Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejarah filsafat merupakan metode yang terkenal dan banyak digunakan
orang dalam mempelajari filsafat, bahkan merupakan metode yang sangat penting
dalam belajar berfilsafat. Mengapa sejarah dianggap sebagai suatu metode dalam
mempelajari filsafat dan belajar berfilsafat? Untuk menjawabnya kita perlu melihat
sejarah sebagai suatu urutan kejadian yang saling berhubungan atau memiliki
hubungan sebab akibat sehingga suatu kejadian tidak terjadi begitu saja dan diartikan
sebagai fenomena yang berdiri sendiri. Hal yang terpenting bukan mengingat urutan
kejadiannya, melainkan makna dibalik urutan kejadian pemikiran tersebut. Demikian
pula halnya pada saat kita melihat dan mempersepsikan kejadian-kejadian dalam
sejarah filsafat.
Pada saat kita mempelajari filsafat melalui sejarah filsafat, berarti bahwa
dengan dasar kategori waktu, kita mempermasalahkan segala hal mengenai
pemikiran filsafati secara kronologis. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan
pemikiran filsafati tersebut, antara lain membahas secara terperinci permasalahanya,
cara membahasnya, tempat kejadian dan lingkungan sosial budayanya serta
hubungan bahasan suatu waktu dengan waktu lainnya.
Sampai saat ini, kita belum dapat mengetahui kapan sebenarnya filsafat mulai
muncul. Pada 60.000 tahun yang laluy atau abad ke 600 SM, manusia pertama, yaitu
Nabi Adam dan Siti Hawa mulai menginjakkan kakinya di bumi dengan tugas
sebagai wakil Tuhan di bumi dan memelihara alam semesta. Merekalah orang
pertama yang percaya dan yakin, bahwa Tuhan YME memberi mereka alat atau
senjata berupa akal termasuk kalbu. Dengan akalnya, manusia akan berpikir dan
menempuh kehidupannya di muka bumi. Oleh karena itu bersamaan dengan adanya
manusia maka pemikiran filsafat pun ada. Artinya bahwa berfilsafat merupakan ciri
manusia sejak 600 abad SM, bukan abad 6 SM.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana lahirnya filsafat di Yunani?
b. Bagaimana periodesasi filsafat barat dari masa ke masa?
1.3. Tujuan
a. Untuk menjelaskan lahirnya filsafat di Yunani.
b. Untuk mengetahui periodesasi filsafat barat dari masa ke masa.
1

1.4. Manfaat.
a. Mahasiswa
1. Untuk semakin mempertegas dan memperdalam pengetahuan tentang filsafat
ilmu.
2. Melatih diri dalam melakukan penelitian, pengkajian dan pengambilan
kesimpulan terhadap suatu hal.
3. Menjadi acuan motivasi untuk lebih kritis terhadap ilmu pengetahuan
b. Umum
1. Dapat memahami dengan suatu lampiran perkembangan sejarahnya.
2. Akan lebih arif-bijaksana dalam memandang dunia yang selalu bertentangan
ini.
3. Berfikir secara sungguh-sungguh tidak dapat menghindarkan dari dari filsafat

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Lahirnya Filsafat di Yunani.
Lahirnya filsafat di Yunani diperkirakan pada abad ke-6 Sebelum Masehi.
Timbulnya filsafat tersebut disebut peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa
faktor yang sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di
Yunani. K.Bertens menyebutkan ada tiga faktor, yaitu sebagai berikut.
1. Pada bangsa Yunani, seperti pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu
mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang
mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk
mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pernyataan yang hidup dalam
hati manusia: dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa
2

penyebab matahari terbit, lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia


