.

103 Isaiah Berlin, Karl Marx (Oxford: Home University Library, 1939), 29.

104 Tom Rockmore, Marx After Marxism;


The Philosophy of Karl Marx (Oxford: Blackwell Publisher, 2002), 11.

52
Karl Marx adalah pemikir Jerman yang besar dan kebesarannya
melampaui lingkungan filsafat itu sendiri. Selain pemikir kefilsafatan yang
radikal, Marx juga adalah pusat perhatian di bidang politik, ilmu sosial dan
terutama ekonomi. Pemikiran Marx yang paling signifikan bagi kebudayaan
selanjutnya adalah kritiknya yang mendalam atas kepercayaan dan Agama. Di
dalam diskusi tentang materialisme, Marx menyatakan bahwa hakikat
kenyataan adalah basis (sesuatu yang terkait langsung dengan hajat fisik
manusia) dan bukan superstruktur (kesadaran-kesadaran abstrak yang biasa
dipakai manusia sebagai dalih penindasan ataupun kepasrahan diri).

Pemikiran Marx setidaknya dipengaruhi oleh; metode dialektika Hegel;


teori ekonomi klasik Adam Smith dan David Ricardo; sosiologi Perancis seperti
Rousseau, de Saint Simon dan Fourier; materialis Jerman Feuerbach; serta
empatinya pada kesadaran pembelaan kelas pekerja perspektif Engels.105

Bagi Marx, Dunia yang nyata yang berisi fakta dan pengalaman inilah
yang membentuk kesadaran manusia, dan bukan sebaliknya, kesadaran yang
membentuk Dunia. Ditambahkan olehnya, bahwa di dalam sejarah
kebudayaan, masyarakat manusia, kemajuan dan kemundurunnya tidak
ditentukan oleh kualitas kesadarannya namun oleh kualitas lingkungan yang
membentuknya. Sehingga, di dalam ilmu sosial dan terutama psikologi,
materialisme ini diwujudkan dalam teori behaviorisme.

Khusus di mengenai sejarah, Marx percaya bahwa sejarah itu terbuka


bagi rasio manusia. Rasio itu akan menemukan bahwa yang

105 http://en.wikipedia.org/wiki/Karl_Marx

53
mengatur sejarah adalah dialektika.106 Dialektika ini nampak sebagai konflik
internal dalam sejarah yang menjadikan sejarah tidak stabil.

Marx berpandangan bahwa sejarah manusia berisi silang sengkarut


kekuasaan yang diakibatkan oleh hubungan produksi atau kekuatan-kekuatan
materi produksi. Marx termasuk pemikir sejarah yang deterministik. Marx
menteorikan sejarah sebagai pola yang baku yang berisi peta hubungan
produksi dan pertentangan antar kepentingan akibat dari ketidakseimbangan
akses produksi.

Sejarah manusia tidak bisa lepas atau keluar dari determinasi dialektika
material pembangunan dan produksi.107 Semua hubungan produksi ini
menciptakan struktur ekonomi di tengah-tengah masyarakat, menciptakan
superstruktur penguasa dan menciptakan kesadaran bersama dalam
masyarakat. Bentuk-bentuk hubungan produksi ini akhirnya mengkondisikan
penciptaan bangunan sosial, bangunan politik dan bangunan intelektual
masyarakat.

Sejarah manusia tidak berisi pertentangan ide-ide, tetapi berisi


pertentangan kepentingan dalam penguasaan alat-alat produksi dan basis
ekonomi. Hal itu dikarenakan bahwa bukan ide yang mengendalikan fakta
sosial, tapi sebaliknya, fakta sosial yang mengendalikan ide. Lebih lanjut dia
menyatakan, bahwa di dalam perkembangan proses kooptasi yang ideal oleh
yang faktual ini menjadikan sejarah akan terus terisi perlawanan kelas
produksi terhadap kelas pemilik alat produksi.

Isi sejarah yang demikian menjadikan Marx berpikir bahwa jika


ketidakseimbangan akses produksi antara kelompok pekerja dan kelompok
pemilik alat-alat produksi ini terus berlanjut, maka Dunia akan menjadi
kuburan bagi para pemilik alat produksi. Hal itu

106 Law, Eyewitness, 311.


107 Cohen, Karl Marx’s, preface.

54
dikarenakan bahwa bentuk hubungan produksi yang tidak seimbang itu jahat
dan antagonis. Dari antagonisme inilah perkembangan masyarakat akan
berhenti bergerak sebab hasil-hasil produksi tidak didistirbusikan secara adil.

Bagi Marx, sejarah bukan sesuatu yang otomatis terberikan atau sesuatu
entitas misterius. Sejarah adalah aktifitas manusia di dalam pekerjaannya
untuk sebuah tujuan. Sejarah adalah kenyataan ekonomi tempat manusia
bekerja dan bercita-cita untuk hidup ke depan.108

Manusia menuliskan sejarahnya masing-masing. Manusia dalam sejarah


adalah manusia yang selalu bergelut dengan kepentingan penguasaan alat
ekonomi. Menurut Marx, sejarah manusia yang seperti itu adalah sejarah
perjuangan kelas. Sejarah adalah sejarah perjuangan kelas pekerja.

