Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Oleh: Siswi Ratna Amelia Sari, Femmy Yuninda Br. Tarigan, Mahasiswa Fakultas
Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam IAIDU Asahan Kisaran.

Alhamdulilah segala puja dan puji marilah senantiasa kita ucapkan atas limpah rahmat
dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan yang di berikan kepada
kami.

Sholawat bersamaan dengan salam juga mari hadiahkan kepada baginda nabi kita
Muhammad SAW, semoga kita, orang tua kita, dan guru-guru kita mendapat syafaat Beliau di
Yumul Mahsyar kelak. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Ilmu sebagai hasil aktivitas manusia yang mengkaji berbagai hal, baik dari manusia
maupun realitas di luar dirinya, sedangkan pengetahuan adalah prose-proses mental atau proses-
proses psikologis yang bersifat subjektif. Eksistensi ilmu pengetahuan tidak lepas dari sejarah
perkembangan tidak lepas dari sejarah perkembangannya yang merupakan sebuah proses
panjang tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan itu sendiri. Pada setiap fase
perkembangan ilmu pengetahuan muncul sesuatu yang baru dan memiliki karakteristik di setiap
masanya. Karakteristik tersebut adalah hasil dari sebuah pengumpulan budaya yang terjadi dalam
dinamika social. Tentu hal itu tidak bias lepas dari berbagai pengaruh social, budaya, dan politik
yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Dengan demikian
perkembangan ilmu pengetahuan dapat di periodesasikan sesuai dengan dinamika yang ada yaitu
periode Yunani Kuno, periode islam, periode renaisans dan modern dan periode konteporer.

Adapun tujuan utama penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Ilmu semester genap, dan judul penulisan kami adalah “Pengetahuan Filsafat”.

Kami ucapkan terima kasih ucapkan terima kasih kepada bapak Suhardi selaku dosen
pembimbing, dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah dari awal
hingga selesai. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, dan kami juga
sangat mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk bahan pertimbangan perbaikan
penulisan.

Setiap periode sejarah perkembangan ilmu pengetahuan memiliki cirri khas atau karakteristik
tertentu. Tetapi dalam pembagian priode perkembangan ilmu pengetahuan ada perbedaan dalam
berbagai literature yang ada. Kalau pengetahuan lahir sejak manusia pertama diciptakan, maka
perkembangannya sejak jaman purba. Dari hal tersebut diketahui bahwa proses berfikir manusia
menuntut mereka untuk menemukan sebuah metode belajar dari pengalaman dan memunculkan
keinginan untuk menyusun sesuatu hal secara empiris, serta dapat diukur. Dalam sejarah mencatat
bangsa Yunanilah yang pertama diakui oleh dunia sebagai perintis terbentuknya ilmu karena telah
berhasil menyusunnya secara sistematis. Implikasi dari hal tersebut manusia akan mencoba
merumuskan semua hal termasuk asal-muasal mitos-mitos karena mereka menyadari bahwa hal
tersebut dapat dijelaskan asal-usulnya dan kondisi sebenarnya. Sehingga sesuatu hal yang tidak jelas
yang hanya berupa tahu atau pengetahuan dapat dibuktikan kebenarannya dan dapat
dipertanggungjawabkan pada saat itu. Dari sinilah awal kemenangan ilmu pengetahuan atas mitos-
mitos, dan kepercayaan tradisional yang berlaku di masyarakat. Secara garis besar, Amsal Bakhtir
membagi periodeisasi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman
Yunani kuno, pada aman islam, pada zaman renaisn dan modern, dan pada zaman konteporer sebagai
berikut (Asmal Bakhtiar.2013:21-27):

Periode Yunani Kuno

Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memiliki peradaban. Periode
Yunani kuno merupakan sebuah awal dari perkembangan ilmu pengetahuan modern seperti saat ini,
yang paling ekstensi dalam perkembangan ilmu pada era ini adalah filsafat. Oleh karenanya, Yunani
kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Zaman Yunani kuno
dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa itu orang memiliki kebebasan
mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya. Bangsa Yunani tidak menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap senang menganalisa atau mempelajari sesuatu secara kritis. Padahal filsafat
dalam pengertian sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan
mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi
perkembangan ilmu pengetahun pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu
aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya hingga sekarang(Bertrand Russell, 2004: 4).