mencari keterangan tentang asal usul alam semesta (mite kosmogonis) dan
mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian alam semesta (mite
kosmologis).
2. Kesusastraan Yunani.
Dua karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai
kedudukan istimewa dalam kesusastraan Yunani. Syair-syair dalam karya
tersebut sudah lama digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat
Yunani. Dalam dialog yang bernama Politeia, Plato mengatakan Homeros telah
mendidik seluruh Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh
rakyat untuk mengisi waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai
edukatif.
3. Pengaruh ilmu pengetahuan sudah terdapat di Timur Kuno.
Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa lain dalam menerima
beberapa unsur ilmu pengetahuan. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian
berasal dari mesir. Pengaruh babylonia dalam perkembangan ilmu astronomi di
negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa lain dalam perkembangan ilmu
pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan.Orang Yunani telah mengolah
unsur-unsur tadi dengan cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh bangsa
Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani lah didapatkan ilmu
pengetahuan yang bercorak dan sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad ke- 6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang
sama sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban rasional tentang
berbagai problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio)
mengganti mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan.
2.2. Periodisasi Filsafat Barat
Sejarah filsafat barat dibagi dalam empat periode, yaitu zaman kuno, zaman
abad pertengahan, zaman modern, dan masa kini.
1. Zaman Filsafat Yunani Kuno (600 SM-400 M).

Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokohtokohnya dikenal dengan nama filsuf filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka
mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut
Thales, arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu yang tak terbatas
(to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pytagoras arche itu bilangan,
3

Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus
mengalir (panta rhei). Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap
tidak bergerak. ( Lasiyo dan yuwono, 1985, hlm.52).
2. Zaman Keemasan Filsafat Yunani.

Pada waktu Anthena dipimpin oleh perikles, kegiatan politik dan filsafat
dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato
(retorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan
pengetahuan pada kaum muda.
Yang menjadikan objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi
manusia, sebagiamana yang dikatakan oleh Prothagoras, manusia adalah
ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ini ditentang oleh Socrates dengan
mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai nilai
nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapan tersebut
socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada muridnya Plato.
Dalam filsafatnya plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia
yang hanya terbuka bagi panca indra dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio
kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa
yang ada itu adalah manusiamanusia yang kongkret. Ide manusia tidak
terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan sumbangannya
kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang sampai
sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai abstraksi,
yakni aktivitas rasional dimana seseorang memperoleh pengetahuan. Menurut
Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, metematis dan
metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur
unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Sedang
abstraksi dimana objek subjek menangkap unsur kuantitatif dengan
menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi dimana
seseorang menangkap unsurunsur hakiki dengan mengesampingkan unsurunsur lain disebut abstraksi metafisis. (Harry Hamersma, 1983).

Teori Aristoteles yang terkenal adalah tentang materi dan bentuk.


Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip yang
tidak ditentukan sedangkan bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini
terkenal dengan sebutan Hylemorfisme. (K.Bertens, 1988, hlm. 11-16).
3. Masa Helinistis dan Romawi.

Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan


Hellinistis, karena kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani
saja, tetapi mencangkup juga seluruh wilayah yang ditaklukan oleh Alexander
Agung. Dalam bidang filsafat, Anthena tetap merupakan suatu pusat yang
penting tetapi berkembang pula pusatpusat intelektual lain, terutama kota
Alexandria. Jika akhirnya ekspansi romawi meluas sampai wilayah Yunani, itu
tidak berarti berakhirnya kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran
romawi membuka pintu lebar-lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat yang terus berkembang, namun pada saat itu tidak ada
filsuf besar kecuali Plotinus.
Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut.
a. Stoisisme
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa kuasa yang disebut
logos. Oleh karena itu segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang
tidak dapat dihindari.
b. Epikurisme
Segala sesuatu terdiri atas atomatom yang senantiasa bergerak. Manusia
akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut
pada dewadewa.
c. Skeptisisme
Mereka berpikir bahwa bidang teoretis manusia tidak sanggup mencapai
kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian.
d. Eklektisisme
Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat dari
aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguhsungguh.
e. Neo Platonisme
Paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah
Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala
sesuatu berasal dari yang satu dan ingin kembali kepadanya. (K.Bertens,
1988, hlm. 16-18).
5

4. Zaman Abad Pertengahan


Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan menyolok dengan
abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama.
Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. Pada permulaan
abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan
bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda
dengan pandangan yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat
dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua :
1. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran
Yunani merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengakui wahyu.
2. Menerima filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu
ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang
datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang
sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.

