Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR PENDIDIKAN
ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN DAN PENERAPANNYA DALAM
SISTEM PENDIDIKAN DI INDONESIA

Dibimbing Oleh:
Erni Yulianti S.Pd, M.Pd
Vita Ria Mustikasari S.Pd, M.Pd

Oleh Kelompok 5:
1. Puput Yuliyana
(150351600676)
2. Riski
3. Risty Triskarevi R
(15035160
4. Savira Mahdia
(150351608353)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MARET 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, sebab karena rahmat dan
nikmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Pengantar Pendidikan ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Pengantar Pendidikan pada Semester II. Makalah ini berjudul Aliran-Aliran
Pendidikan Dan Penerapannya dalam Sistem Pendidikan di Indonesia.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan dari
beberapa buku yang membahas tentang materi yang berkaitan. Kami sebagai
penyusun makalah ini, sangat berterima kasih kepada penyedia sumber walau
tidak dapat secara langsung untuk mengucapkannya.
Kami menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan, begitu pun
dengan kami yang masih seorang mahasiswa. Dalam pembuatan makalah ini
mungkin masih banyak sekali kekurangan-kekurang yang ditemukan, oleh
karena itu kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya, kami
mangharapkan ada kritik dan saran dari para pembaca sekalian dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.
Malang, 1 Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................


DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Maksud Dan Tujuan......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4
2.1 Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruh Aliran Klasik Terhadap
Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia................................................4
2.2 Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di
Indonesia............................................................................................................6
2.3 Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia.......................................................7
BAB III PENUTUP................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.................................................................................................12
3.2 Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan
dinamika manusia dan masyarakatnya. Dari dulu sampai sekarang ini
pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk membawa
masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik, dan masalah sukses
tidaknya pendidikan tidak lepas dari faktor perkembangan sosial budaya
dan perkembangan iptek. Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaruan pendidikan. Pertama, teori dipergunakan
oleh para pendidik untuk menunjukkan hipotesis-hipotesis tertentu dalam
rangka membuktikan kebenaran-kebenaran melalui eksperimentasi dan
observasi serta berfungsi menjelaskan pokok bahasannya. OConnor
mendenifisikan istilah teori dengan:
Kata teori sebagaimana yang dipergunakan dalam konteks
pendidikan secara umum adalah sebuah tema yang apik. Teori yang
dimaksudkan hanya dianggap absah manakala kita tetapkan hasil-hasil
eksperimental yang dibangun dengan baik dalam bidang psikologi atau
sosiologi hingga sampai kepada praktek kependidikan.
Muhammad Nujayhi, seorang ahli pendidikan Mesir Kontemporer
merefleksikan pandangan senada dengan Oconnor ketika mengatakan,
bahwa perkembangan-perkembangan di bidang psikologi eksperimental
membawa kesan-kesan ke dalam dunia pendidikan dan memberi
sumbangan bagi teori-teori pendidikan, sebagaimana yang terdapat pada
bidang ilmu pengetahuan khusus. Dengan demikian, teori dalam arti
pertama terbatas pada penjelasan mengenai persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan batas-batasan ilmiah.
Kedua, teori menunjuk kepada bentuk asas-asas yang saling
berhubungan yang mengacu kepada petunjuk praktis. Dalam pengertian
ini, bukan hanya mencangkup pemindahan-pemindahan eksplanasi
fenomena yang ada, namun termasuk di dalamnya mengontrol atau
membangun pengalaman.
Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan berlangsung seperti suatu
diskusi berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu yang
1

ditanggapi oleh pro dan contra oleh pemikir-pemikir berikutnya.


Pemahaman terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan
membekali tenaga kependidikan dengan wawasan kesejarahan.
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia,
karena setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda
yang memerlukan pendidikan yang lebih baik. Didalam berbagai
kepustakaan

tentang

aliran-aliran

pendidikan,

pemikiran-pemikiran

tentang pendidikan telah dimulai dari zaman yunani kuno sampai saat ini.
Pembawaan dan lingkungan merupakan hal yang tidak mudah
untuk di jelaskan sehingga memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak
sedikit. Telah bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli biologi,
ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusaha mencari jawaban
tentang perkembangan manusia. Perkembangan manusia itu sebenarnya
bergantung kepada pembawaan ataukah lingkungan. Dalam hal ini, penulis
akan memaparkan beberapa pendapat dari aliran-aliran klasik di antaranya,
aliran nativisme, naturalisme, empirisme, dan konvergensi, dan juga
terdapat aliran baru diantaranya, aliran fungsionaris, aliran kulturalisme,
aliran kritikal, aliran interpelatif, dan aliran modern serta pengaruhnya
terhadap pemikiran dan praktek pendidikan di Indonesia.
1.2