Seiring dengan perkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir oleh
bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga berkembang pada generasi-generasi
setelahnya. Itu ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga
sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki
eradaban baru umat manusia. Zaman ini berlangsung pada abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M.
Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu
secara kritis), dan tidak menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap
meneriam segitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai
puncak kejayaannya attau zaman keemasannya. Hal menarik sekaligus menjadi hal terpenting dalam
pengkajian sejarah perkembangan filsafat ilmu adalah proses alterasi yang dijadikan sebagai titik tolak
cara pandang terhadap realitas. Pada masa di mana filsafat belum hadir manusia lebih menggunakan
mitos sebagai alat untuk memahami realitas soaial dan realitas alam. Pada masyarakat Yunani kuno,
tempat di mana filsafat Barat lahir untuk kali pertama , mitos juga sedemikian rupa mengitari napas
kehidupan mereka sebagaimana terdapat pada masyarakat lain.

Di dalam dunia filsafat Barat terdapat beberapa nama yang setidaknya dianggap sebagai tokoh
generasi pertama filsafat seperti Thales, Anaximandros, Heraklitos, Permenides, dan Phytagoras.
Generasi berikutnya di kemudian adalah Socrates, Plato, dan Aristoteles. Tiga nama ini merupakan
nama besar yang sangat berpengaruh dalam dunia filsafat. Pemikirannya banyak di daur ulang dalam
bentuk tulisan-tulisan ynag dipublikasikan dengan berbagai bentuk penafsiran. Penamaan Thales
sebagai seorang filsuf pertma juga ditemui dalam karya Socrates. Boleh dikatakan melalui mereka
benih pengalaman modern mendapati titik kulminasi sebagaimana ilmu dan teknologi yang
berkembang begitu pesat pada saat ini.
Pasca-ketiga tokoh tersebut, yaitu Socrates, Plato, dan Aristoteles, ada banyak bermunculan
filsuf yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan sebagai mana di abad ke-18 M dan ke-20
M, salah satunya adalah Heidegger, Immanuel Kant dan Rene Descartes. Beberapa nama ini juga
memiliki pengaruh besar dalam filsafat dan ilmu pengetahuan. Ketika berbicara tentang alur sejarah
filsafat dan ilmu tidak afdal kiranya jika mereka-mereka tidak diperbincangkan. Sebab, dari mereka
“benih-benih” pengetahuan modern bertitik tolak dan menjadi lebih kaya.

Pengkajian sejarah di mana awal mula sandaran akal dijadikan alat dalam memahami fenomena
setidaknya dapat ditelusuri pada kumparan sejarah klasik filsafat, yang oleh Aristoteles, disebut Theles
sebagai orang pertama ynag mengajukan pertanyaan mengenai hakikat alam secara rasional. Thales
sebagai seorang pemula menjelaskan fenomena alam dengan tidak merujuk pada mitos mendapat
pengaruh yang begitu besar bahkan didikuti oleh filsuf yang hadir dikemudian. Sandaran pada rasio
dianggap menjadi titik tolak kebangkitan dalam bentuk wajah baru dunia ilmu pengetahuan.

Periode filsafat Yunani memang merupakan periode yang sangat penting dalam sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan karena periode ini dianggap sebagai titik tolak adanya traspormasi car
berfikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pemikiran mitosentris adalah cara berfikir
masyarakat yang bersandar pada mitos untyuk menjelaskan segala fenomena. Namun saat filsafat
dikenalkan, apa yang terjadi sebagai fenomena alam, tidak lagi dianggap sebagai aktifitas dewa
melainkan prosesi alam yang terjadi secar kausalitas. Transfoemasi tersebut bersamaan di saat Thales
berhasil mengembangkan geometrid an matematika. Likipos dan Democritos mengembangkan teori
materi, Hipocrates mengembangkan ilmu kedokteran, Euclid mengembangkan geometri edukatif,
Scorates mengembangkan teori tentang ide (Bakhtiar, 2004:30).

