Anda di halaman 1dari 7

FILSAFAT ANTROPOLOGI

Pengampu:
Anak Agung Ayu Dewi Girindrawardani, S.S., M.Si.

Disusun oleh:
1. Sovia Pransiska Sihombing (2201581032)
2. Agisti Calista (2201581045)
3. Christian Rhendy (2201581054)
4. I Gusti Ayu Agung Kusumadewi (2201581056)
5. Ni Made Ayu Senja Pratiwi (2201581057)

Program Studi Sastra Jepang


Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Udayana
Bali
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

Pengertian antropologi adalah ilmu studi tentang manusia. Para ahli antropologi, antropolog, sering
mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya. Antropologi berasal dari kata Yunani
άνθρωπος (anthropos) yang berarti “manusia” atau “orang”, dan logos yang berarti ilmu. Antropologi
mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi lahir atau muncul
yang berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang
berbeda dari bagaimana keadaan mereka di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang
merupakan masyarakat tunggal. Tunggal yang dimaksud adalah dalam arti kesatuan masyarakat yang
tinggal di daerah yang sama. Secara umum, ilmu antropologi memiliki kemiripan dengan sosiologi, tetapi
sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.

Tujuannya adalah untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia. Antropologi juga merupakan disiplin ilmu yang meneliti serta menganalisa
cara atau tindakan manusia dalam menjalani kehidupan. Hampir semua tindakan manusia adalah bagian
dari kebudayaan. Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan, rasa, tindakan,
serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Antropologi menggunakan bahan
berupa fakta-fakta yang banyak didapat oleh masyarakat dan kebudayaan yang berbeda-beda. Fakta-fakta
tersebut harus menggunakan metode-metode komparatif untuk mendapatkan suatu ciri umum yang
biasanya ditentukan dengan cara mencari perumusan-perumusan yang menyatukan berbagai hubungan
yang mantap antara fakta-fakta.
BAB 2
PEMBAHASAN

1. Definisi Antropologi menurut para ahli


William A. Havilland: Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi
yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia.
David Hunter: Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat
manusia.
Koentjaraningrat: Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi-definisi tersebut dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang
mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan seperti cara-cara berperilaku,
tradisi-tradisi, dan nilai-nilai yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
saling berbeda.

2. Fungsi ilmu antropologi


A. Antropologi memanfaatkan dan membangun pengetahuan dari ilmu sosial, biologi, humaniora dan
fisik.
Studi antropologi berkaitan dengan fitur biologis yang menjadikan manusia dan aspek sosial manusia.
B. Fitur biologis yang dimaksud seperti fisiologi, susunan genetika, sejarah gizi dan evolusi. Sedangkan
aspek sosial seperti bahasa, budaya, politik, keluarga dan agama).
C. Fungsi antropologi adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang manusia baik secara fisik
(biologis) maupun secara sosio-kultural.

3. Tujuan antropologi
Dikutip dari Discover Anthropology, Ruth Benedict (1887-1948) mengatakan tujuan antropologi adalah
untuk membuat dunia aman bagi perbedaan manusi, sedangkan menurut Koentjaraningrat
dalam Pengantar Ilmu Antropologi (2002) tujuan antropologi dibedakan menjadi dua, yaitu:
A. Tujuan akademis: bertujuan untuk mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya
dengan mempelajari berbagai bentuk fisiknya, masyarakat dan kebudayaannya,
B. Tujuan praktis: bertujuan untuk mempelajari manusia di berbagai masyarakat suku bangsa di dunia
guna membangun masyarakat itu sendiri.