Marx membagi corak sejarah manusia masa lalu dalam empat kisah epik.
Keempatnya adalah; sejarah asiatik, sejarah kuno, sejarah feodal dan sejarah
borjuasi modern. Keempat sejarah masa lalu ini bagi Marx dinilai sebagai pra-
sejarah. Menurut Marx sejarah yang sesungguhnya akan terjadi di masyarakat
mendatang, yakni sejarah Dunia sosialis.109

Sejarah asiatik dimaksudkan sebagai sejarah masyarakat di sekitar India


dan asia. Karakter masyarakat dalam term sejarah ini adalah masyarakat yang
masih hidup dalam hubungan intensnya dengan alam. Masyarakat asiatik
adalah masyarakat tradisional yang tidak jahat tetapi juga tidak menjanjikan,
tidak buruk tapi juga tidak cukup baik. Masyarakat asiatik berisi para pecocok
tanam dan para

108M.M. Bober, Karl Marx’s Interpretation of History (Cambridge: Harvard


University Press, 1950), 67.
109 Ibid, 46.

55
penganyam. Mereka berkumpul di satu lokasi hanya untuk memproduksi dan
megkonsumsi di saat yang sama. Hubungan produksi dilakukan antar keluarga
atau kelompok melalui cara-cara barter atau bertukar properti.110

Senada dengan itu, masyarakat sejarah kuno adalah masyarakat yang


identik dengan perbudakan. Perbudakan di masa kuno diakibatkan oleh
pelimpahan tawanan perang atau dari pendudukan antar suku. Bahkan di masa
ini, budak dan tawanan perang dipasarkan dan ditawarkan dalam pajangan
selayaknya pasar modern.111

Di masa kuno ini, institusi pekerja dari akibat perbudakan mulai muncul.
Meski berbeda dengan konsep pekerja di masa modern, pekerja masa kuno
telah mendapatkan hak-hak minimal. Jasa pekerja-pekerja masa kuno tidak
sedikit. Kebesaran bangsa-bangsa besar di masa kuno terletak di tangan para
pekerja. Mesir, Romawi dan Yunani misalnya, tidak akan menjadi bangsa yang
diagung-agungkan keemasannya tanpa tangan para pekerja. Ulasan sejarah ini
menjadikan Marx semakin bersemangat membela kepentingan para pekerja.
Menurutnya, tanpa pekerja maka tidak akan ada kebudayaan modern dan tidak
akan ada masyarakat sosialime lanjut.112

Masa feodalisme pertengahan adalah masa yang berisi kecenderungan


baru masyarakat untuk stabil menetap di satu lokasi dan menguasai properti
lahan. Di masa ini sekelompok masyarakat mulai mengolah perladangan dalam
skala yang terbatas. Pelan-pulan mulai tampak kesepakatan untuk membentuk
lembaga bersama yang diberi wewenang tertentu. Dari situasi tersebut
muncullah

110 Ibid, 47.


111 Ibid, 50.
112 Ibid, 50.

56
pemangku adat, lembaga penguasa wilayah atau bahkan kekuasaan
pemerintahan dalam beragam bentuknya. Lembaga kekuasaan ini yang
akhirnya diberi keluasan untuk mengatur kepemilikan tanah dan lahan. 113

Masyarakat feodal pertengahan mulai merintis pengendalian produksi,


mekanisme penyimpanan dalam lumbung hingga menjaga sirkulasi antara
produksi dan konsumsi. Tenaga pekerja di masa ini tidak lagi diabdikan untuk
orang perorang tetapi sudah berkembang menjadi pekerja-pekerja lembaga
kekuasaan dengan sistem honor atau sewa.114 Proses produksi semakin
berkembang di penghujung masa feodal. Organisasi pabrikan dan pengadaan
barang telah mulai meningkat menjadi embrio industri modern. Organisasi
pekerja mulai berisi orang-orang yang terdidik dengan kemampuan teknis
khusus.115

Sejarah borjuasi modern atau kapitalisme dimulai dengan meluasnya


pertukaran perdangan antar benua. Masa kapitalisme lahir dari
berkembangnya peralatan transportasi dan perdagangan dalam skala besar
yang didahului eksplorasi riset dan kolonialisasi oleh bangsa-bangsa Eropa.

Kapitalisme adalah budaya masyarakat yang dibentuk oleh model


hubungan produksi besar-basaran dan melimpah. Masa ini berisi pemodal-
pemodal besar dan sumber daya pekerja yang melimpah. Ujung dari masa ini
adalah membanjirnya suplai barang melebihi kebutuhan manusia dalam batas
yang wajar. Menurut Marx, masa kapitalisme adalah masa terbunuhnya
manusia dalam sejarahnya sendiri. Manusia telah dibunuh oleh keserakahan
modal

113 Ibid, 54.


114 Ibid, 54.
115 Ibid, 55.

57
dan akumulasi surplus berlebih yang diciptakan dari sistem yang mungkar.116

Menurut Marx, sejarah berisi manusia yang dilahirkan dari kasta dengan
kapasitas biologis yang berbeda. Manusia dilahirkan dengan sifat-sifat yang
beragam, ada yang lemah, kuat, cerdik pandai, pandir dan seterusnya.
Perbedaan ini di dalam teori hubungan produksi tampak dalam adanya
perbedaan pembagian kerja. Perbedaan ini lah oleh Marx dianggap sesuatu
yang dimanfaatkan oleh budaya kapitalisme. Kapitalisme punya ruang untuk
melakukan pembenaran bahwa di antara manusia ada perbedaan dan wajar
pula kalau manusia akhirnya diperlakukan berbeda. Marx berusaha
menawarkan kritik atas mode hubungan semacam ini dengan menawarkan
teori tentang persamaan.117