Para filsuf seperti Thales, Anaximandros beserta filsuf lainnya yang muncul sebelum masa pra-
socratik, kecenderungan mengawali gagasan mereka dengan “ rasa heran” mengenai proses
kemenjadiaan (becoming). Suatu proses diamana semua nyang ada didunia berada dalam kondisi
berubah dan mengalami perubahan. Thales memandang bahwa yang menjadi kodrat atau prinsip
segalanya dialam semesta ini adalah air. Ia semacam melogoskan munculnya alam semesta dengan
membuat sebuah postulat bahwa air adalah phusis segala hal. Bahkan secara lebih ekstrim, Thales
menyebutkan dunia ini mengambang diatas air. Pandangan ini mungkin bertolak dari serangkaian logis
bahwa semua makhluk hidup mengandung unsure lembab, yakni mengandung air.

Air sebagai kodrat, tampaknya tidak sejalan dengan apa yang dipikirkan Anaximandros. Bagi
Anaximandros unsure dari segala sesuatu yang mendasari semesta ini bukan berasal dari unsur material
seperti api, tanah dan udara. Unsure material memiliki prinsip yang terbatas, sehingga manakalah ke
semua unsure tersebut berproses maka akan bias menjadi habis. Maka selayaknya ada prinsip lain yang
disebut dengan aperon (sesuatu yang tidak terbatas) yang menjadi landasan asal-usul dari mana
munculnya air, api, tanah, dan udar berproses untuk menjadi (becoming). Anaximandros berkeyakinan
bahwa semesta dunia ini bukan satu-satunya alam semsta. Dari ketidaterbatasan itu pula muncul segala
sesuatu. Dan sesuatu itu muncul berdasarkan pada tatanan waktunya masing-masing sehingga asas
keteraturan didalamnya menjadi niscaya. Prinsi yang mendasari segala sesuatu yang ada di semsta ini
adalah sesuatu yang tidak terbatas.
Tafsiran atas inti alam semesta juga di dapati dalam pikiran-pikiran Pythagoras yang
menyatakan bahwa hakikat alam semesta adalah bilangan, Herakleitos menyebutkan hakikat alam
semsta adalah api, dan Demokritos menyebutkan dari segala sesuatu adalah atom dan Xenopanos
menggambarkan bahwa inti dari segala Sesutu adalah Tuhan.

Socrates; “Kebijaksanaan Yang Membunuh”

Salah satu figure terpenting dalam tradisi fisafat Barat, dan sekaligus sebagai generasi pertama
dari tiga filsuf besar Yunani adalah Socrates. Ia merupakan guru dari Plato. Ibunya bernama
Phainarete, yang memiliki profesi sebagai seorang bidan. Bertolak dari kebidanan ini, Socrates
nanatinya menanamkan metode filsafat yang digagasannya dengan metode “kebidanan”. Ia terispirasi
dari ibunya. Selama hidup, Socrates tidak pernah meninggalkan bentuk karya tulis apa pun. Sumber-
sember utama pemikiran Socrates hanya di dapati dan berasal dari tulisan dan catatan Plato sebagai
muridnya. Catatan itu digambarkan melalui penggambaran Socrates dalam dialog-dialog yang di tulis
oleh Plato.

Ia selalu mengejar defenisi absolute mengenai suatu masalah kepada mereka-mereka yang di
sebut bijak. Kendati orang yang di ajukan petanyaan olehnya senantiasa gagal memberikan definisi
yang memadai mengenai “yang absolute” tersebut. Metode seperti inilah yang dia sebut sabagai “
metode kebidanan” dalam berfilsafat. Sebuah istilah yang terispirasi dari prifesi ibunya. Secara umum
Socrates mengklasifikasi ilmu menjadi tiga bahagian yaitu voyesis, praktis dan teoretis.
(Wibowo,2016:36). Pertama Voyesis. Istilah ini dalam perkataan lain disebuuut dengan technical
knowledge, ilmu yang bersifat praktis, ilmu yang ditujukan untuk memproduksi sesuatu di mana
hasilnya bersifat jelas dan konkret seperti produksi benda atau material lain. Sifat dari tipe ini
menekankan bahwa wacana kebenaran tidak dianggap penting. Kedua Praksis Ilmu yang berkenaan
dengan tindakan manusia, di mana fokusnya bukan lagi memproduksi sesuatu sebagaimana voyesis
atau benda konkret, melainkan berkenaan dengan tindakan manusia. Ilmu ini disebut juga dengan
ethical and political knowledge, pengetahuan mengenai etika dan politik, dimana penekanannya adalah
relasi di antara manusia. Tujuan tindakan praksis terdapat di dalam tindakan itu sendiri, dalam arti
bukan memproduksi sesuatu yang berada di luar diri manusia sebagaimana produksi barang. Kebenaran
dalam tipe ilmu praksis cenderung bersifat tidak jelas, samar-samar, atau abu-abu. Ketiga Teoretis Ilmu
teoretis, bersifat abstrak dan filosofis. Dalam kelamjutannya tipe ini dibedakan lagi menjadi tiga
bagian, yaitu, pertama fisika membahs tentang benda-benda indrawi. Kedua, matematika membahas
mengenai benda-benda indrawi akan tetapi, menekankan pada aspek kuantitasnya atau angka-angka.
Keyiga, metafisika atau teologi atau filsafat itu sendiri.pada tataran ini, akan mengkaji mengenai apa itu
forma, apa itu substansi, dan hal-hal yang bersifat filosofis. Sifat dari tipe ini menekankan bahwa
wacana kebenaran merupakan hak yang sangat penting.