Rumusan Masalah
1. Jelaskan aliran-aliran klasik dalam pendidikan serta pengaruhnya di
Indonesia!
2. Bagaimanakah gerakan baru dalam pendidikan utamanya pengajaran
serta pengaruhnya di Indonesia

1.3

Maksud Dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini yaitu:
1.
Dapat memahami aliran-aliran klasik dalam pendidikan serta
2.

pengaruhnya di Indonesia.
Dapat memahami beberapa gerakan baru dalam pendidikan, uatamanya
pengajaran serta pengaruhnya di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan dan Pengaruh Aliran Klasik Terhadap
Pemikiran dan Praktek Pendidikan di Indonesia
a. Aliran-Aliran Klasik dalam Pendidikan
1. Aliran empirisme (aliran optimisme)
Aliran ini dimotori oleh John Locke. Aliran empirisme
mengutamakan perkembangan manusia dari segi empirik yang
secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan sebagai
sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber
pengetahuan, sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak
diakui. Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga
pendidikan memiliki peran penting yang dapat menentukan
keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya
dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari
kemampuan dasar yang merupakan pembawaan lahir.
2. Aliran nativisme (aliran pesimistik)
Tokoh aliran ini adalah Arthur Schoupenhauer. Aliran
nativisme menyatakan bahwa perkembangan seseorang merupakan
produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan
pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini
merupakan kebalikan dari aliran empirisme. Orang yang berbakat
tidak baik akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu dididik untuk
menjadi baik. Orang yang berbakat baik akan tetap baik dan tidak
perlu dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak
baik.
3. Aliran naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J. Rousseau. Aliran naturalisme
menyatakan bahwa semua anak yang dilahirkan pada dasarnya
dalam keadaan baik. Anak menjadi rusak atau tidak baik karena
campur tangan manusia (masyarakat). Pendidikan hanya memiliki
kewajiban untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk
tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hendaknya diserahkan
kepada

alam.

Dalam

mendidik

seorang

anak

hendaknya

dikembalikan kepada alam agar pembawaan yang baik tersebut tidak


dirusak oleh pendidik.
4. Aliran konvergensi
Aliran ini dipelopori oleh William Stern. Aliran ini
menyatakan bahwa bakat, pembawaan dan lingkungan atau
pengalamanlah yang menentukan pembentukan pribadi seseorang.
Pendidikan dijadikan sebagai penolong kepada anak untuk
mengembangkan potensinya. Yang membatasi hasil pendidikan anak
adalah pembawan dan lingkungannya. Aliran ini lebih realitis,
sehingga banyak diikuti oleh pakar pendidikan.
b. Pengaruh Aliran Klasik Terhadap Pemikiran dan Praktek Pendidikan di
Indonesia
Aliran-aliran pendidikan yang klasik mulai dikenal di Indonesia
melalui upaya-upaya pendidikan, utamanya persekolahan, dari penguasa
penjajah Belanda dan disusul kemudian oleh orang-orang Indonesia yang
belajar di negeri Belanda pada masa penjajahan. Setelah kemerdekaan
Indonesia, gagasan-gagasan dalam aliran-aliran pendidikan itu masuk ke
Indonesia melalui orang-orang Indonesia yang belajar di berbagai negara
di Eropa, Amerika Serikat, dan lain-lain. Seperti diketahui, sistem
persekolahan diperkenalkan oleh pemerintah kolonial belanda di
Indonesia, sebelum masa itu pendidikan di Indonesia terutama oleh
keluarga dan oleh masyarakat (kelompok belajar atau padepokan,
lembaga keagamaan atau pesantren, dan lain-lain).
Meskipun dalam hal-hal tertentu sangat diutamakan bakat dan
potensi lainnya dari anak (umpama pada bidang kesenian, keterampilan
tertentu, dan sebagainya), namun upaya penciptaan lingkungan untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan itu diusahakan pula scara
optimal. Dengan kata lain, meskipun peranan pandangan empiris dan
nativisme tidak sepenuhnya ditolak, tetapi penerimaan itu dilakukan
dengan pendekatan elektif fungsional yakni diterima sesuai dengan
kebutuhan, namun ditempatkan dalam latar pandangan yang konvergensi.
Seperti telah dikemukakan, tumbuh kembang manusia dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yakni hereditas, lingkungan, proses perkembangan itu
sendiri, dan anugerah. Faktor terakhir itu merupakan pencerminan

pengakuan atas adanya kekuasaan yang ikut menentukan nasib manusia.