Persamaan kelas yang didahului oleh kesetaraan dalam pembagian kerja


dan hasil adalah semangat utama sosialisme. Semangat ini diambil dari contoh-
contoh masyarakat terdahulu jauh sebelum sejarah asiatik. Masyarakat primitif
pertama adalah masyarakat komunis. Mereka sama dan berbagi dalam segala
hal. Sosialisme yang direkomendasikan oleh Marx adalah pintu masuk ke arah
komunisme yang dicita-citakan. Marx mengklaim, bahwa di sosialisme dan
komunisme lah sejarah hakiki manusia terjadi.
K. Filsafat Sejarah Iqbal dan Ibnu Khaldun

Iqbal dilahirkan di Sialkot-India tanggal 9 November 1877. Ia terlahir dari


keluarga miskin, tetapi berkat bantuan beasiswa yang diperolehnya dari
sekolah menengah dan perguruan tinggi, ia mendapatkan pendidikan yang
bagus. Setelah pendidikan dasarnya selesai di Sialkot ia masuk Government
College (sekolah tinggi

116 Ibid, 58.


117 Ibid, 76.

58
pemerintah) Lahore. Iqbal menjadi murid kesayangan dari Sir Thomas Arnold.
Iqbal lulus pada tahun 1897 dan memperoleh beasiswa serta dua medali emas
di bidang bahasa Inggris dan Arab. Pada tahun 1909 Iqbal mendapatkan gelar
M.A dalam bidang filsafat.118

Karya-karya Iqbal yang terpenting di antaranya adalah Bang-i-dara (Genta


Lonceng), Payam-i-Mashriq (Pesan Dari Timur), Asrar-i-Khudi (Rahasia-rahasia
Diri), Rumuz-i-Bekhudi (Rahasia-rahasia Peniadaan Diri), Jawaid Nama (Kitab
Keabadian), Zarb-i-Kalim (Pukulan Tongkat Nabi Musa), Pas Cheh Bayad Kard
Aye Aqwam-i-Sharq (Apakah Yang Akan Kau Lakukan Wahai Rakyat Timur?),
Bal-i-Jibril (Sayap Jibril), Armughan-i-Hejaz (Hadiah Dari Hijaz), Development of
Metaphyiscs in Persia, Lectures on the Reconstruction of Religius Thought in Islam, Ilm al
Iqtishad, A Contibution to the History of Muslim Philosopy, Zabur-i-’Ajam (Taman
Rahasia Baru) dan Rumuz-i-Bekhudi (Rahasia Peniadaan Diri).119

Garis besar isnpirasi pemikiran Iqbal didapat dari Kant, Bergson, Karl
Marx dan beberapa pemikir muslim lainnya.120 Akibat dari pengaruh ini, Iqbal
dikenal sebagai sekian dari sastrawan, negarawan, agamawan dan filsuf yang
cenderung eksistensialis. Ia yakin, manusia adalah mahluk dengan potensi
tidak terbatas dan memiliki kesempatan sepanjang hayatnya untuk
meningkatkan kualitas diri. Kejatidirian ini yang akan membawa manusia ke
batas-batas paling luar takdirnya.121

118 H.
A. Mukti Ali, Alam Pikiran Islam Modern di India dan Pakistan (Bandung:
Mizan, Cet. Ke-3, 1998), 174.

119 Ishrat Hasan Enver, Metafisika Iqbal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 128.

120 K.M.George, ed.all., Modern Indian Literature; an Anthology (New Delhi:


Sahitya Akademi, 1992), 1132.
121 Ibid, 1132.

59
Mengenai manusia, Iqbal memiliki pandangan yang menarik.
Menurutnya, manusia di hadapan Tuhan dirumuskan dalam tiga hal:

1. Manusia adalah mahluk yang dipilih oleh Tuhan. Artinya, apapun yang
terjadi atau akan terjadi di dalam dirinya tetap di bawah pengertian pilihan
Tuhan.

2. Jika seandainya manusia melakukan kesalahan, maka kesalahan tersebut


tetap dianggap sebagai bagian dari kehendak Tuhan.

3. Manusia adalah mahluk yang bebas dengan otonomi eksistensial. Manusia


berhak melakukan apa saja tanpa harus takut dengan persepsi kesalahan
sebab ia telah terjamin oleh Tuhan.122

Menurut pandangan ontologis Iqbal, kenyataan wujud ada tiga. Dunia


eksternal yang nyata, dunia internal yang interpretatif dan Tuhan. 123
Penerimaan kesadaran manusia atas ketiganya adalah relatif. Relatif berarti
manusia tidak memastikan sebuah konsep yang mati tentang ruang dan waktu.
Kesadaran manusia atas ketidakpastian tiga kenyataan ini dikendalikan oleh
elan vital yang ada dalam dirinya sendiri.124 Ruang adalah objek yang
mengandalkan panca indera untuk dipersepsi. Waktu dan perjalanan sejarah
adalah suksesi atau pergantian periode.

Sejarah adalah sejarah makro. Menurutnya sejarah adalah sejarah Dunia


dengan kehendak dirinya sendiri. Artinya, sejarah adalah keegoan alam raya. 125
Bagian-bagian yang terdapat di alam raya, termasuk manusia, menyesuaikan
dengan tujuan khusus (special order) dari yang keseluruhan. Yang bagian tidak
bisa lepas dari tujuan utama dari yang keseluruhan. Manusia tidak pasif dari

122 Mohammad Iqbal, The Reconstruction of Religious Thought in Islam (London:


Oxford University Press, 1934), 90.