4. Filsafat antropologi
Filsafat manusia juga disebut antropologi filsafatia adalah bagian dari sistem filsafat yang menyoroti
esensi manusia. Filsafat manusia juga merupakan cabang-cabang dari filsafat seperti, kosmologi, estetika,
filsafat manusia, etika, dan epistimologi. Dibandingkan dengan ilmu-ilmu tentang kemanusiaan
mempunyai kedudukan yang sama apabila dilihat dari segi meterialnya. Filsafat antropologi merupakan
salah satu cabang dari filsafat teoritika. Selain itu filsafat antropologi juga dapat disebut sebagai ilmu.
Palmquis memahami bahwa filsafat mengalami apa yang disebut demitologisasi metafisis hingga
mencapai tarafnya sebagai filsafat atau disebut evolusi filsafat hingga pencapaiannya yang tertinggi yakni
ilmu pengetahuan. Sebab yang tahu adalah manusia, maka tahunya manusia tidak dalam taraf statis tetapi
terus mengalami perkembangan sesuai tingkat dan luas tahunya manusia. Sebab dengan berkembangnya
tahu manusia, maka berbagai disiplin ilmu satu persatu memisahkan diri dari filsafat. Pemisahan diri
tersebut, mengharuskan setiap disiplin ilmu memiliki objek material dan objek formal. Misalnya,
antropologi dan sosiologi sebagai science. Objek materialnya adalah manusia, dan objek formalnya
adalah gejala budaya dan pranata sosial.
Demikian juga, filsafat antropologi sebagai ilmu, sebab memiliki objek material adalah manusia; dan
objek formalnya adalah totalitas manusia.

5. Objek Kajian Filsafat Manusia


Ada dua objek kajian filsafat manusia, yakni objek materil dan objek formal. Objek kajian materil filsafat
manusia adalah pada gejala atau fenomena manusia sedangkan objek formalnya adalah struktur-struktur
hakiki manusia yang sedalam-dalamnya yang berlaku selalu dan di mana-mana untuk sembarang orang.
Anton Bakker mengatakan bahwa hakikat manusia sebagai objek filsafat manusia ini meliputi dua aspek,
yaitu:
a. Manusia mau dipahami seekstensif atau seluas mungkin. Bukan berupa sifat atau gejala saja, seperti
misalnya berjalan, bekerja, malu, rasa takut, cinta kasih. Pemahaman manusia harus meliputi dan
melingkungi semua sifat, semua kegiatan, semua pengertian pokoknya semua aspeknya pada segala
bidang. Semuanya dipandang sebagai satu keseluruhan.
b. Manusia dipahami seintensif atau sepadat mungkin. Dalam artian manusia tidak diselidiki fungsi atau
kegiatannya pada taraf tertentu saja, melainkan secara menyeluruh dan seintensif mungkin.

6. Metode Filsafat Manusia


Metode Filsafat Manusia
Setiap metode yang digunakan dalam penyelidikan tentu memiliki tujuan tertentu dalam hal ini untuk
memperoleh sesuatu yang berbeda atau yang baru. Namun, sekalipun menggunakan metode, filsafat
manusia “tidak mampu menemukan fakta-fakta baru mengenai manusia. Filsafat manusia memang tidak
menemukan atau memberikan informasi baru tentang manusia namun melalui filsafat manusia, manusia
dibantu untuk membuat suatu refleksi atas pengalaman azasinya (yang khas). Titik tolak dari metode ini
adalah pada kegiatan berbicara dan berpikir dalam manusia. Setiap pernyataan dan kegiatan termuat
pengandaian-pengandaian yang ikut menentukan secara operatif. Artinya pengandaian-pengandaian itu
tidak dihadirkan secara pasif melainkan aktif bekerja meskipun kehadirannya hanya secara implisit.
Analisis transcendental hendak menyelidiki pengandaian-pengandaian operatif yang implisit dan mencari
syarat-syarat apriori. Tahap ini disebut “reduksi transcendental”. Tahap selanjutnya adalah
pemutarbalikan sebagai pembuktian keharusan mutlak yang berlaku untuk syarat-syarat apriori tadi.
Tahap terakhir adalah tahap “deduksi transendental”.