Socrates kemudian harus membayar mahal atas rasa sakit htai yang tercipta tersebut dengan
kematian. Ia divonis melalui peradilan atas dasar tuduhan merusak dan meracuni pikiran generasi
muda. Dalam karya Plato ditekankan bahwa tuduhan yang dinisbahkan pada Socrates sebenarnya dapat
dengan mudah ia patahkan melalui pembelaan. Ia juga dapat melarikan diri dari penjara dengan bantuan
sahabatnya. Akan tetapi, ia menolak menunjukkan kepatuhan pada perjanjian yang sudah dijalani atas
hokum di Athena. Socrates pada akhirnya meninggal dengan cara meminum racun sesuai keputusan
pengadilan, melalui voting. Kematian Socrates menggambarkan sebaghai sebuah ketidakadilan
peradilan dan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah ( Amsal Bakhtiar: 30)

Plato: “Dua Dunia”

Plato lahir di Athena dan juga meninggal disana, 427-347 SM. Secara geneologi ia berasal dari
sebuah keluarga bangsawan. Sebagai seorang, Plato ahli di banyak bidang terutama matematika. Ia juga
penulis Philosophical Dialogues dan pendiri akademik Platonik di Athena yang kelak menjadi sekolah
tinggi pertama di dunia Barat.pemikiran Plato banyak dipengaruhi oleh Socrates karenma ia belajar
pada Socrates. Pasca kematian Socrates di pengadilan Athena, Plato melakukan pengembaraan untuk
mencari makna kebijaksanaa. Selama du belas tahun dalam pengembaraan dari mulai daerah Yunani,
lalu ke Kyreni daerah Afrika Utara, Mesir, ke daerah Sisilia, dan terakhir ia kembali ke Athena. Di
Athena, Plato mendirikan “Akademik” sebuah sekolah yang dapat dijadikan sebagai wadah bagi oaring
yang berkeinginan untuyk belajar seperti ilmu etika, matematika, dan logikasetelah kepulangannya dari
pengembaraan. Di Akademik Plati bertemu dengan Aristoteles yang menjadi salah seorang muridnya.

Gagasan utama Plato adalah dunia tentang “ide”. Ia mendefinisikan “ide” sebagai suatu prinsip
objektif, terlepas dari subjek yang berfikir. Semua yang ada dan menjadi realitas nyata pada dasarnya
ada di alam ide,tedak tergantung pada pemikiran. Sebaliknya, pemikiranlah yang tergantung pad aide-
ide. Oleh karena ada ide yang sifatnya berdiri sendiri tersebut, maka pemikiran kita kemudian menjadi
mungkin atau dimungkinkan. Ide tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Ide tergantung pada
pemnikiran manusia melainkan pikiran manusia yang bergabtung pada ide. Ide adalah awal dari apa
yang disebut dengan realitas, non-materia, abadi dan sifatnya tidak berubah. Ide sudaah ada dan berdiri
sendiri di luar pemikiran manusia.