123 Basant Kumar LAL, Contemporary Indian Philosophy (Delhi: Motilal Banarsidass,
1999), 319.
124 Ibid, 321.
125 Ibid, 321.

60
keegoan dunia. Dunia hanya ego di atas ego manusia. Setiap bagian dari ego
besar Dunia yang berasal dari manusia adalah keaktifan sendiri-sendiri dan
merupakan dari bagian. Penilaian akhir tetap pada keseluruhan ego Dunia. 126

Menurutnya sejarah bergerak maju ke arah titik akhir (progresif-direktif).


Dunia dipandu oleh teleologi yang berasal dari Tuhan. Hal ini bisa dijelaskan
dari situasi di mana manusia sulit mengkoordinasi pergerakan benda-benda
eksternal yang seolah berjalan secara terpisah. Yang mengorganisir Dunia
adalah kekuatan internal dan Tuhan. Pengorganisasian ini konstan,
bertumbuh, punya alasan dan tujuan pasti. Meski kadangkala tampak kreatif,
pertumbuhan jaman adalah kontinum.127

Ibnu Khaldun dianggap sarjana muslim yang punya reputasi bagus hingga
di Dunia internasional, terutama di Barat atau Eropa. Kompetensi
kecendekiaan Ibnu Khaldun adalah sosiologi dan sejarah. Ibnu Khaldun lahir
di Tunisia dengan nama kecil Wali ad-Din Abu Zaid ‘Abdurrahman bin Muhammad
Ibn Khaldun al-Hadrami al-Ishbili. Beliau lahir 1332 dan wafat 1406 Masehi. Tahun
kelahirannya adalah beberapa tahun sebelum Ibnu Batutah berkunjung ke
Sumatera Utara.128 Ibnu Khaldun terkenal pula sebagai tokoh yang selalu
tertarik dengan dunia politik.129

Karya terbesar Ibnu Khaldun adalah al-Muqaddimah. Arti muqaddimah


adalah sebuah pembukaan untuk karya sejarah Ibnu Khaldun. Sejarahwan
biasanya mengatakan dalam judul yang panjang “Muqaddimah Ibnu Khaldun”.
Muqaddimah sendiri ditulis

126 Ibid, 322.


127 Ibid, 322.

128 Vincent
Monteil dalam Ibnu Khaldun, Muqaddimah Ibnu Khaldun, terj.
Ismail Yakub (Jakarta: Faizan, 1982), 1.

129 AhmadSyafii Maarif, Ibn khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur
(Depok: Gema Insani Press, 1996), 12.

61
sebagai penjelasan umum tentang sejarah Dunia. Ia menulis muqaddimah sekitar
tahun 1377.130

Muqaddimah menjelaskan sejarah Dunia secara lengkap. Pernyataan ini


diklaim sendiri olehnya di awal bab. Penjelasan yang cenderung masuk ke
alasan-alasan khusus sebuah peristiwa dan penemuan fakta adalah ciri khas
muqaddimah. Ibnu Khaldun lebih banyak menggunakan data berhasil ia
temukan dibanding menggunakan ulasan kefilsafatan. Di awal-awal bab
muqaddimah ia dengan panjang lebar menjelaskan prilaku bangsa Arab, bangsa
Persia dan Barbar beserta kecenderungan-kecenderungan raja-raja mereka.131

Di dalam buku pertamanya, Ibnu Khaldun mengatakan secara kritis


bahwa keterangan sejarah mungkin berisi kebohongan. Dusta wajar timbul
dalam keterangan-keterangan sejarah. Dusta dalam keterangan sejarah biasa
disebabkan oleh kepentingan partai dalam politik, kepercayaan taklid,
ketidakpahaman atas sebuah peristiwa, kepercayaan diri yang berlebihan,
hasrat untuk mendapatkan sanjungan atau penghargaan serta kapabilitasnya
yang terbatas pada asas-asas umum gerak peradaban. 132

Pikiran orisinal ini oleh Monteil diklaim sebagai kritik sejarah modern
yang bahkan ia dirilis jauh sebelum masa modern. Ibnu Khaldun terkenal
dengan keteguhan dia untuk menolak keterangan sejarah yang berlebih-
lebihan yang biasanya bersumber dari kesaksian masa dalam bentuk dongeng
atau kisah-kisah lokal. Dia

130 Ibid, 5.
131 Ibid, 11.
132 Ibid, 13.

62
sudah menggunakan metode verifikasi data dan reduksi fenomena. 133

Selain kesetiaannya untuk tetap memegang kejujuran keterangan


(validitas data), Ibnu Khaldun adalah pemikir sejarah muslim awal yang
menawarkan metode apriori untuk mengevaluasi data. Menurutnya
keterangan sejarah tidak hanya dievaluasi menurut sumbernya tapi juga
dievaluasi berdasarkan keterterimaannya di dalam penalaran manusia secara
benar. Seseorang bisa membedakan keterangan sejarah, mana yang mungkin
dan mana yang tidak mungkin terjadi di masa lalu. Ketika dihadapkan pada dua
model pendekatan kritik sejarah ini, Ibnu Khaldun memilih mendahulukan
verifikasi apriori penalaran tentang kemasukakalan peristiwa dari pada data
atau temuan.134