(Sulo Lipu La Sulo, 1981: 38-46).
2.2 Gerakan Baru Pendidikan dan Pengaruhnya terhadap Pelaksanaan di
Indonesia
a. Gerakan Baru Pendidikan
1. Pengajaran Alam Sekitar
Pengajaran alam sekita merupakan gerakan pendidikan yang
mendekatkan anak pada alam sekitarnya. Prinsip dari pengajaran
alam sekitar adalah:
Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan

secara langsung.
Memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif

atau giat.
Memungkingkan memberikan pengajaran totalitas.
Dapat memberikan anak bahan apersepsi intelektual yang

kukuh.
Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional.
2. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran ini merupakan gerakan yang telah mendorong
berbagai upaya agar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan
berbagai variasi sehingga perhatian siswa tetap terpusat pada bahan
ajaran.
3. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik
kulminasi

dari

pandangan-pandangan

yang

mementingkan

pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Gerakan ini juga


meluas sampai ke Indonesia, yang dikenal dengan istilah sekolah
kejuruan.
4. Pengajaran Proyek
Dalam pengajaran

proyek,

anak

bebas

menentukan

pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta memimpinnya.


Proyek yang ditentukan oleh anak mendorongnya untuk mencari
jalan keluar bila ia menemui kesulitan. Pengaruh Gerakan Baru
dalam Pendidikan Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan di
Indonesia Gerakan baru dalam pendidikan juga memberikan
pengaruh yang besar dalam pendidikan di Indonesia. Misalnya,

adanya muatan local dalam kurikulum, berkembangnya sekolah


kejuruan, dan pemupukan semangat kerja sama multidisiplin dalam
menghadapi masalah.
b. Pengaruh Gerakan Baru terhadap Pelaksanaan Pendidikan di Indonesia
Pengaruh Gerakan Baru dalam Pendidikan Terhadap
Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia Gerakan baru dalam
pendidikan juga memberikan pengaruh yang besar dalam pendidikan
di Indonesia. Misalnya, adanya muatan local dalam kurikulum,
berkembangnya sekolah kejuruan, dan pemupukan semangat kerja
sama multidisiplin dalam menghadapi masalah.
2.3 Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesia
Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia yang dimaksud adalah
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu
Tanam. Kedua aliran ini dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang
pendidikan di Indonesia.
1. Perguruan Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar
Dewantara (lahir 2 Mei 1889 dengan nama Suwardi Suryaningrat) pada
tanggal 3 Juli 1932 di Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan,
selanjutnya mulai didirikan Taman Indria (Taman Kanak-Kanak) dan
Kursus Guru, selanjutnya Taman Muda (SD), disusul Taman Dewasa
merangkap Taman Guru (Mulo-Kweekschool). Sekarang ini, telah
dikembangkan sehingga meliputi pula Taman Madya, Prasarjana, dan
Sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi semua
jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
a. Asas dan Tujuan Taman Siswa
Taman Siswa memiliki tujuh asas perjuangan yang dikenal
dengan Asas 1922, antara lain:
1. Setia orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat terbitnya persatuan dalam perikehidupan umum.
2. Pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah yang
dalam arti lahri dan batin dapat memerdekakan diri.
3. Pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.

4. Pengajaran harus tersebar luas sampai menjangkau seluruh


masyarakat.
5. Mengejar kemerdekaan hidup hendaknya diusahakan dengan
kekuatan sendiri dan menolak bantuan apapun dan dari
siapapun yang mengikat.
6. Sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang
dilakukan.
7. Mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin
dengan mengorbankan segala kepentingan pribadi demi
kebahagiaan anak-anak.
Dalam perkembangannya, Taman Siswa melengkapi Asas
1922 dengan Dasar-Dasar 1947 yang disebut pula Panca
Dharma. Asas-asas tersebut antara lain : asas kemerdekaan, asas
kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan, dan asas
kemanusiaan.
Adapun tujuan Perguruan Kebangsaan Taman Siswa antara
lain:
1. Sebagai badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan
masyarakat tertib dan damai.
2. Membangun anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir
batin, luhur akal budinya, serta sehat jasmaninya untuk
menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung
jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada
umumnya.
b. Upaya-Upaya Pendidikan yang Dilakukan Taman Siswa
1. Menyelenggarakan tugas pendidikan dalam bentuk perguruan
dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi.
2. Mengikuti dan mempelajari perkembangan dunia di luar Taman
Siswa yang ada hubungannya dengan bidang kegiatan Taman
Siswa.
3. Menumbuhkan lingkungan hidup keluarga Taman Siswa,
sehingga dapat tampak benar wujud masyarakat Taman Siswa
yang dicita-citakan.
c. Hasil-Hasil yang Dicapai
Taman Siswa telah mencapai berbagai hal seperti :
gagasan/pemikiran tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga
7