Metode pengetahuan Plato berangkat dari metode ilmu kebidanan. Metode ini dirujuk dari
Socrates. Socrates sebagaimana cirri khas filsafatnya membawa orang menjadi tahu atau ke
pengetahuan melalui sebuah metode kebidanan. Plato berkeyakinan bahwa apa yang disebut dengan
pengetahuan senantiasa sudah ada terendap dala diri seseorang. Akan tetapi, apakah pengetahuan
terlahir atau tidak tergantung pada orangnya. Pengetahuan bagi Plato tidak dapat ditrasfer. Pengetahuan
hanya terlahir dari dalam diri sendiri. Atau dalam perkataan lain disebut dengan eksteroriasi apa yang
interior. Dalam arti, pengetahuan bertitik tolak dari sesuatu yang sensible, dari apa yang ada, dan dari
berbagai macam contoh melalui dialogis, dan kemudian beranjak ke tingkat yang lebih tinggi kepda
pengetahuan\-pengetahuan yang intengible. Penetahuan yang intangible hanya dimungkinkan jika
adanya daya untuk mengetahui yang berada di dalam diri manusia. Pengetahuan bertitik tolak dari liar
atau apa yang disebut dengan sensible, akan tetapipada akhirnya pengetahuan sejati adalah merupakan
eksteriorisasi dari apa yang sudah ada dari dalam diri sendiri yang ibjek-objeknya adalah ide. “ Apa
yang anad ketahui adalah apa yang anad pelajari sendiri denagn susah payah yang dengan itu
membentuk sebuah keyakianna untuk kemudian menjadi pengetahuan”.

Aristoteles: “Hasrat Berfilosofis”


Bagi Aristiteles filsafat merupakan ilmu atau pengetahuan yang meliputi kebenaran seperti ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika. Ia juga terkenal sebagai bapak logika,
yaitu logika formal. Bertolak dari sini ia menekankan pada fakta yang spesifik da;lam pengetahuan dan
yang umum universal. Dalam logika ini dimulai dari gejala pertikuran menuju sebuah konklusi yang
bersifat universal. Dalam perkataan lain logika yang bertitik tolak dari induksi menuju generalisasi.

Kajian filosofi Aristoteles,lebih lanjut, dapat dimaknai dari salah satu teori metafisika yang
menyatakan bahwa metter dan form memberikan subtansi sesuatu, sementara from memberikan
“pembungkus” nya. Setiap objek terdiri atas metter dan from.gagasan ini berbeda secara kontras dengan
dualism Plato yang memisahkan metter dan from. Bagi Plato metter dan from berbeda pada sisi sendiri-
sendiri. Ia juga berpendapat bahwa metter itu potensial dan from itu akualitas. Namun ada substansi
yang murni from tanpa potentiality. Substansi tanpa metter tersebut adalah Tuhan. Aristoteles percaya
adanya tuhan. Bukti adanya tuhan menurutnya adalah tuhan sebagai penyebab gerak (a first cause of
motion). Tuhan menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia juga berhubungan dengan
alam. Ia bukan persona, ia tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Ia adalah kesempurnaan
tertinggi, dan kita sebagai manusia pada dasarnya mencontoh kearah sana untuk perbuatan dan pikiran-
pikiran kita.

Aristoteles juga menolak pandangan Plato tentang ide yang baik, bahwa hidup yang baik dapat
tercapai melalui kontemplasi yakni penyatuan dengan ide yang baik tersebut. Menurut Aristoteles,
paham yang baik itu sedikit pun tidak membantu seorang pekerja untuk mengetahui bagaimana ia harus
bekerja dengan bai. Atau, seorang negarawan untuk mengetahui bagaimana ia harus memimpin Negara.
Apa yang membuat kehidupan manusia menjadi l;lebih baik dan bermutu harus dicari dari realitas
manusia itu sendiri. Dalam bahasanya, ia mengatakan bahwa setiap benda tersusun dari hule dan morfe,
yang kemudian terkenal dengan teori hulemorfistik. Hule adalah dasar dari hal yang “bermacam-
macam”. Karena hule nya maka suatu benda adalah benda itu sendiri.