Konteks sejarah keislaman di awal pembentukan kekhilafan Islam juga


tidak luput dari perhatian muqaddimah. Ia menjelaskan bahwa konflik
kekhilafahan yang terjadi sepeninggal Nabi harus dilihat secara objektif.
Pembunuhan sejumlah Khulafaur Rosyidun dilihat sebagai konflik biasa dalam
politik sehingga ia tetap menyebut para korbannya sebagai syahid tetapi
dengan tidak menyalahkan pihak-pihak yang diduga sebagai pelaku. Analisis
Ibnu Khaldun sudah proporsional dan sesuai dengan prinsip objektifitas ilmu
modern.135

Muqaddimah Ibnu Khaldun berisi enam tema besar, yakni sejarah


masyarakat primitif dan pedesaan, bentuk-bentuk pemerintahan, peradaban
maju, faktor ekonomi yang mempengaruhi sejarah, tipe pengetahuan manusia
dan tipe-tipe budaya manusia. Kata kunci konsep gerak sejarah Ibnu Khaldun
adalah ‘asabiya.

133 Ibid, 13.


134 Ibid, 14.
135 Ibid, 14.

63
Asabiya merupakan kekerabatan satu kelompok yang dilatarbelakangi
kecenderungan dan perasaan yang sama. Kelompok ini tidak sendiri, ia berada
di samping kelompok yang lain. Masing-masing kelompok bersaing dan saling
mengalahkan. Kelompok yang menang ialah yang memegang kunci desa, kota
dan peradaban.

Pendapat sejarah Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia hidup dalam


Dunia dengan perubahan-perubahan peristiwa di dalamnya. Perubahan ini
mengarah kepada tujuan di akhir dalam garis lurus linear. Garis linear ini
dipahami sebagai progres atau keadaan terus meningkat ke arah
kesempurnaan. Ibnu Khaldun pada dasarnya banyak dikenal dengan teori
sejarah progresif linear ini. Ujung dari kesempurnaan ini adalah kebaikan yang
dikehendaki Tuhan.136

Meski sama-sama dipengaruhi keyakinan keagamaan, Ibnu Khaldun


berbeda dengan St. Agustinus. Perbedaan Ibnu Khaldun dengan St. Agustinus
adalah dari pilihan pengarusutamaan mana yang lebih dahulu, antara Dunia
Tuhan dan Dunia manusia. Bagi Ibnu Khaldun, manusia adalah kenyataan
induktif yang hidup dalam pengalaman-pengalaman keseharian. Pendekatan
sejarah seharusnya tidak didekati dengan pendekatan keagamaan terlebih
dahulu. Sebab agama akan menjadi determinasi di akhir keseluruhan gerak
sejarah. Agama adalah penyempurna sejarah.
L. Filsafat Sejarah Murtadha Muthahhari dan Ali Shariati

Ayatullah Murtadha Mutahhari lahir 2 Pebruari 1920 di Iran. Sejak masih


belajar di sekolah Mutahhari telah jatuh cinta pada studi filsafat, mistisisme
dan teologi. Ia belajar kepada Ayatullah Khomeini, Ayatullah Boroujerdi dan
dalam mayor filsafat, ia belajar

136 Rustam, Pengantar, 61.

64
kepaa Allamah Thabathabai.137 Dr. Mutahhari mencapai puncak karir
mengajarnya di Universitas Teheran di Fakultas teologi dan sains Islam dengan
subjek mata kuliah filsafat. Beliau wafat pada prosesi revolusi Iran melalui
konspirasi pembunuhan pada 1 Mei 1979.138

Karya Mutahhari yang terkenal adalah The Principles of Philosophy and the
Method of Realism (karya ini adalah syarah dari karya gurunya Allamah
Thabathabai), The Divine Justice, The System of Women’s Right in Islam, An Introduction
to the Islamic Sciences dan An Introduction to the Worldview of Islam. Secara umum,
karya-karya Mutahhari ini berisi kebutuhan untuk mengkomunikasikan
informasi Islam dan masyarakat Islam secara sistematis dan akurat kepada
dunia luar.139
Pandangan sejarah Muthahhari adalah sebagai berikut:
1. Teori Rasial.

Pendapat sejarah yang menyatakan bahwa perubahan dan gerak sejarah


dibuat oleh ras-ras tertentu. Ras-ras ini adalah komunitas manusia yang
memiliki kemampuan perubah dengan modal etos yang lebih baik
dibanding yang lain.

2. Teori Geografis.

Lingkungan fisik dan tempat di mana manusia tinggal dan berkembang


adalah faktor penting dalam setiap perubahan sejarah kebudayaan. Kondisi
geografis ini telah terbukti sebagai pemicu bangsa-bangsa besar dalam
sejarah Dunia.

137 Murtadha Muttahari, Mengenal Ilmu Kalam, terj. Ilyas Hasan (Jakarta:
Pustaka Zahra, 2002), 7.

138 Ayatullah
Murtadha Mutahhari, Islam and Religious Pluralism, terj. Sayyid
Sulayman Ali Hasan (Middlesex: The World Federation of KSIMC, 2006),
xxv.
139 Ibid, xxiv.

65
3. Teori Genius dan Kepahlawanan.