7. Filsafat dan ilmu-ilmu manusia lain


Palmquis memahami bahwa filsafat mengalami apa yang disebut “demitologisasi metafisis”. Di antara
disiplin ilmu yang ada antropologi dan psikologi memiliki kesamaan objek material filsafat manusia.
“Baik filsafat manusia dan ilmu-ilmu tentang manusia, pada dasarnya bertujuan untuk menyelidiki,
menginterpretasi dan memahami gejala-gejala atau ekspresi-ekspresi manusia”. Meskipun antropologi
dan psikologi memiliki kesamaan objek material dengan filsafat manusia namun filsafat manusia tetap
memiliki perbedaan dan perbedaan itu menjadi ciri dari disiplin filsafat manusia. Letak perbedaan adalah
pada area kajian masing-masing disiplin ilmu.

Pertama, ilmu-ilmu tentang manusia memiliki keterbatasan objek kajian yakni hanya pada “fenomena
atau gejala” yang “difenomenakan atau digejalakan” manusia. Kedua, ilmu-ilmu tentang manusia
memiliki ruang lingkup yang sangat terbatas. Dimana kajian-kajian yang dilakukan hanya terbatas pada
dimensi-dimensi tertentu dari manusia “yakni sejauh yang tampak secara empiris dan dapat diselidiki
secara observasional dan/atau eksperimental”. Ketiga, bahwa kajiannya hanya seputar hal-hal empiris dan
observasional sehingga hal-hal yang mendasar dari manusia tidak dikaji seperti apa hakekat atau esensi
manusia, baik material maupun spiritual, bagaimana manusia sebagai subjek membangun hubungan
dengan subjek yang lain (intersubjektif) atau dengan dunia infrahuman.

Filsafat manusia mau menyelidiki dan memiliki kesadaran tentang inti itu. Filsafat manusia juga berusaha
untuk menguraikannya sebagai bjek langsung dan eksplisit yang maksudnya adalah mengungkapkan yang
tidak nyata menjadi nyata. Maka dari itu, objek formal bagi filsafat manusia ialah struktur-struktur hakiki
manusia yang sedalam-dalamnya, yang selalu berlaku untuk siapapun. Artinya dalam objek formal ini
manusia harus dipahami seefektif mungkin dalam seluruh sifat dan kegiatannya.
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan
Dengan adanya pengertian dari antropologi dan filsafat manusia, dapat disimpulkan bahwa filsafat
manusia dengan antropologi sangat berkaitan. Hal itu dikarenan filsafat manusia membahas segala
sesuatu tentang manusia, begitu pula antropologi yang membahas tentang kebudayaan, ras, etnik, fisik,
dan hal lainnya yang terkait dengan manusia. Perbedaan yang sangat kontras antara dua ilmu tersebut
adalah antropologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang adanya kebudayaan dalam manusia,
sedangkan filsafat manusia bertujuan untuk mencari kebenaran dari munculnya kebudayaan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Unknown. “Makalah Antropologi Filsafat Ilmu | Go Blog X.” Makalah Antropologi Filsafat Ilmu | Go

Blog X, 2014, selvisusanti212.blogspot.com/2014/01/makalah-antropologi-filsafat-ilmu.html.

Accessed 26 Oct. 2022.

Kompasiana.com. “Pengertian Filsafat Manusia Dan Hubungan Dengan Antropologi Psikologi Dan

Sosiologi.” KOMPASIANA, 2 Apr. 2014,

www.kompasiana.com/masianrifati/54f7c2eda333112b6f8b4d95/pengertian-filsafat-manusia-dan-

hubungan-dengan-antropologi-psikologi-dan-sosiologi. Accessed 26 Oct. 2022.

“Diterjemahkan Oleh K.J. Veeger, (Jakarta: Gramedia, 1998), Hlm Zainal, Abidin, Filsafat Manusia,

(Jakarta: Rosda Karya, 2003), Hlm - PDF Free Download.” Adoc.pub, adoc.pub/diterjemahkan-

oleh-kj-veeger-jakarta-gramedia-1998-hlm-zaina.html. Accessed 26 Oct. 2022.

Anda mungkin juga menyukai