Filsafat pada zaman abad pertengahan mengalami dua periode:


a. Periode Patristik
Patristik berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja,
ialah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini
mengalami dua tahap:
1. Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran
terutama mengenai filsafat Yunani maka agama Kristen memantapkan
diri. Keluar memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogmadogma.
2. Filsafat Augustinus yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal
pada masa patristik. Augustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu
keseluruhan. (Endamg Daruni Asdi, 1978, hlm. 1-2).
b. Periode Skolastik
Periode skolastik berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini terbagi
menjadi tiga tahap:
1. Periode Skolastik awal (800-120). Ditandai oleh pembentukan metode
yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang
tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia.
6

2. Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13). Ditandai oleh


keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli
filsafat Arab dan yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas.
3. Periode Skolastik lanjut atau akhir (abad ke-14-15). Ditandai dengan
pemikiran kefilsafatan yang berkembang kearah nominalisme, ialah
aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak memberi petunjuk
tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal.
Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai
kebenaran yang objektif. (Endang daruni Asdi, 1978, hlm. 3).
5. Zaman Modern

Zaman modern dimulai dengan masa rerenaissance yang berarti


kelahiran kembali, yaitu usaha untuk mengembalikan kembali kebudayaan
klasik (Yunani-Romawi). Pembaruan terpenting yang kelihatan dalam filsafat
renaissance itu antroposentrisnya. Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi
kosmos, seperti zaman kuno, atau Tuhan seperti abad pertengahan, melaikan
manusia. Mulai zaman modern ianilah manusia yang dinggap sebagai titik
fokus dari kenyataan. Latar belakang dan implikasi dari renaissance itu dalah
sebagai berikut.
a. Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual yang mengakibatkan
cita-cita semangat pembaruan dan pembebasan.
b. Berkembangnya jiwa dan semangat individualisme.
c. Pertentangan (diskusi) antara universalia dan individualia berakhir dengan
kemenangan individualia.
d. Timbulnya rasa kebanggaan terhadap harta dan derajat manusia
Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme Rene
Descartes, B. Spinoza dan G. Libinz. Mereka menekankan pentingnya rasio
atau akal budi manusia.
Pada abad ke- 18 terkenal dengan zaman pencerahan (einlighment,
aufklarung) dengan munculnya tokoh-tokoh empirisme. Istilah empirisme
berasal dari kata Yunani empeiria yang berarti pengalaman indrawi. Empirisme
memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman
lahiriyah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batininah yang
menyangkut pribadi manusia saja.

6. Masa Kini

Masa kini dimuai pada abad ke- 19 dan 20 denga timbulnya berbagai
aliran yang berpengaruh seperti Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme,
Pragmatisme, Neo Kantianisme, Neo Tonisme dan Fenomenologi. Aliran-aliran
ini sangat terikat oleh kedaan Negara maupun lingkungan bahasa sehingga
dalam perkembangan terakhir lahirlah filsafat analitis pada tahun 1950. (Lasiyo
dan Yuwono, 1985, hlm. 54).
a. Positivisme
Positivisme mulai pada filsuf A.Comte (1798-2857). A. Comte
(sosiolog pertama) menyatakan bahwa pemikiran setiap manusia, pemikiran
setiap ilmu dan pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati
tiga tahap, yaitu:
1) Tahap teologis
2) Tahap metafisis
3) Tahap positif-ilmiah
Dalam tahap teologis manusia percaya bahwa di belakang gejala
alam terdapat kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala
gejala tersebut.Tahap teologis ini sendiri dapat di bagi lagi atas tiga periode
pada taraf paling primitif bendabenda sendiri di anggap berjiwa
(animisme). Adapun pada taraf berikutnya manusia percaya pada dewa
dewa yang masingmasing menguasai lapangan tertentu. Dan taraf lebih
tinggi manusia memandang satu, Allah sebagai penguasa segala sesuatu
(monoteisme).Dalam tahap metafisis kuasakuasa adikodrati di ganti
dengan konsep dan prinsipprinsip yang abstrak misalnya kodrat dan
penyebab. Dalam tahap positif manusia membatasi diri pada fakta yang di
sajikan kepadanya, atas dasar observasi.
b. Marxisme
Pemikiran Karl Marx ditunjukan dengan materialisme dialektis dan
materialism historis.
Dalam ajaran mengenai materialism dialektis bahwa kenyataan kita
akhirnya hanya terdiri dari materi yang berkembang melalui suatu proses
dialektis. Dengan itulah kehidupan berasal dari materi mati dan kesadaran
manusiawi berasal dari kehidupan organis.