Ada anggapan yang menyatakan bahwa sejarah digerakkan oleh satu atau
dua individu sebagai tokoh sentralnya. Kisah heroisme adalah inti dari teori
sejarah ini. Banyak ditemukan dalam kisah masa lalu bahwa seseorang yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam hal spirit dan kognisinya
berhasil membawa dampak yang besar terhadap masyarakat sesudahnya.
Sebagai bukti, masyarakat modern adalah masyarakat yang hidup layak
berkat peran pemikir-pemikir besar seperi Muhammad SAW, Eisntein dan
seterusnya.

4. Teori Ekonomi.

Ekonomi adalah persoalan mempertahankan hidup. Teori sejarah ekonomi


meyakini bahwa yang menggerakkan sejarah adalah penyesuaian-
penyesuaian yang dibuat manusia dalam lembaga ekonomi. Pemikir yang
identik dengan teori ini adalah Karl Marx.

5. Teori Keagamaan.

Jika semua peristiwa sejarah diasalkan dari Tuhan dan agama, maka teori
sejarah seperti ini masuk dalam teori keagamaan. Teori ini menjelaskan
bahwa sudah ada informasi sejak jaman penciptaan akan asal, proses dan
akhir sejarah akan terjadi. Teori sejarah keagamaan banyak ditemui di
masyarakat yang masih memegang teguh agama sebagai panduan hidup.

6. Teori Alam.

66
Pandangan sejarah ini menganggap bahwa manusia hidup dengan bekal
tanggung jawab alamiah terhadap cita-citanya. Cita-cita yang dimaksud
adalah beban internal dalam setiap diri bahwa masyarakat harus
berkembang ke arah evolusi yang baik secara terus menerus. Bahwa semua
manusia bertanggung jawab kepada perubahan di lingkungannya.
Kesadaran-kesadaran yang terpatri dalam setiap manusia yang alamiah
inilah yang dimaksudkan dalam perubahan sejarah menurut teori alam. 140

Manusia menurut Mutahhari merupakan mahluk ciptaan yang paling


istimewa. Keistimewaannya muncul karena ia bisa mengatur masa depannya
tanpa harus selalu tergantung oleh lingkungannya. Manusia memiliki kekuatan
pendobrak yang ada di dalam dirinya sendiri, sedangkan mahluk selain
manusia hanya mampu menerima pengaruh dari luar.141

Posisi manusia dalam sejarah secara optimal bisa mencapai derajat


mempengaruhi jalan sejarah, meski secara penciptaan, manusia memiliki
kekuatan yang berbeda. Semua manusia istimewa dan berpotensi menciptakan
sejarahnya sendiri namun tidak semua manusia memiliki keistimewaan yang
sama. Tidak semua manusia mampu menjadi pelopor dalam penciptaan sejarah.

Ali Shariati dilahirkan di Mashhad 24 November 1933. Ia dilahirkan


dalam lingkungan keluarga yang agamis, taat dan terkemuka. Kakek dan
ayahnya dalah pemuka agama dan pengajar. Usia 8 tahun ia mulai belajar di
sekolah dasar. Saat di awal-awal masa belajarnya, Ali kecil terkenal tidak tidak
begitu giat dan

140 Ibid, 77.

141 Syafinuddin Al Mandari, Rumahku Sekolahku (Jakarta: Pustaka Zahra, 2004),


26.

67
penyendiri. Hari-harinya di kelas seringkali diisi dengan melamun dan
menatap keluar jendela.142

Ali memiliki beberapa perbedaan dibanding anak seusianya. Ia terlahir


cerdas dan brilian. Ia suka tidak mengerjakan PR dan tidak memperhatikan
pelajaran di sekolah, meski demikian ia sering belajar hingga larut malam atau
bahkan sampai pagi. Yang ia baca adalah buku-buku lain selain pelajaran
sekolah. Di sekolah menengah pertamanya, ia sudah membaca Les Miserables nya
Victor Hugo.

Di SMU, filsafat dan mistikisme telah menarik hatinya. Di masa itu ia


lebih tertarik belajar di rumah menghabiskan waktu di perpustakaan pribadi
ayahnya. Semakin lama Ali semakin dalam mencintai sastra, puisi dan
humaniora dalam kebersamaan di perpustakaan pribadinya. Di dalam dirinya
di awal masa kedewasaannya berkecamuk dialektika religiusitas, antara yang
saleh dan khusyu’ dengan yang ingkar dan melawan.

Setelah berdamai dengan diri dan keyakinannya, Ali berhasil menggubah


beberapa karya di antaranya adalah A History of the Development of Philosophy, The
Median School of Islam dan Abu Zar-e Ghifari. Ali Shariati menuangkan visi tentang
masa depan Islam di dalam karya Abu Zar. Karya ini menurutnya adalah simbol
penjagaan Islam dari pemiskinan dan degradasi. Di masa depan, di abad-abad
nilai dan kepahlawanan dicoba dihilangkan, maka tokoh seperti Abu Zar yang
akan menginspirasi manusia dalam hidup modern sekaligus berkeyakinan.143
Abu Zar adalah simbol tentang komitmen, kokoh, revolusioner, menghargai
persamaan,

142 Ali Rahnema, ed.all., Pioneers of Islamic Revival (London: Zed Books, 1994), 210.
143 Ibid, 219.

68
persaudaraan, keadilan juga kebebasan. Buku Ali Shariati yang terkenal lainnya
adalah Islamology atau Eslamshenasi.