Periode Islam

Tidak terbantahkan bahwa Islam sesungguhnya adalah ajaran yang sangat cinta terhadap ilmu
pengetahuan, hal ini sudah terlihat dari pesan yang terkandung dala al-Qur’an yang diwahyukan
pertama kali kepada Nabi Muhammad saw, yaitu surat al-Alaq dengan diawali kata perintah iqra berarti
(bacalah). Gairah intelektualitas di dunia Islam ini berkembang pada saat Eropa dan Barat mengalami
titik kegelapan. Sebagimana dikatakan oleh Josep Schumpeter dalam buku magnum opusnya yang
menyatakan adanya great gap dalam sejarah pemikiran ekinomi selama 500 tahun, yaitu masa yang
dikenal sebagai darkages. Masa kegelapan Barat itu sebenarnay merupakan masa kegemilangan umat
Islam, suatu hal yang berusaha disembunyikan oleh Barat karena pemikiran ekonomi Muslim pada
masa inilah yang kemudian banyak dicuri oleh para ekonom Barat.(Joseph A, 1954: 282)

Pada saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman pertenmgahan lebih berkutat pada isu-isu
keagamaan maka peradaban dunia Islam melakukan penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya
filosofis Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmu lainnya (Rizal Mustansyir, 2002:128). Sekitar
abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu pengetahuan berada di pangkuan peradaban Islam. Dalam
lapangan kedokteran muncul nama-nama terkenal sperti: Al-Hawi karya al-Razi (850-925) merupakan
sebuah ensiklopedi mengenai ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas mengarang suatu Encylopedia
ilmu kedokteran di Eropa. Al-Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun buku Aljabar
pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar beberapa abad di Eropa. Ia juga menulis perhitungan
biasa yang menjadi pembuka jalan penggunakan cara decimal di Eropa untuk menggantikan tulisan
Romawi. Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filsuf yang menterjemahkan dabn mengomentari karya-
karya Aristoteles.

Menurut Betrand Russell Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen dari pada filsafat
Islam. Dalam filsafat Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangt besar, bukan hanya terhadap
para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikian-pemikiran bebas non-profesioanal, yang
menentang keabadian dan disebut Averriorists. Di kalangan filosof professional, para pengagumnya
pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan dan di Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd
inilah yang mengilhamkan orang Barat pada abad pertengahan dan mulai membangun kembali
peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman
penserahan atau renaisans.

Masa Renaisans dan Modern

Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah ini untuk
menunjukan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di
Itali sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menetukan garis batas yang jelas antara abad
pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa zaman
modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans (Amsal Bakhtir: 50).

Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad
kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan
kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu
himanisme, individualism, sekulerisme, empirisme dan rasionalisme. Sains berkembang karena
semangat dan hasil empirisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat humanism.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu
menimbulkan gerakan kebangkitan kembali pusaka Yunani di Eropa pada abad ke-14 M.
Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang
dipelajari dan kemudian deterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.walaupun Islamakhirnya terusir
dari negeri Spanyol dengancara yang sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting
di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani Klasik pada abad ke-14
M, rasionalisme pada abad k eke-17 M, dan penserahan pada abad ke-18 M (K.Bertens, 1986: 32).

Periode Konteporer

Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini ditandai
dengan adanya teknologi-teknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang semakin tajam dan
mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menepati kedudukan paling tinggi dan banyak dibicarakan
oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu dann teknologi di abad 21 merupakan hail penemuan
mutakhir di abad 20. Pada zaman ini, ilmuan yang menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan.
Fisikawan yang terkenal pada abad ke-20 adalah Albert Einstein. Albert Einstein adalah seorang ilmuan
fisiak. Dia mengemukakan teori relavitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembang mekanika
kuantum, mekanika statistic, dan kosmologi. (Surajiyo, 2014:89)