pendidikan dari Taman Indria sampai dengan Sarjana Wiyata, dan


sejumlah besar alumni perguruan banyak yang menjadi tokoh
nasional, seperti Ki Hajar Dewantara, Ki Mangunsarkoro, dan Ki
Suratman.
2. Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia Netherlandsche School)
didirikan oleh Mohammad Sjafei (lahir di Matan, Kalbar tahun 1895)
pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam (Sumatera Barat). INS
pada mulanya dipimpin oleh bapaknya, kemudian diambil alih oleh
Moh. Sjafei. Dimulai dengan 75 orang murid, dibagi dalam dua kelas,
serta masuk sekolah bergantian karena gurunya hanya satu, yakni Moh.
Sjafei sendiri. Sekolah ini mengalami pasang surut sesuai dengan
keadaan Indonesia saat itu, bahkan pada bulan Desember 1948 sewaktu
Belanda

menyerang

ke

Kayu

Tanam,

seluruh

gedung

INS

dibumihanguskan, termasuk ruang pendidikan, pengajaran, dan


kebudayaan (RPPK) di Padang Panjang. Baru pada bulan Mei 1950
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam bangkit kembali dan Moh. Sjafei
mulai lagi dengan 30 orang siswa. Pada tahun 1952, INS mendirikan
percetakan Sridharma yang menerbitkan majalah bulan Sendi dengan
sasaran khalayak adalah anak-anak.
a. Asas dan Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
1. Berpikir logis dan rasional.
2. Keaktifan atau kegiatan.
3. Pendidikan masyarakat.
4. Memperhatikan pembawaan anak.
5. Menentang intelektualisme.
Namun, seiring perkembangan zaman, asas

tersebut

berkembang menjadi dasar-dasar pendidikan.


Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah:
1. Mendidik rakyat kea rah kemerdekaan.
2. Member pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
3. Mendidik para pemuda agar berguna untuk masyarakat.
4. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani
bertanggung jawab.
5. Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan.
b. Usaha-Usaha Ruang Pendidik INS Kayu Tanam

Usaha-usaha yang dilakukan Mohammad Sjafei dan kawankawan antara lain: memantapkan dan menyebarluaskan gagasangagasannya tentang pendidikan nasional, pengembangan Ruang
Pendidik INS, upaya pemberantasan buta huruf, penerbitan majalah
anak-anak, dan lain-lain.
c. Hasil-Hasil yang Dicapai
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam INS Kayu Tanam telah
mengupayakan gagasan tentang pendidikan nasional, beberapa
ruang pendidikan,dan sejumlah alumni. Salah satu Alumni pun
telah berhasil menerbitkan salah satu tulisan Moh. Sjafei yakni
Dasar-Dasar pendidikan.

BAB III
PENUTUP

3.1.

Kesimpulan
Dalam sejarah pendidikan dapat dijumpai berbagai aliran pendidikan
yang didasarkan pada konsepsi yang berbeda-beda. Konsepsi dan aliran ini di
golongkan sebagai konvensional atau baru serta tradisional atau maju. Di
Indonesia menurut sejarahnya, ada beberapa konsensi pendidikan yang
memiliki cirri yang berbeda-beda , dan didasarkan atas Sistem Pendidikan
1.

Nasional Pancasila.
Aliran konvensional dalam pendidikan , antara lain aliran Empirisme,
nativisme, naturalism, konvergensi, telah sejak lama tumbuh di Eropa.
Konsepsi aliran ini lebih menekankan pada factor-faktor yang mendasari
perkembangan anak dan factor-faktor inilah yang dijadikan dasar

2.

pertimbangan perlu atau tidak perlunya usaha pendidikan.


Aliran baru dalam pendidikan tidak lagi lagi mempersoalkan perlu atau
tidak

perlunya

pendidikan

melainkan

lebih

mengutamakan

penyelenggaraaanusaha pendidikan untuk perkembangan anak sebesarbesarnya. Di Eropa berkembang antara lain aliran pengajaran alam
3.

sekitar, pengajaran pusat perhatian, dan sekolah kerja


Berbagai aliran pendidikan yang berkembang di Amerika Serikat seperti

4.

Perenialisme, progesivisme, esensialisme, rekonstruksionalisme.


Taman Siswa dan INS adalah penyelenggaraan sistem pendidikan yang
berdasarkan semangat

kemerdekaan kebangsaan di tanah air sejak

sebelum kemerdekaan.
3.2.

Saran
Demikian makalh ini saya buat, saya menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari pembaca sangat saya butuhkan. Guna perbaikan makalah
berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk kita semua.

10

DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, Ki Hadjar. 1962. Karya Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Majelis
Luhur Taman Siswa.
La Sulo, Sulo Lipu. 1984. Pendekatan dan Teknik-Teknik Supervisi Klinis. Jakarta:
P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud.
Said, Muh. 1981. Pendidikan Abad Keduapuluh dengan Latar Belakang
Kebudayaannya. Jakarta: Mutiara.
Sjafei, Mohammad.1970. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Yayasan Proklamasi
CSIS.
Tirtarahardja, Umar, La Sulo, S. L. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.

11

Anda mungkin juga menyukai