Ali Shariati mendapat gelar Doktor dari Universitas bergengsi Perancis,


Universitas Sorbonne. Judul penelitian doktoralnya adalah History in Medieval
Islam atau sejarah Islam pertengahan. Menurut Shariati, Islam dan sejarahnya
berjalan profresif. Sejarah adalah proses perubahan terus menerus karena
tuntutan konteks dan kemajuan. Kemajuan ini adalah kondisi riil yang tidak
bisa dihindari. Yang bisa dilakukan manusia adalah menjalin komunikasi
dengan perubahan dan kemajuan. Islam sendiri menurutnya adalah
seperangkat alat aksi.144

Ada dua karakter sikap masyarakat muslim dalam melihat masa lalunya.
Pertama adalah mereka yang sudah berasimilasi dengan perubahan. Yang
sekarang berasimilasi dengan masa lalu atau yang muslim berasimilasi dengan
yang non-muslim. Asimilasi adalah faktor penting untuk menjembatani
perbedaan antar jaman atau antar peradaban. Sejarah progresif berisi proses
asimilasi dan transformasi nilai-nilai yang pada suatu situasi masyarakat
membutuhkannya.

Kedua, ada kalanya masyarakat muslim bersikukuh memegang teguh


ideal-ideal yang datang sepeninggal Nabi. Menurutnya hal ini adalah tuntutan
agama. Hanya saja, jadi mustahil bila masyarakat dengan ideal-idealnya tidak
hidup di konteks yang berubah. Dengan demikian, jalan keluarnya bisa
ditempuh dengan cara mengkomunikasikan ideal-ideal itu secara jamaah dan
bersama-sama sesuai kebutuhan masyarakat. Artinya, setiap masyarakat

144 Ibid, 219.

69
memiliki perbedaan dalam menerima kemajuan. Ada yang responsif dan cepat
adapula yang konservatif dan pelan-pelan.145

Meski sejarah berjalan progresif, dia menyatakan bahwa sejarah


dikendalikan manusia juga oleh ide-ide otentiknya. Setiap masyarakat
memiliki kegemilangan masa lalu tinggalan leluhur. Masyarakat berhak
mengidolakannya sebagai cita-cita yang akan diwujudkan di masa yang akan
datang. Ali Shariati mengatakan bahwa ideal-ideal ini boleh diperjuangkan
namun tidak akan berhasil kecuali dengan cara menjalin komunikasi
menyeluruh dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat.

Ali mengkritik para pejuang ekstrimis Islam yang kaku dan hanya
mengandalkan kekerasan. Menurutnya, mereka yang memahami masa lalu
akan memenangkan persaingan. Islam yang mula-mula dibawa Nabi juga
berdamai dengan beberapa hal sesuai konteks jamannya. Kegemilangan Islam
masa Nabi juga karena ia menggunakan warisan leluhur yang baik di masa pra-
Islam.146

Dia menegaskan, hanya mereka yang paham masa lalu saja yang akan
selamat dari pencarian kebenaran. Masa lalu adalah jawaban dari pertanyaan
tentang apa yang dibutuhkan masyarakat. Hanya mereka yang tahu apa
kebutuhan masyarakat saja yang akan mengendalikan takdirnya di masa yang
akan datang.147

Motif gerak sejarah keagamaan tidak bisa dilepaskan dari kebaikan dan
keburukan. Pertikaian antara yang baik dan yang buruk ini berarena di tengah
revolusi sosial.

145 Ibid, 219.


146 Ibid, 228.

147 Mir
Mohammad Ibrahim, Sociology of Religion; Perspectives of Ali Shariati
(New Delhi: Prentice-Hall, 2008), 219.

70
M. Filsafat Sejarah Dan Agama Islam

Secara umum, filsafat sejarah adalah filsafat yang membicarakan hakikat


sejarah. Filsafat yang mempertanyakan mengenai apa sejarah itu sebenarnya,
apa tujuannya, dari mana sejarah itu. Membicarakan hal-hal umum seperti
tentang fakta, sumber, kesaksian atau definisi kritisnya.

Di dalam sejarah keislaman, muslim memahami agamanya melalui dua


cara pandang. Melihat Islam secara normatif-tekstual dan secara historis-
substansial.148 Kedua cara pandang ini memudahkan muslim memposisikan
bagaimana ia harus tetap menatap masa depan di tengah gelombang perubahan
Dunia.

Di dalam sejarah filsafat sendiri, banyak gambaran tentang bagaimana


tokoh-tokoh filsafat memperlakuan sejarah. Ada yang memegangnya teguh
dengan pembelaan tapi juga ada yang melawannya dengan banyak kritik dan
pemojokan. Pada dasarnya, ketika digunakan untuk melihat sejarah, filsafat
tidak berkepentingan untuk membicarakan sikap dan pemikiran para tokoh-
tokohnya. Filsafat sejarah memiliki pakem sendiri dan pakem tersebut sudah
inheren dalam definisi filsafat itu sendiri yakni sebagai penggugah nilai
normatif atau kritik terstruktur.