Selain kimia dan fisika, teknologi komunikasi dan informasi berkembang pesat pada zaman ini.
Sebagai penemuan yang mengubah warna dunia, yaitu: Listrik, Elektronik (transistor dan IC), Robotika
(mesin produksi dan mesin pertanian), TV dan Radio, Teknologi Nuklir, Mesin Transportasi,
Komputer, Internet, Pesawat Terbang, Telepon dan Seluler, Rekayasa Pertanian dan DNA,
Perminyakan, Teknologi Luar Angkasa, AC dan Kulkas, Rekayasa Material, TeknologiKesehatan, dan
Fotografi. Kini, penemuan terbaru di bidanng Teknologi telah muncul kembali. Sumber lain telah
memberikan penemuan “Memristor”. Ini merupakan penemuan Leon Chua, professor teknik elektro
dan ilmu computer di University of California Berkeley. Keberhasilan itu menghidupkan kembali
mimpi untuk bias mempertahankan informasi bahkan ketika power-nya mati, sehingga tidak perlu ada
jeda waktu untuk komputer untuk boot up, misalnya, ketika dinyalakan kembali dari kondisi mati. Hal
ini digambarkan seperti menyala-mematikan lampu listrik, ke depan computer juga seperti itu (bisa
dihidupkan-matikan dengan sangat mudah dan cepat). (Jadiwijaya, 2014: 287).

Pengertian Pengetahuan

Ada beberapa filsuf dengan aliran pemikiran masing-masing:

Pertama, Rene Descartes, Spinoza, dan Leibniz. Mereka pengusung aliran rasionalisme,yang
berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber dari akal dan akalah yang mampu menangkap ide
tentang semesta secara jernih dan gamblang.

Kedua, David Hume, John Locke,dan Berkeley. Mereka pengusung aliran empirisme, yang
menekankan pengalaman sebai sumber pengetahuan, ide-ide tak ada yang bersifat bawaan,benak
manusia seperti kertas putih yang menunggu untuk di isi pengetahuan yang berasal dari pengalaman.

Ketiga, Imanuel Kant, pelopor aliran kritisisme, sebuah aliran filsafat yang pada dasarnya
adalah kritik terhadap rasionalisme maupun empirisme yang dianggap terlalu ekstrim dalam mengklim
sumber pengetahuan manusia.

Keempat, Hegel, Fichte dan Schelling.mereka mengusung aliran idealisme, yang berpendiriaan
bahwa pengetahuan adalh proses-proses mental atau proses-proses pisikologis yang bersifat subjektif.

Kelima,nietsche,bergson,dan schopenhouer.mereka mengusung aliran fitalisme,yang memandang hidup


tidak dapat sepenuhnya dijelaskan secara fisika

Ilmu pengetahuan yang memiliki kehendak dasar untuk menentukan kebeneran yang bisa
menjadikan sebagai pedoman. Kehendak dasar tersebut meletakkan susunan kerangka agar ilmu
pengetahuan diperoleh melalui prosedur dan prinsip yang ketat sebagaimana tertuang dalam sketsa
gagasan politifisme,dimana kebenaran harus dapat diukur dan dibuiktikan secara empiris.
Pengertian Filsafat

Beberapa pengertian filsafat menurut para ahli:

Pertama, Plato (427 SM – 348 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang asli”.

Kedua, Aristoteles (382 SM – 322 SM) “Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi,
politik dan estetiika”.

Ketiga, Al-Farabi (870 M – 950 M ) “Filsafat ialah ilmu pengetahuan tentang alam maujud
bagaimana hakekat yang sebenarnya”.

Keempat, Descartes (1590 M – 1650 M ) “Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana
tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelid.ikan”

Filasafat dapat didefinisikan segala upaya mencari atau memperoleh jawaban dari berbagai
pertanyaan lewat penalaran sistematis yang kritis, radikal, refleksi, dan integral. Filsafat
membedakan dirinya dari ilmu pengetahuan dengan pendekatanya yang integral, dalam arti bahwa
filsafat tidak mengkaji semesta dari satu sisi saja, tapi secara menyeluruh. Filsafat selalu
menggunakan daya kritisnya untuk mengkaji objeknya, ia tidak pernah berheni pada penampakan,
asumsi, dogmatism, tapi terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan demi mencapai hakikat.

Filsafat merupakan ilmu pengeahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada, secara
mendalam, dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Setiap kegiatan perenungan yang
mendasar, secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya.

Menurut saya Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang mengkajji tentang seluruh alam yang
mendasar dan mendalam secara sistematis dan kritis.

Oleh karena itu, tujuan filsafat adalah untuk mencari kebenaran yang menyeluruh dan hakiki,
maka objek formanya berupa penalaran sistematis yang kritis, Radikal, refleksi dan integral,
sedangkan objek materinya berupa universum: manusia (subjek) yang didudukan dalam konteks
paling luas.