Materialisme historis pada dasarnya adalah arah yang ditempuh


sejarah yang ditentukan oleh determinir oleh perkembangan sarana produksi
yang materil. Misalnya kalau kita memilih pengolahan tanah maka
perkembangan produksi adalah pacul, bajak, mesin dan sebagainya jadi
sarana produksi adalah hasil pekerjaan manusia namun arah arah sejarah
tidak tergantung dari kehendak manusia.
Menurut Karel Marx arah perkembangan sejarah manusia menuju ke
suatu keadaan ekonomis tertentu, yaitu komunisme dimana milik pribadi
akan diganti milik bersama, dan perkembangan ini akan berlangsung mutlak
dan tidak mungkin dihindarkan tetapi manusia dapat mempercepat proses
ini menjadi lebih sadar dengan aksi aksi revolusioner yang berdasar atas
penyadaran itu .
c. Eksistensialisme
Eksistensialisme dipersiapkan dalam abad ke 19 oleh S. Kierkegaard
(1813-1855) dan F. Nietsche (1844-1900). Dalam abad ke 20
eksistensialisme menjadi aliran filsafat yang sangat penting. Filsuf-filsuf
paling besar dari eksistensialisme adalah K.Jaspers, M.Heidegger,
J.P.Sartre, G. Marcel, dan Merleau Ponty.
Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala
dengan berpangkal kepada eksistensi. Pada umumnya, kata eksistensi
berarti keberadaan, tetapi di dalam filsafat eksistensialisme ungkapan
eksistensi mempunyai arti yang khusus. Eksistensi adalah cara manusia
berada di dalam dunia. Cara manusia berada di dalam dunia berbeda dengan
cara berada benda-benda.
d. Fenomenologi
Metode fenomenologi berasal dari E.Husserl (1859-1938) dan
kemudian diperkembangkan oleh M. Scheler (1874-1928) dan M. Merleau
Ponty. Fenomenologi mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan
gejala-gejala dengan menggunakan intuisi.
Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani fenomenon, yaitu
sesuatu yang tampak, yang terlihat karena bercahaya yang didalam bahasa
Indonesia disebut gejala. Jadi, fenomenologi adalah suatu aliran yang
membicarakan fenomena, atau gejala sesuatu yang menampakan diri.
9

e. Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran yang lahir di Amerika Serikat sekitar
tahun 1900. Tokoh-tokoh terpenting dari pragmatisme adalah W. James
( 1842-1920) dan J. Dewey (1859-1914). Pragmatisme mengajarkan bahwa
ide-ide tidak benar atau salah melainkan bahwa ide-ide dijadikan benar oleh
sesuatu tindakan tertentu.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang
benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan
perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis.
f. Neo- Kantianisme dan Neo- Tomisme
Neo-Kantianisme berkembang terutama di Jerman. Filsafat dalam
aliran ini dianggap sebagai epistemology dan kritik ilmu pengetahuan.
Tokoh-tokoh terpenting adalah E. Cassirer (1874-1945), H. Rickert (18631936), H. Vaihinger (1852-1933). Neo-Tomisme berkembang di dunia
Katolik di banyak Negara di Eropa dan Amerika.

10

Anda mungkin juga menyukai