Filsafat adalah penghasrat kebijaksanaan. Jika ukuran nilai


kebijaksanaan itu adalah perpaduan antara nilai benar, nilai baik dan nilai
indah, maka filsafat sejarah juga memakai ukuran-ukuran tersebut untuk
melihat Islam sebagai agama. Filsafat sejarah, dengan demikian, adalah
penelaahan kefilsafatan yang berusaha mendalami dasar kebenaran, dasar
kebaikan dan dasar keindahan atas sejarah

148 Masdar Hilmy dan Akh. Muzakki, Dinamika Baru Studi Islam (Surabaya:
Arkola,
2005), 111.

71
Islam yang signifikan bagi pembentukan nilai kebijaksanaan berikutnya.

Walhasil, sikap yang paling bijaksana adalah bagaimana sejarahwan


muslim memilih prioritasnya. Di dalam Filsafat sejarah, akan tentu tetap
menjadikan Islam sebagai prioritas utama dan filsafat sejarah pada prioritas
berikutnya. Filsafat tetap akan menjadi pelayan wahyu seperti para filsuf
kekristenan atau filsuf muslim di masa yang lalu.

Filsafat adalah perangkat yang baik untuk menjelaskan dasar-dasar


keagamaan Islam melalui sejarah kedatangannya. Spekulasi kebenaran
normatif yang dibawa oleh Islam bisa diperkuat dengan kajian historiografis
yang memadai. Mengerti ulang sumber dan fakta sejarah keagamaan secara
lebih baik dan terpercaya ini merupakan sumbangan tidak kecil sebuah disiplin
kefisafatan terhadap bangunan intelektual pemeluk keyakinan.

N. Filsafat Sejarah dan Aqidah Islamiyah

Aqidah Islamiyah adalah ikatan keyakinan yang sangat kuat (buhul) dan
tidak bisa diubah. Aqidah Islamiyah adalah dogma yang final bagi muslim.
pertanyaannya adalah, bagaimana filsafat sejarah beroperasi pada saat
menjadikan objek masa lalu yang memuat nilai-nilai Aqidah Islamiyah sebagai
objek materialnya?

Di Perguruan Tinggi Agama Islam, normativitas Aqidah Islam ada di atas


segalanya. PTAI didirikan bukan untuk menurunkan derajat Islam dari agama
wahyu (abrahamic religion) ke pada agama manusia (humanistic religion). PTAI
didirikan untuk mengembangkan agama dan elemen-elemen kebijaksanaan
yang ada di dalamnya agar terus lestari dan menjadi mercusuar yang mampu
mengatasi perubahan. Secara sederhana PTAI adalah kamp

72
pengetahuan manusia untuk mengabdikan keseluruh hidup dan
pengetahuannya demi keyakinan dan agamanya. Filsafat sejarah adalah salah
satu pintu masuk ke ruang utama misi keagamaan ini. Filsafat sejrah bertugas
melayani mengusahakan hal-hal yang dibutuhkan oleh dasar keyakinan
keaqidahan.
Filsafat sejarah berusaha menyediakan fakta masa lalu masyarakat
muslim secara benar. Benar dalam hal kehidupan keagamaan mereka dan benar
dalam hal keyakinan mereka. Kebenaran ini penting untuk memperteguh inti
keyakinan umat sekarang, selain juga untuk menemukan pola pencarian
kebenaran yang bisa dimanfaatkan bagi pengetahuan keagamaan dengan
problem kesekarangan.

O. Penutup

Filsafat adalah perangkat lunak pemikiran yang berhubungan dengan


pembahasan mengenai segala hal baik yang lunak maupun yang keras. Jika
sebelum era Yunani Kuno, pemikiran dan kebudayaan manusia dibuktikan
dengan keberhasilan pembangunan fisik dan kemampuan mengendalikan
alam, maka sejak di jaman Yunani Kuno, pemikiran diretas menjadi
pertanyaan-pertanyaan mendalam mengenai hakikat pembangunan dan
penguasaan itu sendiri.
Filsafat itu radikal, tidak mudah mengikut secara teknis tehadap
pengetahuan yang tengah berkembang. Filsafat itu tidak menyediakan jawaban
yang berakhir, justru mempersoalkan dasar dan prinsip jawaban-jawaban yang
telah ada. Filsafat adalah simbol peningkatan martabat dari hidup manusia
yang tidak melulu ditentukan oleh indikasi fisik, tetapi ditentukan oleh
pertimbangan

73
yang komperehensif dan holistik. Mendiskusikan seluruh aspek kehidupan
manusia secara integral dan tidak partial.

Berdasarkan sejarah penemuannya, filsafat adalah kunci untuk keluar


dari lingkaran kesibukan manusia yang teknis dan profesional. Filsafat sejak
pertama ada memang tidak diperuntukkan untuk kejayaan hidup di bidang
material, filsafat hanya digunakan sebagai penyempurna di dalam hidup, lahir
dan bathin. Filsafat bukan pengetahuan teknis untuk profesi tertentu tetapi
ialah pengetahuan bagi semua profesi. Tidak digunakan untuk mencari objek
langsung tetapi digunakan memperdalam subjek dan objek secara lebih dalam
dan diakronik. Filsafat itu cara menatap seekor elang ke semua daratan dari
sudut pandang angkasa.
DIKTAT atau buku pegangan perkuliah Filsafat Sejarah ini adalah media
pendukung yang diharapkan mampu mendorong setiap pelajar dan mahasiswa
jurusan Aqidah Filsafat untuk terus menemukan, memahami dan
memproduksi kebenaran sejarah melalui pengetahuan kefilsafatan. Tentu saja,
pengetahuan kefilsafatan yang diabdikan untuk kepentingan studi keislaman
terutama bidang keaqidahannya. Akhirnya, hanya Allah yang mampu
membukakan pintu hidayah di setiap akhir ikhtiar manusia. Semoga Allah
memberkati.

74

Anda mungkin juga menyukai