Ciri-ciri pengetahuan

Beberapa ciri umum pada ilmu pengetahuan diantaranya adalah: pertama Bersifat akumulatif,
artinya ilmu adalah “milik bersama”. Hasil dari ilmu pada masa lampau pada dasarnya dapat digunakan
sebagai bahan penyelidikan atau dasar teori bagi penemuan ilmu yang baru. Dalam hal ini terjadi siklus
yang bersifat dialegtif, dimana suatu tesis menghasilkan antitesis, untuk kemudian membentuk sebuah
sintesis. Kedua Kebenaran ilmu bersifat tidak mutlak. Dalam arti masih terdapat kemungkinan untuk
terjadi kekliruan dan memungkinkan adanya perbaikan. Ketiga Bersifat objektif, artinya hasil dari
ilmu tidak boleh tercampur pemahaman secara pribadi, tidak dipengaruhi oleh penemunya, melainkan
harus sesuai dengan fakta keadaan asli benda tersebut.

Beberapa ciri filsafat dapat dikemukakan sebagaimana terlihat dibawah ini:


Pertama Menyeluruh (universal), filsafat mencakup pemikiran dan pengkajian yang luas, tidak
membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari pandangan tertentu. Kedua Mendasar, filsafat
merupakan suatu kajian yang mendasar (radikal), mendetail, sampai kepada hasil esensial, dapat
dijadikan sebagai bahan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan Ketiga Spekulatif, berfikir
apa saja tanpa ada ”tabu”, menerawang tanpa baerspekulasi, anything goes, dimana dengan
berspekulasi tersebut akan menghasilkan suatu bentuk pengetahuan baru yang bermakna. Keempat
Bersifat konseptual, dalam arti memuat hasil dari generalisai dan abstraksi atas pengalaman
manusia. Kelima Koheren dan konsisten, yakni menekankan asas kesesuaian dengan kaidah-kaidah
berfikir logis. Keenam Konferehensif, artinya mencakup atau menyeluruh, berfikir secara filsafat
merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. Ketujuh Bertanggung
jawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir sekaligus bertanggung jawab
terhadap hasil pemikirannya,paling tidak pada hati nuraninya. Kedelapan Sistematis, yakni berupa
uaraian kefilsafatan mempunyai hubungan secara teratur dan terkadung adanya maksud atau tujuan
tertentu.

Cara Mengembangkan Pengetahuan

Terkait dengan peranan filsafat ilmu sebagai landasan pengembangan ilmu pendidikan maka
tidak lepas dari induk ketelahannya yaitu ontologi.ontologi berkaitan tentang apa objek yang
ditelaah ilmu pendidikan,dalam kajian ini mencakup ,masalah erealitas pendidikan dan
kenampakannya. Realitas adalah apa yang nyata atau ada eksistensinya, sedangkan kenampakan
adalah yang nampaknya nyata. Juga bagaimana hubungan kedua hal tersebut dengan
subjek/manuasia. Epistemologi dipandang identik dengan teori pengetahuan. Pada saat sekarang
teori pengetahuan tidak mungkin diabaikan. Epistemologi ilmu pendidikan berkaitan dengan
bagaimana proses diperolehnya ilmu pendidikan, bagaimana prosedurnya untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah. Axiologi berkaitan dengan apa manfaat ilmu pendidikan, bagaimana hubungan
etika dengan ilmu, serta bagaimana mengaplikasikan ilmu pendidikan dalam kehidupan. Ruang
lingkup telaah filsafat ilmu sebagaimana diungkapkan di atas didalam nya sebenarnya menunjukkan
hal-hal yang di kaji didalam filsafat ilmu. Masalah-masalah dalam filsafat ilmu pada dasarnya
menunjukkan topik-topik kajian yang dapat masuk ke dalam salah satu lingkup filsafat ilmu
pendidikan.
Daftar pustaka

Welhendri Azwar Muliono.2019.filsafat ilmu cara mudah memahami filsafat ilmu.jakarta:KENCANA

Plato. 1991. SOFIS. Yogyakarta: BASABASI

K. Bertens. 1986. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

W. Montgomery Watt. 1997. Islam dan Perdaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad
Pertengahan. Jakarta: Granmedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai